AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK
SILVIA MAWARTI PERDANA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ABSTRACT Silvia Mawarti Perdana. Physical Activity and Intake of Energy from Calorie Beverages among Overweight and Non-overweight Males and Females. Supervised by Hardinsyah and Dodik Briawan. The objective of this research was to study physical activity level (PAL) and energy intake from calorie beverages (EICB) of overweight (OW) and nonoverweight (NOW) males and females. The research was carried out throught analyzing a data set of THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) collected in 2008 and 2009 by applying a cross sectional study design among 606 adolescents (male and female aged 15-18 years) and 594 adults (male and female aged 25-55 years) in North Jakarta, West Bandung, Surabaya, Malang, Makasar, and Malino. Data processing and analysis were conducted in Bogor in Maret-July 2011. Since the prevalence of OW in adolescent is small (13.5%), the analysis was combined for both adolescent and adults, regardless the age goups. The results showed that the prevalence of OW was 31.8%, which is higher among female (35.5%) than male (27.9%). The mean BMI for overall subjects was 23.0 ± 4.9 (kg/m2), among female and male was 23.5 ± 5.2 (kg/m2) and 22.5 ± 4.6 (kg/m2) respectively, and among OW and NOW was 29.1 ± 3.9 (kg/m2) and 20.6 ± 2.7 (kg/m2) respectively. The mean PAL for overall subjects was 1.65 ± 0.19, among female and male was 1.62 ± 0.16 and 1.69 ± 0.21 respectively; and among OW and NOW was 1.60 ± 0.16 and 1.67 ± 0.19 respectively. The mean intake of EICB was 439 ± 394 kcal/day, among female and male was 409 ± 367 kcal/day and 471 ± 420 kcal/day respectively, and among OW and NOW was 395 ± 360 kcal/day and 477 ± 408 kcal/day respectively. The five types of calorie beverages most consumed by OW and NOW were the same, namely unpacked tea, unpacked coffee, unpacked juice, packed milk and unpacked yoghurt. There was significant correlation between PAL and BMI, but not for EICB and BMI, which more likely explained by the low energy adequacy level (84.3%) among subjects and the weaknesses of the cross sectional study design. This implies that increasing physical activity and limiting energy adequacy level is important to prevent overweight. Further studies with better design are required in this field in Indonesia. Keywords : Physical activity, Calorie beverages, Male, Female, Overweight, Non-overweight
RINGKASAN Silvia Mawarti Perdana. Aktivitas Fisik dan Konsumsi Energi Minuman Berkalori pada Laki-laki dan Perempuan Gemuk dan Tidak Gemuk. (Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui prevalensi laki-laki dan perempuan gemuk, (2) menganalisis tingkat aktivitas fisik pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk, (3) menganalisis kontribusi energi dari minuman berkalori terhadap total asupan energi pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk, (4) menganalisis jenis dan jumlah konsumsi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk, (5) menganalisis hubungan aktivitas fisik dan asupan energi dari minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan, (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum Remaja di Dua Wilayah Ekologi pada tahun 2009 yang dilaksanakan oleh tim THIRST-The Indonesian Regional Hydration Study (Hardinsyah dkk 2010). Oleh karena itu, disain dan pengumpulan penelitian ini secara keseluruhan mengacu penelitian tersebut (cross sectional study). Wilayah penelitian ini terdiri dari 6 lokasi yaitu Jakarta Utara, Bandung Barat, Surabaya, Malang, Makasar dan Malino. Pengumpulan data penelitian dilakukan tahun 2008 dan 2009. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan Maret-Juli 2011 di Bogor, Jawa Barat. Subyek pada penelitian ini adalah kelompok remaja (lakilaki dan perempuan) berusia 15-18 tahun sebanyak 606 orang dan dewasa (lakilaki dan perempuan) berusia 25-55 tahun sebanyak 594 orang yang bermukim di lokasi penelitian. Prevalensi subyek remaja dan dewasa gemuk adalah 31.8%. Subyek lakilaki gemuk 27.9% dan perempuan gemuk 35.5%. Prevalensi remaja gemuk adalah 13.5% sedangkan dewasa gemuk 50.5%; ini menjadi alasan penelitian tidak membandingkan hasil antara remaja dan dewasa. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) rata-rata pada keseluruhan subyek adalah 23.0 ± 4.9 (kg/m2), pada lakilaki dan perempuan adalah 22.5 ± 4.6 (kg/m2) dan 23.5 ± 5.2 (kg/m2), sedangkan pada subyek gemuk dan tidak dan tidak gemuk adalah 29.1 ± 3.9 (kg/m2) dan 20.6 ± 2.7 (kg/m2). Nilai PAL (Physical Activity Level) rata-rata pada keseluruhan subyek adalah 1.65 ± 0.19, pada laki-laki dan perempuan adalah 1.69 ± 0.21 dan 1.62 ± 0.16, sedangkan pada subyek gemuk dan tidak dan tidak gemuk adalah 1.60 ± 0.16 dan 1.67 ± 0.19. Persentase subyek gemuk dengan aktifitas berat (3.6%) lebih rendah dibandingkan subyek tidak gemuk (5.5%). Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada subyek gemuk dan tidak gemuk melebihi 10%. Sumbangan energi minuman berkalori pada laki-laki gemuk dan tidak gemuk adalah 444 ± 373 kkal (21.9%) dan 458 ± 439 kkal (21.8%) dari total asupan energi sehari, sedangkan pada perempuan gemuk dan tidak gemuk adalah 358 ± 348 kkal (20.2%) dan 497 ± 372 kkal (26.9%). Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi terhadap total asupan energi pada subyek gemuk adalah teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak gemuk adalah teh tanpa kemasan, susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt kemasan.
Aktivitas fisik memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p<0.05 dan r=-0.160). Konsumsi minuman berkalori tidak memiliki hubungan yang nyata dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p>0.05 dan r=-0.036). Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi energi subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%) dan kelemahan disain cross sectional study. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa status gizi (gemuk dan tidak gemuk) dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, tingkat konsumsi energi dan aktifitas fisik (p<0.1). Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mencegah obesitas. Perlu diadakan program peningkatan aktivitas fisik oleh untuk mengurangi risiko kegemukan di masyarakat. Pengaturan tingkat konsumsi energi oleh konsumen juga dapat menjadi cara mengurangi risiko kegemukan. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan disain yang lebih baik untuk mengkaji lebih lanjut hubungan konsumsi minuman berkalori dengan kegemukan di Indonesia termasuk pada golongan ekonomi menengah ke atas yang tingkat konsumsi energinya sudah melebihi 100%. . .
AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK
SILVIA MAWARTI PERDANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi Nama NIM
: Aktivitas Fisik dan Konsumsi Energi Minuman Berkalori pada Laki-laki dan Perempuan Gemuk dan Tidak Gemuk : Silvia Mawarti Perdana : I14070107
Disetujui : Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP. 19590807 198303 1 001
Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN NIP. 19660701 199002 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Aktivitas Fisik dan Konsumsi Energi Minuman Berkalori pada Laki-laki dan Perempuan Gemuk dan Tidak Gemuk” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, masukan, kritikan, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi; dr. Mira Dewi, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dr. Yekti Hartanti Effendi selaku dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan; Muhtar Fauzi, Faiz Nur Hanum, Gustam, dan Ni Made Putria Sukma Febriyani selaku pembahas seminar; dan Tim THIRST-The Indonesian Regional Hydration Study yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS yang telah memberikan izin untuk menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jambi atas bantuan beasiswa yang diberikan selama menjalani pendidikan di IPB; orangtua, adik, dan Diki Sunaryo yang telah memberikan do’a, nasehat, semangat dan kasih sayang; serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Kritik dan saran membangun sangat diharapkan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi piahak yang memerlukannya.
Bogor,
Agustus 2011
Silvia Mawarti Perdana
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, puteri pasangan Bapak M.Efendi dan Ibu Fatmawati. Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 11 November 1989. Pendidikan penulis ditempuh pada tahun 1995 sampai 2001 di SD Negeri 101 Muara Bungo dan pada tahun 2001 sampai 2004 di SMP Negeri I Muara Bungo. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Muara Bungo. Pada tahun 2007, melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Provinsi Jambi penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Setelah melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis mengikuti pendidikan di Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan, salah satunya kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2009 dan Seminar Gizi Nasional yang diadakan pada tahun 2010. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Ilmu Gizi Dasar dan Sosiologi Umum pada tahun ajaran 2010/2011. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan Balumbang Jaya, Kota Bogor, Jawa Barat. Pada bulan Februari 2011 penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
DAFTAR ISI Halaman DAFAR TABEL .................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xii PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan dan Kegunaan .............................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa ................................................................................ 4 Status Gizi ................................................................................................ 6 Faktor Risiko Kegemukan ......................................................................... 8 Aktivitas Fisik ............................................................................................10 Konsumsi Pangan dan Asupan Energi......................................................11 Asupan energi dari makanan................................................................11 Asupan energi dari minuman berkalori .................................................12 Minuman Berkalori dan Kegemukan .........................................................17 KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................................18 METODE Disain, Tempat dan Waktu........................................................................20 Jumlah dan Cara Penarikan Subyek .........................................................20 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..........................................................21 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................21 Definisi Operasional..................................................................................24 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek .................................................................................26 Status Gizi ................................................................................................28 Aktivitas Fisik ............................................................................................29 Asupan Energi Minuman Berkalori ............................................................30 Konsumsi Minuman Berkalori ...................................................................32 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi ................................38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...............................................................................................40 Saran ........................................................................................................40 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................42 LAMPIRAN ........................................................................................................45
DAFTAR TABEL Halaman 1
Kategori status gizi berdasarkan IMT .....................................................
6
2
Kekuatan bukti faktor risiko kegemukan .................................................
9
3
Klasifikasi dan jenis minuman berdasarkan CODEX ..............................
14
4
Kategori minuman menurut BPOM.........................................................
16
5
Aspek, cakupan, data, dan metode yang digunakan dalam penelitian ...
21
6
Standar penilaian status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur ....
21
7
Kategori status gizi berdasarkan nilai IMT ..............................................
22
8
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL..............................
23
9
Oxford Equation untuk estimasi AKE remaja berdasarkan EBM ............
23
10 Oxford Equation untuk estimasi AKE dewasa berdasarkan EBM ...........
24
11 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan karakteristik individu dan keluarga ............................................................................
26
12
Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik individu dan keluarga ............................................................................
27
13 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan tingkat aktivitas fisik .......................................................................................................
30
14 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat aktivitas fisik ......................................................................................................
30
15 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada subyek gemuk dan tidak gemuk .............................................................
31
16 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada subyek laki-laki dan perempuan .............................................................
32
17
Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori......................................................................
32
Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori......................................................................
33
19
Jumlah konsumsi minuman berkalori (mL/hari) .....................................
34
20
Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek gemuk dan tidak gemuk ...................................................................................................
35
21 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan ............................................................................................
36
22 Konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan ........................................
38
18
22 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada laki-laki dan perempuan ......................................................... 39
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 2
Kerangka pemikiran aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk ...........
19
Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan status gizi .........
29
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST ............................46 2 Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk laki-laki dan perempuan .................47 3 Kandungan energi dan zat gizi makro dari tiap merk dan jenis minuman berkalori .............................................................................48 4 Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah subyek gemuk dan tidak gemuk yang mengkonsumsi ......................................................51 5 Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah subyek laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi .......................................................55 6 Konsumsi gula dalam minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan...................................................................................................61 7 Asupan energi dari penambahan gula dalam minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan ....................................................61 8 Hasil uji t antara umur subyek gemuk dan tidak gemuk ..........................62 9
Hasil uji t antara besar keluarga subyek gemuk dan tidak gemuk ..........................................................................................................62
10 Hasil uji t antara pengeluaran minuman subyek gemuk dan tidak gemuk ................................................................................................62 11 Hasil uji t antara pengeluaran rumah tangga subyek gemuk dan tidak gemuk.........................................................................................63 12 Hasil uji t antara Indeks Massa Tubuh laki-laki dan perempuan .................................................................................................63 13 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik subyek gemuk dan tidak gemuk ................................................................................................63 14 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik laki-laki dan perempuan .................................................................................................64 15 Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori subyek gemuk dan tidak gemuk ...............................................................64 16 Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori lakilaki dan perempuan ...................................................................................64 17 Hasil uji t antara konsumsi gula subyek gemuk dan tidak gemuk .........................................................................................................65 18 Hasil uji t antara konsumsi gula laki-laki dan perempuan .......................65 19 Hasil uji korelasi Pearson hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan .................................................65 20 Hasil uji korelasi Pearson hubungan konsumsi energi minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan .................................................................................................65
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah gizi ganda, disatu pihak masih banyak penduduk Indonesia yang menghadapi risiko kesehatan akibat kekurangan zat gizi, seperti GAKI, AGB, KVA dan KEP, dilain pihak sudah semakin banyak penduduk yang menghadapi risiko kesehatan akibat gizi lebih. Masalah gizi ganda ini perlu mendapat penanganan yang serius mengingat masalah gizi ini, baik yang kekurangan atau pun kelebihan zat gizi akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan (Hardinsyah et al 2001). Beberapa tahun terakhir, kejadian gizi lebih atau gemuk (overweight) pada remaja dan dewasa di Indonesia semakin meningkat terutama di daerah perkotaan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010) prevalensi nasional kegemukan di Indonesia pada kelompok usia di atas 15 tahun sudah mencapai 19.1%. Dewasa ini masyarakat belum menyadari sepenuhnya bahaya kegemukan, bahkan ada yang memandangnya sebagai lambang kemakmuran (Khomsan 2002). Laju kejadian kegemukan meningkat bersamaan dengan munculnya faktor risiko kardiovaskular (sindrom metabolik) (James 2008; WHO 2007). Selain itu kegemukan dapat menurunkan ekspektansi hidup karena meningkatkan laju mortalitas (Mann & Stewart 2007). Kegemukan merupakan kondisi kompleks yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor, seperti genetik, budaya, perilaku, dan lingkungan. Penyebab utama dari terjadinya kegemukan adalah kelebihan asupan energi yang tidak sesuai dengan pengeluaran energi dalam jangka panjang (Riccardi et al 2004; Swinburn et al 2004; Dehghan et al 2005). Kecenderungan kegemukan lebih sering terjadi pada individu yang memiliki gaya hidup dengan tingkat aktifitas ringan serta mengkonsumsi pangan tinggi kalori serta rendah zat gizi mikro (WHO 2000; Popkin et al 2002; Swinburn et al 2004; Speiser et al 2005; James 2008). Menurut Riskesdas (2007) persentase penduduk yang berumur lebih dari 10 rahun dengan aktifitas fisik ringan adalah 48.2%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir separuh dari remaja dan dewasa Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Kecenderungan kegemukan juga termasuk kecenderungan kebiasaan makan yang kurang sehat, seperti makan di luar rumah dan mengkonsumsi cemilan yang sering bersamaan dengan meningkatnya konsumsi
minuman berkalori (DiMeglio & Mattes 2000; Schulze et al 2004; Swinburn et al 2004; Vartanian et al 2007; Collison et al 2010). Pada umumnya manusia memiliki preferensi tinggi terhadap substansi yang memiliki rasa manis. Akhir-akhir ini terdapat perhatian penting mengenai potensi asupan tinggi gula dalam minuman berkalori dan jus buah dalam kontribusinya terhadap peningkatan risiko kegemukan (Mann & Stewart 2007). Penilaian konsumsi pangan pada remaja dan dewasa Meksiko menunjukkan bahwa konsumsi minuman berkalori menyumbang 20.1% dan 22.3% dari asupan energi (Barquera et al 2008). Remaja dan dewasa mengkonsumsi minuman berkalori lebih tinggi dibandingkan golongan umur lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al (2009) yang menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2004 dua pertiga orang dewasa (63%) (muda dan madya) mengkonsumsi minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi dari minuman tersebut 293 kkal tiap harinya. Sementara itu, konsumsi gula pada pria ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada wanita (Yabanci et al 2010). Kegemukan yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh bukan hanya disebabkan oleh konsumsi energi makanan yang berlebih tetapi juga dapat disebabkan oleh konsumsi energi minuman berkalori (berkemasan atau tidak berkemasan) yang turut berkontribusi pada total asupan energi seseorang. Pengabaian terhadap sumbangan energi dari minuman tersebut berisiko meningkatkan kegemukan. Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk mengingat belum terdapat penelitian berskala besar di Indonesia yang meneliti hal tersebut. Tujuan dan Kegunaan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui prevalensi laki-laki dan perempuan gemuk, (2) Menganalisis tingkat aktivitas fisik pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk, (3) Menganalisis kontribusi energi dari minuman berkalori terhadap total asupan energi pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk, (4) Menganalisis jenis dan jumlah konsumsi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk,
(5) Menganalisis hubungan aktivitas fisik dan asupan energi dari minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan, (6) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (gemuk dan tidak gemuk). Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi bagi berbagai pihak, seperti konsumen, pemerintah, industri, dan peneliti.
TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Masa remaja adalah tahap terjadinya pertumbuhan yang sangat cepat dan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dari ketergantungan menuju kemandirian dalam hidup bermasyarakat. Periode kehidupan ini sering luput dari perhatian nutritionists, padahal pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini memiliki dampak penting pada kesehatan di masa dewasa. Remaja mengalami pertambahan berat badan 50% dari berat badan mereka saat dewasa, lebih dari 20% dari tinggi badan mereka saat dewasa, dan 50% dari rangka mereka saat dewasa (Mann & Stewart 2007). Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial. Wahlquist (1997) menegaskan bahwa dibandingkan fase anak-anak, pada fase remaja seseorang mengalami perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial, dan tanggung jawab. Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan terhadap pola konsumsi makanan dan minuman ke arah yang kurang baik. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media (terutama iklan di televisi). Teman (akrab) sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya “terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007). Mann & Stewart (2007) mengatakan bahwa pada kenyataannya, remaja wanita sering sekali mengalami masalah gizi. Remaja pria memiliki perilaku makan dalam porsi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein mereka. Pada masa ini terjadi pemilihan pola makan yang salah dan meningkatnya konsumsi energi yang tinggi yang berasal dari minuman berkalori. Remaja memiliki
beberapa
masalah
gizi,
diantaranya
adalah
kekurangan
gizi,
underweight, anorexia nervosa, membatasi asupan makanan, obesitas dan diabetes, defisiensi zat besi dan anemia, dan defisiensi lainnya (kalsium, vit D, iodium, vit A, asam folat, dan seng). Masa remaja adalah masa perubahan sikap dan perilaku dalam memilih makanan dan minuman, yang turut dipengaruhi teman sebaya dan lingkungan. Berbeda dengan balita, pada usia ini remaja mengontrol makan dan minum,
artinya remaja dapat melakukan sendiri pilihannya akan makanan dan minuman dan kemandirian dalam mengelola dan menggunakan uang jajan. Perilaku makan bagi sebagian besar remaja menjadi fashion atau ideologi. Kebiasaan makan remaja sering menyimpang dari perilaku makan yang dianjurkan orangtua mereka, diantaranya melewatkan sarapan pagi, sering mengkonsumsi soft drinks, minuman berkalori, dan jus buah dibandingkan air putih, sering mengkonsumsi cemilan, dan meningkatnya konsumsi fast foods. Remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur, sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga dari mereka) setiap hari. Salah satu masalah serius adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini terlalu banyak mengandung gula serta lemak. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut (Mann & Stewart 2007). Anak dan remaja berisiko mengalami kegemukan dan obes. Penelitian menunjukkan bahwa 6-15% anak usia sekolah dan 20-30% remaja mengalami overweight. Obesitas yang terjadi pada anak dapat menjadi faktor predisposisi obesitas pada usia selanjutnya. Studi menunjukkkan bahwa lebih dari 26% obes pada bayi dan anak masih akan menjadi obes 20 tahun yang akan datang (Mann & Stewart 2007). Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan
dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004). Bleich et al (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2004 dua pertiga orang dewasa (63%) (muda dan madya) mengkonsumsi minuman berkalori. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi minuman berkalori memiliki hubungan dengan epidemik kegemukan. Hal ini terlihat dari meningkatnya asupan energi yang berasal dari soft drink dan minuman dengan rasa buah sejak tahun 1977 sampai 2001 menjadi 135% yang diikuti dengan berlipat
gandanya
prevalensi
kegemukan.
