AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK (Cinnamomum sintoc BL.) DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL PADA MENCIT* Oleh: Sri Adi Sumiwi, Rini Hendriani, Irfani syahrul __________________________________________________________________ ABSTRAK Pengujian aktivitas antidiare dari kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antidiare ekstrak etanol kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) dalam upaya menggali potensi tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan diare. Evaluasi dilakukan dengan menghitung rasio usus yang dilewati oleh marker yang menggambarkan berlangsungnya peristaltik usus. Ekstrak etanol dari kulit batang sintok diberikan secara oral pada mencit dengan dosis 250 mg/kg, 500 mg/kg, 1000 mg/kg dengan pembanding loperamida HCl dosis 2 mg/70kg berat badan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang sintok memiliki aktivitas antidiare. Berdasarkan data statistik dengan α = 0.05, terdapat perbedaan yang bermakna pada kecepatan transit usus untuk kedua ekstrak uji dosis 500 mg/kg dan 1000 mg/kg dibandingkan dengan kelompok kontrol.
ABSTRACT The purpose of the present experiment was to investigation the activity of antidiarrheal from the ethanol extract of sintok bark (Cinnamomum sintoc BL.) for plants potential as a treatment for diarrheal. Evaluation of antimotility effect was assessed by calculating the gastrointestinal transit rate determinated by the distance marker. The ethanol extract of sintoc bark were given orally in Swiss webster mice with dose of 250 mg/kg, 500 mg/kg and 1000 mg/kg by control loperamide HCl with dose 2 mg/70kg body weight. The result of the experiment showed that the extract of sintoc bark gave activities of antidiarrheal. The statistic analysis at α = 0.05, gave significantly different in intestinal transit time in mice treated by both extract dose of 500 mg/kg and 1000 mg/kg compared to that of control group. Keyword : antidiarrheal, intestinal transit time method and sintoc. __________________________________________________________________
1
2
PENDAHULUAN Diare
merupakan
penyakit
suatu gangguan saluran pencernaan
yang sering terjadi di masyarakat.
yang
Penyakit ini sering terjadi karena
defekasi lebih dari 3 kali sehari dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya
disertai dengan keluhan nyeri perut
yaitu keadaan gizi yang buruk, sikap
(Tan, 2002). Perubahan konsistensi
masyarakat, keadaan sosial ekonomi
dan
dan lingkungan. Diare hingga kini
adanya
masih merupakan salah satu masalah
(sekresi) cairan dalam saluran cerna,
kesehatan
Indonesia
gangguan penyerapan cairan akibat
yang utama baik ditinjau dari segi
kerusakan dinding usus, dan adanya
kesakitan
peningkatan
masyarakat
maupun
kematian
yang
ditandai
dengan
frekuensi
ini
frekuensi
terjadi
peningkatan
yang
akibat
pelepasan
abnormal
dari
ditimbulkan. Sampai saat ini sering
gerak atau motilitas saluran cerna
terjadi
wabah
(Habib, 2005). Pada dasarnya diare
daerah
yang
diare
di berbagai
disertai
dengan
sejumlah kematian (Triatmojo,). Diare
merupakan
merupakan
mekanisme
tubuh
mengeluarkan
untuk
alamiah zat-zat
suatu
racun yang tidak dikehendaki dari
penyakit dengan tanda-tanda adanya
dalam usus. Bila usus sudah bersih
perubahan
maka diare akan berhenti dengan
bentuk
dan konsistensi
dari tinja yang melembek sampai
sendirinya (Anonim, 2004).
mencair dan bertambahnya frekuensi
Dalam
lambung,
makanan
menjadi bubur
(chymus),
buang air besar lebih dari biasanya.
dicerna
(3 kali atau lebih, dalam 1 hari). Di
kemudian diteruskan ke usus halus
dunia,
untuk
diare merupakan penyebab
diuraikan
lebih
kematian ke-3 paling umum pada
enzim-enzim.
balita, dan membunuh lebih dari 1,5
resorpsi, sisa chymus tersebut yang
juta orang per tahun (Anonim, 2006).
terdiri dari 90% air dan sisa-sisa
Menurut WHO (1980), diare adalah
makanan
suatu kondisi buang air besar dengan
diteruskan ke usus besar (colon).
