AKTIVITAS HARIAN KUPU-KUPU Troides helena (Linn.) DI MUSEUM SERANGGA DAN TAMAN KUPU TAMAN MINI INDONESIA INDAH
SHERLY SANDRA KRAFIANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
© Hak cipta milik IPB tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber.
2.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
AKTIVITAS HARIAN KUPU-KUPU Troides helena (Linn.) DI MUSEUM SERANGGA DAN TAMAN KUPU TAMAN MINI INDONESIA INDAH
SHERLY SANDRA KRAFIANI E34052973
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
SUMMARY SHERLY SANDRA KRAFIANI. Butterfly’s Daily Activities of Troides helena (Linn.) in Insects Museum and Butterflies Park of Taman Mini Indonesia Indah. Supervised by LIN NURIAH GINOGA and AGUS PRIYONO KARTONO. Troides helena (Linn.) is one of butterflies from Family Papilionidae which protected by law in Indonesia. Illegal export and increasing demand of this species caused an exploitation of its population in nature. Thus, need a conservation effort to guarantee its sustainability. Conservation success, mainly in preservation and utilization, need information about time utilization pattern of T. helena’s daily activities. Insects Museum and Butterflies Park of Taman Mini Indonesia Indah (TMII) provide artificial habitats of butterflies. Butterflies function in this park is as live butterflies demonstration and educational means of their life. Purpose of this study is to knowing about time utilization pattern of T. helena’s daily activities. Result of this research is useful to provide information about daily’s time utilization pattern of T. helena and provide time selection reference of butterflies demonstration as tourist attraction. This study conducted from July to November 2009 in Insect Museum and Butterflies Park of Taman Mini Indonesia Indah. Equipments used in this research were dry-wet thermometer, stopwatch, digital camera, butterflies and plants identification books, and butterflies marker. The method used is by focal animal sampling which done to 5 male and 5 female T. helena. Activities observation started at 07:00 WIB to 17:00 WIB with 5 minutes time interval. Data analyzed by T test. Highest time allocation of daily activities were roosting (515.46 minutes), flying (45.86 minutes), nectar-feeding (3.94 minutes) and interaction (1.65 minutes), respectively. Comparison between male and female T. helena based on T test’s result different significantly in interaction and descending activities. It’s caused by male activity which more active to seek couple than female. Active time of T. helena was in the morning and reach its peak at 10:00 to 11:00 WIB. Most of flying activity did at 09:00 to 10:00 WIB. Most of nectar-feeding activity did at 08:00 to 09:00 WIB. Most of interaction did at 10:00 to 11:00 WIB. Most of roosting activity started at 13:00 to 17:00 WIB. Copulation activity, averaged, did for 2 to 3 hours. Egg-laying of female couldn’t observed caused of that butterfly die. Factors of T. helena’s mortality in Butterflies Park were damaged wing and predation by predator such as chameleon, lizard, ant and spider. Best time for visiting to watch T. helena’s activity start from 09:00 to 13:00 WIB. Checking of Butterflies Park and expulsion of butterfly’s predator, critically needed to decrease mortality risk of butterflies. Keyword: Troides helena, Daily Activities, Butterflies Park
RINGKASAN SHERLY SANDRA KRAFIANI. Aktivitas Harian Kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. Dibimbing oleh LIN NURIAH GINOGA dan AGUS PRIYONO KARTONO. Troides helena (Linn.) merupakan salah satu jenis kupu-kupu dari Famili Papilionidae yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Jenis ini banyak diminati di pasar international dengan harga jual tinggi. Eksport tidak resmi dan permintaan yang meningkat menyebabkan terjadinya eksploitasi di alam. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi agar tetap lestari. Keberhasilan konservasi terutama dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan membutuhkan informasi tentang pola penggunaan waktu aktivitas harian T. helena. Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah (MSTK TMII) menyediakan habitat buatan bagi kupu-kupu. Fungsi kupu-kupu di taman ini yaitu sebagai peragaan kupu-kupu hidup dan sarana belajar tentang kehidupannya. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pola penggunaan waktu aktivitas harian kupu-kupu T. helena. Hasil penelitian bermanfaat dalam memberikan informasi tentang pola penggunaan waktu harian T. helena dan bagi pengelola MSTK memberikan acuan pemilihan waktu atraksi kupu-kupu sebagai daya tarik wisatawan. Penelitian ini dilaksanakan di Museum Serangga dan Taman Kupu TMII pada Bulan Juli-November 2009. Alat yang digunakan yaitu termometer bola basah dan bola kering, stopwatch, kamera digital, buku identifikasi kupu-kupu dan tanaman serta spidol penanda kupu. Data diperoleh menggunakan metode focal animal sampling yang dilakukan pada 5 ekor jantan dan 5 ekor betina T. helena. Pengamatan aktivitas dimulai pada pukul 07:00-17:00 WIB dengan interval waktu 5 menit. Data dianalisis dengan uji beda berpasangan t-student. Alokasi waktu aktivitas harian T. helena tertinggi secara berturut-turut yaitu hinggap (515.46 menit), terbang (45.86 menit), nectaring (3.94 menit), dan interaksi (1.65 menit). Jenis aktivitas interaksi dan hinggap menunjukkan perbedaan yang nyata antara jantan dan betina T. helena. Hal ini dikarenakan jantan lebih aktif dalam mencari pasangan. Waktu aktif T. helena pada pagi hari dan mencapai puncaknya pada pukul 10:00-11:00 WIB. Aktivitas terbang paling banyak dilakukan pada pukul 09:00-10:00 WIB. Nectaring paling banyak dilakukan pada pukul 08:00-09:00 WIB. Interaksi paling banyak dilakukan pada pukul 10:00-11:00 WIB. Aktivitas hinggap mulai banyak dilakukan pada pukul 13:00-17:00 WIB. Aktivitas kawin rata-rata terjadi selama 2-3 jam. Aktivitas meletakkan telur oleh betina tidak bisa diamati karena kupu-kupu tersebut mengalami kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kematian T. helena di Taman Kupu yaitu sayap rusak dan pemangsaan oleh predator seperti bunglon, kadal, semut, dan laba-laba. Dengan demikian waktu yang baik melakukan kunjungan untuk melihat aktivitas T. helena yaitu pukul 09:00-13:00 WIB. Pengecekan Taman Kupu dan pengusiran predator kupu diperlukan sehingga mengurangi resiko kematian pada kupu-kupu. Kata kunci: Troides helena, Aktivitas Harian,Taman Kupu.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Harian Kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2010
Sherly Sandra Krafiani E34052973
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: Aktivitas Harian Kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah
Nama
: Sherly Sandra Krafiani
NIM
: E34052973
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Lin Nuriah Ginoga, M.Si. NIP. 19651116 199203 2 001
Dr. Ir. Agus P. Kartono, M.Si. NIP. 19660221 199103 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S. NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Aktivitas Harian Kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan waktu aktivitas harian kupu-kupu Troides helena (Linn.). Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, April 2010
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis (Sherly Sandra Krafiani) merupakan anak kedua dari pasangan Moch. Sultoni (Alm.) dan Yuli Indrawati, SPd. yang dilahirkan di Kabupaten Semarang pada tanggal 01 November 1986. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Lodoyong 2 Ambarawa (1999), SMPN 2 Ambarawa (2002) dan SMUN 1 Salatiga (2005). Penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Program Studi Mayor yang dipilih yaitu Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata ‘Tapak’ dan pernah menjadi ketua Kelompok Pemerhati Kupu-kupu ‘Sarpedon’. Penulis menjadi anggota pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan tahun 2007-2008 dan Pengurus Cabang Sylva Indonesia (PC SI) IPB. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Baturraden-Cilacap, Jawa Tengah dan Praktek Umum Konservasi Eksitu (PUKES) di PT. Megacitrindo, Parung dan Puspiptek, Serpong Tangerang. Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) dilakukan penulis di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. Penulis mengikuti Ekspedisi yang diselenggarakan HIMAKOVA yaitu RAFLESSIA di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2007) dan Cagar Alam Gunung Simpang (2008) serta Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan (2007) dan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan BaratKalimantan Tengah (2008). Selain itu, penulis tergabung dalam kepanitiaan PIKNAS V tahun 2008 sebagai bendahara, PMKI tahun 2007, dan kepanitiaan lainnya. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Aktivitas Harian Kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah dibimbing oleh Ir. Lin Nuriah Ginoga, M.Si. dan Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Mama Yuli Indrawati dan Papa Moch. Sultoni (Alm.), Ratna AW, Vivi EY serta keluarga besar tercinta atas impian yang diberikan, segala dukungan, doa dan pengertian. 2. Ir. Lin Nuriah Ginoga, M.Si. dan Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan arahan dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini. 3. Dosen penguji dari Fakultas Kehutanan yaitu Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop; Ir. Rita Kartika Sari, M.Si dan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. 4. Pengelola Taman Mini Indonesia Indah, terutama pengelola Museum Serangga dan Taman Kupu. 5. Keluarga Om Hendrik untuk bantuan dan dukungan selama penelitian. 6. Ibu Damayanti; Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MSc.; Lilik Kundar, S.Si.; Narti Fitriana M.Si.; dan Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS. 7. Seluruh Keluarga besar KSHE, Fahutan IPB, teman-teman seperjuangan KSHE Tarsius 42. 8. HIMAKOVA, KPK ‘Sarpedon’, KPE ‘Tapak’ 9. PC SI IPB, Mabal Riva, Aki Budi, Emak Luthfia, Ucu Ajeng, Tante Hilda, Lika, Mbak Didie, Muthe, Bono. 10. Keluarga besar WJ ‘Wardhatul Jannah’, terutama Reriel, Mbak Farida, Elmi, Restu, Ririn, Tri, Vivin, dan Theo. 11. Sahabatku: D Pramessari, LHDP Effendi, S Rondiyah, Aan-Arif.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i iii iv v
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1 1.2 1.3
Latar Belakang ................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian ..........................................................................
1 2 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
3
I.
2.1 2.2 2.3
Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) .............................. Siklus Hidup Kupu-kupu Troides helena (Linn.) ........................... Perilaku Kupu-kupu ....................................................................... 2.3.1 Puddling................................................................................ 2.3.2 Berjemur ............................................................................... 2.3.3 Mencari Pasangan................................................................. 2.3.4 Meletakkan Telur..................................................................
3 4 5 5 6 7 8
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ......................................
10
3.1 3.2 3.3
Sejarah Pengelolaan ........................................................................ Letak dan Luas ............................................................................... Keadaan Fisik.................................................................................. 3.3.1 Topografi .............................................................................. 3.3.2 Tanah .................................................................................... 3.3.3 Hidrologi............................................................................... 3.3.4 Iklim...................................................................................... 3.4 Keadaan Biotik................................................................................ 3.4.1 Flora...................................................................................... 3.4.2 Fauna ....................................................................................
10 11 12 12 12 12 13 13 13 14
IV. METODE PENELITIAN .....................................................................
15
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... Alat dan Bahan ............................................................................... Jenis Data yang Dikumpulkan ........................................................ Metode Pengumpulan Data ............................................................ Analisis Data ..................................................................................
15 15 15 16 16
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
18
5.1 5.2
Kondisi Taman Kupu ...................................................................... Aktivitas Harian Troides helena (Linn.) ......................................... 5.2.1 Terbang................................................................................. 5.2.2 Nectaring .............................................................................. 5.2.3 Interaksi ................................................................................
(i)
18 19 21 22 25
5.2.4 5.2.5
Hinggap ................................................................................ Kawin....................................................................................
26 33
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
38
LAMPIRAN ...................................................................................................
41
(ii)
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Perbedaan antara kupu-kupu T. helena jantan dengan betina ..................
3
2. Fase perkembangan kupu-kupu................................................................
4
3. Perbandingan aktivitas T. helena jantan dan betina berdasarkan hasil uji t............................................................................................................
20
4. Media hinggap kupu-kupu T. helena di Taman Kupu TMII ....................
27
(iii)
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Perbedaan antara T. helena jantan dan betina ..........................................
4
2. Lokasi Museum Serangga dan Taman Kupu TMII..................................
11
3. T. helena sebelum dan sesudah ditandai...................................................
16
4. Kondisi Taman Kupu tampak dari luar dan dari dalam Museum Serangga ...................................................................................................
