AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Rahmat Dwi Sanjaya NIM 13102241045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017
i
ii
iii
iv
MOTTO
Tebar kebaikan, tuai kebermanfaatan (Penulis) Jadikan setiap langkah yang dijalani sebagai perwujudan dari sebuah harapan dan mimpi yang dimiliki (Penulis) Kehidupan merupakan harmonisasi dari komponen-komponen yang saling beradu dan berpadu (Penulis)
v
PERSEMBAHAN Atas karunia Allah SWT Aku Persembahkan Karya Tulis ini Kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta do’a yang tidak pernah lupa mereka sisipkan, sehingga penulis dapat berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar. 3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mencari pengalaman yang sangat luar biasa. 4. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA YOGYAKATA Oleh Rahmat Dwi Sanjaya NIM 13102241045 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: (1) aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah, (2) faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian ini yaitu bagian marketing, pemandu program, dan guru pendamping. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data komponensial secara induktif dengan metode interaktif yang meliputi: pengumpulan, reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data yang digunakan adalah trianggulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) aksesibilitas program PLS GL zoo terdiri dari pihak-pihak yang memiliki akses dan peranannya yaitu dinas pendidikan selaku pemberi izin, pengelola KRKB selaku pemegang kebijakan, Jurusan PLS selaku konseptor program dan penyedia SDM pemandu, sekolah selaku peserta program, serta media massa selaku penyebarluasan informasi; kebijakan dan strategi yang diterapkan yaitu potongan tarif, pemandu, dan membentuk bidang khusus; pelaksanaan program sudah sesuai dengan langkah-langkah dan mendapat tanggapan positif; serta upaya untuk memperluas aksesibilitas program yaitu membuat kebijakan baru, menjalin kerjasama, membuat buku informasi dan penambahan konten; (2) Faktor pendukung aksesibilitas program meliputi adanya kepedulian pihak mitra, kebijakan internal yang pro terhadap program, dan kebutuhan lembaga sekolah akan program pembelajaran luar sekolah. Faktor penghambat aksesibilitas program meliputi SDM pemandu yang statusnya masih mahasiswa, kebijakan sekolah, alokasi pendanaan pihak sekolah, dan lokasi.
Kata kunci: Aksesibilitas Program, Pembelajaran Luar Sekolah, Program PLS GL Zoo
vii
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala
rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.
3.
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
4.
Bapak Dr. Sujarwo, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi.
5.
Ibu Widyaningsih, M. Si., selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.
7.
Direktur Utama Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka, yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.
8.
Bapak dan Ibu pengelola KRKB Gembira Loka, yang telah bersedia membantu dalam penelitian.
9.
Bapak, Ibu, dan Kakak-kakakku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.
viii
10.
Sahabat-sahabatku di grup Hi Skripsi Rita, Hikmah, dan Ngaesty yang selalu memberikan dorongan motivasi dan semangat dalam penulisan penelitian ini.
11.
Semua teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan motivasi untuk peneluisan penelitian ini.
12.
Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak diatas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 19 April 2017 Penulis
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................
8
C. Fokus Penelitian ......................................................................................
9
D. Rumusan Masalah ...................................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................
10
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ........................................................................................ x
12
1. Tinjauan tentang Wisata Belajar .......................................................
12
a. Definisi Wisata Belajar ...............................................................
12
b. Tujuan Wisata Belajar .................................................................
13
c. Program Wisata Belajar ..............................................................
14
d. Kelebihan dan Kekurangan Wisata Belajar ................................
15
2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program ...........................................
17
a. Definisi Aksesibilitas ..................................................................
17
b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka................................
18
c. Komponen Program PLS GL zoo ...............................................
20
d. Aksesibilitas Program PLS GL zoo ............................................
21
3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah ..................................
22
a. Definisi Pembelajaran .................................................................
22
b. Tujuan Pembelajaran ..................................................................
23
c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah ......................................
24
d. Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah.......................................
25
e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah ...........................
29
4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah ......................................
36
a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah ..............................................
36
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ................................................
38
5. Tinjauan tentang Kebun Binatang.....................................................
39
a. Pengertian Kebun Binatang ........................................................
39
b. Wisata Belajar di Kebun Binatang ..............................................
41
c. Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang ..................................
42
xi
B. Penelitian yang Relevan ..........................................................................
43
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................
44
D. Pertanyaan Penelitian ..............................................................................
46
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian .............................................................................
48
B. Setting Penelitian ....................................................................................
49
C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian .................................................
49
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................
52
E. Instrumen Penelitian ...............................................................................
56
F. Teknik Analisis Data ...............................................................................
59
G. Keabsahan Data.......................................................................................
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................................
65
1. Lokasi dan Keadaan KRKB Gembira Loka ......................................
65
2. Profil KRKB Gembira Loka .............................................................
66
3. Aksesibilitas Program PLS GL zoo ..................................................
75
4. Faktor Pendukung dan Penghambat ..................................................
91
B. Pembahasan .............................................................................................
95
1. Aksesibilitas Program PLS GL zoo .................................................
95
2. Faktor Pendukung dan Penghambat .................................................. 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 108 B. Saran ...................................................................................................... 110
xii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 112 LAMPIRAN .................................................................................................. 116
xiii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Key Informan) .........................................
51
Tabel 2. Sumber Data Penelitian (Informan) ................................................
52
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
58
xiv
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ...............
xv
60
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Observasi .................................................................. 116 Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ............................................................. 118 Lampiran 3. Pedoman Wawancara ............................................................... 121 Lampiran 4. Catatan Lapangan ..................................................................... 126 Lampiran 5. Hasil Dokumen Foto ................................................................ 141 Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan .......................................... 147 Lampiran 7. Bagan Struktur Organisasi ........................................................ 165 Lampiran 9. Data Reservasi Program PLS GL zoo Bulan Februari ............. 166 Lampiran 10. Buku Informasi Program Edukasi .......................................... 167 Lampiran 11. Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan ............................ 177 Lampiran 12. Surat Rekomendasi dari Departemen Agama......................... 178 Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Fakultas .......................................... 179 Lampiran 14. Surat Izin Penelitian dari Pemerintah DIY ............................. 180
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dari sekian banyak provinsi yang ada di Indonesia, Yogyakarta menjadi salah satu provinsi yang menyandang gelar daerah keistimewaan. Hal ini bukan tanpa alasan, sebagai contoh dari segi budaya masyarakat Yogyakarta masih memegang teguh adat istiadat warisan leluruh, segi pemerintahan yang masih menggunakan sistem kerajaan atau keraton, maupun kehidupan sosial masyarakatnya yang masih sangat kental dengan semangat gotong royong dan tolong menolong ditengah kebersahajaannya. Fakta tersebut merupakan beberapa alasan mengapa provinsi ini menyandang gelar sebagai daerah keistimewaan hingga saat ini. Selain menyandang gelar sebagai daerah keistimewaan, banyak lagi sebutan yang juga dapat digunakan untuk menyebut kota ini, seperti kota pendidikan, representasi indonesia dalam lingkup kecil, kota 1000 perguruan tinggi, kota wisata budaya, dan masih banyak lainnya. Keseluruhan gelar dan sebutan tersebut merupakan wujud cerminan dari kesuksesan
lembaga
pemerintah,
swasta,
dan
masyarakat
dalam
mengembangkan dan mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki. Tidak heran rasanya jika banyak masyarakat ataupun wisatawan yang juga ingin merasakan “keistimewaan” Kota Yogyakarta. Banyaknya pilihan wisata yang tersedia di Yogyakarta sudah sejak lama menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk sekedar berkunjung melepas penat atau mencari inspirasi baru. Menurut data Dinas 1
Pariwisata DIY pada tahun 2014, jumlah objek wisata yang ada di DIY yaitu sebanyak 132 objek wisata yang terdiri dari objek wisata alam, wisata budaya, dan
desa/kampung
wisata
yang
tersebar
diseluruh
wilayah
DIY
(visitingjogja.jogjaprov.go.id). Deretan objek wisata yang banyak terdapat di Yogyakarta tersebut seakan tak pernah kehilangan pesonanya untuk memikat para wisatawan. Selain karena banyaknya perguruan tinggi yang ada di kota ini, wisata belajar pun turut andil dalam mempromosikan Yogyakarta menjadi kota pendidikan. Wisata sambil belajar atau wisata belajar telah menjadi tren di Yogyakarta seiring bertambahnya pelajar maupun mahasiswa luar daerah yang memilih Yogyakarta sebagai tujuannya dalam mencari sekolah atau perguruan tinggi. Kondisi tersebut selain membawa dampak positif dalam dunia pendidikan di Yogyakarta, juga membawa beberapa dampak negatif yaitu semakin padatnya Yogyakarta dan daya saing yang semakin ketat dalam segala sektor kehidupan diakibatkan banyaknya perantau yang akhirnya menetap di Yogyakarta karena terhipnotis akan keistimewaannya. Guna upayanya mengemban tanggung jawab sebagai salah satu kota pendidikan, Yogyakarta telah menyediakan banyak fasilitas pendidikan baik itu formal maupun nonformal. Fasilitas pendidikan yang ada juga memiliki beragam model dan variasi, tidak terbatas pada lembaga persekolahan ataupun formal saja. Dalam kaitannya sebagai kota pendidikan sekaligus kota destinasi wisata, Yogyakarta telah memiliki berbagai macam tempat dan alternatif pilihan. Baik dari pihak pemerintahan, swasta, maupun masyarakat telah banyak berkreasi dan menciptakan fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan di 2
Yogyakarta misal perpustakaan kota, taman pintar, museum, kampung cyber, kebun binatang, desa wisata, dan lain-lain. Konsep perpaduan antara wisata dan pendidikan yang banyak diterapkan dibanyak tempat wisata di Yogyakarta merupakan nilai jual positif yang mungkin tidak banyak ditemui di daerahdaerah lainnya. Hal ini akan semakin menyamarkan anggapan yang selama ini berkembang ditengah masyarakat bahwa pendidikan adalah sama dengan sekolahan. Padahal pendidikan tidak harus dilakukan di sekolah, tetapi dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun asalkan sesuai dengan nilai dan norma serta mengarah kepada hal yang positif. Salah satu program pembelajaran yang menggabungkan konsep wisata dan pendidikan yaitu program Pembelajaran Luar Sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta atau biasa disebut program PLS GL zoo. Seperti yang tertera pada buku informasi program edukasi KRKB Gembira Loka, program ini diprakarsai oleh almarhum Sri Paduka Paku Alam (PA) VIII yang saat itu menginginkan KRKB Gembira Loka dapat menjadi fasilitas bagi pendidikan anak khususnya penerapan cinta satwa sejak usia dini. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, pihak KRKB Gembira Loka menggandeng Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) (dalam buku informasi program edukasi KRKB Gembira Loka hal. 3). Sebagai salah satu lembaga pemerintah daerah yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan perlindungan terhadap flora dan fauna, KRKB Gembira Loka juga memiliki tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) 3
yang mengharuskan sebuah perusahaan/lembaga bisnis untuk ikut peduli terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya. Menurut European Commission (2006) Tanggung jawab sosial perusahaan adalah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatian pada aspek sosial dan lingkungan di dalam kegiatan bisnis dan interaksi dengan para pemangku kepentingan berdasar pada asas sukarela (dalam Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.1, Januari-Juni 2011). Di Indonesia sendiri, kebijakan mengenai program CSR diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) No. 40 Tahun 2007 ayat 74 tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Impementasi dari program CSR ini, yaitu adanya program pembelajaran luar sekolah yang sudah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun terakhir. Program PLS GL zoo telah resmi berjalan setelah adanya surat kesepakatan kerjasama yang ditandatangi oleh Direktur Utama KRKB Gembira Loka dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tertanggal 17 Februari 2014 setelah melalui 2 tahun tahap perencanaan dan percobaan. Program ini memungkinkan mahasiswa Jurusan PLS untuk mengembangkan potensi yang dimiliki khususnya dalam bidang kepemanduan dan outbound. Program PLS GL zoo merupakan program pembelajaran luar sekolah dengan metode outing class dimana para peserta program yang terdiri dari siswa-siswi tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah akan dipandu oleh mahasiswa Jurusan PLS untuk melakukan serangkaian kegiatan rekreatif dan edukatif. Kegiatan Outing Class merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan memberikan 4
keterampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreativitas siswa. Mahasiswa Jurusan PLS selaku pemandu juga sebelumnya telah dibekali mengenai apa-apa yang diperlukan selama kepemanduan di kebun binatang berlangsung. Pemandu program PLS GL zoo merupakan mahasiswa aktif Jurusan PLS khususnya yang tergabung dalam tim kepemanduan. Secara umum, sasaran dalam program PLS GL zoo yaitu lembagalembaga sekolahan yang ada di wilayah Kota Jogja. Namun selama 4 tahun berjalan, realita dilapangan membuktikan belum adanya perhatian dan koordinasi yang baik dengan pihak Dinas Pendidikan DIY selaku pemegang kebijakan sehingga program baru dapat dinikmati oleh lembaga sekolah dalam lingkup Kota Jogja dan belum dapat dinikmati lembaga sekolah dilain kabupaten seperti Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, dan Sleman. Campur tangan pihak dinas pendidikan sangat dibutuhkan guna mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang telah dimiliki Provinsi DIY guna menciptakan fasilitas pembelajaran yang rekreatif dan edukatif. Desain pembelajaran model ini jika dikembangkan secara maksimal sebenarnya dapat menjadi jawaban bagi kejenuhan siswa akan model pembelajaran monoton di dalam kelas yang selama ini diterapakan. Harapannya ketika program dapat berjalan dengan baik dan lancar, program PLS GL zoo dapat menjadi salah satu destinasi wisata belajar yang bukan tidak mungkin dapat menambah pendapatan asli daerah dan menarik semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke DIY khususnya KRKB Gembira Loka. 5
Jurusan PLS sebagai penyedia Sumber Daya Manusia dalam program ini selalu berupaya memperbaiki manajemen yang ada guna membuka akses yang seluas-luasnya bagi mahasiswanya untuk dapat berpartisipasi dalam program tersebut. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan membentuk tim inti yang fokus mengelola dan mengembangkan program PLS GL zoo agar dapat lebih baik lagi. Tim inti ini terdiri dari mahasiswa aktif PLS yang didampingi oleh seorang dosen pendamping serta telah diseleksi dan mengikuti serangkaian pembekalan. Upaya lain yang juga telah dilakukan oleh pihak Jurusan PLS yaitu dengan mengintegrasikan program PLS GL zoo ini kedalam beberapa mata kuliah. Hal ini bertujuan agar seluruh mahasiswa aktif Jurusan PLS dapat mengakses program ini secara bergiliran. Namun upaya-upaya tersebut dirasa masih belum mampu menjawab permasalahan yang ada khususnya dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) kepemanduan program PLS GL zoo baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Sistem marketing program PLS GL zoo ini diatur langsung oleh pihak KRKB Gembira Loka melalui bagian marketing. Jadi secara garis besar, terdapat pembagian kerja yang cukup jelas antara pihak Jurusan PLS dan KRKB Gembira Loka. Pembagian kerja tersebut yaitu, Jurusan PLS FIP UNY sebagai penyedia SDM untuk memandu dan melaksanakan program sedangkan pihak KRKB Gembira Loka melalui bagian marketing melakukan sosialisasi dan penyebarluasan informasi keberadaan program PLS GL zoo ke lembaga sekolah di Kota Jogja. Sosialisasi program PLS GL zoo difokuskan untuk lembagalembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD) yang ada 6
di lingkup Kota Jogja. Metode sosialisasi yang digunakan yaitu secara langsung dengan membagikan selebaran dan undangan ke sekolah-sekolah dengan pelampiran surat rekomendasi untuk mengikuti program yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Pendidikan DIY. Harga tiket khusus juga diberlakukan bagi pengunjung KRKB Gembira Loka yang merupakan peserta dari program PLS GL zoo. Keselurahan kebijakan tersebut diterapkan oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka guna mempermudah dan memperluas akses lembaga pendidikan terhadap program ini. Walaupun telah berjalan dengan baik, metode sosialisasi langsung yang diterapkan dirasa kurang efektif mengingat banyaknya SDM yang dibutuhkan dan luasnya daerah yang harus dijangkau. Hal ini kemungkinan besar akan berakibat pada tidak tersampaikannya informasi mengenai program PLS GL zoo ke sekolah sasaran dengan baik. Pengembangan terhadap konten dan media yang digunakan dalam program PLS GL zoo juga sudah semestinya terus dilakukan guna menambah aksesibilitas program ini bagi lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Yogyakarta. Harapannya, program PLS GL zoo ini dapat dinikmati bukan saja sebagai program outing class bagi anak-anak PAUD ataupun SD tetapi juga bagi anak dengan usia yang lebih tinggi bahkan hingga perguruan tinggi dan masyarakat umum yang mungkin juga membutuhkan program tersebut. Selain itu, pelibatan media masa untuk meliput dan mendokumentasikan program ini juga perlu dilakukan guna penyebaran informasi yang lebih luas dan merata diseluruh wilayah DIY. Media massa sebagai sarana penyampai pesan, komunikasi, dan informasi kepada khalayak ramai merupakan kekuatan besar 7
untuk menyebarluaskan informasi mengenai program ini. Menurut McQuail (2005: 3) media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Oleh karena itu, optimalisasi peran media massa untuk penyebarluasan informasi mengenai program PLS GL zoo ini sangat penting diupayakan guna menambah aksesibilitas yang dimiliki. Secara ringkas dalam empat tahun berjalannya program, permasalahan yang bersangkutan mengenai aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu belum maksimalnya koordinasi dengan Dinas Pendidikan DIY, terbatasnya sumber daya manusia (mahasiswa) selaku eksekutor dalam hal kualitas dan kuantitas yang dimiliki, kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola GL zoo, dan kurangnya pelibatan peran media massa guna penyebarluasan informasi mengenai program tersebut. Permasalahanpermasalahan tersebut perlu segera diselesaikan agar tidak berlarut-larut dan mengganggu kelangsungan program kedepannya. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, telah teridentifikasi beberapa masalah, yaitu : 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pendidikan non formal; 8
2. Belum adanya perhatian dan koordinasi yang baik antara Dinas Pendidikan DIY dengan KRKB Gembira Loka khususnya dalam hal sosialisasi program PLS GL zoo; 3. Minimnya sumber daya manusia yaitu mahasiswa selaku eksekutor program baik dalam hal kualitas maupun kuantitas; 4. Metode sosialisasi langsung yang diterapkan oleh pengelola KRKB Gembira Loka untuk program PLS GL zoo dirasa kurang efektif mengingat banyaknya SDM yang dibutuhkan dan luasnya daerah yang harus dijangkau; 5. Perlunya pengembangan terhadap konten dan media yang digunakan dalam pelaksanaan program PLS GL zoo; 6.
Belum adanya pelibatan media massa guna penyebarluasan informasi mengenai program PLS GL zoo;
7. Belum diketahuinya aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta baik bagi lembaga sekolah, mahasiswa, dan pihak KRKB Gembira Loka sendiri.
C. Fokus Penelitian Berdasarkan permasalahan yang terdapat di identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti memfokuskan penelitian pada (1) pelaksanaan program PLS GL zoo, (2) pihak yang memiliki akses dan peranannya, (3) kebijakan yang telah diterapkan, dan (4) upaya yang ditempuh untuk memperluas aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta. 9
D. Rumusan Masalah Dengan berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dan diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dituliskan di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk memperoleh informasi tentang aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta; 2. Untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, harapan tersebut antara lain: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan akan menambah kepustakaan penelitian pendidikan khususnya di Pendidikan Luar Sekolah pada bidang ilmu pendidikan informal dan sebagai sumber penelitian lebih lanjut. 10
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka sehingga dapat menjadi bahan acuan dalam evaluasi dan pengembangan program selanjutnya.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan tentang Wisata Belajar a. Definisi Wisata Belajar Wisata diidentikkan sebagai kegiatan melepas penat dan kebosanan dari rutinitas sehari-hari. Selain hal tersebut, wisata juga dapat digunakan sebagai sarana refreshing sekaligus membelajarkan bagi anak-anak jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Banyak istilah yang dapat menggambarkan penggabungan antara wisata dan belajar, diantaranya karyawisata, studytour, wisata edukasi, outbound edukasi, outing class dan lain-lainnya. Menurut Husamah (2013: 53), pembelajaran melalui wisata belajar merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan kegiatan mempelajari sumber belajar yang ada di luar kelas, dengan tujuan agar siswa memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar yang dipelajari di dalam kelas. Sedangkan menurut Moeslichatoen (2007: 21), wisata belajar merupakan salah satu metode yang melaksanakan kegiatan pengajaran dengan dunia luar secara langsung yang mendorong anak untuk memperoleh kesan yang sesuai dengan apa yang diamati. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diluar kelas atau sekolah yang dilakukan dengan sengaja dan direncanakan untuk
12
memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar. Kegiatan pembelajaran model ini akan membawa siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar sehingga siswa tidak hanya sekedar tahu teorinya saja tetapi dapat langsung mempraktekkan dan menerapkannya. Tugas guru dalam proses ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa menemukan kesulitan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Wisata belajar dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek di luar sekolah. Hal ini memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang mungkin tidak akan diperoleh ketika mereka melakukannya di dalam kelas. Ketika di kelas, pembelajaran yang dilaksanakan hanya akan melibatkan indera penglihatan dan pendengaran saja. Namun ketika siswa diajak langsung mengunjungi hal yang sedang mereka pelajari, siswa dapat melibatkan seluruh indera yang mereka miliki dalam upayanya bereksplorasi. Semakin banyak indera yang terlibat dalam sebuah proses pembelajaran, maka semakin baik pula ingatan akan hal tersebut tersimpan dimemori siswa. b. Tujuan Wisata Belajar Banyak ahli yang telah mendefinisakan sekaligus memaparkan tujuan dari sebuah wisata belajar. Salah satunya yaitu Supriatna dalam Humasah (2013: 54) yang menguraikan tujuan dari wisata belajar sebagai berikut:
13
1)
Sebagai pembanding antara teori yang dipelajari siswa dikelas dengan keadaan atau praktek nyatanya di lapangan.
2)
Untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar. Kejenuhan yang terjadi saat proses pembelajaran menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru tidak akan dipahami dan diserap dengan optimal oleh siswa.
