MANAJEMEN LIMBAH CAIR BUANGAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG
WAHYU IRMAWATI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan Dampaknya terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Wahyu Irmawati NIM E34090054
ABSTRAK WAHYU IRMAWATI. Manajemen Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan Dampaknya terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong. Dibimbing oleh SITI BADRIYAH RUSHAYATI dan BURHANUDDIN MASY’UD. Kebun Binatang Gembira Loka memproduksi limbah cair yang terbuang ke Sungai Gajahwong dan menyebabkan kemungkinan terjadinya penurunan kualitas air Sungai Gajahwong. Penelitian dilakukan di 3 titik yang berlokasi di Sungai Gajahwong dan 1 titik pemlimbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka pada bulan Mei-Juni 2013. Analisis limbah cair dengan menggunakan pendekatan pada Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 Tahun 2010, sementara analisis kualitas air Sungai Gajahwong menggunakan indeks kualitas air (IKA) dengan 9 parameter uji, yakni BOD, DO, TDS, suhu, pH, nitrat, fosfat, kekeruhan, dan fecal coliform. Kualitas air di lokasi penelitian termasuk kategori sedang, dan ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu badan air kelas 2. Penurunan kualitas air diduga berasal dari berbagai sumber pencemar. Kontribusi Kebun Binatang Gembira Loka tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kualitas air sungai karena berupa limbah organik yang mengalami pelarutan saat memasuki sungai, serta didukung oleh hasil uji limbah cairnya yang berada di bawah baku mutu. Kata kunci : indeks kualitas air, kualitas air, limbah cair, sumber pencemar
ABSTRACT WAHYU IRMAWATI. Management of Liquid Waste from Gembira Loka Zoo and Its Impact to Water Quality of Gajah Wong River. Supervised by SITI BADRIYAH RUSHAYATI and BURHANUD DIN MASY'UD Gembira Loka zoo produce liquid waste into Gajahwong river wasted and cause the possibility of lowering the water quality in Gajahwong river. The research was carried out in 3 point located in Gajahwong river and 1 point liquid waste disposal point Gembira Loka zoo in May-June of 2013. Analysis liquid waste based on the Governor of DIY number 7 of 2010, while water quality of the Gajahwong river uses water quality index (IKA) with 9 test parameters, BOD, DO, TDS, temperature, pH, nitrates, phosphates, fecal coliform and turbidity. Water quality include the categories medium, and there are a few parameters that exceeded the Agency's water quality standard class 2. Water quality degradation was allegedly derived from various sources pollutant. Contribution Gembira Loka zoo doesn't give significant effects in the water quality of river because of the experience dissolving organic in river, as well as supported by the results of the test liquid waste under the raw quality. Keyword : liquid waste, pollutant, water quality index, water quality.
v
MANAJEMEN LIMBAH CAIR BUANGAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG
WAHYU IRMAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
vii
Judul Skripsi : Manajemen Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan Dampaknya terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong Nama : Wahyu Irmawati NIM : E34090054
Disetujui oleh
Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi Pembimbing I
Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 berjudul Manajemen Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan Dampaknya terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi dan Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS selaku pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, nasehat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Agung, Bapak Sugiyanto, Bapak Eko, dan petugas Kebun Binatang Gembira Loka, Bapak Joko beserta staff dari Balai Besar Pengelolaan Wilayah Sungai Serayu-Opak, Propinsi DIY, Ibu Eni selaku staf Badan Lingkungan Hidup Propinsi DIY. Selain itu, terima kasih kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas limpahan doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada keluarga ‘Anggrek Hitam 46’ atas segala doa, dukungan, bantuan, dan canda tawa. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman ‘Sweethome’ atas dukungan dan motivasi saat kondisi suka dan duka serta semua pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013 Wahyu Irmawati
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
3
Waktu dan Lokasi Penelitian
3
Alat dan Bahan
3
Jenis Data
3
Teknik Pengambilan dan Pengujian Sampel
3
Metode Pengumpulan Data
4
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
10
Manajemen Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka
10
Pengaruh Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong SIMPULAN DAN SARAN
14 23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
26
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Data sekunder penelitian Shelter buangan limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka Teknik pengujian tiap parameter Kajian metode pengumpulan data Parameter kualitas limbah cair usaha jenis lainnya Bobot parameter berdasarkan IKA Tingkat mutu kualitas air berdasarkan NSF-WQI Parameter kualitas air berdasarkan baku mutu air kelas 2 Bobot komponen penilaian Klasifikasi penilaian manajemen limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka Penilaian manajemen limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka Sumber-sumber pencemar di lokasi pengambilan sampel Perbandingan hasil uji kualitas air berdasarkan parameter kimia Perbandingan hasil uji kualitas air berdasarkan parameter fisika Perbandingan hasil uji kualitas air berdasarkan parameter biologi Perbandingan hasil uji limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka dengan hasil uji titik 2 dan baku mutu limbah cair Nilai IKA dan kualitas air titik penelitian di Sungai Gajahwong
3 4 5 6 7 7 8 8 9 9 14 15 17 19 20 21 22
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bagan alir perumusan masalah Titik pengambilan sampel Bagan alir limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka Beberapa shelter limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka Beberapa saluran buangan Kebun Binatang Gembira Loka Contoh bak kontrol satwa Kondisi air pada tiga titik pengambilan sampel di Sungai Gajahwong Sumber pencemar sampah Sumber pencemar berupa limbah domestik
2 4 11 12 12 13 15 16 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hasil pengujian air 1 Hasil pengujian air 2 Hasil pengujian air 3 Hasil pengujian air untuk parameter minyak dan lemak Rincian penilaian manajemen limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka Hasil perhitungan mutu air limbah dengan IKA Struktur organisasi bagian operasional Kebun Binatang Gembira Loka Jenis satwa di Kebun Binatang Gembira Loka Peta Sungai Gajahwong
26 27 28 29 30 32 33 35 39
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebun Binatang Gembira Loka merupakan salah satu lembaga konservasi eksitu yang berada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan menjadi salah satu daya tarik wisata serta obyek rekreasi bagi masyarakat. Wilayah Kebun Binatang Gembira Loka juga berbatasan langsung dengan Sungai Gajahwong. Di sisi lain, Kebun Binatang Gembira Loka memproduksi limbah cair dengan intensitas teratur. Limbah cair ini dibuang melalui beberapa shelter pembuangan yang bermuara ke Sungai Gajahwong dan sektor pertanian. Secara legal sebagai lembaga konservasi, kebun binatang diwajibkan mengelola limbah yang dihasilkan, memiliki fasilitas dalam pengelolaan limbah, serta melakukan tata kelola lingkungan. Hal ini bermakna bahwa pengelolaan limbah dalam lembaga konservasi eksitu menjadi salah satu faktor kunci dalam keberhasilan dari perkembangan obyek konservasi ke depannya. Kebun binatang yang merupakan kegiatan usaha di bidang peternakan diwajibkan memiliki izin lingkungan disertai dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menyebutkan bahwa UKL dan UPL merupakan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap Lingkungan Hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha. Limbah yang dihasilkan oleh lembaga konservasi baik limbah padat maupun cair umumnya kurang mendapat perhatian, salah satunya adalah Kebun Binatang Gembira Loka. Saat ini, Kebun Binatang Gembira Loka telah berupaya mengelola limbah padat yang menghasilkan kompos, sementara limbah cair mayoritas terbuang ke Sungai Gajahwong. Sistem pembuangan akhir dari limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka yang tidak menyatu dan cenderung bercabang-cabang di beberapa shelter pembuangan menyebabkan pengaruh variatif terhadap perairan. Shelter pembuangan yang bersumber dari banyak jenis satwa secara otomatis akan menyumbang penurunan kualitas air yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh proses pencernaan yang mengolah variasi jenis pakan satwa sehingga frekuensi kotoran yang diproduksi relatif lebih banyak. Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa limbah cair buangan ini akan berdampak pada penurunan kualitas air dan berimbas pada pencemaran perairan, sehingga dibutuhkan pengkajian mengenai manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan dampaknya terhadap kualitas air Sungai Gajahwong.
Perumusan Masalah Kemajuan pembangunan di Indonesia menyebabkan perkembangan pada fasilitas dan infrastruktur wilayah. Kegiatan pembangunan membutuhkan keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan. Jika terjadi ketidakseimbangan dalam pengelolaan lingkungannya maka dapat berpotensi terhadap kerusakan. Salah satu penerima pengaruh dari kegiatan tersebut adalah Sungai Gajahwong.
2
Sungai Gajahwong merupakan salah satu dari cabang DAS Opak, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai Gajahwong termasuk badan air kelas 2 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang difungsikan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau penggunaan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sungai Gajahwong telah mendapatkan masukan dari berbagai sumber yang berakibat pada pencemaran. Kebun Binatang Gembira Loka merupakan salah satu dari berbagai sumber yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas air Sungai Gajahwong akibat dari produksi limbah cair yang disalurkan melalui saluran pembuangan yang sebagian besar dialirkan ke Sungai Gajahwong. Limbah yang dihasilkan dari Kebun Binatang Gembira Loka berupa limbah organik yang berpengaruh pada perubahan kualitas air Sungai Gajahwong dan dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya pencemaran perairan. Kualitas air Sungai Gajahwong dianalisis dengan Indeks Kualitas Air dengan menentukan parameter kualitas air. Permasalahan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengelolaan Kebun Binatang Gembira Loka, khususnya pada bagian pengelolaan limbah cair (Gambar 1).
Gambar 1 Bagan alir perumusan masalah
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka, (2) mengkaji pengaruh limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka terhadap kualitas air Sungai Gajahwong.
Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain (1) memperoleh gambaran tentang manajemen limbah cair buangan di Kebun Binatang Gembira Loka, (2) memperoleh gambaran tentang pengaruh limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka terhadap kualitas air di Sungai Gajahwong, dan (3)
3
memberikan bahan pertimbangan terhadap pengelolaan limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kebun Binatang Gembira Loka yang berbatasan dengan Sungai Gajahwong, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas botol untuk pengambilan sampel air, termometer air raksa, kamera, jam, kalkulator, meteran, kertas label, spidol dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka, serta sampel air Sungai Gajahwong.
Jenis Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan dampaknya terhadap kualitas air Sungai Gajahwong. Data primer yang dikumpulkan adalah kualitas limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka, kualitas air Sungai Gajahwong. Data sekunder yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Data sekunder penelitian No Data 1 Jenis satwa di Kebun Binatang Gembira Loka 2 Pengelolaan limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka 3 Kualitas air dan baku mutu air Sungai Gajahwong 4 Peta Sungai Gajahwong 5 Profil Sungai Gajahwong
Sumber Data Kebun Binatang Gembira Loka Kebun Binatang Gembira Loka BLH DIY BPSDA DIY BPSDA DIY
Teknik Pengambilan dan Pengujian Sampel Teknik Pengambilan Sampel Limbah cair yang dihasilkan di Kebun Binatang Gembira Loka bermuara ke 6 shelter pembuangan (Tabel 2). Limbah cair yang dibuang ke Sungai
4
Gajahwong bersumber dari 5 shelter pembuangan, sementara 1 shelter tidak bermuara ke Sungai Gajahwong sehingga diabaikan untuk menjadi kajian. Limbah cair yang tidak bermuara ke Sungai Gajahwong, yakni shelter 6 bermuara ke pertanian. Tabel 2 Shelter buangan limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka Shelter buangan Jenis satwa (sumber limbah cair buangan) Shelter 1 Kuda nil besar Shelter 2 Gajah, beruang madu, lemur ekor cincin, Owa Jawa, simpai, lutung, Owa Kalimantan, babi rusa, kapibara, Tapir Asia, Tapir Brazil, berang-berang Shelter 3 Simpanse Shelter 4 Orang Utan Sumatera Shelter 5 Kuda nil kerdil, buaya muara, buaya sinyulong, komodo Shelter 6 Landak, siamang, Orang utan Kalimantan, Harimau Sumatera, macan dahan Pengambilan sampel titik 1 digunakan untuk mengetahui kualitas air Sungai Gajahwong akibat masukan limbah cair dari shelter 1. Titik 2 digunakan untuk mengetahui kualitas air Sungai Gajahwong akibat masukan limbah cair dari shelter 2 dan kemungkinan pengaruh dari shelter 1. Sementara itu pengambilan sampel air di titik 3 digunakan untuk mengetahui kualitas air Sungai Gajahwong akibat masukan limbah cair dari shelter 3,4,dan 5 serta kemungkinan pengaruh dari masukan limbah cair dari shelter 1 dan 2. Titik A digunakan untuk mengetahui kondisi limbah cair dari shelter 2 sebelum dibuang ke Sungai Gajahwong. Shelter 2 merupakan sumber terbesar limbah cair buangan di Kebun Binatang Gembira Loka dengan frekuensi pembuangan kotoran satwa terbesar. Kualitas air dapat diketahui dengan mengambil sampel air pada titik yang telah ditentukan. Pengambilan sampel air berada pada 4 titik, dengan 3 titik yang berlokasi di Sungai Gajahwong dan 1 titik dari outlet limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka (Gambar 2).
Gambar 2 Titik pengambilan sampel
5
Keterangan : 1. Titik 1 : Lokasi yang memperoleh pengaruh dari buangan shelter 1 Kebun Binatang Gembira Loka 2. Titik A : Pengambilan sampel pada buangan shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka 3. Titik 2 : Lokasi yang memperoleh pengaruh dari shelter 1 dan shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka 4. Titik 3 : Lokasi setelah akumulasi limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka Teknik Pengujian Sampel Sampel air yang diambil dari outlet limbah cair buangan dan Sungai Gajahwong dilakukan pengujian di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik pengujian untuk tiap parameter limbah cair dan air Sungai Gajahwong tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3 Teknik pengujian tiap parameter Parameter Unit satuan Teknik pengujian Kualitas limbah Kualitas air Fisika 0 Suhu C Pembacaan skala Kekeruhan NTU Pembacaan skala TSS mg/l Gravimetri TDS mg/l Gravimetri Kimia BOD BOD mg/l Titrimetri DO mg/l Titrimetri COD mg/l Titrimetri pH pH Pembacaan kertas pH Detergen mg/l Spektrophotometri Minyak dan lemak mg/l Metode ekstraksi nabati dengan freon Fosfat mg/l Spektrophotometri Nitrat mg/l Spektrophotometri Biologi Fecal coliform jml/100 ml Membran filter
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data diambil melalui pengamatan/ pengukuran (observasi) lapang dengan mengambil data secara langsung di lapang, wawancara dengan pihak-pihak tertentu secara mendalam dan tidak kaku, serta studi literatur/ telaah dokumen dari data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan data secara lebih terperinci dapat dilihat di Tabel 4.
6
No Metode 1. Observasi lapang
Tabel 4 Kajian metode pengumpulan data Output Manfaat a. Hasil uji kualitas limbah a. Mengetahui kualitas cair Kebun Binatang limbah cair Kebun Gembira Loka Binatang Gembira Loka b. Hasil uji sampel kualitas b. Mengetahui kualitas air Sungai Gajahwong sampel air Sungai Gajahwong
2. Wawancara a. Hasil uji kualitas limbah a. Mengetahui kualitas Kebun Binatang Gembira limbah Kebun Binatang Loka yang dilakukan oleh Gembira Loka yang pihak kebun binatang dilakukan oleh pihak kebun binatang b. Manajemen limbah cair buangan di Kebun Binatang b. Mengetahui manajemen limbah cair buangan di Gembira Loka c. Persepsi masyarakat Kebun Binatang Gembira Loka terhadap limbah cair c. Mengetahui Persepsi buangan Kebun Binatang masyarakat terhadap Gembira Loka limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka 3.
Studi pustaka dan telaah dokumen
a. Data kualitas air dan baku mutu air Sungai Gajahwong b. Peta Sungai Gajahwong c. Data Profil Sungai Gajahwong
a. Mengetahui kualitas air dan baku mutu Sungai Gajahwong b. Mendapatkan peta Sungai Gajahwong c. Mengetahui profil Sungai Gajahwong
Analisis Data Sampel air diuji di laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL), lalu dilakukan analisis data secara deskriptif dan kuantitatif dari hasil uji. Analisis data secara deskriptif diperoleh melalui data hasil pengamatan manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan dampaknya terhadap kualitas air Sungai Gajahwong, dianalisis dan dilengkapi dengan bagan, tabel, skema, dan gambar yang memudahkan pemahaman. Kualitas Limbah Cair Tabel 5 tersaji parameter limbah cair kebun binatang yang disetarakan dengan baku mutu limbah cair jasa pariwisata usaha sejenis lainnya. Analisis limbah cair lebih mengacu pada Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 tahun 2010
7
tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan, dan Jasa Pariwisata. Tabel 5 Parameter kualitas limbah cair usaha jenis lainnya Parameter Satuan Baku mutu Limbah Cair Fisika TSS Kimia BOD COD pH Detergen Minyak dan Lemak Nabati
mg/l
100
mg/l mg/l
75 100 6-9 5 5
-
mg/l mg/l
Sumber: Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 tahun 2010
Kualitas Air Sungai Gajahwong Analisis data kuantitatif kualitas air diperoleh dari perhitungan kualitas air dengan metode Indeks Kualitas Air (IKA) melalui pengambilan dan pengukuran 9 parameter yang telah ditetapkan (Tabel 6). Metode IKA digunakan untuk menilai tingkat kualitas air dari badan air. Kualitas air adalah karakter air yang digambarkan dalam berbagai karakteristik kualitas air yang menggambarkan parameter fisik, kimia serta biologi. Sementara itu, IKA juga dapat menggambarkan tingkat pencemaran dari parameter uji kualitas air di lokasi perairan. Pengukuran kualitas air dengan IKA memberikan informasi yang lebih mudah dipahami publik, dan dapat digunakan sebagai pembanding status mutu air (Muslimin 2012). Parameter yang diukur dalam perhitungan IKA terdiri dari suhu air, kekeruhan, padatan terlarut, oksigen terlarut, BOD, pH, nitrat, fosfat, dan fecal coliform. Adapun tahapan yang dilakukan dalam penghitungan adalah : A. Menentukan bobot (W) dan nilai sub indeks (I) pada tiap parameter
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 6 Bobot parameter berdasarkan IKA Parameter Bobot Parameter Bobot Parameter ke-i (Wi) ke-i (Ii) modifikasi Oksigen terlarut 0,17 pH 0,12 0,16 BOD 0,10 0,14 Nitrat 0,10 0,14 Fosfat 0,10 0,14 Suhu 0,10 Kekeruhan 0,08 0,11 Padatan total 0,08 0,11 Fecal coliform 0,15 0,21 Total 1,00 1,00
B. Menghitung nilai IKA dengan rumus sebagai berikut :
Satuan % saturasi mg/l mg/l mg/l o C NTU mg/l Jml/100 ml
8
𝑰𝑲𝑨 – 𝑵𝑺𝑭 𝑾𝑸𝑰 = ∑𝒏𝒊=𝟎 𝑾𝒊 . 𝑳𝒊 Keterangan : i : 1 sampai dengan data n n : Jumlah parameter Wi : Bobot parameter ke-i yang dimodifikasi yang telah ditetapkan Li : Nilai sub indeks parameter ke-I dengan kurva sub indeks yang ditetapkan dalam IKA C. Kondisi perairan dapat diketahui dengan membandingkan nilai IKA yang dikembangkan oleh National Sanitation Foundation-Water Quality Index (NSF-WQI) dengan tingkat mutu kualitas air yang tersaji dalam Tabel 7. Tabel 7 Tingkat mutu kualitas air berdasarkan NSF-WQI Kisaran nilai indeks total Tingkat mutu kualitas air 0-25 Sangat buruk 25-50 Buruk 51-70 Sedang 71-90 Baik 91-100 Sangat baik Sumber: Ott 1978 dalam Nugroho 2003
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, peruntukkan air digolongkan menjadi 4 kelas. Sungai Gajahwong termasuk badan air kelas 2, yang digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau penggunaan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Data parameter kualitas air dibandingkan dengan baku mutu badan air kelas 2 (Tabel 8). Tabel 8 Parameter kualitas air berdasarkan baku mutu badan air kelas 2 Parameter Satuan Baku mutu kelas 2 Fisika Temperatur Kekeruhan Residu terlarut (TDS) Kimia pH BOD DO Fosfat sebagai P Nitrat sebagai N Biologi Fecal Coliform
0
C NTU mg/l
Deviasi 3
mg/l mg/l mg/l mg/l
6-9 3 4 0,2 10
jml/100 ml
1000
1000
9
Penilaian terhadap Manajemen Limbah Cair Manajemen limbah cair mensyaratkan fasilitas pengelolaan limbah menjadi suatu bagian yang penting. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P31/MENHUT-II/2012 tentang Lembaga Konservasi menyebutkan bahwa kebun binatang disyaratkan untuk memiliki fasilitas pengelolaan limbah. Fasilitas pengelolaan limbah (dalam aspek kajian limbah cair) terdiri atas saluran pemlimbah cair buangan (pipa, selokan, septic tank), serta bak kontrol. Fasilitas pengelolaan limbah sedikit mengadopsi dari alur pembuangan air limbah di Rumah Potong Hewan (RPH) dengan fasilitas pengelolaan yang terdiri dari kolam pengendapan limbah padat, kolam pengendapan limbah cair, kolam oksidasi/ kolam kontrol, selokan/ parit, dan bermuara pada pembuangan akhir. Ada beberapa fasilitas yang berbeda mengingat fungsi peruntukkannya juga bersilangan antara kebun binatang dengan RPH. Fasilitas pengelolaan limbah terdiri atas penilaian dari ketersediaan saluran buang serta bak kontrol. Dalam melakukan pengelolaan, Sumberdaya Manusia (SDM) memiliki andil yang cukup besar sebagai penggerak pengelolaan. Oleh sebab itu, SDM juga dinilai dalam manajemen limbah. Penilaian pada bagian SDM terdiri atas keberadaan SDM kelola limbah cair, kemampuan dasar SDM, program penunjang pelatihan, dan implementasi program pelatihan. SOP dan implementasi lapang juga menjadi penilaian mengingat teknis pengelolaan diatur melalui aturan dan diaplikasikan secara langsung. Penilaian dilakukan dengan menentukan komponen/ variabel yang akan dinilai. Tiap komponen diberi bobot dengan nilai tertentu (Tabel 9). Nilai terbobot dihitung dengan menggunakan rumus : Nilai terbobot = No 1 2 3
Nilai komponen x Bobot Total komponen
Tabel 9 Bobot penilaian komponen Komponen Bobot Fasilitas pengelolaan limbah 50 SDM 30 SOP dan implementasi lapang 20
Penilaian terhadap beberapa aspek tersebut kemudian dihitung nilai terbobotnya dan dibandingan dengan klasifikasi nilai untuk disimpulkan nilai manajemen limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka (Tabel 10) Tabel 10 Klasifikasi penilaian manajemen limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka No Klasifikasi nilai Skor 1 Sangat baik 80-100 2 Baik 70-79,99 2 Cukup 60-69,99 3 Perlu pembinaan <60 Sumber : Peraturan Dirjen PHKA Nomor P.6/IV-SET/2011
10
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lembaga Konservasi Eksitu Kebun Binatang Gembira Loka memiliki area seluas 19,88 ha, berada pada titik koordinat 7048’13.1” LS dan 110023’52.1”BT. Kondisi Kebun Binatang Gembira Loka terbagi di daerah timur dan barat leh keberadaan Sungai Gajahwong. Area yang berada di sebelah timur terletak di Kecamatan Kota Gede. Sementara area kebun binatang yang terletak di sebelah barat masuk dalam wilayah Kecamatan Umbulharjo. Kebun Binatang Gembira Loka merupakan salah satu wahana wisata di Kota Yogyakarta ini berada sekitar 4 km sebelah timur pusat kota, yang terbelah oleh Sungai Gajahwong (Lampiran 11). Sungai Gajahwong mengalir dari arah utara ke selatan di bagian timur kota. Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, Sungai Gajahwong merupakan sungai orde 2 dengan panjang sungai 22.72 km. Sungai Gajahwong termasuk dalam DAS Opak dengan tipe sungai kontinyu.Wilayah sungai meliputi Progo, Opak, dan Serang. Luas sub DAS adalah 49.08 km2. Daerah hulu sungai didominasi oleh permukiman, ladang, sawah, dan kebun. Daerah tengah sungai didominasi oleh sawah dan permukiman. Sementara daerah hilir didominasi oleh permukiman, sawah, dan sedikit ladang serta kebun. Area Kebun Binatang Gembira Loka berada pada ketinggian rata-rata 114 mdpl. Rata-rata curah hujan tertinggi di Kota Yogyakarta pada Bulan Januari yakni 351.3 mm dan terendah pada bulan Juni (24 mm). Rata-rata hari hujan per bulan adalah 10 hari. Kelembaban udara rata-rata cukup tinggi, tertinggi pada bulan april (85%) dan terendah pada agustus (67.3%). Tekanan udara rata-rata 995.3 mb dan suhu udara rata-rata 260C. Kebun Binatang Gembira Loka juga memiliki koleksi satwa yakni 13 aves, 80 reptil amfibi, 33 mamalia, dan 30 pisces (Lampiran 9). Beberapa spesies flora yang terdapat di Kebun Binatang Gembira Loka diantaranya jati, beringin, damar, mangga, nangka, pisang, dan beberapa flora lainnya. Fasilitas rekreasi tambahan yang disediakan berupa wahana sepeda air, kolam tangkap, perahu engkol, kereta mini, speed boad, dan sebagainya.
Manajemen Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka Sumber Limbah Cair Buangan Hasil wawancara dengan beberapa pihak di Kebun Binatang Gembira Loka menyebutkan bahwa sumber-sumber dari limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka berasal dari kotoran satwa selain limbah padat, serta sisa-sisa pakan satwa yang berukuran sangat kecil dan tidak mampu untuk dibersihkan dengan alat pembersih (dalam hal ini adalah sapu). Beberapa satwa yang potensial memproduksi limbah dalam skala besar, seperti gajah dan kuda nil besar, sisa-sisa pakan terlihat bercampur dengan kotoran padat dalam bentuk serat. Pakan yang dominan terlihat di kotoran satwa ini adalah pakan jenis rumput.
11
Penanganan Teknis Limbah Cair Saat ini Kebun Binatang Gembira Loka telah berupaya melakukan pengelolaan limbah padat yang diolah dan menghasilkan pupuk yang dikonsumsi oleh pihak Kebun Binatang Gembira Loka sendiri dan belum dikomersilkan. Limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka bermuara di Sungai Gajahwong dan pertanian. Berikut bagan alir proses limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka (Gambar 3).
Gambar 3 Bagan alir limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka Limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka dibuang bersamaan saat pembersihan kandang yang dilakukan oleh keeper dari tiap satwa secara alami tanpa menambahkan sabun, detergen, atau pembersih semacamnya. Saat pembersihan kandang, limbah cair juga bercampur dengan sisa-sisa pakan satwa serta cairan biuret. Cairan biuret merupakan bahan cair yang berfungsi mengurangi bau yang berasal dari satwa. Pihak Kebun Binatang Gembira Loka berinisiatif untuk menyiasati bau yang berasal dari satwa dengan mencampurkan 1 tutup botol cairan biuret dengan 1 L air. Hampir semua satwa di Kebun Binatang Gembira Loka yang berpotensi menimbulkan bau yang tidak sedap diberikan cairan ini. Menurut petugas Kebun Binatang Gembira Loka, biuret adalah ekstrak dari sari tebu yang difermentasi. Ada beberapa satwa yang limbah cairnya (dalam hal ini berupa urine satwa) langsung tertuju ke tanah. Satwa tersebut di antaranya rusa jawa, rusa totol, kuda, kijang, zebra, nilgai, banteng, sapi bali, kura-kura aldabra, harimau sumatera, harimau putih, dan onta punuk 1. Reptil dan amfibi yang ditempatkan di kaca, pembersihannya hanya dengan mencuci tempat kaca tersebut lalu mengelapnya. Aneka ikan yang merupakan ikan air tawar dan air laut yang bergantung hidup dengan banyak air, sejauh ini airnya dibuang lalu diganti baru. Air dari akuarium berupa air sisa makanan yang cenderung membuat warna air berubah bukan dominan dari kotoran. Pembuangan air dari aquarium bersamaan dengan shelter buangan 5. Pada aves, pembersihan kandang dengan menyemprotkan air dari selang lalu dikeringkan. Air dari pembersihannya secara otomatis langsung ke tanah. Limbah dari aves didominasi oleh sisa makanan dan kotoran. Aves yang tidak dikandangkan juga tidak ada pengelolaan khusus, semua limbah yang dihasilkan terbuang ke tanah. Fasilitas dalam Manajemen Limbah Cair Limbah cair yang berasal dari satwa dialirkan melalui saluran yang terhubung ke kandang-kandang dan bermuara ke perairan. Dari 6 shelter limbah cair buangan, 5 diantaranya masuk ke Sungai Gajahwong (Gambar 4). Shelter limbah cair ini tidak semuanya bermuara ke Sungai Gajahwong. Pada shelter 6 limbah cair dari Kebun Binatang Gembira Loka bermuara ke pertanian.
