AKHLAK PRIBADI ISLAMI Modul ke:
06 Fakultas
Program Studi
MATA KULIAH AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si.
Salah satu kunci sukses di dunia dan akhirat karena faktor akhlak. Untuk mengembangkan pribadi umat Islam agar sukses, mereka diharapkan dapat mempelajari dan melaksanakan atau menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak Islami ini didasarkan pada alqur’an dan sunnah Rasul, sebagaimana diriwayatkan HR Ahmad, Hakim dan Baihaqi yaitu :”Sesungguhnya aku (Rasulullah) diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. Membahas pengertian akhlak pribadi Islami dapat didefinisikan sebagai wujud budi pekerti yang melekat dan dilaksanakan oleh orang Islam dan berdasarkan sumber ajaran Islam
•
Untuk mengembangkan pribadi umat Islam agar sukses, mereka diharapkan dapat mempelajari dan melaksanakan atau menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak Islami ini didasarkan pada al-qur’an dan sunnah Rasul, sebagaimana diriwayatkan HR Ahmad, Hakim dan Baihaqi yaitu :”Sesungguhnya aku (Rasulullah) diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. Dan ada Untuk mengembangkan pribadi umat Islam agar sukses, mereka diharapkan dapat mempelajari dan melaksanakan atau menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak Islami ini didasarkan pada al-qur’an dan sunnah Rasul, sebagaimana diriwayatkan HR Ahmad, Hakim dan Baihaqi yaitu :”Sesungguhnya aku Rasulullah) diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang baik”., yaitu :
1. Berbuat Jujur Atau Amanah • Jujur dapat diartikan adanya kesesuaian / keselarasan antara apa yang disampaikan / diucapkan dengan apa yang dilakukan / kenyataan yang ada. Kejujuran juga memiliki arti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Al-qur’an sangat menganjurkan untuk berbuat jujur, dintara firman Allah tentang jujur : “ hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar “ (QS. At-Taubah:119). Maksud dari ayat ini adalah menjadikan semua orang untuk jujur dalam ucapan mereka (tidak berbohong dengan alasan apapun), dalam perbuatan dan segala keadaan (tidak berbohong dalam kondisi apapun).
2. Percaya Diri •
Percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri tanpa harus menghinakannya atau meremehkan harga diri sehingga orang lain berani menghinanya dan menganggap ringan. Pribadi yang percaya diri harus mampu menunjukkan sesuatu yang unggul berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude), sehingga orang lain memberikan kepercayaan dan kehormatan yang sepatutnya, dan tidak bersikap sombong terhadap kemampuan yang dimilikinya. Sikap percaya diri atau tawadhu, sangat disukai Allah dan Rasul, karena sikap tersebut akan menimbulkan rasa persamaan, menghormati orang lain, toleransi, rasa senasib dan cinta kepada keadilan. Rasa persamaan adalah sikap pribadi yang menganggap bahwa orang lain sama dengan dirinya, tidak ada perbedaan kecuali dalam ketakwaan kepada Allah SWT.
3. Bekerja Keras • Dalam ketedanan akhlak Rasul dinyatakan bahwa :”Islam membenci pengangguran, kemalasan, dan kebodohan karena hal itu merupakan maut yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab kerusakan dan keburukan di dunia dan akhirat”. Pernyataan ini sangat relevan untuk terus dikumandangkan terutama di kalangan umat Islam di Indonesia, yang jumlah penganggurannya mencapai 36juta jiwa, rakyat miskin 70 juta lebih, dan ½ juta pengangguran adalah sarjana.
4. Menghargai Waktu •
Waktu terus berjalan dan tidak akan pernah kembali. Oleh sebab itu setiap detik waktu harus dimanfaatkan untuk kebaikan dan keberhasilan. Untuk dapat memanfaatkan waktu secara optimal, maka perlu adanya manajemen waktu yaitu aktifitas untuk memanfaatkan waktu yang tersedia dan potensi-potensi yang tertanam dalam diri guna mewujudkan tujuantujuan yang ingin dicapai dengan menyeimbangkan tuntutan kehidupan pribadi, masyarakat, serta kebutuhan jasmani, rohani dan akal. Oleh karena itu, umat Islam untuk mencapai kesuksesan, maka harus membuat manajemen waktu, dengan memanfaatkan waktu selama masih hidup, kemampuan fisik dan kesehatan, harta dan kekayaan, waktu yang longgar dan selama masih muda dan kuat.