3)
Sebagai rekreasi belajar. Untuk menumbukhan motivasi siswa agar lebih giat lagi dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wisata
belajar merupakan sebuah kegiatan pengayaan pembelajaran yang digunakan untuk mengeluarkan siswa dari kejenuhannya terhadap interaksi dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu kembali optimal dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar dikemudian hari. Wisata belajar juga bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa, sehingga mampu memecahkan masalah yang dihadapi secara mandiri dan percaya diri. c. Program Wisata Belajar Wisata belajar sebagai salah satu variasi metode pembelajaran guna menghindari kejenuhan siswa, dapat dilakukan diberbagai tempat menyesuaikan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Isjoni dalam Muchsin (2013: 3) yang menyatakan wisata belajar sebagai cara
14
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek di luar sekolah seperti pabrik, bengkel, peternakan, dan museum. Pernyataan
diatas
membuktikan
program
wisata
belajar
dapat
diselenggarakan tidak terbatas dalam lingkungan lembaga persekolahan semata. Wisata belajar sebagai sebuah program pembelajaran dapat diselenggarakan diberbagai tempat, asal direncanakan dan dipersiapkan secara matang. Program wisata belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan memadukan unsur edukatif dan rekreatif. Menurut Aditya (2015: 9) program wisata belajar merupakan program yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif dengan bersumber pada pengetahuan-pengetahuan
baru
yang
diperoleh
siswa
dengan
mengalaminya langsung sehingga lebih mudah diingat dan dipahami. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa program wisata belajar merupakan program pembelajaran yang menggabungkan unsur edukatif dan rekreatif, dapat dilakukan diberbagai tempat serta dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif bersumber pada pengalaman yang didapatkannya secara langsung. d. Kelebihan dan Kekurangan Wisata Belajar Menurut Husamah (2013: 54), terdapat sisi positif bagi seorang siswa yang mengikuti kegiatan wisata belajar yaitu:
15
1)
Kegiatan
belajar
mengajar
lebih
bermakna
sebab
siswa
memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung; 2)
Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan sesuatu;
3)
Memperlihatkan
kondisi
nyata
di
lapangan
dengan
mengintegrasikannya dengan pengajaran di dalam kelas sehingga menciptakan kepribadian yang komplit baik bagi guru maupun siswa; 4)
Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik di dalam maupun luar kelas;
5)
Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya. Dari sekian banyak kelebihan yang diperoleh siswa dengan
mengikuti wisata belajar, terdapat beberapa kekurangan dari kegiatan ini. Menurut Husamah (2013: 55), kekurangan dari kegiatan wisata belajar yaitu: 1)
Persiapan harus matang dan cenderung memakan waktu yang cukup lama;
2)
Biaya yang relatif tinggi dan sarana prasarana yang relatif banyak;
3)
Persiapan yang kurang matang akan memperngaruhi hasil yang diperoleh dari kegiatan;
4)
Resiko yang cukup besar dengan membawa siswa yang jumlahnya banyak ke lingkungan luar kelas.
16
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai salah satu kegiatan pembelajaran, wisata belajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kegiatan wisata belajar banyak yang dapat langsung dirasakan siswa maupun guru ketika kegiatan tersebut berlangsung. Sedangkan untuk kekurangan yang dimiliki oleh kegiatan wisata belajar dapat ditanggulangi dengan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum kegiatan akan dilaksanakan. 2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program a. Definisi Aksesibilitas Aksesibilitas berasal dari kata dasar akses (access dalam bahasa inggris) yang berarti jalan masuk. Aksesibilitas/accessibility berarti hal yang mudah dicapai. Artinya, aksesibilitas tidak hanya melihat faktor ketersediaan saja, tetapi juga kemudahan dalam mencapai ketersediaan tersebut. Secara umum, aksesibilitas erat kaitannya dengan ilmu geografi dan pelayanan bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini sesuai dengan definisi Tamin (dalam Miro, 2009:18) yang berpendapat bahwa aksesibilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak diatasnya. Pendapat tersebut mendefinisikan aksesibilitas dalam kaitannya dengan konsep keterjangkauan sebuah lokasi dengan berbagai macam faktor pertimbangan.
17
Dalam definisi lain, aksesibilitas dapat pula diartikan sebagai kemudahan atau keterjangkauan terhadap suatu objek. Menurut Bambang Susantono (2004: 24) aksesibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan. Oleh karena itu, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi, sarana dan prasarana penghubung. Tingkat aksesibilitas sebuah daerah juga memperngaruhi tingkat mobilitas penduduknya baik dari luar ke dalam ataupun sebaliknya. Daerah seperti kawasan perumahan di tengah kota akan memiliki mobilitas penduduk yang tinggi jika dibandingkan dengan kawasan pedesaan di bawah kaki pegunungan dikarenakan akses terhadap fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung. Dari
beberapa
pendapat
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
aksesibilitas memiliki konteks makna yang luas. Aksesibilitas merupakan level kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu objek dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhinya seperti: jarak, waktu, kondisi sarana prasarana, biaya, informasi dan pihak-pihak yang memiliki akses di dalamnya. Secara singkat aksesibilitas juga dapat diartikan sebagai seperangkat komponen yang dapat mempermudah jalannya sebuah proses. b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka KRKB Gembira Loka merupakan salah satu lembaga konservasi exsitu yang ada di Provinsi DIY. Menurut peraturan Menteri Kehutanan No.
18
P.31/Menhut-II/2012 tentang lembaga konservasi, lembaga konservasi exsitu adalah konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan diluar habitat aslinya. KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi ex-situ memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtodiprojo (2008: 44) yang menyatakan bahwa konsep Gembira Loka yang naturalistik, adalah sebagai wadah kegiatan rekreasi alami yang fungsi dan tujuannya sebagai tempat rekreasi, konservasi, penelitian dan edukasi, perkembangan ilmu zoology dan botani di Indonesia dan kesadaran masyarakat dalam merawat, menjaga dan melindungi flora dan fauna. Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa KRKB Gembira Loka sebagai lembaga yang bergerak dibidang konservasi khususnya konservasi ex-situ memiliki tiga fungsi penting yang harus dijalankan disamping fungsinya sebagai pusat konservasi flora dan fauna yaitu fungsi pendidikan, fungsi penelitian, dan fungsi rekreasi. Salah satu dari ketiga fungsi tersebut yaitu fungsi edukasi. Fungsi edukasi menjadi penting adanya mengingat adanya fungsi ini menjadikan lembaga konservasi juga bertanggungjawab dalam mendidik generasi penerus agar dapat peduli terhadap lingkungan dan kelestarian satwa. Sebagai upaya dalam merealisasikan fungsi edukasi yang diemban, KRKB Gembira Loka membuat program-program edukatif namun dengan konsep yang menyenangkan yaitu Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo) dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Pada penelitian ini, peneliti mengambil titik 19
fokus pada satu program edukasi yang diselenggarakan KRKB GembiraLoka yaitu program PLS GL zoo mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki. Program PLS GL zoo dirancang khusus untuk pelajar mulai dari tingkat TK hingga SMA sebagai salah satu upaya dalam pengenalan flora dan fauna serta pendidikan konservatif. Selain sebagai realisasi dari lembaga konservatif yang memiliki fungsi edukasi, program PLS GL zoo ini juga merupakan program CSR atau program sosial kemasyarakatan. Program CSR ini merupakan program sebagai implementasi tanggung jawab sosial yang dimiliki badan usaha atau perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu, program ini tidak berorientasi kepada keuntungan semata. c. Komponen program PLS GL zoo Komponen merupakan bagian-bagian dari sebuah sistem yang memiliki peran dalam berlangsungnya sebuah proses. Sedangkan yang dimaksud komponen pembelajaran yaitu kumpulan dari beberapa item/hal yang memiliki peran dan tugas masing-masing namun berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Komponen program PLS GL zoo mengacu pada komponen pembelajaran pada umumnya. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 3) komponen pembelajaran dibagi dalam tiga kategori utama yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa interaksi antara ketiga komponen tersebut juga melibatkan metode, media pembelajaran dan penataan lingkungan belajar sehingga tercapai situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran. 20
Dari komponen pembelajaran yang telah diuraikan diatas, komponen program PLS GL zoo memiliki sedikit perbedaan baik dalam hal istilah maupun itemnya. Secara rinci, komponen program PLS GL zoo meliputi tujuan program, pemandu, peserta program, materi/isi, media pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Dalam komponen program PLS GL zoo tidak terdapat kurikulum yang baku, namun pemberian materi, pemilihan media, dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan tingkatan perkembangan peserta baik dari segi usia maupun jenjang kelas yaitu dari PAUD hingga SMA. d. Aksesibilitas program PLS GL zoo Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang luas dan fleksibel. Menurut Derek Halden Consultancy (2004) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa pemahaman mengenai aksesibilitas dapat dicirikan melalui tiga kategori pertanyaan yaitu: 1)
Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau tempat;
2)
Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya, atau sumber daya (termasuk orang-orang) yang memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya;
3)
Bagaimana – faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akses terhadap suatu objek.
21
Dalam kaitannya dengan sebuah program khususnya program jasa, aksesibilitas berarti segala komponen yang seharusnya terlibat dalam proses berjalannya program agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan serta sasaran dari program itu sendiri dengan melihat berbagai aspek untuk dipertimbangkan. Aksesibilitas program dalam kaitan dengan program PLS GL zoo sendiri terdiri dari: (1) pihak-pihak yang memiliki akses di dalam program PLS GL zoo baik sebagai konsumen maupun pelaksana kegiatan, (2) pelaksanaan program, (3) strategi dan kebijakan yang ambil dalam rangka memperluas aksesibilitas yang dimiliki, (4) fakor-faktor pendukung dan penghambat yang berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo. 3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah a. Definisi Pembelajaran Menurut Trianto (2010:17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks dan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Menurut Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011:61) pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan
seseorang
secara
disengaja
dikelola
untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisikondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti yang dilakukan berdasarkan pada interaksi antara pengembangan dan
22
pengalaman yang dimiliki sehingga dapat pula merubah tingkah laku individu tersebut. Kegiatan pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai komunikasi dua arah antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu. Dalam dunia persekolahan, kegiatan pembelajaran diidentikkan sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya didalam kelas. Hal tersebut menyebabkan timbulnya pandangan bahwa sumber belajar utama yaitu seorang pendidik. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran berubah menjadi proses transfer pengetahuan pendidik ke peserta didik semata. Padahal sebenarnya masih banyak sumber belajar lain disekitar peserta didik yang dapat digunakan guna memperkaya dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. b. Tujuan Pembelajaran Sifatnya yang disengaja dan terstruktur, menyebabkan sebuah pembelajaran pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Menurut H. Daryanto (2005: 58) definisi dari tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan berdasarkan pertimbangan yang matang dan kesesuaiannya dengan komponen pendidikan yang lainnya. Dalam arti lain, tujuan pembelajaran merupakan garis akhir yang harus dicapai ketika sebuah pembelajaran dapat dikatakan berhasil. 23
Pendapat serupa disampaikan oleh Wina (2008: 86) yang mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Perumusan tujuan pembelajaran penting adanya karena dapat dijadikan tolak ukur yang nyata dari keberhasilan dari proses pembelajaran dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku siswa didik. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga menentukan langkah-langkah yang akan diambil sekolah maupun pendidik dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pola pikir baru melalui rumusan yang terperinci dan nyata sehingga pencapaian yang diraih dapat diukur secara nyata.
c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah Pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Dalam prosesnya kegiatan ini memcampurkan proses pendidikan nonformal ke dalam pendidikan formal guna memperoleh metode pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Lebih lanjut juga 24
dijelaskan mengenai pengertian pendidikan nonformal yaitu sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Oleh karena itu, pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga formal namun dengan perspektif nonformal. Proses pembelajaran luar sekolah menekankan pada penggalian informasi dan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki ruang untuk bereksplorasi dan berkreasi terhadap apa-apa yang mereka temukan dilapangan. Pembelajaran model ini memungkinkan peserta didik untuk mengalami dan merasakan langsung, sehingga tidak hanya aspek kognitifnya saja yang akan berkembang,
tetapi
afektif
dan
psikomotoriknya
juga.
Kegiatan
pembelajaran luar sekolah memanfaatkan lingkungan sekiatr sebagai sumber belajar guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini, peneliti berfokus pada kegiatan pembelajaran luar sekolah yang diselenggarakan di kebun binatang khususnya KRKB Gembira Loka. Kegiatan pembelajaran tersebut meliputi: bina suasana, pojok kreatif, mengenal satwa (tour the zoo), dan pengulasan kembali (recalling). d. Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah Sebagai salah satu metode pembelajaran, pembelajaran luar sekolah dalam pelaksanaannya memiliki banyak jenis dan variasi. Menurut Agus (2016: 50) yang dimaksud sebagai metode pembelajaran yaitu cara yang
25
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tujuan pembelajaran. Diantara banyak jenis pembelajaran luar sekolah yang ada, peneliti akan menguraikan tiga jenis pembelajaran luar sekolah yang paling banyak dilaksanakan, yaitu: 1) Outing class Outing class merupakan salah satu metode pembelajaran yang mulai popular khususnya dalam pendidikan anak usia dasar. Pembelajaran
outing
class
adalah
suatu
pembelajaran
yang
dilaksanakan di luar ruangan kelas atau sekolah yang bertujuan membekali keterampilan anak didik dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Lenterahati. 2012 dalam Wijilestari 2013: 11). Dalam metode pembelajaran semacam ini, memungkinkan seorang pendidik dan peserta didik untuk membangun kedekatan yang lebih intim antar satu sama lain. Pembelajaran outing class dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran. Menurut Komarudin (dalam Husamah, 2013: 19) outing class merupakan aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan berada di lingkungan luar seperti bermain di lingkungan sekolah, taman, sawah, dan kegiatan yang sifatnya petualangan serta dapat mengembangkan aspek pengetahuan yang relevan. Peserta didik akan lebih mudah dalam memahami sebuah
26
konsep
pengetahuan
ketika
mereka
mengerjakan
sambil
mempraktekkan. Semakin banyak panca indera yang berinteraksi dalam sebuah pembelajaran, makan akan semakin baik pula pengetahuan tersebut disimpan oleh memori peserta didik. Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa outing class bukan semata-mata kegiatan memindahkan lokasi belajar mengajar dari kelas ke alam bebas. Namun, perlu adanya upaya agar siswa dapat menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang bermuara pada perubahan tingkah laku dan penambahan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa olahraga, outbound, studi kasus, eksplorasi, pengamatan, dan lain-lain. Harapannya, siswa mampu menyikapi masalah yang dihadapi dengan kritis dan menyelesaikannya secara mandiri dengan belajar pada lingkungan sekitarnya. 2) Field Trip Field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, toserba, dan sebagainya (Asmani 2010: 150). Field trip adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan antara rekreasi dan belajar. Dalam proses field trip, peserta didik akan dapat menggunakan semua hal yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar. 27
Pendapat lain disampaikan oleh Syaiful Sagala (2006: 214) yang menyebutkan metode field trip sebagai pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Metode field trip sengaja dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sebagai salah satu cara untuk menetralisir kejenuhan siswa akan proses belajar mengajar di dalam kelas yang cenderung monoton dan membosankan. Metode pembelajaran field trip juga dapat digunakan sebagai ajang peserta didik untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang di dapatnya di kelas dengan kehidupan nyata. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode field trip merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan yang berdekatan dengan sekolah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar langsung dan dapat mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatnya di kelas ke dalam kehidupan nyata. 3) Outbound Menurut Muchlisin (2009: 11) outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan
motivasi,
kinerja
dan
prestasi
dalam
rangka
melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi. Outbound bukan hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu
28
dimana peserta diajak untuk membuat terobosan-terobosan baru dan diajak untuk berfikir kreatif. Menurut Djamaludin (2007: 2) dalam dunia pendidikan sudah banyak lembaga yang menerapkan metode outbound dalam proses pengajarannya karena dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar. Hal tersebut dikarenakan dalam proses outbound, peserta dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali potensi yang dimiliki dalam suasana yang menyenangkan namun penuh tantangan sehingga muncul sebagai pribadi yang tangguh dan siap menghadapi masa depan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa outbound adalah kegiatan pembelajaran yang berada diluar ruangan atau luar sekolah dengan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki melalui beberapa rangkaian kegiatan/permainan. Bentuk kegiatan outbound dapat berupa simulasi situasi dalam organisasi yang dikemas dengan bentuk permainan kreatif, rekreatif, dan edukatif baik secara
individual
maupun
kelompok
dengan
tujuan
untuk
mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok.
e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah Langkah merupakan tahapan yang harus dilaksanakan secara berurutan agar dapat mencapai tujuan atau maksud tertentu. Langkahlangkah Pembelajaran luar sekolah disusun guna mempermudah dan memperlancar proses berjalannya kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran 29
luar sekolah dalam kajian ini akan difokuskan pada pelaksanaan program PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program pendampingan yang dilakukan mahasiswa Jurusan PLS FIP UNY terhadap siswa siswi usia sekolah dasar yang mengikuti program PLS di KRKB Gembira loka. Menurut Rokhmah (2012: 4), pendamping adalah perorangan atau lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak (pendamping dan didampingi) terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan kebersamaan tanpa ada batas golongan (kelas atau status sosial) yang tajam. Sedangkan yang dimaksud sebagai pendampingan yaitu suatu kegiatan yang disengaja dilaksanakan secara sistematis dan sesuai aturan karena pembelajaran tersebut terjadi ditempat kerja, dan pekerjaanya sesuai dengan apa yang dikerjakan. (Istiningsih, 2008: 85) Program PLS GL zoo terdiri atas 3 tahapan pendampingan yaitu yang meliputi: 1) Perencanaan Menurut Hamzah (2006: 2) perencanaan adalah kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Menurut Majid (2008: 15) perencanaan merupakan penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan yang ada dan disusun dengan sistematis serta mudah dipahami. 30
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan kegiatan perencanaan yaitu kegiatan awal yang digunakan untuk membuat langkah sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan pada kebutuhan yang ada. Perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah program ataupun kegiatan. Perencanaan digunakan untuk menjabarkan rangkaian langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan program. Perencanaan juga digunakan sebagai garis batas agar pelaksanaan kegiatan/program dapat tersusun secara sistematis dan mencapai tujuan yang diinginkan. Diharapkan dengan perencanaan yang matang, maka kegiatan/program yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Kegiatan perencanaan dalam program PLS GL zoo selanjutnya dilanjutkan dengan persiapan materi, media pembelajaran, dan SDM pendamping. Materi dan media pembelajaran yang dipersiapkan disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa siswi sasaran kegiatan. Hal ini agar materi yang disampaikan selama kegiatan dapat diterima dengan baik oleh sasaran. Penyampaian materi dilaksanakan dengan metode belajar dan bermain. Sedangkan untuk SDM pendamping merupakan mahasiswa aktif jurusan PLS FIP UNY yang mendapatkan izin pengalihan perkuliahan pada hari itu. Jumlah pendamping yang diterjunkan disesuaikan dengan jumlah siswa siswi sasaran. Biasanya seorang pendamping diberikan tugas untuk memandu 15-20 orang siswa yang tergabung dalam 1 kelompok. 31
2) Pelaksanaan Rencana yang telah disusun selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelaksanaan yang didahului dengan perencanaan yang matang dimaksudkan untuk meminimalkan hambatan yang mungkin ditemui dan menemukan alternatif solusinya. Menurut Sujarwo (2013: 38) guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, fasilitator (pendamping) hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih metode, media, alat evaluasi pembelajaran, dan memanfaatkannya secara tepat. Dalam program PLS GL zoo ini, tahapan pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Pengondisian peserta Kegiatan pengondisian peserta didahului dengan penyambutan peserta dan guru pendamping. Selanjutnya peserta dikondisikan dengan berbaris sesuai dengan kelas atau kelompok masing-masing. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah perkenalan awal dalam upayanya membentuk kedekatan antara peserta dan pendamping. Kedekatan yang terjalin antar peserta dan pendamping akan mempermudah pendamping dalam memberikan penjelasan dan arahan selama program PLS GL zoo berlangsung. b) Bina suasana Kegiatan bina suasana diisi dengan perkenalan pendamping, permainan-permainan dan pembacaan peraturan selama program 32
berlangsung. Menurut Sujarwo (2013: 37) perkenalan menjadi sangat penting adanya guna membangun hubungan yang hangat antar fasilitator (pemandu) dan peserta didik. Permainan yang dilaksanakan dalam tahap bina suasana ini berisi permainanpermainan kecil yang selain menyenangkan namun juga terdapat nilai yang terkandung didalamnya. Permainan yang dilakukan biasanya merupakan permainan yang dapat melatih koordinasi gerak dan otak peserta program. Agar suasana hangat dapat terbangun diantara peserta dan pendamping, permainan juga diiringi lagu dan tanya jawab di dalamnya. c) Pojok Kreatif Pojok kreatif merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menumbuhkan
kreativitas
peserta
program.
Pojok
kreatif
menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjang proses pelaksanaan kegiatan. Pojok kreatif disesuaikan dengan tingkatan perkembangan peserta sasaran. Pengelompokan usia dan pojok kreatif yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: kelompok usia PAUD/TK hingga sekolah dasar kelas 1-2 menggunakan media mewarnai mahkota gajah; kelompok usia kelas 3-4 sekolah dasar menggunakan gantungan kunci satwa sebagai pojok kreatifnya; dan kelas 5-6 sekolah dasar hingga SMP menggunakan tabel pengelompokan binatang yang harus diisi sesuai petunjuk dan arahan pendamping. Kegiatan pojok kreatif ini merupakan salah satu 33
nilai tambah yang sengaja diadakan guna menunjang kegiatan wisata belajar di KRKB Gembira loka. d) Tour the zoo Kegiatan ini berisi kepemanduan dan penjelasan mengenai satwa-satwa yang ada di kebun binatang. Dalam kegiatan ini siswa bebas
mengeksplorasi
sumber-sumber
belajar
yang
ada
disekitarnya. Jika di dalam kelas, siswa hanya mampu melihat gambar, membayangkan dan berimajinasi tentang bentuk fisik satwa, dalam kegiatan ini siswa dapat secara langsung mengamati dan bereksplorasi secara mandiri. Tugas pendamping dalam kegiatan ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa menemukan masalah dalam eksplorasinya. Selain bentuk fisik satwa, dengan bantuan guru dan pendamping, siswa juga dapat belajar mengenai karakteristik satwa yang juga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa. Kegiatan tour the zoo ini menggunakan langkah-langkah yang selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama dan cinta lingkungan dalam diri peserta program. 3) Evaluasi Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan 34
menyajikan informasi tentang suatu program yang digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan menyusun program selanjutnya (Eko, 2009: 6). Sedangkan menurut Sudaryono (2012: 41) evaluasi kaitannya dengan sebuah program bertujuan untuk mengetahui pencapaian target program dan digunakan untuk menentukan seberapa jauh target program pengajaran tercapai. Tolak ukur yang digunakan yaitu tujuan awal yang tertera dalam perencanaan dari penyelenggaraan program itu sendiri. Kesimpulannya, evaluasi merupakan pengumpulan data dan fakta mengenai pelaksanaan program beserta hambatan-hambatan yang ditemui untuk dapat dicarikan alternatif solusi guna pengembangan program. Tingkat kesesuaian antara hasil evaluasi dan tujuan awal menentukan berhasil tidaknya sebuah program/kegiatan dilaksanakan. Dalam kaitannya dengan program PLS GL zoo, evaluasi dilaksanakan melalui kegiatan yang disebut recalling. Recalling berisi pengulasan kembali apa-apa yang sudah dialami dan dapatkan oleh peserta program selama berkeliling kebun binatang. Pengulasan kembali dilakukan dengan metode bercerita dan sharing pengalaman antar peserta program. Dari kegiatan tukar cerita inilah akan timbul budaya diskusi dan saling menghargai sejak anak usia dini. Recalling berfungsi untuk mengetahui seberapa banyak peserta memahami materi yang telah diberikan oleh pemandu selama pelaksanaan progam PLS GL zoo (Sujarwo dalam JPPM, 4 (1), 2017, 90-100).
35
Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan diakhir periode program juga turut diselenggarakan guna perbaikan dan pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi ini diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam program PLS GL zoo. Harapan dari adanya kegiatan ini yaitu seluruh pihak dapat terlibat langsung dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan mengenai program PLS GL zoo kedepannya.
4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah Menurut Marzuki (2010: 93) Pendidikan Luar Sekolah adalah semua pendidikan baik disengaja atau tidak, dirancang atau tidak, diorganisasikan atau tidak, yang berlangsung diluar sekolah atau universitas. Menurut Hamojoyo dalam Kamil (2011: 14), Pendidikan Luar Sekolah dalam kaitannya sebagai pendidikan nonformal merupakan usaha
yang
terorganisir secara sistematis dan berkelanjutan di luar sistem formal, melalui hubungan sosial yang digunakan untuk membimbing individu, kelompok maupun masyarakat agar memiliki cita-cita guna meningkatkan taraf hidup untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Pendidikan nonformal merupakan salah satu dari tiga jalur pendidikan selain pendidikan formal atau biasa dikenal dengan pendidikan sekolahan dan pendidikan informal atau pendidikan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Walaupun bersifat nonformal namun pendidikan nonformal tetap memiliki tahapan 36
penyelenggaraan yang jelas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi guna keberhasilan proses pembelajaran. Pendidikan luar sekolah juga meliputi pendidikan informal. Namun terdapat perbedaan diantara keduanya yaitu jika pendidikan nonformal memiliki standarisasi dan terstruktur maka pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur dan bahkan pelaksanaannya terkadang terjadi tanpa disadari. Namun, keduanya merupakan pendidikan yang dapat berlangsung sepanjang hayat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marzuki (2010: 137) dalam bukunya “Pendidikan Non Formal” yang menyatakan pendidikan informal sebagai proses belajar yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi pada setiap individu. Menurut Sihombing (2001: 1) sebelum pendidikan yang bernama sekolah ada, Pendidikan luar sekolah sudah lebih dulu ada. Hal ini terbukti dengan adanya upaya transfer ilmu/pengetahuan secara turun temurun. Banyak hal yang diberikan orangtua kepada anaknya dilakukan melalui kegiatan yang sifatnya tidak formal, merupakan bukti adanya pendidikan luar sekolah jauh sebelum pendidikan sekolahan. Pendidikan luar sekolah lebih banyak berfokus kepada masyarakat secara langsung. Hal ini menyebabkan
pendidikan
luar
sekolah
memiliki
banyak
variasi,
pengembangan dalam pelaksanaan programnya dan tidak terbatas ruang dan waktu. Pendidikan luar sekolah lebih menonjolkan aspek kebermanfaatan langsung yang dapat diperoleh peserta didiknya setelah mengikuti pendidikan tersebut. Oleh karena itu, kebanyakan pendidikan luar sekolah 37
lebih menitikberatkan pembelajarannya pada pengembangan keterampilan dan pemberdayaan masyarakat. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal guna mendukung pendidikan sepanjang hayat. Contoh dari beberapa program pendidikan nonformal yang sudah banyak ditemukan yaitu pendidikan kejar paket, Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), lembaga pelatihan kerja, kursus, bimbingan belajar, dan masih banyak lainnya. Lain program lain pula sasarannya, lain pula metode yang digunakan. Begitulah karakteristik pendidikan nonformal yang dianggap lebih sesuai dengan keadaan dan kebutuhan dari sasarannya. b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah Menurut Sudjana (2004: 47) pendidikan luar sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan secara efektif dan efisien di lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat, dan bahkan negaranya. Pendidikan luar sekolah berupaya menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas guna mencapai kehidupan masa depan yang lebih baik dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Oleh karena sifatnya yang fleksibel, maka pendidikan luar sekolah dianggap
38
mampu menyentuh lapisan paling bawah masyarakat yang selama ini dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya. Sejalan dengan pendapat diatas, tujuan pendidikan luar sekolah juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 Bab II pasal 2 yang berbunyi : 1)
Melayani Warga Belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sendini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;
2)
Membina Warga Belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat yng lebih tinggi;
3)
Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Kesimpulannya, pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang
diselenggarakan guna meningkatkan kualitas sumber daya semaksimal mungkin dengan tujuan agar masyarakat mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki dalam rangka meningkatkan atau mewujudkan kesejahteraan sosialnya maupun negaranya. 5. Tinjauan tentang Kebun Binatang a. Pengertian Kebun binatang Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam lingkungan buatan sehingga dapat dipertunjukkan ke khalayak ramai. 39
Menurut Abdullah kebun binatang merupakan taman stwa yang artunya tempat atau wadah dengan fungsi utama konservasi ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam (dalam Jurnal Biologi Edukasi Online (JBE), 2010). Selain fungsinya sebagai tempat untuk konservasi seperti yang telah dijelaskan diatas, kebun binatang juga dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan dan rekreasi. Oleh karena itu, kebun binatang sebagai lembaga konservasi mempunyai fungsi lebih dari sekedar pengembangbiakan dan pelestarian flora serta fauna. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31/Menhut-II/2012 tentang lembaga konservasi yang menyebutkan bahwa kebun binatang sebagai lembaga konservasi juga memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan kebun binatang merupakan tempat konservasi flora maupun fauna yang juga memiliki fungsi sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan. Segala sesuatu yang tersedia di kebun binatang dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki individu. Kegiatan yang berlangsung didalamnya bukan hanya yang sifatnya rekreatif saja, namun juga edukatif bagi pengunjung dan masyarakat pada umumnya. 40
b. Wisata Belajar di Kebun Binatang Menurut Surakhmad dalam Suryaningsih (2012: 5) perjalanan wisata dalam rangka belajar merupakan bentuk pengalaman yang tidak pernah dapat diabaikan begitu saja, karena karyawisata sesungguhnya memberikan kesempatan pengalaman kongkrit secara terpimpin. Kegiatan wisata belajar merupakan salah satu alternatif pilihan kegiatan untuk mengoptimalkan penyampaian materi pembelajaran oleh pendidik. Pengoptimalan tersebut dikarenakan adanya integrasi materi pelajaran yang didapat siswa di kelas, dengan pengalaman langsung yang didapat siswa ketika melakukan wisata belajar. Hal inilah yang mendasari pentingnya kegiatan wisata belajar diinternalisasikan dalam kurikulum persekolahan. Metode pembelajaran secara langsung dan nyata memiliki daya rangsang terhadap kreativitas anak lebih baik jika dibandingkan pembelajaran monoton yang terjadi di kelas. Menurut Aditya (2015: 14) penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar akan meningkatkan daya kreativitas anak. Hal tersebut berhubungan langsung dengan proses dan kemapuan siswa dalam menyerap pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik. Kebun binatang dianggap mampu menyediakan sarana pendidikan penunjang kegiatan pembelajaran luar sekolah. Di kebun binatang, siswa dapat bukan hanya mendapat sumber belajar dari binatang saja, proses interaksi dan sosialisasi yang terjadi antar pengunjung, pedangan, dan lainlain dapat pula dijadikan sumber belajar untuk menumbuhkan kepekaan 41
sosial siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani (1990: 19) yang menyebutkan bahwa sumber belajar siswa tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan ada dalam buku tetapi diperlukan faktor penunjang lain seperti metode, media, dan fasilitas-fasilitas lain termasuk lingkungan belajar. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata belajar di kebun binatang merupakan sarana rekreasi yang sekaligus dapat membelajarkan bagi anak-anak untuk mengoptimalkan perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui kegiatan yang menyenangkan dan membelajarkan. c. Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang Menurut Pringle dalam Lai (2012: 91) kegiatan belajar di kebun binatang memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan tentang binatang dan kesadaran lingkungan dalam upayanya menuju lingkungan yang aman untuk mendorong pengembangan keterampilan sosial. Artinya, anak-anak dapat memanfaatkan lingkungan kebun binatang sebagai sumber belajarnya dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman sekaligus dari kegiatannya tersebut. Dari kegiatan eksploratif itulah, perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak akan dapat berjalan dengan seimbang. Selain ketiga aspek perkembangan tersebut, sisi positif lain yaitu anak-anak akan terbiasa kreatif dan mandiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
42
Wisata belajar dikebun binatang sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diintegrasikan kedalam kurikulum sekolah mengingat pentingnya kegiatan sejenis guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki siswa. Menurut Moeslichatoen (2007: 72), anak yang dibawa ke kebun binatang akan memperoleh pemahaman penuh tentang bermacam kehidupan fauna yang ada ditempat tersebut sehingga dapat menciptakan sikap mencintai binatang. Tidak terbatas pada mempelajari bentuk fisiknya saja, lebih lanjut anak-anak dengan arahan guru ataupun pendamping pun dapat belajar mengenai karakteristik binatang. Karakteristik binatang dapat pula dijadikan sebagai sumber belajar tentang karakter bagi anak-anak. Karakter binatang misalnya gajah yang setia, merpati yang sehidup semati dengan pasangannya, dan karakterkarakter binatang lainnya dapat diajarkan kepada anak sehingga anak dapat membedakan karakter yang baik dan buruk dengan melihat karakter yang dimiliki binatang. B. Penelitian yang Relevan Penelitian berikut ini adalah penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan dengan mengangkat masalah antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Adityo Gari Purossani tahun 2015 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah mengenai Pendampingan Pembelajaran Luar Sekolah Berbasis Wisata Pada Anak SD di Gembira Loka. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendampingan pembelajaran 43
luar sekolah di Gembira Loka Zoo serta faktor pendukung dan penghambat yang menyertainya. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyo Nugroho tahun 2013 Program Studi Pendidikan Geografi mengenai Aksesibilitas Halte dan Kualitas Pelayanan Trans Jogja dengan Keputusan Pengguna. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan aksesibilitas halte dengan keputusan pengguna, hubungan kualitas pelayanan Trans Jogja dengan keputusan pengguna serta hubungan aksesibilitas dan kualitas pelayanan Trans Jogja secara bersamasama dengan keputusan pengguna.
C. Kerangka Berpikir Pendidikan dan belajar merupakan dua hal yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Pendidikan dapat diselenggarakan dimanapun dan dengan beragam metode. Proses belajar kearah yang lebih baik dan positif merupakan salah satu tujuan dari diselenggarakannya pendidikan. Lembaga penyedia fasilitas dan sarana belajar pun kita tidak terbatas pada lembaga persekolahan saja. Banyak juga tempat wisata yang menawarkan kegiatan wisata belajar guna menunjang aktivitas pembelajaran di kelas. Kesimpulannya, pendidikan tidak terbatas dalam sistem persekolahan semata. Pendidikan dapat dilaksanakan di objek-objek wisata atau biasa disebut sebagai wisata belajar. Kebun binatang menjadi salat satu objek wisata yang dapat digunakan sebagai tempat melaksanakan wisata belajar. Salah satunya yaitu yang dilakukan oleh KRKB Gembira Loka Yogyakarta bekerja sama dengan Jurusan 44
PLS
FIP
UNY.
Program
kerjasama
dalam
bidang
CSR
tersebut
diimplementasikan dengan mengadakan program Pembelajaran Luar Sekolah dengan sasaran utama yaitu anak-anak usia sekolah dasar. Program ini merupakan program pendampingan, dimana jurusan PLS FIP UNY berperan dalam penyediaan SDM pendamping kegiatan dan KRKB Gembira Loka sebagai penyedia fasilitas dan sumber belajar. Program kerjasama yang telah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun ini diprioritaskan untuk sekolahsekolah dasar yang ada dilingkup Kota Jogja. Kesimpulannya, KRKB Gembira Loka selaku objek wisata khususnya kebun binatang melaksanakan program wisata belajar yang dinamakan program pembelajaran luar sekolah dan bekerja sama dengan jurusan PLS FIP UNY. Progam pembelajaran luar sekolah yang diselenggarakan di KRKB Gembira Loka (PLS GL zoo) meliputi: bina suasana, pojok kreatif, tour the zoo, dan recalling. Kegiatan ini memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan jiwa eksploratif dan mandiri dalam menghadapi permasalahan yang ditemui. Metode pembelajaran luar sekolah juga diselenggarakan untuk mengurang kejenuhan peserta terhadap metode pembelajaran dikelas yang sifatnya kaku dan monoton. Kesimpulannya, program PLS GL zoo dilaksanakan dengan metode yang berbeda dengan pembelajaran di kelas guna menghindari kejenuhan siswa. Permasalahan yang terkait dengan aksesibilitas program PLS GL zoo meliputi kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan dinas pendidikan DIY, terbatasnya SDM yang dimiliki baik secara kualitas maupun kuantitas, 45
kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka, serta kurangnya pelibatan media massa sebagai sarana penyebarluasan informasi mengenai
keberadaan
program.
Permasalahan-permasalah
tersebut
memunculkan banyak pertanyaan seperti sebenarnya pihak mana saja yang memiliki akses terhadap program ini, bagaimana tanggapan yang diberikan terhadap pelaksanaan program ini, apa saja kebijakan dan strategi yang telah diterapkan, apa upaya yang dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program tersebut, dan apa saja faktor pendukung dan penghambat dari aksesibilitas program PLS GL zoo ini. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian yang dapat menjawab permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta : a. Siapa saja pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo? b. Apa saja peran masing-masing pihak tersebut dalam program PLS GL zoo? c. Apa saja kebijakan yang telah diterapkan pihak KRKB Gembira Loka terkait aksesibilitas program PLS GL zoo?
46
d. Bagaimana pelaksanaan program PLS GL zoo dilihat dari segi aksesibilitasnya? e. bagaimana strategi dan upaya yang akan ditempuh guna memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta. a. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo? b. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2012: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan baik secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan aspek-aspek secara holistik terkait aksesibilitas program PLS GL zoo. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Penulis memilih penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus berusaha menggambarkan kehidupan dan tindakan-tindakan manusia secara khusus pada lokasi tertentu dengan kasus tertentu. Penelitian studi kasus menurut Rachmat (2006: 79) merupakan metode riset yang menggunakan berbagai macam sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Dalam penelitian ini peneliti ingin berusaha mengungkapkan secara mendalam aksesibilitas program PLS GL zoo yang dilihat pada: (a) pihak-pihak yang memiliki akses dan peranannya; (b) pelaksanaan program PLS GL zoo; (c)
48
kebijakan yang sudah diterapkan; dan (d) upaya untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya. B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KRKB Gembira Loka yang beralamatkan di Jl. Kebun Raya No. 2, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih sebagai setting penelitian dengan alasan sebagai berikut: 1. Akses transportasi yang mudah dikarenakan letak KRKB Gembira Loka berada di tengah kota; 2. KRKB Gembira loka merupakan tempat berlangsungnya program; 3. Keseluruhan narasumber yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data dapat ditemui dilokasi tersebut 4. Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memungkinkan penelitian dapat berjalan lancar; 5. Sikap terbuka yang ditunjukkan oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka dalam aktivitas penelitian dan pengumpulan data.
C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Sumber data atau informan bisa berupa orang, dokumentasi (arsip), atau berupa kegiatan. Pemilihan subjek penelitian dilakukan menggunakan teknik pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling technique). Penentuan ini berdasarkan pernyataan Sugiyono (2010: 300) bahwa penentuan sumber data pada orang yang akan diwawancarai maupun 49
diobservasi dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah pemandu dan guru pendamping dari sekolah peserta program PLS GL zoo. Selain subjek utama tersebut, peneliti juga mengumpulkan data melalui sumber informasi atau key informan. Sumber informasi atau key informan yang memiliki cukup informasi tentang fokus penelitian adalah bagian marketing KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Sumber informasi atau key informan dalam penelitian ini adalah informan yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan memiliki cukup informasi dan mengetahui tentang aksesibilitas program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Maksud dari pemilihan subjek ini adalah untuk mendapat sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber sehingga data yang diperoleh valid dan dapat diakui kebenarannya. Subjek penelitian yang menjadi key informan adalah bapak MS dan bapak YH. Berikut merupakan deskripsi dari key informan penelitian yaitu: a. Bapak MS adalah salah satu staff bagian marketing di KRKB Gembira Loka. Beliau menjabat sebagai kepala bidang pendidikan sejak bagian marketing dipecah menjadi 3 bidang pada 2016. b. Bapak YH adalah salah satu staff bagian marketing di KRKB Gembira Loka. Beliau menjabat sebagai kepala bidang humas sejaka bagian marketing dipecah menjadi 3 bagian pada 2016.
50
Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Key Informan) No.
Nama
Umur
Jabatan di KRKB Gembira Loka
1 2
MS YH
39 31
Kepala Bidang Pendidikan Kepala Bidang Humas
Subjek penelitian yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Ibu TSN dan Ibu SM selaku guru pendamping serta RA dan HKA selaku pemandu program PLS GL zoo. Berikut merupakan deskripsi dari informan penelitian yaitu: a. Ibu TSN merupakan salah satu guru pendamping dari sekolah peserta program PLS GL zoo di bulan februari. Beliau berumur 45 tahun dan sekarang menduduki jabatan sebagai kepala sekolah. b.
Ibu SM merupakan salah satu guru pendamping dari sekolah peserta program PLS GL zoo di bulan februari. Beliau berumur 40 tahun dan sekarang menduduki jabatan sebagai salah satu guru kelas.
c. RA merupakan salah satu pemandu PLS GL zoo yang tergabung sebagai tim inti yaitu sebagai koordinator umum pada periode 2015/2016. RA berusia 20 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. d. HKA merupakan salah satu pemandu PLS GL zoo yang tergabung sebagai tim inti yaitu sebagai bidang humas pada periode 2015/2016. HKA berusia 20 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
51
Tabel 2. Sumber Data Penelitian (Informan) No.
Nama
Umur
Jabatan
1 2 3 4
TSN SM RA HKA
45 30 20 20
Guru Pendamping Guru Pendamping Pemandu Pemandu
2. Objek Penelitian Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2010: 297-298) Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif ini yang berperan menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti menggunakan peran sosial interaktif, melakukan pengamatan, wawancara, mencatat hasil pengamatan dan interaksi bersama informan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sugiyono 52
(2010: 306) peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi (Sugiyono, 2010: 309). Untuk mendapatkan data mengenai aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta maka digunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dapat diperoleh dari staff marketing, mahasiswa selaku pemandu kegiatan, serta pihak sekolah selaku peserta program PLS GL zoo. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi
Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 310) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Selain itu observasi juga diartikan meliputi
53
kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010: 199). Teknik observasi digunakan peneliti karena peneliti ingin mengetahui secara langsung apa saja yang dilakukan atau yang terjadi di lapangan mengenai aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Teknik ini difokuskan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan program, kondisi fisik daerah penelitian, dan penerapan kebijakan yang berkaitan dengan program PLS GL zoo. Dari observasi yang dilakukan akan menghasilkan pengamatan mengenai
aktivitas-aktivitas
yang
relevan
dan
berkaitan
dengan
aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta guna kepentingan penarikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh. 2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012: 186). Definisi serupa dikemukakan oleh Esterberg (dalam Sugiyono, 2010: 317) yang mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
54
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan dengan bertatap muka secara langsung dengan narasumber (face to face). Proses wawancara yang dilakukan disesuaikan dengan pedoman wawancara yang telah peneliti susun sebelum kegiatan berlangsung. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dari semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur. Hal ini dikarenakan wawancara tersebut sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Selain itu dalam wawancara ini pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ideidenya. Teknik wawancara ini digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data mengenai pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program serta peranannya terhadap program dalam konteks aksesibilitasnya dan upaya yang akan dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo. Melalui teknik ini, diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam memperoleh data yang valid sesuai keadaan di lapangan untuk membantu proses penelitian yang dilakukan. 3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagainya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
55
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelititan kualitatif (Sugiyono, 2010: 329). Teknik dokumentasi telah lama dipergunakan dalam penelitian sebagai sumber data. Karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk mengkaji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2012: 217). Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data yang dimaksud yaitu berupa foto, dokumen, maupun arsip yang berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan program PLS GL zoo. Harapannya, data yang diperoleh dari metode dapat menambah serta melengkapi data yang terkumpul dari dua teknik pengumpulan data lainnya guna kepentingan penarikan kesimpulan. E. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen utama dan pendukung. Baik instrumen utama ataupun instrumen pendukung dalam penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat memudahkan peneliti mendapatkan data secara optimal. Instrumen dalam penelitian ini di antaranya adalah: 1. Peneliti sebagai instrumen utama. 2. Buku catatan sebagai instrumen pendukung. 3. Pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.
56
Sugiyono (2010: 306) berpendapat bahwa peneliti kualitatif merupakan instrumen utama penelitian, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Nasution dalam Sugiyono (2010: 307) mengatakan peneliti sebagai instrumen utama memiliki ciri sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan
semata.
Untuk
memahaminya
perlu
sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita. 5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan. 6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.
57
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang berbeda dan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Mengenai Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta
No
1
2
3
4
5
Aspek
Sumber
Pihak-pihak yang 1. Bagian Marketing memiliki akses terhadap KRKB Gembira program PLS GL zoo dan Loka peranannya 2. Pemandu program PLS GL zoo Pelaksanaan program 1. Pendidik atau guru PLS GL zoo pendamping 2. Pemandu program PLS GL zoo 3. Bagian Marketing KRKB Gembira Loka Kebijakan serta strategi 1. Pemandu program yang telah diterapkan PLS GL zoo 2. Bagian Marketing KRKB Gembira Loka Upaya dan strategi yang 1. Bagian Marketing dipilih guna memperluas program PLS GL zoo aksesibilitas program 2. Pemandu program PLS GL zoo PLS GL zoo Faktor pendukung dan 1. Bagian Marketing penghambat Aksesibilitas program PLS GL zoo program PLS GL zoo 2. Mahasiswa yang tergabung dalam tim inti program PLS GL zoo 3. Pendidik/guru pendamping 58
Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara 2. Dokumentasi 3. Observasi
1. Wawancara 2. Observasi
1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi
1. Wawancara 2. Observasi
1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi
F. Teknik Analisis Data Sugiyono (2010: 333) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan
data
yang
bermacam-macam.
Sugiyono
(2010:
335)
menerangkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu
suatu
analisis
berdasarkan
data
yang
diperoleh,
selanjutnya
dikembangkan pola hubungan atau menjadi hipotesis, kemudian data disimpulkan. Apabila penyimpulan tersebut diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Macam-macam teknik analisis data kualitatif menurut Spradley dalam Sugiyono (2010: 348) sebagai berikut: 1. Analisis domain (domain analysis). Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/ penelitian atau situasi sosial. Ditemukan berbagai domain atau kategori. Diperoleh dengan pertanyaan grand dan minitour. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk peneliti selanjutnya. Makin banyak domain yang dipilih, maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian. 2. Analisis taksonomi (taxonomic analysis). Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus. 3. Analisis komponensial (componential analysis). Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen.
59
Dilakukan melalui obervasi dan wawancara terseleksi dengan pernyataan yang mengontraskan (contrast question). 4. Analisis tema kultural (discovering cultural theme). Mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan kedalam tema judul penelitian. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis komponensial yang dilakukan secara induktif. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Model interaktif yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Reduksi Data
Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Sumber: Miles dan Huberman (dalam M. Djamal 2015: 146)
Adapun komponen-komponen analisis data Model Interaktif diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 60
1. Reduksi data Reduksi data adalah pengelompokan data-data yang telah terkumpul, dipilah, dan diurutkan kedalam pola sesuai focus penelitian. Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya yang sesuai dan kemudian membuang data yang tidak diperlukan. (Sugiyono, 2010: 338) Selain itu disajikan secara sistematik agar mudah dibaca maupun dipahami sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas. Reduksi data didalam penelitian ini dimaksudkan dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok, diusun secara sistematik sehingga memberikan gambaran secara jelas terkait dengan hasil pengamatan terkait aksesibilitas program PLS GL zoo. Data yang direduksikan meliputi hasil wawancara dengan Pengelola KRKB Gembira Loka, Mahasiswa selaku pemandu kegiatan, dan pihak sekolah peserta program. Data lain yang harus direduksikan yaitu hasil observasi terkait penerapan kebijakan terkait program PLS GL zoo serta dokumentasi berupa foto maupun dokumen atau arsip yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian peneliti membuat ringkasan terhadap data yang telah diperoleh dan dikumpulkan agar peneliti mudah dalam mengendalikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian. 2. Penyajian Data (Display Data) Setelah data direduksi maka tahap selanjutnya yaitu mendisplaykan data. Data yang diperoleh di lapangan berupa uraian deskriptif kemudian 61
disajikan secara sederhana untuk memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah diperoleh. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. (Sugiyono, 2010: 341) Penyajian data dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah didapatkan. Teknik yang digunakan yaitu peneliti menyajikan dan menghubungkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang telah direduksikan menjadi sebuah narasi yang mudah dipahami. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan yaitu peneliti mencari makna dari data yang terkumpul kemudian menyusun pola hubungan tertentu ke dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan sesuai dengan masalahnya. Pada tahap ketiga ini merupakan tahapan dimana peneliti harus memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti. Selanjutnya data tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan yang lainnya agar mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang sedang diteliti. Secara singkat, pada tahap ini peneliti melakukan pemaknaan dan penyajian data yang telah berupa narasi sehingga dapat
62
diperoleh kesimpulan dari aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. G. Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas
internal),
transferability
(validitas
eksternal),
dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono, 2010: 366). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber karena menggunakan teknik yang sama pada sumber yang berbeda-beda. Kesimpulannya, keabsahan data dalam penelitian ini diuji menggunakan teknik
trianggulasi
sumber.
Hal
tersebut
dilakukan
dengan
cara
membandingkan hasil wawancara dengan bagian marketing, pemandu, dan pihak sekolah peserta program PLS GL zoo. Tujuan akhir dari teknik ini yaitu membandingkan informasi-informasi yang diperoleh dari pihak-pihak tersebut
63
mengenai hal yang sama agar diperoleh kebenaran dari informasi yang didapatkan sehingga menghindari subjektivitas dari diri peneliti itu sendiri.
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Lokasi dan Keadaan KRKB Gembira Loka Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka memiliki letak yang strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum karena letaknya yang berada ditengah Kota Jogja. KRKB Gembira Loka beralamatkan di Jl. Kebun Raya No. 2, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya yang strategis dipusat Kota Jogja dan berada dijalur utama yang banyak dilalui transportasi umum memudahkan masyarakat maupun wisatawan untuk mengunjungi KRKB untuk sekedar rekreasi atau bahkan melakukan pembelajaran bagi anakanak mengenai flora dan fauna. KRKB Gembira Loka sebagai tempat rekreasi sekaligus lembaga konservasi ex-situ memiliki fasilitas yang sangat memadai. Kantor direktur utama, gedung marketing, gedung HRD, ruang pertemuan, ruang keamanan, gudang penyimpanan, dan pos informasi merupakan fasilitas yang dapat digunakan pengelola KRKB guna melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu, KRKB Gembira Loka juga memiliki fasilitas yang dapat diakses pengunjung atau wisatawan seperti: laboratorium alam, kolam benih, silvikultur, kandang percontohan, panggung, area bermain, pertunjukan satwa, mushola, kamar mandi,
65
pendopo, serta banyak fasilitas-fasilitas lain yang ada di KRKB Gembira Loka.
2. Profil KRKB Gembira Loka a. Sejarah Berdirinya Gembira Loka Ide awal pembangunan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka berasal dari keinginan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1933 akan sebuah tempat hiburan, yang dinamakan Kebun Rojo. Ide tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bantuan Ir. Karsten, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Ir. Karsten kemudian memilih lokasi disebelah barat sungai Winongo, karena dianggap sebagai tempat paling ideal untuk pembangunan Kebun Rojo tersebut. Namun akibat dampak Perang Dunia II dan juga pendudukan oleh Jepang, pembangunan Kebun Rojo terhenti. Pada saat proses pemindahan ibukota negara dari Yogyakarta kembali ke Jakarta di tahun 1949 setelah berakhirnya Perang Dunia II, tercetus lagi sebuah ide untuk memberikan kenang-kenangan kepada masyarakat Yogyakarta berupa sebuah tempat hiburan. Pemerintah pusat yang dipelopori oleh Januismadi dan Hadi, SH. Ide tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat Yogyakarta, akan tetapi realisasinya masih belum dirasakan oleh masyarakat. Hingga di tahun 1953, dengan berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta yang diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka KGPAA Paku Alam VIII 66
sebagai ketua, maka pembangunan Kebun Rojo yang tertunda baru benarbenar dapat direalisasikan. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1959, KGPAA Paku Alam VIII menunjuk Tirtowinoto untuk melanjutkan pembangunan Gembira Loka. Dipilihnya Tirtowinoto karena yang bersangkutan dinilai memiliki kecintaan terhadap alam dan minat yang besar terhadap perkembangan Gembira Loka. Ternyata sumbangsih Tirtowinoto yang tidak sedikit, baik dalam hal pemikiran maupun material, terbukti mampu membawa kemajuan yang pesat bagi Gembira Loka. Sehingga pada tahun 1978, ketika koleksi satwa yang dimiliki semakin lengkap, sehingga pengunjung Gembira Loka mampu mencapai 1,5 juta orang. Dalam perkembangannya, pada bulan November 2009 Yayasan Gembira Loka menjalin kerjasama dengan PT. Buana Alam Tirta untuk mengelola Gembira Loka, dan diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi Gembira Loka di masa depan. b. Visi dan Misi KRKB Gembira Loka 1) Visi : Melestarikan tumbuh-tumbuhan dan satwa sesuai dengan alam habitatnya, sehingga bermanfaat bagi alam dan kehidupan manusia. 2) Misi : a) Mengembangbiakkan dan melestarikan tumbuhan
67
b) Menyejahterakan satwa dengan memelihara, merawat satwa sesuai habitatnya dan menangkarkan satwa dengan menjaga kemurnian genetik. c) Tempat penelitian satwa yang memberikan informasi dan sarana pendidikan serta penyadaran untuk mencintai dan melestarikan. d) Tempat rekreasi berwawasan lingkungan yang kreatif dan edukatif. e) Sebagai paru-paru kota dan cadangan resapan air
c. Sarana dan Prasarana KRKB Gembira Loka sebagai tempat rekreasi dan lembaga konservasi memiliki sarana dan prasarana yang berguna untuk memfasilitasi pengunjung dan wisatawan agar mendapatkan pelayanan dan rasa nyaman saat berkunjung dan menghabiskan waktu di KRKB Gembira Loka. Adanya sarana dan prasarana ini juga berfungsi sebagai pendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak KRKB Gembira Loka setiap harinya. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KRKB Gembira Loka antara lain: 1) Gedung Kantor Gedung kantor merupakan fasilitas yang digunakan oleh direktur dan staff KRKB Gembira Loka untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Gedung kantor ini juga berfungsi sebagai tempat untuk melakukan koordinasi antar bagian dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan program
68
serta agenda-agenda lain yang berkaitan dengan pengelolaan KRKB Gembira Loka. 2) Ruang Informasi Ruang informasi digunakan untuk keperluan penyampaian informasi maupun yang berkaitan dengan kedatangan maupun kepulangan pengunjung. Pengunjung dapat menggunakan ruang ini sebagai untuk menyampaikan pemberitahuan kepada rombongannya untuk segera berkumpul di tempat yang telah ditentukan. Adanya ruangan informasi ini dilatarbelakangi kebutuhan pengunjung akan sebuah fasilitas yang dapat memudahkan mereka dalam mengumpulkan anggota atau mencari anggota rombongan yang terpisah serta penyebarluasan informasi mengenai barang hilang dan kondisi darurat lainnya. 3) Mushola Pengunjung dapat menggunakan fasilitas yang diberikan oleh pihak KRKB Gembira Loka berupa mushola yang dibangun secara terpisah yaitu dua dibagian atas dan satu bagian bawah KRKB Gembira Loka. Fasilitas ini dibangun guna memudahkan pengunjung yang beragama islam untuk melaksankan ibadah Sholat. 4) Laboratorium Alam Laboratorium alam merupakan ruangan yang didalamnya terdapat beberapa jenis flora dan fauna yang telah diawetkan. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pembelajaran kepada pengunjung
69
tentang berbagai flora dan fauna serta ekosistemnya yang ada di lingkungan sekitar maupun di alam bebas. 5) Gelar Satwa Terampil Gelar Satwa Terampil (GST) merupakan kegiatan yang bersifat hiburan dimana dalam pertunjukan tersebut akan ditampilkan satwasatwa yang telah dilatih sehingga memiliki keterampilan tertentu. Selain bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pengunjung, GST juga difungsikan untuk menyajikan tontonan yang berbeda serta khas di KRKB Gembira Loka dan tidak bisa didapatkan ditempat-tempat rekreasi lainnya. 6) Kolam Benih Kolam benih terletak persis disebelah laboratorium alam. Kolam benih merupakan tempat dimana pengelola KRKB Gembira Loka melakukan proses pengembangbiakan beberapa spesies ikan yang nantinya akan disebar ke kolam-kolam yang ada di KRKB ketika telah mencapai usia dewasa. Kolam ini dapat pula difungsikan sebagai sumber belajar bagi anak-anak yang ingin mengetahui tentang budidaya ikan air tawar. 7) Kandang Percontohan Kandang percontohan merupakan sederet kandang yang berada dalam sebuah tempat tertentu dan berisi kambing, domba, dan sapi. Selain sebagai penambah koleksi satwa yang ada di KRKB Gembira Loka, satwa-satwa yang ada dikandang ini dapat pula digunakan sebagai
70
sumber belajar seperti memberi makan kambing dan memerah susu karena karakter satwanya yang cenderung jinak dan tidak berbahaya bagi pengunjung khususnya anak-anak. 8) Silvikultur Silvikultur merupakan tempat pengelola KRKB Gembira Loka menyimpan berbagai macam bibit tanaman yang nantinya akan dikembangbiakkan. Gudang bibit ini juga dapat menjadi fasilitas bagi pengunjung yang ingin belajar bercocok tanam berbagai jenis tanaman maupun mengolah pupuk kandang secara langsung.
d. Program Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo) Program PLS GL zoo merupakan program hasil kerjasama antara pihak KRKB Gembira Loka dengan Universitas Negeri Yogyakarta khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Pembagian peran dan tanggung jawab diantara dua lembaga itupun cukup jelas, KRKB Gembira Loka selaku penggagas sekaligus pemilik program berperan dalam penyediaan fasilitas dan penyebarluasan informasi. Sedangkan dari pihak Jurusan PLS berperan sebagai konseptor program dan materi serta penyediaan sumber daya manusia yang nantinya akan menjadi pemandu dalam program tersebut. Program PLS GL zoo membidik pelajar usia TK hingga SMA sebagai peserta program. Penyelenggaraan program ini dilaksanakan pada hari aktif sekolah yaitu pada hari senin-jumat. program PLS GL zoo ini dimaksudkan 71
agar siswa-siswi peserta program mendapat pembelajaran secara langsung dan dengan metode eksploratif namun tetap menyenangkan. Dalam pelaksanaan program ini, siswa-siswi akan dipandu oleh beberapa orang pemandu yang nantinya akan membimbing dan mengarahkan mereka dalam melakukan pembelajaran di luar ruangan ini. Konten yang dimasukkan dalam pelaksanaan program ini bersifat fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan peserta program. Kontenkonten tersebut diantaranya yaitu bina suasana, pojok kreatif, outbound sederhana, membuat pupuk organik, pembibitan tanaman, dan memerah susu sapi. Konten tersebut merupakan konten tambahan yang dimaksudkan agar peserta mendapat pembelajaran lain diluar materi flora dan fauna. Konten pembelajaran tersebut merupakan hasil pengembangan dari konsepkonsep materi yang dirancang dan disinkronkan dengan fasilitas yang tersedia di dalam KRKB Gembira Loka. Sebagai program CSR yang tidak berorientasi pada keuntungan semata, bukan berarti fasilitas dan program yang diselenggarakan bersifat seadanya. Fasilitas yang akan diterima oleh peserta program PLS GL zoo yaitu: pemandu, potongan harga tiket 50%, hasil karya dari kegiatan pojok kreatif yang boleh dibawa pulang, bahan pembelajaran disediakan berdasarkan kebutuhan dan tingkatan kelas peserta, pembelajaran di laboratorium alam atau fasilitas pembelajaran lainnya, dan berkeliling KRKB Gembira Loka didampingi oleh pemadu. Banyaknya fasilitas yang
72
didapatkan oleh peserta tentunya merupakan bukti nyata keseriusan pihak KRKB maupun Jurusan PLS dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran diluar sekolah ini. Pelaksanaan program PLS GL zoo berlangsung kurang lebih selama 2 jam. Secara garis besar, pelaksanaan Progam PLS GL zoo ini terbagi menjadi : 1) Penyambutan Penyambutan dilaksanakan sebelum kegiatan PLS GL zoo dimulai. Penyambutan dilakukan oleh tim pemandu kepada sekolah yang menjadi peserta program yang dilanjutkan denga perkenalan pemandu, doa, dan foto bersama. 2) Bina Suasana Kegiatan bina suasana ini berfungsi sebagai penghangat suasana dan pengakraban peserta dengan tim pemandu. Kegiatan ini akan dipimpin oleh seorang mainspeaker atau pemandu utama yang memimpin jalannya kegiatan pada hari tersebut. Kegiatan ini biasanya diisi dengan permainan-permainan dan mini outbound. 3) Pojok Kreatif Kegiatan pojok kreatif ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengasah kreativitas peserta program PLS GL zoo. Konten dalam 73
kegiatan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkatan kelas peserta. Konten dalam kegiatan ini biasanya mencakup: membuat mahkota gajah, membuat pupuk organik, memerah susu sapi, memberi pakan ikan, dan menanam bibit menggunakan polybag. 4) Berkeliling KRKB Gembira Loka Kegiatan ini memberi kesempatan peserta untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan menjadikannya sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan ini peserta dapat merasakan dan mengalami secara langsung apa yang mereka akan pelajari. Konsep yang ditonjolkan dalam kegiatan ini adalah rekreatif namun tetap edukatif. 5) Pengulasan kembali Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir sebelum tim pemandu menyerahkan kembali siswa-siswi peserta program ke pihak sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengulas kembali apa yang telah didapatkan, dialami, dan dipelajari oleh peserta program selama pelaksanaan program pada hari tersebut. Metode yang biasa digunakan yaitu peserta diminta maju ke depan dan menceritakan apa yang sudah dia lakukan selama kegiatan berlangsung. Metode ini dipilih karena lebih dapat mempresentasikan ketercapaian penyerapan materi dan tujuan dari program PLS GL zoo. Kegiatan ini diakhiri dengan berpamitan dan bersalam-salaman antara tim pemandu dengan guru pendamping dari pihak sekolah. 74
3. Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Pembelajaran sebagai proses tidak tahu menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti merupakan sebuah proses yang akan terus terjadi dalam kehidupan individu. Pembelajaran yang sama dapat pula memiliki dampak yang berbeda ketika dialami oleh individu yang berbeda pula. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran juga berkaitan pada pengembangan dan interaksi antar pengalaman serta pengetahuan yang telah dimiliki individu sebelumnya. Pembelajaran sebagai proses yang berlangsung terus meneruspun terjadi tidak terbatas hanya dilingkungan persekolahan saja, namun dapat terjadi dimanapun seorang individu berada. Oleh karena itu, pembelajaran terkadang terjadi secara alami dan bahkan tidak disadari oleh individu itu sendiri. Pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Proses belajar yang dimaksud disini yaitu proses belajar mandiri yang dilakukan oleh peserta didik dengan tujuan memunculkan jiwa eksploratif dan kreatif peserta didik. Dalam kegiatan ini, pendidik berperan sebagai pengawas dan fasilitator pemecah masalah ketika peserta didik mengalami kebingungan. Keunggulan dari pembelajaran model ini yaitu memungkinkan peserta didik untuk mengalami dan merasakan langsung, sehingga tidak hanya aspek
75
kognitifnya saja yang akan berkembang, tetapi afektif dan psikomotoriknya juga. Program PLS GL zoo merupakan program pembelajaran di luar ruangan bagi peserta didik lembaga sekolah di Kota Jogja yang diselenggarakan oleh KRKB Gembira Loka bekerjasama dengan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Progam PLS GL zoo ini memungkinkan pesertanya untuk dapat secara langsung mengamati dan mempelajari satwa-satwa yang ada di KRKB Gembira Loka guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung dilapangan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa latar belakang diselenggarakannya program PLS GL zoo yaitu untuk menjalankan fungsi KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi dan membuka akses bagi siswa-siswi untuk berkunjung dan belajar tentang satwa secara langsung. Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Program PLS GL zoo adalah upaya KRKB dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga konservasi yaitu sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Fungsi edukasi menjadi penting adanya guna menjamin pendidikan bagi generasi penerus yang peduli terhadap kelestarian satwa. Oleh karena itu, GL zoo membuat program edukasi yang diantaranya yaitu Pembelajaran Luar Sekolah (PLS) dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Sedangkan latarbelakang lain yaitu adanya gagasan dari Sri Paduka Paku Alam VIII, yang berkeinginan GL zoo bisa di kunjungi anak-anak sekolah setiap harinya. Adanya gagasan tersebut, semakin memperkuat GL zoo 76
untuk membuat program edukasi yang sesuai dengan visi dan misinya sebagai lembaga konservasi.”(CW-1) Pendapat senada disampaikan oleh Bapak YH selaku bagian marketing bidang humas KRKB Gembira loka. Beliau mengungkapkan bahwa: “Ide awal program ini berasal dari gagasan Sri Paduka Paku Alam VIII yang menginginkan GL zoo dapat dikunjungi anak-anak setiap harinya. Gagasan tersebut kemudian dirasa sejalan dengan salah satu fungsi GL zoo sebagai lembaga konservasi yaitu sebagai tempat edukasi. Oleh karena itu, dibuatlah program-program berbasis pendidikan seperti PLS dan SMS guna merealisasikan gagasan dan fungsi edukasi tersebut.” (CW-2) Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa latar belakang diselenggarakannya program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka yaitu adanya gagasan dan masukan untuk menjadikan KRKB Gembira Loka yang dapat menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara proses pembelajaran mengenai flora dan fauna bagi siswa-siswi dan masyarakat pada umumnya guna menciptakan generasi yang peduli terhadap kelestarian satwa dan lingkungan sekitarnya. Data tersebut diperkuat dengan adanya hasil studi dokumentasi yang dilakukan peneliti terhadapt buku informasi program edukasi KRKB Gembira Loka yang menyatakan bahwa latar belakang diselenggarakannya program ini mengacu pada tugas pokok dan fungsi KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi ex-situ. (Lihat lampiran 9) Program PLS GL zoo sebagai kegiatan pembelajaran di luar ruangan ditujukan untuk siswa-siswi lembaga sekolah yang ada di lingkup Kota Jogja mulai dari Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga 77