12
(a) (b) Gambar 4 Beberapa shelter limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka (a) Shelter limbah cair buangan 1 (b) Shelter limbah cair buangan 5 Kondisi topografi yang landai dan berbukit menyebabkan aliran air, termasuk limbah cair terhubung ke saluran buang menuju kandang-kandang di bawahnya, lalu menyatu dan mengalir ke Sungai Gajahwong. Limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka dialirkan melalui saluran buang yang saling terhubung dan berakhir di Sungai Gajahwong (Gambar 5).
(a) (b) (c) Gambar 5 Beberapa saluran buangan Kebun Binatang Gembira Loka (a) Saluran pembuangan dari beruang madu (b) Saluran pembuangan dari berangberang (c) Saluran pembuangan dari primata Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakakarta Nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan, dan Jasa Pariwisata menyebutkan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib membuat saluran pemlimbah cair buangan tertutup dan kedap air, serta menyediakan bak kontrol untuk memudahkan pengambilan contoh limbah cair. Kondisi yang terlihat di Kebun Binatang Gembira Loka telah memenuhi persyaratan yang diwajibkan, yang mana pihak Kebun Binatang Gembira Loka telah memiliki sarana limbah cair buangan berupa pipa yang tertutup, serta selokan. Sementara itu pihak Kebun Binatang Gembira Loka juga menyediakan bak kontrol di beberapa lokasi. Bak kontrol juga berfungsi sebagai penetralisir dan rembesan saat limbah cair bercampur dengan limbah padat. Di dalam bak kontrol terdapat saringan limbah sehingga limbah cair yang teralirkan selanjutnya terpisah dari limbah padat. Kondisi topografi yang miring menyebabkan aliran limbah cair mengalir ke saluran di bawahnya, menyatu dengan limbah dari satwa lain, dan memasuki bak kontrol. Bak kontrol yang ada di Kebun Binatang Gembira Loka sejumlah 4 bak (Gambar 6). Ukuran bak juga bervariasi dan tidak semua satwa memiliki bak
13
kontrol. Hasil wawancara menyebutkan bahwa penempatan bak kontrol satwa ditujukan bagi satwa dengan frekuensi pembuangan limbah tinggi, seperti gajah, kuda nil besar. Bak kontrol berada pada kandang kuda nil besar, satwa terampil, dan 2 bak kontrol di kandang gajah.
(a) (b) (c) Gambar 6 Contoh bak kontrol limbah satwa (a) Bak kontrol gajah 1 (b) Bak kontrol gajah (c) Bak kontrol GST Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Limbah Cair Secara teknis, limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka berasal dari pembersihan kandang yang bercampur dengan urine satwa serta sisa pakan yang dilakukan oleh keeper dari tiap satwa di Kebun Binatang Gembira Loka. Keeper satwa masuk dalam bidang perawatan satwa dengan peran yang kompleks (Lampiran 7). Pengecekan semua hal yang berkaitan dengan satwa adalah tugas dari tiap keeper, termasuk menangani limbah cair. Limbah padat satwa ditangani oleh bagian kebersihan melalui koordinasi dengan keeper. Dalam hal pengelolaan di lapang, biasanya keeper yang terlebih dahulu mengetahui kerusakan-kerusakan dari fasilitas pengelolaan limbah cair. Selanjutnya, keeper akan menghubungi bidang sarana dan prasarana di Kebun Binatang Gembira Loka untuk mengecek langsung dan jika ada perbaikan maka akan diperbaiki oleh bidang tersebut. Terkait perawatan fasilitas limbah cair, pihak Kebun Binatang Gembira Loka tidak mensyaratkan pengecekan secara rutin, hanya saja jika terjadi sesuatu hal yang berkaitan dengan fasilitas dan butuh untuk diperbaiki, maka akan diperbaiki. Penilaian dalam Manajemen Limbah Cair Salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan dalam suatu lembaga konservasi eksitu kebun binatang, salah satu diantaranya adalah aspek pengelolaan limbah. Pada dasarnya kebun binatang diwajibkan mengelola limbah yang dihasilkan, memiliki fasilitas dalam pengelolaan limbah, serta melakukan tata kelola lingkungan. Dari berbagai aspek tersebut maka akan dilakukan penilaian terhadap manajemen di Kebun Binatang Gembira Loka, khususnya manajemen limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka. Tabel 11 menyajikan penilaian terkait manajemen limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka dengan melihat berbagai aspek pendukungnya. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor penilaian dengan skala yang telah ditentukan yang mengadopsi pada Peraturan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alan Nomor P.6/IV-SET/2011 tentang Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Lembaga Konservasi dan Perburuan (Lampiran 5).
14
Tabel 11 Penilaian terhadap manajemen limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka Skala nilai Nilai No Komponen Bobot terbobot 1 2 3 1 Fasilitas pengelolaan limbah 50 100 a. Saluran pembuangan (pipa, √ selokan, ataupun septic tank) b. Pemisahan saluran air limbah √ dengan air limpasan hujan c. Keberadaan bak kontrol √ d. Kondisi bak kontrol √ 2
30
60
SOP dan implementasi lapang 20 a. SOP kelola limbah cair √ b. Pengenceran air limbah √ c. Kontrol uji air limbah √ d. Pengujian air limbah √ e. Alur buangan limbah √ Total nilai 1 18 9 100 Rata-rata Nilai manajemen limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka
48
3
SDM a. SDM khusus b. Pengetahuan dari SDM terkait limbah cair c. Program penunjang berupa pelatihan d. Implementasi program pelatihan
-
√ √
-
-
√
-
-
√
-
208 69,33 Cukup
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap ketiga aspek yang ternilai terdapat beberapa perbaikan yang sebaiknya dilakukan dalam manajemen limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka, yaitu pengelolaan limbah cair yang ditangani langsung oleh keeper. Tugas keeper selain tertuju ke satwa juga diberikan tugas tambahan untuk menangani limbah cair. Perbaikan terkait SDM dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dari keeper, menambah SDM baru yang khusus menangani limbah, atau melakukan perbaikan fasilitas yang lebih modern. Sementara itu, SOP juga perlu diperbaiki dengan penerapan secara teknis yang disesuaikan dengan SOP kelola limbah.
Pengaruh Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong Kondisi Titik Penelitian dan Sumber Pencemaran Titik 1 hingga shelter 2 limbah cair buangan diketahui memperoleh sumber pencemar yang berasal dari akumulasi pencemar di daerah hulu dan
15
tengah, serta tambahan sumber pencemar limbah cair yang berada di shelter 1. Permasalahan yang terlihat di titik 3 berupa tumpukan sampah yang berada dekat dengan sungai, dan tidak jarang sampah ikut hanyut di aliran sungai. Ada pula selokan terbuka berukuran cukup besar yang diduga bersumber dari permukiman warga, serta air buangan yang berasal dari kolam ikan di dekat Kebun Binatang Gembira Loka. Kondisi air di ketiga titik pengujian di Sungai Gajahwong dan sumber buangan dari shelter 2 dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan sumber pencemar di tiap titik disajikan pada Tabel 12.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 7 Kondisi air pada tiga titik pengambilan sampel di Sungai Gajahwong (a) Titik shelter 2 (b) Titik 1 (c) Titik 2 (d) Titik 3 Tabel 12 Sumber-sumber pencemar di lokasi pengambilan sampel No. Titik uji Sumber pencemar 1 Titik 1 Limbah industri, pariwisata, pelayanan kesehatan, sektor peternakan, Kebun Binatang Gembira Loka, pemukiman, sektor pertanian, sampah, kolam perikanan. 2 Titik 2 Limbah industri, pariwisata, pelayanan kesehatan, sektor peternakan, Kebun Binatang Gembira Loka, pemukiman, sektor pertanian, sampah, kolam perikanan. 3 Titik 3 Limbah industri, pariwisata, pelayanan kesehatan, sektor peternakan, Kebun Binatang Gembira Loka, pemukiman, sektor pertanian, sampah, kolam perikanan. Sumber pencemar titik 1 diduga berasal dari akumulasi dari sumber pencemar sebelum titik 1 yakni limbah industri, air limbah perkotaan, sektor peternakan, dan sumber pencemar baru di lokasi pengambilan sampel yakni Kebun Binatang Gembira Loka yang berasal dari shelter buangan 1, serta sumber
16
pencemar berupa limbah domestik oleh aktifitas permukiman, perikanan, serta tumpukan sampah. Titik 2 mendapat masukan langsung limbah cair dari shelter 2 secara otomatis terjadi penambahan muatan pencemar baru. Titik 3 juga mendapat pengaruh dari titik 1 dan 2, memperoleh sumber pencemar tambahan yakni kolam ikan, dan shelter pembuangan 3,4, dan 5, serta sampah (Gambar 8).
(a) (b) Gambar 8 Sumber pencemar sampah (a) Tumpukan sampah di sekitar lokasi penelitian (b) Sampah yang tersangkut di pinggir Sungai Gajahwong Kondisi titik yang berada di posisi hilir Sungai Gajahwong didominasi oleh permukiman. Lokasi sungai yang semakin ke hilir berbanding lurus dengan peningkatan jumlah permukiman dan penduduk. Kondisi ini berpengaruh dalam penurunan kualitas air. Carpenter et al. (1998) diacu dalam John et al. (2007) menyatakan bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan dan atmosfer pengendapan dapat menjadi sumber penting nutrisi dan bahan kimia lain yang mempengaruhi kualitas air. Limbah domestik yang berasal dari aktifitas manusia seperti mencuci, mandi, dan buang hajat juga menjadi sebab penurunan kualitas air sungai. Menurut wawancara, sudah tidak ada masyarakat yang beraktifitas di sungai, kecuali memancing. Namun limbah domestik dari aktifitas masyarakat berkontribusi dalam penurunan kualitas air, sebab limbah domestik yang teralirkan dengan septic tank pada akhirnya bermuara ke sungai. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan masyarakat sekitar bahwa sudah jarang masyarakat yang membuang sampah ke Sungai Gajahwong. Kini kebiasaan masyarakat membuang sampah telah dikoordinir dengan adanya tempat pembuangan sampah khusus, namun posisi tempat buangan yang mendekati sungai dengan kondisi topografi yang tidak rata menyebabkan sedikit banyak sampah yang ikut hanyut (Gambar 9). Zat-zat terlarut yang mengalir ke sungai termasuk dalam bahan buangan organik berupa limbah yang dapat membusuk, terdegradasi dan dapat menaikkan populasi mikroorganisme di air.
(a) (b) Gambar 9 Sumber pencemar limbah domestik (a) Selokan dari permukiman masyarakat (b) Busa detergen dari saluran air masyarakat
17
Limbah yang masuk ke lingkungan menimbulkan beberapa kemungkinan yang dipengaruhi oleh volume air limbah, kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan limbah (Desa 2012). Air limbah yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan dan kehidupan. Gangguan ini akan berdampak pada kesehatan, kehidupan biotik, menimbulkan gangguan fisik pada keindahan seperti sedimentasi, bau, warna. Ada pula gangguan yang menyebabkan kerusakan benda (Santi 2004). Menurut Wardhana (2004), jika kegiatan industri dan teknologi tidak diimbangi dengan program pengelolaan limbah yang baik maka akan memungkinkan terjadinya pencemaran air. Salah satunya adalah limbah cair. Sementara itu, limbah yang terbuang menyebabkan badan air kotor oleh senyawa-senyawa pencemar yang terkandung dan dapat membahayakan lingkungan. Dampak buruk dari limbah terhadap kualitas air tergantung dari jenis, jumlah, dan sifat dari limbah yang masuk. Kualitas Air dari Parameter Kimia Tabel 13 menyajikan hasil uji kualitas air Sungai Gajahwong yang dibedakan berdasarkan parameter kimia, berupa BOD, DO, nitrat, fosfat, dan pH. Tabel 13 Perbandingan hasil uji kualitas air berdasarkan parameter kimia Titik pengambilan sampel Pembanding Parameter Titik 1 Titik 2 Titik 3 BLH Baku mutu badan BIY air kelas 2 BOD 1,4 2,1 4,4* 5 3 DO 4,6* 5,1* 4,8* 7 4 Nitrat 17,35* 15,77* 12,31* 17,71 10 Fosfat 0,3968*** 1,0115*** 2,2149*** 0,21 0,2 pH 7,7** 7,3** 6,8 6,8 6-9 Keterangan : 1. Titik 1 : Pengambilan sampel yang mendapat pengaruh dari shelter 1 2. Titik 2 : Pengambilan sampel setelah masuknya limbah cair dari shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka ke Sungai Gajahwong 3. Titik 3 : Pengambilan sampel setelah akumulasi limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka : Di atas baku mutu badan air kelas 2 4. * : Di atas data sekunder dari BLH DIY 5. ** : Di atas baku mutu badan air kelas 2 dan data sekunder dari BLH DIY 6. ***
Nilai BOD pada titik 1 dan 2 masih berada di bawah baku mutu badan air kelas 2, namun pada titik 3 telah mengalami nilai yang melebihi baku mutu. Nilai yang melebihi baku mutu ini diduga berasal dari sumber pencemar Kebun Binatang Gembira Loka serta limbah domestik rumah tangga dan kolam ikan yang teralirkan ke Sungai Gajahwong. Tumpukan sampah juga terlihat hampir di sepanjang bantaran sungai. Selain dari masyarakat sekitar lokasi, sampah juga berasal dari pembuangan oleh masyarakat hulu sungai dan ikut hanyut terbawa arus. Dari wawancara dengan masyarakat, diduga masyarakat memang tidak membuang sampah langsung ke sungai, namun kondisi TPS yang berada di pinggir sungai menyebabkan beberapa sampah hanyut terbawa ke sungai. Penumpukan sampah menyumbang pula pada penurunan kualitas air sungai. Zat-
18
zat organik dari tumpukan sampah yang terbawa oleh air permukaan dapat menyebabkan perubahan kualitas air. Lee et al. diacu dalam Fadil (2001) menyatakan bahwa tingkat pencemaran ditinjau dari parameter BOD di suatu perairan yang tidak tercemar berada pada kisaran ≤2.9 mg/l, cemar ringan 3.0-5.0 mg/l, cemar sedang 5.1-1.9 mg/l, dan cemar berat ≥15.0 mg/l. Menurut Siradz et al. (2008), kecenderungan nilai BOD yang semakin tinggi mencerminkan tingginya kegiatan mikroorganisme dalam air yang mengandung zat organik yang tersuspensikan. Kadar DO di titik 2 cenderung lebih besar dibanding titik 1 dan 3. Nilai DO di titik 2 yang tinggi disebabkan oleh masukan sumber pencemar titik 1 dan limbah cair buangan dari shelter 2 ke titik 2. Menurut Kusnadi (2002) bahwa nilai DO yang tinggi disebabkan dari kondisi perairan dengan arus air yang deras sehingga difusi oksigen dari udara berjalan baik. Kadar DO juga berfluktuasi secara harian dan musim bergantung pada percampuran dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesis, dan limbah yang masuk ke badan air. Namun kadar DO di semua titik pengambilan sampel telah melebihi ambang baku mutu badan air kelas 2. Hal ini diduga berasal dari intensitas masukan dari sumber pencemar yang tinggi ke perairan. Parameter DO yang tinggi di perairan bersumber dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer serta aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Effendi 2003). Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Jika kondisi DO rendah yang bersamaan dengan konsentrasi logam berat tinggi, maka organisme akuatik akan tersiksa karena sistem respirasi organisme akuatik terganggu. Nilai pH pada air normal berkisar antara 6.5-7.5. Hasil analisa laboratorium BBKTL untuk parameter pH berkisar dari 6.8-7.7. pH di titik 1 berada pada kondisi basa sementara titik 3 menunjukkan kondisi asam. Apabila buangan limbah masuk ke dalam air maka akan mampu mengubah konsentrasi ion hidrogen dalam air menjadi lebih asam atau lebih basa tergantung jenis dan zat kimia yang terkandung di dalam limbah tersebut (Wardhana 2004). Derajat keasaman juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya aktifitas fotosintesis, suhu, dan adanya anion dan kation di perairan (Zamrin 2007). Hasil uji menunjukkan bahwa nilai pH di ketiga titik diketahui berada di bawah baku mutu badan air kelas 2. pH dari titik 1 hingga titik 3 mengalami penurunan. Hal ini diduga disebabkan dari proses pengenceran air. Menurut Sastrawijaya (1991), air yang berasal dari hulu biasanya memiliki pH yang lebih tinggi, dan lama kelamaan pH air akan menurun menuju suasana asam. Hal ini disebabkan dari penambahan bahan-bahan organik yang akan membebaskan CO2 jika terurai. Nilai nitrat di titik 1 cenderung lebih tinggi dibanding titik 2 dan 3. Hal ini diduga dari penggunaan lahan pertanian dan kebun yang menurun sehingga pengunaan pupuk juga cenderung berkurang. Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen dalam perairan yang bersumber dari limbah domestik, limbah pertanian berupa sisa pemupukan, limbah peternakan berupa sisa pakan, serta aliran tanah yang masuk ke perairan dengan kandungan yang relatif kecil di perairan. Kondisi ini sebanding dengan pendapat Zamrin (2007) yang mengatakan bahwa penurunan luas lahan sawah dan perkebunan mengakibatkan kandungan nitrat di sungai cenderung menurun, sebaliknya jika luas lahan sawah atau kebun meningkat maka kandungan nitrat akan meningkat juga. Kondisi yang terlihat di lapang juga
19
demikian, yakni tidak ditemukan sawah di sepanjang lokasi penelitian dan kebun yang dibiarkan tanpa adanya perawatan (Wardoyo 1981 diacu dalam Ameliawati 2003). Nilai fosfat titik 2 dan 3 telah melampaui baku mutu badan air kelas 2. Titik 3 yang didominasi oleh permukiman menyebabkan limbah domestik yang tercampur dengan detergen terbuang ke sungai dan diduga menyumbang penurunan terhadap kualitas air Sungai Gajahwong. Menurut Sastrawijaya (1991), fosfat dalam air limbah berbentuk senyawa ortofosfat, poliphosfat, dan phospat organis. Senyawa fosfat tersebut ada dalam bentuk terlarut, tersuspensi di dalam organisme dalam air. Orthofosfat yang ada di pertanian, berasal dari pupuk yang memasuki badan air melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat. Fosfat organik terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat berasal dari detergen dalam limbah cair dan pestisida dari lahan pertanian yang mana dapat mencemari perairan. Jika semakin tinggi penggunaan deterjen maka diperkirakan akan meningkatkan fosfat yang masuk ke perairan dan akan menyebabkan eutrofikasi. Bahan antiseptik yang ditambahkan dalam detergen juga dapat mengganggu kehidupan mikroorganisme air bahkan mematikannya (Cordova 2008). Kualitas Air dari Parameter Fisika Tabel 14 menyajikan hasil uji kualitas air Sungai Gajahwong yang dibedakan berdasarkan parameter fisika. Tabel 14 Perbandingan hasil uji kualitas air berdasarkan parameter fisika Titik pengambilan sampel Pembanding Parameter Titik 1 Titik2 Titik 3 BLH Baku mutu badan air kelas DIY 2 Kekeruhan 1,2 2,4 1,6 Suhu 25 26,15 27,8 28,2 Deviasi 3 TDS 148 189 243** 224 1000 Keterangan : 1. Titik 1 : Pengambilan sampel yang mendapat pengaruh dari shelter 1 2. Titik 2 : Pengambilan sampel setelah masuknya limbah cair dari shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka ke sungai 3. Titik 3 : Pengambilan sampel setelah akumulasi limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka : Di atas data sekunder dari BLH DIY 4. **
Suhu air Sungai Gajahwong semakin naik dari titik 1 hingga titik 3, namun masih berada di bawah baku mutu badan air kelas 2. Suhu berkisar dari 250C28.20C. Nilai suhu air yang semakin meningkat didukung oleh pendapat Hutapea (2007) bahwa daerah hulu memiliki suhu tahunan yang paling kecil, dan menuju hilir akan berfluktuasi semakin besar. Nilai ini masih layak bagi kehidupan organisme air tawar yang berkisar dari 20-300C dengan suhu optimum 25-280C. Suhu perairan bergantung pada sumber pencemarnya (Nugroho 2003), seperti komposisi substrat, kekeruhan, air hujan (Aenunaim 2007).
20
Kekeruhan air sungai mengalami fluktuasi. Kekeruhan pada titik 2 cenderung lebih besar dibanding titik 1 dan titik 3. Hal ini disebabkan oleh kondisi titik 2 yang mendapat pengaruh dari masukan limbah cair shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka sehingga memungkinkan kekeruhan yang semakin tinggi. Kusnadi (2002) menyebutkan bahwa kekeruhan berfluktuasi sesuai dengan kecepatan arus air. Titik 2 memiliki nilai kekeruhan yang paling tinggi yakni 2.4 NTU, sedangkan titik 1 memiliki nilai kekeruhan terendah 1.2 NTU. Kekeruhan dari titik 2 ke titik 3 mengalami penurunan. Hal ini diduga akibat dari proses pengenceran yang terjadi di air. Nilai kekeruhan di lokasi penelitian juga tidak berbahaya bagi biota air. Menurut Fardiaz (1992), nilai kekeruhan yang dapat membahayakan kehidupan biota air adalah 150 NTU. TDS atau total padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya. TDS cenderung naik dari titik 1 hingga titik 3. Nilai TDS berada pada kisaran 148-243 mg/L dan masih berada di bawah baku mutu badan air kelas 2. Titik 2 dan titik 3 yang menjadi akumulasi dari titik 1 memiliki nilai yang lebih besar. Sementara itu, ada masukan yang bersumber dari Kebun Binatang Gembira Loka serta aktifitas masyarakat. Menurut Putri (2004), nilai TDS ditentukan oleh banyak sedikitnya bahan buangan padat yang larut dalam air yang dinyatakan dalam mg/L. Tipe penggunaan lahan diduga menjadi penyebab bahan buangan berupa padatan yang menjadi lebih tinggi. Kualitas Air dari Parameter Biologi Tabel 15 menyajikan hasil uji kualitas air Sungai Gajahwong yang dibedakan berdasarkan parameter biologi. Tabel 15 Perbandingan hasil uji kualitas air berdasarkan parameter biologi Titik pengambilan sampel Pembanding Parameter Titik 1 Titik2 Titik 3 BLH Baku mutu DIY badan air kelas 2 Fecal 5*** 6*** 6*** 240.10 240.10 240.10 9000 1000 coliform Keterangan : 1. Titik 1 : Pengambilan sampel yang mendapat pengaruh dari shelter 1 2. Titik 2 : Pengambilan sampel setelah masuknya limbah cair dari shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka ke Sungai Gajahwong 3. Titik 3 : Pengambilan sampel setelah akumulasi limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka : Di atas baku mutu badan air kelas 2 dan data sekunder dari BLH DIY 4. ***
Fecal coliform di lokasi penelitian telah berada jauh di atas baku mutu badan air kelas 2. Titik 2 mengalami kenaikan nilai fecal coliform disebabkan oleh masukan baru yang bersumber dari limbah cair buangan shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka. Limbah cair yang didominasi oleh kotoran satwa menyebabkan kenaikan yang cukup signifikan. Indikator fecal coliform terkandung dalam feses manusia dan satwa homoioterm (suhu tubuh yang tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan). Fecal coliform cenderung tidak sering menjadi parameter pencemaran limbah dibanding variabel lain (Jorma 2010). Kehadiran bakteri fecal coliform dalam air menunjukkan kontaminasi tinja dan
21
dapat menunjukkan kemungkinan adanya patogen penyebab penyakit, seperti bakteri, virus, dan parasit yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, namun ada pula jenis yang tidak berbahaya. Sumber utama dari organisme patogen di perairan menjadi indikator adanya pencemaran air (Lubis 2007). Kualitas Air Titik Penelitian di Sungai Gajahwong Kualitas perairan dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap intensitas parameter kimia, fisika, dan biologi. Tabel 16 adalah kualitas air di 3 lokasi pengambilan sampel air menggunakan 9 parameter uji dengan Indeks Kualitas Air (IKA) atau Water Quality Index. Tabel 16 Nilai IKA dan kualitas air titik penelitian di Sungai Gajahwong Lokasi Nilai IKA Kualitas air Nilai kisaran IKA Titik 1 58,51 Sedang 51-70 Titik 2 52,12 Sedang 51-70 Titik 3 47,37 Buruk 25-50 Nilai rata-rata 52,67 Sedang 51-70 Keterangan : 1. Titik 1 : Pengambilan sampel sebelum masukan limbah cair dari shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka 2. Titik 2 : Pengambilan sampel setelah masuknya limbah cair dari shelter 2Kebun Binatang Gembira Loka ke Sungai Gajahwong 3. Titik 3 : Pengambilan sampel setelah akumulasi limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka
Nilai IKA di lokasi penelitian berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa kualitas air di lokasi penelitian adalah sedang. Nilai IKA dari titik 1 hingga titik 3 cenderung mengalami penurunan. Kondisi air yang mengalir dengan tambahan masukan sumber pencemar menyebabkan Sungai Gajahwong memiliki kualitas air yang mengalami penurunan. Kualitas air dari titik 1 termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 58.51. Nilai ini cenderung mendekati kategori buruk yang disebabkan oleh masukan sumber pencemar. Titik 2 juga memiliki kualitas air sedang mendekati buruk dengan nilai yang semakin mengalami penurunan. Hal ini juga disebabkan oleh masukan pencemar dari titik 1 dan sumber pencemar shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka. Kualitas air titik 3 masuk dalam kategori buruk dan mengalami penurunan dari kualitas air titik 2. Titik 3 merupakan akumulasi pencemar dan memperoleh dampak dari titik 1 dan 2, serta mendapat pengaruh dari sumber pencemar shelter 3, 4, dan 5 Kebun Binatang Gembira Loka. Kontribusi Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong Titik 2 yang merupakan posisi penerima limbah cair buangan dari shelter 2 Kebun Binatang Gembira Loka, diduga memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam penurunan kualitas air sungai. Dugaan ini didukung oleh indikator hasil uji di titik 1 yang sudah tinggi dari parameter yang sama. Selain itu, hasil dari uji laboratorium menunjukkan bahwa limbah cair buangan masih berada di bawah baku mutu limbah cair.
22
Pencemar perairan di titik penelitian diduga berasal dari sumber pencemar tambahan yakni limbah cair industri, limbah cair buangan dari Kebun Binatang Gembira Loka, serta limbah yang berasal dari aktifitas masyarakat sekitar, namun limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka yang memasuki Sungai Gajahwong tidak berpengaruh secara signifikan dalam kualitas air. Hal ini terlihat dari hasil pengujian limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka yang masih berada di bawah baku mutu limbah berdasarkan Pergub DIY No. 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan, dan Jasa Pariwisata. Hasil analisa limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka menunjukkan hasil yang relatiff aman atau di bawah baku mutu (Tabel 17). Tabel 17 Perbandingan hasil uji limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka dengan hasil uji titik 2 dan baku mutu limbah cair Parameter Satuan Baku mutu* Hasil uji titik outlet Hasil uji titik 2 Fisika TSS mg/L 100 16 Kimia BOD mg/L 75 6,0 2,1 COD mg/L 100 8 pH 6-9 7,8 7,3 Detergen mg/L 5 0,1566 Minyak mg/L 5 <2,5 dan lemak nabati Sumber: Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 tahun 2010
Titik 2 yang menjadi penerima masukan limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka memperoleh beberapa paramater yang sama dari hasil uji, yakni BOD dan pH. Nilai BOD limbah cair berada jauh di bawah baku mutu yakni sebesar 6.0 mg/L. Sementara itu nilai BOD titik 2 sebesar 2.1 mg/L. Nilai pH pada hasil uji limbah cair sebesar 7.8 dan titik 2 di Sungai Gajahwong sebesar 7.3. Penurunan nilai ini diduga merupakan proses pengenceran yang terjadi di air. Jika menggunakan asumsi bahwa sumber pencemar lain memiliki 0% kontribusi dalam perubahan kualitas air di Sungai Gajahwong, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kualitas air Sungai Gajahwong, terutama di titik 2 dan 3. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses pengenceran saat air limbah bercampur dengan air sungai dengan pertimbangan bahwa jarak mempengaruhi tingkat pengenceran air. Limbah cair yang berasal dari Kebun Binatang Gembira Loka bersifat organik, artinya kandungan limbah tidak berbahaya dengan sifat toksik yang relatif sangat rendah. Limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka diuji dengan parameter fisika maupun kimia. Parameter fisika yang berupa padatan tersuspensi total/ TSS terdiri atas lumpur, pasir halus, serta jasad renik yang terbawa oleh kikisan tanah atau erosi tanah oleh air. Bahan tersuspensi ini tidak bersifat toksik, namun jika berlebihan akan meningkatkan kekeruhan dan mempengaruhi fotosintesis di perairan. Dalam uji kualitas air limbah menggunakan parameter fisika bukan
23
menjadi petunjuk yang baik dalam menduga tingkat cemar air, karena sifat fisika air bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan. Sementara itu, parameter kimia air dapat menjadi petunjuk penting dalam mengetahui kualitas air, seperti BOD, COD, pH, detergen, minyak dan lemak. Menurut Fardiaz (1992), BOD mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk oksidasi bahan buangan. Bahan organik bisa berasal dari feses satwa yang tercampur dengan air saat limbah cair teralirkan. Nilai COD yang tinggi di air tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian, sehingga tinggi rendahnya kandungan COD dalam pengujian air limbah tidak memiliki banyak pengaruh terhadap air sungai. Derajat keasaman pH memiliki pengaruh besar terhadap toksisitas bahan beracun di air sehingga dijadikan penentu dalam kualitas air. Kandungan detergen juga tidak memiliki pengaruh yang tinggi mengingat tidak adanya penggunaan bahan pembersih sintetis, detergen, maupun sejenisnya saat pembersihan limbah satwa. Parameter minyak dan lemak yang berada pada kondisi normal, di bawah baku mutu juga tidak banyak berpengaruh terhadap penurunan kualitas air Sungai Gajahwong. Minyak dan lemak bersifat tidak dapat larut dalam air, tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
Limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka dibuang bersamaan saat pembersihan kandang oleh keeper satwa. Limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka bersumber dari kotoran satwa serta sisa-sisa pakan satwa. Fasilitas limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka berupa saluran pembuangan serta bak kontrol. Limbah cair dari kandang satwa dialirkan ke saluran dan tertuju ke bak kontrol limbah untuk proses penyaringan sebelum bermuara ke Sungai Gajahwong melalui shelter buangan limbah. Penilaian manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka yakni cukup dengan memperhatikan aspek penunjang manajemen limbah cairnya. Kebun Binatang Gembira Loka merupakan salah satu sumber pencemar yang berkontribusi terhadap kualitas air di Sungai Gajahwong. Akan tetapi limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas air Sungai Gajahwong karena kondisi Sungai Gajahwong sebelum menerima masukan limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka memiliki kualitas air sedang mendekati buruk berdasarkan analisa IKA sehingga dengan adanya masukan limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka menyebabkan penurunan kualitas air Sungai Gajahwong. Hal ini juga didukung oleh hasil uji limbah cair yang berada di bawah baku mutu limbah cair dengan jenis limbah organik. Saran
1.
Bagi pengelola Kebun Binatang Gembira Loka, dibutuhkan pengujian limbah cair buangan kembali terhadap shelter-shelter limbah cair buangan sehingga
24
2.
3.
mendapatkan pemantauan teratur terhadap kualitas limbah cair di Kebun Binatang Gembira Loka. Sementara itu, dibutuhkan peningkatan terhadap manajemen limbah cair buangannya agar keluaran limbah cair lebih baik lagi. Perlu digalakkan aturan yang lebih mengikat pada pihak-pihak yang membuang limbah cair, baik pembuangan dari hulu hingga hilir Sungai Gajahwong serta diwajibkan untuk melakukan pengelolaan dengan pengolahan limbah cair. Bagi Pemerintah Daerah, diharapkan ada aturan khusus untuk keluaran maksimum/baku mutu limbah cair bagi lembaga konservasi eksitu, khususnya kebun binatang.
DAFTAR PUSTAKA Aenunaim. 2007. Pengaruh kualitas air baku terhadap biaya produksi di PDAM Kota Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ameliawati. 2003. Karakteristik kualitas air di muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BLH] Badan lingkungan Hidup. 2011. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan, dan Jasa Pariwisata. Yogyakarta (ID): Pemda DIY. Cordova MR. 2008. Kajian air limbah domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan pengaruhnya pada Sungai Ciliwung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Desa KW. 2012. Pencemaran air [internet]. [diunduh 2013 Mei 10]. Tersedia pada http://kimwaradesa.blogspot.com/2012/02/pencemaran-air.html. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Polusi Udara. Depdikbud, Ditjen Perguruan Tinggi PAU Pangan dan Gizi, Bogor. Fadil MS. 2001. Kajian beberapa aspek parameter fisika kimia dan aspek fisiologi ikan yang ditemukan pada aliran buangan pabrik karet di sungai batang arau. Artikel. Program studi biologi pascasarjana universitas andalas. Hutapea D. 2007.Struktur komunitas makrozobenthos dan parameter fisika dan kimia untuk menduga kualitas perairan di Sungai Cihideung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. John AM, Nicholas PD, Ronald RR, John RK, Gerald JN, Euan DR, Tom H, Richard PA, Anett ST, Anne MC, Gregory SP. 2007. Human Influences on Water Quality in Great Lakes Coastal Wetlands. Environmental Management (2008). 41:347-357. Jorma N. 2010. Water Quality of Arctic Rivers in Finish Lapland. Environ Monit Asses (2010). 161:359-368. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2012. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 31/Menhut-2/2012 tentang Lembaga Konservasi. Jakarta (ID): Kemenhut.
25
Kusnadi SB. 2002. Studi kualitas fisika-kimia perairan dan struktur komunitas makrozoobenthos di Sungai Cikaniki, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis RA. 2007. Model perubahan kualitas air sungai di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muslimin, Saraswati SP. 2012. Kualitas Status Mutu Air di Sungai Gajahwong dengan Berbagai Indeks Kualitas Air. Lingkungan Tropis. 6(2):91-103. Nugroho. 2003. Evaluasi kualitas air Sungai Ciliwung di wilayah DKI Jakarta melalui pendekatan Indeks Kualitas Air National Sanitation Foundation (IKA-NSF WQI) [skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor. Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentangPengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Yogyakarta (ID): Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan. Jakarta (ID): Pemerintah Republik Indonesia. Putri WU. 2004. Evaluasi kondisi air sungai dan mata air PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Santi DN. 2004. Pengelolaan limbah cair pada industri penyamakan kulit industri pulp dan kertas industri kelapa sawit [internet]. [diunduh 2013 Feb 2]. Tersedia pada www.repository.USU.ac.id. Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta (ID): Rineksa Cipta. Siradz SA, Harsono ES, Purba I. 2008. Kualitas air Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 8(2)p:121-125. Wardhana WA. 2004. Dampak pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta. Zamrin. 2007. Evaluasi kualitas air Sungai Cisadane di wilayah Kabupaten Bogor periode 1999-2003 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
26
Lampiran 1 Hasil pengujian air 1
27
Lampiran 2 Hasil pengujian air 2
28
Lampiran 3 Hasil pengujian air 3
29
Lampiran 4 Hasil pengujian air untuk parameter minyak dan lemak
30
Lampiran 5 Rincian penilaian manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka No
Aspek penilaian
1
Apakah fasilitas berupa saluran buang (pipa, selokan, septic tank) sudah sangat baik? 1 Saluran buang tidak tersedia 2 Saluran buang ada,sesuai namun hanya dilakukan pemantauan yang sifatnya tidak berkala 3 Saluran buang ada, sesuai dan diterapkan
2
Apakah saluran air limbah telah dipisahkan dengan air yang berasal dari limpasan hujan? 1 Saluran limbah tidak dipisahkan 2 Tidak semua saluran limbah dipisahkan dengan air limpasan hujan 3 Saluran limbah telah dipisahkan dengan air limpasan hujan
3
Apakah pengelola Kebun Binatang Gembira Loka menyediakan bak kontrol? 1 Bak kontrol tidak tersedia 2 Bak kontrol ada, namun tidak ada penyaring 3 Bak kontrol ada, dan dilengkapi penyaring
4
Apakah bak kontrol bersifat kedap air dan tertutup sempurna? 1 Bak kontrol tidak kedap air dan tidak tertutup 2 Bak kontrol kedap air, namun ada yang tidak tertutup sempurna 3 Bak kontrol kedap air dan tertutup
1
Apakah SDM dalam kelola limbah cair Kebun Binatang Gembira Loka sudah tersedia? 1 SDM kelola limbah cair belum ada 2 SDM kelola limbah cair ada, namun tidak dilakukan oleh petugas khusus 3 SDM kelola limbah cair ada, dan ditangani oleh petugas khusus
2
Apakah kemampuan dasar dari SDM dalam manajemen limbah cair sudah baik? 1. Kemampuan dasar terkait manajemen limbah
Skala penilaian 1 2 3 √
√
√
√
√
√
31
Lampiran 5 Rincian penilaian manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka (lanjutan) No
Aspek penilaian
Skala penilaian 1 2 3
cair belum ada 2. Kemampuan dasar terkait manajemen limbah cair sudah ada, namun belum optimal sesuai kaidah 3. Kemampuan dasar terkait manajemen limbah cair sudah ada dan sudah mengikuti kaidah pembuangan 3
Apakah sudah ada program penunjang berupa pelatihan terkait limbah cair? 1 Tidak ada program pelatihan terkait limbah cair 2 Program pelatihan ada, namun tidak berkala 3 Program pelatihan ada namun berkala
√
4
Apakah implementasi program sudah memuaskan? 1. Implementasi program tidak ada 2. Implementasi program dilakukan, namun belum maksimal 3. Implementasi program dilakukan secara maksimal
√
1
Apakah ada SOP/ aturan teknis terkait manajemen limbah cair? 1. SOP tidak ada 2. SOP ada, namun belum diterapkan secara maksimal 3. SOP ada dan diterapkan
√
2
Apakah ada proses pengenceran pada air limbah? 1. Ada pengenceran air limbah dengan menambahkan bahan lain yang bersifat toksik 2. Ada pengenceran air limbah dengan air 3. Tidak ada pengenceran air limbah
√
3
Apakah dilakukan kontrol uji limbah cair? 1. Tidak dilakukan kontrol uji limbah cair 2. Kontrol uji limbah cair ada, namun tidak berkala 3. Kontrol uji limbah ada dan dilakukan secara berkala
√
32
Lampiran 5 Rincian penilaian manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka (lanjutan) No
Aspek penilaian
4
Apakah pengujian air limbah menggunakan jasa dari laboratorium yang sudah terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubernur? 1. Tidak dilakukan pengujian air limbah 2. Dilakukan pengujian air limbah namun tidak menggunakan jasa laboratorium yang telah terakreditasi 3. Dilakukan pengujian air limbah oleh jasa laboratorium yang telah terakreditasi
5
Apakah limbah cair teralirkan secara baik? 1. Limbah cair tidak dialirkan 2. Limbah cair teralirkan melalui saluran, namun aliran limbah cair mengalami penyumbatan 3. Limbah cair teralirkan melalui saluran dan tidak terjadi penyumbatan
Skala penilaian 1 2 3 √
√
Keterangan : 3= baik, 2=cukup, 1=kurang
Lampiran 6 Hasil perhitungan mutu air limbah dengan IKA Parameter DO pH BOD Nitrat Fosfat Suhu Kekeruhan TDS F.coliform ∑Wi.Li Kualitas air
Wi 0,17 0,12 0,10 0,10 0,10 0,10 0,08 0,08 0,15
Li 1 51 91 91 40 100 16 95 79 2
Wi.Li 1 8,67 10,92 9,1 4 10 1,6 7,6 6,32 0,3 58,51 Sedang
Li 2 60 88 80 43 40 14 93 74 2
Wi.Li 2 10,2 10,56 8 4,3 4 1,4 7,44 5,92 0,3 52,12 Sedang
Li 3 59 83 59 47 26 13 94 67 2
Wi.Li 3 10,03 9,96 5,9 4,7 2,6 1,3 7,52 5,36 0,3 47,37 Buruk
Keterangan : i : 1 sampai dengan data n Wi : Bobot parameter ke-i yang dimodifikasi yang telah ditetapkan Li : Nilai sub indeks parameter ke-I dengan kurva sub indeks yang ditetapkan dalam I
Lampiran 7 Struktur organisasi bagian operasional Kebun Binatang Gembira Loka
33
34 Lampiran 9 Jenis satwa di Kebun Binatang Gembira Loka Kelas Jenis Satwa Aves 1. Nuri kabare 2. Nuri abu-abu afrika 3. Alap-alap Sulawesi 4. Kakatua raja 5. Elang bondol 6. Kakatua jambul kuning 7. Macau merah 8. Philippine cockatoo 9. Angsa 10. Pelikan 11. Bangau Tong-tong 12. Kasuari 13. Merak hijau Reptil dan Amfibi 1. Ahaetulla prassina 2. Kura-kura aldabra 3. Biawak ameiva hijau 4. Biawak Bengalis 5. Biawak pohon biru 6. Biawak pohon hijau 7. Biawak pohon hitam 8. Biawak rotte 9. Biawak tegu 10. Biawak tiga warna 11. Biuku (Orlitia borneensis) 12. Blue light iguana 13. Boa pelangi 14. Brachpelma boekmei 15. Brachypelma albiceps 16. Brachypelma albopilosum 17. Buaya kaiman 18. Buaya muara 19. Buaya sinyulong 20. Candoia aspera 21. Common iguana 22. Dendrelaphis pictus 23. Derik Amerika Tengah 24. Elaphe guttata 25. Elaphe obsolete 26. Elaphe obsolete 27. Grammostola pulchripes 28. Iguana merah 29. Kadal api 30. Kadal duri
35 Lampiran 9 Jenis satwa di Kebun Binatang Gembira Loka (lanjutan) Kelas Jenis Satwa Reptil dan Amfibi 31. Kadal persil 32. Katak badut 33. Katak bertelinga 34. Katak budget 35. Katak pacman argentina 36. Katak pacman cranwell 37. Katak pesek 38. Komodo 39. Kura-kura alligator snapping 40. Kura-kura ambon 41. Kura-kura Brazil 42. Kura-kura callagur 43. Kura-kura leher panjang 44. Kura-kura lidah biru 45. Kura-kura moncong babi 46. Lampropeltis getula 47. Lampropeltis getula brooksi 48. Lampropeltis getula californiae 49. Lampropeltis getula meansi 50. Lampropeltis getula nigrita 51. Lampropeltis triangilum nelson 52. Lampropeltis triangulum 53. Lampropeltis triangulum hondurensis 54. Morelia viridis 55. Pantheropis guttatus 56. Python Burma 57. Python patola 58. Salamander axolotl 59. Salamander harimau 60. Salamander jepang 61. Salamander Spanyol 62. Sanca karpet 63. Soa layar ambon 64. Tokek garis putih 65. Tokek leopard 66. Tokek phelsuma 67. Ular boa pasir afrika 68. Ular kobra jawa 69. Ular mono tanah 70. Ular raja kobra 71. Ular sanca bodo 72. Ular sanca bodo albino
36 Lampiran 9 Jenis satwa di Kebun Binatang Gembira Loka (lanjutan) Kelas Jenis Satwa Reptil dan Amfibi 73. Ular sanca bola 74. Ular sanca darah 75. Ular sanca jarring 76. Ular sanca olive 77. Ular truno bamban 78. Ular viper gipon 79. Viper bertanduk Mamalia 1. Babi hutan 2. Banteng 3. Bekantan 4. Berang-berang 5. Beruang madu 6. Gajah 7. Harimau putih 8. Harimau sumatera 9. Kapibara 10. Kijang 11. Kuda 12. Kuda Nil 13. Kuda nil kerdil 14. Landak 15. Lemur ekor cincin 16. Lutung Jawa 17. Macan dahan 18. Nilgai 19. Onta punuk satu 20. Orang utan Kalimantan 21. Orang utan Sumatera 22. Owa Kalimantan 23. Owa Sumatera 24. Rusa jawa 25. Rusa totol 26. Sapi Bali 27. Siamang 28. Simpai 29. Simpanse 30. Tapir Asia 31. Tapir Brazil 32. Wallaby 33. Zebra Pisces 1. Hidung gajah 2. Neon 3. Frontosa
37 Lampiran 9 Jenis satwa di Kebun Binatang Gembira Loka (lanjutan) Kelas Jenis Satwa Pisces 4. Heatsnake 5. Garrarufa 6. Discus 7. Red melon 8. Black ghost 9. Belida 10. Palmas albino 11. Palmas 12. Keling kuning 13. Giro pasir 14. Blue star 15. Leter six 16. Dakochan 17. Capungan 18. Triger motor 19. Alligator spatula 20. Kapiat albino 21. Tomang 22. Red tail 23. Parrot 24. Sidat 25. Piranha 26. Arapaima 27. Tiger catfish 28. Bawal
38 Lampiran 10 Peta Sungai Gajahwong
39
RIWAYAT HIDUP Wahyu Irmawati dilahirkan di Karanganyar pada 9 Agustus 1991 sebagai putri kedua dari tiga perempuan bersaudara pasangan Bapak Djarwanto dan Ibu Retno Pratiwi. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996 di TK Tunas Rimba dan lulus pada tahun 1997. Sekolah Dasar di SDN Margomulyo 3 Ngawi dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMPN 1 Ngawi dan lulus pada 2006, setelah itu melanjutkan di SMAN 1 Karangjati dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dengan program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus Biro PSDM dan Biro Kekeluargaan serta Kelompok Pemerhati Burung Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2010-2012. Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama di IPB diantaranya Eksplorasi Fauna, Flora, dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat (2011), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Papandayan-Sancang Timur (2011), Eksplorasi Studi Konsevasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci seblat, Jambi (2011), Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2012), dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat (2013). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di Kebun Binatang Gembira Loka, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul “Manajemen Limbah Cair Buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan Dampaknya terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong” di bawah bimbingan Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, M.Si. dan Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS.