JKK, tahun 2013, volume 2 (2), halaman 118-122
ISSN 2303-1077
UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TUMBUHAN PAKU UBAN (Nephrolepis biserrata (Sw) Schhott)
1
Juli Astuti 1*, Rudiyansyah1, Gusrizal1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak Email:
[email protected]
ABSTRAK Paku uban (Nephrolepis biserrata (Sw) Schhott) biasa dikenal sebagai salah satu tanaman hias dan biasa juga digunakan sebagai obat sakit perut, hal ini dikarenakan adanya komponen bioaktif yang terkandung pada tumbuhan paku uban. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan tumbuhan paku uban. Pengujian dilakukan sebagai salah satu langkah untuk mengetahui pemanfaatan dimasa mendatang. Pada penelitian ini telah dilakukan uji fitokimia dan aktivitas antioksidan terhadap ekstrak tumbuhan paku uban menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2pikril hidrasil). Analisis fitokimia dilakukan dengan cara kualitatif. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa Paku uban mengandung alkaloid, flavonoid dan steroid. Hasil pengujian antioksidan fraksi kloroform dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis terhadap sampel paku uban memberikan nilai IC50 sebesar 268,87 µg/mL, fraksi n-heksana sebesar 223,20 µg/mL dan fraksi metanol sebesar 78,45 µg/mL, sedangkan asam askorbat memiliki nilai IC50 sebesar 22,22 µg/mL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraksi metanol sampel paku uban berpotensi sebagai antioksidan. Analisis mineral ekstrak paku uban menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), memberikan hasil yaitu besi 0,0042% dan kalsium 0,0042%. Kata kunci : Fitokimia, Nephrolepis biserrata (Sw) Schhott, Antioksidan, DPPH PENDAHULUAN
dan obat sakit perut, hal ini dikarenakan adanya komponen bioaktif yang terkandung pada tumbuhan paku uban. Oleh karena itu, maka dilakukan pengujian uji fitokimia untuk mengetahui kandungan fitokimia ekstrak kloroform, n-heksana dan metanol tumbuhan paku uban yang berpotensi sebagai antioksidan dan pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak kloroform n-heksana dan metanol tumbuhan paku uban yang ditinjau dari nilai IC5O.
Penggunaan flora untuk mengobati suatu penyakit yang diwariskan secara turun temurun dari leluhur masih ada sampai sekarang. Salah satu spesies tumbuhan yang dapat dijadikan sumber pangan dan bahan obat-obatan adalah Nephrolepis biserrata (Sw) Schhott dari genus Nephrolepis, termasuk dalam famili Davalliaceae yaitu tumbuhan yang dikenal sebagai paku uban.
METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain blender, neraca analitik Ohaus PAJ1003, peralatan gelas, rotary evaporator, seperangkat alat destilasi, tanur, spektrofotometer serapan atom (SSA) type Shimadzu dan spektrofotometer ultraungu-sinar tampak type Genesys 6. Bahanbahan yang digunakan adalah asam klorida (HCl) pekat, H2SO4, ferriklorida 5%, kloroform, logam Mg, metanol, n-heksana, natrium hidroksida (NaOH) 40%, , ZnSO4, DPPH, arsenomolibdat, reagen Lieberman-Burchard, Dragendorff, reagen Nelson dan reagen Wagner.
Gambar 1. Tumbuhan Paku Uban Penelitian tentang paku uban yang pernah dilakukan sebelumnya baru sebatas pada kandungan gizi yang digunakan sebagai bahan alternatif pakan ternak (Omojola et al., 2012). Tumbuhan paku uban dikenal sebagai salah satu tanaman hias, tanaman pangan dan obat. Tumbuhan ini banyak terdapat di berbagai daerah Kalimantan Barat. Batang tumbuhan yang masih muda digunakan sebagai sayuran 118
JKK, tahun 2013, volume 2 (2), halaman 118-122
Prosedur Kerja Analisis mineral Fe dan Ca Sebanyak 5 g sampel yang telah dikeringkan dimasukan ke dalam cawan porselin, diarangkan di atas bunsen dengan nyala api kecil sampai berasap, dan dimasukan dalam tanur pada suhu 500-600oC sampai menjadi abu berwarna putih. Abu yang diperoleh didinginkan dalam desikator. Abu yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan 10 mL HCl 5 N, disaring dan ditepatkan secara kuantitatif hingga 100 mL dengan larutan HCl 10%. Dianalisis menggunakan spektrofotometri serapan atom. Analisis mineral diuji menurut metode yang digunakan oleh SNI 01-2896-1998.
