AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke:
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud Fakultas
EKONOMI Program Studi
MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id
Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email :
[email protected]
PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD & PERLAKUAN AKUNTANSINYA
Secara umum aset tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang tidak memiliki bentuk fisik, tetapi bermanfaat bagi perusahaan karena hak-hak yang melekat pada pemiliknya.
Aset tetap tidak berwujud dapat dikelompokkan berdasarkan : Dapat atau tidaknya aset tersebut diidentifikasikan secara spesifik dengan hak/jenis aktivitas tertentu • Dapat diidentifikasi : Hak Paten, Hak Cipta • Tidak dapat diidentifikasi : Goodwill Cara bagaimana aset tersebut didapat • Dari pembelian: Hak Paten, Hak Cipta • Dari riset dan pengembangan : Resep / formula rahasia (secret process) Masa kegunaan • Terbatas : Hak Paten • Tidak Terbatas : Goodwill Dapat atau tidaknya aset tersebut dipisahkan dari eksistensi perusahaan • Dapat dipisahkan dan dijual sendiri : Hak Cipta (Copyright) • Tidak dapat dipisahkan : Goodwill
Berdasarkan eksistensi, aset tetap tidak berwujud dikelompokkan menjadi 2 kategori : • Aset tetap tidak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan perundang- undangan, peraturan pemerintah, perjanjian yang dibuat oleh para pihak, atau sifat dari aset tersebut, misalnya hak paten, hak sewa, hak cipta, franchise yang terbatas lisensinya, dll. • Aset tetap tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas dan tidak dapat dipastikan masa berakhirnya, misalnya merek dagang, proses dan formula rahasia, goodwill, dll.
PENGERTIAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Aset tetap tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva tetap yang tidak berbentuk fisik, namun memberikan hak keekonomian dan hak hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dipisahkan dari kelompok aktiva yang lain. Salah satu ciri khas dari aktiva tetap tidak berwujud adalah tingkat ketidakpastiannya mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari.
PENGERTIAN AMORTISASI • Amortisasi adalah suatu penurunan atau pengurangan nilai suatu aset tidak berwujud secara bertahap dalam rentang jangka waktu tertentu disetiap periode akuntansi. • Pengurangan nilai aktiva tak berwujud ini dilakukan dengan cara mendebit akun beban amortisasi dan mengkredit akun aset tak berwujud. • Amortisasi juga bisa memiliki arti pengurangan kewajiban dengan pembayaran pokok serta bunga dengan teratur dalam jumlah tertentu hingga pinjaman terbayar ketika tanggal jatuh tempo.
E. AMORTISASI DALAM AKUNTANSI PAJAK Nilai aset tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga harga perolehan aset tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama taksiran masa manfaat dan tidak boleh melebihi 20tahun dengan dasar pemikiran atau pertimbangan bahwa periode tersebut sudah banyak perkembangan dan periode selebihnya tidak lagi mempunyai manfaat keekonomian. Namun perusahaan diharuskan mengevaluasi periode amortisasi aset tidak berwujud secara teratur untuk memutuskan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Apabila ternyata berubah, maka jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus dibebankan pada sisa manfaat yang baru, asal tidak melebihi 20tahun dari tanggal perolehan.
Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam amortisasi aktiva tetap tak berwujud menurut akuntansi pajak : • Metode garis lurus • Metode saldo menurun
Pengelompokkan masa manfaat dan tarif penyusutan
Tarif amortisasi Kelompok harta
Masa
tak berwujud
manfaat
Garis
Saldo
lurus
menurun
Kelompok 1
4 tahun
25 %
50 %
Kelompok 2
8 tahun
12,5 %
25 %
Kelompok 3
16 tahun 6,25 %
12,5 %
Kelompok 4
20 tahun 5 %
10 %
Penetapan masa manfaat
Penetapan masa manfaat dan tarif amortisasi diatas dimaksudkan untuk memberikan keseragaman dalam melakukan amortisasi. Metode yang digunakan sesuai dengan metode yang dipilih berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya. Kemungkinan dapat terjadi bahwa masa manfaat aset tetap tak berwujud tidak tercantum pada kelompok masa manfaat, maka Wajib Pajak menggunakan masa manfaat terdekat.
SAAT AMORTISASI DAN AMORTISASI PADA AKHIR MASA MANFAAT Seperti halnya penyusutan, dalam hal amortisasi ini dilakukannya pada saat diperolehnya, sedangkan dalam akuntansi pajak bahwa amortisasi dilakukan pada saat tahun dilakukannya pengeluaran. Pada akhir masa manfaat aset tetap tak berwujud akan diamortisasi sekaligus.
Selain itu ada ketentuan-ketentuan lain yang perlu untuk diperhatikan, antara lain adalah mengatur masalah : 1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya pengeluaran modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai ketentuan yang berlaku 2. Amortisasi terhadap pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menerapkan persentase tarif amrotisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut diproduksi.
Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan dan hak penguasaan sumber alam serta hasil alam lainnya seperti hak pengusahaan hasil laut diamortisasi berdasarkan metode satuan produksi dengan jumlah setinggitingginya 20% (dua puluh persen) setahun.
4. Amortisasi atas pengeluaran yang dilakukan operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Terhadap pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi terlebih dahulu. Pengertian biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum operasi komersial sebagai contoh adalah biaya studi kelayakan dan biaya produksi percobaan tetapi tidak termasuk biaya operasional rutin (gaji pegawai, rekening listrik, dsb). Biaya rutin ini akan dibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.
G. PENGALIHAN HAK AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Apabila terjadi pengalihan hak aktiva tetap tak berwujud seperti tersebut dalam pasal 11A ayat (1), ayat (4), ayat (5), nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan. Kemungkinan terjadi pengalihan aktiva tetap tak berwujud yang memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b undangundang Pajak Penghasilan maka Nilai Sisa Buku Aktiva tersebut boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
H. KASUS • Goodwill merupakan contoh dari aktiva tetap tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi secara spesifik. Dari segi akuntansi, goodwill adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba di atas laba normal dari lain-lain perusahaan yang sejenis (dalam industri yang sama).
Penentuan Harga Perolehan Goodwill
• Goodwill yang boleh dicatat hanyalah apabila perusahaan membeli kekayaan bersih dari perusahaan lain yang sudah berjalan, dengan pembayaran di atas harga pasar dari seluruh aktiva yang secara spesifik dapat diidentifikasikan dikurangi dengan seluruh hutang-hutangnya. • Sehingga dengan demikian, maka Harga Perolehan Goodwill adalah sebesar selisih lebih dari harga yang dibayar untuk perusahaan secara keseluruhan di atas harga pasar kekayaan bersih yang dapat diidentifikasikan, di dalam transaksi pembelian atau penggabungan badan usaha.
Amortisasi Goodwill
• Harga Perolehan Goodwill yang umurnya terbatas harus diamortisasi dan dibebankan pada rugi – laba selama jangka waktu kegunaannya.Tetapi bila ternyata kemudian jangka waktu kegunaan yang diperkirakan kemudian berbeda dari jangka waktu yang sesungguhnya, maka diperkenankan untuk mengadakan koreksi terhadap program amortisasinya. Amortisasi goodwill biasanya menggunakan metode garis lurus. Akan tetapi metode lain, seperti present value method, yang akan berakibat besarnya amortisasi semakin bertambah setiap tahun, juga dapat diterapkan
Goodwill yang usianya tidak terbatas harus tetap dinyatakan sebesar harga perolehannya sampai ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya kerugian atau keterbatasan umurnya. Harga perolehan goodwill harus dihapuskan sekaligus (write-off), bila terbukti tidak ada manfaatnya lagi, dan membebankannya pada rugi-laba.
The End
DR. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA.