UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI EKSTRAK ETANOL BATANG INGGU (Ruta angustifolia [L.] Pers) TERHADAP MENCIT YANG DIINFEKSI Streptococcus mutans dan Staphylococus aureus
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
WINDY TRI RETNOSARI K 100 090 001
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI EKSTRAK ETANOL BATANG INGGU (Ruta angustifolia [L.] Pers) PADAMENCIT YANG DIINFEKSIStaphylococcus aureus DAN Streptococcus mutans ANTIBACTERIAL ACTIVITY FRACTION OF ETHANOL EXTRACT OF INGGU STEM (Ruta angustifolia [ L. ] Pers) in mice infected by Staphylococcus aureusANDStreptococcus mutans Windy Tri Retnosari,Haryoto, Andi Suhendi Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 ABSTRAK Kandungan utama pada tanaman inggu (Ruta angustifolia [L.] Pers) memiliki aktivitas antibakteri pada Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi dari eksrak etanol batang inggu (Ruta angustifolia [L.] Pers) pada mencit yang diinfeksi Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi dengan etanol 96% yang difraksinasi dengan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV) menggunakan pelarut heksan : kloroform. Uji aktivitas antibakteri menggunakan kelompok perlakuankontrol positif (33mg/kg gentamisin), kontrol negatif (0,4 mL normal salin),dan fraksi ektrak etanol batang inggu dengan konsentrasi 0,3 ; 1,2 ; 2,14g/kgBB terhadap bakteri S.aureus atau S.mutans, setelah 24 jam diambil cairan intraperitoneal dan dilakukan pengenceran 10.000 kali, ditumbuhkan dengan metode pour plate dan dihitung jumlah koloni dengan Colony Counter. Hasil penelitian pada kontrol positif tidak terdapat pertumbuhan bakteri dan pada kontrol negatif terdapat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans 3,14 x 107 CFU/mL dan bakteri Staphylococcus aureus 3,7 x 107 CFU/mL. Fraksi ekstrak etanol batang inggu pada konsentrasi 0,3 ; 1,2; 2,14 g/kgBB terdapat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans 1,59 x 107 ; 8,05 x 106 ; 2,23 x 105 CFU/mL dan bakteri Staphylococcus aureus 6,4 x 106 ; 3,03 x 106 ; 2,23 x 105 CFU/mL. Fraksi ekstrak etanol batang inggu tidak memiliki aktivitas antibakteri yang secara signifikan menurunkan jumlah bakteri pada mencit yang diinfeksi Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans Kata kunci : Antibakteri, Ruta angustifolia [L.] Pers, Streptococcus mutans, Staphylococus aureus. ABSTRACT The main content of the inggu (Ruta angustifolia [L.] Pers) has antibacterial activity on Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans. This study have a purpose to determine the antibacterial activity fraction of ethanol
1
extract of inggu stem in mice infected by Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans Preparation of extracts using maceration method with 96 % ethanol were fractionated by the method of Vacuum Liquid Chromatography used hexane : chloroform. Antibacterial activity test used 10 treatment groups, there were positive control (33 mg / kg gentamicin), negative control (normal saline 0.4 mL), treatment of fraction of ethanol extract of inggu stem with concentrations 0.3; 1.2; 2.14 g/kg against S. aureus or S. mutans bacteria, intraperitoneal fluid taken after 24 hours in mice then dilution 10,000 times, cultured by pour plate method and number of colonies that formed counted with Colony Counter. The results of positive control contained no bacterial growth and negative control there are 3,14 x 107 CFU/mL in Streptococcus mutans and 3,7 x 107 CFU/mL in Staphylococcus aureus. Fractions of ethanol extract of inggu stem at concentrations 0,3; 1,2; 2,14 g/kg in Streptococcus mutans bacteria, respectively 1,59 x 107; 8,05 x 106; 2,23 x 105CFU/mL and Staphylococcus aureus bacteria, respectively 6,4 x 106; 3,03 x 106; 2,23 x 105 CFU/mL. Fractionsof ethanol extract ofinggu stem have notsignificantlydecreasesthe number of bacteriain mice infectedby StaphylococcusaureusandStreptococcusmutans. Keyword : Antibacterial, Staphylococus aureus.
