SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SMA SWASTA RISMADUMA KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015
Oleh ROJULI SAHAT SINAGA 11 02 141
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SMA SWASTA RISMADUMA KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh ROJULI SAHAT SINAGA 11 02 141
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
i
ii
PERNYATAAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SMA SWASTA RISMADUMAKABUPATEN DAIRI TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam naska ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2015
Peneliti
(Rojuli sahat sinaga)
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI Nama
: Rojuli sahat sinaga
Tempat / tanggal lahir
: Tj.Beringin Kab.Dairi 06 agustus 1992
Jenis kelamin
: Laki- Laki
Agama
: Kristen Protestan
Status perkawinan
: Belum Menikah
Anak ke
: 2 (Dua) Dari 5(lima) Bersaudara
Nama ayah
: Kasdin Sinaga
Nama ibu
: Lenceria Simarmata
Alamat
: Kab. Dairi Kec. Sumbul Desa Tj. Beringin
No. Hp
: 085371236030
E-mail
:
[email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1.
Tahun 1999- 2005
: SDN Inpres No. 166903
2.
Tahun 2005- 2008
: SMP Swasta Rismaduma
3.
Tahun 2008- 2011
: SMA Swasta Rismaduma
4.
Tahun 2011- Sekarang
: Saat ini sedang menyelesaikan
pendidikan S1
Keperawatan di program Studi Ners Fakultas Keperawatan
&
Mutiara Indonesia
iv
Kebidanan
Universitas
Sari
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPEWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, Juni 2015 Rojuli Sahat Sinaga Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan tentang Siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Tahun 2015 xii + 43 hal + 4 tabel + 2 skema + 12 lampiran
ABSTRAK Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat penting ditingkatkan dimana dengan tingginya pengetahuan sangat berperan penting untuk mempengaruhi stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) maka peran pendidikan kesehatan sangat berpengaruh untuk mengubah pemahaman masyarakat terhadap penyakit ini . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X dan kelas XI SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi dengan jumlah 130 orang siswa. Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan Total Sampling yaitu sebanyak 130 orang. Hasil penelitian dengan uji statistic Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dengan nilai p value=0,000. Oleh karena itu diharapkan agar siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang HIV/AIDS dengan cara membaca buku atau sumber-sumber informasi tentang HIV/AIDS. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan. Daftar pustaka : 27 (2005-2015)
iv
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Scription, June 2015 Rojuli Sahat Sinaga Effect of Health Education on HIV / AIDS Against Knowledge of Private School Students Rismaduma Dairi 2015 xii + 43 Pages + 4 Table + 2 Scheme + 12 Attachments
ABSTRACT HIV/AIDS knowledge is very important to enhanced with the hugh knowledge that will be important to influence the public stigma against people with HIV/AIDS. So the very important role of health education to change people‟s knowledge of this disease. This study aims to determine the effect of health education with the knowledge about HIV / AIDS in the Student / Private SMA Rismaduma Dairi. The study design used is Quasy experiment. Population in this research is class X and class XI SMA Dairi Private Rismaduma the number of 130 students. Mechanical Sampling was done by total sampling as many as 130 people. Research results with statistical tests Wilcoxon Sign Rank Test found no effect of health education on knowledge with p value = 0.000. Therefore is expected that students can increase their knowledge about HIV / AIDS by reading books or other sources of information about HIV / AIDS. Keywords Refrences
: Health Education, Knowledge. : 27 (2005-2015)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan RahmatNya sehingga peneiti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Siswa Di SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Tahun 2015”
Selama menyusun skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan arahan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak/ibu yang terhormat: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia. 3. Maringan Turnip, Spd, selaku kepala sekolah SMA Swasta Rismaduma yang sangat membantu dalam penyelesaian proposal penelitian ini. 4. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara medan. 5. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara medan. 6. Andi Ilham Lubis, MKM, selaku ketua penguji yang telah memberi masukan dan membimbing selama pembuatan skripsi ini. 7. Ns. Rosetty Sipayung, M.Kes, selaku penguji I yang telah menguji dan banyak memberikan masukan selama proses pengerjaan skripsi ini. 8. Ns. Eva Kartika Hasibuan S.Kep, selaku penguji II yang telah menguji dan banyak memberikan masukan selama proses pengerjaan skripsi ini. 9. Ns. Galvani Volta Simajuntak, M.Kep, selaku penguji III yang telah memberi masukan dan membimbing selama pembuatan skripsi ini. 10. Seluruh Pegawai dan Dosen Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara medan.
vi
11. Teristimewa kepada orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda yang sangat peneliti sayangi yang telah memberikan dukungan Moral, Spiritual dan Material pada peneliti selama ini . 12. Kepada sahabat dan kerabat yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata peneliti mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, April 2015 Peneliti
(Rojuli Sahat Sinaga)
vii
DAFTAR ISI Hal COVER DALAM..................................................................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ ABSTRAK ................................................................................................................ ABSTRACT ............................................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................................... DAFTAR SKEMA ................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
i ii iii iv v vi viii x xi xii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................... A. Latar Belakang ................................................................................... B. Rumusan Masalah .............................................................................. C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 1. Tujuan Umum ............................................................................. 2. Tujuan Khusus ............................................................................ D. Manfaat Penelitian .............................................................................
1 1 4 4 4 4 4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS.......................................................................... A. Pendidikan Kesehatan ........................................................................ 1. Pengertian ................................................................................... 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan .................................................... 3. Media pembelajaran pendidikan kesehatan ................................ 4. Peran Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan .............................. B. HIV/AIDS .......................................................................................... 1. Pengertian ................................................................................... 2. Cara Penularan Virus HIV .......................................................... 3. Tanda dan gejala penderita HIV/AIDS ....................................... 4. Stigma Terhadap ODHA ............................................................ C. Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS ......................................... 1. Pengertian Pengetahuan .............................................................. 2. Tingkat pengetahuan ................................................................... 3. Remaja (Siswa) ........................................................................... D. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Remaja .......................................................................... E. Kerangka Konsep ............................................................................... F. Hipotesa Penelitian ............................................................................
6 6 6 7 9 10 12 12 12 14 15 16 16 17 19
viii
27 28 28
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... A. Disain Penelitian ................................................................................ B. Populasi Dan Sampel ........................................................................ 1. Populasi ....................................................................................... 2. Sampel ........................................................................................ C. Lokasi Penelitian ................................................................................ D. Waktu Penelitian ................................................................................ E. Defenisi Operasional .......................................................................... F. Aspek Pengukuran ............................................................................. G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 1. Alat Pengumpulan Data .............................................................. 2. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... H. Etika Penelitian .................................................................................. I. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................... 1. Pengolahan Data ......................................................................... 2. Analisa Data ................................................................................
29 29 29 29 29 29 29 30 30 30 30 31 31 32 32 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... A. Hasil Penelitian .................................................................................. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................... 2. Analisa Univariat ........................................................................ 3. Analisa Bivariat .......................................................................... B. Pembahasan........................................................................................ 1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil ................................................. 2. Keterbatasan Penelitian...............................................................