Hellert
dan
Kersting
(2004)
menyebutkan bahwa minuman yang dikonsumsi dalam jumlah tertinggi oleh dewasa di Jerman meliputi jus, soft drinks, dan susu, sedangkan teh dan kopi dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Status Gizi Status gizi seseorang dapat dinilai dengan berbagai cara. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator penilaian status gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Status gizi dibedakan menjadi kurus, normal, dan gemuk (WHO 2007). Epidemik kegemukan mulai dibicarakan pada tahun 1980 dan mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat pada tahun 1997 (James 2008). Klasifikasi terhadap status gizi didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Perhitungan ini dilakukan dengan cara membagi berat badan (kilogram) dengan hasil kuadrat tinggi badan (meter). Berikut merupakan kategori status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dikeluarkan oleh WHO (2007) Tabel 1 Kategori status gizi berdasarkan IMT Status gizi Underweight Normal Overweight Pra-obes Obesitas Obesitas kelas I Obesitas kelas II Obesitas kelas III
2
IMT (kg/m ) <18.5 18.5-24.9 ≥25.0 25.0-29.9 ≥30.0 30.0-34.9 35.0-39.9 ≥40.0
Kegemukan digambarkan sebagai keadaan dimana asupan energi melebihi pengeluaran sehingga energi yang berlebih disimpan dalam bentuk jaringan adiposa (energi yang disimpan = asupan energi yang berasal dari makanan atau minuman–energi yang dikeluarkan). Pengeluaran energi dari dalam tubuh digunakan untuk laju metabolisme basal, aktivitas fisik, dan TEF (Thermal Energy Food) (Mann & Stewart 2007). Energi basal adalah energi yang digunakan untuk pemeliharaan dasar seluruh sel tubuh, seperti sintesis protein, metabolisme otak, keseimbangan ion, kontraksi jantung, sistem pencernaan, dan kerja otot. Jenis kelamin, umur, berat badan, kondisi fisik, iklim, dan status hormonal mempengaruhi laju metabolisme basal. Energi untuk aktivitas fisik adalah energi yang dibutuhkan untuk kerja otot dan sejumlah kecil energi yang digunakan untuk laju jantung dan pernapasan selama aktivitas. Energi yang dikeluarkan untuk aktivitas fisik tergantung pada ukuran tubuh, durasi aktivitas, dan jenis aktivitas. TEF (Thermal Energy Food) adalah produksi panas yang dihasilkan dari ingesti, digesti, dan absorpsi (Mann & Stewart 2007). Prevalensi kegemukan mulai meningkat sejak 20-30 tahun yang lalu. Kegemukan menjadi masalah kesehatan utama pada remaja dan dewasa baik di negara yang sedang berkembang maupun negara maju (Hamaideh et al 2010). Alasan terjadinya kegemukan pada remaja belum ditemukan dengan jelas, tetapi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh didalamnya, seperti genetik, lingkungan, dan perilaku. Faktor-faktor di atas termasuk riwayat keluarga, kebiasaan makan yang tidak sehat, meningkatnya konsumsi makanan dan minuman tinggi kalori, rendahnya aktivitas fisik, gaya hidup pasif, meningkatnya tingkat stres, tingkat pendidikan orangtua, waktu tidur, pendapatan keluarga, dan karakteristik lain seperti umur dan jenis kelamin (Hamaideh et al 2010). Wymelbeke et al (2004) dalam penelitian meta-analisisnya mengatakan bahwa diet, khususnya konsumsi minuman, dan aktivitas fisik mendapat perhatian khusus sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kegemukan. Total asupan energi berjumlah lebih tinggi jika energi dikonsumsi dalam bentuk cairan dibandingkan dikonsumsi dalam bentuk padat. Berdasarkan Riskesdas (2010) prevalensi penduduk dewasa (usia diatas 18 tahun) mengalami kegemukan adalah 16.6% pada laki-laki dan 26.9% pada perempuan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yabanci et al (2010) di Turki menemukan bahwa prevalensi overweight pada pria dewasa adalah 41%,
sedangkan pada wanita dewasa 28.3%. Prevalensi obesitas pada pria dewasa adalah 8.3%, sedangkan pada wanita dewasa 10.9%. Kebiasaan makan dan asupan gizi memiliki pengaruh terhadap risiko kegemukan. Peningkatan konsumsi pangan yang memiliki kandungan energi, lemak, dan gula yang tinggi diduga merupakan alasan utama terjadinya kegemukan. Faktor Risiko Kegemukan Laju kegemukan meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Selain faktor genetik yang menyebabkan terjadinya kegemukan, faktor lingkungan dan gaya hidup juga menjadi determinan penting dalam menyebabkan timbulnya epidemik kegemukan. Review yang dilakukan oleh James (2008) menunjukkan bahwa dua penyebab utama kegemukan adalah pola makan yang salah dan kurangnya aktivitas fisik. Kegemukan merupakan refleksi dari ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Penyebab kegemukan bersifat exogenous dan endogenous. Exogenous adalah konsumsi energi yang berlebihan dan endogenous yang berarti adanya gangguan metabolik di dalam tubuh. Misalnya, adanya tumor pada hipotalamus sehingga penderita mengalami hiperphagia atau nafsu makan berlebihan (Khomsan 2002). Asupan makanan tinggi energi yang berlebih (tinggi lemak atau gula bebas atau keduanya) meningkatkan risiko kelebihan akumulasi lemak. Akhir-akhir ini terdapat perhatian penting mengenai potensi asupan tinggi gula dalam minuman berkalori dan jus buah dalam kontribusinya terhadap peningkatan risiko kegemukan pada anak (Mann & Stewart 2007). Penurunan laju aktivitas fisik juga turut memainkan peranan penting dalam meningkatkan laju kegemukan. Asupan tinggi makanan padat energi yang biasanya memiliki sedikit kandungan mikronutrien merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan. Makanan padat energi memiliki kandungan tinggi lemak dan gula serta lebih mudah dikonsumsi dibandingkan makanan lain. Tingginya asupan gula, minuman ringan yang ditambah gula, sirup dan jus buah juga menjadi faktor penyebab terjadinya kegemukan. Lingkungan menyediakan dukungan sosial bagi asupan makanan dan berkontribusi terhadap kelebihan asupan makanan. Berikut merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan berat badan dan kegemukan menurut WHO (2003)
Tabel 2 Tingkat bukti (level of evidence) faktor-faktor yang mempengaruhi kegemukan Tingkat bukti Sangat kuat
Kuat
Sedang
Lemah
Penurunan risiko Aktivitas fisik yang teratur Asupan serat yang tinggi
Peningkatan risiko Gaya hidup sedentary (duduk terus menerus) Asupan tinggi makanan padat energi dan kurang mikronutrien Lingkungan rumah dan sekolah Pemasaran makanan padat yang mendukung pemilihan energi dan fast food makanan yang sehat bagi anak Asupan tinggi jus buah dan ASI minuman ringan yang dimaniskan Kondisi sosial ekonomi yang buruk Makanan ber-indeks glikemik Porsi makan besar rendah (kandungan protein dalam Gaya hidup mengkonsumsi makanan) makanan di luar rumah Pola makan yang salah Meningkatnya frekuensi makan Meningkatnya konsumsi alkohol
Kegemukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat kompleks. Menurut Wahlqvist (1997), konsumsi makanan dan pengeluaran energi dapat mempengaruhi kegemukan secara langsung, sedangkan umur, jenis kelamin, keturunan, stres, keadaan sosial-ekonomi, gaya hidup, iklim, dan obat-obatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kegemukan secara tidak langsung. Faktor-faktor risiko kegemukan antara lain umur, jenis kelamin, pengeluaran minuman, besar keluarga, dan pengeluaran rumah tangga. Kejadian kegemukan meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk pria serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita (Khomsan 2002). Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990). Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalesi kegemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan. Penelitian lain menunjukkan
bahwa
perempuan
cenderung
mengkonsumsi sumber karbohidrat yang banyak pada masa pubertas, sedangkan laki-laki cenderung mengkonsumsi makanan kaya protein. Di daerah tertentu bisa saja laki-laki lebih banyak yang gemuk dibanding perempuan, hal ini disebabkan oleh kebiasaan santai dalam penggunaan waktu senggang pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan (WHO 2000; Proper et al 2006). Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan
sumberdaya yang sama. Besar keluarga berhubungan dengan jumlah makanan yang harus disediakan. Makin sedikit jumlah anggota keluarga, semakin mudah terpenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, apabila jumlah anggota keluarga banyak dan pendapatan terbatas, maka makanan yang tersedia tidak mencukupi. Besar keluarga dan distribusinya diantara anggota keluarga mempengaruhi konsumsi zat gizi di dalam suatu keluarga. Pendapatan rumah tangga dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga (Prihartini 1996; Sanjur 1982). Pengeluaran rumah tangga yang salah satunya digunakan untuk pangan paralel dengan pendapatan rumah tangga. Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Semakin tinggi pendapatan akan semakin berisiko terhadap kejadian kegemukan (Erem et al 2004). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik didefinisikan sebagai segala bentuk gerak tubuh yang disebabkan oleh pergerakan otot dan rangka yang membutuhkan energi. Aktivitas fisik dapat membantu memelihara keseimbangan energi dan mencegah terjadinya kegemukan. Aktivitas fisik merupakan bentuk multidimensional yang kompleks dari perilaku manusia yang meliputi perpindahan tubuh, mulai dari perasaan gelisah sampai lari maraton. Aktivitas fisik tidak memiliki sinonim dengan pengeluaran energi. Aktivitas fisik merupakan bentuk perilaku, sedangkan pengeluaran energi merupakan output dari perilaku tersebut (Gibney et al 2008). Tingkat aktivitas fisik yang rendah juga menjadi faktor penting dalam penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup (tidak sempat berolahraga, memiliki pekerjaan yang dilakukan dengan duduk terus menerus, dan memiliki anak), penuaan, dan mengidap suatu penyakit. Urbanisasi, kemakmuran, dan modernisasi gaya hidup menimbulkan perubahan pada pola aktivitas fisik. Gaya hidup modern membuat berkurangnya aktivitas fisik sehari-hari (Mann & Stewart 2007). Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi dalam tubuh. Oleh karena itu, berkurangnya aktivitas fisik akibat dari kehidupan yang
makin modern dengan kemajuan teknologi mutakhir akan menimbulkan kegemukan (Thomas 2003). Rissanen et al (2003) menyatakan bahwa rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor paling dominan terhadap terjadinya kegemukan. Sebagai contoh, kegemukan tidak terjadi pada para atlet yang aktif, sedangkan para atlet yang berhenti melakukan latihan olahraga lebih sering mengalami kenaikan berat badan dan kegemukan. Hasil penelitian Ottevaere et al (2011) menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi kegemukan merupakan hasil ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi. Kegemukan dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti diet yang tinggi lemak dan karbohidrat dan rendahnya tingkat aktivitas fisik yang dimiliki pada saat anak-anak sampai menjadi dewasa. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh HBSC (Health Behaviour in Schoolaged Children) study menyebutkan bahwa hanya 12–42% remaja berumur 13 tahun dan 8-37% remaja 15 tahun yang memiliki aktivitas sedang hingga berat sedikitnya 60 menit per hari. Sebanyak 25% remaja berumur 11-15 tahun di Barat Daya dan Barat Laut Inggris melakukan 60 menit aktivitas sedang hingga berat per hari dan 23.7% dari seluruh remaja memiliki status gizi overweight atau obes. Remaja yang memiliki tingkat aktivitas sedang hingga berat yang rendah memiliki konsekuensi mengalami masalah kesehatan masyarakat, salah satunya kelebihan berat badan (Boyle et al 2010). Creber et al (2010) membuktikan bahwa pada penduduk Peru (bertempat tinggal di pedesaan, perkotaan, dan desa-kota) dengan tingkat aktivitas fisik rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami overweight (41.7%) dan obesitas (24.8%) dibandingkan penduduk dengan tingkat aktivitas fisik sedang atau tinggi, yang masing-masing 35.4% dan 16.1%. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Li (2010) bahwa gaya hidup berupa aktivitas fisik yang cukup dapat mengubah predisposisi genetik dari kegemukan. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur berhubungan dengan penurunan predisposisi genetik dari kegemukan sebanyak 40%. Konsumsi Pangan dan Asupan Energi Asupan energi dari makanan Suhardjo
(1989)
menyatakan
bahwa
terdapat
tiga
faktor
yang
mempengaruhi konsumsi makanan dan minuman, yaitu: (1) karakteristik individu, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, dan
kesehatan; (2) karakteristik makanan atau minuman, seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan dan minuman; (3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas, dan tingkat sosial masyarakat. Konsumsi makanan dan minuman ini merupakan salah satu komponen dalam gaya hidup yang dimiliki seseorang. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang atau masyarakat yang dapat diamati dari kegitan fisik, sosial, ekonomi dan penggunaan uang, waktu dan teknologi (Anonim 2011). Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya, dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup seringkali digambarkan dengan kegiatan, minat, dan opini dari seseorang (Sumarwan 2002). Pendidikan dan pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan mepengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi dan mempengaruhi pilihan produk maupun merek. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan adalah sumberdaya material yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan
itulah
konsumen
dapat
membiayai
kegiatan
konsumsinya
(Sumarwan 2002). Khomsan dan Sulaeman (1996) menyatakan makanan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam peningkatan kualitas fisik, mental, dan kecerdasan. Disamping untuk menghilangkan rasa lapar, fungsi utama dari makanan adalah sebagai sumber kehidupan, yaitu sebagai sumber zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan sebagainya. Asupan energi dari minuman berkalori Gula intrinsik merupakan istilah yang diberikan untuk menyatakan gula yang bersatu dengan dinding sel tanaman yang secara alami berikatan dengan zat gizi penting lainnya, sedangkan gula ekstrinsik merupakan gula yang ditambahkan ke dalam makanan. The FAO/WHO Expert Consultation on diet, nutrition, and the prevention of chronic diseases mengatakan bahwa penggunaan terminologi “gula bebas” digunakan untuk semua monosakarida dan disakarida
yang ditambahkan ke dalam makanan melalui proses produksi, pengolahan pasca produksi, dan konsumsi serta gula yang secara alami terdapat dalam madu, sirup, dan jus buah. Konsumsi gula disarankan berkontribusi kurang dari 10% dari total energi (Mann & Stewart 2007). Selama beberapa periode, total asupan gula bebas meningkat dengan tajam. Peningkatan ini disebabkan oleh penggunaan pemanis buatan yang berasal dari jagung (fructose corn syrup) yang diproduksi dengan cara pemotongan pati jagung secara enzimatis. Pemanis jagung memiliki kesamaan rasa dengan sukrosa tetapi harganya lebih murah dibandingkan sukrosa. Pemanis buatan jagung digunakan dalam produksi beberapa jenis makanan, seperti soft drink, bahan makanan yang dikalengkan, jelly, selai, dan salad untuk makanan penutup (Pennington & Baker 1990). Glukosa adalah sumber energi yang penting untuk otak, sel darah merah, dan medula ginjal yang kebutuhan hariannya sekitar 180 g/hari. Sekitar 130 g/hari dapat diproduksi tubuh dari sumber non-karbohidrat melalui proses glukoneogenesis dan 50 g/hari diperoleh dari asupan makanan atau minuman. The WHO/FAO Expert Consultation on diet, nutrition, and the prevention of chronic diseases (2003) mengatakan bahwa karbohidrat memiliki nilai energi sebesar 4 kkal/g (17 KJ/g) dan ketika karbohidrat dipecah sebagai monosakarida memiliki nilai energi 3.75 kkal/g (15.7 KJ/g). The FAO/WHO Expert Consultation menyatakan bahwa nilai energi karbohidrat yang mencapai kolon menjadi 2 Kkkal/g (8 KJ/g) (Mann & Stewart 2007). Asupan gula bebas pada orang amerika menyumbang sekitar 20% ratarata asupan kalori. Kelompok usia tertentu seperti remaja memiliki konsumsi minuman berkalori yang tinggi. Salah satu alasan konsumsi gula yang tinggi adalah rasa yang manis. Manusia memiliki preferensi yang tinggi terhadap substansi yang memiliki rasa manis. Hal ini terlihat dari peninggalan sejarah berupa gambar-gambar di gua yang menceritakan mengenai kesukaan manusia purba kala terhadap madu, buah ara, dan kurma (Mann & Stewart 2007). Terdapat bukti yang menyatakan bahwa rasa manis disukai manusia sejak lahir, bukan sebagai hasil pembelajaran. Penelitian terhadap respon rasa pada bayi yang baru lahir menunjukkan bahwa rasa manis lebih diterima dibanding rasa yang lain. Terdapat pula bukti yang menyatakan bahwa makanan yang memiliki rasa manis akan semakin tidak diterima dengan bertambahnya umur (Mann & Stewart 2007).
Bleich et al (2009) membagi minuman berkalori ke dalam 6 jenis, yaitu: minuman bergula, jus, minuman diet, susu (termasuk yang memiliki rasa), kopi atau teh, dan alkohol. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al (2009) menunjukkan bahwa minuman bergula merupakan sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan minuman lainnya.
