”Airlangga Sumbaga Wiratama” Sukses Dipentaskan dalam Wayang Semalam Suntuk UNAIR NEWS – Selama ini, ceritera pakeliran wayang di Indonesia hanya diangkat dari kisah Ramayana dan Mahabharata. Padahal banyak kisah sejarah menarik yang bisa diangkat ke dalam pewayangan. Misalnya kisah Prabu Airlangga, Raja Kerajaan Kahuripan yang memerintah tahun 1009-1042. Karena itu, dalam rangka Dies Natalis ke-62 Universitas Airlangga, alumnus UNAIR Dr. Sri Teddy Rusdi, SH., M.Hum., yang juga Ketua Senawangi (Sekretariat Nasional Wayang Indonesia) menggubah lakon (cerita) ”Airlangga Sumbaga Wiratama” (ASW). Sebagai lakon (ceritera) wayang, ASW tidak hanya sukses ketika dipentaskan dalam pagelaran wayang orang di Jakarta, 29 September 2016. ASW juga sukses ketika digelar dalam bentuk wayang kulit semalam suntuk, di kampus B UNAIR Jl. Airlangga 4 Surabaya, Sabtu (19/11). Hadir menyaksikan lakon ASW ini adalah ratusan sivitas UNAIR, diantara Rektor Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., para Wakil Rektor, beberapa dekan, diantaranya Dekan FKM Prof. Tri Martiana yang juga Ketua Dies Natalis ke-62, alumni, dalam Ki Sudjiwo Tedjo, dan masyarakat sekitar Surabaya. Sebelum dimulai, Rektor UNAIR menerima tiga tokoh wayang Prabu Airlangga dari Dr. Sri Teddy Rusdi. Ketiga wayang itu adalah Prabu Anom Airlangga, Airlangga saat dewasa, dan Prabu Airlangga saat jumeneng Nata (menjadi raja). Kemudian Rektor menyerahkan kepada dalang Ki Dr. Bambang Suwarno Sindu Tanoyo, M.Hum. Tiga wayang itu merupakan bagian dari 27 Wayang Airlangga yang disungging (dibuat) sendiri oleh Ki Dalang Bambang Suwarno. Dalang yang juga dosen ISI Jogyakarta ini, dalam menjalankan
pertunjukan lakon ASW mampu menunjukkan kepiawaiannya memainkan cerita panjang secara pakem (mainstream), dan antawacana (pengucapan tokoh wayang) yang bagus. Bahkan tanpa jeda sedikitpun untuk diselingi guyonan ala Punakawan seperti dalam wayang Mahabharata. Serius dari awal hingga akhir. Sebagai wayang “perintis” non-Mahabharata, tokoh-tokoh wayangnya tentu belum sepupoler lakon Mahabharata (Pandawa dan Kurawa). Menurut Sri Teddy Rusdi, ke-27 wayang Airlangga itu antara lain gambaran tokoh dalam kisah Airlangga. Misalnya Prabu Airlangga sendiri, Prabu Udayana (ayah Airlangga), Mahendradhatta (ibunya), Mpu Bharada, Narotama (pembantunya), Prabu Kaladhana, Prabu Dharmawangsa, Prabu Wisnu Prabawa, Ratu Prameswari, Mpu Kanwa, Garudhea, dsb.
Pagelaran wayang kulit “Airlangga Sumbaga Wiratama”, di kampus B UNAIR, Sabtu (19/11) malam. (Foto: Bambang Bes) Gebyar ASW ini diawali dengan jejer (adegan) keluarga Airlangga. Ketika sedang ramai pesta perkawinan antara Airlangga dengan puteri pamannya (Dharmawangsa) di Kerajaan
Medang (sekarang sekitar Magetan), mendapat serangan dari Raja Wurawari. Dari sinilah Airlangga lolos dan ditemani Narotama lari menjadi pertapa. Lolos dari beragam godaan, lalu memperoleh kesaktian, perang lagi dan saling balas, akhirnya Airlangga menang dan menjadi raja. Di bagian akhir juga disisipi kisah Arjuna Wiwaha karangan Mpu Kanwa sebagai penggambaran keberhasilan Airlangga dalam peperangan. Arjuna yang lulus dari pertapa di goa Pamintaraga dan menjelma sebagai Begawan Ciptoning, kepada dewa hanya ingin kembalinya sebuah negara dan keutuhan sauda-saudaranya. Akhir kisah, Arjuno menaklukkan dua raksasa dari Himahimantaka yaitu Patih Mamangmurko dan Prabu Newatakawoco. Dalam dialog dengan Sri Teddy Rusdi sebelum jejer pertama, Ki Bambang Suwarno berharap banyak pada pengembangan Wayang Airlangga ini, yang sesuai dengan sejarah tidak lain juga identik dengan kisah pemerintahan di Jawa Timur. Demikian juga harapan Sri Teddy Rusdi, alumnus FH dan FIB (S2) UNAIR ini. ”UNAIR yang punya Fakultas Ilmu Budaya kita berharap bisa mengemban masalah budaya. Mudah-mudahan Wayang Airlangga ini semakin maju, lestari, dan ngrembaka (berkembang). Jadi agar cerita wayang itu tidak hanya bergantung pada Ramayana dan Mahabharata,” kata Bambang Suwarno, yang juga turut datang ke UNESCO ketika wayang memperoleh pengakuan dunia itu. ”Biasanya dalam pertunjukan wayang kulit saat ini jarang dinyanyikan gendhing-gendhing lama, tetapi disini tadi dalangnya justru memilih lelagon lama itu. Saya suka karena sudah lama nggak mendengarkan,” kata Marto Waluyo, warga Kalidami asal Sragen ini. Marto benar. Malam itu Ki Bambang Suwarno dan lima waranggana (pesinden) dan pemukul kendang yang hebat, banyak memilih gendhing-gendhing gubahan Ki Narto Sabdho (alm): Gugur Gunung, Konco Tani, Lesung Jumengglung, Lumbung Desa, dsb. Kemudian juga dimainkan gendhing Wadyabala Gumurung dan monggang. Pada
akhir pertunjukan “Airlangga Sumbaga Wiratama” juga diadakan undian doorprize untuk pemirsa. Tancap kayon, pergelaran selesai pukul 03.45 WIB. (*) Penulis: Bambang Bes
Tebar Wawasan Stabilitas Keuangan ASEAN Melalui Seminar Internasional UNAIR NEWS – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR menggelar International Development Student Conference bertajuk “Realizing the Asean Financial Stability Amidst Global Economic System Dynamic”, Senin (21/11) di Aula Fadjar Notonagoro FEB UNAIR. Acara yang dihelat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB tersebut dihadiri kurang lebih 400 mahasiswa se-Indonesia, negara ASEAN, dan mahasiswa dari negara Timur Tengah. Dalam seminar ini menghadirkan pembicara diantaranya Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dr. Ir. Budi Setiawan, M.MT, Staf Ahli Kementerian Keuangan RI Isa Rachmatarwata, perwakilan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, Wakil Presiden Valbury Asia Future Nico Omer dan juga Dr. Tika Widiyastuti, S. E., M.Si selaku moderator. Ketua BEM FEB Rusdinal Muslih mengatakan bahwa mahasiswa yang hadir dalam seminar internasional tersebut dituntut untuk ikut berperan aktif menyumbangkan ide-ide pemikiran yang kreatif untuk didiskusikan bersama. “Kita semua harus mempunyai sumbangsih terkait ide ide pemikiran stabilitas keuangan di