34 34 34 34 35 36 36 39
BAB V
40 40 40
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... A. Kesimpulan ........................................................................................ B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Defenisi Operasional .............................................................................. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden .................. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan............................................. Tabel 4.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan ............................................................................................
x
30 35 36 36
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep.................................................................................... Skema 3.1 Disain Penelitian .....................................................................................
xi
28 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12
Lembar permohonan menjadi responden Lembar persetujuan menjadi responden penelitian Kuesioner Penelitian Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Surat izin memperoleh data dasar Dari Universitas Sari Mutiara Medan Surat Telah Mengambil Data Dasar Dari Yayasan Rismaduma Surat Izin Penelitian Dari Univeristas Sari Mutiara Indonesia Surat Telah melakukan Penelitian Di Yayasan Rismaduma Master Data Hasil Output SPSS Lembar Konsul Skripsi Berita Acara Perbaikan Skripsi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Aqcuired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang sampai saat ini sangat mengkwatirkan Menurut WHO (world health organization) diperkirakan di seluruh dunia, 40 juta orang terinfeksi Human Imumunodeficiency Virus (HIV). Sejak 1985 sampai tahun 1996 kasus HIV/AIDS jarang ditemukan di Indonesia. Sebagian besar orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada periode itu berasal dari kelompok homoseksual. Kemudian jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat semenjak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat penularan melalui penggunaan narkotika. Dan pada akhir 2010 United Nations Programme On HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan bahwa pengidap HIV/AIDS di dunia ada sekitar 34 juta orang (Taher, Ticoalu & Onibala, 2013). Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) mengatakan bahwa permasalahan yang mengancam kualitas sumber daya manusia adalah timbulnya penyakit yang dikenal dengan nama HIV/AIDS, penyakit yang 20 tahun yang lalu belum dikenal sama sekali, saat ini telah menginfeksi sekitar 60.000.000 orang diseluruh dunia dan lebih dari 21 juta telah meninggal, setiap harinya orang yang terinfeksi bertambah 14.000, separuh dari jumlah itu adalah pemuda yang berusia antara 15 –24 tahun (Khair Bakhrul, 2012).
Hal ini diperkuat oleh perkiraan (world health organization) WHO, 50% dari seluruh kasus terinfeksi adalah anak muda, atau dengan kata lain 7000 anak muda (umur 15-24 tahun) terinfeksi setiap harinya, dan 30% dari 40 juta orang dengan HIV/AIDS yang terinfeksi diseluruh dunia berada dalam kelompok usia 15-24 tahun. Mayoritas anak muda yang terinfeksi tidak tahu bahwa dia sebenarnya telah terinfeksi, dan anak muda yang terlibat hubungan seks, hanya sedikit yang tahu apakah pasangannya telah terinfeksi HIV atau tidak (Ossie Sosodoro,Ova Emilia & Budi Wahyuni, 2009)
1
2
Sejak pertama kali kasus HIV dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat dengan cepat, data terbaru menunjukkan adanya peningkatan sampai Maret 2013. Secara kumulatif kasus HIV & AIDS 1 April 1987 sampai dengan 30 Maret 2013, terdapat kasus total HIV sebanyak 103.759 orang dan AIDS sebanyak 43.347 orang dan kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 8.288 orang dan sebanyak 16.625 kasus AIDS dari tahun 1987 hingga Maret 2013. Persentase infeksi HIV pada kelompok umur 20–24 tahun (14%) dan Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20–29 tahun (30,7%), kemudian pada kelompok umur 15–19 tahun (3,3%). Angka kejadian pada anak sekolah atau mahasiswa sebanyak 1.086 orang dan HIV/AIDS terjadi pada remaja yang berusia 15–29 tahun.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2015) penderita HIV yang masih terdeteksi dari tahun 1994 sampai dengan januari 2015, menunjukan angka kejadian 2,593 orang. Yang masih terdeteksi positif terkena AIDS di sumatera utara dari tahun 1994-2015 mencapai 4,125 orang, dan bisa dijumlahkan penderita HIV/AIDS di Sumatra utara mencapai 6,689 orang, dan angka kematian mencapai 705 orang. Dan dari keseluruhan penderita yang terdeteksi di Sumatera Utara di kelompokan menurut umur 10-19 tahun yang terinfeksi HIV 48 orang dan AIDS, 58 orang penderita.
Faktor utama penyebab terjadinya ledakan epidemik di Indonesia adalah pertama penggunaan narkoba suntik (Intravenous Drug User) IDU dimana paling tidak 50 % dari mereka telah terinfeksi HIV, kedua industri seks yang luas, menurut Depkes 190.000 – 270.000 penjaja seks yang melayani 7 – 10 juta pelanggan pertahun. Diantara pelanggan terdapat (Intravenous Drug User) IDU. Dan yang ketiga pengguna kondom oleh pelanggan penjaja seks yang sangat minim. Apabila hal ini tidak ditanggulangi HIV/AIDS dengan cepat akan meniadakan kemajuan pembangunan yang telah dicapai selama 50 tahun terakhir. Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS R.S Wahidin Sudirohusodo A. Halim Mubin. mengatakan bahwa pasien dengan ODHA cenderung meningkat setiap bulannya.
3
Selama kurun waktu 2009-2011, sudah 59 diantaranya yang meninggal penularan tertinggi disebabkan karena penggunaan jarum suntik yang berganti pada pengguna narkoba, pada tahun 2009 pasien ODHA hanya 24 orang, meningkat menjadi 84 orang ditahun 2010. (Dinkes, 2012)
Dalam tingkat pengetahuan yang rendah juga tentang HIV/AIDS sangat berpengaruh terhadap Stigma dan Diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Herek & Capitiano (1999) mengatakan bahwa timbulnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA disebabkan oleh faktor risiko penyakit ini yang terkait dengan perilaku seksual yang menyimpang dan penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya atau narkoba. Wan Yanhai (2009) menyatakan bahwa orang-orang dengan infeksi HIV (HIV positif) menerima perlakuan yang tidak adil (Diskriminasi) dan stigma karena penyakit yang dideritanya. Stigma dan diskriminasi tidak saja dilakukan oleh masyarakat begitu juga remaja awam yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit HIV/AIDS. Tri Paryati et al(2012)
Kabupaten Dairi sebagai tempat penelitian yang positif terinfeksi virus HIV mencapai 18 orang penderita, dan AIDS sebanyak 53 orang. Dari data terdahulu yang peneliti dapatkan bahwa dari pengakuan siswa/i disekolah tersebut bahwa dari tahun 2013- januari 2015 ada 5 orang siswi yang berhenti sekolah karena hamil diluar nikah dan data dari sekolah, pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS disekolah Swasta Rismaduma belum pernah diterapkan sehingga pengetahuan Remaja terhadap penyakit HIV/AIDS sangat minim dimana survey terdahulu yang dilakukan peneliti di SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi dengan instrument tanya jawab dari responden kelas X dan XI peneliti memilih 10 siswa diantaranya kls X sebanyak 5 orang siswa dan kelas XI sebanyak 5 orang siswa, 8 orang diantaranya mengerti bahwa penyakit HIV/AIDS sangat berbahaya tetapi siswa/i tersebut tidak paham bangaimana penularanya dan bagaimana pencegahannya dan 2 orang siswa cukup paham namun dari semua pertanyaan yang diberikan bagaimana penularanya dan pencegahanya hanya 70% siswa mampu menjawab pertanyaan.
4
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik meneliti dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Remaja Di SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian: Bagaimana
pengaruh
pendidikan
kesehatan
tentang
HIV/AIDS
terhadap
tentang
HIV/AIDS
terhadap
pengetahuan siswa di SMA Swasta Rismaduma?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui
pengaruh
penyuluhan
pengetahuan Siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi.
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai HIV/AIDS sebelum diberikan penyuluhan pada siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai HIV/AIDS sesudah diberikan penyuluhan pada siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa a. Sebagai dorongan bagi siswa agar lebih mempelajari pendidikan tentang HIV/AIDS untuk meningkatkan pengetahuan mengenai HIV/AIDS.
b. Sebagai panduan belajar siswa agar menjauhi penyakitnya bukan penderita penyakit HIV/AIDS.