Ruta angustifolia [L.] Pers, Streptococcus mutans,
PENDAHULUAN Penyakit infeksi telah menyebabkan kematian sebesar 13 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia(Salni et.al, 2011), disini mikrobiologi klinik dituntut secara terus menerus mengembangkan cara-cara pemeriksaan mikrobiologi dan konsultasi dengan validitas tinggi dalam meningkatkan kualitas pengelolaan penyakit infeksi(Salni etal., 2011).. Pemakaian antibiotika merupakan keharusan dalam penangulangan penyakit infeksi. Dalam beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan angka resistensi terhadap antibiotika.Munculnya kuman-kuman patogen yang kebal terhadap satu (antimicrobacterial resistance) atau beberapa jenis antibiotika tertentu (multiple drug resistance) sangat menyulitkan proses pengobatan infeksi. Pemakaian obat sintetis seperti antibiotik memiliki banyak efek samping seperti alergi dan gangguan pencernaan, sehingga penggunaan obat-obatan berbahan baku herbal lebih disarankan. Peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik 2
memberikan peluang besar untuk mendapatkan senyawa antibakteri dengan memanfaatkan senyawa bioaktif dari kekayaan keanekaragaman hayati. Karna itu,banyak dibutuhkan jenis obat lokal yang terdapat di Indonesia yang mempunyai potensi sebagai obat antibakteri yang dapat dikembangkan(Salni etal., 2011). Tanaman inggu telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi (Ratheesh dan Helen, 2007), antidiabetes (Toserkani et al., 2011), antibakteri, antijamur (Meepagala et al., 2005), insektisida (Barbosa et al., 2011).Kandungan kimia yang terdapat dalam inggu secara umum adalah furokumarin, akridon alkaloid, kuinolon, terpenoid, saponin, flavonoid, tanin (Shehadeh et al., 2007), minyak atsiri (Fakhfakh et al., 2012),dan kumarin (Sayed et al., 2000). Flavonoid diketahui memiliki aktivitas antibakteri pada strain Staphylococcus aureusdan Streptococcus mutans dengan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) 100 µg/mL dan 50µg/mL(Contini et al., 2003).Flavonoid utama pada inggu adalahrutin dan kuersetin (Asgarpanah & Khoshkam, 2012), keduanya memiliki aktivitas antibakteri (Contini et al., 2003).Rutin memiliki aktivitas antibakteriterhadapPseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumonia (Singha et al., 2008),kuersetin memiliki aktivitas antibakteri terhadap methicillinresistant Staphylococcusaureus(MRSA), methicillin sensitive Staphylococcus aureus(MSSA),vancomycin-resistantenterococci (VRE), nilai MIC-nya berkisar 13-128 mg/mL (Hossion et al., 2011). Terpenoid memiliki aktivitas sebagai senyawa antibakteri Kandungan terpenoid dalam isolat E18 memiliki MIC160 μg/mL terhadap Staphylococcus aureus dan 200 μg/mL terhadap Escherichia coli(Salni et al., 2011). Alkaloid dari Ruta angustifolia [L.]Pers juga diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Esherichia coli (Nurhaya et al., 2006).Rutindan kuersetinmerupakan golongan senyawa flavonoid yang dapat larut dalam senyawa yang bersifat polar (Payan-Gomez et al.,2010), maka penelitian ini memfokuskan pada ujiaktivitasantibakteri dari fraksi ekstrak etanol batang inggu yang cenderung bersifat polar.