ISSN 2303-1077
diuji menurut metode yang digunakan oleh Hanani dkk (2005) dan Okawa dkk (2001). Perhitungan persen penghambatan DPPH digunakan rumus sebagai berikut:
(%) Peredaman =
ADPPH- Asampel+DPPH ADPPH
x 100%
Keterangan: ADPPH adalah absorbansi DPPH Asampel + DPPH adalah absorbansi sampel ditambah DPPH Grafik hubungan antara konsentrasi larutan uji dengan % peredaman dibuat untuk selanjutnya dilakukan perhitungan nilai IC50 berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh. IC50 merupakan konsentrasi ekstrak yang menyebabkan pengurangan aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 menunjukan aktivitas antioksidan pada bahan yang diuji semakin besar (Amrun,2007; Hanani,2005; Mulyneux,2004).
Uji fitokimia Kedalam tabung reaksi masing-masing ditambahkan beberapa tetes fraksi kloroform, nheksana dan metanol, ditambahkan asam sulfat pekat beberapa tetes, dikocok, diamkam hingga terjadi pemisahan. Ambil lapisan asam, tambahkan pereaksi Mayer, Dragendorf, atau Wagner, jika terbentuk endapan putih dengan pereaksi Mayer, jingga dengan Dragendorf, atau coklat menunjukkan uji positif untuk alkaloid. Ditempatkan kedalam plat tetes masingmasing fraksi kloroform, n-heksana dan metanol, ditambah logam Mg dan beberapa tetes asam klorida pekat, terbentuknya warna jingga sampai merah, menunjukkan adanya flavonoid. Ditambah 2 tetes larutan ferriklorida 5% (dalam etanol), terbentuknya warna hijau sampai biru, menunjukkan adanya fenolik. Ditambahkan pereaksi Lieberman-Burchard, terbentuknya warna merah atau violet, menunjukkan uji positif terpenoid, jika berwarna hijau atau biru, menunjukkan adanya steroid. Analisis fitokimia diuji menurut metode yang digunakan oleh Harborne dkk (1987).
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Fitokimia Uji fitokimia merupakan salah satu langkah penting dalam upaya mengungkap potensi sumber daya tumbuhan obat. Hasil analisis dapat memberikan petunjuk jenis golongan metabolit sekunder, seterti alkaloid, flavonoid, fenolik, steroid dan triterpenoid. Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder pada sampel, dilakukan proses meserasi dengan pelarut metanol. Ekstrak tersebut selanjutnya dipartisi berturut-turut dengan n-heksana dan kloroforom. Berikut adalah hasil uji skrining fitokimia ekstrak metanol, n-heksana dan kloroforom pada tumbuhan paku uban.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi kloroform, n-heksana dan metanol dilarutkan dalam metanol dan dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 10, 30, 50,70 dan 90 ppm. Untuk pembanding digunakan Asam askorbat (konsentrasi 5, 10, 15, 25, 25 ppm). Masing-masing larutan uji (larutan sampel dan larutan pembanding) dipipet sebanyak 0,2 mL ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3,8 mL larutan pereaksi (DPPH). Dikocok, dihomogen dan dibiarkan 30 menit. Kemudian diukur dan diamati absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 515 nm dengan blanko metanol. Peredaman radikal bebas dari DPPH
Tabel 1 menunjukkan bahwa fraksi nheksana dan kloroforom positif mengandung senyawa alkaloid dan steroid. Sedangkan fraksi metanol tumbuhan paku uban positif mengandung senyawa aktif flavonoid.
119
JKK, tahun 2013, volume 2 (2), halaman 118-122
menyatakan hasil dari pengujian DPPH. Nilai IC50 dapat diidentifikasi sebagai besarnya konsentrasi yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas, yaitu menghambat aktivitas radikal bebas DPPH sebanyak 50%, yaitu semakin kecil nilai IC50 menunjukan aktivitas antioksidan pada bahan yang diuji semakin besar (Amrun,2007; Hanani,2005; Mulyneux,2004). Hasil pengujian fraksi kloroform, n-heksana, metanol dan asam askorbat (senyawa pembanding) dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4.
Tabel 1. Hasil uji fitokimia ekstrak tumbuhan paku uban No
Kandungan Kimia
Ekstrak sampel Metanol
n-heksana
Kloroform
Mayer
-
-
-
Dragendorff
-
-
+
Wagner
-
+
2
Flavonoid
+
-
-
3
Steroid
-
-
+
4
Triterpenoid
-
-
-
5
Fenolik
-
-
-
1
ISSN 2303-1077
Alkaloid
% Peredaman
25 y = 0,154x + 8,594 R² = 0,940
20 15 10 5 0 0
Uji Aktivitas Antioksidan Uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif menggunakan metode DPPH dipilih karena ujinya sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel Harnani (2005) dan Okawa (2001). Pengukuran aktivitas antioksidan sampel dilakukan pada panjang gelombang 515 nm. Adanya aktivitas antioksidan dari sampel mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada larutan DPPH dalam metanol yang semula berwarna ungu pekat menjadi kuning pucat (Permana et al., 2003). Aktivitas antioksidan dari fraksi kloroform, nheksana dan metanol dinyatakan dalam persen penghambatannya terhadap radikal DPPH. Persentase penghambatan ini didapatkan dari perbedaan serapan antara absorban DPPH dalam metanol dengan absorban sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 515 nm. Selanjutnya persamaan regresi yang diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi raksi kloroform, nheksana dan metanol dengan persen penghambatan DPPH digunakan untuk mencari nilai IC50. Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH (Andayani et al., 2008). Perhitungan daya antioksidan DPPH diukur dari perubahan warna DPPH yang dinyatakan dalam % peredaman. Dari hasil % peredaman yang diperoleh, ditentukan nilai IC50 yang merupakan parameter yang digunakan untuk
50 100 Konsentrasi Fraksi Kloroform Sampel Paku Uban (µg/mL)
% Peredaman
Gambar 1 Grafik hubungan antara konsentrasi fraksi kloroform sampel paku uban dengan % peredaman. 25 20 15 10 5 0
y = 0,217x + 1,453 R² = 0,897
0
50
100
Konsentrasi Fraksi N-heksana Sampel Paku Uban (µg/mL)
Gambar 2 Grafik hubungan antara konsentrasi fraksi n-heksana sampel paku uban dengan % peredaman.
120
JKK, tahun 2013, volume 2 (2), halaman 118-122
Kadar mineral Fe sampel paku uban sebesar 0,0042 mg, dapat dilihat bahwa kadar besi pada paku uban masih sangat kecil sehingga dibutuhkan makanan lain untuk mencukupi kadar Fe dalam tubuh. Sedangkan kadar mineral kalsium pada paku uban sebesar 0,0042 mg, sehingga paku uban baik dikonsumsi untuk menambah asupan mineral. Menurut Piliang, (2001) dan Parakkasi, (1999), kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang, selain itu juga berfungsi untuk perkembangan gigi, produksi air susu, transmisi implus saraf. Jadi semakin banyak sayuran mengandung mineral kalsium maka semakin baik untuk kesehatan tubuh.
% Peredaman
60 y = 0,538x + 7,780 R² = 0,998
40 20 0 0
50
100
Konsentrasi Fraksi Metanol Sampel Paku Uban (µg/mL)
Gambar 3 Grafik hubungan antara konsentrasi fraksi metanol sampel paku uban dengan % peredaman.
% Peredaman
60
SIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
y = 2,234x + 0,367 R² = 0,998
50 40 30
1. Analisis fitokimia menunjukan bahwa fraksi n-heksana dan kloroforom tumbuhan paku uban positif mengandung dua golongan senyawa yaitu alkaloid dan steroid. Sedangkan fraksi metanol tumbuhan paku uban positif mengandung golongan senyawa flavonoid. 2. Uji aktivitas antioksidan memperlihatkan bahwa paku uban fraksi metanol memiliki aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 78,45 µg/mL . Untuk fraksi kloroform dengan nilai IC50 268,87 µg/mL dan fraksi n-heksana sebesar 223,20 µg/mL. Sehingga paku uban fraksi kloroform dan fraksi n-heksana dikategorikan memiliki antioksidan yang sangat lemah bila dibandingkan dengan sampel paku uban fraksi metanol. 3. Hasil analisis mineral pada paku uban secara berurut yaitu besi 0,042 % dan kalsium 0,042 %.
20 10 0 0
10
20
ISSN 2303-1077
30
Konsentrasi Asam Askorbat (µg/mL)
Gambar 4 Grafik hubungan antara konsentrasi asam askorbat dengan % peredaman. Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat ditentukan nilai IC50. Dari nilai IC50 ini dapat dilihat bahwa fraksi kloroform dan n-heksana sampel paku uban memiliki nilai IC50 yang cukup besar yaitu sebesar 276,87 µg/mL dan 223,20 µg/mL bila dibandingkan dengan fraksi metanol dan asam askorbat yaitu sebesar 78,45 µg/mL dan 22,22 µg/mL . Menurut Blouis (1958) dan Hanani (2005), suatu bahan uji dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 200 µg/mL, sedangkan senyawa murni memiliki nilai IC50 kurang dari 100 µg/mL. semakin kecil harga IC50, semakin besar aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50-nya sebesar 78,45 µg/mL dan 22,22 µg/mL yang berada di bawah 100 µg/mL. Terlihat dari nilai IC50-nya masingmasing menunjukan bahwa fraksi metanol paku uban dapat menangkal radikal bebas dibandingkan dengan fraksi kloroform dan nheksana.
DAFTAR PUSTAKA Amrun, M. Umiyah; dan Umayah, E., 2007, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak Metanol Beberapa Pariasi Buah Kenitu (Chrysophyllumcainito L.) dari Daerah Jamber, Berk. Panel. Hayati, 13: 45-50. Andayani, R., Y. Lisawati, Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenol Total dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum lycupersicum L).
Analisis Mineral Fe, Ca 121
JKK, tahun 2013, volume 2 (2), halaman 118-122
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol 13, No.1. Hanani
Hernani,
Okawa, M.J.; Kinjo, T,; Nohara and M.ono. 2001, Mudification Method “ DPPH (22-difenil-1-pikrihidrazil) Radical Scavenring Activity Of Flvonoids Obtained From Some Medicinal Pants. Biol. Pharm. Bull.,24 (10), 2012.
E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(3):127-133. Raharjo, M., 2005. berkhasiat Antioksidan. Swadya: Jakarta.
ISSN 2303-1077
Parakkasi, A., 1999, Ilmu Nutrisi dan Makanan Teknik Ruminan. UI-Press. Jakarta.
Tanaman Penebar
Piliang, W. G., 2001, Nutrisi Mineral. Edisi ke-4. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical dyhenylpicrylhydrazil (DPPH) for estimating antioxidant activity. Journals science and technology: 26:211-219. Omojola A.B., Uzoho U and Fagbuaro S.S. 2012. Nutritive Value and Potential of Aquatic plant (Nephrolepsis Biserata – Schott) as Feed Resource for Small Ruminant. Department of Animal Science: University of Ibadan, Nigeria.
Permana, D., N. H. Lajis, F. AbasA.G. Othman, R. Ahmad, M. Kitajama, H. TakayamaN. Aimi. 2003. Antioksidative Constituents of Hedotis Diffusa Wild. Natural Product Sciences 9 (1):7-9.
122