feces encer atau cair lebih dari 3 kali
Bakteri-bakteri yang biasanya selalu
sehari, diare juga diartikan sebagai
berada di sini mencernakan lagi sisa-
yang
Setelah
lanjut oleh
sukar
terjadi
dicernakan,
3
sisa (serat-serat) tersebut, sehingga
neurohormon
sebagian besar daripadanya dapat
Intestinal
diserap
resorpsi
pula
melalui
usus
selama besar.
perjalanan Airnya
VIP
(Vasoactive
Peptide). melebihi
Biasanya,
sekresi,
tetapi
juga
karena sesuatu sebab sekresi menjadi
diresorpsi kembali, sehingga lambat
lebih besar daripada resorpsi, maka
laun isi usus menjadi lebih padat.
terjadilah
diare.
Terganggunya
keseimbangan antara resorpsi dan Menurut teori klasik, diare disebabkan peristaltik
oleh usus,
meningkatnya
hingga
pelintasan
sekresi, dengan diare sebagai gejala utama,
sering
kali
gastroenteristis
terjadi
(radang
pada
lambung-
chymus sangat dipercepat dan masih
usus) yang disebabkan oleh kuman
mengandung banyak air pada saat
dan toksinnya (Tan, 2002). Enteritis
meninggalkan
tubuh
sebagai tinja.
berarti infeksi yang disebabkan baik
Penelitian
dalam
tahun-tahun
oleh virus maupun bakteri. Pada
bahwa
diare infeksius umum, infeksi paling
adalah
luas terjadi pada seluruh usus besar
bertumpuknya cairan di usus akibat
dan pada ujung distal ileum. Dimana
terganggunya
Diare
pun infeksi terjadi, mukosa teriritasi
dapat bersifat akut atau kronis dan
secara luas, dan kecepatan sekresinya
spesifik
sangat tinggi (Guyton, 1996).
terakhir
menunjukkan
penyebab
utamanya
atau
resorpsi
air.
non spesifik,
tetapi
yang terbanyak adalah non spesifik (Winarno,)
Protokol penapisan aktivitas antidiare
ditujukan
Pada keadaan normal, proses
aktivitas
obat
resorpsi dan sekresi dari air
memperlambat
dan elektrolit
sehingga
elektrolitberlangsung
pada
waktu
defekasi
terbatas
pada
yang
dapat
peristaltik
mengurangi
usus, frekuensi
dan
memperbaiki
yang sama di sel-sel epitel mukosa.
konsistensi pada hewan percobaan.
Proses
beberapa
Terdapat
beberapa
hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin
antidiare
yang
(morfin endogen), sedangkan sekresi
diantaranya metode transit intestinal
diatur
dan metode proteksi terhadap diare
ini
oleh
diatur
oleh
prostaglandin
dan
metode
dapat
uji
dilakukan
4
yang disebabkan oleh oleum Ricini.
dengan
Metode
menyegarkan.
transit
digunakan
intestinal
untuk
aktivitas
dapat
mengevaluasi
antidiare,
antispasmodik,
bau
digunakan
yang
wangi
Kulit sebagai
batang
sintok
obat
cacing
laksansia,
(antelmentik) terhadap tusukan atau
berdasarkan
gigitan binatang beracun dan rematik
pengaruhnya pada rasio jarak usus
(antiinflamasi),
mengobati
yang ditempuh oleh suatu marker
sifilis,
mengurangi
dalam
usus
waktu
panjang
tertentu
usus
terhadap
keseluruhan
pada
hewan percobaan mencit atau tikus.
untuk
(disentri),
oleh
berkhasiat
oleum
sebagai
Ricini
penyakit sekresi
dan
dapat
menghilangkan kejang perut bagian bawah (Heyne,).