5
2. Bagi institut pendidikan Penelitian ini diharapkan mampu mendorong kepala sekolah agar lebih menerapkan pendidikan kesehatan terutama terhadap tenaga pengajar di sekolah tersebut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data tambahan untuk menambah bahan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan terkait tentang kesehatan individu, masyarakat dan bangsa (Wood, dalam Shinta 2011), tetapi di samping itu banyak sekali hal yang berpengaruh dalam suksesnya pelaksanaan pendidikan kesehatan tersebut, antara lain fasilitas yang tidak memadai sehingga pelaksanaan pendidikan kesehatan dilaksanakan tidak maksimal. Lebih lanjut, joint comitte on terminology in health education United States mengartikan pendidikan
kesehatan
sebagai
berikut
“A
process
with
intellectual,
phychological, and social dimensions relating to activities which increase the abilities of people to make informed decision affecting their personal, family and community well being”. Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi, dan social yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam
mengambil
keputusan
secara
sadar
dan
yang
memperngaruhi
kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat (Maulana,2007).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antar informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehata dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tau dan menjadi lebih sehat (bobak,2008). Menurut purwanto (2009), pendidikan kesehatan merupakan proses penrkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Dari kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu , dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah-masalah kesehatan majadi mampu.
6
7
Menurut Craven dan Hirnle (2006) pendidikan kesehatan adalah penambahan kemampuan dan pengetahuan seseorang melalui tehnik belajar atau intruksi, dengan tujuan untuk meningkatkan fakta atau kondisi nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru.
2.
Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan pendidikan kesehatan ialah: a.
Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. c.
Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada
d. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya) e.
Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam
mencegah
terjadinya sakit, mencegah perkembangannya sakit menjadi parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang disebabkan oleh penyakit. f.
Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi perubahan-perubahan system, cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.
g. Agar orang mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana caranya tanpa selalu memita pertolongan kepada system pelayanan kesehatan yang normal.(Notoatmodjo,2008, suliah,2007)
Menurut
Notoatmodjo
meningkatkan
status
(2008),
tujuan
kesehatan
dan
pendidikan mencegah
kesehatan
timbulnya
adalah penyakit,
mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi
8
dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini dapat di perinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan menjadi sesuatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan pengunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada
Menurut Machfoed (2009), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang bertujuan mengubah individu kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui prosen belajar. Perubahan tersebut mencakup diantara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan. Paha hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran keinginan, tindakan nyata individu, kelompok masyarakat. pendidikan kesehatan merupakan aspek penting dalam meningkatkan pengetahuan keluarga tentang garam beryodium dengan melakukan pendidikan kesehatan berarti petugas kesehatan membantu keluarga dalam menkomsumsi garam yang beryodium untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Menurut Effendi (2008).tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubaban perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak factor yang perlu di perhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehtan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat. Materi yang disampaikan hendakya sesuai dengan kebutuhan kesehatan mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat pemberian pendidikan kesehatan mengunakan bahasa yang mudah di pahami dalam bahasa sehari-
9
harinya dan mengunakan alat peraga untuk memudahkan pemahaman serta menarik perhatian sasaran.
3. Media pembelajaran pendidikan kesehatan Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasayanya menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasaranya dapat membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan mengunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam menerima pelajaran semakin banyak penerimaan pelajaran (suliha, 2010)
Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai berikut: a. Media auditif yaitu hanya dapat di dengar saja atau media yang hanya memiliki unsure suara, seperti radiodan rekaman suara. b. Media visual. Yaitu hanya media yang dapat dilihat saja, tidak mengandung unsure suara, seperti film slide, foto,trasparansi,lukusan gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis. c. Media audio visual, yaitu media yang dapat mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik.
Media atau alat bantu berdasarkan perbuatannya: a. Alat bantu eletronik yang rumit,contohnya: film, film slide, stansparansi, jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector, slide projector, operhead projector (OHP) b. Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku bergambar, bendabenda nyata (sayuran, buah-buahan), papan tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah di buat, mudah memperoleh bahan-bahan, ditulis atau di gambar dengan
10
sederhana, memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak menimbulkan salah persebsi (Sanjaya,2008).
4. Peran Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku. Namun demikian, ketiga factor yang lain (lingkungan, pelayanan kesehatan dan hereditas) juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan, secara terperinci dapat di jelaskan sebagai berikut. a. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor lingkungan telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang di bagi oleh instansi, baik pemerintah, swasta, ataupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Banyak juga proyek pengadaan sarana sanitasi lingkungan di bangun untuk masyarakat, misalnya jamban (kakus,WC) keluaga, jamban umum, MCK (sarana mandi,cuci dan kaskus) tempat sampah dan sebagainya. namun karena perilaku masyarakat, sarana atau fasilitas sanitasi tersebu, kurang atau tidak di manfaatkan dan di pelihara sebagai mestinya. agar sarana sanitasi lingkungan tersebut di manfaatkan dan di pelihara secara optimal, maka perlu di dalam pendidikan kesehatan bagi masyarakat. Demikian pula dengan lingkungan nonfisik, akibat masalah-masalah sosial banyak warga masyarakat yang enderita stres dan gangguan jiwa. Oleh karena itu baik dalam memperbaiki masalah sosial maupun dalam menangani akibat masalah sosial (stres dan gangguan jiwa), di perlukan pendidikan kesehatan.
b. Peran pendidikan kesehatan dalam perilaku Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyaraakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan sehatan berupaya agar masyarakat, menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari dan mencega hal-hal
yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain,
kemana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya.
11
Kesadaran masyarakat tentang kesehatan disebut-sebut melek kesehatan” ( health literacy). Lebih dari itu pendidikan kesehatan akhirnya bukan hanya mencapai “memek kesehatan” pada masyarakat saja, namun yang lebih penting ialah mencapai perilaku kesehatan ( healthy behavior) kesehatan bukan hanya di ketahui atau di sadari (knowledge) dan disikapi (attitude) melainkan harus di kerjakan di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari ( practice ). Hal ini berarti bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktikan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat ( healthy life style).
c. Peran pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat pemeritah Indonesia dalam hal ini departemen kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat dalam bentuk pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas). Tidak kurang dari 7.000 puskesmas tersebar di seluruh Indonesia namun pemanfaatan puskesmas
oleh masyarakat sebelum
optimal.
Peran promosi kesehatan dalam perubahan perilaku, promosi kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkann oleh pelaku endidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsurunsur 1) Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik pelaku pendidikan. 2) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain). 3) Output (melakukan apa yang di harapkan atau perilaku).
12
B. HIV/AIDS 1. Pengertian AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome “Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi ditularkan dari satu ke orang lain; ” Immune” sistim daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit;
“Deficiency”
artinya tidak cukup atau kurang ; dan “Syndrome” adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit. “AIDS” adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV, human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS yang
termasuk
kelompok
dari
keluarga
retrovirus.
Penemu
human
immunodeficiency virus ( HIV) adalah Dr. Luc Montagnier pada tahun 1983.
2. Cara Penularan Virus HIV HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan presemmal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
HIV tidak ditularkan dari orang ke orang dengan bersalaman, berpelukan, bersentuhan atau berciuman. Tidak ada data bahwa HIV dapat ditularakan melalui penggunaan toilet, kolam renang, penggunaan alat makan atau minum secara bersamaan atau gigitan serangga seperti nyamuk. Penularan melalui heteroseksual adalah cara yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki–laki dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal atau anal yang tidak terlindung dari individu. Yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) jumlah virus yang keluar dan masuk kedalam pintu masuk kedalam pintu masuk di tubuh seseorang, seperti luka sayat/ goresan dalam mulu,
13
pendarahan gusi dan tau penyakit gigi mulut atau pada alat genital. Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak dilakukan uji saring untuk antibody HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan, atau pengunaan alat medic lainnya. Kejadian diatas dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat tusuk/ jarum. Juga pada IDU pajanan HIVpada organ dapat mejadi dalam proses transplantasi jaringan/ organ di pelayanan kesehatan. Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandungan, dilahirkan, dan sesudah lahir. Resiko penularan tanpa intervensi. Ainor Rasyid, Dr dkk (2009) Secara umum, gambaran tahapan perjalanan alamiah infeksi HIV adalah sebagai berikut: terjadi dalam 2-3 minggu kemudian diikuti dengan gejala sindrom retroviral akut selama kurang lebih 2-3 minggu selanjutnya gejala gejala akan menghilang (recovery asimtomatis rata rata berjalan selama 8 tahun yang dalam kondisi tertentu akan muncul gejala infeksi HIV simtimatis (AIDS) yang ratarata akan berjalan selama 1,3 tahun.