3
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat maserasi, waterbath (Memmert), rotary evaporator (Ika Werke Heidolph), LAF (laminar air flow) (CV. Srikandi Laboratory), colony counter (Stuart), kolom kromatografi, Incubator Shaker (New Brunswick Scientific), Inkubator (Memmert), lampu UV 254 dan 366 nm. Bahan. Bahan yang dibutuhkan adalah batang inggu (Ruta angustifolia [L. ] Pers), Bahan penyari yaitu etanol 96%, mencit putih jantan BALB/c, media MH (Mueller Hinton), BHI (Brain Heart Infussion broth), CMC-Na 1%, fraksi ke-14 ekstrak etanol batang inggu, bakteri Streptococcus mutansdan Staphylococcus aureus, Gentamisin injeksi 40mg / 2mL (Sagestam), silika impreg (Merck), silika kolom (Merck), n-heksan, kloroform, Etanol 96%, Silika GF254 (Merck),ammonia, sitroborat, anisaldehid-H2SO4 dan dragendorff-NaNO2
Jalannya Penelitian Ekstraksi.Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yaitu perendaman sampel dengan pelarut organik pada suhu ruang. Serbuk kering batang inggu 730 gram dimasukkan kedalam wadah maserasi dan di tambahkan dengan5,5 L etanol 96% Fraksinasi.Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Vakum (KCV). Fase gerak yang digunakanheksan:kloroform (6:4).Silika kolom dimasukkan ke dalam kolom, kemudian dijenuhkan dengan 200 mL n-heksan dan divakum hingga kering, selanjutnyadilakukan impregnasi yaitu mencampur ekstrak etanol batang inggu dengan silica imprek.Fraksinasi dilakukan replikasi sebanyak 2 kali. Fraksinasi menggunakan fase gerak bertingkat heksan : kloroform perbandingan 6:4; 5:5; 4:6; 3:7 masing-masing sebanyak 3 x 200 mL dan etanol 2 x 200 mL hingga di dapatkan 14 flakon. Replikasi pertama menggunakan perbandingan fase gerak yang sama dengan orientasi. Replikasi kedua menggunakan fraksi gerak yang berbeda, yaitu heksan : kloroform perbandingan 6:4; 5:5; 4:6; 3:7 masing-masing sebanyak 2 x 200 mL dan 2:8; 1:9 masing-masing 2 x 300 mL dilanjutkan dengan etanol 2 x 200 mL. Fraksi yang
4
didapatkan diuapkan menggunakan rotary evaporator.Hasil evaporasi kemudian dimasukkan dalam cawan porselin dan di uapkan dengan menggunakan waterbath hingga terbentuk massa kental. Uji Identifikasi bakteri.Uji katalase digunakan untuk membedakanStreptococcus mutans dengan Stapyhlococcusaureus dan uji manitol untuk mengetahui adanya fermentasi manitol pada Manitol Salt Agar (MSA) (Beishir, 1991).Pengecatan gram tidak dilakukan pada penelitian ini, karena kedua bakteri yang digunakan termasuk kelompok bakteri gram positif. Uji Identifikasi Senyawa.Fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel GF254 danfase geraknya heksan:kloroform (1:9). Ditimbang 10 mg fraksi ekstrak etanol batang inggu kemudian dilarutkan dalam 1 mL aseton dan ditotolkan pada plat KLT, setelah proses KLT selesai bercak kromatogram dilihat pada UV 254. Pengamatan bercak kromatogram dilakukan menggunakan bantuan empat pereaksi semprot untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid, terpenoid, alkaloid dan kuersetin.Senyawa flavonoid dapat diidentifikasi dengan memberi uap amonia pada lempeng silika, kemudian disemprot dengan sitroborat, anisaldehidH2SO4 untuk mengidentifikasi senyawa terpenoid, Dragendorff-NaNO2 digunakan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid. Semua hasil KLT kecuali DragendorffNaNO2 dilihat pada 366 nm. Sedangkan untuk Dragendorff- NaNO2 hanya dilihat menggunakan sinar tampak. Uji Aktivitas Antibakteri.Penelitian ini menggunakan 30 mencit yang dibagi menjadi10 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 mencit. Setiap kelompok mencit diinfeksi dengan 0,1 mL (1,5 x 106 cfu/mL) suspensi S. aureus atau S.mutans secara intraperitoneal. setelah 24 jam mencit dikelompokkan menjadi 10 kelompok perlakuan. Perlakuan dengan fraksi ekstrak etanol batang inggu dilakukan dengan menimbang fraksi yang dibutuhkan dan dimasukkan ke dalam mortir, ditambah dengan larutan CMC-Na 1% sebagai bahan pensuspensi, kemudian dilarutkan dengan aquabides steril hingga volume ±1 mL dan dimasukkan dalam spuit injeksi dan disuntikkan pada mencit secara intraperitoneal. Ada 10 kelompok perlakuan, yang terdiri dari kontrol positif (gentamisin), kontrol negatif (NaCl),