Metode proteksi terhadap diare yang disebabkan
dan
Untuk farmakologi
melengkapi kulit
data
batang
sintok
laksansia,
(Cinnamomum sintoc BL.), maka
mengurangi absorpsi neto cairan dan
dilakukan efek farmakologi terhadap
elektrolit
diare pada hewan percobaan dengan
serta
peristaltik
usus
menstimulasi sehingga
dapat
metode transit intestinal.
melindungi hewan percobaan mencit
Berdasarkan
masalah
yang
belakang
oleum
timbul adalah apakah ekstrak etanol
tersebut
(Kelompok
Kerja Ilmiah Phyto Medica,)..
atas,
latar
terhadap diare yang diinduksi dengan Ricini
di
uraian
kulit batang sintok (Cinnamomum
Sintok ialah sejenis tumbuhan
sintoc
BL.)
berbatang berkayu yang memanjang
sebagai
antidiare
dan berasal dari suku Lauraceae.
dosis antidiare yang paling efektif
Sintok dapat digunakan sebagai obat
dari
luar maupun dalam. Bagian yang
batang sintok (Cinnamomum sintoc
dapat digunakan sebagai obat adalah
BL.) tersebut.
kulit batang, kulit cabang dan daun.
Penelitian
Sedangkan buahnya dapat digunakan
mengetahui aktivitas
sebagai sampo
ekstrak etanol kulit batang sintok
menghitamkan menghilangkan
dan sabun untuk rambut kotoran
atau
dan daki
ekstrak
ini
memiliki dan
etanol
aktivitas berapakah
etanol
bertujuan
kulit
untuk
antidiare dari
(Cinnamomum sintoc BL.)
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan
mengenai
aktivitas
informasi
antidiare
dari
ekstrak etanol kulit batang sintok (Cinnamomum
sintoc
BL),
udara terbuka. Setelah kering, kulit batang tersebut dibuat serbuk dengan menggunakan mesin penggiling. 3 Ekstraksi
serta
Bahan
berupa
dapat memberikan kontribusi bagi
kering
pengembangan
(Cinnamomum sintoc BL.) sebanyak
tanaman
obat
kulit
simplisia
batang
sintok
berkhasiat di Indonesia.
1 kg dihaluskan, kemudian diperoleh
METODE PENELITIAN
serbuk
1. Determinasi dan Pengumpulan
batang
digunakan
dalam
sintok
yang
penelitian
ini
diperoleh dari Pasar Baru, Bandung. Determinasi dilakukan di Herbarium Laboratorium
Taksonomi
Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
dengan
batang dicuci
cara
sintok
lalu
yang
dikeringkan
diangin-anginkan
di
4. Pengujian Antidiare Pengujian
suhu kamar selama 3x24 jam. dan setiap 1x24 jam ekstrak ditampung dan
residunya
dimaserasi kembali
dengan etanol yang baru. Jumlah pelarut total yang digunakan adalah 10 liter. Seluruh filtrat dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan rotary lalu
diuapkan
aktivitas
cawan
penguap
yang diperoleh ditimbang. dengan
metode
dosis yang berbeda. Metode yang
Mencit
digunakan
kemudian
transit
diambil
secara
dikelompokkan
intestinal (Suryawati, 1993). Berikut
beberapa kelompok yaitu :
uraian
Kelompok
lengkap
pengujian
aktivitas
transit
intestinal pada mencit : Pengelompokkan mencit
metode
diperoleh
ekstrak kental. Kemudian, ekstrak
antidiare antidiare
hingga
dilakukan terhadap ekstrak dengan
adalah
diatas
penangas air dengan menggunakan
2 Pengolahan Bahan
diperoleh,
gram.
Serbuk simplisia tersebut dimaserasi
evaporator,
Alam, Universitas Padjadjaran.
Kulit
947,04
dengan pelarut etanol 70 % pada
Bahan Kulit
sebanyak
acak menjadi
kontrol diberi suspensi
PGA 2%, kelompok uji yang diberi
6
ekstrak etanol kulit batang sintok
pilorus sampai rektum dari masing-
dosis 250 mg/kgBB dalam suspensi
masing mencit.
PGA 2%, kelompok uji yang diberi
rasio antara jarak yang ditempuh
ekstrak etanol kulit batang sintok
marker
dosis 500 mg/kgBB dalam suspensi
keseluruhan. Nilai rasio ini kemudian
PGA 2% dan kelompok uji yang
di
diberi ekstrak etanol kulit batang
kelompok, dan nilai dari masing-
sintok
masing
dosis 1000mg/kgBB dalam
terhadap
rata-rata
panjang
untuk
dibandingkan
Pembanding yang digunakan adalah
kelompok
tersebut
(kelompok uji
usus
masing-masing
kelompok
suspensi PGA 2%.
loperamida HCl dosis 2mg/70
Kemudian dihitung
dan
kontrol, kelompok
pembanding).
kgBB
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam suspensi PGA 2%.