Sekolah Menengah Atas (SMA). Dari hasil observasi lapangan yang telah dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa: “Kebanyakan lembaga sekolah yang mengikuti program PLS GL zoo berasal dari jenjang TK hingga SD saja.sangat jarang ditemui peserta program berasal dari tingkat SMP atau SMA” (CL-5) Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Selama berjalan kurang lebih 3 tahun, sudah banyak sekolah yang telah mengikuti Program ini. Dari mulai PAUD hingga Siswa SMA. Namun memang kebanyakan sekolah peserta berasal dari tingkat PAUD hingga SD saja, masing jarang dari SMP atau SMA. Mungkin karena konten program yang belum sesuai dengan keinginan pihak sekolah, tapi hal tersebut akan terus kami perbaiki dan kembangkan.” (CW-1) RA selaku Pemandu dalam program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Untuk selama ini kebanyakan peserta itu anak-anak usia PAUD hingga SD. Jarang mendapat peserta dari SMP atau SMA. Ya, memang kalau dilihat konten program ini belum cocok jika harus diberikan kepada siswa-siswi usia SMP-SMA karena pasti terlalu mudah bagi mereka.Tapi kami selaku pemandu lapangan juga sudah menyampaikan masukan-masukan terkait hal ini kepada pengelola.” (CW-3) Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa sasaran yang coba dibidik dalam program PLS GL zoo ini yaitu mulai dari PAUD hingga SMA. Namun, yang berjalan selama ini kebanyakan sekolah peserta berasal dari siswa-siswi PAUD hingga SD saja, hal ini dikarenakan konten dari program PLS GL zoo yang masih harus dikembangkan dan disesuaikan dengan tingkatan materi siswa-siswi SMP hingga SMA. Hal ini juga 78
diperkuat dengan adanya studi dokumentasi yang telah dilakukan peneliti pada dokumen reservasi peserta program PLS GL zoo pada bulan februari (Lihat lampiran 8). Program PLS GL zoo sebagai salah satu program edukasi di KRKB Gembira Loka merupakan hasil kerjasama antara pihak KRKB Gembira Loka dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Selain dua pihak tersebut, masih banyak pihak lain yang juga memiliki akses terhadap program ini. Dari hasil observasi yang telah dilakukan mengenai pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program ini, peneliti mengungkapkan bahwa: “Pihak-pihak yang berhasil diidentifikasi memiliki akses terhadap program PLS GL zoo yaitu tentunya dari internal KRKB itu sendiri. Lalu ada pula Jurusan PLS yang meliputi kepala jurusan, dosen, dan mahasiswanya. Akses juga dimiliki oleh Dinas Pendidikan selaku pemegang kebijakan secara makro dan media massa sebagai penyebarluas informasi. Terakhir yaitu lembaga sekolah di lingkup Kota Jogja selaku peserta program PLS GL zoo ini.” (CL-6) Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Banyak pihak yang terlibat dan memiliki akses ke dalam program ini, dari dalam KRKB sendiri ada Bapak Direktur Utama, bagian marketing yang terdiri dari bidang pendidikan, humas, dan reservasi. Ada lagi dari pihak UNY seperti mahasiswa dan dosen jurusan PLS. serta pihak-pihak dari luar seperti Dinas Pendidikan, sekolah selaku peserta program, dan media massa.” (CW-1) Lebih lanjut, hal senada juga diungkapkan oleh Bapak YH selaku bagian marketing bidang humas di KRKB Gembira Loka. Beliau mengungkapkan bahwa:
79
“Pihak yang ada di dalam program ini tentunya dari internal KRKB ada Bapak Direktur Utama dan bagian marketing serta bidangnya. Selanjutnya dari pihak mitra, UNY ada mahasiswa dan dosen jurusan PLS. Terakhir ada dari dinas pendidikan, sekolahan peserta, dan media massa yang juga ikut mempromosikan program ini.” (CW-2) Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa banyak pihak yang telah memiliki akses ke dalam program PLS GL zoo. Pihak-pihak tersebut terbagi dalam 3 bagian yaitu internal KRKB Gembira Loka, UNY, dan pihak luar. Dari internal KRKB Gembira Loka, pihak-pihak yang terlibat dan memiliki akses dalam program PLS GL zoo ini yaitu Direktur Utama dan Bagian Marketing yang terdiri dari bidang pendidikan, bidang humas, dan bidang reservasi. Dari pihak UNY, terdapat mahasiswa dan dosen dari Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang juga memiliki akses terhadap program PLS GL zoo ini. Sedangkan, dari pihak luar terdapat Dinas Pendidikan, Lembaga Sekolah, dan media massa yang terlibat dan memiliki akses terhadap program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka. Pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo memiliki peranan masing-masing dalam penyelenggaraan program tersebut. Peranan yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut difungsikan untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan program PLS GL zoo agar sesuai dengan tujuan awalnya. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa: “Walaupun tidak ada pembagian tugas dan peran tertulis secara rinci, namun dalam pelaksanaannya pihak-pihak yang memiliki akses telah memahami peranannya masing-masing dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo.” (CL-6) 80
Bapak YH selaku bagian marketing bidang humas di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Pihak utama dalam program ini yaitu KRKB dan Jurusan PLS FIP UNY. KRKB berperan dalam penyediaan tempat pelaksanaan serta alat dan bahan yang digunakan. Sedangkan Jurusan PLS selaku konseptor program dan penyedia SDM pelaksana program. Selain itu masih ada Dinas Pendidikan yang berperan dalam pemberian izin publikasi program ini ke sekolah-sekolah di wilayah Kota Jogja dan tentunya pihak sekolah selaku peserta program. Terakhir ada beberapa media massa yang juga pernah meliput program ini dan kami fungsikan hal tersebut guna membantu tugas kami mensosialisasikan program ini ke sekolah-sekolah di wilayah DIY.” (CW-2) RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Pertama pasti GL zoo sebagai penyedia fasilitas, sarana prasarana, serta alat dan bahan. Selanjutnya UNY sebagai konseptor materi dan penyedia SDM pelaksana program. Selain 2 pihak tersebut masih ada Dinas Pendidikan Kota Jogja selaku pemberi izin dan penyebarluasan informasi serta pihak sekolah selaku peserta program. Ada juga media massa yang pernah meliput program ini dan kami sangat menyambut baik hal itu karena dapat menjadi alternatif kami dalam menyebarluaskan informasi program ini ke masyarakat di Yogyakarta.” (CW-3)
Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa pihak-pihak yang dapat mengakses program PLS GL zoo memiliki peranan masing-masing dalam penyelenggaraan program. Peranan tersebut diantaranya, Dinas Pendidikan yang sudah mengeluarkan perizinan dan surat rekomendasi terhadap program PLS GL zoo bagi sekolah-sekolah di Kota Jogja (Lihat lampiran 10). Selanjutnya ada juga dari pihak internal KRKB Gembira Loka seperti Direktur Utama selaku pemegang kebijakan, bagian marketing dan 81
bidangnya yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan program tersebut misal dalam hal penyediaan fasilitas, alat dan bahan. Kemudian ada juga dari pihak UNY yang berperan dalam konseptor materi dan konten program serta penyediaan SDM pemandu kegiatan. Selain itu, tentunya pihak sekolah yang berperan sebagai konsumen atau peserta dari program PLS GL zoo itu sendiri. Terakhir, media massa yang memiliki peran dalam menyebarluaskan informasi mengenai program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka kepada masyarakat luas. Sebagai program yang bertujuan untuk melaksanakan salah satu fungsi lembaga konservasi yaitu fungsi edukasi, program PLS GL zoo dirancang guna memperluas aksesibilitasnya. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pun berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pihak sekolah peserta. Hal tersebut dilakukan salah satunya dikarenakan program PLS GL zoo ini merupakan program CSR atau program sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan semata namun lebih kepada perluasan aksesibilitas terhadap program tersebut. Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Kebijakannya yang pertama pengurangan tarif bagi siswa peserta program PLS GL zoo dikarenakan program ini juga merupakan program CSR atau program sosial KRKB selaku badan usaha. Kedua yaitu pembentukan divisi khusus yang menangani program PLS GL zoo ini secara khusus yang merupakan pecahan dari bagian marketing yaitu bidang pendidikan, humas, dan reservasi di tahun 2016. Selanjutnya kebijakan yang berlaku pada tahun 2014-2016 yang membatasi sekolah peserta program hanya dilingkup Kota Jogja. Kemudian kebijakan setiap 15 siswa akan dipandu oleh 1 82
pendamping yang berasal dari mahasiswa PLS yang telah diberi pelatihan dan masuk dalam tim kepemanduan PLS GL zoo. Hal tersebut akan sangat membantu para guru dalam menyampaikan pembelajaran pada saat kegiatan.” (CW-1) HKA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Setau Saya salah satunya yaitu pengurangan tarif tiket masuk bagi peserta program PLS GL zoo. Hal ini karena PLS GL zoo merupakan Program CSR atau sosial dari KRKB. Adanya bagian khusus yang menangani program PLS GL zoo juga. Selanjutnya yaitu pembatasan jumlah sekolah peserta yang hanya dilingkup Kota Jogja dan belum ke daerah/kabupaten lainnya. Lalu pendampingan pada saat program dilaksanakan dimana seorang pemandu akan mendampingi 10-15 siswa, jadi akan mempermuda tugas guru juga.” (CW-4) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa penerapan kebijakan guna perluasan aksesibilitas program PLS GL zoo cukup efektif dan berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya antusiasme lembaga sekolah yang ingin mengikuti program PLS GL zoo yang salah satunya dikarenakan kebijakan-kebijakan yang sangat memudahkan berbagai pihak terutama lembaga sekolah dalam mengakses program ini. Kebijakan tersebut salah satunya yaitu dengan adanya fasilitas khusus yang akan didapatkan peserta program baik siswa maupun guru pendamping ketika mengikuti program PLS GL zoo. Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam hasil studi dokumentasi buku informasi program edukasi KRKB Gembira Loka. (Lihat lampiran 9) Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam program PLS GL zoo salah satunya dimaksudkan guna mempermudah akses sekolah-sekolah di Kota Jogja untuk mengikuti 83
program tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya yaitu adanya potongan tarif tiket masuk bagi peserta yang menggunakan paket PLS, adanya pemandu yang telah diberi pelatihan sehingga lebih siap dalam mendampingi dan memberikan materi-materi mengenai satwa yang ada di KRKB Gembira Loka, dan terakhir yaitu adanya kebijakan dimana bagian marketing dari KRKB Gembira Loka mulai tahun 2016 dipecah menjadi tiga bagian guna memperjelas tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo. Pembagian tugas tersebut dapat dilihat dari hasil studi dokumentasi profil KRKB Gembira Loka bagian struktur organisasi yang telah dilakukan peneliti. (Lihat lampiran 7) Komponen yang tidak kalah penting adanya dalam program PLS GL zoo yaitu pihak sekolah selaku peserta program PLS GL zoo. Selama berjalan dari tahun 2014-2016, program PLS GL zoo mengkhususkan sekolah peserta program dalam lingkup Kota Jogja. Kebijakan tersebut diambil guna mengantisipasi banyaknya permintaan terhadap program PLS GL zoo yang sebenarnya masih dalam tahap pengembangan dan pematangan konsep. Hal lain yang menjadi pertimbangan yaitu kapasitas dan kualitas dari pemandu program yang jelas masih perlu ditingkatkan. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa: “ Kebanyakan sekolah-sekolah peserta program PLS GL zoo memilih program tersebut sebagai kegiatan field trip atau outing class dikarenakan sesuai dengan tema pembelajaran yang akan disampaikan serta adanya pemandu yang mendampingi dalam kegiatan.” (CL-5)
84
RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Kebanyakan dari sekolah yang jadi peserta program ini, latar belakang keikutsertaannya yang pertama karena sesuai dengan tema pembelajarannya, lalu karena dalam program ini siswa akan didampingi pemandu jadi memudahkan tugas guru, ada juga yang ikut karena biayanya akan lebih murah jika dibanding masuk KRKB tanpa paket PLS. Tapi kebanyakan sih ya karena dapatnya dobel, dapat pembelajaran secara langsung dan dapat rekreasi juga.” (CW3) Ibu SM selaku Guru pendamping dari TK Marga Jaya yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Sebenarnya tujuan utama kami berkunjung ke KRKB ini yaitu untuk melakukan kegiatan pembelajaran outing class yang sudah kami rencanakan dalam program rencana pembelajaran. Ketika mendapatkan informasi adanya program ini, kami rasa program ini sangat pas untuk pembelajaran anak-anak dan sangat membantu pihak guru dalam pelaksanaanya karena didampingi oleh pemandupemandu yang lebih paham mengenai satwa-satwa yang ada disini.” (CW-5) Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Maksud utama sekolah kami sebelumnya yaitu mengadakan field trip. Jadikan sinkron dengan adanya program PLS GL zoo ini. Tujuan sekolah tercapai, anak-anak juga dapat pembelajaran, dapat rekreasi juga. Apalagi mendapatkan pemandu yang sudah pengalaman dan paham tentang binatang-binatang disini, pihak guru merasa sangat terbantu.” (CW-6) Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa latar belakang pihak sekolah mengikuti program PLS GL zoo yaitu (1) adanya pemandu yang mendampingi siswa-siswi peserta selama kegiatan berlangsung sehingga meringankan tugas guru, (2) adanya kebijakan potongan biaya masuk bagi siswa-siswi sekolah peserta program PLS GL zoo, (3) program 85
PLS GL zoo dianggap relevan dengan tujuan sekolah yang akan mengadakan field trip dan outing class, dan (4) siswa peserta program PLS GL zoo dianggap mendapatkan edukasi sekaligus rekreasi dalam sekali kegiatan. Program PLS GL zoo diselenggarakan berdasarkan langkah-langkah dan panduan yang telah dibuat bersama oleh pihak KRKB Gembira Loka dan pihak UNY yang diwakili oleh dosen-dosen Jurusan PLS. Namun, tidak jarang pemberian konten dan pelaksanaan program juga menyesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan dari pihak sekolah selaku peserta program. Respon positif pun banyak dilontarkan oleh pihak sekolah terkait penyelenggaraan dan konten dari program PLS GL zoo. Tidak jarang pihak sekolah juga memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun guna kemajuan program ini. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa: “Pelaksanaan dan konten yang ada dalam program PLS GL zoo sudah baik, hanya saja memang perlu adanya penambahan kegiatan atau konten agar kegiatan lebih rekreatif dan membelajarkan tidak hanya bagi pelajar usia anak-anak, tetapi juga yang berusia dewasa.” (CL7)
Ibu SM selaku Guru pendamping dari TK Marga Jaya yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Menurut saya sudah lumayan bagus untuk pelaksanaannya. Anakanak juga terlihat senang dan menikmati selama program berjalan. Cuma perlu ditambahkan kegiatannya misalkan outbound yang dapat melatih psikomotorik anak. Soalnya sekolah juga berharap dengan adanya kegiatan ini, anak-anak akan dapat berkembang 3 aspek perkembangannya sekaligus.” (CW-5)
86
Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Menurut saya kegiatan ini sudah sesuai dengan harapan kami selaku guru, namun perlu ada penambahan konten untuk memunculkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan ini. Ada beberapa kegiatan yang tertulis dibuku informasi, namun dilapangan juga tidak dilaksanakan. Seperti memberi makan rusa secara langsung contohnya. Namun terlepas dari itu semua, baik pemandu maupun pelaksanaan kegiatan hari ini sudah cukup bagus.” (CW-6) RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Banyak yang menanggapi positif kegiatan ini dan berniat mengikutinya lagi di tahun depan. Tidak jarang kami juga mendapatkan masukan-masukan dari pihak sekolah peserta agar program PLS GL zoo ini dapat lebih baik lagi.” (CW-3) Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa banyak tanggapantanggapan positif yang disampaikan pihak sekolah selaku peserta program PLS GL zoo mengenai pelaksanaan dan konten dari program ini. Dalam pelaksanaannya program PLS GL zoo sudah cukup baik dan sesuai dengan harapan dari pihak sekolah. Namun, perlu adanya pengembangan dan penambahan konten agar siswa menjadi lebih antusias lagi mengikuti program dan mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman. Sebagai penambah dan pengganti guru selama pelaksanaan program, pemandu haruslah sadar betul akan tanggung jawab dan peranannya tersebut. Dengan tahapan dan konten yang telah disusun sebelumnya, pihak pemandu selaku pendamping kegiatan berusaha semaksimal mungkin memainkan peranan dan menunaikan tanggung jawabnya tersebut.
87
Kebanyakan pihak sekolah berharap setelah mengikuti program PLS GL zoo, peserta didiknya akan mendapatkan tambahan positif dalam dirinya. Ibu SM selaku Guru pendamping dari TK Marga Jaya yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Saya harap setelah mengikuti Program ini anak-anak jadi mengenal macam-macam binatang melalui pengalaman langsung. Juga bertambah wawasan dan pengalaman yang berguna baginya kelak ketika dewasa.” (CW-5) Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Harapannya anak mendapatkan makna dari setiap kegiatan yang dilakukannya disini. Menjadi sayang binatang, peduli terhadap lingkungan, dan juga melatih kepercayaan diri anak juga.” (CW-6) Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Kebanyakan sih harapannya setelah mengikuti program PLS GLzoo ini,siswa-siswinya jadi lebih tahu tentang satwa dan peduli terhadap lingkungan dan kelestarian flora dan fauna agar kelak dapat dinikmati dimasa yang akan datang.” (CW-1) Berdasarkan pernyataan diatas, diketahui harapan pihak sekolah bagi peserta didiknya setelah mengikuti program PLS GL zoo ini antara lain yaitu menambah wawasan dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik mengenai flora dan fauna dengan pembelajaran langsung, peserta didik lebih sayang terhadap satwa, lebih peduli terhadap lingkungan disekitarnya dan kelestariannya, serta peserta didik dapat melatih kepercayaan dirinya. Adanya evaluasi penyelenggaraan program diakhir periode program PLS GL zoo, digunakan pihak-pihak pemangku kebijakan untuk menjaring 88
masukan-masukan yang ada guna pengembangan program kearah yang lebih baik. Kebijakan tersebut dirumuskan dan ditetapkan bersama oleh pihak KRKB Gembira Loka dan pihak UNY melalui Jurusan PLS dengan berdasarkan hasil evaluasi yang ada. Ditahun 2017, berdasarkan hasil evaluasi dan analisis kebutuhan dan permasalahan yang ada, maka diambillah beberapa kebijakan baru guna meningkatkan aksesibilitas program PLS GL zoo bagi pihak-pihak terkait. Guna melengkapi data yang ada, peneliti juga melakukan observasi langsung mengenai upaya pihak KRKB Gembira Loka dalam memperluas aksesibilitas program PLS GLzoo. Dari hasil observasi tersebut, peneliti mengungkapkan bahwa: “Upaya yang dilakukan oleh pihak KRKB melalui bidang pendidikan yaitu membuat buku informasi program edukasi di KRKB Gembira Loka yang nantinya akan diperguanakn sebagai sarana sosialisasi dan penyebarluasan informasi. Upaya lain yaitu dengan mengikuti acaraacara perkumpulan atau pertemuan kepala sekolah yang biasa dilakukan di Dinas Pendidikan” (CL-8) Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Di tahun ini ada beberapa kebijakan baru yang diambil guna memperluas segmentasi pasar program PLS GL zoo. Kebijakan tersebut diantaranya perluasan penyebaran informasi dan sosialisasi program PLS GL zoo ke seluruh Provinsi DIY. Lalu kami juga mengadakan buku informasi mengenai program-program edukasi di KRKB ini yang rencana akan kami distribusikan ke sekolah-sekolah di DIY. Mulai tahun ini kami juga menggandeng Departemen Agama guna mempermudah penyebaran informasi dan sosialisasi kami kesekolah-sekolah yang dinaunginya seperti MTs, Mi, RA, dan lainlain. Kami juga menambahkan konten pembelajaran pada pelaksanaan program PLS GL zoo seperti memeras susu sapi, budidaya ikan, memberi makan rusa, dll. Terakhir, bidang pendidikan kami mulai tahun ini juga aktif mensosialisasikan 89
program ini melalui forum-forum kepala sekolah, forum guru, dan sejenisnya.” (CW-1) Bapak YH selaku bagian marketing bidang humas di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Tahun ini banyak kebijakan baru guna meningkatkan aksesibilitas program PLS GL zoo. Mulai dari mencetak buku informasi, bekerjasama dengan Departemen Agama, penambahan variasi konten pembelajaran selama pelaksanaan program, dan masih banyak lainnya. Pokoknya semua upaya coba kami lakukan guna memperluas penyebaran informasi mengenai program ini keseluruh wilayah di DIY.” (CW-2)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti mendapatkan fakta bahwa program PLS GL zoo mulai tahun 2017 telah direkomendasikan oleh Departemen Agama DIY sebagai program pembelajaran diluar kelas yang dapat diikuti oleh sekolah-sekolah naungannya seperti MI, MTs, RA, dan lain-lain. (Lihat lampiran 11) Dari pernyataan diatas diketahui bahwa kebijakan-kebijakan baru yang diterapkan mulai tahun 2017 ini merupakan salah satu upaya pihak KRKB Gembira Loka dalam memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY. Maksud lainnya yaitu agar lebih banyak lagi pihak yang akan ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo kedepannya sehingga program ini dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran luar sekolah khususnya mengenai flora dan fauna.