18
5. Pola penggunaan waktu aktivitas T. helena .............................................
21
6. Rata-rata alokasi waktu aktivitas terbang T. helena.................................
22
7. Akivitas nectaring T. helena ....................................................................
23
8. Rata-rata alokasi waktu aktivitas nectaring T. helena..............................
23
9. Jumlah kunjungan nectaring T. helena pada tanaman berbunga .............
24
10. Lama kunjungan nectaring T. helena pada tanaman berbunga................
25
11. Rata-rata alokasi waktu aktivitas interaksi T. helena ...............................
26
12. Aktivitas hinggap T. helena......................................................................
27
13. Jumlah kunjungan T. helena pada media hinggap non tumbuhan............
28
14. Lama kunjungan T. helena pada media hinggap non tumbuhan ..............
28
15. Jumlah kunjungan T. helena pada media hinggap tumbuhan...................
29
16. Lama kunjungan T. helena pada media hinggap tumbuhan .....................
31
17. Rata-rata alokasi waktu aktivitas hinggap T. helena ................................
32
18. Aktivitas kawin T. helena.........................................................................
33
19. Lama waktu kawin T. helena ...................................................................
34
20. Pemangsaan T. helena oleh bunglon........................................................
35
21. Pemangsaan T. helena oleh semut............................................................
35
22. Pemangsaan kupu-kupu oleh laba-laba ....................................................
36
(iv)
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Tanaman pakan kupu-kupu di Taman Kupu TMII...................................
42
2. Tanaman hias dan pelindung kupu-kupu di Taman Kupu TMII..............
43
3. Kondisi Taman Kupu setelah perbaikan...................................................
45
4. Suhu dan kelembaban harian di Taman Kupu TMII ................................
46
5. Hasil uji t alokasi waktu aktivitas harian Troides helena (Linn.) jantan dan betina menggunakan SPSS 16.0 ........................................................
47
6. Tanaman pakan kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Taman Kupu TMII .........................................................................................................
50
7. Media hinggap kupu-kupu Troides helena (Linn.) non tumbuhan di Taman Kupu TMII ...................................................................................
51
8. Media hinggap kupu-kupu Troides helena (Linn.) berupa tumbuhan di Taman Kupu TMII ...............................................................................
52
(v)
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kupu-kupu Troides helena (Linn.) merupakan salah satu jenis dari 25 jenis
Famili Papilionidae yang dilindungi undang-undang di Indonesia berdasarkan Keputusan
Menteri
Pertanian
716/Kpts/Um/8/1980 tentang
No.
576/Kpts/Um/8/1980
dan
No.
Penetapan Tambahan Jenis-jenis Binatang Liar
yang Dilindungi, Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang dipertegas dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 dan No. 882/Kpts-II/1992, dan PP No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dasar perlindungan adalah karena langka serta penyebaran terbatas pada lokasi habitat tertentu di hutan sekunder (Simbolon & Iswari 1990). Status konservasi T. helena pada tingkat dunia yaitu Appendix II CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna). Appendix II ini berarti bahwa segala spesimen satwa dalam keadaan hidup atau mati dilarang diperdagangkan, kecuali satwa berasal dari penangkaran (CITES 2008). Perdagangan kupu-kupu dari berbagai jenis dan sebaran di Indonesia telah menjadi komoditi internasional (Amir et al. 1995) untuk tujuan komersial dan koleksi kupu-kupu (Soehartono & Mardiastuti 2003). T. helena merupakan salah satu dari lima jenis kupu-kupu yang paling banyak diminati pada pasar perdagangan international tahun 1992-1999 dalam bentuk kepompong hidup maupun spesimen yang mati (Soehartono & Mardiastuti 2003). Harga jual jenis ini bisa mencapai US $30-75 seekor (Collins & Morris 1985). Eksport tidak resmi dan permintaan kupu-kupu yang meningkat dengan tawaran tinggi menyebabkan adanya eksploitasi kupu-kupu di alam. Eksploitasi kupu-kupu mengakibatkan ketersediaannya di alam semakin berkurang (Amir et al. 1995). Jika hal ini berlangsung terus maka kepunahan kupu-kupu bisa terjadi. Museum Serangga dan Taman Kupu (MSTK) Taman Mini Indonesia Indah menyediakan habitat buatan yang menyuplai kebutuhan pakan, minum, dan berlindung bagi kupu-kupu. Kupu-kupu dalam taman kupu berfungsi sebagai peragaan kupu hidup dan sarana belajar tentang kehidupan kupu-kupu. Manfaat
2 kupu-kupu di alam selain bernilai pendidikan menurut Coulson dan Witter (1984) juga sebagai hewan pembantu penyerbukan (pollinator), makanan untuk hewan karnivor (prey), dan bernilai estetika. Menurunnya populasi serta beragamnya manfaat kupu-kupu menyebabkan upaya konservasi kupu-kupu, khususnya untuk pemanfaatan dan pelestarian, perlu dilakukan. Kedua pilar konservasi ini memerlukan informasi tentang aktivitas harian kupu-kupu agar konservasi berhasil. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan waktu aktivitas harian kupu-kupu T. helena. Informasi yang didapatkan juga bermanfaat bagi pengelola taman kupu TMII sebagai acuan pemilihan waktu kunjungan untuk melihat aktivitas kupukupu. 1.2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan waktu aktivitas
harian kupu-kupu Troides helena (Linn.). 1.3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dalam
memberikan informasi tentang pola penggunaan waktu harian kupu-kupu Troides helena (Linn.). Manfaat bagi pengelola Museum Serangga dan Taman Kupu yaitu memberikan acuan pemilihan waktu atraksi kupu-kupu terutama T. helena sebagai daya tarik kunjungan wisatawan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies
of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthopoda, klas Insekta, ordo Lepidoptera, famili Papilionidae, genus Troides dan taxon Troides helena (Linnaeus, 1758). Kupu ini memiliki dua nama Inggris (CITES 2008), yaitu Black-and-gold Birdwing (Simbolon & Iswari 1990) atau Common Birdwing (Collins & Morris 1985; HoiSen 1983; Khoo & Chng 1987; Morrell 1960) dengan nama Indonesia Kupu-kupu Raja Helena (Simbolon & Iswari 1990). Jenis ini memiliki perbedaan jelas antara jantan dan betina (Tabel 1 dan Gambar 1). Ukuran jantan tidak sama dengan betina (Khoo & Chng 1987). Tabel 1 Perbedaan antara kupu-kupu T. helena jantan dengan betina No. Pembeda 1 Kepala
2
Dada
3
Perut
4
Sayap depan
5
Sayap belakang
Jantan Betina hitam, dengan sisik merah di hitam cokelat dengan belakang lengkungan merah di sisi atas. hitam, bersisik di bawah coklat, bulu bersisik merah sayap berambut merah. di bawah dasar sayap. berwarna kuning putih tanah lebih banyak berwarna abudi sisi atas, tertutup garis- abu, cokelat, atau kuning, garis hitam pada masing- ditutupi sisik hitam. masing segmen. Sisi dalam kuning. panjang 6-7 cm, bila panjang 8-9 cm, bila direntangkan 11-12 cm, direntangkan 12-15 cm. warna abu-abu atau hitam Ditandai dengan warna abutanah ditandai dengan warna abu, coklat, atau hitam tanah, putih. sangat beragam. Terdapat sisik-sisik cokelat. berwarna kuning emas, batas biasanya ditandai warna hitam pada tulang sayap kuning keemasan dan warna lebar. hitam pada bagian tepi. Terdapat bintik-bintik hitam besar, juga terdapat warna putih.
Sumber : Simbolon & Iswari 1990, Sutedja et al. 1992
4
Keterangan: Pembeda antara Troides helena (Linn.) jantan dan betina yaitu kepala (1), sayap depan (2), sayap belakang (3), dada (4), perut (5), dan alat kelamin (6). Sumber: Dokumentasi penelitian
Gambar 1 Perbedaan antara T. helena jantan dan betina. T. helena dapat ditemukan pada habitat hutan sekunder pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyebarannya meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Semenanjung Malaya, hingga ke daratan India (Simbolon & Iswari 1990). 2.2
Siklus Hidup Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Kupu-kupu bersifat holometabolus atau mengalami metamorfosis sempurna.
Tahapan fase dalam siklus hidup kupu-kupu yaitu fase telur, larva, kepompong (pupa) dan imago (kupu-kupu dewasa). Fase perkembangan kupu-kupu dengan waktu yang digunakan pada setiap fase dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Fase perkembangan kupu-kupu Fase Perkembangan Perkawinan Masa persiapan telur Telur Larva Kepompong Kupu-kupu Sumber : Sihombing 1999
Waktu 6-8 jam 3-5 hari 10-15 hari 14-21 hari 21-28 hari 21-28 hari
5 Telur T. helena berwarna putih, bulat licin, berukuran 1.5-2.0 mm dan dilapisi dengan cairan berwarna orange yang berfungsi sebagai perekat (Mardiana 2002). Fase ini berlangsung selama 7-12 hari. Jumlah telur dipengaruhi oleh kondisi betina, bila sehat dan berukuran lebih besar maka bisa menghasilkan telur lebih banyak. Telur yang menetas akan menjadi larva. Selama fase larva T. helena mengalami 6 kali tahapan instar (pergantian kulit) (Mardiana 2002). Fase selanjutnya larva berubah menjadi pupa, yang diawali dengan fase prepupa dan akhirnya menjadi imago (kupu-kupu dewasa). Kupu-kupu keluar dari kepompong dalam kondisi sayap lemah dan tubuh menggembung. Tubuh yang berisi cairan ini akan mengempis setelah cairan tersebut mengalir ke vena sayap dan sayap mulai melebar dan membentang. Pembentangan sayap harus berlangsung dengan cepat. Jika udara terlalu kering, sayap dapat mengering sebelum sayap itu terbentang sehingga tidak terbentuk dengan sempurna. Setelah sayap berkembang sempurna dan ukuran tubuh menjadi normal, kupu-kupu siap terbang, mencari makan dan melakukan perkawinan (Pallister 1986). Total waktu yang diperlukan untuk satu siklus hidup antara 55-92 hari (Mardiana 2002). 2.3
Perilaku Kupu-kupu Perilaku merupakan gerak atau perubahan gerak termasuk perubahan dari
bergerak ke tidak bergerak sama sekali atau membeku. Menurut Alikodra 2002 perilaku merupakan gerak-gerik satwa untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan dari lingkungannya. Stokes et al. (1991) dalam Ismarrahman (2003) menyatakan bahwa ada beberapa perilaku kupu-kupu yang mudah dikenali, diantaranya puddling, berjemur, mencari pasangan dan meletakkan telur. Selain itu, Talsma et al. (2008) menyebutkan beberapa perilaku kupu-kupu sebelum ditangkap dalam inventarisasi tercatat sedang makan, kawin, terbang atau berjemur. 2.3.1 Puddling Saat kupu-kupu berada di tanah dan menghisap air kubangan, inilah yang disebut puddling (EnchantedLearning.com® 2009). Kupu-kupu jantan lebih banyak
melakukan
puddling
dibandingkan
kupu-kupu
betina
(EnchantedLearning.com® 2009). Stokes et al. (1991) dalam Ismarrahman (2003)
6 menyebutkan bahwa hampir semua kupu-kupu yang berkerumun di genangan air adalah kupu-kupu jantan. Pada genangan yang berlumpur dan berpasir (biasanya ditemukan di dekat kotoran hewan), kupu-kupu menghisap kandungan air berupa garam mineral dan nutrisi penting (terutama sodium klorida dan larutan kaya nitrogen) yang dilepaskan oleh tanah dan batuan di sekitarnya (EnchantedLearning.com® 2009). Stokes et al. (1991) dalam Ismarrahman (2003) menjelaskan bahwa telah ada suatu bukti bahwa unsur yang paling membuat kupu-kupu tertarik di tempat ini adalah sodium, salah satu komponen garam. Kupu-kupu jantan membutuhkan garam dan nutrisi lain seperti asam amino untuk kawin (khususnya perkawinan kedua). Nutrisi ini akan dilewatkan bersama sperma dalam bentuk spermatophore. Sodium dapat membantu kupu-kupu betina menghasilkan telur dan kupu-kupu jantan menghasilkan aroma khas jantan (sex pheromone) yang digunakan saat mencari pasangan (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Selama hidupnya kupu-kupu jantan bisa bebeberapa kali melakukan perkawinan sedangkan betina hidupnya lebih singkat karena setelah bertelur betina akan mati (Mardiana 2002). Kupu-kupu
memperoleh
nutrisi
penting
yang
dibutuhkan
dengan
mengunjungi tempat becek, kotoran dan bangkai hewan, terutama bangkai karnivora (pemakan daging). Selain itu, nutrisi ini dapat ditemukan pada tempat hewan buang urin dan bekas api unggun karena abu merupakan mineral yang cukup potensial (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Di padang penggembalaan ternak sering terlihat banyak kupu-kupu mengerumuni feses ataupun urin ternak untuk mencari nutrisi yang dibutuhkan (Sihombing 1999). 2.3.2 Berjemur Kupu-kupu berjemur di bawah sinar matahari ketika suhu udara lebih rendah dari suhu tubuhnya (antara 85°-100°F atau sekitar 29.4°-37.8°C). Tujuan berjemur yaitu untuk menghangatkan tubuh (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Aktivitas ini biasanya dilakukan pada pagi hari dan saat matahari memancarkan sinar yang cukup hangat. Salah satu cara berjemur yang dapat diamati di lapangan yaitu berjemur cara dorsal, dimana kupu-kupu