5
dan perlakuan seri konsentrasi fraksi ekstrak etanol batang inggu.Kelompok perlakuan terdiri dari : 1) Kontrol negatif : kelompok 1 mendapatkan 0,4 mL normal saline terhadap S.aureus dan kelompok 2 mendapatkan 0,4 mL normal saline terhadap S.mutans. 2) Kontrol positif : kelompok 3 mendapatkan 33 mg/kg gentamicin terhadap S.aureus dan kelompok 4 mendapatkan 33 mg/kg gentamicin terhadap S.mutans. 3) Perlakuan fraksi ekstrak etanol batang inggu : kelompok 5-7 mendapatkan 0,3; 1,2 dan 2,14 g/kg fraksiekstrak etanol batang inggu terhadap S.aureus dan kelompok 8-10 mendapatkan 0,3; 1,2 dan 2,14 g/kg fraksiektrak etanol batang inggu terhadap S.mutans. Setelah diberi perlakuan, 18 - 24 jam kemudian, mencit dibunuh dengan memasukkannya kedalam toples yang berisi eter, mencit diletakkan dalam posisi terlentang dan dibuat irisan kecil menggunakan gunting pada medial abdomen dan dirobek dengan menggunakan pisau kecil sehingga kulit terkelupas dan tampak bagian peritonealnya, disuntikkan larutan NaCl steril ± 1 mL dalam rongga perut dan diambil cairan intraperitonealnya dengan menggunakan spuit injeksi, kemudian dilakukan pengenceran secara seri hingga 10.000 kali pengenceran dengan NaCl steril, suspensi sebanyak 1ml dari seri pengenceran diletakkan pada cawan petri steril kemudian dituangi media MH sebanyak 20 ml sesuai dengan metode pour plate dan diinkubasi selama 24jam pada suhu 37°C,selanjutnya dihitung jumblah koloni pada setiap cawan petri dengan Colony Counter.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi. Proses ekstraksi batang inggu dengan metode maserasi mendapatkan ekstrak etanol batang inggu sebanyak 185,23 g dengan rendemen sebesar 25,37%. Fraksinasi.Fraksinasi
dilakukan
sebanyak
3kali
dengan
menggunakan
perbandingan fase gerak yang berbeda. Pengelompokan dilakukan pada hasil
6
fraksinasi berdasarkan Rf yang sama. Fraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah fraksi 4c. Identifikasi kandungan Senyawa pada Fraksi Ekstrak Etanol Batang Inggu. Tabel 1. Hasil identifikasi senyawa fraksi ekstrak etanol batang inggu dengan KLT dan beberapa pereaksi semprot Bercak Rf 1 2 3
0,42 0,48 0,5
A Pemadaman Pemadaman
B Biru Putih Biru
Deteksi C Coklat
Senyawa D Biru -
E Kuning -
Flavonoid (Arifin et al., 2006) Terpenoid (Wagner & Bladt, 1996 Alkaloid (Wagner & Bladt, 1996)
Keterangan : A = UV 254 nm B = UV 366 nm C = Dragendorff-NaNO2 (Sinar Tampak) D = Anisaldehid-H2SO4 (UV 366) E = Uap ammonia-sitroborat (UV 366 nm) Fase gerak = n-heksan:etil asetat (4:6) v/v Fase diam = lempeng silika GF254
Identifikasi senyawa fraksi ekstrak etanol batang inggumenggunakan metode KLT menunjukkan adanya tiga senyawa, yaitu terpenoid, flavonoid, alkaloid dan kuarsetin.Hasil penelitian fitokimia juga menunjukkan bahwa tanaman inggu mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, dan alkaloid (Gunaydin & Savci, 2005).Adanya senyawa terpenoid dibuktikan setelah disemprot menggunakan anisaldehid dan dilihat pada UV 366 nm, menunjukkan warna biru (Wagner & Bladt, 1996). Kandungan flavonoid pada fraksi ekstrak etanol batang inggu terlihat setelah diberi uap ammonia kemudian disemprot dengan sitroborat dan dilihat pada UV 366 nm, menunjukkan warna kuning (Arifin et al., 2006).Sedangkan untuk senyawa alkaloid, terlihat setelah disemprot dengan Dragendorff dan dilihat pada sinar tampak menunjukkan warnajingga (Wagner& Bladt, 1996).Hasil ini membuktikan bahwa fraksi ekstrak etanol batang inggu mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, alkaloid. IdentifikasiBakteri. Pada uji katalase terlihat adanya gelembung-gelembung oksigen pada S.aureus (katalase positif) karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri.