dunia, dan di Indonesia khususnya,” kata Rusdinal Muslih saat memberikan sambutan. Wakil Dekan I FEB UNAIR Dr. Rudi Purwono, SE.,MSE juga menambahkan, ide-ide pemikiran dari para mahasiswa tersebut berguna untuk meningkatkan kondisi ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah ekualitas makro ekonomi di masa mendatang. “Kita saling berbagi tentang bagaimana caranya agar Jawa Timur dapat mencapai output nasional 2016 dengan potensi marketnya. Kita juga dituntut untuk meningkatkan ekualitas makro ekonomi dari Indonesia di masa mendatang,” ujar Rudi disambut tepuk tangan peserta seminar. Selaku keynote speaker dalam seminar internasional tersebut, Budi Setiawan mengungkapkan, memasuki Triwulan ke-3, kondisi ekonomi makro di Indonesia tumbuh hingga 5,04 persen. “Kalau Indonesia hanya mengandalkan sektor primer saja, maka tidak akan pernah kuat, karena link antar sektor itu harus nyambung dan berkembang. Sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran harus nyambung,” ungkapnya. Menurut Budi, ada beberapa kendala yang masih menghambat perkembangan ekonomi Indonesia, khususnya di Jawa Timur, yaitu, pendapatan pemerintah yang terbatas, tingginya biaya dana modal. “Selain itu, situasi global terkait permintaan luar negeri yang menurun dan defisit perdagangan luar negeri juga masih menjadi kendala kita,” jelasnya. Solusinya, Budi mengatakan ada tiga hal yang perlu di restrukturisasi secara fundamental, yaitu dagang ecer kecilkecilan, moneter (suku bunga satu digit), dan fiskal (meminimalkan pajak UKM). Selain itu, Budi juga mengajak kepada mahasiswa agar terus menyuarakan sumbangsihnya dalam bidang ekonomi. “Untuk adik – adik mahasiswa yang punya ide demi perkembangan ekonomi, silahkan sampaikan. Kita bisa kerja sama dan saling bantu,” serunya. (*) Penulis : Dilan Salsabila
Editor : Faridah Hari
FISIP Ideas Matter Meriahkan 39 Tahun FISIP UNAIR UNAIR NEWS – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga kembali menyelenggarakan lomba esai nasional, FISIP Ideas Matter, untuk ketiga kalinya. Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Dies Natalis FISIP UNAIR ke 39. Di tahun ketiganya, FISIP Ideas Matter digelar dengan tajuk “FISIP Ideas Matter 3.0: Strengthening Humanity as Fundamental Aspect In Indonesia’s Development’. Pada tahap seleksi awal, lomba esai tersebut diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Hingga tahap presentasi, terpilih 10 besar esai terbaik yang diundang ke FISIP UNAIR untuk mempresentasikan gagasannya. Pada saat penyambutan, Dekan FISIP UNAIR, Dr. Falih Suaedi, Drs., M.Si, memberikan apresiasi kepada 10 peserta terbaik. Baginya, peran untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, ada di tangan pemuda. “Masa depan bangsa ini ada di tangan anda. Saya sangat senang sekali kepada pemuda yang memberikan pemikiran. Karena jika hari ini anda memberikan pemikiran, ke depan kalian yang akan memberikan kebijakan,” jelasnya. Ditemui di tempat yang berbeda, Yuslihun Nisa selaku Ketua Panitia menjelaskan bahwa pemilihan tema dalam acara tersebut dilandasi dengan fenomena pembangunan yang terus berjalan di segala aspek kehidupan, namun menyampingkan sisi kemanusiaan. “Dari sini kami mewadahi mahasiswa yang memiliki ide kreatif
untuk tetap menghidupkan sisi kemanusian di tengah era modernitas seperti sekarang,” jelasnya. Lomba tersebut digelar selama dua hari. Di hari pertama (19/11), selain presentasi, 10 peserta tersebut juga disambut dengan kuliah interaktif oleh Prof. Kacung Maridjan, Ph.D, dan Baiq Wardhani, M.A, Ph.D. Selain itu peserta juga diajak ke wisata rasa untuk membeli oleh-oleh. Hari kedua, peserta diajak city tour mengunjungi beragam tempat menarik di kota Surabaya. Tidak hanya jalan-jalan, peserta juga diajak diskusi bersama Gerakan Melukis Harapan. “Jadi kami juga mengajak mereka (peserta, red) untuk diskusi dengan salah satu komunitas sosial. Ya, meski jalan-jalan tapi tetap ada edukasinya,” terang Yuslihul. Setelah city tour, panitia dan peserta melakukan acara makan malam di kediaman Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini. Pada