7 membuka membuka lebar sayapnya sambil menghadapkannya ke arah matahari (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Panas diserap oleh tubuh (yang umumnya berwarna hitam) dan bagian sayap yang terdekat dengan tubuh. 2.3.3 Mencari Pasangan Kupu-kupu jantan bertugas mencari pasangan. Mereka bergerak aktif dengan terbang berkeliling mencari kupu-kupu betina. Hal ini tidak mudah dilakukan karena ukuran kupu-kupu jantan lebih kecil dari betina dan jumlah betina lebih sedikit. Kupu-kupu betina umumnya ditemukan di jalan, sungai, atau jalur yang biasa dilewati. Kupu-kupu jantan mengamati kupu-kupu betina dari tanaman atau tempat yang tidak bergerak seperti bebatuan atau batang pohon yang roboh. Kupu-kupu jantan akan mendekati kupu-kupu betina saat melihatnya. Kupu-kupu tidak dapat secara visual membedakan detail dengan baik dari suatu kejauhan sehingga tidak jarang mereka mengamati jenis yang salah atau bahkan jenis hewan lain. Bila ternyata objek yang diamati bukan merupakan sesama jenisnya, kupu-kupu jantan akan kembali ke tempat pengamatannya. Namun bila yang diamati adalah jantan dari jenis yang sama, mereka akan berkejaran sejenak lalu terbang secara vertikal dan berpisah. Ketika kupu-kupu jantan menemukan betina dari jenis yang sama maka jantan akan segera menghampiri dan mulai melakukan percumbuan (courtship) (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Strategi mencari pasangan lainnya ialah berpatroli, yaitu terbang di daerah tempat kupu-kupu betina mencari makan atau meletakkan telur. Mulanya jantan akan terbang di atas atau di belakang betina, terkadang dengan lebih aktif dan kepakan sayapnya lebih cepat dari biasanya. Pada saat ini kupu-kupu jantan akan melepaskan feromon melalui sayap atau tubuhnya yang menyebabkan betina mendarat ke tanah atau vegetasi terdekat. Pada beberapa jenis, jantan terlihat menyentuh betina dengan antena atau kaki, atau membuat gerakan sayap yang khas (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Setelah itu, kupu-kupu jantan dan betina akan hinggap pada suatu tempat dengan posisi saling membelakangi. Keduanya lalu melengkungkan abdomennya untuk berkopulasi. Kopulasi dapat terjadi dalam sepuluh menit hingga beberapa
8 jam. Kadang mereka juga terbang dalam keadaan abdomen masih saling menempel (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Kupu-kupu betina yang baru saja kawin kadang kala langsung didekati oleh jantan lain. Dalam hal ini kupu-kupu betina menghindarinya secara kimiawi dengan menggunakan antiaphrodisiacs, atau dengan tindakan seperti mengangkat abdomennya ke atas saat hinggap sehingga sulit bagi seekor jantan untuk melakukan kontak normal. Cara lainnya yaitu membentangkan sayapnya untuk mencegah para jantan lebih mendekat. Ada pula bentuk penghindaran ketiga, yaitu betina dan jantan terbang membumbung tinggi secara spiral di atas hingga akhirnya jantan menyerah sendiri lalu kembali ke bawah. Semua mekanisme di atas dapat cukup mudah diamati di lapangan, terlebih bila terdapat kupu-kupu dalam jumlah besar (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). 2.3.4 Meletakkan Telur Setelah kawin, tugas utama betina adalah meletakkan telur (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Dalam satu kali perkawinan kupu-kupu betina menghasilkan ratusan telur. Masa bertelur T. helena rata-rata selama 3-4 hari, per harinya bisa menghasilkan kurang dari 20 telur (Mardiana 2002). Kupu-kupu yang akan meletakkan telur cukup mudah diamati seperti kupu-kupu betina berada jauh dari bunga, terbang rendah dan lincah, serta berulang-ulang mendarat atau menyentuh daun yang berbeda (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Kupu-kupu betina dapat mengenali famili, marga, atau jenis tumbuhan tertentu melalui alat sensornya. Untuk jarak yang sedang mereka menggunakan petunjuk visual seperti warna bunga atau bentuk daun. Ketika lebih dekat mereka menggunakan antena untuk mencium aroma, dan saat berada pada tanaman mereka menyentuhnya dengan antena atau probosis, atau merabanya dengan kaki depan. Melalui rabaan ini, betina melepaskan zat kimia untuk mengidentifikasi serta menilai tekstur dan kondisi daun. Betina diketahui dapat menghindari tanaman yang telah terdapat telur atau ulat di atasnya (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Pada saat kupu-kupu betina telah menemukan tanaman yang tepat, mereka akan menyimpan telurnya pada bagian atas atau bawah dari permukaan daun
9 (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). T. helena meletakkan telurnya pada daun bagian bawah, menghindari tulang daun dan bagian pinggir daun agar terhindar dari serangan predator, parasitoid serta sengatan matahari dan percikan air hujan (Mardiana 2002). Telur tersebut dapat melekat pada permukaan daun karena ada cairan yang dikeluarkan bersama telur (Departemen Kehutanan 1994). Cara meletakkan telurnya dengan membengkokkan abdomennya yang penuh telur sampai abdomen menempel pada bagian bawah daun sambil meletakkan telurtelurnya. Telur diletakkan satu-satu untuk menghindari kompetisi apabila kelak menetas (Mardiana 2002). Setelah meletakkan telur, kupu-kupu betina terbang kembali untuk meletakkan telurnya lagi, dan biasanya sambil diselangi dengan hinggap pada bunga untuk menghisap nektar. Selama hidupnya, kupu-kupu betina banyak menggunakan waktu untuk bertelur sedangkan jantan untuk mencari nektar (Mardiana 2002).
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1
Sejarah Pengelolaan Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” yang sekarang lebih dikenal
dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan sebuah taman yang menggambarkan wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari beragam kebudayaan, suku bangsa, adat istiadat, dan agama yang dituangkan dalam skala kecil. Pendiri TMII adalah Yayasan Harapan Kita (YHK), pada saat itu diketuai Ibu Siti Hartinah Soeharto (Alm.). TMII dibuka secara resmi oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1975. Pengelolaan TMII diserahkan kepada Yayasan Harapan Kita berdasarkan SK Presiden RI No. 51/1977 tanggal 10 September 1977. Berdasarkan SK Pengurus YHK No. 1/1971 tanggal 23 agustus 1971, Ketua Yayasan Harapan Kita membentuk Badan Pelaksana Pembangunan dan Persiapan Pengusahaan Proyek Miniatur “Indonesia Indah” (BP5 “Indonesia Indah”) untuk kepentingan pembangunannya, selanjutnya pengelolaan TMII dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pengembangan TMII (BP3). Status TMII saat ini berada dalam pengelolaan pemerintah, di bawah Sekretaris Negara. Namun dalam operasionalnya tetap dilaksanakan oleh YHK sebagai Badan Pelaksana, Pengelolaan dan Pengembangan (BP3). Museum Serangga dibangun berdasarkan ide dari Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang diajukan kepada Ibu Tien Soeharto selaku ketua YHK dan disetujui. Museum Serangga mulai dibangun pada Bulan Maret 1992 atas bantuan dari Departemen Kehutanan dan diresmikan pada tanggal 18 April 1993. Tujuan pembangunan museum ini untuk mengenal keanekaragaman khasanah serangga serta merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensinya di alam. Pada tahun 1998 sebagai penunjang Museum Serangga atas bantuan Drs. Soedjarwo melalui Yayasan Sarana Wana Jaya dibangun taman kupu, laboratorium, kandang penangkaran dan kandang kepompong, sehingga nama Museum Serangga diubah menjadi Museum Serangga dan Taman Kupu.
11 Pendirian taman kupu ditujukan sebagai sarana peraga alam tentang kehidupan sebagian jenis serangga. Tahun 2004 ditambahkan dengan koleksi binatang selain serangga. 3.2
Letak dan Luas Taman Mini Indonesia Indah (TMII) secara administratif pemerintahan
terletak di Kecamatan Pasar Rebo, Kotamadya Jakarta Timur. Area ini dibatasi oleh Jalan Pondok Gede di sebelah Utara, Kelurahan Bambu Apus di sebelah Selatan, Kelurahan Lubang Buaya di sebelah Timur dan jalan tol Jagorawi di sebelah Barat. Lokasi Museum Serangga dan Taman Kupu TMII (MSTK TMII) berada di Jl. Raya Taman Mini, Jakarta Timur 13560. MSTK berada di sebelah Timur Taman Aquarium Air Tawar (TAAT), sebelah Selatan Museum Pusaka, sebelah Barat Tol Bambu Apus dan sebelah Utara karantina TAAT (Gambar 2).
Sumber: http.//maps.google.com/
Gambar 2 Lokasi Museum Serangga dan Taman Kupu TMII Luas TMII selalu berubah sesuai dengan pembangunan yang dilakukan. Pada awalnya luasnya ± 65 ha dengan cadangan seluas 35 ha. Tahun 1999 luas TMII kira-kira 150 ha, dengan luas yang dipergunakan sebagai areal rekreasi seluas 120 ha sedangkan sisanya digunakan untuk padepokan karyawan (Suradi 1989). Museum Serangga memiliki luas 500 m2 yang berbentuk tubuh belalang. Taman Kupu memiliki luas 500 m2.
12 3.3
Keadaan Fisik
3.3.1 Topografi Pada awalnya area TMII merupakan kawasan dengan topografi berombak dari Barat ke Timur. Bagian yang tinggi berupa tanah darat dan daerah yang rendah berupa tanah persawahan tadah hujan. Kemiringan tanah TMII berkisar antara 2-8%, tetapi pada tempat-tempat tertentu terdapat kemiringan tanah yang lebih besar (12%) dengan ketinggian ± 40 m di atas permukaan air laut (TMII 1996). 3.3.2 Tanah Jenis tanah pada area TMII yaitu tipe latosol merah sampai cokelat kemerahan dengan bahan induk tufa vulkan intermediet. Struktur remah sampai menggumpal, tergantung pada kadar airnya dengan permeabilitas agak dalam. Kesuburan tanah relatif agak rendah, tetapi pengolahan tanah, pengairan, dan pemupukan yang tepat cukup baik untuk tanaman (TMII 1996). 3.3.3 Hidrologi Pihak pengelola TMII mengambil air dari Danau Akuarium Air Tawar yang terletak di depan Museum Akuarium Air Tawar untuk keperluan penyiraman tanaman di lingkungan TMII. Untuk pemenuhan kebutuhan air bagi kepentingan lainnya seperti keperluan untuk air terjun, air mancur, dan untuk keperluan air bersih (penginapan, kolam renang dan fasilitas lainnya) diperoleh dari sumur artetis (deep well) atau pompa jet pump yang ada pada masing-masing unit atau area. Limpahan air di TMII dialirkan ke Kali Sunter dengan meggunakan sistem resapan, sedangkan untuk limbah yang dihasilkan langsung ditampung melalui septic tank yang ada pada tiap lokasi (TMII 1996). Kebutuhan air di taman kupu berasal dari sumur bor dengan pompa jet pump. Air digunakan untuk menyiram tanaman yang dilakukan sehari sekali. Penyiraman tanaman menggunakan springcle. Di taman kupu terdapat dua air terjun buatan yang berada di pojok dekat pintu masuk dan pojok sebelum pintu keluar. Airnya berasal dari sumur bor. Air dari air terjun di pojok sebelum pintu masuk akan mengalir ke selokan kecil, dua
13 kolam di tengah taman dan air terjun di pojok dekat pintu masuk. Selain dua kolam yang ada di tengah taman terdapat pula kolam yang airnya menggenang. Kolam di taman kupu berfungsi sebagai tempat penampungan air baik air dari sumur bor atau air hujan, sebagai pelengkap taman. 3.3.4 Iklim Daerah TMII berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Halim Perdana Kusuma termasuk dalam tipe iklim tropis lembab dan ditandai dengan adanya perubahan musim hujan dan musim kemarau yang cukup besar. Dari data tahun 1999 diperoleh bahwa curah hujan rata-rata adalah 162.5 mm dan curah hujan tertinggi adalah 365 mm pada bulan Februari dan terendah 5 mm pada bulan Agustus (Dewi 2003). 3.4
Keadaan Biotik
3.4.1 Flora Taman kupu ditanami berbagai jenis tanaman berbunga sebagai habitat kupu-kupu. Tanaman ini berfungsi sebagai pakan larva dan kupu, tanaman hias, tempat berlindung dan tempat beristirahat. Tanaman jenis pakan larva kupu di taman kupu antara lain sirsak (Annona mucrinata), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan jeruk purut (Citrus hystrix). Jenis tanaman berbunga sebagai pakan imago kupu antara lain kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinencis), soka (Ixora grandiflora), nona makan sirih (Clerodendrum x Speciosum), pagoda (Clerodendrum paniculatum), dan untuk lebih jelas dapat dilihat dalam Lampiran 1. Tanaman hias dan tempat berlindung di taman kupu antara lain beringin (Ficus
benyamina),
kacapiring
(Gardenia
jasminoides),
pisang-pisangan
(Heliconia caribea), bunga air mancur merah (Jacobinia coccinea), mrico kepyar (Ochna kirkii) dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Lampiran 2. Tanaman pelindung ditanam juga di luar taman kupu antara lain dadap merah (Erythrina glauca), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), salam (Syzygium polyanthum), ketapang (Terminalia catappa), pohon saputangan (Maniltoa grandiflora), bunga
14 kupu-kupu (Bauhinia purpurea), jatropa (Jatropha curcas), jambu biji (Psidium guajava) dan Cassia planisiliqua. 3.4.2 Fauna Museum Serangga dan Taman Kupu TMII memiliki koleksi serangga awetan, peragaan serangga hidup dan mini zoo. Koleksi serangga awetan di dalam museum antara lain kumbang (Coleoptera), capung, belalang (Orthoptera), Tonggeret
(Cicadidae),
semut,
lebah
(Vespidae),
lalat
dan
kupu-kupu
(Lepidoptera). Peragaan serangga hidup yaitu belalang daun (Phyllium pulchrifollium), belalang ranting (Siphocrania goliath) dan kupu-kupu. Mini zoo menampilkan koleksi satwa selain serangga, yaitu kijang (Muntiacus muntjak), jelarang bilalang (Ratufa sp.), bajing tiga warna (Calloeciurus provosti), bajing kelapa (Calloeciurus notatus), kadal lidah biru, ular sanca (Phyton sp.), codot besar (Cynopterus titthaecheilus), kancil (Tragulus javanicus), burung merak (Pavo muticus), Nuri paruh besar (Tanygnathus megalorhynchos), dan puter geni (Streptopelia bitorquata). Kupu-kupu di taman kupu berasal dari kepompong yang dibeli dari PT. Ikas Amboina di Bali. Jenis kupu yang dibeli yaitu Troides helena, Papilio peranthus, Papilio
demolion,
Papilio
memnon,
Pachliopta
aristolochiae,
Euploea
phaenareta, Vindula dejone,dan Cethosia hypsea. Selain kupu, di taman kupu juga terdapat capung (Neurothemis terminata), semut, lebah, kadal, bunglon, cicak dan laba-laba.
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini
Indonesia Indah (MSTK TMII). Penelitian ini dimulai pada Bulan Juli-November 2009. 4.2
Alat dan Bahan Objek dalam penelitian ini adalah kupu-kupu Troides helena (Linn.), media
hinggap dan jenis tanaman pakan di Taman Kupu TMII. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu termometer bola basah dan bola kering, stopwatch, kamera digital, buku identifikasi kupu (Corbet & Pendlebury 1992, Simbolon & Iswari 1992) dan tanaman (Don & Hadibroto 2007, Harada et al. 2006, Lestari & Kencana 2008, Ratnasari 2007, Salmah et al. 2002) serta spidol penanda kupu. 4.3
Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang akan dikumpulkan dikelompokkan ke dalam dua macam
berdasarkan cara pengumpulannya, yakni: a). Data Primer Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan adalah lama waktu aktivitas (detik) T. helena jantan dan betina, masing-masing sebanyak 5 (lima) individu. Aktivitas yang diamati meliputi waktu terbang, nectaring, interaksi, kawin dan hinggap. Selain itu diamati pula jenis media hinggap dan jenis tanaman pakan, serta dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban harian. b). Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan berdasarkan studi literatur. Data ini mencakup kondisi umum lokasi yang meliputi kondisi fisik dan kondisi biologi.
16 4.4
Metode Pengumpulan Data T. helena menetas di kandang penetasan pada pagi hari. Pelepasan kupu-
kupu ke taman dilakukan pukul 13:00 WIB. Sebelum dilepaskan ke taman, dilakukan pemilihan individu T. helena yang akan diteliti dengan ciri kondisi tubuh utuh, sayap sempurna, dan mampu terbang dengan lincah. Individu kupukupu yang terpilih diberi tanda menggunakan spidol penanda kupu-kupu. Penandaan dilakukan pada sayap bawah kupu-kupu yang berwarna kuning (Gambar 3). Pengamatan dilakukan setiap hari terfokus pada satu individu sejak dilepaskan di taman hingga mati. T. helena yang menjadi objek penelitian ada 10 individu yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
a
b
Gambar 3 T. helena sebelum (a) dan sesudah (b) ditandai. Data alokasi waktu yang digunakan T. helena diperoleh menggunakan metode focal animal sampling (Altmann 1996) yaitu pengamatan yang fokus pada satu individu yang sama. Parameter yang diukur dan diamati adalah aktivitas terbang, nectaring, interaksi, kawin, dan hinggap. Penentuan alokasi waktu ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi aktivitas yang sedang berlangsung. Waktu pengamatan selama 10 jam terhitung pukul 07:00-17:00 WIB dengan interval 5 menit. 4.5
Analisis Data Perbedaan alokasi waktu aktivitas (terbang, nectaring, interaksi dan
hinggap) antara jantan dan betina T. helena dianalisis dengan uji beda berpasangan t-student menggunakan software SPSS 16.0. Persamaan uji beda nyata t-student adalah: t hitung =
x j − xb sp
n
dan s p =
(n1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s22 n1 + n 2 − 2
17 Hipotesis yang diuji adalah H0: tidak ada perbedaan alokasi waktu aktivitas antara jantan dan betina, dan H1: ada perbedaan alokasi waktu aktivitas antara jantan dan betina. Kaidah keputusan yang digunakan adalah: jika |thitung|>|t0.05;db| maka terima H1, sebaliknya jika |thitung|≤|t0.05;db| maka terima H0. Berdasarkan software SPSS 16.0 maka H1 diterima jika P≤ 0.05.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Kondisi Taman Kupu Taman kupu di Taman Mini Indonesia Indah merupakan bagian dari
Museum Serangga dan Taman Kupu. Taman kupu digunakan sebagai tempat pemeliharaan kupu-kupu yang ditetaskan dan memamerkan kupu-kupu pada pengunjung. Kunjungan untuk umum dibuka setiap hari mulai pukul 09:00-17:00 WIB. Jumlah pengunjung meningkat pada pukul 12:00-15:00 WIB terutama pada hari libur. Taman ini berbentuk kubah seluas 500 m2. Dinding taman disemen setengah bagian pada bagian dekat dengan tanah dan setengah ke atas menggunakan kawat (Gambar 4a). Bagian atas kubah sebagai penutup digunakan paranet. Taman Kupu dan Museum Serangga dihubungkan oleh sebuah lorong sehingga pengunjung dapat langsung memasuki taman kupu setelah museum (Gambar 4b). Pintu di taman kupu ada dua yaitu pintu masuk dan pintu keluar. Pintu ini berupa tirai besi. Pada pintu keluar disertai pintu gerbang dari besi yang ditutup pada malam hari. Pintu masuk dan pintu keluar taman kupu dihubungkan oleh jalan setapak dari semen. Jalan ini dibuat satu arah untuk mempermudah dalam mobilitas pengunjung di taman kupu.
a
b
Gambar 4 Kondisi Taman Kupu tampak dari luar (a) dan dari dalam Museum Serangga (b). Taman kupu mengalami perbaikan pada tanggal 24-31 Agustus 2009. Perbaikan ini meliputi perbaikan dinding, pembongkaran kandang penetasan kepompong dan tempat peragaan telur serangga, serta perubahan tata letak tanaman terutama tanaman pendek. Kandang penetasan kepompong merupakan kandang peraga cara peletakkan kepompong yang akan ditetaskan. Kepompong
19 yang digunakan yaitu kepompong yang sudah mati. Kandang ini dibangun secara permanen dengan atap seng, berdinding tembok dan besi. Tempat peragaan telur serangga berupa tempat beratap seng, dengan penyangga dari besi, terdapat beberapa kotak kaca yang menjadi tempat peragaan telur serangga. Telur serangga yang ditampilkan yaitu telur belalang daun (Phyllium pulchrifollium), belalang ranting (Siphocrania goliath), kupu-kupu Papilio memnon dan Pachliopta aristolochiae. Taman kupu menyediakan habitat buatan bagi serangga. Habitat yaitu kawasan yang terdiri dari beberapa komponen, baik fisik maupun biotik, yang merupakan suatu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biak satwaliar (Alikodra 2002). Kondisi taman kupu setelah perbaikan dapat dilihat pada Lampiran 3. Taman kupu dikelilingi pohon-pohon yang tinggi sehingga kondisi di taman menjadi teduh. Pohon itu antara lain dadap merah (Erythrina glauca), kelapa (Cocos nucifera), sawo duren (Crysophyllum cainito), salam (Syzygium polyanthum), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dan jambu air (Psidium guajava). Matahari dapat masuk ke taman dari celah-celah pohon di bagian Timur taman. Selama penelitian cahaya matahari menyinari seluruh taman mulai pukul 08:00 WIB. Rataan suhu udara harian selama penelitian adalah sebagai berikut: pagi hari pukul 07:00 WIB 26.85ºC, siang hari pukul 13:00 WIB 32.90ºC, dan sore hari pukul 16:00 WIB 31.00ºC (Lampiran 4). Rataan kelembaban udara (RH) harian selama penelitian adalah sebagai berikut: pagi hari 88.44%, siang hari 65.00%, dan sore hari 73.82% (Lampiran 4). 5.2
Aktivitas Harian Troides helena (Linn.) T. helena dimasukkan ke taman kupu pada pukul 13:00 WIB. Aktivitas
pertama yang dilakukan setelah pelepasan yaitu terbang mencari tempat hinggap yang teduh. T. helena lebih banyak hinggap karena sayapnya belum begitu kering dan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan barunya di taman kupu. Kondisi awal saat dimasukkan ke taman masih baik dengan sayap utuh dan bisa terbang dengan bebas. Jika kupu-kupu cacat maka sayapnya keriput, kusut, tidak utuh, dan tidak bisa terbang tinggi dengan lincah. Pada hari kedua T. helena mulai bergerak
20 aktif mengelilingi taman dan melakukan aktivitas lainnya. Semakin lama kupukupu berada di taman kupu keutuhan sayap dan kelincahan terbangnya semakin berkurang. T. helena jantan memiliki rata-rata hidup di taman selama 4 hari sedangkan betina selama 3 hari. Ini berarti lama hidup betina lebih singkat dibandingkan jantan. Selama hidupnya di taman, alokasi waktu aktivitas harian T. helena tertinggi secara berturut-turut yaitu hinggap (85.91%), terbang (7.64%), nectaring (0.66%), dan interaksi (0.27%). Perbedaan alokasi waktu pada jenis aktivitas terbang, nectaring, interaksi dan hinggap antara jantan dan betina disajikan pada Tabel 3, untuk lebih lengkapnya lihat Lampiran 5. Jenis aktivitas terbang dan nectaring tidak berbeda nyata antara jantan dan betina, sedangkan interaksi dan hinggap menunjukkan perbedaan yang nyata. Alokasi waktu untuk aktivitas kawin tidak dilakukan pengujian karena aktivitas tersebut dilakukan secara berpasangan. Tabel 3 Perbandingan aktivitas T. helena jantan dan betina berdasarkan hasil uji t Aktivitas Terbang Nectaring Interaksi Hinggap
Rata-rata (Menit) Jantan Betina 0.369 0.315 0.027 0.034 0.017 0.006 3.542 3.722
t 1.670 -0.869 3.311 -4.588
Sig
Keterangan
0.098 0.386 0.001 0.000
tidak berbeda nyata tidak berbeda nyata Berbeda nyata Berbeda nyata
Pola penggunaan waktu aktivitas saat aktif T. helena mencakup aktivitas terbang, nectaring, interaksi dan kawin (Gambar 5). Aktivitas hinggap tidak dimasukkan ke dalam penggunaan waktu aktivitas aktif kupu-kupu karena hinggap merupakan kegiatan beristirahat dan tidak aktif. Waktu aktif T. Helena meningkat pada pagi hari dan mencapai puncak aktivitasnya pada pukul 10:0011:00 WIB. Pada sore hari aktivitas jenis ini menurun karena kupu-kupu lebih banyak hinggap dan beristirahat.
21 4.5 Alokasi Waktu (menit)
4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
16:00-17:00
15:00-16:00
14:00-15:00
13:00-14:00
12:00-13:00
11:00-12:00
10:00-11:00
09:00-10:00
08:00-09:00
0.0
07:00-08:00
0.5
Periode Pengamatan (WIB)
Gambar 5 Pola penggunaan waktu aktivitas harian T. helena. 5.2.1
Terbang Terbang adalah melayang di udara dengan tenaga sayap (Poerwadarminta
1976), mengepakkan sayap dan kaki tidak berpijak pada apa pun. Gerakan sayap melalui udara menimbulkan kekuatan yang diperlukan untuk terbang, yaitu mengangkat, menerobos, dan sikap kontrol (Borror et al. 1996). Kupu-kupu memiliki kecepatan terbang 19 km/jam (Farb 1986). T. helena jarang terbang rendah. Rata-rata jenis ini terbang di atas 150 cm, kecuali saat mencari makan maka terbang mengeliling tanaman berbunga dan melakukan nectaring. T. helena memulai aktivitasnya pada pagi hari pukul 07:30 WIB dengan terbang untuk berpindah ke tempat yang lebih terkena sinar matahari. Aktivitas ini meningkat seiring dengan meningkatnya suhu udara (Lampiran 4). Rata-rata waktu terbang tertinggi yaitu pada pukul 09:00-10:00 WIB (Gambar 6). Pada sore hari aktivitas terbang berkurang, hal ini dikarenakan cahaya matahari mulai melemah dan kupu-kupu kembali ke tempat beristirahatnya.
22
Waktu Pengamatan (WIB)
16:00-17:00
0.70
14:00-15:00
2.23
0.89
15:00-16:00
0.72
13:00-14:00
Betina
1.49
Jantan
1.26 1.53
3.14 2.08
12:00-13:00
5.26 4.07
11:00-12:00 10:00-11:00
5.10 10.89
4.92
09:00-10:00
11.08 4.59
08:00-09:00 07:00-08:00 0.00
12.97
9.98
1.40 1.51
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Rata-rata Alokas i Waktu Te rbang (M e nit)
Gambar 6 Rata-rata alokasi waktu aktivitas terbang T. helena. Cara terbang T. helena jantan lebih gesit dibandingkan betina. Sesuai tugas jantan yaitu mencari pasangan sehingga terbang aktif berkeliling taman mencari kupu-kupu betina (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa T. helena jantan memiliki rata-rata waktu terbang lebih tinggi daripada betina (Tabel 3). 5.2.2
Nectaring Lepidoptera tergolong dalam jenis serangga fitofagus (herbivor) (Borror et
al. 1996), yaitu pemakan tumbuhan (Roos et al dalam Sihombing 1999). Larva T. helena berperan sebagai pemakan daun. Kupu ini termasuk dalam kategori monofag (spesialis) (Corbet & pendlebury 1992) yaitu hanya memakan satu jenis tumbuhan. Pakan larvanya yaitu Aristolochia tagala (Corbet & pendlebury 1992), A. foveolata (Salmah et al. 2002). Pakan larva dan kupu-kupu dewasa (imago) berbeda. Larva memakan daun sedangkan imago menghisap nektar bunga. Aktivitas mendekati bunga kemudian menjulurkan probosis untuk menghisap nektar disebut nectaring. Pada penelitian ini, selama proses nectaring T. helena memijakkan kakinya di sekitar bunga, menggerakkan atau mengepakkan sayapnya untuk menjaga keseimbangan tubuh, dan terkadang berjalan sambil mengepakkan sayapnya (Gambar 7). Cara nectaring jenis ini sama seperti yang dilakukan oleh Papilionidae lainnya yang ada di taman kupu seperti jenis Papilio memnon dan P. peranthus. Hal ini berbeda dengan cara nectaring kupu dari Famili Nymphalidae seperti Hypolimnas bolina dan Vindula dejone, yaitu tidak terlalu sering mengepakkan sayap dan terbang seperti pada Papilionidae. Kupu-
23 kupu Nymphalidae membutuhkan waktu lebih lama untuk menghisap nektar pada satu bunga dengan menjelajahinya sambil berjalan. Nectaring bisa terjadi pada dua jenis tumbuhan berbunga sekaligus pada periode waktu lima menit, dalam hal ini selama penelitian saat berpindah tempat dari bunga jenis satu ke bunga jenis lain dimasukkan dalam aktivitas terbang.
Gambar 7 Aktivitas nectaring T. helena. T. helena melakukan nectaring pada pagi hari. Aktivitas ini paling banyak dilakukan pada pukul 08:00-09:00 WIB (Gambar 8). Nectaring lebih banyak dilakukan T. helena betina daripada jantan (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena kupu jantan terfokus pada pencarian betina dan jarang melakukan nectaring. Imago dapat bertahan hidup tanpa makan selama tiga sampai empat hari (Departemen Kehutanan 2000). 16:00-17:00
Waktu Pengamatan (WIB)
15:00-16:00 14:00-15:00
0.40
0.25 0.04
Betina
0.11
Jantan
0.07
13:00-14:00
0.06
12:00-13:00
0.06 0.10
0.38 0.33
0.44 0.46
11:00-12:00 10:00-11:00
0.71
0.29
09:00-10:00
0.95
0.55
08:00-09:00 07:00-08:00 0.00
1.16
0.89 0.17
0.20
0.30
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
Rata-rata Alok asi Wak tu Nectaring (Menit)
Gambar 8 Rata-rata alokasi waktu aktivitas nectaring T. helena. Kupu-kupu spesialis bersifat selektif atau mengalami spesialisasi tinggi terhadap tumbuhan penghasil nektar (Bakowski & Boron 2005 dalam Effendi 2009). Spesialisasi kupu-kupu sebagai pakan nektar (nectar feeding) ditentukan dari bentuk dan panjang probosis (Davies 1988; Hickman et al. 2007 dalam Effendi 2009). Panjang probosis berkolerasi positif terhadap ukuran tubuh (Stang
24 et al.dalam Effendi 2009). T. helena memiliki pilihan jenis tanaman berbunga yang tersedia di taman kupu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 jenis tanaman berbunga yang digunakan T. helena sebagai pakan (Lampiran 6). Pemilihan jenis tanaman berbunga yang dijadikan pakan T. helena jantan dan betina memiliki perbedaan. Tanaman yang dipilih jantan ada 7 jenis, sedangkan betina 9 jenis (Gambar 9). Jenis tanaman yang tidak dipilih jantan yaitu kacapiring (Gardenia jasminoides) dan thunbergia (Thunbergia laurifolia). Kacapiring merupakan semak evergreen bunga berwarna putih dan beraroma khas (Lestari & Kencana 2008). Thunbergia merupakan jenis tanaman yang bersifat tahunan (Lestari & Kencana 2008). Jenis thunbergia di taman kupu yaitu thunbergia ungu. Kedua jenis tanaman ini merupakan tanaman yang paling sedikit digunakan sebagai pakan T. helena (Lampiran 6). Hal ini disebabkan karena kedua jenis tanaman ini ketersediaan bunganya sedikit dan T. helena lebih menyukai jenis bunga yang berwarna merah. 27
Pagoda 20
Jenis tanaman
Jati mas
44 30
2
Nona makan s irih
34
Kros andra
5
Melati
3
Soka
3 3
Kembang Merak
2
9
5
3 4
Kacapiring
betina
1
Thunbergia 0
jantan 10
20
30
40
50
Jumlah kunjungan (kali)
Gambar 9 Jumlah kunjungan nectaring T. helena pada tanaman berbunga. Lama kunjungan yang dilakukan T. helena pada tanaman berbunga untuk menghisap nektar tergantung pada ketersediaan nektar bunga. Jenis yang paling lama dikunjungi yaitu kembang pagoda (Clerodendrum paniculatum) (Gambar 10). Tanaman ini memiliki bunga berukuran kecil, berwarna merah yang mekar hampir serempak dan bertahan hanya satu minggu (Lestari & Kencana 2008). Selama penelitian terdapat 3 individu kembang pagoda yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu di taman kupu. Selain T. helena, bunga ini juga dikunjungi oleh
25 jenis kupu lain yang ada di taman kupu, yaitu Hypolimnas bolina, Papilio memnon dan Papilio demolion.
Jati mas
11.41
4.47 6.75
Jenis tanaman
Pagoda
6.51 0.06
Nona makan s irih
4.55
0.73
Kros andra
0.26
0.59
Soka
0.13
Kembang Merak
0.26
0.18
Melati
0.23
Kacapiring
0.29
0.21
betina jantan
0.04
Thunbergia 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lama kunjungan (M e nit)
Gambar 10 Lama kunjungan nectaring T. helena pada tanaman berbunga. 5.2.3
Interaksi Interaksi adalah hal saling mempengaruhi (Badudu & Zain 2001). Pada
penelitian ini yang dimaksud interaksi yaitu tindakan yang saling mempengaruhi antara individu T. helena dengan individu kupu-kupu yang lain. T. helena selama penelitian berinteraksi dengan jantan dan betina dari jenis yang sama, Papilio memnon, Hypolimnas bolina, dan Vindula dejone. Interaksi bisa terjadi pada saat T. helena terbang atau hinggap. Jika terjadi saat terbang, T. helena bisa berganti arah terbang mengikuti individu lain dan terbang berkejaran. Jika terjadi pada saat hinggap, reaksi yang diberikan jenis ini berupa kepakan sayap untuk mengusir kupu-kupu ’pengganggu’, terbang dan berpindah tempat hinggap, atau terbang mengikuti kupu-kupu ’pengganggu’. Ada kalanya juga T. helena mengganggu kupu-kupu lain yang sedang hinggap dan reaksi yang diberikan sama seperti saat T. helena diganggu. Terkadang setelah mengganggu kupu-kupu lain yang hinggap, jika kupu itu terbang maka T. helena akan menempati tempat hinggapnya. Hal ini terjadi karena tempat tersebut merupakan tempat hinggapnya T. helena. T. helena jantan lebih sering melakukan interaksi dibandingkan betina (Gambar 11). Hal ini karena tugas jantan mencari pasangan yang tidak mudah dilakukan. Jantan berusaha mendekati betina saat melihatnya. Tak jarang kupu jantan salah mengenali betina karena secara visual kupu-kupu tidak dapat
26 membedakan detail dengan baik dari suatu kejauhan (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Interaksi paling banyak dilakukan T helena pada pukul
Waktu Pengamatan (WIB)
10:00-11:00 WIB.
16:00-17:00
0.00
15:00-16:00
0.00
0.05
Jantan
0.03
14:00-15:00
0.12
0.04 0.04
13:00-14:00 12:00-13:00
Betina
0.03
0.00
0.18 0.12
11:00-12:00
0.38
0.13
10:00-11:00
0.56 0.17
09:00-10:00
0.21 0.21
08:00-09:00 07:00-08:00
0.50
0.00 0.00
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
Rata-rata Alokasi Waktu Inte raksi (Me nit)
Gambar 11 Rata-rata alokasi waktu aktivitas interaksi T. helena. T. helena dalam berinteraksi sering keliru dalam membedakan antara jenis yang sama dengan Papilio memnon dibandingkan dengan jenis kupu-kupu lain yang ada di taman kupu. Hal ini dikarenakan keduanya dalam satu famili (Papilionidae), P. memnon memiliki sayap depan hitam, dan ukuran tubuh yang tidak jauh berbeda dengan T. helena. 5.2.4
Hinggap Hinggap yaitu berhenti terbang lalu bertengger di atas sesuatu (Badudu &
Zain 2001). Pada penelitian ini yang dimaksud dengan hinggap yaitu kaki kupukupu berpijak pada suatu media dengan keadaan probosis menggulung dan tidak menghisap nektar (Gambar 12). T. helena merentangkan dan membuka sayapnya saat hinggap. Pada pagi hari saat pengamatan dimulai T. helena ditemukan sedang hinggap di tempat beristirahatnya. Sebelum memulai aktivitasnya, terbang dan nectaring, pada pagi hari atau setelah sekian lama hinggap, T. helena akan mengepakkan sayapnya selama beberapa detik dengan kaki masih berpijak. Dalam penelitian, gerakan ini masih digolongkan dalam aktivitas hinggap. Selain itu, gerakan berjalan dengan kaki berpijak pada media hinggap untuk menemukan tempat hinggap yang sesuai, dalam penelitian ini juga dimasukkan dalam aktivitas hinggap.