90
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka (PLS GL zoo) memiliki faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung dalam aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu fasilitas yang dimiliki, keberadaan pihak mitra, integrasi materi pembelajaran dengan program, serta dukungan internal dari dalam KRKB Gembira Loka. Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Kami sangat merasa terbantu dengan adanya pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap program ini seperti UNY dan Dinas Pendidikan. Selain itu, dari internal KRKB pun banyak juga yang memberikan respon positif terhadap program ini. Hal ini terlihat dari kebijakankebijakan yang diambil dan saya rasa sangat mempermudah kami selaku penanggungjawab program. Tekakhir yaitu banyaknya fasilitas pembelajaran yang ada di lingkungan KRKB ini, dan semuanya itu dapat pula dimanfaatkan untuk mendukung program PLS GL zoo.” (CW-1)
RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Fasilitas guna penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah memadai. Peserta program dapat memanfaatkan seluruh sarana pembelajaran yang ada mulai dari Laboratorium Alam, hutan buatan, dan gudang bibit untuk belajar tentang flora. Peserta juga dapat menggunakan kandang percontohan, kolam benih, dan seluruh satwa yang ada di KRKB untuk pembelajaran mengenai fauna. Selain itu pihak KRKB juga menyediakan fasilitas penunjang seperti panggung, area outbound, dan pertunjukan satwa yang juga dapat digunakan sebagai kegiatan tambahan dalam program ini. Faktor 91
pendukung lain yaitu adanya koordinasi yang telah terjalin antara KRKB dengan Dinas Pendidikan dan pihak UNY selaku penyedia SDM pemandu. Faktor pendukung dari pihak sekolah juga ada, yaitu adanya materi-materi pembelajaran yang memang mengharuskan penyelenggaraan kegiatan luar ruangan sehingga dapat diintegrasikan dengan program ini.” (CW-3)
Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Menurut saya yang pertama fasilitas yang dimiliki untuk pelaksanaan program sudah sangat mencukupi. Lalu selanjutnya adanya peran dari Dinas Pendidikan yang ikut mengarahkan kami selaku pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan ini. Yang terakhir ya karena pihak sekolah banyak yang merasa butuh terhadap program seperti ini. Karena dikurikulum baru kan banyak teman-tema pembelajaran yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan luar ruangan misalnya program PLS GL zoo ini.” (CW-6)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa fasilitas, sarana, dan prasarana yang dimiliki KRKB guna menunjang kebutuhan program PLS GL zoo dalam kondisi yang baik dan masih layak digunakan guna memperlancar pelaksanaan program. Hal ini merupakan salah satu faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo. Hasil studi dokumentasi yang dilakukan peneliti terhadap fasilitas yang dimiliki KRKB Gembira Loka menunjukkan bahwa fasilitas yang dimiliki KRKB guna menunjang program PLS GL zoo sudah sangat memadai dan dalam kondisi yang baik. (Lihat lampiran 5 No. 2) Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu keberadaan pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap penyelenggaraan program PLS 92
GL zoo ini yaitu dari UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan dari Dinas Pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu adanya kebijakankebijakan internal dari pihak KRKB yang mempermudah pihak sekolah selaku peserta dan mahasiswa selaku pemandu program dalam mengakses program tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan lembaga-lembaga sekolah terhadap program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan dengan tema-tema pembelajaran yang ada. Faktor penghambat dalam aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka (PLS GL zoo) diantaranya yaitu SDM Pemandu dan kondisi dari pihak sekolah. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa: “Satu-satunya faktor penghambat yang ditemukan yaitu SDM Pemandu yang statusnya masih mahasiswa. Hal ini jelas akan menjadi penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo karena sebagai mahasiswa pasti juga memiliki tanggung jawab lain diluar kepemanduan PLS GL zoo sehingga akan terpecah fokus dan sulit untuk mencapai profesionalitas kerja.” (CL-5) Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Kebanyakan sekolah terutama sekolah negeri sudah memiliki susunan rencana kegiatan selama satu tahun, sehingga keterlambatan dalam sosialisasi dapat menyebabkan program PLS GL zoo tidak dapat diakses oleh sekolah tersebut atau menunggu tahun ajaran berikutnya karena tidak tercantum dalam rencana pembelajaran tahunan yang telah disusun. Selain itu, SDM pemandu yang notabene masih berstatus mahasiswa pasti lah memiliki tanggung jawab lain terkait perkuliahannya dan memiliki batas waktu sebelum harus menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal ini berdampak pada
93
pergantian pemandu setiap tahunnya sehingga baik dari pihak KRKB maupun Jurusan PLS harus melatihnya dari dasar kembali.” (CW-1) RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka mengungkapkan bahwa: “Karena statusnya masih mahasiswa, jadi setiap tahun pasti pemandu akan mengalami perubahan karena pemandu yang lama pasti harus menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal ini berdampak pada harus adanya pengulangan pelatihan dari dasar kembali oleh pihak KRKB maupun PLS sehingga sulit untuk mencapai kondisi pemandu yang professional. Sebagai mahasiswa kan juga banyak tanggungannya, harus mengikuti perkuliahn, harus mengerjakan tugas yang diberikan dosen, dan lain-lain. Selain itu, dari pihak sekolah juga ada. Misal dalam hal lokasi yang jauh dari KRKB dan tidak adanya alokasi dana untuk program-program luar ruangan. Kasus lain yaitu keterlambatan menerima informasi mengenai PLS yang berimbas pada tidak tercatatnya program pembelajaran luar sekolah dalam rencana pembelajaran dalam satu tahun ajaran.” (CW-3) Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa: “Seperti Saya ini yang baru mengetahui keberadaan program PLS GL zoo tahun ini. Kurang komunikasi dan sosialisasi menyebabkan banyak sekolah yang belum mengetahui adanya program PLS GL zoo. Lalu jarak juga bisa menjadi penghambat. Terakhir yaitu kurikulumnya. Kebanyakan sekolah apalagi yang negeri kan sudah merancang rencana pembelajaran selama satu periode, jadi ketika program PLS GL zoo ini belum diketahui mereka dan mereka belum masukkan dalam rancangan pembelajaran periode tersebut, ya terpaksa mereka harus menunggu sampai semester berikutnya untuk melaksanakannya atau malah menggantinya dengan kegiatan lain sejenis.” (CW-6) Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya dikarenakan statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus adanya
94
pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam mengikuti program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program. B. Pembahasan 1. Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal memiliki fungsi dan peranan tersendiri. Menurut Hamojoyo (dalam Kamil, 2011: 14) Pendidikan Luar Sekolah merupakan usaha yang terorganisir secara sistematis dan berkelanjutan di luar sistem formal, melalui hubungan sosial yang digunakan untuk membimbing individu, kelompok, maupun masyarakat agar
memiliki
cita-cita
guna
meningkatkan
taraf
hidup
untuk
kesejahteraannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui pendidikan luar sekolah memiliki fungsi sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti pendidikan formal yang ada. Sifatnya yang fleksibel menjadikan jenis pendidikan ini memiliki ragam bentuk dan metode yang sangat variatif. Hal
95
inilah yang menyebabkan pendidikan luar sekolah dapat menyasar berbagai golongan dengan masalah dan kebutuhan yang beragam pula. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah yaitu pembelajaran luar sekolah. Menurut Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011: 61) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Secara sederhana pembelajaran luar sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Pembelajaran luar sekolah merupakan konsep pembelajaran nonformal yang diinternalisasikan ke dalam pendidikan formal dengan tujuan menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi peserta didik. Dalam pembelajaran model ini, peserta didik difokuskan untuk dapat mandiri dalam bereksplorasi terhadap lingkungan disekitarnya guna mendapatkan informasi, pengetahuan, maupun pengalaman. Pembelajaran luar sekolah dalam prosesnya dapat dilakukan dimana saja karena tidak terbatas ruang dan waktu. Pembelajaran luar sekolah sebagai salah satu metode pembelajaran memiliki beragam bentuk dan jenis. Salah satu yang cukup banyak dilakukan yaitu wisata belajar. Wisata belajar merupakan metode pembelajaran yang dikemas secara rekreatif namun
96
tetap menonjolkan unsur-unsur edukasi. Wisata belajar memungkinkan peserta didik untuk dapat refreshing dan melepas penat sekaligus membelajarkan jika direncanakan dengan baik. Konsep penggabungan antara wisata dan belajar ini memiliki banyak bentuk dan variasi, antara lain: karyawisata, study tour, outbound, outing class, dan wisata edukasi. Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran model ini pun sangat beragam karena menyesuaikan kebutuhan dan informasi yang ingin digali. Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam lingkungan buatan sehingga dapat diperunjukkan pada khalayak ramai. Selain fungsinya sebagai tempat rekreasi dan konservasi, kebun binatang juga dapat difungsikan sebagai tempat edukasi. Lingkungannya yang dipenuhi dengan sumber-sumber belajar, menjadikan kebun binatang cocok untuk digunakan sebagai tempat pembelajaran luar sekolah. Informasi yang dapat digali pun tidak terbatas pada seputar binatang saja, tetapi dapat pula mengenai lingkungan alam sekitar dan sosialisasi antar masyarakat yang terjadi di dalamnya. Pembelajaran dengan metode wisata edukasi di kebun binatang juga tidak terbatas pada aspek fisiknya saja. Siswa dapat pula menjadikan karakteristik yang dimiliki binatang-binatang yang ada di kebun binatang sebagai sumber belajarnya. Kebun Raya dan Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka merupakan salah satu dari sekian banyak kebun binatang yang ada di Indonesia. KRKB
97
Gembira Loka sebagai lembaga konservasi yang fokus guna melestarikan flora dan fauna memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai tempat rekreasi, tempat penelitian, dan tempat pendidikan. Upaya yang ditempuh guna merealisasikan fungsi tersebut khususnya fungsi pendidikan, KRKB Gembira Loka menggagas sebuah program edukasi yang dinamai Pembelajaran Luar Sekolah Gembira Loka Zoo atau biasa disebut PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program hasil kerjasama antara pihak KRKB Gembira Loka dengan Universitas Negeri Yogyakarta khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Program ini diperuntukkan bagi pelajar usia TK hingga SMA diseluruh Kota Jogja yang telah mendaftar dan melakukan reservasi terlebih dahulu. Dalam pelaksanaannya, peserta akan dipandu untuk mengunjungi dan mengamati fasilitas pendidikan yang ada di KRKB Gembira Loka, mengasah kreativitas yang dimiliki, serta berkeliling KRKB Gembira Loka. Program PLS GL zoo ini memungkinkan peserta yang berstatus pelajar untuk dapat menggali informasi, pengetahuan, dan pengalaman secara langsung mengenai flora dan fauna yang ada di KRKB didamping oleh pemandu yang merupakan mahasiswa Jurusan PLS. Program ini merupakan gabungan dari jenis-jenis pembelajaran luar sekolah yang ada yaitu: outing class, field trip, dan outbound. Program PLS GL zoo dapat dikatakan sebagai pembelajaran luar sekolah jenis outing class karena kegiatan pembelajarannya dilakukan di luar ruangan atau kelas serta dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan aspek98
aspek pengetahuan melalui kegiatan pojok kreatif dan keliling KRKB Gembira Loka. Hal ini sesuai dengan pendapat Komarudin (dalam Husamah, 2013: 19) yang menyebutkan outing class sebagai aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan berada dilingkungan luar seperti bermain di sekitar sekolah, taman, sawah, dan kegiatan lain yang sifatnya petualangan serta dapat mengembangkan aspek pengetahuan yang relevan. Program PLS GL zoo dalam pelaksanaanya juga mengajak para peserta untuk mempelajari dan mengamati secara langsung apa yang Ia butuhkan agar mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pengalaman secara mandiri guna melengkapi materi yang didapatkannya di kelas. Hal ini telah sesuai dengan pengertian pembelajaran luar sekolah jenis field trip yang disampaikan Syaiful Sagala (2006: 214) yang menyebutkan field trip sebagai pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Metode ini banyak digunakan selain untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta didik, juga untuk menghindari kebosanan serta kejenuhan peserta didik terhadap pembelajaran yang ada di kelas. Lebih lanjut salah satu tahapan dari pelaksanaan program PLS GL zoo yaitu adanya pojok kreatif dan bina suasana. Kedua kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kreativitas, kepercayaan diri, dan memotivasi peserta sehingga akan memunculkan pribadi-pribadi yang tangguh dan mandiri setelah mengikuti program PLS GL zoo ini. Tujuan ini sesuai 99
dengan tujuan dari pembelajaran luar sekolah jenis outbound yang telah tercantum dalam kajian teori yang menyebutkan outbound tidak hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu dimana peserta diajak berpikir kreatif dan membuat terobosan-terobosan baru. Bentuk kegiatan yang dapat diselenggarakan dalam pembelajaran luar sekolah jenis ini berdasarkan pada prinsip kreativitas, rekreatif, dan edukatif baik dengan sasaran individu maupun kelompok. Aksesibilitas program merupakan salah satu komponen penting yang harus diketahui guna kepentingan pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Aksesibilitas sendiri memiliki pengertian sebagai level kemudahan
dan
keterjangkauan
terhadap
suatu
objek
dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhi. Secara singkat aksesibilitas dalam konteks sebuah program diartikan sebagai seperangkat komponen yang keberadaannya dapat memudahkan jalannya sebuah proses. Menurut Derek Halden Consultancy (2004) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa pemahaman mengenai aksesibilitas dapat dicirikan melalui tiga kategori pertanyaan yaitu: a. Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau tempat; b. Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya, atau sumber daya (termasuk orang-orang) yang memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya; c. Bagaimana – faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akses terhadap suatu objek. Pertanyaan “siapa” dalam konteks penelitian ini mengacu pada pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo 100
(stakeholder). Menurut Freeman (1984) dalam Sukada (2007: 98), pihak yang memiliki akses atau pemangku kepentingan (stakeholder) tersebut merupakan mereka yang memiliki kepentingan dan keputusan tersendiri, baik sebagai individu maupun wakil kelompok. Pengertian tersebut juga mencakup mereka yang mempengaruhi atau terkena pengaruh dari program. Hasil penelitian yang telah dilakukan, pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka antara lain: Dinas Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, lembaga sekolah di Kota Yogyakarta, Pengelola KRKB Gembira Loka, dan media massa. Pihakpihak yang memiliki akses tersebut selanjutnya memiliki peranan masingmasing dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo ini. Peranan tersebut diantaranya, Dinas Pendidikan mengeluarkan perizinan dan surat rekomendasi terhadap program PLS GL zoo bagi sekolah-sekolah di Kota Jogja. Selanjutnya ada juga dari pihak internal KRKB Gembira Loka seperti Direktur Utama selaku pemegang kebijakan, bagian marketing dan bidangnya yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan program tersebut misal dalam hal penyediaan fasilitas, alat dan bahan. Kemudian pihak UNY yang berperan dalam konseptor materi dan konten program serta penyediaan SDM pemandu kegiatan. Selain itu, ada pihak sekolah yang berperan sebagai konsumen atau peserta dari program PLS GL zoo itu sendiri. Media massa yang memiliki peran dalam menyebarluaskan informasi mengenai program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka kepada masyarakat luas. Pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS
101
GL
zoo
melaksanakan
peranannya
masing-masing
agar
proses
penyelenggaraan program PLS GL zoo dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan awalnya. Hal ini sesuai dengan prinsip stakeholder menurut Wibisono (2007: 96) yang menyatakan bahwa antara stakeholder dan perusahaan (dalam hal ini program PLS GL zoo) terjadi hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga perubahan pada salah satu pihak akan memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Hal ini membuktikan pihak-pihak yang memiliki akses merupakan komponen atau satu kesatuan utuh yang melaksanakan peranannya masing-masing guna mempermudah jalannya sebuah sistem. Pertanyaan “apa” berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo ini berkenaan dengan konteks pelaksanaan program dan strategi serta kebijakan yang diterapkan berkaitan dengan aksesibilitas program tersebut. Menurut Sujarwo (2013: 36) pelaksanaan pembelajaran khsusunya pembelajaran orang dewasa yang didasarkan pada belajar pada pengalaman, terdapat 3 tahapan penting didalamnya yaitu: tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, pelaksanaan program pendampingan PLS GL zoo mengacu pada prinsip belajar dari pengalaman yang telah dikemukakan diatas karena didalamnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Hasil ini juga didukung dengan hasil penelitian dari Sujarwo pada tahun 2017 tentang Desain Model Wisata Belajar di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta sebagai Laboratorium Luar 102
Kampus yang menyatakan bahwa langkah-langkah program PLS GL zoo terdiri dari tahap pendahuluan, kegiatan inti dan penutup (JPPM, 4 (1), 2017, 90-100). Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut, peneliti memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya tanggapan positif dari pihak sekolah selaku peserta berkaitan dengan program PLS GL zoo khususnya dalam hal lagkah-langkah pelaksanaannya. Pelaksanaan program PLS GL zoo sudah cukup baik dan sesuai dengan harapan dari pihak sekolah. Namun, perlu adanya pengembangan dan penambahan konten agar siswa menjadi lebih antusias lagi mengikuti program dan mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman. Selanjutnya mengenai strategi dan kebijakan yang diterapkan berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo, sudah banyak diterapkan baik oleh pihak KRKB Gembira Loka maupun pemandu program. Dari hasil penelitian diketahui strategi dan kebijakan yang sudah diterapkan meliputi: adanya potongan tarif tiket masuk bagi peserta yang menggunakan paket PLS, adanya pemandu yang telah diberi pelatihan sehingga lebih siap dalam mendampingi dan memberikan materi-materi mengenai satwa yang ada di KRKB Gembira Loka, dan terakhir yaitu adanya kebijakan dimana bagian marketing dari KRKB Gembira Loka mulai tahun 2016 dipecah menjadi tiga bagian guna memperjelas tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo. Kebijakan serta strategi yang telah ditempuh tersebut bertujuan untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo keseluruh pihak-pihak yang 103
berkepentingan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nurcholis (2007: 263) mengenai definisi kebijakan sebagai keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untukmencapai tujuan tertentu dan biasanya berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan kedepan dan penerapan atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah diterapkan. Pertanyaan “bagaimana” sesuai teori aksesibilitas program yang telah dijabarkan diatas mengacu pada upaya yang dilakukan guna memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya. Upaya yang dilakukan didasarkan pada hasil evaluasi yang diselenggarakan pada akhir periode. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sujarwo tahun 2017 tentang Desain Model Wisata Belajar di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta sebagai Laboratorium Luar Kampus yang menyatakan bahwa tahapan dalam kegiatan pendampingan program PLS GL zoo terdiri dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi (JPPM, 4 (1), 2017, 90100). Pelaksanaan program selama satu periode kepemanduan selanjutnya dievaluasi secara menyeluruh guna mendapatkan pedoman untuk perbaikan dan pengembangan program kedepannya. Berbekal dari hasil evalausi tersebut, munculah kebijakan dan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh keseluruhan pihak yang memiliki akses terhadap program ini guna pengembangan program kedepannya. Dari hasil penelitian diketahui kebijakan dan upaya yang ditempuh diantaranya yaitu:
104
a.
Membuat kebijakan baru. Mulai pada tahun 2017 program PLS GL zoo terbuka untuk seluruh lembaga sekolah yang ada di provinsi DIY;
b.
Memperluas kerjasama. Menjalin kerjasama dengan Departemen Agama selaku lembaga yang menaungi sekolahan-sekolah berbasis keagamaan seperti MTs, MI, dan RA serta lembaga sekolah sejenis agar dapat berpartisipasi dalam program PLS GL zoo;
c.
Membuat buku informasi mengenai program edukasi yang ada di KRKB Gembira Loka yang meliputi Program Pembelajaran Luar Sekolah (PLS) dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Buku informasi ini nantinya akan dibagikan keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY melalui forum-forum pertemuan kepala sekolah atau organisasi guru yang ada di DIY agar informasi mengenai keberadaan program ini dapat terakses oleh semua lembaga sekolah.
d.
Penambahan konten pembelajaran meliputi perah susu sapi, membuat pupuk kompos, melihat budidaya tanaman dan ikan air tawar, serta pengayaan materi kepada pemandu program PLS GL zoo.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Aksesibilitas Program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka Menurut Pringle (dalam Lai, 2012: 91) kebun binatang sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan tentang binatang dan kesadaran lingkungan. Kebun binatang sebagai tempat penyelenggaraan pembelajaran 105
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Menurut Husamah (2013: 54), terdapat sisi positif bagi seorang siswa yang mengikuti kegiatan wisata belajar khususnya di kebun binatang, yaitu: a. b. c.
d. e.
Kegiatan belajar mengajar lebih bermakna sebab siswa memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung; Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan sesuatu; Memperlihatkan kondisi nyata di lapangan dengan mengintegrasikannya dengan pengajaran di dalam kelas sehingga menciptakan kepribadian yng komplit baik bagi guru maupun siswa; Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik di dalam maupun luar kelas; Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya. Pembelajaran langsung di kebun binatang memungkinkan peserta
didik untuk dapat berinteraksi langsung dengan apa yang sedang dipelajarinya merupakan salah satu kelebihan dari metode pembelajaran ini. Namun, disisi lain kebun binatang juga memiliki kelemahan jika dipergunakan sebagai lokasi pembelajaran. Kebun binatang yang notabene merupakan tempat umum yang dapat diakses oleh khalayak ramai tentunya akan sulit untuk dapat selalu menjaga kondusifitasnya sehingga pelaksanaan pembelajaran akan mengalami banyak gangguan dan hambatan. Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka selaku pemegang kebijakan dalam program PLS GL zoo tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan dalam penyelenggaraan program edukasinya. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat aksesibilitas yang dimiliki oleh program edukasi tersebut khususnya program PLS GL zoo. Dalam kaitannya dengan aksesibilitas program PLS GL zoo, hasil penelitian juga 106
menemukan adanya faktor pendukung dan penghambat yang berpengaruh terhadap aksesibilitas program tersebut. Faktor pendukung dalam aksesibilitas program PLS GL zoo yaitu keberadaan pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap penyelenggaraan program PLS GL zoo ini yaitu dari UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan dari Dinas Pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu adanya kebijakan-kebijakan internal dari pihak KRKB yang mempermudah pihak sekolah selaku peserta dan mahasiswa selaku pemandu program dalam mengakses program tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan lembaga-lembaga sekolah terhadap program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan dengan tematema pembelajaran yang ada. Faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya dikarenakan statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus adanya pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam mengikuti program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah dengan penyelenggaraan program.
107
KRKB selaku lokasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Aksesibilitas merupakan salah satu komponen penting yang harus diketahui guna kepentingan pengembangan program kedepannya. Aksesibilitas dapat diartikan sebagai level kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu objek dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dalam kaitannya dengan sebuah program, aksesibilitas diartikan sebagai seperangkat komponen yang keberadannya dapat mempermudah berjalannya sebuah proses. Berkaitan dengan hal tersebut, aksesibilitas program PLS GL zoo ada dan melekat dalam tahapan-tahapan pelaksanaan programnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Aksesibilitas program yang dimaksud mengacu pada konsep teori yang telah dibahas dalam penelitian ini. Aksesibilitas program PLS GL zoo terdiri dari pihak-pihak yang memiliki akses dan peranannya, pelaksanaan program dan kebijakan yang diterapkan, serta upaya memperluas aksesibilitas program kedepannya. Pihak yang memiliki akses dan peranannya yaitu meliputi (1) dinas pendidikan selaku pemberi izin dan surat rekomendasi, (2) pengelola KRKB Gembira Loka selaku pemegang kebijakan dan penyedia fasilitas, (3) jurusan PLS selaku konseptor materi dan penyedia SDM pemandu, (4) lembaga sekolah selaku peserta program, dan (5) media massa selaku penyebarluas informasi mengenai keberadaan program. Dalam hal pelaksanaan program, program PLS
108
GL zoo mengacu pada langkah-langkah yang telah disusun dengan mengacu pada prinsip belajar dari pengalaman. Hal tersebut mendapat tanggapan positif dari pihak sekolah selaku peserta program. Selama 4 tahun berjalannya program, kebijakan yang telah diterapkan yaitu meliputi: adanya potongan tarif, adanya pemandu yang mendampingi peserta selama pelaksanaan program, dan adanya kebijakan perombakan struktur organisasi dimana bagian marketing mulai tahun 2016 dipecah menjadi 3 bidang guna memperjelas tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo. Terakhir yaitu upaya yang dilakukan pihak KRKB Gembira Loka guna memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya yaitu meliputi (1) membuat kebijakan baru yaitu membuka akses program PLS GL zoo bagi semua lembaga sekolah yang ada diwilayah DIY, (2) memperluas kerjasama yaitu dengan Departemen Agama, (3) membuat buku informasi mengenai program edukasi yang diselenggarakan KRKB Gembira Loka, dan (4) penambahan konten pembelajaran yang ada dalam pelaksanaan program PLS GL zoo. Aksesibilitas program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka memiliki faktor pendukung yaitu keberadaan pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap penyelenggaraan program PLS GL zoo ini yaitu dari UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan dari dinas pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu
adanya
kebijakan-kebijakan
internal
dari
pihak
KRKB
yang
mempermudah pihak sekolah selaku peserta dan mahasiswa selaku pemandu
109
program dalam mengakses program tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan lembaga-lembaga sekolah terhadap program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan dengan tema-tema pembelajaran yang ada. Selain faktor pendukung diatas, terdapat pula faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya dikarena statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus adanya pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam mengikuti program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang peneliti akan ajukan yaitu: 1. Gencarkan sosialiasai program, salah satunya dengan perluas relasi terutama dengan media massa agar informasi mengenai program PLS GL zoo dapat tersebar lebih luas dan merata.
110
2. Pengembangan terhadap konten program agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan peserta yang berasal dari usia dasar hingga tingkat menengah atas bahkan mahasiswa. 3. Bentuk tim inti yang professional agar dapat menjadi role model bagi pemandu-pemandu yang lain dan penjamin keberlanjutan program.
111
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2010). Kajian Pemanfaatan Kebun Binatang Mini Jantho sebagai Penunjang Pembelajaran Biologi. Jurnal Biologi Edukasi Online. Diakses http://www.jurnal.unsyiah.a.id/JBE/article/view/437/597 pada hari Jumat tanggal 14 April 2017 pukul 10.17 WIB. Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya. Adityo Gari P. (2015). Pendampingan Pembelajaran Luar Sekolah Berbasis Wisata Pada Anak SD di Gembira Loka Zoo Tahun 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Agus Suprijono. (2016). Model-model Pembelajaran Emansipatoris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bambang Susantono. (2004). Langkah Kecil yang Kita Lakukan Menuju Transportasi yang Berkelanjutan. Jakarta: Majalah Transportasi Indonesia. Derek Halden. (2004). Accessibility Planning: Developing and Piloting Approaches. London: Tidak diterbitkan. Versi terjemahan. Djamaludin Ancok. (2007). Outbound Managenet Training. Yogyakarta: UII Press. Djuju Sudjana. (2004). Pendidikan Non Formal. Bandung: Fallah Production. Eko Putro Widyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fidel Miro. (2009). Perencanaan Transportasi bagi Mahasiswa, Perencana dan Praktisi. Jakarta: Erlangga. H. Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. H.A.R. Tilaar. (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Hamzah B. Uno (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup. Hanif Nurcholis (2007). Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Husamah. (2013). Pembelajaran Luar Kelas (Outdoor Learning). Jakarta: Pustaka Karya. 112
Istiningsih. (2008). Model Pendampingan Berbasis Among dalam Penyuluhan Pertanian Padi Organik di Sleman Yogyakarta. Jurnal Penelitian UNY. Yogyakrta: UPT-UNY. Lai, C. (2012). A Study of Informal Science Learning at Taipei Zoo. The Jounal of Human Resource and Adult Learning, 8(2), 91-97. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1318922292?accountid=31324. Lexy J. Moleong. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. M. Djamal. (2015). Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maya Sofie Rokhmah. (2012). Pelaksanaan Pendampingan Bagi Anak Korban Kekerasan di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal FIP hal 1-13. McQuail. (2005). Mass Communication Theory 6th Edition. London: SAGE Publications Ltd. Versi terjemahan. Moeslichatoen, R. (2007). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Muchsin (2013). Pengaruh Penggunaan Metode Karyawisata Terhadap Prestasi Belajar Kognitif IPS Kelas IV Sekolah Dasar. Artikel Jurnal PGSD UNY. Hlm. 1-11. Muchlisin Asti Badiatul. (2009). Fun Outbound: Merancang Kegiatan Outbound yang Efektif. Yogyakarta: Diva Press. Mustofa Kamil. (2011). Pendidikan Non Formal (Pengembangan melalui PKBM di Indonesia). Bandung: Alfabeta. Nurul Zuriah. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tahun 2012 tentang lembaga konservasi. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah. Rachmat Kriyantono. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. Rohani. (1990). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
113
Saleh Marzuki. (2010). Pendidikan Non Formal (Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi). Bandung: ROSDA. Sihombing Umberto. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Masalah, Tantangan dan Peluang). Jakarta: Wirakarsa. Siti Septyany Dewi, dkk. (2012). Peran Parenting Education Berbasis Budaya Jawa Dalam Meningkatkan Kualitas Orang Tua Untuk Mendidik Anak. Makalah disajikan dalam Seminar Penelitian Latihan Mahasiswa, pada tahun 2012 di Universitas Negeri Yogyakarta. Sudaryono. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Sujarwo. (2013). Pembelajaran Orang Dewasa (Metode dan Teknik). Yogyakarta: Venus Gold Press. Sujarwo, S., Samsi, I., & Wibawa, L. (2017). Desain model wisata belajar di Kebun Binatang Gembiraloka Yogyakarta sebagai Laboratorium Luar Kampus. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 4(1), 90-100. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v4i1.12535. Sukada, Sonny dkk. (2007). Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Jakarta: Indonesia Business Links. Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Suryaningsih. (2012). Penerapan Metode Karyawisata dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS di Kelas V SDN Nanggulan Maguwoharjo. Artikel Jurnal PGSD Hal 1-15. Syaiful Sagala. (2007). Manajemen Stratejik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. . (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Tirtodiprojo, dkk. (2008). Panduan satwa. Yogyakarta: Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.