acara tersebut diumumkan pemenang dari hasil lomba. Hasilnya, Louisa Syaura dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Sulawesi Selatan di daulat sebagai Juara I FISIP Ideas Matter 3.0. Disusul Juara II oleh Dio Wicaksono dari Program Studi Administrasi Negara Universitas Airlangga dan Juara III diraih oleh I Kadek Sudiarsana dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sementara Best Participant diraih oleh Burhanuddin Yusuf dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Dengan berakhirnya acara tersebut, Yuslihul berharap bahwa langkah kecilnya bersama tim bisa membawa perubahan besar bagi bangsa. “Memang kami masih dalam segala kecil, semoga yang kecil ini bisa memberikan dampak yang besar dan dengan ini pula mahasiswa semakin sadar dengan sisi kemanusiaan di tengah modernitas,” pungkasnya.(*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Mahasiswa Gizi UNAIR Adakan Seminar Cegah Diabetes UNAIR NEWS – Angka prevalensi obesitas di negara berkembang cukup tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, obesitas mencapai angka 62%. Tentunya, ini sempat menjadi perhatian dunia. Sebab, orang dengan obesitas berpeluang besar untuk mengidap penyakit kronis tidak menular seperti kardiovaskular, diabetes, dan kanker. Berangkat dari topik yang tengah menghangat itu, anggota Asosiasi Mahasiswa Gizi (AMAZI) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, menggelar acara seminar gizi nasional bertema “Jaga Asupan Seimbang, Cegah Diabetes Menyerang”, Minggu (20/11), di Aula Kahuripan, Kantor Manajemen UNAIR. Sebanyak tiga pembicara dalam seminar kali ini adalah perwakilan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI R. Giri Wurjandaru yang memberi materi Asupan Gizi Seimbang, Konsultan endokrin metabolik diabetes Hermina Novida, dr., SpPD, K-EMD, FINASIM, dengan materi Pencegahan Diabetes Mellitus, dan dosen program studi Ilmu Gizi sekaligus konsultan gizi RS UNAIR Dr. Merryana Adriani, SKM., M.Kes. dengan materi Diet Bagi Penderita Diabetes Melitus. Selain tiga pemateri itu, ada pula Direktur PT. Prima Citra Nutrindo Ludy Andang yang memberi tutorial cara memasak bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. “Pravelensi obesitas yang sangat tinggi itu tidak jauh dari perilaku makan seseorang. Perilaku itu banyak dipengaruhi lingkungan. Kebiasaan yang sudah membudaya hal ini justru yang sangat sulit untuk diedukasi. Semua itu memicu timbulnya diabetes mellitus. Sekarang, sudah banyak kegiatan seperti
penelitian, pengabdian masyarakat yang sudah dilakukan oleh FKM UNAIR untuk mengupas akar diabetes mellitus,” kata Merry. Selain seminar, ada pula cek antropometri (pengukuran dimensi tubuh manusia) untuk melihat kadar lemak, jumlah kalori yang harus dikonsumsi, serta cek gula darah. Berdasarkan tes kesehatan, tercatat 5 dari 50 peserta yang mengecek kadar gula darah masuk dalam kriteria prediabetes dengan rentang 140-199 mg/dL. Di penghujung acara, Ludy membuat aneka ragam olahan yang diperuntukkan bagi penderita DM tipe 2. Ludy membuat kudapan dalam bentuk salad dengan dibantu mahasiswa jurusan Gizi asal STIKES Widya Cipta Husada Malang. Seminar ini diikuti oleh 250 peserta seminar. Mereka tak hanya berasal dari UNAIR, tetapi juga dari Universitas Brawijaya, Universitas Hang Tuah, STIKES Widya Cipta Husada, Poltekkes Kemenkes Surabaya, Politeknik Negeri Jember, dan Universitas Muhammadiyah Jember. Selain itu, acara juga diikuti siswa sekolah menengah atas sederajat yang memenangkan lomba poster terbaik, yakni SMAN 2 Pare (juara I), SMAN 16 Surabaya (juara II), SMAN 1 Trenggalek (juara III), dan MAN Lamongan (juara favorit). Penulis: Disih Sugianti Editor: Defrina Sukma S
Berpulangnya Guru Besar ‘Santun’ Anatomi FK UNAIR UNAIR NEWS – Universitas Airlangga berduka. Guru Besar Ilmu Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran UNAIR Prof. H. Ari