7
Komponen H2O2 ini merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri, karena itu, komponen ini dipecah agar tidak bersifat toksik lagidan pada S.mutans tidak terdapat gelembung-gelembung oksigen (katalase negatif) karena H2O2 yang diberikan tidak dipecah, sehingga tidak menghasilkan oksigen. Bakteri katalase negatif tidak memiliki enzim katalase yang menguraikan H2O2. Pada uji fermentasi manitol terlihat perubahan warna media pada S.aureus karena bakteri S.aureus dapat memfermentasi manitol pada MSA diketahui bahwa apabila bakteri staphylokokus memfermentasi manitol pada MSA maka bakteri staphylokokus tersebut adalah S.aureus (Beishir, 1991).Dan pada S.mutan tidak terdapat perubahan warna media MSA. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Ekstrak Etanol Batang Inggu. Tabel 2.JumlahpertumbuhanStreptococcus mutansdengan beberapa kelompok perlakuan fraksi ekstrak etanol batang inggu Kelompok Perlakuan
Jumlah Bakteri (CFU/mL) I
Rata-rata± SD
II
III
Konsentrasi 0,3g/kgBB
1,75 x 10
Konsentrasi 1,2g/kgBB
6,67 x 106
9,47 x 106
8 x 106
1,59 x 107 ±0,22
Konsentrasi 2,14g/kgBB
2,67 x 105
2,67 x 105
1,34 x 105
2,23 x 105± 0,77
Kontrolpositif(33mg/kgB B Gentamisin injeksi) Kontrol negatif (0,4 mL normal salin)
7
0 2,87 x 107
1,68 x 10
7
1,34 x 107
0 3,26 x 107
0 3,27 x 107
8,05 x 106± 1,4
0 3,14 x 107± 0,23
Dari dari diatas diketahui bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri Staphylococcus mutanspada perlakuan kontrol positif dengan gentamisin. Pada kontrol negatif larutan normal salin 0,4 mL terdapat pertumbuhan 2,87 x 107. Pada perlakuan fraksi ekstrak etanol batang inggu dengan konsentrasi 0,3 ; 1,2 dan 2,14 g/kgBB terdapat pertumbuhan bakteri sebesar 1,59 x 107; 8,05 x 106 dan 2,23 x 105
8
Tabel 3. JumlahpertumbuhanStreptococcus mutansdengan beberapa kelompok perlakuan fraksi ekstrak etanol batang inggu Kelompok Perlakuan
Jumlah Bakteri (CFU/mL) I
Rata-rata± SD
II 6
7,07 x 106
Konsentrasi 0,3g/kgBB
6,4 x 10
Konsentrasi 1,2g/kgBB
2,8 x 106
3,07 x 106
3,2 x 106
Konsentrasi 2,14g/kgBB
2,67 x 105
2,67 x 105
1,34 x 105
Kontrolpositif(33mg/kgB B Gentamisin injeksi) Kontrol negatif (0,4 mL normal salin)
5,74 x 10
III 6
0
0
3,82 x 107
3,86 x 107
0 3,43 x 107
6,4 x 106 ±0,67
3,03 x 106± 0,2
2,23 x 105± 0,77 0 3,7 x 107± 0,24
Pada bakteri Staphylococcus aureus diketahui tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada perlakuan kontrol positif (gentamisin) dan pada kontrol negatif (normal salin 0,4 ml) terdapat pertumbuhan 3,7 x 107 CFU/mL. Pada perlakuan fraksi ekstrak etanol batang inggu dengan konsentrasi 0,3 ; 1,2 dan 2,14 g/kgBB terdapat
pertumbuhan bakteri sebesar 6,4 x 106; 3,03 x 106 dan 2,23 x 105
CFU/mL.Dari data di atas, diketahui semakin besar konsentrasi fraksi ekstrak etanol batang inggu, maka semakin rendah jumlah bakteri yang dapat tumbuh. Analisis data menggunakan Fisher exact membandingkan antara perlakuan dengan kontrol negatif. Pada bakteri Staphylococcus aureus danStreptococcus mutans didapatkan nilai p dari semua perlakuan = 0,05 yang berarti penurunan jumlah bakteri setelah diberi perlakuan fraksi ekstrak etanol batang inggu tidak ada perbedaan secara signifikan dengan kontrol negatif (Lampiran 4), ini mungkin disebabkan karena pada uji aktivitas antibakteri secara in vivo tidak hanya meliputi hubungan antara obat dengan bakteri, tetapi ada pula faktor ketiga yaitu inang.