Hellert
dan
Kersting
(2004)
menyebutkan bahwa minuman yang dikonsumsi dalam jumlah tertinggi dalam DONALD Study yang berlokasi di Jerman meliputi jus, soft drinks, dan susu, sedangkan teh dan kopi dikonsumsi dalam jumlah sedikit. CODEX mengklasifikasikan jenis minuman kemasan yang digunakan secara global berdasarkan dua kategori. Kategori yang pertama adalah susu dan produk turunannya, sedangkan kategori kedua adalah minuman tanpa alkohol dan minuman beralkohol. Kelompok susu dan turunannya meliputi susu segar, susu bubuk, susu kental manis, dan susu fermentasi. Kelompok minuman tanpa alkohol meliputi air mineral, jus, nektar, minuman berasa, dan minuman lainnya. Berikut tabel klasifikasi dan jenis minuman berdasarkan CODEX (FAO & WHO 2010) Tabel 3 Klasifikasi dan jenis minuman berdasarkan CODEX Kategori 1. Susu Minuman dari semua susu binatang (sapi, kambing, kuda, kerbau, dll) dan produk minuman yang diolah dari susu 2. Minuman bukan susu
Sub kategori 1) Susu cair 2) Susu bubuk 3) Susu kental manis 4) Susu fermentasi
Jenis produk Susu cair, susu bubuk, susu rekonstitusi (dicairkan kembali dari bubuk), susu kental manis, yoghurt, dan es krim
1) Minuman nonalkohol
Air minum : a. Air mineral alami b. Air soda Jus buah dan sayur : a. Jus buah b. Jus sayur c. Konsentrat jus buah d. Konsentrat jus sayur Nektar buah dan sayur : a. Nektar buah b. Nektar sayur c. Konsentrat nektar buah d. Konsentrat nektar sayur Minuman berasa, termasuk minuman olahraga, minuman berenergi, elektrolit, dan khusus. Minuman lain, meliputi kopi, teh, herbal dan lainnya.
2)
Minuman beralkohol
Air mineral adalah air yang diperoleh langsung dan dikemas dari sumbernya, yang dicirikan oleh keberadaan kandungan mineral atau zat lain yang tersedia secara alami dalam batas yang diperkenankan. Air soda adalah air minum yang sengaja dikarbonasi, dapat juga ditambahkan perasa dan/atau pewarna. Jus buah/sayur adalah cairan dari buah atau sayur tidak termasuk daging buah atau komponen sayur selain cairannya yang bukan difermentasi. Terdapat pula jus yang lebih kental (konsentrat) yang airnya diminimalkan baik dari jus buah ataupun dari jus sayur. Nektar buah/sayur adalah ekstrak dari buah atau sayur, dapat berupa konsentrat yang perlu dilarutkan sebelum dikonsumsi, atau berupa ekstrak yang telah diencerkan dengan air sehingga siap dikonsumsi. Nektar lebih banyak mengandung zat fitokimia dibanding jus. Minuman berasa meliputi minuman berkarbonasi, tidak berkarbonasi, atau konsentrat yang dilarutkan dalam air. Dalam kategori ini juga termasuk minuman berenergi, minuman isotonik, dan minuman olahraga. Minuman lainnya meliputi kopi, teh dan herbal. Sukrosa dan pemanis lain masuk ke dalam tubuh melalui diet dengan berbagai cara, seperti gula yang ditambahkan ke dalam kopi atau teh, gula yang terdapat dalam permen, kue, dan biskuit. Bahkan, makanan atau minuman yang memiliki sedikit kandungan gula juga ikut berkontribusi dalam asupan gula seseorang. Sejak tahun 2003 gula menjadi sumber energi kedua dari karbohidrat setelah pati. Pati menyumbang 20-50% dari total energi, sedangkan gula 9-27% dari total energi (Mann & Stewart 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu dan Malik (2010) menunjukkan bahwa asupan energi dari minuman bergula dan jus pada dewasa mengalami peningkatan sejak tahun 1965 hingga tahun 2002 dan menurun hingga tahun 2006. Asupan energi dari susu menurun dari tahun 1965 hingga 1989 dan meningkat hingga tahun 2006. Rata-rata asupan energi/orang/hari yang berasal dari minuman bergula, jus, dan susu dewasa pada tahun 2006 adalah 200 kkal, 30 kkal, dan 80 kkal. Barquera et al (2008) menemukan bahwa kelompok usia 19-29 tahun Meksiko memiliki asupan energi dari minuman berkalori yang lebih tinggi, yaitu 338 kkal, dibandingkan kelompok usia yang lain. Sebanyak 117 kkal diantaranya diperoleh dari energi teh dan kopi yang dikonsumsi. Susu, minuman bergula berkarbonasi/tidak berkarbonasi, jus buah dengan penambahan gula, dan alkohol merupakan 4 minuman yang sering diminum oleh remaja dan dewasa Meksiko.
Keputusan
Ka.Badan
POM (Pemeriksa
Obat
dan
Makanan)
No.
HK.00.05.52.4040 Tanggal 9 0ktober 2006 tentang Kategori Pangan menetapkan kategori minuman sebagai berikut : No 1
Kategori Minuman produk susu
1.
2.
3. 4. 5.
6. 7. 8. 2
Minuman tidak termasuk produk susu
1.
2.
Tabel 4 Kategori minuman menurut BPOM Sub kategori Jenis Susu dan minuman 1. Susu dan buttermilk (plain) berbasis susu - Susu segar - Susu pasteurisasi - Susu UHT (Ultra High Temperature) - Susu steril - Susu tanpa lemak atau susu skim - Susu rendah lemak - Susu rekonstitusi - Susu rekombinasi - Susu lemak nabati/susu minyak nabati (Filled Milk) - Susu lemak nabati rendah lemak/susu minyak nabati rendah lemak - Susu lemak nabati tanpa lemak/susu minyak nabati tanpa lemak - Buttermilk (plain) - Dadih 2. Minuman berbasis susu yang berperisa dan/atau difermentasi - Minuman susu berperisa - Minuman mengandung susu - Minuman susu fermentasi berperisa - Minuman yoghurt berperisa - Lassi Susu fermentasi 1. Susu fermentasi (plain) dan produk susu 2. Susu yang digumpalkan dengan enzim renin hasil hidrolisa (plain) enzim renin (plain) Susu kental dan 1. Susu kental (plain) analognya (plain) 2. Krimer minuman (bukan susu) Krim (plain) dan sejenisnya Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog (plain) Keju dan keju analog Makanan pencuci mulut berbahan dasar susu Whey dan produk whey Minuman ringan 1. Air minum tidak beralkohol 2. Sari buah dan sari sayuran 3. Nektar buah dan nektar sayur 4. Minuman berbasis air berperisa, termasuk minuman olahraga atau elektrolit dan minuman berpartikel 5. Minuman yang disiapkan sebagai hasil ekstraksi berbasis air atau hasil pencelupan seperti kopi, teh, seduhan herbal, minuman biji-bijian dan sereal panas Minuman beralkohol
Minuman Berkalori dan Kegemukan Wymelbeke et al (2004) membuktikan bahwa subyek overweight yang mengkonsumsi sukrosa dalam jumlah besar dalam bentuk cairan akan mengalami peningkatan asupan energi, berat badan, dan massa lemak tubuh dibandingkan mengkonsumsi cairan dalam jumlah sama yang mengandung pemanis buatan. Bahkan, Lopez et al (2010) mendukung pernyataan tersebut dengan
mengatakan
bahwa
konsumsi
minuman
berkalori
yang
tinggi
berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Terdapat hubungan antara persentase energi dari lemak dengan persentase energi dari karbohidrat dalam makanan karena dua zat gizi ini memiliki kontribusi melebihi 80% terhadap total energi. Kalori dalam cairan kurang diperhitungkan dibandingkan dengan kalori dari makanan padat (Bleich et al 2009). Minuman soda dengan kadar gula tinggi memiliki kandungan air yang tinggi dan densitas energi yang rendah. Densitas energi yang rendah tidak memiliki dampak perbandingan pada kepuasan dan asupan makanan ad libitum. Efek fisiologis asupan energi terhadap kekenyangan terlihat berbeda antara makanan padat dan cairan. Energi dari minuman berkalori (yang umumnya memiliki kandungan gula tinggi) kurang dirasakan efek kenyangnya dibandingkan asupan energi dari makanan padat karena berkurangnya penggelembungan lambung dan waktu transit yang lebih cepat. Konsumsi minuman soda dengan kadar gula tinggi dalam jumlah yang melebihi batas normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan (Gibney et al 2008). Berdasarkan hasil penelitian Bleich et al (2009) diketahui bahwa konsumsi minuman berkalori memiliki hubungan dengan epidemik kegemukan. Hal ini terlihat dari meningkatnya asupan energi yang berasal dari soft drink dan minuman dengan rasa buah sejak tahun 1977 sampai 2001 menjadi 135% yang diikuti dengan berlipat gandanya prevalensi kegemukan. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa persentase kalori dari minuman berkalori meningkat melebihi 50%. Hasil penelitian Hu dan Malik (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara asupan minuman berkalori dengan penambahan berat badan. Minuman berkalori memiliki kontribusi terhadap penambahan berat badan karena terdapat penambahan asupan energi saat makan berikutnya setelah mendapatkan asupan kalori cair.
KERANGKA PEMIKIRAN Kegemukan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik individu dan keluarga, aktivitas fisik, dan konsumsi pangan serta asupan gizi. Karakteristik individu terdiri dari umur, jenis kelamin, dan pengeluaran untuk minuman. Karakteristik individu akan menentukan status gizi seseorang yang pada akhirnya berhubungan dengan kebutuhan energinya. Karakteristik keluarga terdiri dari jumlah anggota keluarga dan pengeluaran rumah tangga. Karakteristik ini menentukan pola konsumsi pangan keluarga yang secara langsung mempengaruhi pola konsumsi pangan individu. Selain karakteristik individu, aktivitas fisik juga turut menentukan kebutuhan energi seseorang. Konsumsi pangan seseorang terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi minuman berkalori. Makanan dan minuman berkalori yang dikonsumsi akan memberikan sumbangan energi bagi total asupan energi sehari. Energi makanan akan lebih mudah dihitung dibandingkan energi dari minuman berkalori. Asupan energi yang berasal dari makanan dan minuman berkalori akan menentukan tingkat kecukupan energi seseorang. Selain aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi yang tinggi diduga akan berpengaruh terhadap kegemukan.
Karakteristik individu
Aktivitas fisik
Konsumsi pangan
Karakteristik keluarga
Produk minuman
Berat badan dan Tinggi badan
Asupan energi dari minuman berkalori
Asupan energi dari makanan
Kebutuhan energi
Tingkat kecukupan energi
Kegemukan
Gambar 1 Kerangka pemikiran aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk
METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim THIRST-The Indonesian Regional Hydration Study (kuesioner terlampir di Lampiran 1). Oleh karena itu, disain penelitian ini secara keseluruhan mengacu pada disain penelitian tersebut yang menggunakan disain cross sectional study. Wilayah penelitian ini terdiri dari 6 lokasi yaitu Bandung Barat–Jawa Barat; Malang–Jawa Timur; Malino–Sulawesi Selatan; Jakarta Utara–DKI Jakarta; Surabaya-Jawa Timur; dan Makasar–Sulawesi Selatan. Pengumpulan data penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda dilakukan dari akhir tahun 2008 sampai awal tahun 2009 (Hardinsyah dkk 2010). Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan Maret-Juli 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Penarikan Subyek Subyek penelitian ini adalah kelompok remaja (laki-laki dan perempuan) berusia 15-18 tahun dan kelompok dewasa (laki-laki dan perempuan) berusia 2555 tahun yang bermukim di lokasi penelitian. Jumlah subyek dihitung berdasarkan rumus perhitungan jumlah subyek minimal penelitian cross sectional study dengan mempertimbangkan proporsi dehidrasi diasumsikan sebesar 30%, seperti berikut: n ≥ za2 x p (1 – p)/d2 n = jumlah subyek minimum za2 = 1,96 p = 0,3 atau 30% (Mantz & Wentz 2005) d = perkiraan akurasi prediksi (0,1) Jumlah subyek minimal untuk tiap jenis kelamin (laki-laki/perempuan) dan kelompok umur (remaja/dewasa) di masing-masing lokasi penelitian adalah 41, yang dibulatkan menjadi 50 untuk mengantisipasi kehilangan subyek dan meningkatkan ketepatan penelitian. Mempertimbangkan dua kelompok jenis kelamin, dua kelompok umur dan enam lokasi penelitian, maka jumlah total subyek adalah 1200. Kelompok usia remaja merupakan pelajar SMU, maka cara penarikan subyek relatif mudah dilakukan dengan memilih SMU dengan jumlah siswa yang
banyak di masing-masing lokasi penelitian. Pemilihan subyek dewasa dilakukan dengan cara memilih guru dan karyawan sekolah yang bermukim di lokasi penelitian. Subyek akhir yang diperoleh dan diolah dalam penelitian ini berjumlah 606 orang untuk remaja dan 594 orang untuk dewasa. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data penelitian THIRST (Hardinsyah dkk, 2010) yang diperoleh dalam bentuk electronic file. Data terdiri atas variabel karakteristik individu dan keluarga, pengetahuan tentang air minum, kebiasaan minum, kebiasaan buang air, muntah, dan keringat, tanda-tanda dehidrasi, aktivitas fisik, karakteristik kesehatan individu, serta konsumsi makanan dan minuman. Penelitian ini menggunakan beberapa data penelitian THIRST yang memungkinkan dalam analisis mengenai hubungan aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori dengan Indeks Massa Tubuh. Tabel 5 berisi daftar jenis dan cara pengumpulan data yang digunakan Tabel 5 Aspek, cakupan data, dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data Aspek Sosial-ekonomidemografi Indeks Massa Tubuh
Cakupan Karakteristik individu dan keluarga (umur, jenis kelamin, besar keluarga, pengeluaran minum dan pengeluaran keluarga) Berat badan dan tinggi badan
Aktivitas fisik
Jenis dan durasi aktivitas olahraga selama satu minggu
fisik
dan
Asupan makanan dan minuman
Jenis, merk, jumlah, dan frekuensi mengkonsumsi makanan dan minuman
Metode Kuesioner diisi sendiri diawali penjelasan Pengukuran langsung menggunakan timbangan analog dan microtoise untuk tinggi badan Kuesioner diisi sendiri (pencatatan langsung) diawali penjelasan Wawancara selama 7 hari (semi-FFQ)
Pengolahan dan Analisis Data Status Gizi. Status gizi remaja dihitung berdasarkan standar penilaian status gizi berdasarkan IMT menurut umur. Berikut merupakan rumus perhitungan IMT dan standar penilaian status gizi remaja dan dewasa (WHO 2007) BB (kg)
IMT =
TB (m) x TB (m)
Umur (Tahun) 15 16 17 18
Tabel 6 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur Laki-laki Perempuan Kurus Normal Gemuk Kurus Normal < 16.5 16.5 – 22.8 > 22.8 < 16.5 16.5 – 23.7 < 17.1 17.1 – 23.7 > 23.7 < 16.8 16.8 – 24.2 < 17.5 17.5 – 24.4 > 24.4 < 17.0 17.0 – 24.7 < 17.9 17.9 – 25.0 > 25.0 < 17.1 17.1 – 24.9
Gemuk > 23.7 > 24.2 > 24.7 > 24.9
Tabel 7 Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT 2
Status gizi Kurus (Underweight) Normal Gemuk (Overweight)
IMT (kg/m ) <18.5 18.5-24.9 ≥25.0
Nilai indeks massa tubuh (IMT) yang normal untuk dewasa berkisar antara 18.5-24.9 (kg/m2). Subyek dikatakan kurus (Kekurangan Energi Kronis/KEK) bila IMT < 18.5 9 (kg/m2) dan mengalami kegemukan bila IMT ≥ 25 9 (kg/m2) (WHO 2007). Subyek gemuk dalam penelitian ini terdiri dari subyek yang mengalami overweight dan obesitas, sedangkan subyek tidak gemuk terdiri dari subyek dengan status gizi kurus dan normal. Persentase remaja gemuk adalah 13.5%. Sementara itu, persentase dewasa gemuk adalah 50.5%. Hal ini berarti tidak sebanding
untuk
dibandingkan,
maka
analisis
selanjutnya
tidak
mempertimbangkan kelompok umur, tetapi hanya distribusi jenis kelamin. Tingkat Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik diketahui melalui kombinasi metode tiga hari recall dan metode tiga hari record yang dilakukan pada hari yang berbeda, yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. WHO/FAO (2003) menyatakan bahwa aktivitas fisik
adalah
variabel
utama
setelah
angka
metabolisme
basal
dalam
penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan WHO/FAO (2003), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO (2004) tercantum dalam Lampiran 2. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : PAL = Keterangan:
∑ (PARi x W i) 24 jam
PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PARi : Physical activity rate dari masing-masing aktivitas (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam) Wi
: Alokasi waktu tiap aktivitas
Perhitungan di atas dijelaskan dengan contoh kasus sebagai berikut : Seorang wanita memiliki 8 jam waktu tidur (8 x 1.0 = 8), 4 jam waktu melakukan pekerjaan rumah tangga (4 x 1.7 = 6.8), 4 jam waktu menonton televisi (4 x 1.4 = 5.6), dan 8 jam waktu bekerja (8 x 1.5 = 12). Total PAL selama 24 jam diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian waktu (jam) dan PAR sehingga diperoleh nilai PAL selama 24 jam adalah 32.4 kkal. Rata-rata nilai PAL selama 24 jam adalah 1.40 kkal/jam. Hal ini berarti wanita tersebut memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Tabel 8 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Ringan (sedentary lifestyle) Sedang (active or moderately active lifestyle) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle)
Nilai PAL 1.40-1.69 1.70-1.99 2.00-2.40