Gunawan, dr., MS., PA(K)., Ph.D, menghembuskan nafas terakhirnya di Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo, Minggu (20/11) pukul 11.30 WIB. Almarhum meninggal pada usia yang ke-68 tahun. Setelah dari rumah duka, jenazah terlebih dahulu disemayamkan di Aula FK UNAIR untuk diberi penghormatan terakhir oleh sivitas akademika, Senin (21/11). Setelah disemayamkan, jenazah lalu dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Keputih Surabaya. Sepeninggal almarhum, sejumlah rekan sejawat pun turut merasakan kesedihan. Ketua Departemen Anatomi Histologi FK UNAIR Dr. H. Abdurrachman, dr., M.Kes, PA(K), salah satunya. Abdurrachman mengungkapkan, semasa hidup, Prof. Ari dikenal sebagai sosok pribadi yang santun dan bersahaja. Sebagai pengajar, almarhum juga dikenal perhatian, dan rendah hati baik kepada sejawat sebaya maupun para juniornya. Semasa hidup, aktivitas pendidikan almarhum banyak diisi dengan kegiatan penelitian dan membimbing tugas akhir para mahasiswa kedokteran tingkat S-1, S-2 maupun S-3. “Beliau adalah promotor saya sewaktu saya pendidikan S-3. Selama menyelesaikan tugas, beliau begitu sayang dengan anak didiknya, dan terkesan tidak mempersulit. Sikap beliau ini yang memberi kesan di hati kami anak didiknya,” ungkapnya. Sebutan profesor teladan pun disematkan oleh Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD, KGH,FINASIM kepada almarhum. Tak hanya dikenal santun, Prof. Ari juga profesional di bidang keilmuannya serta memiliki visi yang besar. Bagi Prof. Djoko, kompetensi Prof. Ari selalu mengedepankan etika dan logika. Keduanya menjadi kekuatan bagi Prof. Ari dalam mentransfer keilmuannya di bidang anatomi histologi. Selain itu, kesedihan juga dirasakan Prof. Chairul Anwar, dr., drh., MS., salah seorang dosen Ilmu Anatomi Histologi FK
UNAIR. Ditemui dalam kesempatan yang sama, Prof. Chairul mengaku amat kehilangan sosok kakak kelasnya tersebut. Ia mengenal Prof. Ari semasa hidup sebagai pribadi yang baik dan nggak neko-neko. “Tiga tahun lalu saya selalu ajak beliau kontrol kesehatan, namun beliau selalu menolak sambil menjawab ‘tak obati dewe ae’ (saya obati sendiri saja) dan memang tidak pernah mau kontrol. Walau demikian beliau tidak pernah sambat soal kondisi kesehatannya,” ungkapnya. Belakangan, kondisi kesehatan Prof. Ari sempat menurun. Namun kondisi ini tidak menghalangi semangat sang profesor menjalani rutinitas. “Beliau nggak pernah cuti, meskipun ndak enak badan. Sebelum meninggal, Prof (Prof. Ari) pernah nyeletuk ke saya begini ‘golek umur pitungpuluh kok angel se, dik’ (untuk mencapai umur 70 kok susah sekali). Waktu itu kondisi kesehatan Prof sudah mulai menurun. Saya paham itu,” ungkap Prof. Chairul. Penulis: Sefya Hayu I. Editor: Faridah Hari
Diikuti Lebih 7.000 Tim, SMA Kharisma Bangsa Banten Juara Utama Medspin FK UNAIR NEWS – Kompetisi pelajar terbesar di bidang kedokteran Medical Science and Application Competition (Medspin) tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sampai di penghujung kegiatan.
Minggu (20/11) di Ruang Anatomi FK UNAIR pukul 16.30 WIB, telah diumumkan pemenang lomba bidang kedokteran IPA dan kedokteran yakni tim asal sekolah menengah atas Kharisma Bangsa, Banten. Tim SMA Kharisma Bangsa berhasil menjadi juara setelah berhasil menyisihkan lawan sejak babak penyisihan hingga grand final. Kompetisi Medspin dirintis sejak tahun 2002 dengan nama lomba IPA Kedokteran namun akhirnya berganti nama menjadi Medspin pada tahun 2004. Pada tahun 2015 lalu, Medspin diikuti 16.311 peserta. Sedangkan, pada tahun 2016, kompetisi ini diikuti oleh 7.000 tim atau 21.000 siswa SMA sederajat di 33 kota di seluruh Indonesia. Rangkaian acara dimulai sejak tanggal 6 November 2016. Dari babak penyisihan, akhirnya terjaring 150 