5. Berpikir Positif • Berpikir positif adalah pola pikir yang didasarkan pada penyusunan rencana yang matang dalam mencapai tujuan, selalu berusaha untuk mencapai tujuan dan mengambil hikmah setiap kejadian. Berpikir positif juga dapat diartikan mencari hal-hal positif dan baik dari berbagai hal tersebut. Berpikir positif sangat penting dalam kehidupan umat manusia terutama umat Islam, karena menjadikan hidupnya konstruktif dan produktif yang diliputi oleh kebahagiaan dan kesuksesan. Orang yang berpikir positif memiliki sikap yang penuh harapan, yakin dalam hidup, berperilaku baik, ramah, dan menyenangkan.
6. Memiliki Harga Diri • Harga diri adalah penilaian menyeluruh mengenai diri sendiri, bagaimana menjaga kehormatan diri, sehingga orang lain tidak menghinakannya. Memiliki harga diri berarti seseorang mempunyai kemampuan untuk menjaga perilaku etis dan menjauhi perilaku nista. Harga diri perlu diperkuat agar orang merasa malu melakukan segala bentuk penyimpangan, kecurangan dan kenistaan. Malu terlambat, malu korupsi, malu meminta-minta, malu mengganggu atau merusak fasilitas umum, malu membela yang salah. Untuk meningkatkan harga diri, manusia tidak boleh sombong, atau riya, tetapi harga diri harus dibangun melalui berbagai usaha kepada kebaikan. Apabila manusia banyak berbuat baik, maka Allah akan memberikan pahala dan kehormatan sebagai manusia.
7. Mandiri • Manusia harus mampu menggali dan mengembangkan diri dengan baik sehingga hidup di dunia ini tidak menjadi beban bagi orang lain, bahkan hidup akan terhormat jika dapat meringankan beban orang lain, seperti hadits Rasul :”Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya”. Menjadi manusia mandiri adalah menjadi manusia yang memiliki harga diri. Mandiri adalah sumber percaya diri. Tentang kemandirian, Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka berusaha mengubahnya sendiri” (QS. 13 : 11)
8. Hemat atau Hidup Sederhana • Hidup hemat atau hidup sederhana adalah sikap hidup yang mengendalikan diri sendiri untuk mencukupkan kebutuhannya, sehingga tidak boros dan tidak kikir. Hemat adalah membelanjakan harta secara tidak berlebih-lebihan, melakukan penghematan pengeluaran dan menabung untuk masa-masa sulit. Hemat adalah fondasi dari segala macam keberhasilan. Konsep hemat juga bisa diterapkan dalam penggunaan secara bijak terhadap segala hal lain di dalam hidup, termasuk waktu, kemampuan, energi dan uang.
9. Memelihara Amanah • Amanah per definisi adalah titipan berharga yang dipercayakan Allah kepada manusia atau aset penting yang dipasrahkan kepada umatnya. Konsekuensi sebagai penerima amanah adalah kita terikat secara moral untuk melaksanakan amanah itu dengan baik dan benar. Amanah menuntut kesejatian bukan hanya esensinya tetapi juga prosedurnya. Kesadaran mengemban amanah akan melahirkan kewajiban moral, yaitu bahwa nilai yang termuat dalam amanah itu dihargai dengan semangat tinggi sehingga tumbuhlah perasaan bahwa ia harus dijaga, dipelihara, dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Moral obligation inilah yang disebut dengan tanggung jawab.
10. Bersyukur •
Syukur adalah menggunakan atau mengolah nikmat yang dilimpahkan Allah sesuai dengan tujuan dianugerahkannya. Artinya, jika berani bersyukur, berarti harus berani mengolah dan mengelola segala anugerah Allah yang berupa rahmat dengan baik dan benar. Rahmat adalah kebaikan yang diterima tanpa kualifikasi, tanpa syarat. Artinya rahmat tidak terkait dengan prestasi, atau kebaikan kita. Rahmat dipahami sebagai bentuk kasih sayang Allah, ekspresi langsung cinta Allah kepada umatnya. Fenomena rahmat tidak bisa diterangkan oleh nalar dan logika semata, tetapi orang mendapatkannya dan mengalaminya (apakah dipahami sebagai tindakan langsung dari Allah atau sekedar kebetulan yang bermakna) selalu heran dan takjub ssehingga secara spontan bersyukur dan berterima kasih.
Agustian A.g. 2001. ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Arga. Jakarta. Al-Hufiy, A.M. 2000. Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad SAW. Pustaka Setia. Bandung. Al-Sya'rani, A A. 2004. 99 Akhlak Sufi: Meniti jalan surga bersama orang-orang suci. Mizan Media Utama. Bandung.