Hubungan
timbal
balik
antara
inang-obat
(absorbsi,
distribusi,
metabolisme, dan ekskresi) berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri yang dimiliki suatu obat (Jawetz et al., 1996).
9
KESIMPULAN Dari penelitian uji aktivitas antibakteri yang dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Fraksi ekstrak etanol batang inggu (Ruta angustifolia [L.] Pers) tidak memiliki aktivitas antibakteri secara in vivoterhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. 2. Senyawa yang terkandung dalam fraksi ekstrak etanol daun inggu antara lain flavonoid, alkaloid, dan terpenoid
SARAN Dari kesimpulan uji aktivitas antibakteri di atas dapat disarankan bahwa perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antibakteri fraksi ekstrak etanol batang inggu (Ruta angustifolia [L.] Pers) dengan menggunakan dosis bertingkat untuk menentukan dosis yang efektif dalam menurunkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans.
UCAPAN TERIMA KASIH 1.
Ibu Arifah Sri Wahyuni, SSi, Apt selaku dekan Fakultas Farmasi UMS yang telah memberikan support pada penelitian ini
2.
Ibu Siti Kartika yang telah membantu dalam proses determinasi tanaman
3.
Bapak Surono yang telah membantu dalam proses pembelian mencit
4.
Bapak Zainal, Gaufar, Awang, Toni dan Rahmat serta Ibu nur yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung
DAFTAR PUSTAKA Asgarpanah, J. & Khoshkam, R., 2012, Phytochemistry and Pharmacological Properties of Ruta graveolens L., Journal of Medicinal Plants Research, 6 (23), 3942-3949. Arifin, H., Anggraini, N., Handayani, D., Rasyid, R., 2006, Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr., Jurnal Sains Teknologi Farmasi, 11 (2), 88-93 10
Beishir, L. 1991. Microbiology in Practice: A Self-Instructional Laboratory Course. 5th ed. HarperCollins Publishers Inc. New York. USA. 223 - 229, 356 - 361, 446 - 450. Barbosa FS, Leite GLD, Alves SM, Nascimento AF, D'Ávila VA, Costa CA (2011). Insecticide effects of Ruta graveolens, Copaifera langsdorffii and Chenopodium ambrosioides against pests and natural enemies in commercial tomato plantation. Maringa, 33(1): 37-43. Basile, A.; Sorbo, S.; Giornado, S.; Ricciardy,L.; Ferrara, S.; Montesano, D.; Cobianchi,R. C.; Vuotto, M. L.; Ferraro, L. Antibacterialand allelopathic activity of extract from Castanea sativaleaves. Fitoterapia, Milano, v. 71, p. 110-116, 2000. Chattopadhyay, D.; Maiti, K.; Kundu, A. P.;Chakraborty, M. S.; Bhadra, R.; Maudal, S.C.; Maudal, A. B. Antimicrobial activity of Alstoniamacrophylla: A folklore of bay islands. J.Ethnopharmacol., Lausanne, v. 77, p. 49-55, 2001 Contini SH, Salvador MJ, Watanabe E, Ito IY, Oliveira, Dionela, 2003, Antimicrobial activity of flavonoids and steroids isolated from two Chromolaena species., Revista Brasileira de Ciências FarmacêuticasBrazilian Journal of Pharmaceutical Sciencesvol. 39, n. 4, out./dez., 2003 Di Carlo G, Mascolo N, Izzo AA, Capasso F.1999, Falvonoids: old andnew aspects of a class of natural therapeutic drugs. Life Sci;65 (4):337–53 Estrela C, Sydney GB, Bammann LL, Felippe Jr O. Mechanismof action calcium and hydroxyl ions of calcium hydroxide on tissueand bacteria. Brazil Dent J 1995; 6:85–90. Fakhfakh, N., Zouari, S., Zouari, M., Loussayef, C. & Zouari, N., 2012, Chemical Composition of Volatile Compounds and Antioxidant Activities of Essential Oil, Aqueous and Ethanol Extracts of Wild Tunisian Ruta chalepensis L. (Rutacea), Journal of Medicinal Plants Research, 6 (4), 593-600. Gunaydin, K. & Savci, S., Phytochemical Studies on Ruta Chalepensis (Lam.) Lamarck, Natural Product Research, 19 (3), 203–210 Hossseinzadeh, H., Bazzaz, B., Haghi, M, 2007, Antibacterial Activity of Total Ekstracts and Essential oil of Nigella sativa L. Seeds in Mice, Pharmacolgyonline 2: 429-435. Mirzoeva OK, Grishanin RN, Calder PC. 1997, Antimicrobial action ofpropolis and some of its components: the effects on growth,membrane potential, and motility of bacteria. Microbiol Res;152:239-46.
11
Meepagala KM, Schrader KK, Wedge DE, Duke SO (2005). Algicidal and antifungal compounds from the roots of Ruta graveolens and synthesis of their analogs. Phytochemistry, 66: 2689-2695 Nurhaya, M. T., Laina Zarisa M. K., Norazian, M. H., Khairul Anuar, A.K., Bioautographic Screening For Natural Quinolone Antimicrobial Agents From Glycosmis pentaphylla (Retz) DC., Ruta angustifolia (L.) Pers.And Lunasia amara Blanco, Poster, International Islamic Univercity Malaysia, Kuantam. Payan,Gomez., Holguin, N.F., Hernandez, A.P., Miramontes, M.P., Mitnik, D.G., 2010, Computational molecular Charaterization of the Flavonoid Rutin, Chemistry Central Journal 2010,4:12. Rambe, Khairul Nisya., Pasaribu, Albert., Bulan, Rumondang., 2012, Uji Antibakteri Eksrak Methanol Daun Salam (Sygyzium Polyanthum) Terhadap Bakteri Escherichia Coli dan Salmonella.Sp, Jurnal Saintia Kimia Vol. 1, No. 1, 2012 Ratheesh M, Helen A (2007). Anti-inflammatory activity of Ruta graveolens Linn on carrageenan induced paw edema in wistar male rats. Afr. J. Biotechnol., 6(10): 1209-1211 Salni, Hanifa. M, dan Wedya. R, 2011, Isolasi Senyawa Antibakteri Dari Daun Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-nya. Jurnal Penelitian Sains. Volume 14 Nomer 1(D) 14109 Sayed, K.E., Al-Said, M.S., El-Feraly, F.S. & Ross, S.A., 2000, New Quinoline Alkaloids from Ruta chalepensis, Journal of Natural Products, 63 (7), 995997. Shehadeh, M.B., Afifi, F.U. & Abu-Hamdah, S.M., 2007, Platelet Aggregation Inhibitors from Aerial Parts of Ruta chalepensis Grown in Jordan, Integrative Medicine Insights, 2, 35-39. Singha.M, Govindarajana.R, Rawata.A, dan Khareb.P, 2008, Antimicrobial Flavonoid Rutin from Pteris Vittata L. Against Pathogenic Gastrointestinal Microflora, American Fern Journal Volume 98, Issue 2 (April 2008). Toserkani A, Jalali MR, Najafzaheh H (2011). Changes of lipid profiles, glucose, and hemogram after administration of Ruta graveolens extract in diabetic rats. Comp. Clin. Pathol., 10: 1331-1333. Wagner, H. & Bladt, S., 1996, Plant Drug Analysis, A Thin Layer Chromatography Atlas, Second Edition, 6, 126, 151, 152, 196, 197, Germany, Springer Wilson, Gisvold. 1982, Kimia farmasi dan medisinal organik.Edisi ke-8. Achmad Mustofa Fatah. Jakarta: Dirjen Dikti dan Kebudayaan, 2-10
12