tim yang akhirnya melaju ke babak perempat final¸semifinal, final, dan grand final kemarin. Tahun ini, tema yang diangkat dalam kompetisi Medspin adalah penyakit tropik. “Kami berharap Medspin ini tidak hanya diramaikan oleh banyaknya peserta saja, tapi dengan adanya kegiatan positif seperti ini, kami bisa mewadahi semangat kompetisi mereka,” jelas Prima Ardiansah, Ketua Pelaksana Medspin 2016. Persaingan yang melibatkan lebih dari tujuh ribu tim ini memperebutkan piala Menristekdikti, Gubernur, dan Wali Kota Surabaya. Selain tim SMA Kharisma Bangsa, juara II diraih oleh tim SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta, dan juara III oleh tim SMAN 4 Denpasar. Sedangkan, pada posisi juara harapan I diraih tim SMA Semesta Semarang. “Tahun lalu, tim SMA Kharisma Bangsa juga dapat juara II di Medspin, tapi saya dulu belum bergabung di tim ini. Hanya Faisal dan Fahmi (anggota tim) saja. Untuk pengalaman lomba, Faisal pernah mendapatkan emas OSN (olimpiade sains nasional) Fisika di Yogyakarta tahun 2015. Kalau saya mendapat perunggu di Olimpiade Biologi. Secara pribadi, saya memang berkeinginan
untuk masuk ke FK UNAIR,” jelas Danang Dwi Prasetyo, salah satu anggota tim Kharisma Bangsa ketika ditemui usai penyerahan trofi. Selama dua hari di Surabaya, peserta yang tergabung dalam 150 tim ini tidak hanya konsentrasi menyelesaikan berbagai soal saja. Mereka juga diajak untuk mengikuti seminar bertema hepatitis dan pencegahan dini kanker payudara. Selain itu, mereka diajak untuk mengelilingi dan mengenal lingkungan akademis serta penunjang di FK UNAIR. “Kami memperkenalkan fasilitas dan gambaran pembelajaran di FK UNAIR. Kita adakah pemeriksaan gigi gratis di Aula FK. Ada juga med on talkshow yang merupakan seminar tentang suka duka menjadi mahasiswa FK, serta wisata Kota Surabaya bagi peserta yang tidak lolos ke final dengan mengunjungi Monumen Tugu Pahlawan, Wisata Rasa dan Museum Bank Indonesia Surabaya. Mereka juga diajak mengikuti pelatihan ilmu kedokteran dan keterampilan medik dasar,” tutur Prima. Penulis: Disih Sugianti Editor: Defrina Sukma S
Kehadiran Lakon Airlangga di Jagat Pewayangan Indonesia UNAIR NEWS – Wayang memang memiliki tempat tersindiri di mata bangsa Indonesia. Selain sebagai khazanah negeri, wayang juga penuh nilai dan filosofi yang dimunculkan melalui lakon-lakon yang dimainkan. Jika selama ini jagat pewayangan di Indonesia terkenal dengan kisah Ramayana, kali ini, kisah Airlangga akan dimunculkan untuk mengisi jagat pewayangan tanah air. Selain Airlangga merupakan raja pembaharu yang mashur di abad 12,
lakonnya diharapkan bisa memberikan pelajaran bagi generasi sekarang. Dalam hal itulah, seminar dengan tema “Wayang Airlangga: Varian Baru Dalam Jagat Pewayangan Indonesia” digelar di Aula Siti Parwati FIB UNAIR, Sabtu (19/11). Seminar yang dibuka oleh Dekan FIB UNAIR Diah Ariani Arimbi, Ph.D., tersebut merupakan serangkaian penutup Dies Natalis UNAIR ke-62. Melalui seminar tersebut, Diah berharap, generasi muda akan lebih memahami dunia pewayangan dan menghargai kesenian tradisi. Pembuat Wayang Airlangga Dr. Sri Teddy Rusdy, menjadi pemandu jalannya seminar tersebut. Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) DKI Jakarta tersebut mengungkapkan, selama ini, pewayangan Indonesia masih berkiblat pada kisah Ramayana. Hal itulah yang kemudian menjadi alasan baginya untuk memilih lakon Airlangga. “Saya mulai berpikir, bahwa Indonesia ini luas dan memiliki banyak jagat lakon peradaban. Karena kecintaan pada almamater pertama saya, maka saya gunakan lakon Airlangga. Meski demikian lakon Airlangga ini untuk semua bangsa Indonesia,” jelasnya. Hadir sebagai pembicara pertama, Dalang kondang Sujiwo Tejo menjelaskan terkait fenomena generasi muda yang meninggalkan wayang. Baginya, bukan salah pemuda yang meninggalkan wayang, tapi peran dalanglah yang menjadi penentu wayang bisa diterima generasi muda. Selanjutnya, Prof. Kasidi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta selaku pemateri kedua, lebih menyoroti beragam varian wayang yang telah meramaikan jagat nusantara. “Wayang itu diikuti oleh siklusnya. Varian baru itu muncul mengacu bahwa sebelumnya telah beredar wayang-wayang lainnya,” jelasnya. Pemerhati keris dan batik Prof. Bambang Tjahjadi selaku pemateri ketiga, memaparkan materi terkait keberlangsungan
wayang Airlangga di masa mendatang. Baginya, keberlangsungan wayang Airlangga juga harus didukung banyak pihak, termasuk sivitas akademika UNAIR. “Inti dari pelestarian adalah membangun komunitas. Kita harus bangun paguyuban. Kita lihat saja, kalau paguyuban jalan, wayang ini bakal lestari,” tegasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
41 Mahasiswa HI UNAIR Ramaikan Kompetisi Olahraga di Malang UNAIR NEWS – Mahasiswa Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga cukup antusias mengikuti kegiatan International Relations Olympic Sports (IROS) 2016 yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) HI, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Buktinya, sebanyak 41 mahasiswa yang terdiri dari 2 anggota manajer dan 39 pemain mengikuti berbagai cabang kompetisi olahraga seperti futsal, bola basket dan bulutangkis. Tidak hanya itu, sejumlah mahasiswa HI UNAIR lainya juga hadir sebagai pendukung yang cukup memeriahkan kegiatan tersebut. Kompetisi olahraga jurusan antarkampus ini berlangsung selama tiga hari, yakni pada Jumat sampai Minggu 17-19 November 2016. Pertandingan dilangsungkan di GOR Rajabasa (bulutangkis), dan Champions Futsal (futsal dan bola basket). Kompetisi ini diikuti oleh para mahasiswa HI dari berbagai
perguruan tinggi. Selain UNAIR, ada pula peserta dari Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya, Universitas Jember, Universitas Udayana, dan Universitas Mataram. Acara ini merupakan kegiatan rutin tahunan Forum Komunikasi Mahasiswa HI Indonesia (FKMHII) koordinator wilayah VI yang mencakup wilayah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara. “IROS 2016 terasa sangat berbeda khususnya dilihat dari antusiasime mahasiswa HI UNAIR, khususnya dengan berbagai persiapan atribut dan pengumpulan masa pendukung memberikan kemeriahan dan semangat,” ujar Yulyan Maharta Saviar, Ketua HIMA HI UNAIR. Hingga
berakhirnya
kompetisi,
para
pemain
UNAIR
telah
menorehkan berbagai capaian. Pada cabor futsal putra, langkah pemain UNAIR harus terhenti di babak penyisihan lantaran persaingan yang begitu ketat. Bahkan, penentuan lolos ditentukan oleh jumlah selisih gol dikarenakan empat tim mendapatkan poin yang sama besarnya. Sedangkan, langkah tim futsal putri terhenti di semifinal setelah dikalahkan UMM dengan skor 2-0. Hasil membanggakan ditorehkan oleh pemain cabor bulutangkis. Seluruh pemain UNAIR di cabor ini berhasil mendapatkan prestasi di berbagai kategori, diantaranya juara I tunggal putri oleh Emerald Salamba, juara I ganda putri oleh Zayyan Khairunnisa dan Nazelia Putri, juara III tunggal putra oleh Adetya, dan juara III ganda putra oleh Atantyo Adigapa dan Agung Tri Putra. Prestasi lain di cabor bola basket juga tak kalah bagusnya. Pemain HI UNAIR keluar sebagai juara I setelah mengalahkan semua lawan hingga akhir kompetisi berlangsung. Perolehan ini merupakan kali ketiga. Sebelumnya, pemain mendapatkan juara serupa pada edisi IROS 2015 di UNAIR, dan IROS 2014 di UPN Veteran Surabaya.
“Ini adalah tahun terakhir saya berkesempatan mengikuti kompetisi ini di cabang bola basket. Sangat senang sekali bisa meraih juara I selama tiga tahun berturut-turut bersama HI UNAIR. We love you,” tutur Aldy Firmansyah, mahasiswa HI semester 7 tersebut. Penulis: M. Ahalla Tsauro Editor: Defrina Sukma S