114
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Unang Mulkhan dkk. (2011). Peran Pemerintah dalam Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Upaya Mendorong Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.1. Halaman 274-281. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) No. 40 Tahun 2007 ayat 74 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Wijilestari, Tutik Sih. (2013). Pengembangan Kemampuan Kecerdasan Naturalis Melalui Metode Pembelajaran Outing Class Pada Anak Kelompok B 1 Tk Mta 1 Kebakkramat Tahun 2012/2013. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wina Sanjaya. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup. Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Model, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali Press. Yusuf Wibisono. (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
115
Lampiran 1. Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI
No 1
2
3
4
Aspek
Deskripsi
Identifikasi Lembaga: a.
Letak Geografis
b.
Sejarah Berdiri
c.
Visi dan Misi
d.
Struktur Organisasi
Fasilitas: a.
Sarana
b.
Prasarana
Pelaksanaan Program PLS GL zoo: a.
Pelaksanaan Program
b.
Konten Program
Aksesibilitas Program PLS GL zoo: a.
Pihak
yang
memiliki
akses
peranannya;
5
b.
Penerapan Kebijakan
c.
Upaya perluasan aksesibilitas
Faktor Pendukung dan Penghambat Aksesibilitas Program PLS GL zoo
116
dan
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI 1.
Berupa Catatan/Arsip Tertulis a.
Profil KRKB Gembira Loka
b.
Struktur Pengelolaan Program PLS GL zoo
c.
Dokumen Reservasi Kegiatan PLS GL zoo selama Satu bulan
d.
Buku informasi Program edukasi di KRKB Gembira Loka
e.
Surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan Departemen Agama
2.
Foto a.
Gedung atau fisik KRKB Gembira Loka
b.
Sarana dan prasarana yang dimiliki KRKB Gembira Loka
c.
Pelaksanaan kegiatan program pembelajaran luar sekolah
117
PEDOMAN DOKUMENTASI SARANA DAN PRASARANA KRKB GEMBIRA LOKA No
Keterangan Objek
Keterangan Ada
Tidak
1
Gedung Kantor
√
Baik
2
Kamar Mandi
√
Memadai
3
Mushola
√
Baik
4
Fasilitas Cuci Tangan
√
Memadai
5
Ruang informasi
√
Baik
6
Pengeras Suara
√
Baik
7
Halaman
√
Memadai
8
Museum Flora dan Fauna
√
Baik
9
Kantin
√
Memadai
10
Papan Pengumuman
√
Baik
11
Pos keamanan
√
Baik
12
Tempat Parkir
√
Memadai
118
13
Alat Transportasi
√
Memadai
14
Akses Disabilitas
√
Baik
119
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA Untuk Pengelola Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka
I.
Hari, tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
IDENTITAS DIRI 1.
Nama
:
2.
Jenis Kelamin
:
3.
Usia
:
4.
Pendidikan Terakhir
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Alamat
:
II. PERTANYAAN 1.
Apa latarbelakang penyelenggaraan program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka Yogyakarta?
2.
Pihak-pihak mana saja yang memiliki akses terhadap penyelenggaraan Program PLS GL zoo?
3.
Apa peranan dari masing-masing pihak tersebut?
120
4.
Apa harapan yang ingin dicapai setelah adanya koordinasi dan komunikasi yang intens dengan pihak Dinas Pendidikan Kota Jogja?
5.
Siapa saja yang berperan dalam pengambilan kebijakan terkait Program PLS GL zoo?
6.
Strategi dan kebijakan apa saja yang telah diterapkan guna meningkatkan aksesibilitas program PLS GL zoo?
7.
Apa dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan tersebut?
8.
Apa rencana kebijakan jangka panjang yang mungkin diambil pihak KRKB Gembira Loka terkait program PLS GL zoo?
9.
Selama ini, pihak sekolah mana saja yang sudah mengikuti program?
10. Apa harapan pihak sekolah setelah mengikuti program PLS GL zoo? 11. Apa upaya untuk memperluas aksesibilitas Program PLS GL zoo yang akan dilakukan oleh KRKB Gembira Loka? 12. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo? 13. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
121
Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA Untuk Mahasiswa yang Tergabung dalam Tim Inti Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka
I.
Hari, tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
IDENTITAS DIRI 1.
Nama
:
2.
Jenis Kelamin
:
3.
Usia
:
4.
Pendidikan Terakhir
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Alamat
:
II. PERTANYAAN 1.
Berapa jumlah mahasiswa yang tergabung dalam tim kepemanduan Program PLS GL zoo?
2.
Bagaimana sistem rekruitmen yang diterapkan dalam tim kepemanduan Program PLS GL zoo?
3.
Bagaimana pembagian tugas yang ada dalam tim kepemanduan Program PLS GL zoo?
4.
Selama ini, pihak sekolah mana saja yang sudah mengikuti program? 122
5.
Pihak-pihak mana saja yang memiliki akses terhadap penyelenggaraan Program PLS GL zoo?
6.
Apa peranan dari masing-masing pihak tersebut?
7.
Dari pihak-pihak tersebut, mana saja yang ikut berpartisipasi dalam mengembangkan kualitas tim kepemanduan Program PLS GL zoo?
8.
Strategi dan kebijakan apa saja yang telah diterapkan guna meningkatkan aksesibilitas program PLS GL zoo?
9.
Apa latar belakang pihak sekolah mengikuti program PLS GL zoo?
10. Apakah penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah sesuai dengan harapan pihak sekolah selaku peserta program? 11. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo? 12. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
123
Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA Untuk Guru atau Pendamping Sekolah Peserta Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka
I.
Hari, tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
IDENTITAS DIRI 1.
Nama
:
2.
Jenis Kelamin
:
3.
Usia
:
4.
Pendidikan Terakhir
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Alamat
:
II. PERTANYAAN 1.
Darimana pihak sekolah mengetahui tentang program PLS GL zoo?
2.
Apakah informasi yang disebarkan sudah cukup efektif untuk mempromosikan Program PLS GL zoo ke lembaga sekolah yang ada di Kota Jogja?
3.
Apa yang melatarbelakangi pihak sekolah mengikuti Program PLS GL zoo?
4.
Apa tujuan mengikuti Program PLS GL zoo? 124
5.
Sudah berapa kali sekolah mengikuti Program PLS GL zoo?
6.
Apa kelebihan dari Program PLS GL zoo?
7.
Apa harapan pihak sekolah setelah mengikuti program PLS GL zoo?
8.
Apakah penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah sesuai dengan harapan pihak sekolah selaku peserta program?
9.
Apakah Anda berminat untuk mengikuti kembali Program PLS GL zoo?
10. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo? 11. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
125
Lampiran 4. Catatan Lapangan Catatan Lapangan Nomor
: 01
Tanggal
: 05 Oktober 2016
Waktu
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat
: KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi Rabu, 05 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB peneliti bergabung bersama tujuh pemandu menjadi pendamping dalam program PLS GL zoo. Langkah awal ini peneliti tempuh guna melihat dan mengamati langsung proses pelaksanaan program PLS GL zoo yang nantinya akan dijadikan bahan penelitian. Dari mengikuti kegiatan tersebut, peneliti sedikit banyak sudah mengerti tahap-tahap dalam pelaksanaan program PLS GL zoo. Setelah melakukan pendampingan selama kurang lebih 2 jam, selanjutnya peneliti mulai bertanya-tanya terkait program PLS GL zoo kepada salah satu pemandu yang bertugas pada hari itu yaitu RA. RA lalu mulai bercerita mengenai bagaimana awal mula program ini dapat terselenggara dan bagaimana dia bisa tergabung dalam tim pemandu PLS GL zoo. RA juga menceritakan beberapa pengalamannya ketika menjadi pemandu dalam program PLS GL zoo ini.
126
Peneliti kemudian menemui pak YH di ruangan marketing setelah sebelumnya sudah membuat janji melalui pesan singkat. Bapak YH merupakan bagian marketing KRKB Gembira Loka yang juga ditunjuk untuk mengembangkan program PLS GL zoo. Setelah bertemu dengan Bapak YH, peneliti kemudian memperkenalkan diri. Selesai peneliti memperkenalkan diri, kemudian pak YH juga sedikit memperkenalkan diri dan mulai bercerita tentang masa kuliahnya dulu. Percapakan dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari peneliti mengenai sejarah dan latar belakang terselenggaranya program PLS GL zoo, pihah-pihak yang terlibat didalamnya, dan harapan kedepan terhadap program tersebut. Setelah dirasa cukup dengan penjelasan dan informasi yang diperoleh terkait program PLS GL zoo, peneliti kemudian berterimakasih dan pamit pulang kepada Bapak YH. Diakhir percakapan Bapak YH menyampaikan bahwa peneliti diperbolehkan untuk menemui beliau kembali jika data yang diperoleh dirasa kurang atau masih ada yang harus dilengkapi.
127
Catatan Lapangan Nomor
: 02
Tanggal
: 12 Oktober 2016
Waktu
: 09.00 – 11.00 WIB
Tempat
: KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Observasi Lanjutan
Deskripsi Rabu, 12 Oktober 2016 peneliti kembali melakukan observasi lanjutan untuk menanyakan beberapa hal hasil observasi awal yang menurut peneliti masih dapat dijadikan fokus permasalahan untuk diteliti. Peneliti bertemu dengan Bapak YH setelah sebelumnya telah membuat janji lewat pesan singkat. Obrolan dimulai dengan bahasan-bahasan santai agar terkesan tidak kaku dan lebih hangat. Kepada Bapak YH, peneliti mulai bertanya mengenai hal-hal yang sebelumnya telah dipersiapkan dalam catatan kecil mulai dari sekolah mana saja yang pernah terlibat dalam program PLS GL zoo, tanggapan beliau tentang program tersebut, dan kebijakan-kebijakan yang ada didalamnya. Dari informasi-informasi yang didapatkan, kemudian peneliti mulai menyimpulkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian peneliti kembali tanyakan kepada bapak MS yang merupakan bagian pendidikan di KRKB Gembira Loka. Bapak MS ditemui langsung oleh peneliti diruangan berbeda setelah 128
selesai melakukan observasi dengan bapak YH. Hasil dari wawancara dengan bapak MS menunjukkan bahwa permasalahan-permasalahan tersebut memang terjadi selama ini dan sudah ada yang diupayakan penyelesaiannya serta ada pula yang belum. Setelah berpamitan dengan bapak MS, ditempat lain peneliti kemudian membuat mapping permasalahan yang dihadapai dan mengkerucutkannya. Hasil dari mapping masalah tersebut,ditemukan satu permasalahan pokok dan dirasa peneliti cukup sesuai untuk dijadikan fokus penelitian yang akan dilakukan peneliti kemudian.
129
Catatan Lapangan Nomor
: 03
Tanggal
: 03 Januari 2017
Waktu
: 08.00 – 10.00 WIB
Tempat
: Ruang Bagian Marketing KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Izin Penelitian Secara Lisan
Deskripsi Pada selasa, 03 Januari 2017 peneliti datang ke KRKB Gembira Loka pada pukul 08.00 WIB untuk bertemu dengan Bapak MS setelah sebelumnya telah membuat janji melalui pesan singkat. Tujuan utama peneliti pada hari tersebut yaitu menyampaikan permohonan izin secara lisan dan mecari informasi mengenai prosedur untuk melakukan penelitian di KRKB Gembira Loka. Setelah bertemu dengan Bapak MS diruangannya, kemudian peneliti mulai menyampaikan tujuannya tersebut. Bapak MS kemudian menyambut baik maksud dari peneliti untuk mengadakan penelitian di KRKB Gembira Loka khususnya di dalam Program Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo). Dari Bapak MS kemudian peneliti diarahkan untukbertemu dengan Bapak YH selaku bidang humas untuk mencari informasi mengenai prosedur dalam melakukan penelitian di KRKB Gembira Loka. Sesampainya diruangan Bapak YH, peneliti langsung menyampaikan maksud dan tujuannya. Obrolan dilanjutkan dengan penjelasan dari Bapak YH mengenai prosedur dan syarat administrative 130
yang harus dipenuhi peneliti jika ingin melakukan penelitian di KRKB Gembira Loka. Setelah merasa cukup jelas dengan informasi yang disampaikan oleh Bapak YH, kemudian peneliti berpamitan untuk pulang.
131
Catatan Lapangan Nomor
: 04
Tanggal
: 05 Januari 2017
Waktu
: 09.00 – 10.00 WIB
Tempat
: Ruang Bagian Marketing KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Menyerahkan Surat Izin Penelitian
Deskripsi Pada hari kamis, 05 Januari 2017 peneliti kembali datang ke KRKB Gembira Loka. peneliti sampai di lokasi pada pukul 09.00 WIB dan langsung menuju ruang administrasi guna menyerahkan surat izin observasi. Setelah menyerahkan surat tersebut, peneliti kemudian mengisi beberapa formulir dan mengumpulkan berkas yang telah dibawa guna dilampirkan bersama formulir tersebut untuk kelengkapan administrasi. Setelah selesai mengurus surat izin penelitian tersebut, peneliti kemudian menuju ruang bagian marketing KRKB Gembira Loka guna menemui Bapak MS dan YH. Peneliti menemui Bapak MS dan YH pada kesempatan itu bermaksud untuk memohon izin guna kesedian beliau menjadi narasumber dalam penelitian yang dilakukan peneliti. Pertemuan tersebut juga digunakan peneliti untuk membuat janji lebih lanjut guna pelaksanaan wawancara kepada kedua calon narasumber tersebut. Kedua calon naraumber tersebut menanggapi positif dan bersedia menjadi narasumber dalam penelitian yang dilakukan peneliti. Setelah mendapat kejelasan 132
mengenai jadwal pertemuan guna melakukan wawancara, kemudian peneliti berpamitan dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada kedua narasumber tersebut.
133
Catatan Lapangan Nomor
: 05
Tanggal
: 16 Januari 2017
Waktu
: 07.30 – 12.00 WIB
Tempat
: KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Wawancara dengan Pemandu Program PLS GL zoo
Deskripsi Pada hari Senin, 16 Januari 2017 peneliti tiba di KRKB Gembira Loka pukul 07.30 WIB untuk mengikuti kepemanduan dengan salah satu sekolah dasar dari Kota Yogyakarta. Peneliti melakukan kepemanduan dengan 7 pemandu lainya. Peneliti bertemu dengan koordinator pemandu RA. Dengan janji yang telah disepakati hari sebelumnya peneliti melakukan wawancara dengan RA dan HKA terkait fokus penelitian yang diambil peneliti. Peneliti melakukan wawancara setelah kegiatan kepemanduan. Peneliti melakukan wawancara di rest area depan. Peneliti memulai obrolan dengan bahasan-bahasan ringan guna mengakrabkan suasana mengingat narasumber memiliki umur yang tidak terpaut jauh dengan peneliti. Peneliti kemudian menanyakan seputar aksesibilitas program PLS GL zoo yang berkaitan dengan pemandu program. Setelah dirasa cukup peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan untuk selanjutnya menuju HKA selaku narasumber wawancara berikutnya. Peneliti kemudian kembali menanyakan 134
pertanyaan yang sama guna memperoleh data yang valid.setelah dirasa cukup, peneliti kemudian mengucapkan terimakasih dan berpamitan. Pada hari itu, peneliti juga melaksanakan observasi lapangan guna mengamati peserta program PLS GL zoo dan kepamanduan yang dilakukan pemandu pada hari itu. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mendapati fakta bahwa status pemandu yang masih mahasiswa merupakan salah satu faktor penghambat aksesibilitas program. Hasil observasi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa kebanyakan sekolah peserta program berasal dari TK dan SD,sangat jarangdari SMP atau SMA. Terakhir hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kebanyakan sekolah mengikuti program PLS GL zoo yaitu karena untuk melaksanakan kegiatan field trip dan outing class.
135
Catatan Lapangan Nomor
: 06
Tanggal
: 31 Januari 2017
Waktu
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat
: KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Wawancara dengan Bagian Marketing KRKB Gembira Loka
Deskripsi Pada hari Selasa, 31 Januari 2017 peneliti tiba di KRKB Gembira Loka pukul 09.00 untuk melakukan wawancara dengan pihak pengelola, peneliti telah membuat janji dengan 2 pengelola KRKB dari Bagian Marketing yaitu bidang pendidikan, dan Humas. Peneliti memulai wawancara pada pukul 9.10 WIB dengan Bapak MS selaku bidang pendidikan KRKB Gembira Loka di ruang bagian marketing. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pertanyaan seputar aksesibilitas program PLS GL zoo mulai dari kebijakan yang ada hingga rencana jangka panjangnya. Setelah selesai melakukan wawancara peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dari bidang humas yaitu Bapak YH, wawancara dimulai pukul 9.30 WIB dengan fokus penelitian terkait reservasi program PLS GL zoo dan upaya yang dilakukan dalam memperluas aksesibilitasnya. Sesekali wawancara juga diselingi dengan obrolanobrolan ringan guna mecairkan suasana. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan. 136
Pada kesempatan itu, peneliti juga melakukan observasi langsung dilapangan dikarenakan pada saat itu juga terdapat sekolah yang sedang mengikuti program PLS GL zoo. Observasi pada kesempatan itu difokuskan pada pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program dan peranannya terhadap penyelenggaraan program. Kegiatan ini dilakukan guna mendukung data yang telah diperoleh dari wawancara yang telah dilaksanakan. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa banyak pihak-pihak yang memiliki akses ke dalam program PLS GL zoo dan masing-masing pihak tersebut telah memiliki peranannya masing-masing.
137
Catatan Lapangan Nomor
: 07
Tanggal
: 07 Februari 2017
Waktu
: 09.00 – 12.00 WIB
Tempat
: KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Wawancara dengan Guru Pendamping Kegiatan dari sekolah peserta Program PLS GLzoo
Deskripsi Pada tanggal 07 Februari 2017 peneliti melakukan wawancara dengan pendamping atau guru pembimbing peserta program pembelajaran luar sekolah di kebun binatang gembira loka. Wawancara dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan
program
pembelajaran
luar
sekolah.
Peneliti
memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Ibu SM dan Ibu SM pun bersedia memberikan informasi sepanjang pengetahuannya mengenai program pembelajaran luar sekolah. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan seputar aksesibilitas program PLS GL zoo meliputi, latar belakang sekolah mengikuti program, tanggapan terhadap pelaksaaan program, darimana mengetahui tentang program ini, dan lain-lain. Peneliti dan narasumber berbincang-bincang sekaligus mengamati kegiatan yang sedang berlangsung yaitu pojok kreatif. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti berpamitan kepada narasumber dan mempersilahkan 138
narasumber melanjutkan pendampingan kepada peserta didik. Narasumber meminta maaf jika informasi yang disampaikan kurang lengkap dan peneliti pun berterimakasih atas informasi yang disampaikan. Pada kesempatan itu, peneliti juga melakukan observasi langsung guna mengamati konten dan pelaksanaan program PLS GL zoo. Hasil yang didapat dari kegiatan observasi ini yaitu konten dan pelaksanaan program PLS GL zoo sudah baik, namun perlu adanya penambahan dan pengembangan agar dapat memperluas aksesibilitas yang dimiliki.
139
Catatan Lapangan Nomor
: 08
Tanggal
: 13 Februari 2017
Waktu
: 13.00 – 17.00 WIB
Tempat
: KRKB Gembira Loka
Kegiatan
: Mengikuti kegiatan sosialisasi di Dinas Pendidikan Kulon Progo
Deskripsi Pada hari Senin, 13 Februari 2017 peneliti bergabung bersama rombongan pengelola KRKB Gembira Loka guna melakukan sosialisasi program PLS GL zoo di Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan ini merupakan acara pertemuan kepala sekolah dasar negeri di Kabupaten Kulon Progo. Dalam kesempatan ini peneliti sekaligus melakukan observasi mengenai upaya yang dilakukan pihak KRKB Gembira Loka dalam memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo. Dari hasil observasi peneliti menemukan beberapa upaya yang telah dilakukan pihak KRKB Gembira Loka yaitu membuat buku informasi program edukasi yang ada di KRKB Gembira Loka, bekerjasama dengan Departemen Agama, dan aktif menyosialisasikan program PLS GL zoo melalui forum-forum guru dan kepala sekolah. Setelah acara selesai kemudian peneliti sedikit melakukan wawancara dengan pengelola KRKB Gembira Loka guna memastikan kevalid-an data yang didapatkan peneliti dari kegiatan observasi.
140
Lampiran 5. Hasil Dokumen Foto DOKUMENTASI FOTO 1. Foto Pelaksanaan Program PLS GL zoo
Kegiatan penyambutan peserta sebagai tahap awal pelaksanaan program PLS GL zoo
Kegiatan bina suasana guna mengakrabkan peserta dengan pemandu
141
Pojok kreatif sebagai nilai tambah dalam pelaksanaan program PLS GL zoo. Media dalam pojok kreatif disesuaikan dengan tingkatan usia dan kelas peserta program.
Tour the zoo merupakan kegiatan dimana peserta dipandu untuk berkeliling KRKB Gembira Loka dengan didampingi pemandu yang juga bertugas untuk memberikan pengarahan dan materi mengenai flora dan fauna yang ada.
142
Recalling atau pengulasan kembali merupakan kegiatan akhir dalam pelaksanaan program PLS GL zoo. Kegiatan ini bertujuan mengulas kembali tentang apa yang sudah disampaikan pemandu selama berjalannya program dan apakah sudah dapat diterima dengan baik oleh peserta. 2. Foto Fasilitas Penunjang Program PLS GL zoo
Sarana pengolahan pupuk kompos yang difungsikan sebagai pojok kreatif bagi peserta program usia sekolah dasar kelas 5 dan 6 serta sekolah menengah
143
Kandang sapi perah merupakan fasilitas baru yang dimiliki KRKB Gembira Loka guna menunjang program PLS GL zoo. Kegiatan yang dilakukan diantaranya yaitu memerah susu sapi, memberi makan sapi, dan minum susu sapi yang telah diolah sebelumnya.
Kolam benih berisi benih-benih ikan yang sengaja dibudidayakan untuk menambah koleksi satwa yang ada di KRKB Gembira Loka sekaligus sebagai sarana pembelajaran bagi peserta program PLS GL zoo.
144
Silvikultur merupakan tempat budidaya tanaman yang ada di KRKB Gembira Loka. Silvikultur juga dimanfaatkan sebagai fasilitas penunjang program PLS GL zoo bagi peserta yang ingin belajar mengenai tumbuh-tumbuhan.