27
Gambar 12 Aktivitas hinggap T. helena. Media hinggap yaitu sesuatu yang digunakan oleh T. helena sebagai tempat hinggap. Pada penelitian ini media hinggap digolongkan ke dalam dua jenis yaitu tumbuhan dan non tumbuhan. Jumlah kunjungan dan lama kunjungan yang dilakukan T. helena ke media hinggap lebih banyak dilakukan pada tumbuhan dibandingkan pada media non tumbuhan. Jantan melakukan lebih banyak kunjungan dibandingkan betina tetapi kunjungan dilakukan lebih singkat dibandingkan betina (Tabel 4). Hal ini terjadi dikarenakan jantan bertugas untuk mencari pasangan, sehingga aktif melakukan pengintaian terhadap betina dan lebih agresif. Dalam pengintaian jantan hinggap di tempat yang biasa dilalui betina, jika ada kupu-kupu lewat maka jantan akan mengejarnya. Kalau jantan tidak berhasil mendapatkan betina maka akan kembali hinggap pada media hinggap dan melakukan pengintaian. Tabel 4 Media hinggap kupu-kupu T. helena di Taman Kupu TMII Media Hinggap Tumbuhan Non Tumbuhan Total
Jumlah kunjungan Jantan Betina 635 674 183 133 818 807
∑ 1309 316 1625
Lama Kunjungan (Menit) ∑ Jantan Betina 35.19 37.21 72.40 14.98 14.34 29.31 50.17 51.55 101.72
Media hinggap non tumbuhan terdiri dari besi, dinding, kawat, paranet, papan peraga, dan seng (Lampiran 7). Papan peraga dan seng paling sedikit (Gambar 13) digunakan pada T. helena karena media ini telah dihilangkan pada saat perbaikan taman kupu. Selain itu, tempat ini bisa terjangkau oleh pengunjung sehingga rawan gangguan pada pengunjung. Kawat paling banyak dan lama digunakan T. helena sebagai tempat hinggap karena media ini tinggi sehingga
28 tidak terjangkau pengunjung. T. helena aman berada pada media ini terutama kawat di sekitar pintu keluar karena terlindungi oleh pohon. Penggunaan media hinggap non tumbuhan antara jantan dan betina berbeda. Jantan menggunakan 6 jenis media hinggap sedangkan betina 2 jenis. Media hinggap non tumbunan yang digunakan betina yaitu kawat dan paranet. Kawat lebih banyak dikunjungi T. helena betina (Gambar 13) dengan waktu kunjungan yang lebih sedikit dibandingkan jantan (Gambar 14). Hal ini dikarenakan betina lebih sering diganggu jantan sehingga memilih tempat hinggap yang aman dan berpindah-pindah. Paranet paling banyak dan lama digunakan betina sebagai media hinggap.
Jumlah Kunjungan (Kali)
120 100
108
jantan
100
betina
80 60 40
29
24
25 16
20
11 3
0 Bes i
Dinding
Kawat
Paranet
M e dia Hinggap
Papan Peraga
s eng
Gambar 13 Jumlah kunjungan T. helena pada media hinggap non tumbuhan. 13.04 11.79
Lama kunjungan (Menit)
14.00 12.00
jantan betina
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00
2.55 0.54
0.00
0.59
0.00
0.52
0.250.00
0.030.00
Paranet
Papan Peraga
seng
0.00 Besi
Dinding
Kawat
Media hinggap
Gambar 14 Lama kunjungan T. helena pada media hinggap non tumbuhan. Media hinggap tumbuhan ada 40 jenis tumbuhan dari 25 famili dan 7 jenis yang tidak diketahui famili dan nama latinnya (Lampiran 8). Tumbuhan dari
29 Famili Acanthaceae paling banyak dipilih sebagai media hinggap T. helena. Salah satu jenis dari famili ini yang paling banyak dihinggapi T. helena (Gambar 15) yaitu thunbergia (Thunbergia laurifolia). Thunbergia merupakan jenis tanaman merambat sebagai peneduh yang fast growing, cepat tumbuh (Don & Hadibroto 2007). Tanaman ini memiliki batang keras, daun berbentuk segitiga berwarna hijau (Lestari & Kencana 2008) dan pada permukaan daun terdapat bulu-bulu halus. Pada sore hari, tanaman ini dipilih T. helena sebagai tempat beristirahat. T. helena ditemukan pada pagi hari di tempat beristirahatnya.
Arecaceae
1
Malvaceae
1 1
Adiantaceae
2
betina jantan 5
Ochnaceae 1
Nyctaginaceae
4
Fabaceae
6
Apocynaceae
7
Zingeberaceae
9
Lainnya
4
7 13
Oleandraceae 4
Liliaceae
Famili
Agavaceae
11 18
2
Myrtaceae
14
7
Combretaceae
16
5 3
Alismataceae
19 10
Rutaceae Rubiaceae
14
12
Moraceae
19 25
13 2
Euphorbiaceae
36 57
Bignoniaceae 32
Sterilitciaceae Boraginaceae
36 98
36 54
Passifloraceae
92 86
Piperaceae
91 98
Verbenaceae
116 108
Acanthaceae 0
20
40
60
80
100
114
120
Jumlah kunjungan (kali)
Gambar 15 Jumlah kunjungan T. helena pada media hinggap tumbuhan.
140
30 Pemilihan media hinggap antara T. helena jantan dan betina memiliki perbedaan. Jantan memilih 28 jenis tumbuhan dari 20 famili, sedangkan betina 33 jenis tumbuhan dari 22 famili. Jantan paling banyak menggunakan tumbuhan dari Famili Verbenaceae, terutama jenis nona makan sirih (Clerodendrum x Speciosum) sebagai media hinggap sedangkan betina memilih Famili Acanthaceae terutama jenis thunbergia (Thunbergia laurifolia) (Gambar 15). Kedua jenis tanaman ini merupakan jenis tanaman merambat. Letaknya berada di sekitar pintu keluar dan terlindungi oleh tanaman pelindung di luar taman, sehingga teduh pada waktu siang hari. Tanaman yang merambat di kawat hinggap paranet taman kupu ini menjadi tempat berlindung yang aman bagi T. helena karena cukup tinggi dan tidak mudah dijangkau pengunjung. Kunjungan T. helena pada media hinggap tumbuhan paling lama dilakukan pada jenis cabe jawa (Piper retrofractum) Famili Piperaceae (Gambar 16). Jenis ini digunakan sebagai tempat berteduh pada siang hari. Tanaman ini merupakan jenis tanaman merambat yang memanjat pada dinding taman kupu dan terlindungi oleh pohon jati mas (Cordia subcordata). Walaupun tanaman ini letaknya mudah dijangkau pengunjung tetapi rata-rata pengunjung tidak menyadari keberadaan kupu-kupu ini.
31 Arecaceae
0.001 0.000
Nyctaginaceae
0.003 0.034
jantan
0.033 0.007 0.041 0.000 0.050 0.040 0.000 0.120 0.156 0.000
Malvaceae Adiantaceae Lainnya Fabaceae Ochnaceae
Oleandraceae
0.000 0.157 0.051 0.196 0.000 0.295 0.443 0.000
Alismataceae
0.069 0.380
Apocynaceae Liliaceae Zingeberaceae
Famili
betina
Agavaceae
0.388 0.149 0.450 0.106 0.269 0.288 0.600 0.010
Euphorbiaceae
0.030 0.670
Myrtaceae Combretaceae Rutaceae
0.631 0.244 0.864 0.300
Rubiaceae Moraceae Bignoniaceae
2.037
0.000
Sterilitciaceae
1.844
2.853
2.125
Pas sifloraceae
4.753 3.810 3.850
Verbenaceae Boraginaceae
7.457
0.963 6.230
Acanthaceae
9.320 8.610
Piperaceae 0
2
4
6
8
10
11.464
12
14
Lama kunjungan (me nit)
Gambar 16 Lama kunjungan T. helena pada media hinggap tumbuhan. Media hinggap yang digunakan kurang dari 20 kali ditemukan sebanyak 2 jenis dari media non tumbuhan (Lampiran 7) dan 25 jenis tumbuhan (Lampiran 8). Media ini merupakan tempat hinggap sementara untuk menghindari gangguan dari kupu-kupu lain dan sebagai tempat singgah sementara sebelum menemukan tempat beristirahat yang aman. Hal ini bisa terjadi karena adanya gangguan pengunjung atau kupu-kupu lain. Kupu-kupu akan mengepakkan sayapnya untuk mengusir ‘pengganggu’, tetapi jika gangguan tidak berhenti maka kupu-kupu akan terbang dan berpindah tempat hinggap. T. helena akan kembali ke tempat hinggap semula sebelum gangguan jika tempat tersebut sudah aman. Namun jika gangguan
32 terjadi lagi di tempat yang sama maka kupu-kupu akan mencari tempat hinggap yang baru. Kupu-kupu berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya pada pagi hari (Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003). Aktivitas ini dimasukkan dalam aktivitas hinggap. T. helena pada pagi hari memilih tempat di sebelah timur (tempat arah datangnya sinar matahari) taman kupu dan hinggap pada media yang agak terlindungi dan tidak terkena matahari secara langsung. Posisi sayap mendatar dan direntangkan. Papilio memnon melakukan hal yang sama dengan T. helena. Hal ini berbeda dengan jenis kupu-kupu dari Famili Nymphalidae yang memiliki ukuran lebih kecil daripada T. helena, mereka memilih tempat yang agak terbuka dan yang terkena sinar matahari langsung. Aktivitas hinggap T. helena pada pagi hari semakin menurun (Gambar 17) karena suhu semakin meningkat dan kupu-kupu melakukan aktivitas harian lainnya seperti terbang, nectaring, interaksi dan kawin. Pada siang hari, matahari bersinar terik dan suhu lebih tinggi daripada di pagi hari, sehingga kupu-kupu lebih memilih beristirahat di tempat yang teduh. Aktivitas ini mulai banyak dilakukan pada pukul 13:00-17:00 WIB. T. helena betina lebih banyak hinggap daripada jantan (Gambar 17). Hal ini berarti bahwa jantan lebih aktif dibandingkan betina, sebab jantan bertugas mencari pasangan.
Waktu Pengamatan (WIB)
16:00-17:00 15:00-16:00 14:00-15:00 13:00-14:00
50.76 35.46 31.46 32.97 30.22 28.10 34.84
12:00-13:00 11:00-12:00 10:00-11:00 09:00-10:00 08:00-09:00
31.87
38.90 36.99 39.64
Betina Jantan
44.02 41.78
07:00-08:00 0.00
58.91 57.46 59.01 58.44 59.18 56.31 55.66
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Rata-rata Alokasi Waktu Hinggap (Me nit)
Gambar 17 Rata-rata alokasi waktu aktivitas hinggap T. helena. T. helena memilih hinggap di tempat berteduh ketika turun hujan atau gerimis. Walaupun kupu-kupu mampu terbang saat hujan seperti burung, tetapi kupu-kupu lebih memilih hinggap. T. helena akan terbang saat hujan ketika akan
33 memilih tempat hinggap untuk berlindung. Saat hinggap di tempat berlindungnya, sayap T. helena merentang, dan terkadang menutup ketika ada angin kencang. Pada sela-sela T. helena berlindung terkadang menggerakkan sayapnya beberapa detik untuk mengibaskan air yang ada di tubuhnya. Untuk jenis dari Famili Nymphalidae seperti Vindula dejone dan Hypolimnas bolina memilih hinggap di balik daun dengan sayap menutup. 5.2.5
Kawin Kupu-kupu dewasa (imago) adalah fase hidup menghasilkan keturunan
(Sihombing 1999). Perkawinan induk jantan dan betina dalam Kamus Pertanian Umum disebut kopulasi (Tim Penyusun Kamus PS 2005). Aktivitas kawin pada penelitian dihitung mulai dari menempel atau menyatunya alat kelamin jantan dan betina dalam keadaan saling membelakangi. Posisi betina di atas dan jantan di bawah (Gambar 18). Pasangan ini saling melengkungkan abdomennya saat berkopulasi. Kopulasi bisa dengan kondisi mereka hinggap, bahkan terkadang terbang dalam keadaan abdomen saling menempel. Betina menentukan tempat hinggap dan jantan hanya mengikuti betina pada saat kawin.
a
b
Gambar 18 Aktivitas kawin T. helena dilihat dari depan (a) dan samping (b). Kupu-kupu betina dapat langsung dikawini oleh jantan sekitar dua jam setelah jadi imago, sedangkan kupu-kupu jantan baru dapat melakukan perkawinan setelah satu atau dua hari kemudian. Selama penelitian ditemukan 5 pasangan T. helena kawin. Rata-rata waktu yang diperlukan jenis ini selama kopulasi antara 2-3 jam (Gambar 19). Stokes et al. 1991 dalam Ismarrahman 2003 menjelaskan bahwa kopulasi dapat terjadi dalam sepuluh menit hingga beberapa jam.
34 2.96
Pasangan
5
3.15
4 2.05
3
3.14
2 2.79
1 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Lama waktu kawin (Jam)
Gambar 19 Lama waktu kawin T. helena. T. helena jantan setelah kopulasi akan terbang meninggalkan betina yang masih hinggap di tempat kawinnya. Jantan bisa langsung melakukan nectaring atau terbang dan hinggap di tempat yang jauh dari betina pasangannya, sedangkan betina masih berada di tempat hinggapnya beberapa menit kemudian baru terbang dan mencari tempat hinggap yang lain. Kadang kala betina langsung didekati jantan lain, dan betina akan menghindarinya. Penghindaran dilakukan dengan membentangkan dan mengepakkan sayap untuk mencegah jantan lebih mendekat, terbang tinggi secara spiral di atas sehingga jantan menyerah dan kembali ke bawah. Selain itu, Stokes et al. (1991) dalam Ismarrahman (2003) menambahkan bahwa betina bisa menghindari jantan secara kimiawi dengan menggunakan antiaphrodisiacs atau dengan tindakan seperti mengangkat abdomennya ke atas saat hinggap sehingga sulit bagi seekor jantan untuk melakukan kontak normal. T. helena jantan dapat melakukan beberapa perkawinan selama hidupnya (Mardiana 2002), sedangkan betina hanya sekali. Kupu-kupu betina akan bertelur setelah 2-3 hari pasca kawin (Sihombing 1999). Telur yang dihasilkan dalam satu kali perkawinan bisa mencapai ratusan telur, per hari bisa menghasilkan lebih dari 3 telur (Departemen Kehutanan 1994) atau kurang dari 20 telur (Mardiana 2002). Aktivitas T. helena jantan dan betina setelah kawin seperti yang disebutkan di atas tidak teramati. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tanaman inang, sirih hutan (Aristolochia sp.), di taman kupu dan T. helena yang ada mengalami kematian. Kondisi habitat buatan membatasi ruang gerak T. helena sehingga menyebabkan kerusakan pada sayap kupu-kupu. Kerusakan sayap kupu-kupu dapat mengurangi kelincahan dalam terbang sehingga mudah dimangsa predator. Hoi-Sen (1983) menyatakan bahwa kupu-kupu menjadi mangsa bagi burung,
35 laba-laba dan jenis hewan pemangsa lainnya. Predator yang memangsa kupu-kupu di taman kupu yaitu kadal, bunglon, semut dan laba-laba. Kadal tidak membunuh kupu-kupu seukuran Troides secara langsung, tetapi melukai bagian dada (thorax) yang mengakibatkan kupu tidak bisa terbang. Kupukupu yang tidak bisa terbang dengan lincah akan mempermudah predator memangsanya. Bunglon memangsa bagian tubuh serangga dan menyisakan bagian sayap dan antena (Gambar 20). Sisa pemangsaan oleh bunglon terjatuh di sekitar tempat pemangsaan, seperti di tanah atau terselip dalam dedaunan.
Gambar 20 Pemangsaan T. helena oleh bunglon. Pemangsaan oleh semut terjadi karena kupu-kupu memiliki sayap yang tidak sempurna dan tidak bisa terbang. Semut mengerumuni kupu-kupu yang hampir mati hingga kupu-kupu tersebut mati. Setelah mati, satu per satu bagian kupu-kupu diurai agar mudah dibawa ke sarangnya (Gambar 21). Selama penelitian, T. helena ada yang ditemukan hasil pemangsaan oleh bunglon yang dibawa semut berupa sayap.
Gambar 21 Pemangsaan T. helena oleh semut. Pemangsaan kupu-kupu oleh laba-laba terjadi jika kupu-kupu terjebak dalam jaring laba-laba dan tidak bisa melarikan diri. T. helena bisa meloloskan diri dari jaring laba-laba yang kurang kuat sebelum laba-laba mendekat dan membunuhnya. Namun untuk jenis kupu-kupu yang berukuran lebih kecil dari T. helena seperti Hypolimnas bolina tidak bisa meloloskan diri. Laba-laba akan memakan bagian tubuhnya dan hanya menyisakan sayapnya (Gambar 22).
36
Gambar 22 Pemangsaan kupu-kupu oleh laba-laba.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Aktivitas harian kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah meliputi aktivitas terbang, nectaring, interaksi, kawin dan hinggap. Aktivitas harian T. helena yang memiliki alokasi waktu tertinggi berturut-turut yaitu hinggap (85.91%), terbang (7.64%), nectaring (0.66%), dan interaksi (0.27%). Aktivitas interaksi dan hinggap menunjukkan perbedaan alokasi waktu yang nyata. antara jantan dan betina T. helena. 6.2. Saran Penulis menyarankan kepada pengelola Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah untuk memperbanyak tanaman pakan kupu-kupu seperti kembang pagoda (Clerodendrum paniculatum) dan menempatkan tumbuhan inang T. helena yaitu sirih hutan (Aristolochia sp.). Waktu kunjungan wisatawan disarankan mulai pukul 09:00-13:00 WIB untuk menyaksikan aktivitas kupu yang aktif. Selain itu, sebaiknya setiap sebulan sekali dilakukan pengecekan taman kupu dan pengusiran predator seperti laba-laba, bunglon dan kadal yang memangsa kupu-kupu. Untuk jangka panjang, terutama bagi jenis kupu-kupu yang memiliki perilaku terbang seperti T.helena, perlu diadakan peninggian kubah di taman kupu.
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Altmann J. 1996. Obesrvational Study of Behavior: Sampling Methods. Di dalam: Houck LD, LC Drickamer. 1996. Foundations of Animal Behavior: Classic Papers with Commentaries. United States of America: The University of Chicago. Amir M, R Tarumingkeng, WA Noerdjito, D Nandika. 1995. Kupu-kupu Indonesia: Permasalahan dan pelaksanaan pelestariannya. Duta Rimba XX:183–184. Badudu JS, SM Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Borror DJ, CA Triplehorn, NF Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Studi of Insects Sixth Edition. [CITES] Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna. 2008. CITES Spesies Database. http://www.unep-wcmc.org/ isdb/CITES/Taxonomy/tax-species-result.cfm/isdb/CITES/Taxonomy/taxspecies-result.cfm? [17 Desember 2008]. Collins NM, MG Morris. 1985. Threatened Swallowtail Butterflies of the World The IUCN Red Data Book. Switzerland: IUCN, Glad and Cambridge. Corbet AS, HM Pendlebury. 1992. The Butterflies of the Malay Peninsula. Fourth Edition (Revised by Eliot JN). Kuala Lumpur : Malayan Nature Society. Coulson RN, JA Witter. 1984. Forest Entomology Ecology and Management. New York: Willey. Departemen Kehutanan. 2000. Penangkaran Kupu-kupu Sayap Burung Priamus. Jakarta: Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Penangkaran Kupu-kupu. Jayapura: Sub Balai KSDA Irian Jaya II. Dewi R. 2003. Studi teknik penangkaran kupu-kupu di Wana Wisata Curug Cilember dan Taman Mini Indonesia Indah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Don WS, C Hadibroto. 2007. Menata Tanaman Rambat Desain, Sarana Bantu & Pilihan Tanaman. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Effendi MA. 2009. Keragaman kupu-kupu (Lepidoptera: Ditrysia) di kawasan ”Hutan Koridor” Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. EnchantedLearning.com®. 2009. Butterfly http://www.enchantedlearning.com/html [27 Juli 2009].
Glossary.
39 Farb P. 1986. Serangga Edisi Kedua. Timan S, penerjemah; Koen W, W Budiharjo, W Widjaya, Sumadia, B Santosa, et al., editor. Jakarta: Tira Pustaka. Terjemahan dari: The Insects. Harada K, M Rahayu, dan A Muzakkir. 2006. Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Halimun-Salak National Park Management Project-JICA dan PHKA. Hoi-Sen Y. 1983. Malaysian Butterflies an Introduction. Kuala Lumpur: Tropical Press SDN. BHD. Ismarrahman A. 2003. Kajian perilaku mencari makan Troides helena Linn. berdasarkan konsentrasi sukrosa nektar (Studi kasus di Taman Kupu-kupu Curug Cilember, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Khoo SN, WW Chng. 1987. Penang Butterfly Farm. Penang: Yeoh Teow Giap. Lestari G, IP Kencana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. Mardiana A. 2002. Daur Hidup Kupu Raja Troides helena Linnaeus. (Lepidoptera: Papilionidae) di Penangkaran Kupu Curug Cilember, Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Morrell R. 1960. Malaysian Nature Handbooks Common Malayan Butterflies. Selangor Darul Ehsan: Longman Malaysia SDN. BHD. Pallister JC. 1986. Kupu-kupu dan Ngengat. Di dalam: Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 6 Kehidupan Tumbuhan Kehidupan Hewan Edisi Bahasa Indonesia. Grolier Interbtional, Inc. Poerwadarminta WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penebar Swadaya. Talsma JHR, K Torri, S van Nouhuys. 2008. Host plant use by the Heath fritillary butterfly, Melitaea athalia: plant habitat, species and chemistry. ArthropodPlant Interactions 2:63–75. Salmah S, I Abbas, Dahelmi. 2002. Kupu-kupu Papilionidae di Taman Nasional Kerinci Seblat. Padang: Taman Nasional Kerinci Seblat, KEHATI, Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Sihombing DTH. 1999. Satwa Harapan I: Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya (Cacing Tanah, Bekicot, Keong Mas, Kupu-kupu dan Ulat Sutra). Bogor: Pustaka Wirausaha Muda. Simbolon K, A Iswari. 1990. Jenis Kupu-kupu yang Dilindungi Undang-Undang di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan RI. Soehartono T, A Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Jakarta: Japan International Cooperation Agency (JICA).
40 Sutedja IGNN, D Pratiwi, Ruhiyat, S Wibowo. 1992. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Dilindungi Biota Laut, Kupu-kupu dan Reptilia. Jakarta: Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Suradi. 1989. Sejarah Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya. Tim Penyusun Kamus PS. 2005. Kamus Pertanian Umum. Jakarta: Penebar Swadaya. [TMII] Taman Mini Indonesia Indah. 1996. Pesona Wisata Budaya Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta: HU Budi Perkasa. [TMII] Taman Mini Indonesia Indah. 2010. Museum Serangga TMII [Potret satelit]. http://maps.google.com.[20 Februari 2010]
LAMPIRAN
Lampuran 1 Tanaman pakan kupu-kupu di Taman Kupu TMII Famili Acanthaceae Acanthaceae Acanthaceae Alismataceae Apocynaceae Boraginaceae Combretaceae Fabaceae Fabaceae Leguminaceae Malvaceae Nyctaginaceae Rubiaceae Verbenaceae Verbenaceae Verbenaceae Verbenaceae
Nama Ilmiah Crossandra infundibuliformis Pachystachys lutea Thunbergia laurifolia Echinodorus macrophyllus Tambernaemontana sp. Cordia subcordata Quisqualis indica Calliandra sp. Caesalpinia pulcherrima, Arachis pintoi Hibiscus rosa-sinencis Bougainvillea sp. Mussaenda sp. Clerodendrum x Speciosum Clerodendrum paniculatum Nyctanthes arbortritis Lantana camara
Nama Indonesia Krosandra, Bunga api Lolipop Thunbergia Melati air Jati mas Cenguk,Wudani,Bidani Kaliandra Bunga merak Kembang sepatu, Bunga raya Bugenvil Nusa indah Nona makan sirih Kembang pagoda Sri gading Lantana
Nama Inggris firecracker flower lollipop plant, super goldy black eye-susan vine, blue trumpet vine water dop, sword plant pinwheel flower, flower of love, ceylon jasmine ragoon creeper,druken sailor powder puff dwarf poinciana, pride of barbados pinto peanut, yellow peanut plant chinensis hibiscus ashanti blood pagoda flower night jasmine, arbor tristis shrub verbena, tick berry, common lantana
42
Lampiran 2 Tanaman hias dan pelindung kupu-kupu di Taman Kupu TMII Nama Ilmiah Thunbergia laurifolia Adituantum sp. Dracaena sp. Sansevieria trifasciata Cordyline sp. Echinodorus macrophyllus Furcracea gigantea Tambernaemontana sp. Anthurium crystallium Rhapis excelsa Mansoa hymenaea Cordia subcordata Quisqualis indica Codiaeum sp. Acalypha macrophylla Sauropus androgynus Calliandra sp. Caesalpinia pulcherrima, Neomarica longifolia Leea coccinea Arachis pintoi Pleomele angustifolia Chlorophytum sp. Hibiscus rosa-sinencis
Nama Indonesia Thunbergia Suplir Drakena Lidah mertua Hanjuang Melati air Kuping gajah Palem wregu Jati mas Cenguk,Wudani,Bidani,Akar dani Puring Teh-tehan Katuk Kaliandra Bunga merak Leea Suji Lili paris Kembang sepatu, Bunga raya
Nama Inggris black eye-susan vine, blue trumpet vine dracena ti plant water dop, sword plant giant false agave pinwheel flower, flower of love tailflower, crystal anthurium lady palm garlic vine, Bignonia alliacea, ragoon creeper,druken sailor croton sweet leaf bush, star gooseberry powder puff dwarf poinciana, pride of barbados yellow walking iris, twelve apostles pinto peanut, yellow peanut plant spider plant chinensis hibiscus
43
Famili Acanthaceae Adiantaceae Agavaceae Agavaceae Agavaceae Alismataceae Amaryllidaceae Apocynaceae Aracaceae Arecaceae Bignoniaceae Boraginaceae Combretaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fabaceae Fabaceae Iridaceae Leeaceae Leguminaceae Liliaceae Liliaceae Malvaceae
Lampiran 2 Lanjutan Famili Moraceae Moraceae Musaceae Nyctaginaceae Nymphaceae Ochnaceae Oleandraceae Passifloraceae Piperaceae Poaceae Rubiaceae Rubiaceae Rutaceae Verbenaceae Verbenaceae Verbenaceae Zingeberaceae
Nama Ilmiah Ficus benjamina Ficus repens Heliconia sp. Bougainvillea sp. Ochna kirkii Nephrolepis sp. Passiflora vitifolia Piper retrofractum Axonopus compressus Mussaenda sp. Gardenia jasminoides Murraya paniculata Clerodendrum x Speciosum, Clerodendrum paniculatum Nyctanthes arbortritis Costus speciosus
Nama Indonesia Beringin, Ringin, Caringin Dolar besar Pisang hias Bugenvil Teratai Mrico kepyar Paku jejer, Pakis kelabang Passiflora Cabe jawa Rumput paetan Nusa indah Kacapiring Kemuning Nona makan sirih Kembang pagoda Sri gading Pacing
Nama Inggris creeping fig,climbing fig boston fern pasion flower wide-leaved, carpet grass, cow grass ashanti blood pagoda flower night jasmine, arbor tristis -
44
45
Lampiran 3 Kondisi Taman Kupu setelah perbaikan TAMAN KUPU MSTK TMII U
Skala 1:250
Keterangan: : Acalypha macrophylla
: Caesalpinia pulcherrima
: Cordia subcordata : Lantana camara : Piper retrofractum
: Tambernaemontana sp. : Gardenia jasminoides : Clerodendrum paniculatum
: Quisqualis indica
: Terminalia catappa
: Ficus repens
: Calliandra sp.
: Clerodendrum x Speciosum : shelter pengunjung
: Nephrolepis sp. : Ixora grandiflora
: Rhapis excelsa
: Costus speciosus
: Hibiscus rosa-sinencis
: Dracaena sp.
: Heliconia sp.
: Thunbergia laurifolia
: Cordyline australis
: Bougainvillea sp.
: Mussaenda sp.
: Murraya paniculata
: Pachystachys lutea
: Crossandra infundibuliformis
: Passiflora vitifolia
: Sauropus androgynus
: : : :
: Ochna kirkii : Nyctanthes arbortritis : kaktus : Callistemon citrinus
batu Pleomele angustifolia Mansoa hymenaea Echinodorus macrophyllus
Sumber: Dokumentasi penelitian
46
Lampiran 4 Suhu dan kelembaban harian di Taman Kupu TMII Suhu Kelembaban Hari Suhu (°C) Kelembaban (%) rata-rata rata-rata Pengamatan Pagi Siang Sore (°C) Pagi Siang Sore (%) 1 26 34 32 29.50 92 53 62 74.75 2 26 34 33 29.75 85 53 63 71.50 3 27 34 32 30.00 85 63 74 76.75 4 27 33 34 30.25 92 63 69 79.00 5 27 34 34 30.50 85 63 63 74.00 6 27 33 33 30.00 85 69 69 77.00 7 27 34 32 30.00 92 63 74 80.25 8 27 32 32 29.50 85 68 74 78.00 9 27 35 32 30.25 85 54 62 71.50 10 26 27 30 27.25 92 92 86 90.50 11 26 33 29 28.50 92 63 79 81.50 12 26 36 32 30.00 85 54 68 73.00 13 26 35 34 30.25 85 59 58 71.75 14 26 35 33 30.00 85 54 59 70.75 15 27 34 33 30.25 92 69 69 80.50 77.50 16 27 34 32 30.00 92 58 68 17 28 35 33 31.00 92 59 63 76.50 18 27 33 31 29.50 92 69 80 83.25 19 28 33 32 30.25 85 69 62 75.25 20 27 35 33 30.50 92 54 69 76.75 21 28 33 30 29.75 85 69 79 79.50 22 29 28 27 28.25 86 92 92 89.00 23 27 33 29 29.00 92 69 79 83.00 24 26 34 31 29.25 92 58 74 79.00 25 27 35 32 30.25 85 54 56 70.00 26 27 32 30 29.00 78 68 73 74.25 27 27 34 33 30.25 78 53 63 68.00 28 27 35 33 30.50 85 49 69 72.00 29 27 27 29 27.50 92 92 93 92.25 30 27 30 28 28.00 92 79 92 88.75 31 27 27 27 27.00 85 92 92 88.50 32 27 33 27 28.50 92 63 92 84.75 33 27 30 30 28.50 85 67 79 79.00 34 27 35 32 30.25 92 54 68 76.50 35 28 32 28 29.00 92 68 85 84.25 36 27 36 34 31.00 92 54 58 74.00 37 25 32 25 26.75 92 68 92 86.00 38 26 31 29 28.00 92 74 86 86.00 39 26 33 29 28.50 92 63 86 83.25
47
Lampiran 5 Hasil uji t alokasi waktu aktivitas harian Troides helena (Linn.) jantan dan betina menggunakan SPSS 16.0 T-Test Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 TJ
.3685
120
.29273
.02672
TB
.3149
120
.37039
.03381
Paired Samples Correlations N Pair 1 TJ & TB
Correlation 120
Sig.
.458
.000
Paired Samples Test Pair 1 TJ - TB Paired Differences
Mean
.05358
Std. Deviation
.35144
Std. Error Mean
.03208
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
-.00994
Upper
.11711 1.670 119 .098
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Paired Samples Statistics Mean
Std. Deviation
N
Std. Error Mean
Pair 1 NJ
.0274
120
.03931
.00359
NB
.0339
120
.08089
.00738
Paired Samples Correlations N Pair 1 NJ & NB
Correlation 120
.217
Sig. .017
48 Paired Samples Test Pair 1 NJ - NB Paired Differences Mean
-.00650
Std. Deviation
.08190
Std. Error Mean
.00748
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
-.02130
Upper
.00830 -.869 119 .386
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 IJ
.0172
120
.03500
.00320
IB
.0057
120
.02161
.00197
Paired Samples Correlations N Pair 1 IJ & IB
Correlation 120
.147
Sig. .108
Paired Samples Test Pair 1 IJ - IB Paired Differences
Mean
.01158
Std. Deviation
.03833
Std. Error Mean
.00350
95% Confidence Interval of the Difference t df Sig. (2-tailed)
Lower
.00466
Upper
.01851 3.311 119 .001
49
T-Test Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 HJ
3.5417
120
.96925
.08848
HB
3.7218
120
1.01276
.09245
Paired Samples Correlations N Pair 1 HJ & HB
Correlation 120
Sig.
.907
.000
Paired Samples Test Pair 1 HJ - HB Paired Differences
Mean
-.18017
Std. Deviation
.43016
Std. Error Mean
.03927
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
-.25792
Upper
-.10241 -4.588 119 .000
t df Sig. (2-tailed) Descriptives Descriptive Statistics N TJ TB NJ NB IJ IB HJ HB Valid N (listwise)
Minimum Maximum 120 120 120 120 120 120 120 120 120
.00 .00 .00 .00 .00 .00 2.22 1.90
.99 1.65 .21 .43 .19 .17 5.00 5.00
Mean .3685 .3149 .0274 .0339 .0172 .0057 3.5417 3.7218
Std. Deviation .29273 .37039 .03931 .08089 .03500 .02161 .96925 1.01276
Lampiran 6 Tanaman pakan kupu-kupu Troides helena (Linn.) di Taman Kupu TMII
No.
Famili
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Acanthaceae Acanthaceae Apocynaceae Boraginaceae Leguminosae Rubiaceae Rubiaceae Verbenaceae Verbenaceae Total
Nama Ilmiah Crossandra infundibuliformis Thunbergia laurifolia Tambernaemontana sp. Cordia subcordata Caesalpinia pulcherrima Gardenia jasminoides Ixora grandiflora Clerodendrum x Speciosum Clerodendrum paniculatum
Nama lokal Krosandra Thunbergia Melati Jati mas Kembang Merak Kacapiring Soka Nona makan sirih Pagoda
Jumlah Kunjungan Jantan Betina 5 9 1 3 5 30 20 2 3 4 3 3 34 2 44 27 121 74
∑ 14 1 8 50 5 4 6 36 71 195
Lama Kunjungan (Menit) Jantan Betina ∑ 1.42 2.78 4.20 0.13 0.13 1.35 0.82 2.17 23.27 24.88 48.15 0.92 0.55 1.47 1.45 1.45 0.67 1.23 1.90 36.38 0.27 36.65 48.90 26.35 75.25 112.90 58.47 171.37
50
51
Lampiran 7 Media hinggap kupu-kupu Troides helena (Linn.) non tumbuhan di Taman Kupu TMII No. 1 2 3 4 5 6 Total
Media Hinggap Besi Dinding Kawat Paranet Papan Peraga Seng
Jumlah kunjungan Jantan Betina 24 29 100 108 16 25 11 3 183 133
∑ 24 29 208 41 11 3 316
Lama Kunjungan (Menit) ∑ Jantan Betina 0.54 0.54 0.59 0.59 13.04 11.79 24.83 0.52 2.55 3.07 0.25 0.25 0.03 0.03 14.98 14.34 29.31
Lampiran 8 Media hinggap kupu-kupu Troides helena (Linn.) berupa tumbuhan di Taman Kupu TMII No.
Famili
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Jumlah kunjungan Jantan
Acanthaceae Acanthaceae Acanthaceae Adiantaceae Alismataceae Apocynaceae Arecaceae Bignoniaceae Boraginaceae Combretaceae Combretaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fabaceae Liliaceae Malvaceae Moraceae Moraceae Myrtaceae Nyctaginaceae Ochnaceae
Crossandra infundibuliformis Pachystachys lutea Thunbergia laurifolia Adituantum sp. Echinodorus macrophyllus Tambernaemontana sp. Rhapis excelsa Mansoa hymenaea Cordia subcordata Quisqualis indica Terminalia catappa Sauropus androgynus Codiaeum sp. Acalypha macrophylla Calliandra sp. Pleomele angustifolia Hibiscus rosa-sinencis Ficus benjamina Ficus repens Callistemon citrinus Bougainvillea sp. Ochna kirkii
Krosandra Lolipop Thunbergia Suplir Melati air Melati Palem wregu Garlic vine Jati mas Wudani, Cenguk Ketapang Katuk Puring Kaliandra Suji Kembang sepatu Beringin Dolar besar Sikat botol Bugenvil Mrico kepyar
2 112 19 7
36 5 11 2 23 6 11 1 2 11 7 4
106 2 3 1 57 98 7 9 2
4 1 25 14 1 5
∑ 2 2 218 2 22 7 1 57 134 12 9 11 4 23 6 15 2 2 36 21 5 5
52
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Betina 2
Lama Kunjungan (Menit) ∑ Jantan Betina 0.00 0.05 0.05 0.00 0.00 0.00 9.32 6.18 15.50 0.00 0.04 0.04 0.38 0.07 0.45 0.16 0.00 0.16 0.00 0.00 0.00 0.00 2.04 2.04 0.96 7.46 8.42 0.11 0.19 0.30 0.00 0.26 0.26 0.20 0.00 0.20 0.00 0.03 0.04 0.47 0.00 0.47 0.12 0.00 0.12 0.20 0.05 0.25 0.01 0.03 0.04 0.03 0.00 0.03 0.27 0.86 1.13 0.15 0.39 0.54 0.03 0.00 0.04 0.00 0.16 0.16
Lampiran 8 Lanjutan No.
Famili
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Jumlah kunjungan Jantan
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Oleandraceae Passifloraceae Piperaceae Rubiaceae Rutaceae Sterilitciaceae Verbenaceae Verbenaceae Verbenaceae Zingeberaceae Agavaceae
Total
Nephrolepis sp. Passiflora vitifolia Piper retrofractum Mussaenda sp. Murraya paniculata Heliconia sp. Clerodendrum x Speciosum Clerodendrum paniculatum Nyctanthes arbortritis Costus speciosus Dracaena sp. Cordyline australis
Paku jejer Passiflora Cabe jawa Nusa indah Kemuning Pisang hias Nona makan sirih Kembang pagoda Sri gading Pacing Drakena Pandan bali Kaktus Pakis Spesies 1 Spesies 2 Spesies 3 Spesies 4
92 91 12 14 36 91 24 1 9 2
2 2 635
Betina 13 54 86 19 10 32 85 12 1 18 1 1 1 1 1 2 674
∑ 13 146 177 31 24 68 176 36 2 9 20 1 1 1 1 1 4 2 1309
Lama Kunjungan (Menit) ∑ Jantan Betina 0.00 0.44 0.44 4.75 2.13 6.88 11.46 8.61 20.07 0.24 0.63 0.88 0.29 0.27 0.56 1.84 2.85 4.70 3.40 3.57 6.96 0.44 0.25 0.68 0.01 0.00 0.01 0.29 0.00 0.29 0.01 0.60 0.61 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.03 0.06 0.02 0.00 0.02 35.19 37.21 72.40 53