Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
AKTIVITAS MUKOLITIK EKSTRAK DIKLOROMETANA BATANG TUMBUHAN PAKU CHINGIA SAKAYENSIS MUCOLYTIC ACTIVITIES OF DICHLOROMETHANE EXTRACT OF THE FERNS CHINGIA SAKAYENSIS’S STEM Erika Widiarini, Suyatno, dan Nurul Hidajati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231) Email :
[email protected];
[email protected]
Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas mukolitik ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku Chingia sakayensis. Ekstrak diklorometana diperoleh dengan metode maserasi terhadap serbuk kering batang tumbuhan paku C. sakayensis menggunakan pelarut diklorometana. Ekstrak diklorometana yang diperoleh kemudian dibuat berbagai konsentrasi larutan uji yaitu 0,2%; 0,4%; 0,6%; dan 0,8%. Uji aktivitas mukolitik dilakukan secara in vitro berdasarkan penurunan viskositas mukus usus sapi. Viskositas larutan uji diukur dengan viskometer Ostwald. Aktivitas mukolitik ditunjukkan oleh kemampuan ekstrak untuk menurunkan viskositas larutan mukus dibandingkan larutan kontrol negatif. Larutan asetilsistein 0,1% digunakan sebagai kontrol positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku C. sakayensis memiliki aktivitas mukolitik dan ekstrak diklorometana dengan konsetrasi 0,6% memiliki aktivitas mukolitik setara dengan asetilsistein 0,1%. Kata-kata kunci: Batang tumbuhan paku Chingia sakayensis, ekstrak diklorometana, aktivitas mukolitik. Abstract. This research aims to determine the mucolytic activity of dichloromethane extract of the fern Chingia sakayensis’s stem. The dichloromethane extract was obtained by maceration method to the dried powder of C. sakayensis’s stem using dichloromethane solvent. Dichloromethane extract obtained was made various concentrations of 0.2%; 0.4%; 0.6%; and 0.8%. Mucolytic activity assay performed in vitro based on the decreasing the viscosity of cow intestine mucus. Viscosity of the test solutions were measured by Ostwald viscometer. Mucolytic activity was shown by the ability of extract to reduce the viscosity of mucus comparing with negative control. The 0.1% acetylcysteine solution was used as positive control. The results showed that dichloromethane extract of C. sakayensis’s stem had mucolytic activity and mucolytic activity of the dichloromethane extract of 0.6% was equivalent to 0.1% acetylcysteine. Keywords: The stem of fern Chingia sakayensis, dchloromethane extract, mucolytic activity
Penyakit respirasi salah satunya adalah penyakit bronkitis yang terjadi karena peradangan pada bronkus (saluran paru-paru). Penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit bronkitis adalah batuk pilek atau flu, namun batuk akan menjadi lebih parah jika terjadi
PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan nasional berdampak dalam bidang kesehatan yaitu telah terjadi pergesaran pola penyakit. Penyakit respirasi ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan masih memerlukan penanganan yang terpadu dan seluruh unsur kesehatan [1].
C-45
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
infeksi pada paru dan menyebar ke bronkus. Peradangan yang terjadi pada penyakit bronkitis adalah peradangan dengan peningkatan produksi lendir yang terjadi secara berlebihan sehingga dahak yang muncul lebih banyak [2]. Untuk mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan diberikan terapi simptomatik dengan obat-obat pereda batuk salah satunya adalah mukolitik. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisonal lebih aman, dan tidak menimbulkan efek samping. Berdasarkan hasil penelitian Sutoyo, et al. (2007), dari ekstrak diklorometana tumbuhan paku Chingia sakayensis ditemukan senyawa steroid β-sitosterol, dan flavonoid farrerol [3]. Menurut Sjamsuhidajat (1991) dan Williaman (1955), flavonoid memiliki berbagai aktivitas sebagai antivirus, antibakteri, antihistamin, dan dapat meningkatkan gerakan pernapasan, yang semuanya sangat mendukung untuk penyembuhan penyakit radang saluran nafas [4, 5]. Mengingat aktivitas mukolitik ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku C. sakayensis belum pernah dilaporkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang aktivitas mukolitik ekstrak batang tumbuhan paku C. sakayensis.