Konsumsi Pangan. Data konsumsi pangan meliputi jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh subyek dalam satu minggu. Data konsumsi makanan kemudian dikonversi ke dalam kandungan energi sesuai tabel DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). DKBM tidak memuat kandungan energi minuman berkalori, oleh karena itu kandungan energi dari minuman berkalori diperoleh dari kandungan yang tercantum pada labelnya (Lampiran 3); dan bagi minuman berkalori lainnya yang tidak berlabel dihitung berdasarkan jumlah tambahan gula. Kandungan energi dalam 100 gram gula pasir adalah 364 kkal. Konsumsi gula yang ditambahkan ke dalam makanan dan minuman yang dianjurkan WHO maksimal 10% dari total energi (WHO 2003). Kebutuhan energi dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Energi dalam WNPG VIII tahun 2004 yang didasarkan pada Oxford Equation. Angka kecukupan energi merupakan jumlah rata-rata energi yang dibutuhkan dalam suatu populasi. Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan aktual berdasarkan energi basal metabolisme (EBM) yang dikoreksi dengan PAL dan Thermal Energy Food (10% dari EBM). Berikut tabel metode perhitungan EBM pada remaja (Tabel 9) dan dewasa (Tabel 10) Tabel 9 Oxford Equation untuk estimasi kebutuhan energi remaja No 1 2 3 4
Umur Laki-laki : 13-15 th 16-18 th Perempuan : 13-15 th 16-18 th
Persamaan EBM
Kebutuhan Energi
(88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25 (88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25
EBM + (10% EBM)
(88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25 (88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25
Keterangan: U = Umur, B = Berat badan, TB = Tinggi badan *PAL pada penelitian ini digunakan PAL masing-masing subyek
No 1 2 3 5 6 7
Tabel 10 Oxford Equation untuk estimasi kebutuhan energi dewasa Kebutuhan Energi Umur Persamaan EBM Koreksi Umur Laki-laki : 19-29 th 16.8B + 498 1.00 30-49 th 16.0B + 462 0.95 EBM x PAL* x Koreksi umur 50-64 th 16.0B + 462 0.95 x (10% EBM) Perempuan : 19-29 th 13.4B + 517 1.00 30-49 th 9.59B + 687 0.95 50-64 th 9.59B + 687 0.95
Keterangan: U = Umur, B = Berat badan, TB = Tinggi badan, EBM = Energi Basal Metabolisme *PAL pada penelitian ini digunakan PAL masing-masing subyek
Data status gizi, tingkat aktivitas fisik, dan asupan energi dari minuman berkalori yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell dan SPSS versi 16 for Windows. Proses pengolahan meliputi entry, coding, editing, cleaning, dan analisis. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis statistik korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi, begitu pula dengan hubungan antara konsumsi minuman berkalori terhadap status gizi. Analisis perbandingan karakteristik individu dan keluarga, IMT, aktivitas fisik, dan asupan energi minuman berkalori pada subyek gemuk dan tidak gemuk serta pada laki-laki dan perempuan dilakukan dengan menggunakan uji t. Cara membaca hasil uji t adalah terlebih dahulu melihat Levene’s test untuk uji homogenitas (perbedaan varians). Data bersifat homogen jika p>0.05 dan tidak homogen jika p<0.05. Jika data homogen, maka hasil uji beda dilihat dari equal variance assumed dan jika data tidak homogen, maka hasil uji beda dilihat dari equal variance not assumed. Definisi Operasional Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang diperoleh dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2), yang digunakan sebagai dasar penentuan status gizi. Status Gizi adalah keadaan gizi seseorang yang menunjukkan pemenuhan kebutuhan gizi yang dikelompokkan menjadi kurus, normal, dan gemuk. Kegemukan adalah cerminan dari kelebihan lemak tubuh yang ditandai dengan IMT ≥ 25.0
Kebutuhan Energi adalah sejumlah zat gizi dan energi minimal yang diperlukan oleh seseorang sehari-hari untuk dapat hidup sehat yang didasarkan pada umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan tingkat aktivitas fisik. Remaja adalah siswa-siswi SMU yang dijadikan sebagai subyek dalam penelitian berusia 15-18 tahun. Dewasa adalah staf pengajar dan pegawai SMU yang dijadikan sebagai subyek dalam penelitian berusia 25-55 tahun. Karakteristik Individu adalah karakteristik subyek meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran untuk minuman. Karakteristik
Keluarga
adalah
keadaan
keluarga
subyek
yang
dinilai
berdasarkan besar keluarga dan pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran untuk Minuman adalah pengeluaran individu untuk pembelian minuman yang dinyatakan dalam Rp/minggu. Besar Keluarga adalah jumlah orang yang menetap di rumah, termasuk pembantu yang biaya hidupnya menjadi tanggungan keluarga, dinyatakan dalam jiwa. Pengeluaran Rumah Tangga adalah jumlah pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dinyatakan dalam Rp/bulan. Aktivitas Fisik adalah kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dari waktu ke waktu setiap hari yang dinyatakan dalam aktivitas jam/hari dan PAL (Physical Activity Level), dalam hal ini diukur secara recall dan record selama 6 hari. Konsumsi Pangan adalah jumlah makanan dan minuman yang dikumpulkan melalui metode semi-FFQ selama 7 hari dalam satuan URT yang dikonversikan ke satuan gram dan mL. Minuman Berkalori adalah minuman selain air putih yang memiliki kandungan energi, terdiri dari jus/sari buah tanpa kemasan, sari buah kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, minuman serbuk, minuman jelly, susu tanpa kemasan, susu kedele, susu kemasan, yoghurt kemasan, teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, teh kemasan, kopi kemasan, minuman berkarbonasi,
sirup,
minuman
berelektrolit,
dan
minuman
lainnya
(bir/minuman beralkohol dan jamu/minuman herbal). Kontribusi Energi Minuman Berkalori adalah persentase atau sumbangan energi dari minuman berkalori terhadap total asupan energi seseorang dalam sehari.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran minuman. Sementara itu, karakteristik keluarga meliputi besar keluarga dan pengeluaran rumah tangga. Tabel 11 memaparkan sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan karakteristik individu dan keluarga Tabel 11 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan karakteristik individu dan keluarga Gemuk Tidak gemuk Total No Karakteristik 1 Umur (tahun) 39 ± 12 24 ± 12 28.0 ± 13.9 2 Jenis kelamin a. Laki-laki 161 (42.1) 417 (51.0) 578 (48.2) b. Perempuan 221 (57.9) 401 (49.0) 622 (51.8) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 3 Besar keluarga (orang) 5±2 5±2 5±2 a. 2-4 183 (47.9) 366 (44.7) 548 (45.7) b. 5-6 147 (38.5) 354 (43.3) 500 (41.6) c. ≥ 7 52 (13.6) 98 (12.0) 152 (12.7) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 4 Pengeluaran minuman 92 080 ± 108 920 77 960 ± 73 873 82 019 ± 85 624 (Rp/bulan) a. ≤ 100 ribu 267 (70.0) 626 (76.5) 893 (74.4) b. > 100 ribu 115 (30.0) 192 (23.5) 307 (25.6) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 5 Pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan) a. <1 juta 71 (18.6) 220 (26.9) 291 (24.2) b. 1 – 1.9 juta 137 (35.9) 369 (45.1) 506 (42.2) c. 2 – 3.9 juta 131 (34.3) 195 (23.8) 326 (27.2) d. ≥ 4 juta 43 (11.2) 34 (4.2) 77 (6.4) Jumlah
382 (100.0)
818 (100.0)
1200 (100.0)
Rata-rata umur subyek gemuk (39 ± 12 tahun) lebih tua dibandingkan subyek tidak gemuk (24 ± 12 tahun) (p<0.05). Hal ini karena semakin dewasa semakin meningkat risiko kegemukan. Data Riskesdas (2010) juga menunjukkan hal yang sama. Prevalensi kegemukan pada remaja adalah 7.4% sedangkan prevalensi kegemukan pada dewasa adalah 11.7%. Sementara itu, laki-laki yang memiliki status gizi gemuk (42.1%) berjumlah lebih sedikit dibandingkan perempuan gemuk (57.9%) (p<0.05). Menurut Wahlqvist (1997) dan Hamaideh et al (2010) umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kegemukan. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990) dan perempuan cenderung bekerja lebih ringan dibanding laki-laki (Janghorbani et al 2007).
Tidak terdapat perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara subyek gemuk dan tidak gemuk (p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga terkecil pada subyek gemuk (47.9%) lebih tinggi dibandingkan subyek tidak gemuk (44.7%). Besar keluarga berhubungan dengan jumlah makanan yang harus disediakan. Makin sedikit jumlah anggota keluarga, semakin mudah terpenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, apabila jumlah anggota keluarga banyak dan pendapatan terbatas, maka makanan yang tersedia tidak mencukupi (Prihartini 1996; Sanjur 1982). Pengeluaran minuman pada subyek gemuk lebih tinggi dibandingkan subyek tidak gemuk (p>0.05). Pengeluaran minuman paralel dengan pendapatan per kapita seseorang. Semakin tinggi pendapatan akan semakin berisiko terhadap kejadian kegemukan (Erem et al 2004). Persentase subyek gemuk (11.2%) yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar dibandingkan subyek tidak gemuk (4.2%) (p<0.05). Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Tabel 12 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik individu dan keluarga Umur (thn) Besarkeluarga (orang) a. 2-4 b. 5-6 c. ≥ 7 Jumlah Pengeluaran minuman (Rp/bln) a. ≤ 100 ribu b. > 100 ribu
Gemuk 38 ± 13 5±2
Laki-laki Tidak gemuk 24 ± 12 5±2
Total 27 ± 14 5±2
Gemuk 40 ± 12 5±2
Perempuan Tidak gemuk 23 ± 12 5±2
Total 29 ± 14 5±2
60 (37.3) 78 (48.4) 23 (14.3) 161 (100.0) 105 998 ± 129 054
209 (50.1) 159 (38.1) 49 (11.8) 417 (100.0) 77 093 ± 80 547
269 (46.5) 243 (42.0) 66 (11.5) 578 (100.0) 84 394 ± 95 862
123 (55.7) 69 (31.2) 29 (13.1) 221(100.0) 81 868 ± 90 371
158 (39.4) 181 (45.1) 62 (15.5) 401(100.0) 78 845 ± 66 453
279 (44.8) 257 (41.4) 86 (13.8) 622 (100.0) 79 812 ± 74 878
107 (66.5) 54 (33.5)
320 (76.7) 97 (23.3)
425 (73.5) 153 (26.5)
160 (72.4) 61 (27.6)
306 (76.3) 95 (23.7)
468 (75.2) 154 (24.8)
Jumlah
161 (100.0)
417 (100.0)
578 (100.0)
221(100.0)
401(100.0)
622 (100.0)
32 (19.9) 63 (39.1) 51 (31.7) 15 (9.3)
130 (31.2) 185 (44.4) 82 (19.7) 20 (4.7)
162 (28.0) 251 (43.4) 133 (23.0) 32 (5.5)
39 (17.6) 74 (33.5) 80 (36.2) 28 (12.7)
90 (22.4) 184 (45.9) 113 (28.2) 14 (3.5)
129 (20.7) 255 (41.0) 193 (31.0) 45 (7.3)
161 (100.0)
417 (100.0)
578 (100.0)
221(100.0)
401(100.0)
622 (100.0)
No
Karakteristik
1 2
3
4
Pengeluaran rumah tangga (Rp/bln) a. <1 juta b. 1 – 1.9 juta c. 2 – 3.9 juta d. ≥ 4 juta Jumlah
Perempuan gemuk memiliki umur yang lebih tua dibandingkan laki-laki gemuk (p>0.05) (Tabel 12). Menurut Khomsan (2002), kejadian kegemukan meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk pria serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita. Tidak terdapat perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara laki-laki dan perempuan (p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga terbanyak pada subyek laki-laki lebih
tinggi dibandingkan subyek perempuan. Pengeluaran minuman pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan (p<0.05). Persentase subyek perempuan yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar dibandingkan subyek laki-laki (p<0.05). Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Status Gizi Status gizi berdasarkan IMT dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurus, normal, dan gemuk. Subyek yang memiliki status gizi kurus dan normal digolongkan menjadi subyek tidak gemuk. Penentuan status gizi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi subyek yang gemuk. Prevalensi subyek remaja dan dewasa yang gemuk adalah 31.8%. Nilai IMT rata-rata untuk seluruh subyek adalah 23.0 ± 4.9 (kg/m2). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki status gizi normal berdasarkan kategori status gizi berdasarkan IMT (WHO 2007). Perempuan dengan rata-rata IMT 23.5 ± 5.2 (kg/m2) memiliki prevalensi kegemukan yang lebih tinggi (35.5%) dibandingkan laki-laki (27.9%) dengan ratarata IMT 22.5 ± 4.6 (kg/m2) (p<0.05) meskipun masih berada dalam kisaran IMT normal. Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalesi kegemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan. Tingkat aktivitas fisik pada laki-laki pada umumnya lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Selain itu, asupan energi pada laki-laki juga lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990). Remaja laki-laki memiliki perilaku makan dalam porsi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein mereka (Mann & Stewart 2007). Asupan gula pada laki-laki dewasa ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada perempuan dewasa (Yabanci et al 2010). Perbandingan aktivitas fisik dan konsumsi energi antara laki-laki dan perempuan akan dibahas selanjutnya dalam analisis mengenai hal tersebut. Nilai rata-rata IMT pada subyek gemuk dan tidak gemuk adalah 29.1 ± 3.9 (kg/m2) dan 20.6 ± 2.7 (kg/m2). Kegemukan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang bersifat kompleks. Menurut Wahlqvist (1997), konsumsi makanan dan pengeluaran
energi
dapat
mempengaruhi
kegemukan secara langsung,
sedangkan umur, jenis kelamin, keturunan, stres, keadaan sosial-ekonomi, gaya hidup, iklim, dan obat-obatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kegemukan secara tidak langsung.
120 100
100
100
Persentase (%)
100 80
72.1
68.2
64.5
Gemuk
60
Tidak gemuk
40
27.9
35.5
31.8
Total
20 0 Laki-laki
Perempuan
Total
Gambar 2 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan status gizi
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi di dalam tubuh. Keseimbangan energi antara energi yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan pada akhirnya akan menentukan status gizi seseorang. Nilai PAL rata-rata untuk seluruh subyek adalah 1.65 ± 0.19. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek (67.5%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Angka ini tidak berbeda jauh dengan data Riskesdas (2007) yang menyebutkan bahwa prevalensi nasional kurang aktivitas fisik pada penduduk yang berumur lebih dari 10 Tahun adalah 48.2%. Sebagian besar subyek gemuk (PAL=1.60 ± 0.16) (72.3%) dan tidak gemuk (PAL=1.67 ± 0.19) (65.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Akan tetapi, persentase subyek gemuk yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (3.6%) dibandingkan subyek tidak gemuk (5.5%) (p<0.05) (Tabel 13). Alokasi waktu santai dan menonton TV pada subyek gemuk lebih tinggi dibandingkan subyek tidak gemuk. Sebaliknya waktu olahraga dan melakukan pekerjaan rumah tangga pada subyek gemuk lebih rendah dibandingkan subyek tidak gemuk. Level aktivitas fisik yang rendah menjadi faktor penting dalam penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup, salah
satunya minimnya waktu yang dilakukan untuk melakukan aktivitas fisik (Mann & Stewart 2007). Tabel 13 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan tingkat aktivitas fisik Gemuk Tidak gemuk Total No Aktivitas fisik n (%) n (%) n (%) 1 Ringan 276 (72.3) 534 (65.3) 810(67.5) 2 Sedang 92 (24.1) 239 (29.2) 331(27.6) 3 Berat 14 (3.6) 45 (5.5) 59(4.9) Total 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0)
Nilai rata-rata PAL untuk laki-laki dan perempuan adalah 1.69 ± 0.21 dan 1.62 ± 0.16 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik sedikit berat di atas aktivitas fisik perempuan, meskipun keduanya tergolong tingkat aktivitas fisik ringan. Persentase laki-laki gemuk yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (1.9%) dibandingkan perempuan gemuk (4.9%). Sebaliknya, persentase laki-laki tidak gemuk yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (9.5%) dibandingkan perempuan tidak gemuk (1.3%) (Tabel 14). Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalensi kegemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas. Tabel 14 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat aktivitas fisik No 1 2 3
Aktivitas fisik Ringan Sedang Berat Total
Gemuk n (%) 115 (71.4) 43 (26.7) 3 (1.9) 161 (100.0)
Laki-laki Tidak gemuk n (%) 246 (58.3) 131 (32.2) 40 (9.5) 417 (100.0)
Total n (%) 361(62.5) 174(30.1) 43(7.4) 578 (100.0)
Gemuk n (%) 161 (72.9) 49 (22.2) 11 (4.9) 221 (100.0)
Perempuan Tidak gemuk n (%) 288 (71.8) 108 (26.9) 5 (1.3) 401 (100.0)
Total n (%) 449(72.2) 157(25.2) 16(2.6) 622 (100.0)
Asupan Energi Minuman Berkalori Pengelompokan minuman berkalori didasarkan pada definisi operasional yang telah dipaparkan sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa subyek gemuk memiliki asupan energi minuman yang lebih rendah (395 ± 360 kkal/hari) dibandingkan subyek tidak gemuk (477 ± 408 kkal/hari) (p<0.05). Pola yang sama juga terlihat pada konsumsi energi yang berasal dari makanan. Rendahnya asupan energi yang berasal dari makanan dan minuman pada subyek gemuk merupakan bentuk kecenderungan dari subyek gemuk untuk mengurangi konsumsi pangannya. Pengurangan terhadap konsumsi pangan yang dilakukan oleh subyek gemuk merupakan salah satu cara untuk menurunkan berat badannya.
Hasil
perhitungan
kebutuhan
energi
memperlihatkan
bahwa
kebutuhan energi subyek gemuk lebih rendah (2207 kkal) dibandingkan subyek
tidak gemuk (2596 kkal). Hal ini disebabkan oleh subyek gemuk membutuhkan kebutuhan energi sesuai berat badan ideal agar terjadi penurunan berat badan untuk mengembalikan status gizi menjadi normal. Kontribusi energi minuman terhadap total konsumsi energi pada subyek gemuk lebih rendah (21.0%) dibandingkan subyek tidak gemuk (24.2%) (Tabel 15). Subyek tidak gemuk yang memiliki asupan energi minuman berkalori dalam jumlah tinggi memiliki risiko untuk menjadi gemuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gibney et al (2008) yang mengatakan bahwa konsumsi minuman dengan kadar gula tinggi dalam jumlah yang melebihi batas normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan. Lopez et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan bahwa subyek tidak memiliki total asupan energi yang lebih tinggi gemuk (1973 ± 879 kkal/hari) dibandingkan subyek gemuk (1881 ± 700 kkal/hari) (Tabel 15). Risiko subyek tidak gemuk menjadi gemuk belum terlihat dalam penelitian ini dikarenakan tingkat kecukupan energi subyek tidak gemuk masih rendah, yaitu 77.1% sehingga asupan energi dibutuhkan dalam jumlah yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi. Tabel 15 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada subyek gemuk dan tidak gemuk No 1
2 3 4
Kategori Total asupan energi (kkal) Makanan (kkal) Minuman (kkal) Kebutuhan energi (kkal) Tingkat kecukupan energi (%) Kontribusi energi minuman terhadap total asupan energi (%)
Gemuk 1881 ± 700 1414 ± 591 395 ± 360 2207 ± 437 79.8
Tidak gemuk 1973 ± 879 1545 ± 715 477 ± 408 2596 ± 613 77.1
Total 2035 ± 948 1510 ± 685 439 ± 394 2615 ± 872 84.3
21.0
24.2
25.8
Laki-laki memiliki asupan energi minuman yang lebih tinggi (471 ± 420 kkal/hari) dibandingkan perempuan (409 ± 367 kkal/hari) (p<0.05) (Tabel 16). Pola yang sama juga terlihat pada asupan energi dari makanan. Laki-laki memperoleh asupan energi dari makanan sebesar 1588 ± 773 kkal/hari sedangkan perempuan 1437 ± 583 kkal/hari. Hasil perhitungan kebutuhan energi memperlihatkan bahwa kebutuhan energi laki-laki lebih tinggi (2601 kkal) dibandingkan perempuan (2242 kkal). Hal ini disebabkan oleh laki-laki memiliki laju metabolisme basal dan aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga energi yang dikeluarkan juga lebih tinggi pula. Kontribusi
energi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dan keduanya melebihi 10%. Tabel 16 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada laki-laki dan perempuan Laki-laki No
Kategori
1
Total asupan energi (kkal) Makanan (kkal)
2
Kebutuhan energi (kkal)
3
Tingkat kecukupan energi (%) Kontribusi energi minuman terhadap total asupan energi (%)
4
2025 ± 733 1512 ± 641 444 ± 373
Tidak gemuk 2097 ± 975 1611 ± 813 458 ± 439
2181 ± 1075 1588 ± 773 471 ± 420
2310 ± 492
2756 ± 687
75.4 21.9
Gemuk
Minuman (kkal)
Perempuan
1770 ± 653 1339 ± 539 358 ± 348
Tidak gemuk 1849 ± 752 1479 ± 595 497 ± 372
1900 ± 790 1437 ± 583 409 ± 367
2601 ± 670
2128 ± 372
2437 ± 478
2242 ± 850
75.2
83.9
83.9
79.6
84.7
21.8
27.2
20.2
26.9
24.3
Total
Gemuk
Total
Konsumsi Minuman Berkalori Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh subyek gemuk adalah jus/sari buah tanpa kemasan, teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan minuman berkarbonasi (Tabel 17). Sementara itu, jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh subyek tidak gemuk adalah susu kemasan, jus/dari buah tanpa kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan. Daftar jumlah subyek gemuk dan tidak gemuk yang mengkonsumsi minuman berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 4. Tabel 17 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori Gemuk Tidak gemuk Total Jenis Minuman Berkalori n (%) n (%) n (%) Jus/sari buah tanpa kemasan 170 (49.3) 337 (39.4) 507 (42.3) Sari buah kemasan 73 (21.2) 229 (26.8) 302 (25.2) Aneka es buah/campur/kelapa 95 (27.5) 321 (37.5) 416 (34.7) Minuman serbuk 69 (20.0) 311 (36.4) 380 (31.7) Minuman jelly 20 (5.8) 159 (18.6) 179 (14.9) Susu tanpa kemasan 46 (13.4) 104 (12.2) 151 (12.6) Susu kedele 8 (2.1) 5 (0.6) 13 (1.1) Susu kemasan 108 (0.3) 400 (48.9) 508 (42.3) Yoghurt kemasan 42 (0.1) 89 (0.1) 131 (10.9) Teh tanpa kemasan 135 (35.3) 319 (39.0) 454 (37.8) Kopi tanpa kemasan 105 (27.5) 297 (36.3) 402 (33.5) Teh dalam kemasan 71 (18.6) 187 (22.9) 258 (21.5) Kopi dalam kemasan 57 (14.9) 147 (18.0) 204 (17) Minuman berkarbonasi 86 (24.9) 275 (32.2) 361 (30.1) Sirup 38 (11.0) 148 (17.3) 186 (15.5) Minuman berelektrolit 39 (11.3) 76 (8.9) 115 (9.6) Minuman lainnya 59 (15.4) 100 (12.2) 159 (13.3)
Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum laki-laki adalah jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan minuman serbuk (Tabel 18). Sementara itu, jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh perempuan adalah susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan teh tanpa kemasan. Daftar jumlah subyek laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi minuman berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 5. Tabel 18
No
Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori
Jenis Minuman Berkalori
1
Jus/sari buah tanpa kemasan
2
Sari buah kemasan
3
Aneka es buah/campur/kelapa
4
Minuman serbuk
5
Minuman jelly
6
Susu tanpa kemasan
7 8
Susu kedele Susu kemasan
9
Yoghurt kemasan
10
Teh tanpa kemasan
11
Kopi tanpa kemasan
12
Teh dalam kemasan
13
Kopi dalam kemasan
14
Minuman berkarbonasi
15
Sirup
16
Minuman berelektrolit
17
Minuman lainnya
Gemuk n (%) 67 (45.9) 27 (18.5) 42 (28.8) 31 (21.2) 9 (6.2) 19 (13.0) 2 (1.2) 48 (29.8) 15 (9.3) 60 (37.3) 66 (41.0) 31 (19.3) 27 (16.8) 34 (23.3) 16 (11.0) 20 (13.7) 26 (16.1)
Laki-laki Tidak gemuk n (%) 152 (35.2) 105 (24.3) 151 (35.0) 160 (37.0) 72 (16.7) 49 (11.3) 1 (0.2) 160 (38.4) 39 (9.4) 140 (33.6) 39 (9.4) 107 (25.7) 117 (28.1) 144 (33.3) 64 (14.8) 41 (9.5) 47 (11.3)
Total
Gemuk
n (%) 219 (37.9) 132 (22.8) 193 (33.4) 191 (33.0) 81 (14.0) 68 (11.8) 3 (0.5) 208 (36.0) 54 (9.3) 200 (34.6) 105 (18.2) 138 (23.9) 144 (24.9) 178 (30.8) 80 (13.8) 61 (10.6) 73 (12.6)
n (%) 103 (51.8) 46 (23.1) 53 (26.6) 38 (19.1) 11 (5.5) 27 (14.1) 6 (2.7) 60 (27.1) 27 (12.2) 75 (33.9) 137 (62.0) 40 (18.1) 30 (13.6) 52 (26.1) 22 (11.1) 19 (9.5) 33 (14.9)
Perempuan Tidak Total gemuk n (%) n (%) 185 288 (43.7) (46.3) 124 170 (29.3) (27.3) 170 223 (40.2) (35.9) 151 189 (35.7) (30.4) 87 98 (20.6) (15.8) 55 83 (13.0) (13.3) 4 (1.0) 10 (1.6) 240 300 (59.9) (48.2) 50 77 (12.5) (12.4) 179 254 (44.6) (40.8) 160 297 (40.0) (47.7) 80 120 (20.0) (19.3) 30 147 (7.5) (23.6) 131 183 (31.0) (29.4) 84 106 (19.9) (17.0) 35 54 (8.3) (8.7) 53 86 (13.2) (13.8)
Lima jenis minuman yang yang paling sering diminum oleh subyek adalah jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan. Tabel 19 memperlihatkan jumlah konsumsi minuman berkalori (ml) pada subyek gemuk, tidak gemuk, laki-laki, dan perempuan dalam sehari. Subyek gemuk memiliki konsumsi minuman berkalori yang lebih rendah (635 mL) dibandingkan subyek tidak gemuk (660 mL). Hal ini
sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi minuman berkalori pada subyek gemuk (395 kkal) lebih rendah dibandingkan subyek tidak gemuk (477 kkal). Subyek gemuk berusaha menurunkan berat badan dengan cara mengurangi konsumsi pangan, termasuk minuman. Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek gemuk adalah minuman lainnya (77 mL) sedangkan pada subyek tidak gemuk adalah jus/sari buah tanpa kemasan (83 mL). Tabel 19 Jumlah konsumsi minuman berkalori (mL/hari) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Minuman Berkalori Jus/sari buah tanpa kem asan
Sari buah kemasan Aneka es buah/campur/kelapa
Minuman serbuk Minuman jelly Susu tanpa kemasan Susu kedele Susu kemasan Yoghurt kemasan Teh tanpa kemasan Kopi tanpa kemasan Teh dalam kemasan Kopi dalam kemasan Minuman berkarbonasi Sirup Minuman berelektrolit Minuman lainnya Jumlah
Gemuk (mL) 73 ± 50 40 ± 32 25 ± 16 18 ± 29 10 ± 8 40 ± 25 54 ± 47 30 ± 25 17 ± 8 66 ± 39 54 ± 30 19 ± 8 10 ± 7 20 ± 15 36 ± 20 46 ± 21 77 ± 65 635 ± 359
Tidak gemuk (mL) 83 ± 49 52 ± 80 14 ± 8 55 ± 18 30 ± 48 25±1 9 43 ± 29 60 ± 16 27 ± 18 50 ± 36 25 ± 17 20 ± 13 15 ± 7 27 ± 34 49 ± 36 60 ± 37 25 ± 5 660 ± 178
Laki-laki (mL) 79 ± 39 88 ± 82 30 ± 28 61 ± 22 49 ± 65 60 ± 18 27 ± 16 50 ± 52 25 ± 23 66 ± 57 29 ± 17 38 ± 29 18 ± 12 56 ± 81 94 ± 43 84 ± 88 28 ± 15 882 ± 510
Perempuan (mL) 77 ± 67 75 ± 80 38 ± 23 44 ± 92 69 ± 414 71 ± 56 35 ± 23 63 ± 26 36 ± 17 26 ± 18 17 ± 9 49 ± 30 15 ± 7 47 ± 25 36 ± 34 25 ± 21 60 ± 49 783 ± 397
Perbandingan jumlah konsumsi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan juga memperlihatkan pola yang sama dengan jumlah asupan energi minuman berkalori pada keduanya. Laki-laki memiliki konsumsi minuman berkalori yang lebih tinggi (882 mL) dibandingkan perempuan (783 mL). Hal ini sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi pada laki-laki (471 kkal) lebih tinggi dibandingkan perempuan (409 kkal). Laki-laki membutuhkan kebutuhan cairan dan energi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek lakilaki adalah sirup (94 mL) sedangkan pada perempuan adalah jus/sari buah tanpa kemasan (77 mL). Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi terhadap total asupan energi pada subyek gemuk adalah teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak gemuk adalah teh tanpa kemasan, susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt kemasan (Tabel 20). Teh tanpa kemasan memberikan sumbangan energi
tertinggi karena mengandung gula pasir yang ditambahkan dalam proses pembuatannya. Barquera et al (2008) menemukan bahwa sumbangan energi dari minuman berkalori pada remaja dan dewasa Meksiko (2006) berasal dari soft drink, minuman buah segar yang ditambahkan gula, susu tinggi lemak, kopi dan teh, jus yang ditambahkan gula, alkohol, dan minuman lain. Kelompok usia 19-29 tahun memiliki asupan energi dari minuman berkalori yang lebih tinggi, yaitu 457 kkal, dibandingkan kelompok usia yang lain. Sebanyak 117 kkal diantaranya diperoleh dari energi teh dan kopi yang dikonsumsi. Tabel 20 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek gemuk dan tidak gemuk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Minuman Berkalori Jus/sari buah tanpa kemasan Sari buah kemasan Aneka es buah/campur/kelapa Minuman serbuk Minuman jelly Susu tanpa kemasan Susu kedele Susu kemasan Yoghurt kemasan Teh tanpa kemasan Kopi tanpa kemasan Teh dalam kemasan Kopi dalam kemasan Minuman berkarbonasi Sirup Minuman berelektrolit Minuman lainnya Total konsumsi
Gemuk (kkal) 40 ± 23 12 ± 6 16 ± 13 15 ± 8 1±4 10 ± 5 7±5 40 ± 39 27 ± 15 80 ± 39 68 ± 55 20 ± 19 22 ± 15 13 ± 7 10 ± 5 4±1 10 ± 8 395 ± 360
Tidak gemuk (kkal) 28 ± 15 15 ± 12 27 ± 14 15 ± 9 3±2 10 ± 7 8±2 80 ± 69 28 ± 10 120 ± 65 56 ± 30 25 ± 8 14 ± 10 20 ± 16 11 ± 8 3±6 13 ± 12 477 ± 408
Total (kkal) 31 ± 17 19 ± 5 31 ± 14 14 ± 8 4±6 8±6 9±5 60 ± 54 36 ± 25 100 ± 68 86 ± 54 30 ± 45 26 ± 10 20 ± 8 14 ± 12 11 ± 8 5±4 439 ± 394
Laki-laki gemuk mendapatkan kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (96 kkal), teh tanpa kemasan (80 kkal), susu kemasan (40 kkal), kopi dalam kemasan (39 kkal), dan jus/sari buah tanpa kemasan. Sementara itu, perempuan gemuk mendapatkan kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (67 kkal), teh tanpa kemasan (60 kkal), jus/sari buah tanpa kemasan (42 kkal), susu kemasan (40 kkal), dan yoghurt kemasan (27 kkal) (Tabel 21). Laki-laki memperoleh kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (121 kkal), sedangkan perempuan dari teh tanpa kemasan (120 kkal). Tabel 19 menunjukkan bahwa konsumsi kopi tanpa kemasan pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebaliknya, konsumsi teh tanpa kemasan pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Tabel 21 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan Laki-laki No
Jenis Minuman Berkalori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jus/sari buah tanpa kemasan
Sari buah kemasan Aneka es buah/campur/kelapa
Minuman serbuk Minuman jelly Susu tanpa kemasan Susu kedele Susu kemasan Yoghurt kemasan Teh tanpa kemasan Kopi tanpa kemasan Teh dalam kemasan Kopi dalam kemasan Minuman berkarbonasi Sirup Minuman berelektrolit Minuman lainnya Total konsumsi
Gemuk (kkal) 36 ± 13 12 ± 9 19 ± 5 16 ± 12 1 ±3 12 ± 8 8±6 40 ± 35 26 ± 16
Tidak gemuk (kkal) 26 ± 15 15 ± 9 26 ± 23 17 ± 12 4 ± 3 9 ±3 9±6 100 ± 67 12 ± 8
Perempuan Total
Gemuk (kkal) 42 ± 39 13 ± 11 13 ± 9 14 ± 6 1 ±2 8 ±2 6±4 40 ± 29 27 ± 16
Tidak gemuk (kkal) 30 ± 12 16 ± 14 28 ± 23 13 ± 14 2 ±1 10 ± 9 8±6 80 ± 67 35 ± 16
(kkal) 34 ± 16 20 ± 18 30 ± 12 19 ± 13 5 ± 2 15 ± 7 5±2 50 ± 11 55 ± 46
Total (kkal) 28 ± 22 16 ± 12 25 ± 23 13 ± 11 3 ±1 9 ± 12 8± 4 70 ± 61 23 ± 15
80 ± 57
75 ± 71
80 ± 17
60 ± 46
133 ± 78
120 ± 117
96 ± 56 20 ± 14 39 ± 16 12 ± 8 11 ± 8 4 ±3 12 ± 8
85 ± 76 20 ± 14 19 ± 16 23 ± 17 12 ± 9 2 ±1 5±3
121 ± 89 20 ± 14 25 ± 16 30 ± 18 16 ± 14 4 ±2 8±4
67 ± 57 18 ± 15 12 ± 7 14 ± 8 9 ±5 4 ±3 9±6
63 ± 57 29 ± 24 11 ± 6 18 ± 12 9 ±8 4 ±1 21 ± 17
53 ± 42 20 ± 38 22 ± 16 18 ± 12 11 ± 5 4 ±1 3±1
444 ± 373
458 ± 439
471 ± 420
358 ± 348
497 ± 372
409 ± 367
Sumbangan energi dari minuman berkalori yang dibuat sendiri di rumah berasal dari konsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam minuman tersebut. Terdapat tiga jenis minuman tanpa kemasan/dibuat di rumah yang dalam proses pembuatannya ditambahkan gula pasir, yaitu : jus/sari buah, susu, teh, dan kopi. Teh dan kopi tanpa kemasan memberikan sumbangan energi tertinggi terhadap konsumsi energi minuman berkalori dibandingkan golongan minuman berkalori lainnya. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi gula pasir terhadap jumlah total laki-laki dan perempuan serta rata-rata konsumsi gula pasir dari seluruh subyek tersaji dalam Lampiran 6. Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam jus lebih sedikit (26.1%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (73.9%).
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih tinggi (7.8 ± 4.9 g) dibandingkan lakilaki tidak gemuk (5.8 ± 5.9 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam jus lebih sedikit (23.3%) dibandingkan perempuan tidak gemuk (76.7%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih tinggi (9.8 ± 7.6 g) dibandingkan perempuan tidak gemuk (6.7 ± 1.5 g) (Tabel 22) . Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam susu lebih sedikit (11.9%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (88.1%).
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih rendah (7.3 ± 3.0 g) dibandingkan lakilaki tidak gemuk (9.0 ± 3.0 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam susu lebih sedikit (23.4%) dibandingkan perempuan tidak gemuk (76.6%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih rendah (10.0 ± 4.3 g) dibandingkan perempuan tidak gemuk (11.2 ± 10.1 g).
Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam teh lebih sedikit (21.4%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (78.6%).
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih tinggi (14.1 ± 3.7 g) dibandingkan lakilaki tidak gemuk (11.6 ± 6.3 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam teh lebih sedikit (16.7%) dibandingkan perempuan tidak gemuk (83.3%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih tinggi (13.3 ± 4.8 g) dibandingkan perempuan tidak gemuk (12.4 ± 7.7 g). Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam kopi lebih sedikit (34.7%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (65.3%).
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih rendah (13.0 ± 7.1 g) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (13.6 ± 5.5 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam kopi lebih sedikit (45.2%) dibandingkan perempuan tidak gemuk (54.8%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih tinggi (9.6 ± 4.5 g) dibandingkan perempuan tidak gemuk (9.1 ± 5.4 g). Secara keseluruhan, jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman pada subyek gemuk lebih tinggi dibandingkan subyek tidak gemuk. Jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman pada laki-laki juga lebih rendah dibandingkan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan Yabanci et al (2010) yang menyebutkan bahwa konsumsi gula pada laki-laki ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hasil uji t memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara konsumsi gula pada subyek gemuk dan tidak gemuk. Namun sebaliknya pada subyek laki-laki dan perempuan (p>0.05). Konsumsi gula memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan energi seseorang. Konsumsi gula yang terdapat dalam jus, susu, teh, dan kopi memberikan sumbangan energi sebesar 187 kkal pada subyek gemuk. Angka ini lebih tinggi dibandingkan jumlah energi yang diperoleh subyek tidak gemuk, yaitu 167 kkal. Sementara itu, asupan energi yang diperoleh dari konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Laki-laki memperoleh
asupan
memperoleh 178 kkal.
energi
sebesar
179
kkal
sedangkan
perempuan
Tabel 22 Konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan Jenis Minuman Jus n (%) Jml (g) E (kkal) Susu n (%) Jml (g) E (kkal) Teh n (%) Jml (g) E (kkal) Kopi n (%) Jml (g) E (kkal) Total Jml (g) E (kkal)
Gemuk
Laki-laki Tidak gemuk
Total
Perempuan Tidak gemuk
Total
Gemuk
Total Tidak gemuk
6 (26.1) 7.8 ±4.9 33 ± 23
17(73.9) 5.8 ±5.9 24 ± 13
23(100.0) 6.8 ± 5.8 28 ± 16
7(23.3) 9.8±7.6 40 ± 34
23(76.7) 6.7 ±1.5 28 ± 18
30(100.0) 5.7 ±10.1 24 ±19
13(24.5) 9.6 ±7.2 38 ± 34
40(75.5) 10.5±9.2 25 ± 23
53(100.0) 9.5 ± 8.9 27 ±35
7 (11.9) 7.3 ±3.0 30 ± 24
52(88.1) 9.0 ±3.0 38 ± 24
59(100.0) 9.0 ± 3.0 36 ± 29
15(23.4) 10.0±4.3 42 ± 36
49(76.6) 11.2±10.1 47 ± 27
64(100.0) 10.9 ±9.1 45 ±38
22(17.9) 9.1 ±4.1 38 ± 27
101(82.1) 10.0 ±7.5 40 ± 27
123(100.0) 9.8 ± 7.0 39 ±24
46(21.4) 14.1±3.7 59 ± 43
169(78.6) 11.6 ±6.3 48 ± 34
215(100.0) 12.1 ± 8.9 50 ± 35
59(16.7) 13.3±4.8 55 ± 49
294(83.3) 12.4 ± 7.7 52 ± 39
353(100.0) 12.3 ± 5.2 51 ±47
105(18.5) 13.6 ±6.7 57 ± 39
463(81.5) 12.5 ±7.8 52 ± 37
568(100.0) 14.1 ± 6.9 59 ±29
25(34.7) 13.0±7.1 54 ± 43
47 (65.3) 13.6 ±5.5 57 ± 29
72 (100.0) 13.9 ± 6.0 58 ± 38
14 (45.2) 9.6 ± 4.5 40 ± 23
17 (54.8) 9.1 ± 5.4 38 ± 36
31 (100.0) 9.5 ± 2.6 40 ±39
39 (37.9) 11.5 ±3.0 48 ± 29
64 (62.1) 11.8 ±5.4 49 ± 39
103 100.0) 8.2 ± 5.3 34 ±27
50.2±23.9 189 ± 120
46.0±34.9 172 ± 157
47.8 ±34.8 179 ± 130
55.9±49.8 193 ± 187
50.1±46.7 189 ± 4.9
51.4 ±45.8 178 ± 167
53.8±26.9 187 ± 134
49.3±29.7 167 ± 135
48.2 ±36.9 196 ± 145
Gemuk
Total
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p<0.05 dan r=-0.160) (Lampiran 19). Menurut Thomas (2003), berkurangnya aktivitas fisik akibat dari kehidupan yang makin modern dengan kemajuan teknologi mutakhir akan menimbulkan kegemukan. Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p>0.05 dan r=-0.036) (Lampiran 20). Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi energi subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%). Lopez et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa asupan energi minuman berkalori pada subyek masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga belum tampak pengaruh kegemukan di dalamnya. Alasan lain yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi adalah kelemahan disain penelitian yaitu cross sectional study. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi. Variabel dependen yang dianalisa adalah status gizi yang dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), sedangkan variabel independen adalah kelompok umur (remaja/dewasa), jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan energi minuman berkalori, dan tingkat kecukupan energi. Hasil uji regresi logistik pada laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap status gizi adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan
tingkat kecukupan energi. Berikut merupakan penyajian hasil uji regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Tabel 23 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (tidak gemuk=0, gemuk=1) pada laki-laki dan perempuan Faktor Risiko
Kategori
X1 = Umur
B
0=remaja -2.016 1=dewasa X2 = Jenis kelamin 0=laki-laki -.382 1= perempuan X3 = Aktivitas fisik 0=PAL≤1.69 -.250 1=PAL>1.69 X4 = Asupan energi 0=E≤200 kkal -.052 minuman berkalori 0=E>200 kkal X5 = Tingkat kecukupan 0=TKE≤120% .490 energi (TKE) 1=TKE>120% Konstanta -.010 *Taraf signifikansi p<0.1
Sig.
OR Exp(B)
95.0% CI for Exp(B)
.000*
.133
0.10-0.18
.006*
.683
0.52-0.90
.099*
.779
0.58-1.05
.727
.950
0.67-1.23
.012*
1.632
1.11-2.34
.964
.990
Variabel umur (X1), jenis kelamin (X2), aktivitas fisik (X3), dan tingkat kecukupan energi (X5) memiliki risiko 0.1, 0.7, 0.8 dan 1.6 kali dalam meningkatkan nilai IMT (Lampiran 20). Penelitian yang dilakukan oleh McCarthy et al (2006) mengungkapkan bahwa umur dan jenis kelamin memiliki risiko 1.02 dan 0.49 kali dalam menyebabkan kegemukan. Indeks Massa Tubuh dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah makanan yang dikonsumsi maka semakin tinggi pula tingkat kecukupan energi. Li (2010) mengatakan bahwa bahwa gaya hidup berupa aktivitas fisik yang cukup dapat mengubah predisposisi genetik dari kegemukan. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur berhubungan dengan penurunan predisposisi genetik dari kegemukan sebanyak 40%.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Prevalensi subyek remaja dan dewasa gemuk adalah 31.8%. Subyek perempuan
memiliki
prevalensi
kegemukan
yang
lebih
tinggi
(35.5%)
dibandingkan subyek laki-laki (27.9%). Laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik berat yang lebih tinggi (7.4%) dibandingkan perempuan (2.6%). Tingkat aktivitas fisik berat (PAL tinggi) subyek gemuk lebih rendah (3.6%) dibandingkan subyek tidak gemuk (5.5%). Laki-laki memiliki konsumsi energi minuman berkalori yang lebih tinggi (471 kkal) dibandingkan perempuan (409 kkal). Sementara itu, subyek gemuk memiliki asupan energi minuman yang lebih rendah (395 kkal) dibandingkan subyek tidak gemuk (477 kkal). Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada subyek gemuk dan tidak gemuk melebihi 10%. Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi terhadap total asupan energi pada subyek gemuk adalah teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak gemuk adalah teh tanpa kemasan, susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt kemasan. Aktivitas fisik memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi pada laki-laki dan perempuana sedangkan konsumsi minuman berkalori tidak memiliki hubungan yang nyata. Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi energi subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%) dan kelemahan disain cross sectional study. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi gemuk dan tidak gemuk adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan tingkat konsumsi energi. Saran Perlu dikembangkan program peningkatan aktivitas fisik yang lebih menarik untuk mengurangi risiko kegemukan baik berbasis sekolah maupun masyarakat. Pemilihan pangan dan pengaturan konsumsi energi yang cukup oleh konsumen juga dapat menjadi cara mengurangi risiko kegemukan. Penelitian menggunakan disain cross sectional study mempunyai kelemahan. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan disain yang lebih kokoh, seperti studi kohort longitudinal atau eksperimen untuk mengkaji lebih lanjut hubungan konsumsi minuman berkalori dengan kegemukan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2011. What is lifestyle? Definition and meaning. http://www.businessdictionary.com/definition/lifestyle.html [16 Agustus 2011] Balitbangkes. 2007. Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2007. Balitbankes. Jakarta. Balitbangkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2010. Balitbankes. Jakarta. Barquera S et al. 2008. Energy Intake from Beverages is Increasing among Mexican Adolescents and Adults. J. Nutr. 138: 2454–2461. Bleich SN, Wang YC, Wang Y, and Gortmaker SL. 2009. Increasing consumption of sugar-sweetened beverages among US adults: 1988-1994 to 1999-2004. J Clin Nutr. 89:372-81. Boyle SE, Jones GL, Walters SJ. 2010. Physical activity. weight status and diet in adolescents: are children meeting the guidelines? / Health 2:1142-1149. [BPOM] Badan Pemeriksa Obat dan Makanan. 2006. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.52.4040 Tanggal : 9 Oktober 2006. http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/default.asp [4 April 2011] Collison KS, Zaidi MZ, Subhani SN, Al-rubeaan K, Shoukri M, dan Al-Mohanna FA. 2010. Sugar-sweetened carbonated beverage consumption correlates with BMI. waist corcumference. and poor dietary choices in school children. BMC Public Health. 9; 10: 234. Creber RM, Smeeth L, Gilman. RH, dan Miranda JJ. Physical activity and cardiovascular risk factors among rural and urban groups and rural-to-urban migrants in Peru: a cross-sectional study. Rev Panam Salud Publica 28(1). 2010. Dehghan M, Akhtar-Danesh N, dan Merchant AT. Childhood obesity. prevalence. and prevention. Nutr J. 2005. Sep 2; 4: 24. DiMeglio DP and Mattes RD. 2000. Liquid versus solid carbohydrate: effects on food intake and body weight. Int J Obes Relat Metab Disord. 24: 794-800. Erem C et al. 2004. Prevalence of obesity and associated risk factors in a Turkish population (Trabzon City. Turkey). Obesity. 12:1117-1127. FAO and WHO (2010). Food Categories. http://www.codexalimentarius.net [4 April 2011]. Gibson RS. 1990. Principle of Nutritional Assessment. Oxford University Press. Gibney MJ, Barrie M. Margetts, John M. Kearney, and Lenore Arab. 2008. The Nutrition Society Textbook Series: Public Health Nutrition. USA: Blackwell Publishing.
Hamaideh SH, Al-Khateeb RY, and Al-Rawashdeh AB. 2010. Overweight and Obesity and their correlates among Jordanian adolescents. Journal of Nursing Scholarship. 42:4. 387–394. Hardinsyah. 1997. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. ___________, Hartoyo, dan Anna SM. 2001. Pengembangan Ilmu Gizi dengan Pendekatan Sosial dan Teknologi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. ___________, Sriardiningsih, Razaktaha, Briawan D, Effendi YH, Aries M, Lestari KS, Nindya TS, Hidri N, dan Fatimah S. 2010. Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda. Tim THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study). FEMA IPB. FKM UNAIR dan FKM UNHAS. Hellert WS. Kersting M. 2004. Home-made carbonated water and the consumption of water and other beverages in German children and adolescents: result of the DONALD study. Acta paediatr 93: 1583-1587. Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hu FB dan Malik VS. 2010. Sugar-Sweetened Beverages and Risk of Obesity and Type 2 Diabetes : Epidemiologic Evidence. Physiology & Behavior 100; 47–54. Janghorbani M et al. 2007. First nationwide survey of prevalence of overweight. underweight. and abdominal obesity in Iranian adults. Obesity. 15:27972808. James WP. 2008. The epidemiology of obesity: the size of the problem. J Intern Med 263; 336-352. Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. __________ & Sulaeman A. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Fakultas Pertanian IPB. Li S et al. 2010. Physical activity attenuates the genetic predisposition to obesity in 20.000 men and women from epic-norfolk prospective population study. PLoS Med 7(8): e1000332. doi:10.1371/journal.pmed.1000332 Lopez GW. Kao J. and Ritchie L. 2010. To what extent have sweetened beverages contributed to the obesity epidemic? Public Health Nutrition: page 1 of 11. Mann J and Stewart A.T. 2007. Essential of Human Nutrition Third Edition. USA: Oxford University Press inc.
Manz F and Wentz A. 2005. The importance of good hydration for the prevention of chronic diseases. International Life Sciences Institute doi: 10.1301/nr.jun.S2–S5. McCarthy SN et al. 2006. Associations between daily food intake and excess adiposity in Irish adults: towards the development of food-based dietary guidelines for reducing the prevalence of overweight and obesity. International Journal of Obesity (2006) 30, 993–1002. Ottevaere C et al. Relationship between self-reported dietary intake and physical activity levels among adolescents: The HELENA study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2011; 8:8 Pennington N and Baker C. 1990. Sugar : A User’s Guide to Sucrose. New york: Van Nostrand Reinhold. Popkin BM et al. An overview on the nutrition transition and its health implications: the Bellagio meeting. Public Health Nutr. 2002; 5: 93-103. Prihartini S, E Saraswati, Syafrudin, I Sumarno. 1996. Karakteristik rumah tangga rawan pangan untuk pemantauan konsumsi dalam pwskpg di dua Desa IDT di kabupaten Boyolali [Laporan Ilmiah]. Penelitian Gizi dan Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor. Proper KI, E.Cerin, WJ. Brown, N.Owen. 2006. Sitting time and social economic differences in overweight and obesity. International Jourmal of Obesity (31) hal. 169-176. Riccardi G, Aggett P, Brighenti F, Delzenne N, Frayn K, dan Nieuwenhuizen A. et al. PASSCLAIM—body weight regulation. insulin sensitivity and diabetes risk. Eur J Nutr 2004; 43 (Suppl2): II7-II46. Rissanen TH et al. 2003. Low intake of fruits. berries and vegetables is associated with excess mortality in men: the Kuopio ischaemic heart disease risk factor (KIHD) study. J Nutr. 133: 199-204. Sanjur D. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. New York: Prentice Hall. Schulze MB, Manson JE, Ludwig DS, Colditz GA, Stampfer MJ, dan Willet WC. et al. Sugar-sweetened beverages. weght gain. and incidence of type 2 diabetes in young and middle-aged women. JAMA 2004; 292: 927-34. Speiser PW, Rudolf MC, Anhalt H, Camacho-Hubner C, Chiarelli F, dan Eliakim A. et al; Obesity Consensus Working Group. J Clin Endocrinal Metab. 2005; 90: 1871-87. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor : ghalia Indonesia