Laboratorium Alam merupakan fasilitas pendidikan yang dimiliki KRKB Gembira Loka. Bangunan tersebut berisi replika-replika flora dan fauna, gambaran ekosistem, serta berbagai jenis awetan-awetan flora dan fauna yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa peserta program PLS GL zoo
145
3. Foto kegiatan sosialisasi program PLS GL zoo
Kegiatan sosialisasi gencar dilakukan oleh pihak KRKB Gembira Loka guna menyebarluaskan informasi mengenai program edukasi yang dimiliki dan dapat diakses oleh lembaga sekolahan diseluruh wilayah diprovinsi D.I. Yogyakarta. Hal tersebut merupakan salah satu yang dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannnya.
146
Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan
Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta 1. Apa latar belakang penyelenggaraan program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka? MS (CW-1)
: “Program PLS GL zoo adalah upaya KRKB dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga konservasi yaitu sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Fungsi edukasi menjadi penting adanya guna menjamin pendidikan bagi generasi penerus yang peduli terhadap kelestarian satwa. Oleh karena itu, GL zoo membuat program edukasi yang diantaranya yaitu Pembelajaran Luar Sekolah (PLS) dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Sedangkan latarbelakang lain yaitu adanya gagasan dari Sri Paduka Paku Alam VIII, yang berkeinginan
GL zoo bisa di kunjungi anak-anak
sekolah setiap harinya. Adanya gagasan tersebut, semakin memperkuat GL zoo untuk membuat program edukasi yang sesuai
dengan
visi
konservasi.”
147
dan
misinya
sebagai
lembaga
YH (CW-2)
: “Ide awal program ini berasal dari gagasan Sri Paduka Paku Alam VIII yang menginginkan GL zoo dapat dikunjungi anak-anak setiap harinya. Gagasan tersebut kemudian dirasa sejalan dengan salah satu fungsi GL zoo sebagai lembaga konservasi yaitu sebagai tempat edukasi. Oleh karena itu, dibuatlah program-program berbasis pendidikan seperti PLS dan SMS guna merealisasikan gagasan dan fungsi edukasi tersebut.”
Kesimpulan
: latar belakang penyelenggaraan Program PLS GL zoo yaitu adanya gagasan dan masukan untuk menjadikan KRKB Gembira Loka yang dapat menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara proses pembelajaran mengenai flora dan fauna bagi siswa-siswi dan masyarakat pada umumnya guna menciptakan generasi yang peduli terhadap kelestarian satwa dan lingkungan sekitarnya.
2. Selama ini, pihak sekolah mana saja yang sudah mengikuti program? MS (CW-1)
: “Selama berjalan kurang lebih 3 tahun, sudah banyak sekolah yang telah mengikuti Program ini. Dari mulai PAUD hingga Siswa SMA. Namun memang kebanyakan sekolah peserta berasal dari tingkat PAUD hingga SD saja, masih jarang dari SMP atau SMA. Mungkin karena konten
148
program yang belum sesuai dengan keinginan pihak sekolah, tapi hal tersebut akan terus kami perbaiki dan kembangkan.” RA (CW-3)
: “Untuk selama ini kebanyakan peserta itu anak-anak usia PAUD hingga SD. Jarang mendapat peserta dari SMP atau SMA. Ya, memang kalau dilihat konten program ini belum cocok jika harus diberikan kepada siswa-siswi usia SMPSMA karena pasti terlalu mudah bagi mereka.Tapi kami selaku pemandu lapangan juga sudah menyampaikan masukan-masukan terkait hal ini kepada pengelola.”
Kesimpulan
: Peserta Program PLS GL zoo selama ini yaitu mulai dari PAUD hingga SMA. Namun, kebanyakan sekolah peserta berasal dari siswa-siswi PAUD hingga SD saja, hal ini dikarenakan konten dari Program PLS GL zoo yang masih harus dikembangkan dan disesuaikan dengan tingkatan materi siswa-siswi SMP hingga SMA.
3. Pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam penyelenggaraan Program PLS GL zoo? MS (CW-1)
: “Banyak pihak yang terlibat dan memiliki akses ke dalam program ini, dari dalam KRKB sendiri ada Bapak Direktur Utama, bagian marketing yang terdiri dari bidang pendidikan, humas, dan reservasi. Ada lagi dari pihak UNY seperti mahasiswa dan dosen jurusan PLS. serta pihak-pihak 149
dari luar seperti Dinas Pendidikan, sekolah selaku peserta program, dan media massa.” (CW-1) YH (CW-2)
: “Pihak yang ada di dalam program ini tentunya dari internal KRKB ada Bapak Direktur Utama dan bagian marketing serta bidangnya. Selanjutnya dari pihak mitra, UNY ada mahasiswa dan dosen jurusan PLS. Terakhir ada dari dinas pendidikan, sekolahan peserta, dan media massa yang jg ikut mempromosikan program ini.”
Kesimpulan
: Pihak-pihak yang memiliki akses terbagi dalam 3 bagian yaitu internal KRKB Gembira Loka, UNY, dan pihak luar. Dari internal KRKB Gembira Loka, pihak-pihak yang terlibat dan memiliki akses dalam Program PLS GL zoo ini yaitu Direktur Utama dan Bagian Marketing yang terdiri dari bidang pendidikan, bidang humas,dan bidang reservasi. Dari pihak UNY, terdapat mahasiswa dan dosen dari Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang juga memiliki akses terhadap Program PLS GL zoo ini.
Sedangkan, dari pihak luar
terdapat Dinas Pendidikan, Lembaga Sekolah, dan media massa yang terlibat dan memiliki akses terhadap Program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka.
150
4. Apa peranan dari masing-masing pihak tersebut? MS (CW-1)
: “Pihak utama dalam program ini yaitu KRKB dan Jurusan PLS FIP UNY. KRKB berperan dalam penyediaan tempat pelaksanaan serta alat dan bahan yang digunakan. Sedangkan Jurusan PLS selaku konseptor program dan penyedia SDM pelaksana program. Selain itu masih ada Dinas Pendidikan yang berperan dalam pemberian izin publikasi program ini ke sekolah-sekolah di wilayah Kota Jogja dan tentunya pihak sekolah selaku peserta program. Terakhir ada beberapa media massa yang juga pernah meliput program ini dan kami fungsikan hal tersebut guna membantu tugas kami mensosialisasikan program ini ke sekolah-sekolah di wilayah DIY.”
RA (CW-3)
: “Yang pasti pertama GL zoo sebagai penyedia fasilitas, sarana prasarana, serta alat dan bahan. Selanjutnya UNY sebagai konseptor materi dan penyedia SDM pelaksana program. Selain 2 pihak tersebut masih ada Dinas Pendidikan
Kota
Jogja
selaku
pemberi
izin
dan
penyebarluasan informasi serta pihak sekolah selaku peserta program. Ada juga media massa yang pernah meliput program ini dan kami sangat menyambut baik hal itu karena dapat menjadi alternatif kami dalam menyebarluaskan informasi program ini ke masyarakat di Yogyakarta.” 151
Kesimpulan
: Dinas Pendidikan yang sudah mengeluarkan perizinan dan surat rekomendasi terhadap Program PLS GL zoo bagi sekolah-sekolah di Kota Jogja. Selanjutnya ada juga dari pihak internal KRKB Gembira Loka seperti Direktur Utama selaku
pemegang
kebijakan,
bagian
marketing
dan
bidangnya yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan program tersebut misal dalam hal penyediaan fasilitas, alat dan bahan. Kemudian ada juga dari pihak UNY yang berperan dalam konseptor materi dan konten program serta penyediaan SDM pemandu kegiatan. Selain itu, tentunya pihak sekolah yang berperan sebagai konsumen atau peserta dari Program PLS GL zoo itu sendiri. Terakhir, media massa yang memiliki peran dalam menyebarluaskan informasi mengenai Program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka kepada masyarakat luas.
5. Strategi dan kebijakan apa saja yang telah diterapkan guna meningkatkan aksesibilitas program PLS GL zoo? MS (CW-1)
: “Kebijakannya yang pertama pengurangan tarif bagi siswa peserta Program PLS GL zoo dikarenakan program ini juga merupakan program CSR atau program sosial KRKB selaku badan usaha. Selanjutnya pembentukan divisi khusus yang menangani Program PLS GL Zoo ini secara khusus yang 152
merupakan pecahan dari bagian marketing yaitu bidang pendidikan, humas, dan reservasi di tahun 2016. Lalu selanjutnya kebijakan yang berlaku pada tahun 2014-2016 yang membatasi sekolah peserta program hanya dilingkup Kota Jogja. Selanjutnya yaitu setiap 15 siswa akan dipandu oleh 1 pendamping yang berasal dari mahasiswa PLS yang telah diberi pelatihan dan masuk dalam tim kepemanduan PLS GL zoo. Sehingga akan sangat membantu para guru dalam menyampaikan pembelajaran pada saat kegiatan.” HKA (CW-4)
: “Yang saya tahu salah satunya yaitu pengurangan tarif tiket masuk bagi peserta Program PLS GL zoo. Hal ini karena PLS GL zoo merupakan Program CSR atau sosial dari KRKB. Adanya bagian khusus yang menangani Program PLS GL zoo juga. Selanjutnya yaitu pembatasan jumlah sekolah peserta yang hanya dilingkup Kota Jogja dan belum ke daerah/kabupaten lainnya. Lalu pendampingan pada saat program dilaksanakan dimana seorang pemandu akan mendampingi 10-15 siswa, jadi akan mempermuda tugas guru juga.”
Kesimpulan
: Kebijakannya yaitu adanya potongan tarif tiket masuk bagi peserta yang menggunakan paket PLS, adanya pemandu yang telah diberi pelatihan sehingga lebih siap dalam mendampingi dan memberikan materi-materi mengenai 153
satwa yang ada di KRKB Gembira Loka, dan terakhir yaitu adanya kebijakan dimana bagian marketing dari KRKB Gembira Loka mulai tahun 2016 dipecah menjadi tiga bagian guna
memperjelas
tugas
dan
fungsinya
dalam
penyelenggaraan Program PLS GL zoo.
6. Apa latar belakang pihak sekolah mengikuti program PLS GL zoo? RA (CW-3)
: “Kebanyakan dari sekolah yang jadi peserta program ini, latar belakang keikutsertaannya yang pertama karena sesuai dengan tema pembelajarannya, lalu karena dalam program ini siswa akan didampingi pemandu jadi memudahkan tugas guru, ada juga yang ikut karena biayanya akan lebih murah jika dibanding masuk KRKB tanpa paket PLS. Tapi kebanyakan
sih
ya
karena
dapatnya
dobel,
dapat
pembelajaran secara langsung dan dapat rekreasi juga.” SM (CW-5)
: “Sebenarnya tujuan utama kami berkunjung ke KRKB ini yaitu untuk melakukan kegiatan pembelajaran outingclass yang sudah kami rencanakan dalam program rencana pembelajaran. Ketika mendapatkan informasi adanya program ini, kami rasa program ini sangat pas untuk pembelajaran anak-anak dan sangat membantu pihak guru dalam pelaksanaanya karena didampingi oleh pemandu-
154
pemandu yang lebih paham mengenai satwa-satwa yang ada disini.” TSN (CW-6)
: “Maksud utama sekolah kami sebelumnya yaitu mengadakan field trip. Jadikan sinkron dengan adanya program PLS GL zoo ini. Tujuan sekolah tercapai, anakanak juga dapat pembelajaran, dapat rekreasi juga. Apalagi mendapatkan pemandu yang sudah pengalaman dan paham tentang binatang-binatang disini, pihak guru merasa sangat terbantu.”
Kesimpulan
: latar belakang pihak sekolah mengikuti Program PLS GL zoo yaitu (1) adanya pemandu yang mendampingi siswasiswi peserta selama kegiatan berlangsung sehingga meringankan tugas guru, (2) adanya kebijakan potongan biaya masuk bagi siswa-siswi sekolah peserta Program PLS GL zoo, (3) Program PLS GL zoo dianggap relevan dengan tujuan sekolah yang akan mengadakan field trip dan outing class, dan (4) siswa peserta Program PLS GL zoo dianggap mendapatkan edukasi sekaligus rekreasi dalam sekali kegiatan.
7. Apakah penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah sesuai dengan harapan pihak sekolah selaku peserta program?
155
SM (CW-5)
:
“Menurut
saya
sudah
lumayan
bagus
untuk
pelaksanaannya. Anak-anak juga terlihat senang dan menikmati
selama
program
berjalan.
Cuma
perlu
ditambahkan kegiatannya misalkan outbound yang dapat melatih psikomotorik anak. Soalnya sekolah jg berharap dengan adanya kegiatan ini, anak-anak akan dapat berkembang 3 aspek perkembangannya sekaligus.” TSN (CW-6)
: “Menurut saya kegiatan ini sudah sesuai dengan harapan kami selaku guru, namun perlu ada penambahan konten untuk memunculkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan ini. Ada beberapa kegiatan yang tertulis dibuku informasi, namun dilapangan juga tidak dilaksanakan. Seperti memberi makan rusa secara langsung contohnya. Namun terlepas dari itu semua, baik pemandu maupun pelaksanaan kegiatan hari ini sudah cukup bagus.”
RA (CW-3)
: “Banyak yang menanggapi positif kegiatan ini dan berniat mengikutinya lagi di tahun depan. Tidak jarang kami juga mendapatkan masukan-masukan dari pihak sekolah peserta agar program PLS GL zoo ini dapat lebih baik lagi.”
Kesimpulan
: Dalam pelaksanaannya Program PLS GL zoo sudah cukup baik dan sesuai dengan harapan dari pihak sekolah. Namun, perlu adanya pengembangan dan penambahan konten agar
156
siswa menjadi lebih antusias lagi mengikuti program dan mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman.
8. Apa harapan pihak sekolah setelah mengikuti program PLS GL zoo? SM (CW-5)
: “Saya harap setelah mengikuti Program ini anak-anak jadi mengenal macam-macam binatang melalui pengalaman langsung. Juga bertambah wawasan dan pengalaman yang berguna baginya kelak ketika dewasa.”
TSN (CW-6)
: “Harapannya anak mendapatkan makna dari setiap kegiatan yang dilakukannya disini. Menjadi sayang binatang, peduli terhadap lingkungan, dan juga melatih kepercayaan diri anak juga.”
MS (CW-1)
: “kebanyakan sih harapannya setelah mengikuti program PLS GLzoo ini,siswa-siswinya jadi lebih tahu tentang satwa dan peduli terhadap lingkungan dan kelestarian flora dan fauna agar kelak dapat dinikmati dimasa yang akan datang.”
Kesimpulan
: harapan dari pihak sekolah kepada peserta didik yang telah mengikuti Program PLS GL zoo
yaitu bertambahnya
wawasan dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik mengenai flora dan fauna dengan pembelajaran langsung, peserta didik lebih sayang terhadap satwa, lebih peduli terhadap lingkungan disekitarnya dan kelestariannya, serta peserta didik dapat melatih kepercayaan dirinya. 157
9. Apa upaya untuk memperluas aksesibilitas Program PLS GL zoo yang akan dilakukan oleh KRKB Gembira Loka? MS (CW-1)
: “Di tahun ini ada beberapa kebijakan baru yang diambil guna memperluas segmentasi pasar Program PLS GL zoo. Kebijakan tersebut diantaranya perluasan penyebaran informasi dan sosialisasi Program PLS GL zoo ke seluruh Provinsi DIY. Lalu kami juga mengadakan buku informasi mengenai program-program edukasi di KRKB ini yang rencana akan kami distribusikan ke sekolah-sekolah di DIY. Mulai tahun ini kami juga menggandeng Departemen Agama guna mempermudah penyebaran informasi dan sosialisasi kami kesekolah-sekolah yang dinaunginya seperti MTs, Mi, RA, dan lain-lain. Kami juga menambahkan konten pembelajaran pada pelaksanaan Program PLS GL zoo seperti memeras susu sapi, budidaya ikan, memberi makan rusa, dll. Terakhir, bidang pendidikan kami mulai tahun ini juga aktif mensosialisasikan program ini melalui forum-forum kepala sekolah, forum guru, dan sejenisnya.”
YH (CW-2)
: “tahun ini banyak kebijakan baru guna meningkatkan aksesibilitas program PLS GL zoo. Mulai dari mencetak buku informasi, bekerja sama dengan Departemen Agama, penambahan
variasi 158
konten
pembelajaran
selama
pelaksanaan program, dan masih banyak lainnya. Pokoknya semua upaya coba kami lakukan guna memperluas penyebaran informasi mengenai program ini keseluruh wilayah di DIY.” Kesimpulan
: kebijakan-kebijakan baru yang diterapkan mulai tahun 2017 ini merupakan salah satu upaya pihak KRKB Gembira Loka dalam memperluas aksesibilitas Program PLS GL zoo keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY. Maksud lainnya yaitu agar lebih banyak lagi pihak yang akan ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan Program PLS GL zoo kedepannya sehingga program ini dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran luar sekolah khusunya mengenai flora dan fauna.
10. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo? MS (CW-1)
: “Kami sangat merasa terbantu dengan adanya pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap program ini seperti UNY dan Dinas Pendidikan. Selain itu, dari internal KRKB pun banyak juga yang memberikan respon positif terhadap program ini. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang diambil dan saya rasa sangat mempermudah kami selaku penanggungjawab program. Tekakhir yaitu banyaknya fasilitas pembelajaran yang ada di lingkungan KRKB ini, 159
dan semuanya itu dapat pula dimanfaatkan untuk mendukung program PLS GL zoo.” RA (CW-3)
: “Fasilitas guna penyelenggaraan Program PLS GL zoo sudah memadai. Peserta program dapat memanfaatkan seluruh sarana pembelajaran
yang ada
mulai
dari
Laboratorium Alam, hutan buatan, dan gudang bibit untuk belajar tentang flora. Peserta juga dapat menggunakan kandang percontohan, kolam benih, dan seluruh satwa yang ada di KRKB untuk pembelajaran mengenai fauna. Selain itu pihak KRKB juga menyediakan fasilitas penunjang seperti panggung, area outbound, dan pertunjukan satwa yang juga dapat digunakan sebagai kegiatan tambahan dalam program ini. Faktor pendukung lain yaitu adanya koordinasi yang telah terjalin antara KRKB dengan Dinas Pendidikan dan pihak UNY selaku penyedia SDM pemandu. Faktor pendukung dari pihak sekolah juga ada, yaitu adanya materimateri
pembelajaran
yang
memang
mengharuskan
penyelenggaraan kegiatan luar ruangan sehingga dapat diintegrasikan dengan program ini.” TSN (CW-6)
: “Menurut saya yang pertama fasilitas yang dimiliki untuk pelaksanaan program sudah sangat mencukupi. Lalu selanjutnya adanya peran dari Dinas Pendidikan yang ikut mengarahkan kami selaku pihak sekolah untuk mengikuti 160
kegiatan ini. Yang terakhir ya karena pihak sekolah banyak yang merasa butuh terhadap program seperti ini. Karena dikurikulum baru kan banyak teman-tema pembelajaran yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan luar ruangan misalnya Program PLS GL zoo ini.” Kesimpulan
: faktor pendukung aksesibilitas Program PLS GL zoo diantaranya yaitu keberadaan pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap penyelenggaraan Program PLS GL zoo ini yaitu dari UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan dari Dinas Pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu adanya kebijakan-kebijakan internal dari pihak KRKB yang mempermudah pihak sekolah selaku peserta dan mahasiswa selaku pemandu
program dalam mengakses program
tersebut. Terakhir yaitu
kebutuhan lembaga-lembaga
sekolah terhadap program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan dengan tema-tema pembelajaran yang ada.
11. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo? MS (CW-1)
: “Kebanyakan sekolah terutama sekolah negeri sudah memiliki susunan rencana kegiatan selama satu tahun, sehingga
keterlambatan 161
dalam
sosialisasi
dapat
menyebabkan program PLS GL zoo tidak dapat diakses oleh sekolah tersebut atau menunggu tahun ajaran berikutnya karena tidak tercantum dalam rencana pembelajaran tahunan yang telah disusun. Selain itu, SDM pemandu yang notabene masih berstatus mahasiswa pasti lah memiliki tanggung jawab lain terkait perkuliahannya dan memiliki batas waktu sebelum harus menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal ini berdampak pada pergantian pemandu setiap tahunnya sehingga baik dari pihak KRKB maupun Jurusan PLS harus melatihnya dari dasar kembali.” RA (CW-3)
: “Karena statusnya masih mahasiswa, jadi setiap tahun pasti peamndu akan mengalami perubahan karena pemandu yang lama pasti harus menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal ini berdampak pada harus adanya pengulangan pelatihan dari dasar kembali oleh pihak KRKB maupun PLS sehingga sulit untuk mencapai kondisi pemandu yang professional. Sebagai mahasiswa kan juga banyak tanggungannya, harus mengikuti perkuliahn, harus mengerjakan tugas yang diberikan dosen, dan lain-lain. Selain itu, dari pihak sekolah juga ada. Misal dalam hal lokasi yang jauh dari KRKB dan tidak adanya alokasi dana untuk program-program luar ruangan. Kasus lain yaitu keterlambatan menerima informasi mengenai PLS yang berimbas pada tidak tercatatnya 162
program
pembelajaran
luar
sekolah
dalam
rencana
pembelajaran dalam satu tahun ajaran.” TSN (CW-6)
: “Seperti Saya ini yang baru mengetahui keberadaan program PLS GL zoo tahun ini. Kurang komunikasi dan sosialisasi menyebabkan banyak sekolah yang belum mengetahui adanya Program PLS GL zoo. Lalu jarak juga bisa menjadi penghambat. Terakhir yaitu kurikulumnya. Kebanyakan sekolah apalagi yang negeri kan sudah merancang rencana pembelajaran selama satu periode, jadi ketika Program PLS GL zoo ini belum diketahui mereka dan mereka belum masukkan dalam rancangan pembelajaran periode tersebut, ya terpaksa mereka harus menunggu sampai semester berikutnya untuk melaksanakannya atau malah menggantinya dengan kegiatan lain sejenis.”
Kesimpulan
: faktor penghambat aksesibilitas Program PLS GL zoo diantaranya yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya dikarena statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus adanya pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam 163
mengikuti Program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program.
164
Lampiran 7. Bagan Struktur
165
Lampiran 8. Data Reservasi Program PLS GL zoo Bulan Februari
No.
Tanggal
1
02 Feb 2017
2
02 Feb 2017
3
03 Feb 2017
4
07 Feb 2017
5
07 Feb 2017
6
08 Feb 2017
7
09 Feb 2017
8
09 Feb 2017
9
16 Feb 2017
10 11 12
21 Feb 2017 23 Feb 2017 23 Feb 2017
Nama Sekolah TK PEMBINA BANTUL SD MUH SAPEN JOGJA KB/TK SURYA MARTA JOGJA KB/TK AN NISA JOGJA TK MARGAJAYA KOTAGEDE SD NGUPASAN JOGJA SD MUH SAPEN JOGJA TK BODEH GAMPING SLEMAN TK MASYITOH GK SDN 4 WATES SD BUDI UTAMA MI BLEMBLEM
166
Jumlah Peserta (Orang) 105 252 60 26 25 72 199 85 38 115 91 52
Keterangan
Lampiran 9. Konten Buku Informasi Program Edukasi
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
Lampiran 10. Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan
177
Lampiran 11. Surat Rekomendasi dari Departemen Agama
178
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari Fakultas
179
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Pemerintah DIY
180