1. Ekstraksi
Tahap pengujian aktivitas antidiare:
Pada
proses
ekstraksi
Setelah dipuasakan selama kurang
digunakan metode maserasi dengan
lebih 18 jam, mencit diberi sediaan
cairan penyari etanol 70%. Dalam
secara
volume
proses ini digunakan etanol sebagai
pemberian 1ml/100 gram berat badan
cairan penyari karena etanol dapat
sesuai
melarutkan hampir semua metabolit
per
oral
dengan
pengelompokkannya
berdasarkan dosis. 45 menit setelah
sekunder
pemberian
simplisia dan selain itu digunakan
mencit
ekstrak,
diberi
masing-masing
larutan
tinta
cina
yang
terkandung
karena relatif aman,
dalam
tidak toksik
sebanyak 0,1 ml/10 gram. Setelah 65
seperti pelarut lainnya misal metanol
menit,
yang dapat menyebabkan kebutaan.
semua
mencit
dikorbankan
secara dislokasi tulang leher. Usus
Jumlah
dikeluarkan secara hati-hati, jangan
digunakan adalah 10 liter.
sampai terenggang. Panjang seluruh
volume
Dari
total etanol yang
ekstraksi
usus yang dilalui marker tinta cina
maserasi
mulai dari pilorus sampai ujung akhir
etanol 70 % diperoleh hasil seperti
(berwarna hitam) diukur. Demikian
pada Tabel 1.
pula
panjang
seluruh
usus
dari
dengan
secara
menggunakan
Tabel 1
Hasil Ekstraksi Simplisia Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) secara Maserasi dengan Etanol 70% Bahan Kulit Batang Sintok Berat Berat simplisia (g)
947,04 g
Berat ekstrak total (g)
125,26 g
Rendemen
13,23 %
2.Aktivitas Antidiare
dilakukan
Pengamatan terhadap hasil uji aktivitas
antidiare
analisis
data
secara
statistik terhadap parameter tersebut.
masing-masing
Hasil
dosis dari ekstrak kulit batang sintok
Uji
Aktivitas
Antidiare
Ekstrak Kulit Batang Sintok
memberikan aktivitas antidiare lebih
Rata-rata
panjang
usus
baik dari PGA 2% (kontrol negatif),
keseluruhan dan panjang usus yang
dilakukan
mengamati
dilalui marker pada semua kelompok
Kemudian
mencit dapat dilihat pada Tabel 2.
dengan
parameter
transit
usus.
Tabel 2.
Rata-rata Panjang Usus Keseluruhan dan Panjang Usus Yang Dilalui Marker Pada Semua Kelompok Mencit Kelompok Perlakuan Rata-rata panjang usus Rata-rata panjang usus keseluruhan
yang dilalui marker
Kontrol Negatif PGA 2%
58,3 cm
18,2 cm
Kontrol Positif loperamida
63,5 cm
14,4 cm
Dosis I 250 mg/kgBB
64,4 cm
15,3 cm
Dosis II 500 mg/kgBB
57 cm
11,4 cm
Dosis III 1000 mg/kgBB
59,9 cm
11 cm
HCl 2 mg/kgBB
Berdasarkan Tabel 2 dapat
perbandingannya
sehingga
dihitung perbandingan jarak tempuh
digunakan
untuk
marker
kelompok
uji
dengan
keseluruhan
panjang dan
usus rata-rata
dapat
membandingkan
dengan
kelompok
kontrol baik kontrol negatif maupun
1
8
kontrol positif,
serta perbandingan
diantara semua kelompok uji. Hasil Tabel 3.
yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3
Rata-rata Rasio Jarak Tempuh Marker dengan Panjang Usus Keseluruhan Pada Semua Kelompok Mencit Kelompok Perlakuan Rata-rata rasio jarak tempuh marker dengan panjang usus keseluruhan
Kontrol Negatif PGA 2%
0,312
Kontrol Positif loperamida HCl
0,228
2 mg/kgBB Dosis I ekstrak sintok 250 mg/kgBB
0,236
Dosis II ekstrak sintok 500 mg/kgBB
0,201
Dosis III ekstrak sintok 1000 mg/kgBB
0,185
Untuk
mengetahui
apakah
digunakan adalah Analisis Varians
terdapat perbedaan yang bermakna
(ANAVA)
mengenai efek kelompok perlakuan,
Sempurna. Data dari Tabel 3 disusun
maka
menjadi daftar Anava seperti yang
dilakukan
Metode
analisis
analisis
Tabel 4
statistika.
statistik
yang
dengan
Desain
Acak
tertera pada Tabel 4.