Swinburn BA, Caterson I, Seidell JC, James WP. Diet. nutrition and the prevention of excess weight gain and obesity. Public Health Nutr. 2004; 7: 123-46. Thomas P. 2003. Karakteristik sosial. ekonomi. budaya. dan konsumsi pangan ibu-ibu rumah tangga yang mengalami kegemukan di kecamatan Malalayang Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara [Tesis]. Bogor: Prog Pascasarjana IPB 2003. Vartanian LR, Schwartz MB, Brownell KD. Effects of soft drink consumption on nutrition and health: a systematic review and meta-analysis. AM J Public Health. 2007; 97: 667-75 Wahlqvist ML. 1997. Food and Nutrition Australia. Asia. and The Pacific. USA: Allen & Unwin publishing company. [WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII 17-19 Mei 2004. [Prosidings]. Angka Kecukupan Gizi dan Pelabelan Gizi. 2004. Jakarta WHO. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Genewa: WHO Technical Report Series. ____. 2003. Joint WHO/FAO Expert Consultation on Diet. Nutrition. and Prevention of Chronic Diseases. Draft 28 March 2002. Geneva. http://www.who.int/world-health-day/q_and_a.en.shtml [25 September 2010] ____. 2004. Human energy requirements : principles and definitions. Report of a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation. Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2004. http://www.fao.org/docrep [17 Agustus 2011] ____. 2007. Obesity and Overweight. Global Strategy on Diet. Physical Activity and Health. Available at: http://www.who.int/dietphysicalactivity Accessed April 2010. ____. 2007. Growth reference 5-19 years. http://www.who.int/growthref/who2007 [9 Agustus 2010]. Webster-Gandy J, Madden A, dan Holdsworth. 2006. Oxford Handbook of Nutrition and Dietetics. United States: Oxford University Press, Inc. Wymelbeke VV, Beridot-The rondi ME, La Gue Ronnie VD, and Fantino M. 2004. Influence of repeated consumption of beverages containing sucrose or intense sweeteners on food intake. European Journal of Clinical Nutrition (2004) 58. 154–161. 2004. Yabanci N, Gocgeldi E, Simsek I, and Kilic S. Prevalence of obesity, abdominal obesity, and the associated factors among a group of turkish adults. Pak J Med Sci 2010 Vol. 26 No. 1.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST No Data Remaja 1 Karakteristik Individu dan Keluarga Umur Jenis kelamin Jumlah anggota keluarga Uang minum (Rp/minggu) Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/bulan) 2 Karakteristik Kesehatan Individu
3
Berat Badan Tinggi Badan Aktivitas Fisik (3 hari yang lalu dan 3 hari kemudian) Tidur malam Tidur siang/sore Mandi/kebersihan diri/berdandan Makan (pagi, siang, dan malam) Perjalanan ke dan dari sekolah Belajar di sekolah (termasuk jam istirahat di sekolah)
-
Bekerja di sekolah
-
Belajar di luar sekolah
-
-
Bekerja di luar sekolah
4
Dewasa
Olahraga di sekolah Olahraga di luar sekolah Ibadah/sholat Kegiatan lainnya (misalnya bersantai, pesta, jalan-jalan) Makanan dan Minuman (satu minggu yang lalu) Makanan Pokok Lauk pauk Buah segar, rujak, asinan & manisan Sayuran, karedok, asinan Jajanan berkuah/basah Jajanan Kering Jus/sari buah tanpa kemasan Sari buah kemasan Aneka es buah/campur/kelapa Minuman serbuk Minuman jelly Susu tanpa kemasan Susu (bubuk/cair) dan yoghurt kemasan Teh dan kopi tanpa kemasan Teh dan kopi dalam kemasan Minuman ber-gas (karbonasi) Bir dan minuman beralkohol Jamu dan minuman herbal Minuman Lainnya
Lampiran 2 Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai aktivitas pada laki-laki dan perempuan Aktivitas
Laki-laki Rata-rata Kisaran PAR PAR (kkal/jam/org) (kkal/jam/org)
Aktivitas pribadi Tidur 1.0 Duduk 1.2 Berdiri 1.4 Berpakaian 2.4 Mandi 2.3 Makan dan minum 1.4 Kegiatan transportasi Berjalan lambat 2.8 Berjalan cepat 3.8 Duduk di bis/kereta 1.2 Mengendarai sepeda 2.7 motor 2.0 Memasak/mempersiapkan makanan Membuat adonan Mengupas sayuran 1.9 Berbelanja Memeras kelapa Mencuci piring Membersihkan rumah Pekerjaan rumah (tidak spesifik) Merapikan tempat tidur Mengepel Menyapu Pencucian Mencuci pakaian Menjemur Menyetrika 3.5 Pekerjaan kantor Merapikan berkas 1.3 Membaca 1.3 Duduk 1.3 Berdiri/berjalan sekitar 1.6 Mengetik 1.8 Menulis 1.4 Aktivitas olahraga Basket 6.95 Sepakbola 8.0 Berlari jarak jauh 6.34 Berlari sprint 8.21 Berenang 9 Voli 6.06 Aktivitas rekreasi Menari 5.0 Mendengarkan 1.57 radio/musik 1.25 Melukis 1.5 Membaca 1.22 Menonton TV 1.64 Sumber : WHO/FAO (2003)
1.6-3.3
Perempuan Rata-rata Kisaran PAR PAR (kkal/jam/org) (kkal/jam/org) 1.0 1.2 1.5 3.3 1.6
2.6-3.0
3.6
2.4-3.0
1.3-2.4
3.4 1.5 4.6 2.4 1.7
1.6-1.9
2.8
2.5-3.0
3.4 4.4 2.3
3.4-6.5 2.0-2.5
2.8 4.4 1.7
2.6-3.0 4.3-4.6
1.5 1.5 1.8 1.4 7.74 7.5-8.5 6.55 8.28 8.5-9.4 6.06
1.45-1.9 1.4-1.8
5.09 1.43 1.27 1.75 1.25 1.72
Lampiran 3 Kandungan energi dan zat gizi makro dari tiap merk atau jenis minuman berkalori No
Kategori
Merk minuman
Sari buah kemasan
Ale-ale Asam jawa Berry jus Buavita Country choice Fruitamin Frutang Gogo Happy juice Jungle juice Love Nutrisari Pulpy orange
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nata de coco Es buah/campu r/ kelapa
Air kelapa Daging kelapa
17
Agar-agar
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Adem sari Energen Esquis Finto Hore Jasjus Marimas Naturade Nutrisari Pop ice Segar sari Sisri Top ice Tropicana Vanilla latte Extra joss Hemaviton Kratingdaeng Kuku bima Vegeta Nutrijel Okky jelly drink
39
Minuman serbuk
Minuman jelly
40
Vita jelly
41
Activia
42 43 44 45 46 47 48 49 50
Anlene Ansure Bear brand Bendera Boneeto Calpico Cimori Dancow Diabetasol
Susu dan yogurt kemasan
Bentuk
Takaran saji (mL/g)
Kandungan energi per takaran saji E P L KH (kkal) (g) (g) (g) 100 0 0 24 110 6 0 23 160 0 0 40 150 1 0 37
E (kkal)/ 100 mL/g* 50 44 48 50
Cair Cair Cair Cair
200 250 330 300
Cair
250
112
0
0
28
45
Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Jelly/ padat Cair
200 165 200 200 200 250 200 350
60 35 100 100 100 100 120 164
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0
16 9 26 26 26 24 28 40
30 21 50 50 20 40 60 47
180
140
0
0
35
78
200.6
17
0.2
0.1
3.8
8
Padat
30
68
1
0.9
14
227
95
0
0
0.2
0
0
29 30 29 29 8 8 8 29 29 25 8 250 25 5 20 150 150 150 150 8 95
110 130 110 110 30 30 30 110 110 100 30 85 100 6 88 100 100 100 100 30 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1.5 1.5 1.5 1.5 0 0
0 3.5 0 0 0 0 0 0 0 0.5 0 0 0.5 0 2.4 0 0 0 0 0 0.2
29 24 29 29 8 8 8 29 29 23 8 21 23 0 16 25 25 25 25 8 0
15 52 15 15 12 12 12 15 44 40 12 53 40 2 35 71 71 67 71 15 0
180
45
0
0
11
25
180
45
0
0
11
25
80
70
3
2.5
10
88
25 52.3 189 40 35 320 250 27 100
88 230 120 170 160 160 213 130 422
8.3 8 6 5 6 1 5 7 15
0.2 7 7 3.5 5 0 5 7 11.5
13.2 33 9 29 22 39 37 11 64.5
35 92 63 68 64 50 85 52 169
Jelly/ padat Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Cair Bubuk Bubuk Bubuk Cair Cair Cair Cair Bubuk Bubuk Jelly/ padat Jelly/ padat Semi padat Bubuk Bubuk Cair Bubuk Bubuk Cair Cair Bubuk Bubuk
No
Kategori
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Merk minuman
71 72 73 74 75 76
Fresh milk Fresh time Frisian flag Hilo Ideal Indomilk Lactamil L men Mdl 525 Milkuat Milo cair Milo bubuk Natoya Nutrilite Omela Ovaltine Prenagen Real good Skm bendera SKM cap nona SKM enak Skm indomilk Susu bantal Susu bendera Susu kedelai Ultra
77
Vitacharm
78
Weight gain
79
Yakult
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
Abc susu Abc mocca Birdy C2 Ceremix Coffeemix Estea Fresstea Fruit tea Granita Green tea Good day Indocafe Joy tea Kapal api Milk tea Moccachino Mountea Nescafe Nu green tea Teh botol sosro Starbucks Teh gelas Teh kotak Teh 2 tang Torabika Zes tea
70
100 101 102 103 104 105 106
Teh dan kopi kemasan
Bentuk
Takaran saji (mL/g)
Cair Cair Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Cair Cair Cair Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Bubuk Cair Cair
250 200 40 40 27 26 40 43.5 200 100 240 28 25 9.5 42 33 35 160 45
Cair Cair Cair Cair Bubuk Cair Cair Semi padat Bubuk Semi padat Cair Cair Cair Cair Bubuk Bubuk Cair Cair Cair Cair Cair Bubuk Bubuk Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair
Kandungan energi per takaran saji E P L KH (kkal) (g) (g) (g) 160 9 9 11 61 3.2 3.5 4.3 170 5 3.5 29 160 6 3 28 120 4 3.5 18 130 6 7 10 160 8 2 26 150 12 2 27 41 3.5 2.5 5 70 1 0.5 16 180 5 5 28 110 3 2.5 19 70 7 1 8 37 8 0.4 0.4 150 1 5 24 140 2 3 26 110 6 1 21 100 5 3 14 130 3 3.5 22
E (kkal)/ 100 mL/g* 64 31 68 64 48 52 64 60 21 70 75 44 21 15 60 56 44 63 52
45
150
1
5
27
60
42 42 200 190 200 200
140 140 150 141 100 120
1 3 6 5 3 6
4 3.5 4 4 1.5 6
24 24 22 21 18 10
56 56 75 74 50 60
65
45
1
0
10
69
25
120
7
6
9
48
65
50
1
0
11
77
182 182 182 200 30 20 250 250 500 182 250 20 25 300 182 250 182 180 240 250
352 352 352 90 140 88 85 125 150 352 85 88 110 85 352 85 352 45 140 80
17.4 17.4 17.4 0 1 1 0 0 0 17.4 0 1 2 0 17.4 0 17.4 0 4.6 0
1.3 1.3 1.3 0 4 2.4 0 0 0 1.3 0 2.4 2 0 1.3 0 1.3 0 2.6 0
69 69 69 23 26 16 21 31 38 69 21 16 20 21 69 21 69 11 24.9 20
193 193 193 45 56 35 34 50 30 193 34 35 44 28 193 34 193 25 58 32
250
85
0
0
21
34
182 190 200 250 182 500
352 70 70 85 352 170
17.4 0 0 0 17.4 0
1.3 0 0 0 1.3 0
69 19 17 21 69 44
193 37 35 34 193 34
No
Kategori
Merk minuman
Bentuk
Takaran saji (mL/g)
107 Aw Cair 330 108 Coca cola Cair 250 109 Diet coke Cair 300 110 Fanta Cair 250 Minuman berkarbonasi 111 Green sands Cair 300 112 Pepsi Cair 330 113 Sprite Cair 250 114 Tebs Cair 250 115 Bintang Cair 100 116 Cap tikus Cair 100 Bir dan 117 Janen bir Cair 100 minuman 118 Vodka Cair 100 beralkohol 119 Heineken Cair 100 120 Anker bir Cair 100 121 Bandrek Cair 29.4 122 Sekoteng Cair 29.4 123 Buyung upik Cair 49 124 Intisari Bubuk 29 Jamu atau 125 Kiranti Cair 49 minuman 126 Madurasa Cair 10 herbal Larutan cap kaki 3 127 Cair 200 128 Slimming tea Cair 250 129 Sido muncul Cair 29.4 130 Abc Cair 35 131 Sirup Marjan Cair 35 132 Sirup giant Cair 35 133 Lemon water Cair 500 134 Mizone Cair 100 Minuman 135 Pocari Cair 100 berelektrolit 136 Uc 1000 Cair 140 137 Vitazone Cair 350 *Dalam bentuk cair dinyatakan dalam satuan mL dan dalam
Kandungan energi per E takaran saji (kkal)/ 100 E P L KH mL/g* (kkal) (g) (g) (g) 186 0 0 49 56 105 0 0 28 42 0.3 0 0 0 0 140 0 0 35 56 0.3 0 0 0 0 110 0 0 35 33 130 0 0 31 52 105 0 0 28 42 153 0 0 16 153 153 0 0 16 153 153 0 0 16 153 153 0 0 16 153 153 0 0 16 153 153 0 0 16 153 51 1.5 1 10.1 173 51 1.5 1 10.1 173 63 2 2.7 9.1 129 110 0 0 29 15 63 2 2.7 9.1 129 20 0.85 0 3.5 200 0 0 0 0 0 85 0 0 21 34 51 1.5 1 10.1 20 100 0 0 25 40 100 0 0 25 40 100 0 0 25 40 148 0 0 37 30 25 0 0 6 25 25 0 0 6 25 65 0 0 16 46 90 0 0 22 26 bentuk bubuk dalam satuan gram
Lampiran 4 No
Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah subyek gemuk dan tidak gemuk yang mengkonsumsi
Merk minuman
Bentuk
1 2
Abc Abc mocca
Cair Cair
3
Abc susu
Cair
4
Activia
5 6
Adem sari Agar-agar
Semi padat Bubuk Jelly/padat
7
Air kelapa
Cair
8 9
Ale-ale Anker bir
Cair Cair
10
Anlene
Bubuk
11
Ansure
Bubuk
12 13
Asam jawa Aw
Cair Cair
14
Bandrek
Cair
15
Bear brand
Cair
16
Bendera
Bubuk
17 18
Berry jus Bintang
Cair Cair
19
Birdy
Cair
20
Boneeto
Bubuk
21 22
Buavita Buyung upik
Cair Cair
23
C2
Cair
24
Calpico
Cair
25
Cap tikus
Cair
26
Ceremix
Bubuk
27
Cimori
Cair
28
Coca cola
Cair
29
Coffeemix
Bubuk
30
Country choice Daging kelapa* Dancow
Cair
31 32
Padat Bubuk
Kategori
Sirup Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Es campur/buah/kelapa Es campur/buah/kelapa Sari buah kemasan Bir dan minuman beralkohol Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Minuman berkarbonasi Jamu atau minuman herbal Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Bir dan minuman beralkohol Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Jamu atau minuman herbal Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Bir dan minuman beralkohol Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Es campur/buah/kelapa Susu dan yoghurt
Jumlah subyek Gemuk Tidak gemuk (orang) (orang) 18 51 17 8
Jumlah konsumsi Gemuk Tidak gemuk (ml) (ml) 20.1 14.7† 7.3 3.0†
7
33
8.0
10.5
4
15
0.6
1.8
6 36
23 208
3.3 3.6
4.4 3.6
45
195
49.0
46.1
2 1
20 1
0.8 3.9
1.4 4.2
17
17
29.2
11.0†
1
0
21.0
0.0†
1 2
1 3
2.1 1.0
1.9 2.0
2
18
1.3
4.8
3
8
2.7
7.8
21
68
19.0
31.7†
4 0
12 4
9.8 0.0
30.7† 5.6†
0
2
0.0
3.2†
0
1
0.0
1.9
46 0
110 1
40.7 0.0
39.0 2.0
0
3
0.0
0.7
0
1
0.0
5.6†
0
1
0.0
5.6†
2
3
1.3
0.3
0
1
0.0
3.5
39
128
44.6
27.7†
2
10
2.3
1.2
1
0
2.8
0.0
66
230
31.7
24.3†
21
76
15.6
12.2
No
Merk minuman
Bentuk
33
Diabetasol
Bubuk
34
Diet coke
Cair
35 36 37
Energen Esquis Estea
Bubuk Bubuk Cair
38 39
Extra joss Fanta
Cair Cair
40 41
Finto Fresh milk
Bubuk Cair
42
Fresh time
Cair
43
Fresstea
Cair
44
Frisian flag
Bubuk
45
Fruit tea
Cair
46 47 48 49
Fruitamin Frutang Gogo Good day
Cair Cair Cair Bubuk
50
Granita
Cair
51
Green sands
Cair
52
Green tea
Cair
53 54
Happy juice Heineken
Cair Cair
55 56
Hemaviton Hilo
Cair Bubuk
57 58
Hore Ideal
Bubuk Bubuk
59
Indocafe
Bubuk
60
Indomilk
Bubuk
61
Intisari
Bubuk
62
Janen bir
Cair
63 64
Jasjus Joy tea
Bubuk Cair
65 66
Jungle juice Kapal api
Cair Cair
67
Kiranti
Cair
68
Kratingdaeng
Cair
Kategori
kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Minuman serbuk Minuman serbuk Teh dan kopi kemasan Minuman serbuk Minuman berkarbonasi Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Sari buah kemasan Sari buah kemasan Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Bir dan minuman beralkohol Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Jamu atau minuman herbal Bir dan minuman beralkohol Minuman serbuk Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Teh dan kopi kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman serbuk
Jumlah subyek Gemuk Tidak gemuk (orang) (orang)
Jumlah konsumsi Gemuk Tidak gemuk (ml) (ml)
1
0
0.9
0.0
1
0
2.2
0.0
12 0 6
38 1 4
9.6 0.0 7.9
6.0 3.8 1.9†
9 32
15 103
9.2 32.9
5.7 13.4†
0 1
1 17
0.0 5.0
8.9 32.0†
2
9
3.3
2.0
8
17
28.6
8.2†
4
28
7.2
9.1
19
41
16.2
12.5†
2 3 1 2
14 16 0 16
1.7 4.5 3.8 0.9
11.1 8.9 0.0 9.3
1
9
1.5
10.2†
0
4
0.0
6.7†
0
4
0.0
2.2
0 1
7 0
0.0 3.5
0.7 0.0
2 7
4 25
1.7 28.9
1.7 11.0†
1 0
2 1
5.6 0.0
20.4† 6.7
7
10
14.0
2.8†
10
36
3.5
30.4†
0
2
0.0
6.7†
1
0
3.9
0.0
0 0
13 3
0.0 0.0
27.8† 0.7
1 31
0 46
4.2 33.5
0.0 18.8†
2
6
0.5
3.7
3
3
3.5
1.0
No
Merk minuman
Bentuk
69 70
Kuku bima L men
Cair Bubuk
71
Lactamil
Bubuk
72
Cair
73
Larutan cap kaki 3 Lemon water
74 75
Love Madurasa
Cair Cair
76 77 78
Marimas Marjan Mdl 525
Bubuk Cair Cair
79
Milk tea
Cair
80
Milkuat
Cair
81
Milo bubuk
Bubuk
82
Milo cair
Cair
83
Mizone
Cair
84
Moccachino
Cair
85
Mountea
Cair
86
Nata de coco
87
Natoya
Jelly/ padat Bubuk
88 89
Naturade Nescafe
Bubuk Cair
90
Nu green tea
Cair
91 92
Nutrijel Nutrilite
Bubuk Bubuk
93 94 95
Cair Bubuk Jelly/padat
96
Nutrisari Nutrisari Okky drink Omela
97
Ovaltine
Bubuk
98
Pepsi
Cair
99
Pocari
Cair
100 101
Pop ice Prenagen
Bubuk Bubuk
102 103
Pulpy orange Real good
Cair Cair
jelly
Cair
Bubuk
Kategori
Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman berelektrolit Sari buah kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman serbuk Sirup Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berelektrolit Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Es campur/buah/kelapa Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Minuman jelly Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Minuman serbuk Minuman jelly Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Minuman berelektrolit Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Susu dan yoghurt kemasan
Jumlah subyek Gemuk Tidak gemuk (orang) (orang) 1 5 1 2
Jumlah konsumsi Gemuk Tidak gemuk (ml) (ml) 0.8 1.7 2.3 5.8
2
2
1.8
1.1
2
2
1.8
2.3
11
2
28.3
3.6†
0 1
1 3
0.0 2.7
4.5 3.6
9 10 4
64 25 0
5.3 25.5 4.5
27.7† 17.3† 0.0
1
0
2.8
0.0
0
1
0.0
3.4
7
55
1.9
8.0
5
33
10.2
2.7
6
44
11.5
57.0†
2
10
0.8
1.3
10
54
7.5
13.9†
6
4
4.0
2.3
1
0
5.8
0.0
0 29
2 45
0.0 61.8
4.5 20.2†
8
8
9.4
8.6
0 1
2 0
0.0 0.9
3.4 0.0
19 16 20
53 50 127
11.7 27.1 14.0
1.9† 31.4† 10.4
0
2
0.0
5.6
1
4
0.8
6.7
4
7
4.7
5.1
27
74
58.2
53.3
14 1
85 3
5.2 0.8
12.1† 1.7
2 2
17 4
5.6 2.7
8.2 8.9†
No
Merk minuman
Bentuk
Kategori
104 105
Segar sari Sekoteng
Bubuk Cair
106
Sido muncul
Cair
107 108 109
Sirup giant Sisri Skm bendera
Cair Cair Cair
110
Cair
111
SKM cap nona SKM enak
112
Skm indomilk
Cair
113
Slimming tea
Cair
114
Sprite
Cair
115
Starbucks
Cair
116
Susu bantal
Cair
117
Susu bendera
Bubuk
118
Susu kedelai
Cair
119
Tebs
Cair
120
Teh 2 tang
Cair
121
Cair
122
Teh botol sosro Teh gelas
123
Teh kotak
Cair