teknis, diklorometana teknis, mukus usus sapi, kalium hidrogen fosfat 0,2 M, NaOH 0,2 M, aquades, asetil sistein, tween 80. Prosedur Penelitian Ekstraksi batang tumbuhan paku Chingia sakayensis Sebanyak 2 kg serbuk kering batang tumbuhan paku C. Sakayensis dimaserasi berturut-turut dengan pelarut n-heksana dan diklorometana selama 3 x 24 jam. Ekstrak diklorometana diuapkan secara vakum dengan rotavapor. Penyiapan mukus usus sapi Mukus usus sapi diperoleh dari usus sapi yang dicuci dengan air mengalir sampai bersih, kemudian usus dipotong membujur dan lapisan mukosa dikerok pelan-pelan jangan sampai mengenai pembuluh darah kapiler dan lemak. Mukus yang telah terkumpul diaduk pelan-pelan sampai homogen. Mukus yang digunakan untuk uji aktivitas mukolitik harus dalam keadaan masih segar [6]. Pembuatan larutan dapar fosfat Larutan dapar fosfat pH 7 dibuat dengan cara mencampur sebanyak 50 mL kalium hidrogen posfat 0,2 M dengan 29,1 mL NaOH 0,2 M dan dimasukkan dalam labu ukur 200 mL. Selanjutnya ke dalam campuran tersebut ditambahkan air bebas gas karbondioksida sampai tanda batas. Larutan dapar yang dihasilkan diperiksa harga pHnya menggunakan pH meter. Jika kurang basa dapat ditambahkan larutan NaOH dan sebaliknya jika kurang asam ditambahkan larutan kalium hidrogen posfat [6].
BAHAN DAN METODE Alat Beberapa alat yang digunakan antara lain:viskometer Ostwald, stopwatch, pisau, labu ukur 200 mL, pH meter, neraca analitik, spatula, waterbath, piknometer, gelas ukur, gelas kimia.
Pembuatan larutan mukus-dapar fosfat 20% (b/b) Larutan mukus-dapar fosfat 20% (b/b) dibuat dengan cara mencampur mukus sebanyak 20 bagian (dalam bobot) dengan dapar-fosfat pH 7 sebanyak 80 bagian (dalam bobot) sehingga total
Bahan Bahan-bahan yang di butuhkan adalah batang tumbuhan paku C. sakayensis, n-heksana
C-46
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
100 bagian (dalam bobot). Campuran diaduk sampai homogen [6].
Sebanyak 10 mL larutan uji dimasukkan dalam viskometer dan diukur waktu alir yang diperlukan larutan uji untuk melewati batas garis atas hingga batas garis bawah dicatat. Selanjutnya dilakukan pengukuran kerapatan menggunakan piknometer. Berat larutan uji diperoleh dengan mengurangkan berat larutan uji dan piknometer dengan berat piknometer kosong. Kemudian dihitung viskositasnya dengan mengalikan waktu alir dan kerapatan. Dengan cara yang sama dilakukan pengukuran viskositas terhadap larutan kontrol positif dan kontrol negatif [6]. Untuk mengetahui konsentrasi larutan uji yang setara dengan asetilsistein sebagai kontrol positif, dilakukan uji ANAVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan pengujian LSD.
Pembuatan larutan kontrol negatif Sebagai kontrol negatif digunakan larutan mukus-dapar posfat 20% (b/b) tanpa penambahan larutan uji maupun obat mukolitik standart asetil sistein. Larutan kontrol negatif dibuat dengan cara mencampurkan tween 80 sebanyak 0,5% (b/b) dari berat total atau sebesar 0,15 gram dengan larutan mukus-dapar posfat hingga diperoleh berat total sebesar 30 gram dan diaduk hingga campuran homogen [6]. Pembuatan larutan kontrol positif Sebagai kontrol positif digunakan larutan mukus-dapar posfat 20% (b/b) yang ditambah asetilsistein 0,1%. Larutan kontrol positif dibuat dengan cara mencampurkan asetilsistein 0,1% sebanyak 0,03 gram dengan tween-80 sebanyak 0,5% (b/b) dari berat total atau sebesar 0,15 gram. Selanjutnya ditambahkan larutan mukusdapar posfat hingga diperoleh berat total sebesar 30 gram dan diaduk hingga campuran homogen [6].
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Serbuk kering batang tumbuhan paku C. sakayensis kemudian dimaserasi dengan pelarut n-heksana dan diklorometana selama 3x24 jam, dan menghasilkan 15 L ekstrak diklorometana. Kemudian ekstrak tersebut diuapkan secara vakum dengan rotavapor, dan diperoleh ekstrak kental berwarna hijau tua sebanyak 21,697 gram.
Pembuatan larutan uji Pembuatan larutan uji menggunakan ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku C. sakayensis dengan konsentrasi 0,2%; 0,4%; 0,6%; dan 0,8% ditambahkan pada masingmasing konsentrasi dengan tween-80 sebanyak 0,5% (b/b) dari berat total atau sebesar 0,15 gram. Selanjutnya ditambahkan larutan mukusdapar posfat hingga diperoleh berat total sebesar 30 gram dan diaduk hingga campuran homogen.
Aktivitas Mukolitik in vitro Aktivitas mukolitik in vitro dapat diketahui dari viskositasnya. Hasil pengukuran viskositas larutan uji dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya diuji ANAVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan pengujian LSD. Sebelum dilakukan pengujian ANAVA satu arah data hasil penelitian diuji normalitas dan homogenitasnya. Dari hasil uji normalitas menggunakan program SPSS diperoleh nilai p = 0,200. Harga tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga data hasil penelitian berdistribusi normal. Pada uji homogenitas diperoleh nilai p = 0,252. Mengingat harga
Pengujian Aktivitas Mukolitik Efek mukolitik diuji secara in vitro dengan mengukur perubahan viskositas mukus usus sapi. Pengukuran dilakukan menggunakan viskometer Ostwald. Sebelumnya, larutan uji diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit.
C-47
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
tersebut lebih besar dari 0,05 maka data hasil penelitian bersifat homogen. Selanjutnya pada uji ANAVA satu arah yang dilanjutkan denganuji LSD diperoleh hasil analisis yang disajikan pada Tabel 2.
Selanjutnya dibandingkan dengan kontrol positif untuk mengetahui konsentrasi fraksi yang aktivitas mukolitiknya setara dengan asetilsistein 0,1%. Hasilnya adalah ekstrak dengan konsentrasi 0,6% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0.05) terhadap kontrol positif (asetilsistein 0,1%). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa ekstrak dikolorometana pada konsentrasi 0,6 memiliki aktivitas mukolitik yang setara dengan asetilsistein 0,1%.
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Viskositas Larutan Uji Replikasi
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
I II III Rata-rata
7,2152 7,2152 7,2037 7,2113
7,1432 7,1202 7,1663 7,1432
0.2 7,1702 7,1702 7,1587 7,1663
Viskositas (cps) Konsentrasi (%) 0.4 0.6 7,1760 7,1446 7,1530 7,1446 7,1760 7,1561 7,1683 7,1484
0.8 7,1261 7,1145 7,1145 7,1183
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku C. sakayensis memiliki aktivitas mukolitik. Ekstrak dengan konsentrasi 0,6% memiliki aktivitas mukolitik yang setara dengan asetilsitein 0,1% sebagai kontrol positif.
Tabel 2. Hasil Uji LSD Berbagai Konsentrasi Kontrol negatif
Kontrol positif
Konsentrasi 0,2%
Konsentrasi 0,4%
Konsentrasi 0,6%
Konsentrasi 0,8%
Perlakuan Kontrol positif Konsentrasi 0,2% Konsentrasi 0,4% Konsentrasi 0,6% Konsentrasi 0,8% Kontrol negatif Konsentrasi 0,2% Konsentrasi 0,4% Konsentrasi 0,6% Konsentrasi 0,8% Kontrol negatif Kontrol positif Konsentrasi 0,4% Konsentrasi 0,6% Konsentrasi 0,8% Kontrol negatif Kontrol positif Konsentrasi 0,2% Konsentrasi 0,6% Konsentrasi 0,8% Kontrol negatif Kontrol positif Konsentrasi 0,2% Konsentrasi 0,4% Konsentrasi 0,8% Kontrol negatif Kontrol positif Konsentrasi 0,2% Konsentrasi 0,4% Konsentrasi 0,6%
Probabilitas 0.000 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.038 0.026 0.610 0.028 0.001
Kesimpulan BB BB BB BB BB BB BB BB BTB BB BB
0.038 0.846 0.096 0.001 0.001 0.026 0.846 0.068 0.000 0.000 0.610 0.096 0.068 0.000 0.000 0.028 0.000 0.000 0.010
BB BTB BTB BB BB BB BTB BTB BB BB BTB BTB BTB BB BB BB BB BB BB
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing Lanjutan Tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Prof. Dr. Suyatno, M.Si. dan Dra. Nurul Hidajati, M.Si. Oleh karena itu ucapan terimakasih disampaikan kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana penelitian ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada bapak Deden Mudiana, S.Hut., M.Si. dari LIPI Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur yang telah membantu dalam pengumpulan dan identifikasi sampel tumbuhan paku C. sakayensis.
Keterangan: BB = Berbeda Bermakna BTB = Berbeda Tidak Bermakna
DAFTAR PUSTAKA 1. Soemantri, E.S. 1997. MasalahRespirologi dan Tantangannya di Masa Depan. CerminDuniaKedokteran. 41. 115. 2. Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC. 3. Sutoyo, Suyatno., Indrayanto, G. &Zaini, NC. 2007. ChemicalConstituents ofChingiasakayensis (Zeiller) Holtt. Natural ProductCommunications. 2 (5): 579-580.
Dalam Tabel 2. dapat dilihat bahwa ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku C. sakayensis dengan berbagai konsentrasi memberikan penurunan viskositas yang bermakna terhadap kontrol negatif (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku C. sakayensis memiliki aktivitas mukolitik.
C-48
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
4. Sjamsuhidajat, S.S. dan Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian Obat Pengembangan Kesehatan. 5. Willaman, S.S. 1955. Some Biological Effect of the Flavonoids. Journal of the American Pharmaceutical Assoc, Sci. Ed. 44. 404-409. 6. Afiyati, A. dan Murrukmihadi, M. 2013. Efek Pemberian Fraksi yang Mengandung Alkaloid dari Bunga Kembang Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) Varietas Merah Tunduk terhadap Aktivitas Mukolitik Secara in Vitro. Traditional Medicine Jurnal. 18 (3): 187-194.
C-49