Daftar Anava Aktivitas Antidiare Pada Perlakuan Uji
Sumber variasi
dk
JK
KT
Rata-rata
1
1,35117376
1,35117376
Perlakuan
4
0,04832984
0,01208246
Kekeliruan
20
0,0780204
0,00390109
Jumlah
25
1,477524
FHitung
F0,05
3,09
2,87
Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat
masing perlakuan. Karena hipotesis
bahwa
nol ditolak, maka analisis dilanjutkan
dengan taraf nyata α =
0,05,FHitung
lebih
besar
daripada
dengan uji Rentang Newman-Keuls.
FT abel. Sehingga hipotesis nol ditolak,
Uji
yang berarti terdapat perbedaan efek
bertujuan
untuk
aktivitas
tidaknya
persamaan
antidiare
untuk
masing-
Rentang
Newman-Keuls mengetahui efek
ini ada antar
9
perlakuan yang satu dengan yang
Keuls dapat dilihat pada Tabel 5.
lainnya. Hasil uji Rentang NewmanHasil Uji Rentang Newman-Keuls Seluruh Perlakuan Uji Pada α =
Tabel 5.
0,05 Perbandingan
Selisih
RST
Hasil
Perlakuan
Rata-rata
α = 0,05
E2 dan E3
0,016
0,082
-
E1 dan E3
0,051
0,110
-
L dan E3
0,043
0,099
-
P dan E3
0,127
0,118
+
E1 dan E2
0,035
0,099
-
L dan E2
0,027
0,082
-
P dan E2
0,111
0,110
+
L dan E1
0,008
0,082
-
P dan E1
0,076
0,082
-
P dan L
0,084
0,099
-
α = 0,05
Keterangan : - = Tidak terdapat perbedaan yang nyata + = Terdapat perbedaan yang nyata P = Kontrol negatif suspensi Pulvis Gum Arabicum 2% L = Kontrol positif suspensi obat Loperamid HCl 2mg/70 kg dengan PGA 2% E1 = Suspensi ekstrak kulit batang sintok 250mg/kg dengan PGA 2% E2 = Suspensi ekstrak kulit batang sintok 500mg/kg dengan PGA 2% E3 = Suspensi ekstrak kulit batang sintok 1000mg/kg dengan PGA 2% Tabel
5
memberikan
informasi
kulit
batang
sintok
E3
(dosis
dimana dengan taraf nyata α = 0,05
1000mg/kgBB) dengan P (kontrol
terdapat
negatif),
perbedaan
efek
yang
artinya
kedua
kombinasi
bermakna pada kulit batang sintok E2
tersebut memiliki nilai aktivitas yang
(dosis
berbeda terhadap kecepatan transit
(kontrol
500mg/kgBB) negatif)
dan
dengan
P
terdapat
perbedaan efek yang bermakna pada
usus.
Perbandingan
lainnya
tidak
menunjukkan perbedaan efek yang
10
bermakna
diantara
rata-rata
perlakuan.
. 1
Ratio (X/Y)
0.8
Normal Loperamid HCl
0.6
Dosis 250mg/KgBB 0.4
Dosis 500mg/KgBB Dosis 1000mg/KgBB
0.2 0
Kelompok perlakuan
Gambar 1 Diagram ratio panjang usus mencit yang dilalui marker terhadap panjang usus pada berbagai kelompok perlakuan
Evaluasi berdasarkan rasio
dapat perhitungan
panjang
marker
usus
dilakukan
penurunan rasio setelah pemberian
penurunan
bahan uji dosis 500 mg/kg BB adalah
yang
terhadap
dilalui
35,6% sedangkan penurunan rasio
panjang
setelah pemberian bahan uji dosis
usus.Kelompok hewan yang diberi
1000 mg/kg BB adalah 40,7%
loperamid HCl adalah : Penurunan rasio setelah pemberian
SIMPULAN DAN SARAN
loperamid =
Simpulan
Rasio
kel.