124 125
Top ice Torabika
Bubuk Cair
126
Tropicana
Bubuk
Minuman serbuk Jamu atau minuman herbal Jamu atau minuman herbal Sirup Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Minuman serbuk Teh dan kopi kemasan Minuman serbuk
127
Uc 1000
Cair
Minuman berelektrolit
128
Ultra
Cair
Susu dan kemasan
129 130 131 132
Vanilla latte Vegeta Vita jelly Vitacharm
133
Vitazone
Bubuk Bubuk Jelly/padat Semi padat Cair
134
Vodka
Cair
135
Weight gain
Bubuk
136
Yakult
137
Zes tea
Semi padat Cair
Cair
Cair
Ket : † Berbeda nyata pada p<0.05
Jumlah subyek Gemuk Tidak gemuk (orang) (orang) 3 10 2 2
Jumlah konsumsi Gemuk Tidak gemuk (ml) (ml) 0.8 30.4† 1.5 3.4
0
17
0.0
23.8†
3 5 6
27 44 56
3.0 2.5 17.0
39.6† 0.9 9.0†
1
7
0.1
0.3
6
3
4.2
1.6
11
13
12.9
4.6†
1
2
4.7
0.9
19
60
10.8
7.1
1
0
8.5
0.0
1
3
7.5
15.9†
1
2
8.2
2.5
2
16
4.9
58.2
9
17
3.8
1.6
11
24
7.0
2.6
19
96
31.4
40.0
6
18
4.7
39.7†
26
196
28.3
47.3†
0 8
4 12
0.0 4.1
5.2† 7.2
2
1
0.6
7.3
8
13
3.7
1.9
yoghurt
14
182
8.7
34.9†
Minuman serbuk Minuman jelly Minuman jelly Susu dan yoghurt kemasan Minuman berelektrolit Bir dan minuman beralkohol Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan
0 1 1 1
1 0 5 3
0.0 0.7 0.4 0.2
7.3† 0.0 1.3 7.5
4
9
11.3
10.0
1
1
2.3
3.4
0
1
0.0
4.5
17
9
5.2
3.6
0
1
0.0
3.4
Lampiran 5 Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi No
Merk minuman
Bentuk
1 2
Abc Abc mocca
Cair Cair
3
Abc susu
Cair
4
Activia
Semi padat
5
Adem sari
Bubuk
6
Agar-agar
Jelly/padat
7
Air kelapa
Cair
8
Ale-ale
Cair
9
Anker bir
Cair
10
Anlene
Bubuk
11
Ansure
Bubuk
12
Asam jawa
Cair
13
Aw
Cair
14
Bandrek
Cair
15
Bear brand
Cair
16
Bendera
Bubuk
17
Berry jus
Cair
18
Bintang
Cair
19
Birdy
Cair
20
Boneeto
Bubuk
21
Buavita
Cair
22
Buyung upik
Cair
23
C2
Cair
Kategori
Sirup Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Es campur/buah/ kelapa Es campur/buah/ kelapa Sari buah kemasan Bir dan minuman beralkohol Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Minuman berkarbonasi Jamu atau minuman herbal Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Bir dan minuman beralkohol Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Jamu atau minuman herbal Teh dan kopi kemasan
Jumlah subyek LakiPerempuan laki (orang) (orang) 28 41 9 16
Jumlah konsumsi LakiPerempuan laki (ml) (ml) 22.7 12.9† 2.7 4.6
27
13
11.6
7.1†
6
13
0.6
1.7
7
22
3.6
4.1
98
146
3.5
3.8
117
123
42.4
52.0
14
8
1.6
0.6
2
0
4.2
0.0†
14
20
28.7
12.7†
1
0
22.7
0.0†
1
1
3.0
2.0
4
1
1.1
0.3
7
13
5.1
1.3
5
6
2.2
7.8
39
50
34.1
17.6†
12
4
20.3
4.5†
3
1
4.5
2.3
2
0
5.6
0.0†
0
1
0.0
3.4
59
97
57.3
24.7†
1
0
4.5
0.0
2
1
0.7
4.3
No
Merk minuman
Bentuk
24
Calpico
Cair
25
Cap tikus
Cair
26
Ceremix
Bubuk
27
Cimori
Cair
28
Coca cola
Cair
29
Coffeemix
Bubuk
30
Country choice Daging kelapa*
Cair
32
Dancow
Bubuk
33
Diabetasol
Bubuk
34
Diet coke
Cair
35
Energen
Bubuk
36
Esquis
Bubuk
37
Estea
Cair
38
Extra joss
Cair
39
Fanta
Cair
40
Finto
Bubuk
41
Fresh milk
Cair
42
Fresh time
Cair
43
Fresstea
Cair
44
Frisian flag
Bubuk
45
Fruit tea
Cair
46
Fruitamin
Cair
47
Frutang
Cair
48
Gogo
Cair
49
Good day
Bubuk
31
Padat
Kategori
Susu dan yoghurt kemasan Bir dan minuman beralkohol Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Es campur/buah/ kelapa Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Minuman serbuk Minuman serbuk Teh dan kopi kemasan Minuman serbuk Minuman berkarbonasi Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Sari buah kemasan Sari buah kemasan Teh dan kopi
Jumlah subyek LakiPerempuan laki (orang) (orang) 0 1
Jumlah konsumsi LakiPerempuan laki (ml) (ml) 0.0 5.6
1
0
4.5
0.0
2
3
5.6
1.6
0
1
0.0
10.8†
81
86
29.7
42.0†
10
2
2.7
0.9
1
0
3.0
0.0
137
159
35.7
21.4†
45
52
15.8
12.2
0
1
0.0
0.9
0
1
0.0
2.1
25
25
8.7
7.1
1
0
6.5
0.0
5
5
6.1
4.0
19
5
12.5
3.1
57
78
16.1
29.5†
1
0
7.8
0.0
0
0
0.0
0.0
13
5
3.9
2.3
5
6
1.4
3.7
8
17
33.8
5.2†
20
12
13.9
3.0
21
39
10.4
17.8†
8
8
8.7
4.3
12
7
12.3
1.7
0
1
0.0
4.3
No
Merk minuman
Bentuk
50
Granita
Cair
51
Cair
52
Green sands Green tea
53
Happy juice
Cair
54
Heineken
Cair
55
Hemaviton
Cair
56
Hilo
Bubuk
57
Hore
Bubuk
58
Ideal
Bubuk
59
Indocafe
Bubuk
60
Indomilk
Bubuk
61
Intisari
Bubuk
62
Janen bir
Cair
63
Jasjus
Bubuk
64
Joy tea
Cair
65
Jungle juice
Cair
66
Kapal api
Cair
67
Kiranti
Cair
68
Cair
69
Kratingdaen g Kuku bima
70
L men
Bubuk
71
Lactamil
Bubuk
72
Larutan cap kaki 3
Cair
73
Lemon water Love
Cair
74
Cair
Cair
Cair
Kategori
kemasan Teh dan kopi kemasan Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Bir dan minuman beralkohol Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Jamu atau minuman herbal Bir dan minuman beralkohol Minuman serbuk Teh dan kopi kemasan Sari buah kemasan Teh dan kopi kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman serbuk Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman berelektrolit Sari buah
Jumlah subyek LakiPerempuan laki (orang) (orang)
Jumlah konsumsi LakiPerempuan laki (ml) (ml)
10
8
8.1
2.5
8
2
1.6
4.3
2
2
2.4
4.3
2
2
2.4
5.6
2
5
0.7
6.7
0
1
0.0
4.6
6
0
3.6
0.0
14
18
38.6
3.8†
1
2
8.6
10.6
1
0
6.7
0.0
13
4
16.5
1.4†
21
25
7.8
3.4
2
0
3.4
0.0
1
0
4.2
0.0
3
10
4.7
8.9
2
1
0.8
0.0
1
0
5.6
0.0
39
38
35.0
18.5†
0
8
0.0
3.9
6
0
4.9
0.0
5
1
2.7
3.6
3
0
2.5
0.0
0
4
0.0
2.7
0
4
0.0
1.7
0
13
0.0
26.8†
No
Merk minuman
Bentuk
75
Madurasa
Cair
76
Marimas
Bubuk
77 78
Marjan Mdl 525
Cair Cair
79
Milk tea
Cair
80
Milkuat
Cair
81
Milo bubuk
Bubuk
82
Milo cair
Cair
83
Mizone
Cair
84
Moccachino
Cair
85
Mountea
Cair
86
Nata coco
87
Natoya
Bubuk
88
Naturade
Bubuk
89
Nescafe
Cair
90
Cair
91 92
Nu green tea Nutrijel Nutrilite
93
Nutrisari
Cair
94
Nutrisari
Bubuk
95
Jelly/padat
96
Okky jelly drink Omela
97
Ovaltine
Bubuk
98
Pepsi
Cair
99
Pocari
Cair
100
Pop ice
Bubuk
de
Jelly/ padat
Bubuk Bubuk
Bubuk
Kategori
kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman serbuk Sirup Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berelektrolit Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Es campur/buah/ kelapa Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Minuman jelly Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Minuman serbuk Minuman jelly Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Minuman berelektrolit Minuman
Jumlah subyek LakiPerempuan laki (orang) (orang)
Jumlah konsumsi LakiPerempuan laki (ml) (ml)
0
1
0.0
6.7†
2
2
5.4
1.2
38 18
35 17
32.3 35.9
2.5† 8.8†
4
0
4.9
0.0
1
0
8.9
0.0†
0
1
0.0
9.8†
38
24
8.5
1.8†
16
22
9.3
4.1
30
20
38.7
30.0†
7
5
1.8
0.4
27
37
13.8
7.9†
3
7
0.0
3.8
1
0
6.3
0.0†
1
1
6.7
5.4
36
38
68.9
17.0†
5 1
11 1
3.6 0.0
5.7 0.0
0
1
0.0
0.9
24
48
1.8
11.2
30
36
50.0
11.0†
78
69
8.2
15.7†
0
2
0.0
5.8
3
2
0.9
8.9
7
4
7.6
2.5
47
54
44.8
65.3†
No
Merk minuman
Bentuk
101
Prenagen
Bubuk
102
Cair
103
Pulpy orange Real good
104
Segar sari
Bubuk
105
Sekoteng
Cair
106
Sido muncul
Cair
107 108
Sirup giant Sisri
Cair Cair
109
Skm bendera
Cair
110
SKM nona
111
SKM enak
Cair
112
Skm indomilk
Cair
113
Slimming tea
Cair
114
Sprite
Cair
115
Starbucks
Cair
116
Susu bantal
Cair
117
Susu bendera
Bubuk
118
Susu kedelai
Cair
119
Tebs
Cair
120
Teh 2 tang
Cair
121
Cair
122
Teh botol sosro Teh gelas
123
Teh kotak
Cair
124
Top ice
Bubuk
cap
Cair
Cair
Cair
Kategori
serbuk Susu dan yoghurt kemasan Sari buah kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Jamu atau minuman herbal Jamu atau minuman herbal Sirup Minuman serbuk Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Jamu atau minuman herbal Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Minuman berkarbonasi Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Teh dan kopi kemasan Minuman serbuk
Jumlah subyek LakiPerempuan laki (orang) (orang)
Jumlah konsumsi LakiPerempuan laki (ml) (ml)
38
61
14.6
3.3†
1
3
0.9
1.6
9
10
12.2
2.2†
3
3
2.2
0.6
8
5
10.9
0.8†
2
2
5.7
1.4
5 12
12 18
8.7 8.7
9.8 2.8
27
22
2.7
0.8
37
25
27.1
0.8†
4
4
0.3
0.1
3
6
3.4
2.5
16
8
13.2
5.0†
2
1
6.0
2.3
40
39
10.0
8.0
1
0
5.6
0.0
1
3
8.7
9.0
1
2
6.8
2.3
9
9
9.4
9.8
17
9
3.3
2.1
17
18
4.8
4.7
48
67
16.5
52.4†
11
13
5.1
0.0
108
114
68.3
11.0†
No
Merk minuman
Bentuk
125
Torabika
Cair
126
Tropicana
Bubuk
127
Uc 1000
Cair
128
Ultra
Cair
129
Vanilla latte
Bubuk
130 131 132
Vegeta Vita jelly Vitacharm
Bubuk Jelly/padat Semi padat
133
Vitazone
Cair
134
Vodka
Cair
135
Weight gain
Bubuk
136
Yakult
Semi padat
137
Zes tea
Cair
Ket : † Berbeda nyata pada p<0.05
Kategori
Teh dan kopi kemasan Minuman serbuk Minuman berelektrolit Susu dan yoghurt kemasan Minuman serbuk Minuman jelly Minuman jelly Susu dan yoghurt kemasan Minuman berelektrolit Bir dan minuman beralkohol Susu dan yoghurt kemasan Susu dan yoghurt kemasan Teh dan kopi kemasan
Jumlah subyek LakiPerempuan laki (orang) (orang) 0 4
Jumlah konsumsi LakiPerempuan laki (ml) (ml) 0.0 9.8
9
11
8.0
3.6
1
2
0.6
0.1
7
14
0.5
4.9
84
112
33.4
11.4†
0 0 3
1 1 3
0.0 0.0 1.4
9.8 0.6 3.4
2
2
5.6
0.2
8
5
18.5
3.9†
2
0
6.7
0.0†
1
0
4.5
0.0
1
25
0.7
7.7†
Lampiran 6 Konsumsi gula dalam minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan Jenis Minum an
Gemuk
Laki-laki Tidak gemuk
Total
Gemuk
Perempuan Tidak gemuk
Total
Gemuk
Total Tidak gemuk
Total
Jus : n (%) Juml(g) Susu : n (%) Juml(g) Teh : n (%) Juml(g) Kopi: n (%) Juml(g) Total : Juml(g)
6 (3.7) 0.6 ±0.2
17(4.1) 0.5±0.2
23(4.0) 0.5±0.2
7(3.2) 0.7 ±0.2
23(5.7) 1.0±0.6
30(4.8) 0.9±0.5
13 (3.4) 0.7 ±0.2
40(4.9) 0.7±0.4
53(4.4) 0.7±0.4
7 (4.3) 0.3 ±0.1
52(12.5) 1.1 ±0.4
59(10.2) 0.9 ±0.3
15 (6.8) 0.7 ±0.3
49(12.2) 1.4 ±1.2
64(10.3) 1.1 ±0.9
22 (5.8) 0.5 ±0.2
101(12.3) 1.2 ± 0.9
123(10.3) 1.0 ± 0.7
46(28.6) 4.0± 1.1
169(40.5) 4.7 ± 2.6
215(37.2) 4.5 ± 3.3
59(26.7) 3.6 ±1.3
294(73.3) 9.1 ± 5.6
353(56.8) 7.0 ± 3.0
105(27.5) 3.7 ± 1.8
463(56.6) 7.1 ±4.4†
568(47.3) 6.7 ± 3.3
25(15.5) 2.0 ±1.1
47 (11.3) 1.5 ± 0.6
72 (12.5) 1.7 ± 0.7
14 (6.3) 0.6 ±0.3
17 (4.2) 0.4 ± 0.2
31(5.0) 0.5 ± 0.1
39 (10.2) 1.2 ± 0.3
64 (7.8) 0.9 ± 0.4
103 (8.6) 0.7 ± 0.5
6.9 ±2.5
9.7 ± 3.9
7.8 ± 2.2
5.6 ±1.4
17.9 ±4.6
9.5 ± 5.2
6.2 ± 2.6
9.9 ±4.3†
9.1 ± 6.0
Ket : †Berbeda nyata pada p<0.05 % Jumlah subyek = Jumlah subyek yang mengkonsumsi terhadap jumlah subyek dalam penelitian Jumlah gula (g) = rata-rata konsumsi gula dari seluruh subyek dalam penelitian
Lampiran 7 Asupan energi dari penambahan gula dalam minuman berkalori pada lakilaki dan perempuan Jenis Minuman
Gemuk
Laki-laki Tidak gemuk
Total
Perempuan Tidak Gemuk gemuk
Total
Gemuk
Total Tidak gemuk
Total
Jus : n (%)
E (kkal) Susu : n (%)
E(kkal) Teh : n (%)
E (kkal) Kopi : n (%)
E(kkal) Total : E(kkal)
6 (3.7)
17(4.1)
23(4.0)
7(3.2)
23(5.7)
30(4.8)
13 (3.4)
40(4.9)
53(4.4)
2±1
2±1
2±2
2±1
4±3
3±2
3±1
3±1
3±1
7 (4.3)
52(12.5)
59(10.2)
15 (6.8)
49(12.2)
64(10.3)
22 (5.8)
101(12.3)
123(10.3)
1±1
5±2
4±1
3 ±5
6±4
5±3
2±1
5±4
5±3
46(28.6)
169(40.5)
215(37.2)
59(26.7)
294(73.3)
353(56.8)
105(27.5)
463(56.6)
568(47.3)
17± 11
20 ± 14
19 ± 13
18 ±11
15 ± 6
28± 13
15 ± 12
29 ±24†
27 ±23
25(15.5)
47 (11.3)
72 (12.5)
14 (6.3)
17 (4.2)
31(5.0)
39 (10.2)
64 (7.8)
103 (8.6)
8±1
7±5
7±4
5±3
6±2
6±1
8±7
9±3
9±7
29 ±13
40 ± 23
33 ± 25
23 ±16
75 ± 67
40 ±23
26 ± 24
41 ±38†
38 ±29
Ket : †Berbeda nyata pada p<0.05 % Jumlah subyek = Jumlah subyek yang mengkonsumsi terhadap jumlah subyek dalam penelitian Energi (kkal) = rata-rata asupan energi dari gula dari seluruh subyek dalam penelitian
Lampiran 8 Hasil uji t antara umur subyek gemuk dan tidak gemuk Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Umur Equal variances not assumed
Sig.
T
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper
Df
9.040 .003 15.625 684.606
.000
12.631
.808 11.044 14.218
Lampiran 9 Hasil uji t antara besar keluarga subyek gemuk dan tidak gemuk Levene's Test for Equality of Variances
F Besar Equal keluarga variances assumed
.417
t-test for Equality of Means
Sig.
T
95% Confidence Interval of the Sig. Difference (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper
df
.518 -1.21
1198
.225
-.124
.102 -.323
.076
Lampiran 10 Hasil uji t antara pengeluaran minuman subyek gemuk dan tidak gemuk Levene's Test for Equality of Variances
F Pengeluaran minuman
Equal variances not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
T
Df
9.698 .002 1.829 569.20
Sig. (2tailed)
Mean Difference
.068 10907.760
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
5965.195 -808.721 22624.241
Lampiran 11 Hasil uji t antara pengeluaran rumah tangga subyek gemuk dan tidak gemuk Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Pengeluaran Equal rumah variances tangga not assumed
Sig.
9.686
T
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper
Df
.002 5.012 726.750
.000
.274
.055
.167
.381
Lampiran 12 Hasil uji t antara Indeks Massa Tubuh laki-laki dan perempuan Levene's Test for Equality of Variances
F IMT Equal variances not assumed
5.526
Sig.
t-test for Equality of Means
T
Df
.019 -3.63 1.194E3
95% Confidence Interval of the Sig. Difference (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper .000
-1.0300
.2831 -1.5854 -.4745
Lampiran 13 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik subyek gemuk dan tidak gemuk Levene's Test for Equality of Variances
F PAL Equal variances assumed
2.627
Sig.
t-test for Equality of Means
T
.105 -4.25
Df 1198
95% Confidence Interval of the Sig. Difference (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper .000
-.04905
.01154 -.07168 -.02641
Lampiran 14 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik laki-laki dan perempuan Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F PAL Equal variances not assumed
Sig.
T
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper
df
27.860 .000 5.739 1.090E3
.000
.06189
.01078 .04073 .08305
Lampiran 15 Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori subyek gemuk dan tidak gemuk Levene's Test for Equality of Variances
F Energi Equal minuman variances not assumed
Lampiran 16
Sig.
t-test for Equality of Means
T
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
df
42.746 .000 -5.64 985.153
.000
-122.350
21.672
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
164.878 79.821
Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori laki-laki dan perempuan Levene's Test for Equality of Variances
F Energi Equal minuman variances 8.332 not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
T
df
.004 2.736 1.149E3
95% Confidence Interval of the Sig. Difference (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper .006
62.475
22.838 17.666 107.285
Lampiran 17 Hasil uji t antara konsumsi gula subyek gemuk dan tidak gemuk Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Kons Equal gula variances not assumed
8.826
Sig.
T
df
.003 -2.09 412.061
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower .037
-.833
.399 -1.617
Upper -.050
Lampiran 18 Hasil uji t antara konsumsi gula laki-laki dan perempuan Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Kons Equal gula variances assumed
.938
Sig.
T
.333 -.13
df 845
Sig. (2- Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower .894
-.055
.410
-.859
Upper .750
Lampiran 19 Hasil uji korelasi Pearson antara hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan PAL
IMT
PAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 1200
IMT
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.160 .000 1200
*
*
-.160 .000 1200 1 1200
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 20 Hasil uji korelasi Pearson antara hubungan konsumsi energi minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan IMT Energi minuman IMT
Energi minuman
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 1200 -.036 .210 1200
-.036 .210 1200 1 1200