kel.loperamid HCl
kontrol-
Rasio
X 100% Rasio
Hasil
pengujian
aktivitas
antidiare dari ekstrak etanol 70 % kel.
kulit batang sintok (Cinnamomum
Kontrol
sintoc BL.) menggunakan metode
Dari hasil perhitungan seperti di atas
transit intestinal dengan dosis 250
diperoleh
mg/kg, 500 mg/kg dan 1000 mg/kg
hasil
penurunan
rasio
pemberian loperamid HCl dosis 2
berat
badan
mencit
menunjukkan
mg/70kg adalah 26,9 %, penurunan
bahwa ekstrak etanol kulit batang
rasio setelah pemberian bahan uji
sintok
dosis 250 mg/kg BB adalah 24,4%,
Berdasarkan analisis data statistika
memiliki aktivitas
antidiare.
11
dengan α = 0.05, kedua ekstrak uji dosis 500 mg/kg dan 1000 mg/kg berat
badan
perbedaan terhadap
mencit
efek
menunjukkan
yang
kecepatan
dibandingkan
bermakna
transit
dengan
Saran Penelusuran senyawa bioaktif antidiare
dari kulit batang sintok
usus
perlu dilanjutkan dengan metode uji
kelompok
yang lain misalnya, dengan metode
kontrol.
proteksi terhadap diare oleh minyak Dilihat dari penurunan rasio
jarak, serta penelitian menggunakan
panjang usus yang dilewati marker
fraksi-fraksi
dengan
setelah
mengetahui
batang
kandungan
pemberian
panjang ekstrak
usus kulit
dari pada kimia
ekstrak fraksi aktif
untuk manakah yang
sintok berturut-turut dosis 250, 500
memberikan efek aktivitas antidiare
dan 1000 mg/kg BB adalah 24,4%,
yang paling baik.
35,6% dan 40,7% DAFTAR PUSTAKA ____________, 2004, Memilih Obat Diare. http :// www.republika.co.id.htm,[28 Juni 2007] ____________, 2006, Diare, http://www.wikipedia.org//. [15 Mei 2007] Adnyana, I Ketut., dan Elin Yulinah, 2004, Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare, Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi, Departemen Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Hlm.3-4,7. Backer, CA., and Bakkuinzen v/d Brink RC Jr., 1963, Flora of Java, Volume I, Wolter-Noordhoff NV, Groningen: P.121. Darmansyah, I., 2004, Populer Artikel : Pengobatan Diare, http ://www. iwandarmansyah.web.id,[20 April 2007] Guyton, A. C., 1996, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, terj. Petrus Andrianto, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : Hlm.609. Habib, Hadiki., 2005, Kekurangan Cairan Akibat Diare, http://www.waspadaonline.co.id,[15 Mei 2007]
12
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid ke-2, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta: Hlm. 805-806. Katzung, B. G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi Ketiga, Alih Bahasa: Binawati H. Kotuabulun, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :Hlm.933-935. Kelompok Kerja Ilmiah Phytomedica, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Phytomedica, Jakarta: Hlm.2325. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Edisi kelima, Alih Bahasa Mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Ranti, Penerbit ITB, Bandung: Hlm.542-543. Setiawati, Arini., dkk., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi 3, Pengantar Farmakologi, Penerbit Gaya Baru, Jakarta : Hlm.22. Shulz, V., R. Hansel, V.E. Tyler., 1998, Rational Phytotherapy, Springer, Berlin: Hlm.191-192. Tan, H.T., dan Raharja, K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Jakarta : Hlm.270-274. Triatmojo, B., 1994, Penggunaan Antibiotik Secara Rasional Pada Diare, Cermin Dunia Kedokteran, No.97, Jakarta : Hlm.33-34. Wingate D., et al, 2001, Pedoman Pengobatan Mandiri untuk Diare Akut Dewasa, http ://www.tempo.co.id.htm,[28 Juni 2007] Yalvema, Mira., and Ayop, Norsiha., 2005, Constituents of the Essential Oils of Cinnamomum sintoc Blume from a Mountain Forest of Peninsular Malaysia, http://www.wiley.interscience journal abstract.htm,[20 April 2007]