HIV berjalan sangat progresif merusak sistem kekebalan tubuh. Kebanyakan orang dengan infeksi HIV akan meninggal dalam beberapa tahun (10-11 tahun) setelah tanda pertama AIDS muncul, bila tidak ada pelayanan dan terapi yang dberikan. Sesudah virus HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh itu terinfeksi dan virus mulai bekerja mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (terutama sel T CD4 dan makrofag). HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibiotik untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratoriom adalah selama 2-12 minggu, masa ini disebut sebagai masa jendela (window period). Selama masa jendela, pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain, meski hasil pemeriksaan laburatorium masih negatif. Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa keluhan dan gejala untuk jangka waktu cukup lama bahkan sampai 10 tahun atau lebih. Orang ini sangat mudah menularkan infeksinya kepada oranag lain, dan hanya dapat dikenali dengan pemeriksaan laboratorium serum antibodi HIV. Sesudah suatu jangka
14
waktu, yang berfariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak diri secara cepat (replikasi) dan diikuti dengan perusakan limfosit CD4 dan sel kekebalan lainnya sehingga tejadilah sindroma kekurangan daya kekebalan tubuh yang progresif ( progressive immunodeficiency syndrome). Ainor Rasyid, Dr dkk (2009)
3. Tanda dan gejala penderita HIV/AIDS Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, ruam kulit, sakit kepal, batuk kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang di derita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik yaitu, terutama virus Epstein Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV). Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut
15
virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru. Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma.
Burkitt (Burkitt's lymphomd) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphomd), diffuse large Bcell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang
terinfeksi HIV. Kanker ini sering kali
merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi. Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia. Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi anti retrovirus yang sangat aktif dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.
4. Stigma Terhadap ODHA Sejak pertama diketemukan penyakit HIV/AIDS di dunia sekitar tahun 1987 berbagai respons seperti ketakutan, penolakan, stigma dan diskriminasi telah muncul bersamaan dengan terjadinya epidemik. Stigma dan diskriminasi telah tersebar secara cepat, menyebabkan terjadinya kecemasan dan prasangka terhadap ODHA. Penyakit HIV/AIDS tidak saja menjadi fenomena biologis ataupun medis, akan tetapi masyarakat. Stigma
dan
juga
telah
diskriminasi
menjadi terhadap
fenomena
sosial
di
ODHA berdampak pada
16
terbukanya penyebaran penyakit AIDS, hal ini karena stigma dan diskriminasi akan mematahkan semangat orang untuk berani melakukan tes dan bahkan akan juga membuat orang merasa enggan untuk mencari informasi dan cara perlindungan terhadap penyakit AIDS. Stigma dan diskriminasi juga akan memunculkan komunitas yang terisolir/terpinggirkan. Diskriminasi
akan
menyebabkan ODHA merasa telah dilanggar hak- hak azasinya , khususnya dalam hak kebebasan dari perlakuan diskriminasi. Stigma ODHA akan berdampak pada ketidakmauan orang untuk menunjukkan statusnya sebagai penderita
HIV/AIDS Faktor lain yang berpengaruh terhadap stigma dan
diskriminasi adalah faktor kepatuhan terhadap agama. Kepatuhan terhadap nilainilai agama para petugas kesehatan dan para pemimpin agama mempunyai peran dalam pencegahan dan pengurangan penularan HIV. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diaz di Puerto Rico tahun 2011 menyatakan adanya peran agama dalam membentuk konsep tentang sehat dan sakit serta terkait dengan adanya stigma terhadap penderita HIV/AIDS (Diaz et al, 2011). Penelitian lain juga menunjukkan hasil yang sama yang dilakukan oleh Aisha Andrewin tahun 2008 bahwa kepatuhan beragama petugas kesehatan berpengaruh terhadap stigma dan diskriminasi kepada penderita HIV/AIDS (Andrewin et al, 2008). Dukungan institusi dalam bentuk penyediaan sarana, fasilitas, bahan dan alat-alat perlindungan diri bagi petugas kesehatan berpengaruh terhadap stigma dan diskriminasi kepada penderita HIV/AIDS oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Li li tahun 2009 di China, bahwa dukungan institusi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap diskriminasi pada ODHA oleh petugas kesehatan (Li li et al, 2009).
C. Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan faktor penentu yang penting untuk mengubah perilaku kesehatan (Viswanath, Ramadhan, and Kontos, 2007). Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran pada pendidikan tentang HIV/AIDS dan dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang penyakit
17
HIV/AIDS (Adekola, 2010). Pentingnya media massa dalam promosi kesehatan dalam pencegahan penyakit, penggunaan media sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku kesehatan (Li, RotheramBorus, Lu,Wu,Lin,et,al. 2009). Okoli (2008), menyatakan bahwa pendidikan akan mencapai tujuan lebih baik bila didukung atau menggunakan media pembelajaran. Sharma (2008), mengemukakan bahwa program pendidikan tentang HIV/AIDS bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mana dan telinga.
2. Tingkat pengetahuan Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2012) Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang di pelajari atau rangsanagan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tetang apa yang di pelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda- tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita (Notoatmodjo, 2012).
18
b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. (Notoatmodjo, 2012)
c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikaasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsipdan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitunganpenghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari khusus yang diberikan (Notoatmodjo, 2012) 1) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu sturtur organisasi, dan masi ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat di lihat dari penggunaan kata kerja,seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan
misalkan,
mengelompokkan dan
sebagainya.
2) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau mengubungkan bagian- bagian dimana suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat
19
menyusun dan merencanakan, dapat meringkaskan dapat mmenyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus- rumusan yang telah ada.
3) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi , dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat. Namun di dalam pengetahuan, sikap sangat berhubungan dimana pengetahuan remaja mampu merubahn pola pikirnya terhadap objek tersebuat.
3. Remaja (Siswa) a. Pengertian Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia, karena masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja merasakan adanya perubahan yang terjadi pada dirinya seperti perubahan fisik yang hampir menyerupai orang dewasa atau yang biasa disebut dengan masa puber, perubahan sikap, perasaan atau emosi yang sering tanpa disadari oleh remaja itu sendiri seperti rasa malu, gembira, iri hati, sedih, takut, cemas, cemburu, kasih sayang dan rasa ingin tahu. Seperti yang dikemukakan oleh Mappiare (1982) yang mengatakan sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial yang baru namun meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat dan tidak terkendali tetapi pada umumnya dari tahun ketahun terjadi perbaikan perilaku emosional.
Menurut Conger (Heaven & Callan, 1990) remaja biasanya menganggap hubungan yang baik dengan orangtua jauh lebih penting ketika mereka
20
mendapat dukungan positif dan kasih sayang dari orangtua sehingga remaja tidak terlalu bergantung pada peersnya. Salah satu bentuk keterikatan kasih sayang yang dimulai dari kehidupan individu adalah secure attachment. Secure attachment merupakan salah satu dari tipe-tipe attachment yang dikembangkan pertama kali oleh Bowlby. Secure attachment merupakan keterikatan yang aman berupa kasih sayang yang diberikan orangtua pada anak secara konsisten dan responsif dalam menumbuhkan rasa aman dan kasih sayang (Morrison, 2002).
Menurut McClelland (Santrock, 1999) pada masa remaja cenderung memiliki motivasi dalam dirinya dan salah satu motivasi yang ingin dicapai pada masa remaja adalah motivasi berprestasi. Menurut Gunarsa (1991) motivasi berprestasi adalah sesuatu yang ada dan menjadi ciri dari kepribadian seseorang dan dibawa dari lahir yang kemudian ditumbuhkan dan dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungannya.
b. Tahap Perkembngan Remaja yang matang secara fisik dan emosi ini tidak terlepas dari dukungan dan kasih sayang orangtua dalam bentuk keterikatan yang aman (secure attachment). Seorang remaja yang apabila dimasa kanak-kanak telah memiliki karakteristik individu yang memiliki secure attachment maka dengan seiring berjalannya waktu mereka akan tumbuh dengan karakteristik secure attachment yang menurut Santrock. (1999) individu tersebut memiliki karakteristik seperti bersikap hangat dalam berhubungan dengan orang lain, tidak terlalu bergantung dengan orang lain, lebih empati, sangat percaya serta lebih nyaman bersama orang yang disayangi. Tanpa adanya ikatan dan rasa aman, seorang remaja tidak akan tumbuh menjadi seorang individu yang mampu bersosialisasi dengan orang lain dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana remaja tinggal. Remaja dengan secure attachment akan terpenuhi rasa aman dan kasih sayang dari orangtua sehingga mampu
21
mencapai kebutuhan penghargaan dari orang lain (Aktualisasi diri) khususnya dalam bentuk prestasi. 1) Remaja Menurut Hukum Konsep tentang remaja bukanlah masalah dari bidang hukum, melainkan berasal dari bidang ilmu- ilmu sosial lainnya seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan peadegogi. Kecuali konsep „Remaja‟
juga
merupakan konsep yang relatif baru, yang muncul kira- kira setelah era industrialisasi merata di Negara-Negara eropa, amerika serikat, dan Negara-Negara maju lainnya. Dengan perkataan lain, masalah remaja baru menjadi pusat perhatian ilmu-ilmu sosial dalam 100 tahun terakhir ini saja.
Tidak mengherankan kalau dalam berbagai undang- undang yang ada di berbagai Negara di dunia tidak di kenal istila „Remaja‟. Di Indonesia sendiri, konsep remaja tidak di kenal dalam sebagai undang-undang yang berlaku. Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa, walaupun batasan yang di berikan untuk itupun bermacam-macam.
Hukum perdata, misalnya, member batas usia 21 tahun (atau kurang dari itu asalkan sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang (pasal 330 KUH Perdata). Dibawah usia tersebut seseorang masih membutuhkan wali (orang tua) untuk melakukan tindakan hokum perdata (misalnya: mendirikan perusahaan atau membuat perjanjian di hadapan pejabat hukum).
Di sisi lain, hukum pidana memberi batasan 16 tahun sebagai usia dewasa (pasal 45,47 KUHP) anak-anak yang berusia kurang dari 16 tahun masih menjadi tanggung jawab orang tuanya kalau ia melanggar hukum pidana. Tingkah laku mereka yang melanggar hukum itu pun (misalnya, mencuri) belum di sebut sebagai kejahatan (kriminal) melainkan hanya di sebut sebagai “kenakalan“. Kalau ternyata kenakalan
22
anak itu sudah membahayakan masyarakat dan patut di jatuhi hukuman oleh Negara, dan orang tuanya ternyata tidak mampu mendidik anak itu lebih lanjut, maka anak itu menjadi tanggung jawab Negara dan dimasukan kedalam lembaga pemasyarakatan khusus anak-anak ( di bawah departemen hukum dan hak asasi manusia) atau di masukan kedalam lembaga-lembaga rehabilitas lainnya seperti marmadi siwi (di bawah kepolisian daerah metropolitan Jakarta raya). Sebaiknya, jika usia seseorang sudah di atas 16 tahun jika ia melakukan pelanggaran hukum pidana, ia biasa langsung di pidana (di masukkan kedalam lembaga pemasyarakatan).
2) Remaja Dalam Rangka Perkembangan Jiwa Manusia Aristoteles adalah seorang filsuf yang membedakan matter (wujud lahiriah) dan from (isi kejiwaan). Setiap matter, menurut aristoteles, selalu mengandung
from di dalamnya, tidak peduli apakah itu biji
jagung atau manusia. hanya tuhan saja yang merupakan from tanpa matter.
Manusia berada dari makhluk-mahkluk lain mempunyai from yang khusus. Ialah mempunyai fungsi mengingat dan ia mempunyai fungsi realisasi diri (dinamakan entelechy) yang menyebabkan manusia bisa berkembang kearah yang di kehendaki sendiri (Sarwono, 1986). Walaupun demikian, aristoteles tetap beranggapan bahwa hubngan badan (matter) dan jiwa (from) sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi dan berkembang besama- sama. Atas dasar anggapan ini aristoteles membagi jiwa manusia, yang di kaitkan dengan perkembangan fisiknya, kedalam tiga tahap yang masing- masing berlangsung dalam kurun usia 7 tahunan.
Tahap- tahap perkembangan jiwa menurut aristoteles adalah sebagai berikut : 1) 0 – 7 tahun
: Masa kanak- kanak (infancy)
23
2) 7 -14 tahun
: Masa anak- anak (boy hood)
3) 14 -21 tahun
: Masa dewasa muda (young manhood (muss, 1968)
Pandangan aristoteles ini sampai sekarang masih berpengaruh pada dunia modern kita, antara lain tetap di pakainya batas usia 21 tahun dalam kitab- kitab hukum di berbagai Negara, sebagai batas usia dewasa. Akan tetapi, yang lebih penting dalam pembicaraan kita tentang jiwa remaja adalah pendapat aristoteles tentang sifat sifat orang muda, yang juga masih di anggap benar sampai saat ini, yaitu: Orang muda punya hasrathasrat yang sangat kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrathasrat itu semuanya tampa membeda- bedakannya. Dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka.
Control diri
pada manusia menurut Aristoteles dilakukan oleh rasio
(akal), yaitu fungsi mnemik. Ratio ini adalah menentukan arah perkembangan manusia.Akan tetapi, pendapat aristoteles ini tidak di dukung oleh Filsif Prancis J.J Rousseau yang hidup hampir 20 abad keudian (1712-1778 ) rousseau, yang di sebut juga menganut paham romantik
naturalism,
menyatakan
bahwa
yang
penting
dalam
perkembangan jiwa manusia adalah perkembangan perasaanya. Perasaan ini harus dibiarkan berkembang bebas sesuai dengan pembawaan alam (natural development) yang berada di satu individu ke individu yang lain (individualism)
Ejalan dengan pandangannya dengan natural development, rousseau menganalogikan perkembangan individu dengan evolusi makhluk (specie) manusia. Ia menyatakan bahwa perkembangan individu (ontogeny)
merupakan
ringkaasan
(recapitulates)
perkembangan
makhluk (phylogeny).empat tahapan perkembangan yang di maksud oleh reusseau adalah sebagai berikut:
24
1) Usia 0-4 atau 5 tahun : masa kanak- kanak ( infancy). Tahap ini di dominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (pain) dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih sama dengan binatang 2) Usia 5-12 tahun : masa bandel (savage stage ) tahap ini mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam evolusi manusia. Perasaan -perasaan yang dominan dalam periode ini adalah ingin main-main , lari- lari, loncat-loncat dan sebagainya, yang pada pokoknya untuk melatih ketajaman indra dan keterampilan anggotaanggota tubuh. Kemampuan akal masih sangat kurang sehingga di katakan oleh rousseau bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu di beri pendidikan formal seperti berhitung dan membaca serta menulis 3) Usia 12- 15 tahun : bangkitnya akal (ratio) nalar
(reason) dan
kesadaran diri (self consciousness). Dalam masa ini terdapat energy dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tubuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba. Dalam periode ini.buku yang baik di baca adalah buku-buku petualangan seperti “robinson crouseo “. Anak di anjurkan belajar tentang alam dan kesenian, tetapi yang penting adalah proses belajarnya, bukan hasilnya. Anak akan belajar dengan sendirinya, karena periode ini mencerminkan era perkembangan ilmu pengetahuan dalam evolusi manusia.
4) Usia 15-20 tahun : dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam
tahap
ini
menjadi
perubahan
dari
kecenderungan
mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memerhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memerhatikan harga diri. Gejala lain yang timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya dorogan seks. (Muss 1968)
25
Teori Rousseau yang merekapitulasi (meringkas) perkembangan revolusi umat manusia mempunyai pengikut di awal abad ke-20 ini yaitu G.S. Hall (1844-1924) seorang sarjana Psikologi Amerika Serikat yang oleh berapa buku teks disebut sebagai Bapak Psikologi Remaja Hall juga membagi perkembangan manusia dalam empat tahap yang mencerminkan tahaptahap perkembangan umat manusiasebagai berikut: 1) Masa kanak kanak (infancy) 0-4 tahun, mencerminkan tahap hewan dari evolusi manusia. 2) Masa anak-anak (childhood) 4-8 tahun cerminkan masa manusia liar, manusia yang masih menggantungkan hidupnya pada berburu atau mencari ikan. 3) Masa muda (youth atau preadolescence) 8-12 tahun, mencerminkan era manusia sudah agak mengenal kebudayaan, tetapi masih tetap setengah liar (semi-barbarian). 4) Masa remaja (adolescence) 12-25 tahun, yaitu masa topanbadai (strum und drang) yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai.
Seperti Rousseau juga, Hall berpendapat bahwa pendidik anak harus dengan cara memberi kebebasan seluas-luasnya, karena perkembangan jiwa manusia titak banyak berpengaruh oleh lingkunganya, melainkan sudah digariskan oleh alam sendiri. Hall bahkan mengatakan
bahwa
remaja oleh mencari jalanya sendiri dan boleh mengkritikorang dewasa (Jensen,1985).
Pertanyaan
yang
timbul
sekarang
setelah
kitameninjau
tahapan
perkembangan individu secara umum sejak lahir adalah bagaimana tahaptahap perkembangan dalam periode remaja itu sendiri. Dari jama aristoteles sampai G.S. Hall tampak sudah ada kesepakatan tentang adanya kurun usia
tertentu
yang merupakan peralihan dari masa anak-anak
kemasa dewasa, tetapi bagaimana proses itu terjadi dalam kurun usia
26
termasuk belum ada penjelasanya. Untuk itu salah satu penulis yang telah mencoba menerangkan tahap-tahap perkembangan dalam kurun usia remaja adalah Petro Blos (1962). Bloa penganut aliran psikoanalisis berpendapat bahwa perkembangan pada hakikatnya adalah penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembanga remaja. 1) Remaja awal (middle adolescence) Serang remaja pada tahap ini masih terheran-heran perubahan perubahan yang terjadi pada tubuh nya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahanperubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditamabah berkurangnya kendali terhadap “Ego” menyebabkan remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2) Remaja madya (middle adolescence) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic” yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai temanteman yang punya sifat- sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis, atau pesimistis, idealis dan materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes complex (perasaan cinta pada diri sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lain jenis. 3) Remaja akhir (late adolescence) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan di tandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:
27
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b) Egonya mencari kesempatanuntuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) dig anti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendri dengan orang lain. d) Tubuh “dingin” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). D. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Remaja Penelitian yang dilakukan Rezky Ramdhani, et al (2013), dengan judul “Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan Remaja tentang HIV/ AIDS di SMA Cokroaminoto Makassa”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata
pengetahuan remaja sebelum penyuluhan adalah 10.58%, sedangkan pengetahuan setelah penyuluhan rata-rata 16.88%. Hasil uji statistic menggunakan Desain Uji Paired Sample T-Test menunjukkan nilai Sig. (2-Tailed) p = 0.000 dimana α 0.05 Penelitian yang dilakukan Niasari Ayuningsih et al, (2014) tentang “pengaruh penyuluhan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Negeri 1 Manado”. Hasil penelitian menunjukkan responden berpengetahuan baik sebelum dilakukan penyuluhan 13,0% dan sesudah dilakukan penyuluhan 75,9%. Responden yang bersikap baik sebelum dilakukan penyuluhan 5,6% sedangkan sesudah
dilakukan penyuluhan 68,5%. Kesimpulan penyuluhan mempengaruhi
pengetahuan dan sikap siswa tentang HIV/AIDS dengan (nilai P=0,000). Penelitian yang dilakukan Tahirudin (2008), dengan judul “hubungan pengetahuan siswa sebelum dengan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya HIV/AIDS di SMP Eka Sakti Semarang”. Terdapat perubahan tingkat pengetahuan pada eksperimen yang diberi pendidikan kesehatan dan tidak. Sebelum diberi pendidikan kesehatan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan
28
rendah sebesar 48.1 % setelah diberi pendidikan kesehatan tentang bahaya HIV/AIDS, tingkat pengetahuan responden meningkat menjadi sebesar 87.0 %. E. Kerangka Konsep Berdasarkan maksud dan tujuan peneliti maka dapat di gambarkan kerangka konseb sebagai berikut: Skema 2.1 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS
Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS
F. Hipotesa Penelitian Ha : Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dengan desain Pra, Eksperiment/ Perlakuan beforeafter test dimana peneliti ingin mengetahui pengetahuan populasi untuk dilakukan perlakuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan sesudah diberikan pendidikan tentang HIV/AIDS. X1
I
X2
Keterangan : X1
: Pengetahuan siswa sebelum penyuluhan/pendidikan kesehatan
I
: Penyuluhan/pendidikan kesehatan
X2
: Pengetahuan siswa sesudah penyuluhan/pendidikan kesehatan
B. Populasi Dan Sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X dan kelas XI SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi dengan jumlah 130 orang siswa
2.
Sampel Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik total populasi yaitu sebanyak 130 orang siswa.
C. Lokasi Penelitian Penelitan dilakukan di Sekolah SMA Swasta Rismaduma Kabupaten dairi
D. Waktu Penelitian Penelitan ini dilakukan mulai tanggal 23 Maret 2015 untuk menentukan judul skripsi kemudian tanggal 16 April 2015 mendapat surat izin untuk pengambilan data dasar, tanggal 11 April 2015 ujian proposal, pada tanggal 7 Mei 2015
29
30
mendapat surat izin penelitian kemudian tanggal 26 Mei peneliti melakukan penelitian, dan pada tanggal 8 Juni 2015 sidang skripsi.
E. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional Penelitian Variabel
Defenisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS sebelum dan sesudah penyuluhan
Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS, bagaimana penularannya, dan bagaimana pencegahannya Pemberian penyuluhan kepada siswa sma mengenai : 1. Pengertian HIV/AIDS 2. Pencegahan HIV/AIDS 3. Penularan HIV/AIDS 4. Stigma pada ODHA
Kuesioner
1. Baik : 13-25 2. Cukup : 9-12 3. Kurang : 0-8
-
-
Pendidikan/ penyuluhan Kesehatan Tentang HIV/AIDS
-
F. Aspek Pengukuran Pengetahuan siswa Tentang HIV/AIDS Adapun yang di ukur tentang pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS, dan dengan mengukurnya peneliti mengunakan instrument berupa kuesioner sebanyak 34 pertanyaan. Pertanyaan dengan alternatif
positif (+)
jawaban “Ya” diberikan skor 1 dan jika jawaban “Tidak”
diberikan skor 0. Pertanyaan negative (-) dengan jawaban salah di berikan skor 1 dan jika jawaban benar diberikan skor 0.
G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data 1.
Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner
Skala Ukur Ordinal
31
2.
Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data, dari 130 sampel dibagi menjadi dua gelombang Dimana kelas X menjadi gelombang pertama dan kelas XI menjadi gelombang dua, dalam pengumpulan data ini gelombang pertama atau kelas X yang pertama diberikan pendidikan kesehatan dan pembagian kuisioner sementara gelombang dua atau kelas XI mununggu sambil belajar di kelas lain dengan mata pelajaran yang di bawakan guru sekolah itu tersebut seperti mana biasanya pembelajaran sehari-hari setelah gelombang pertama selesai dilanjutkan kembali dengan gelombang ke dua atau kelas XI dengan materi pendidikan dan kuisioner yang sama dengan kelombang pertama. Tahapan dalam penelitian ini Sebelum diberikan pendidikan kesehatan akan dibagikan kuesioner, yang dibantu oleh dua orang relawan untuk membagikan dan mengumpulkan kuesioner tersebut, setelah selesai diisi responden lembar kuisioner tersebut kemudian dikumpulkan, selanjutnya diberikan pendidikan kesehatan dengan metode Ceramah yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan media Laptop, LCD Dan Power Point dalam waktu 30-40 menit setelah diberikan pendidikan kesehatan, kuesioner yang sama dibagi kembali dengan lembaran yang baru.
H. Etika Penelitian Pengambilan data dan pengolahan data dilakukan setelah memperoleh surat izin ketua program studi dan pihak rektorat. Pengambilan data dilakukan dengan membagilakn lembar kuisioner pada responden dengan memperhatikan etika-etika penelitian yang secara umum dibagikan menjadi tiga bagian (Notoadmodjo, 2010). 1.
Informed concent Lembar persetujuan diberikan kepada responden, sebelumnya diberikan penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian untuk menandatangani informed content tersebut.
2.
Anonymity (kerahasiaan informasi) Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan cara memberikan kode atau tanda pada lembar kuisioner dank ode tersebut hanya diketahui peneliti.
32
3.
Confidentiality (kerahasiaan informasi) Kerahasiaan informasi responden dijamin penulis, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
I.
Pengolahan dan Analisa Data 1.
Pengolahan Data Seluruh data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi menurut Notoatmod, (2010) pengolahan dengan menggunakan: a.
Editing Setelah dilakukan pengecekan data yang telah dikumpulkan, yang telah di isi responden tidak ada terdapat kesalahan atau kekeliruan sehingga saat pengolahan data dengan menggunakan editing tidak ada yang perlu di editing selanjutnya pengolahan menggunakan coding.
b.
Coding Pertanyaan – pertanyaan yang telah dijawab oleh responden diberi kode agar mempermudah dalam pengolahan data. Diberikan kode 1 umur 16, kode 2 untuk umur 17, kode 3 untuk umur 18. Jenis kelamin diberikan kode 1 untuk laki- laki, kode 2 untuk perempuan. Pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan diberikan kode 1 untuk kategori kurang, kode 2 untuk kategori cukup, kode 3 untuk kategori baik, dan pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan kode 1 diberikan pada kategori kurang, kode 2 untuk kategori cukup, kode 3 untuk kategori baik.
c.
Entry Proses penyusunan data atau pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun untuk dapat disajikan dan di analisis. Selanjutnya akan dilakukan dilakukan entry data dengan menggunakan komputerisasi.
33
d. Tabulating Mengelompokkan data tersebut dalam tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikunya sesuai dengan tujuan peneliti yaitu tabel distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden, distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehaatan dan pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan siswa SMA Swasta Rimaduma Kabupaten Dairi.
2.
Analisa Data Langkah terakhir adalah melakukan analisa data secara bertahap melalui komputerisasi : a.
Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
b. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Analisa ini merupakan prosedur statistic untuk membandingkan atau mencari pengaruh antara dua variabel (Burns & Grove, 2001). Penelitian ini menggunakan analisa bivariat untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan
tentang HIV/AIDS terhadap
pengetahuan SMA Swasta Rismaduma Kab. Dairi 2015. Sebelum analisis data bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji wilxocon dengan menggunakan derajat kemaknaan q=0,05.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.
Gambaran Umum Tempat Penelitian SMA Swasta Rismaduma Jln. Besar No. 11 Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Sekolah ini terdiri dari kelas X sampai kelas XII dengan jumlah keseluruhan siswanya sebanyak 180 orang. Siswa Kelas X berjumlah 68 siswa dan Kelas XI berjumlah 62 siswa dan jumlah kelas XII sebanyak 60 orang, dari keterangan pihak sekolah belum pernah diberikan pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 26 Mei dengan melibatkan 130 responden yaitu kelas X 68 siswa dan kelas XI 62 siswa dengan menggunakan LCD dan power point.
2.
Analisa Univariat a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Tahun 2015 (n=130) Karakteristik Umur Jenis Kelamin
Kategori 16 17 18 Laki-laki Perempuan
n 35 70 25 55 75
Persentase 26,9 53,8 19,2 42,3 57,7
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada umur 17 tahun sebanyak 70 orang (53,8%), mayoritas responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 75 orang (57,7%),
34
35
sedangkan minoritas responden berada pada umur 18 tahun sebanyak 25 orang (19,2%) dan minoritas responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 55 orang (42,3%).
b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan DI SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Tahun 2015 (n=130) Sebelum Frekuensi (f) 22 61 47 130
Kategori Baik Cukup Kurang Total
Sesudah Presentaase (%) 16,9 46,9 36,2 100,0
Kategori
n
Baik Cukup Kurang Total
108 22
Presentase (%) 83,1 16,9
130
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki Pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak 61 orang (46,9%), dan mayoritas responden sesudah dilakukan pendidikan kesehatan memiliki Pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 108 orang (83,1%) setelah diberikan pendidikan kesehatan.
3.
Analisa Bivariat a. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Siswa SMA Swasta Risma Duma Kabupaten Dairi Tahun 2015 Tabel 4.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test Pengetahuan Pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
Mean 1,81
SD 0,705
2,83
0,376
Descriptive Statistic Z P Value
-8,848
0,000
36
Berdasarkan tabel 4.4 didapat bahwa nilai rata-rata (mean) pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 1,81 dan SD 0,705, sedangkan nilai rata-rata (mean) pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan sebesar 2,83 dan SD 0,376. Dari hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan Z = -8.848 dan P value = 0,000 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS.
B. Pembahasan 1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Siswa. Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS, didapatkan nilai rata-rata (mean) pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 1,81 dan SD 0,705, sedangkan nilai rata-rata (mean) pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan bertambah menjadi 2,83 dan SD 0,376, ini menunjukkan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS sudah semakin baik. Hal ini karena siswa SMA Swasta Rismaduma telah mendapatkan pelajaran dalam bentuk pendidikan kesehatan sehingga terjadi suatu proses belajar dimana sesuatu yang tidak tahu berubah menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Dari hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan P value = 0,000 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS.
Maulana (2009) mengatakan tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang
itu
tahu
adalah
mendefenisikan, dan menyatakan.
ia
dapat
menyebutkan,
menguraikan,
37
Notoadmodjo (2011) mengatakan bahwa belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku meliputi pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai dengan aktifitas kejiwaan sendiri. Dari pernyataan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas dari proses belajar ialah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui, sekarang diketahui, yang dahulu belum mengerti, sekarang dimengerti. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan kesehatan yang diberikan. Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan terkait tentang kesehatan individu, masyarakat dan bangsa (Shinta, 2011), tetapi di samping itu banyak sekali hal yang berpengaruh dalam suksesnya pelaksanaan pendidikan kesehatan tersebut, antara lain fasilitas yang tidak memadai sehingga pelaksanaan pendidikan kesehatan dilaksanakan tidak maksimal. Lebih lanjut, joint comitte on terminology in health education United States mengartikan pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi, dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat (Maulana,2009). Proses ini didasarkan pada prinsip-prinsip pengetahuan yang memberi kemudahan untuk belajar dari perubahan perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk anak-anak dan remaja. Pengertian pendidikan kesehatan melalui penekanan penggunaan secara terencana. Proses pendidikan, dikemukan juga oleh Green (2008), yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan merupakan upayaupaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan membutuhkan pemahaman yang mendalam, karena melibatkan berbagai istilah atau konsep seperti perubahan perilaku dan proses pendidikan (Maulana,
38
2007). Seperti yang dikatakan becker dalam Nursing theorists and their work, bahwa health promotion model (HPM) adalah serupa dalam membangun contoh kepercayaan kesehatan (Tomey, 2006). Hasil ini ssejalan dengan penelitian Sa‟adah (2012), tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan remaja, dari hasil uji didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan atas pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja dengan nilai p value = 0,009 (p < 0,005).
Begitu juga dengan hasil studi yang dilakukan Santi, dkk (2010), tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pencegahan dan penularan HIV/AIDS pada remaja. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan atas pemberian pendidikan kesehatan terhadap pencegahan dan penularan HIV/AIDS pada remaja dengan nilai p value = 0,002 (p < 0,005). Menurut asumsi peneliti, bahwasanya hasil penelitian yang didapat sejalan dengan pernyataan yang ada, dimana setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat peningkatan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS.
Dari hasil
penelitian didapat bahwa mayoritas siswa memiliki pengetahuan cukup sebelum diberikan pendidikan kesehatan, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas siswa memiliki pengetahuan baik. Dalam hal ini terjadi perubahan pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan, ini disebabkan karena setelah diberikan pendidikan kesehatan terjadi proses belajar yang dulunya tidak tahu menjadi tahu, sehingga mempengaruhi terjadinya peningkatan pengetahuan dan wawasan siswa tentang HIV/AIDS, dengan meningkatnya pengetahuan siswa, hal ini akan mempengaruhi stigma siswa tentang penderita HIV/AIDS.
39
2.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini juga masih memiliki keterbatasan-keterbatasan. Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu : penelitian ini hanya meneliti Tentang Pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan siswa. Keterbaasan yang di dapatkan saat dilapangan a.
Tidak sejalannya harapan peneliti dengan kepala sekolah tersebut, dalam pengaturan waktu yang telah peneliti atur sebelumnya dimana dengan jumlah sampel 130 dibagi menjadi 3 ruagan untuk pemberian pendidikan kesehatan di setiap kelompok responden namun dengan waktu yang singkat diberikan kepala sekolah terhadap peneliti maka di jadikan dua kelompok sehingga ini memungkinkan responden tidak konsentrasi pada saat pemberian pendidikan kesehatan dan pada saat pengisian kuesioner
b.
Adanya beberapa siswa melihat jawaban teman di sampingnya dan masih terdapat beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi pengetahuan dan siswa tentang HIV/AIDS selain pemberian penyuluhan,
c.
Seperti faktor pengaruh media massa dan faktor pengaruh teman terhadap pengetahuan dan siswa tentang HIV/AIDS, sedangkan pada faktor faktor tersebut tidak dilakukan penelitian oleh peneliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan stigma siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa : 1.
Mayoritas responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki Pengetahuan dengan kategori cukup.
2.
Mayoritas responden setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki Pengetahuan dengan kategori baik.
3.
Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang dengan HIV/AIDS dengan P value = 0,000 (P<0,05).
B. Saran 1.
Bagi Siswa SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang HIV/AIDS dengan cara membaca buku atau sumber-sumber informasi tentang HIV/AIDS karena dari kuesioner bagian penularan masih ada beberapa siswa yang belum sepenuhnya memahami.
2.
Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan agar dapat mendorong para guru atau pengajar di sekolah tersebut agar menerapkan pembelajaran mengenai pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan cara memasukkan bahan ajaran tentang HIV/AIDS kedalam kegiatan ekstrakulikuler seperti kegiatas pramuka atau UKS, serta melakukan penyuluhan yang rutin tentang HIV/AIDS.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambahkan variable-variabel lain yang mempengaruhi pengetahuan tentang HIV/AIDS dan stigma siswa terhadap penderita HIV/AIDS.
40
DAFTAR PUSTAKA .
Abzrul, azwar. (2006). Pengantar Pendidikan Kesehatan; Penerbit Sastra Hudaya, Jakarta Ainor Rasyid, Dr dkk. (2009). pedoman nasional manajemen program HIV/AIDS. Kemenkes RI Belinda, TaherShane, Ticoalu & Franly Onibala. (2013). pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingakat pengetahuan siswa tentang cara pencegahan penyakit hiv/aids di sma negeri 1 manado, skripsi Dinkes,
(2015),
gambaran
kasus
HIV
dan
AIDS
di
sumatera
utara.
www.hivaidsindonesia.com.dinkes. diperoleh 30 mei 2015. Dinkes. (2012), Konsep Dasar Dan Penanggulangan http://www.aidsindonesia.com, dinkes 14 Juli 2012.
HIV/AIDS,
Fakultas Psikologi. (2008). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Universitas Gunadarma, jurnal keperawatan karawang. Hermawati. (2010). Tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS terhadap stigma masyarakat. Jurnal Kesehatan. Khair Bakhrul. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini, (Online), . Diakses MINGGU, 8 april 2012 | 11:12. Maulana. (2007). Promosi Kesehatan. Buku Kedokteran.EGC. Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan . Yogyakarta: PT. Rineka. Novita Ningtyas, Robiana M. Noor, Triawanti, (2013) Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Sma Negeri Di Banjarmasin Tahun. Skripsi. , (2013) Tingkat Pengetahuan Tentang Hiv/Aids Pada Siswa Sma Negeri Di Banjarmasin Tahun. Niasari Ayuningsih at al. (2014). Pengaruh penyuluhan tentang HIV/AIDS Terhadap pengetahuan dan sikap Siswa. di sma negeri 1 manado. Jurnal keperawatan manado Rezky ramdhani. (2013). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Remaja tentang HIV/ AIDS. Skripsi cokroaminoto Makassar,
Sudikno dkk. (2010). Pengetahuan HIV dan AIDS Pada Remaja di Indonesia (Analisis Data Riskesdas) Suliha. (2010). Hubungan Pendidikan Kesehatan Bahaya Merokok Pengetahuan Remaja. Skripsi
Terhadap
Sarlito w. sarwono. (2012). Psikologi remaja. Titik Nuraeni Dkk, Depkes RI. (2008). Modul Pelatihan Pencegahan penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Bayi (PMTCT). Jakarta. The National AIDS trust HIV-Related Stigma and Discrimination, New City Cloisters 196 Old Street London, 2005. Tahirudin, (2008). Hubungan Pengetahuan Siswa Sebelum Dengan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya HIV/AIDS Di SMP Eka Sakti Semarang. Jurnal kesehatan, Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro Umar zein, forwakes. (2011). Rangkuman Cerpen Dan Artikel KISAH AIDS. USU Press. Ossie Sosodoro,Ova Emilia & Budi Wahyuni.(2009). Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma orang dengan HIV/AIDS di kalangan pelajar sma, jurnal kesehatan Santi,dkk . (2010). tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pencegahan dan penularan HIV/AIDS pada remaja. Jurnal kesehatan Sa‟adah (2012), tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan remaja, jurnal kesehatan Tomey, A. (2006). Nursing Theoritists and Their Work (6thed). Cetakan Mosby. Inc. Tri Paryati, Ardini S. Raksanagara, Irvan Afriandi,(2012) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) oleh petugas kesehatan Yang, H, Li, X, Stanton, B, Fang, X, Lin, D. and Naar-King, S. HIV-related knowledge, (2006) stigma, and willingness to disclose: A mediation analysis, AIDS Care,
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN STIGMA SISWA DI SMA SWASTA RISMADUMA KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Saya mahasiswa program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan akan melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan dan stigma Siswa Di SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Tahun 2015” penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan di Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Tujuan penelitian ini untuk keperluan tersebut, saya mohon partisipasi dan kesediaan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penulis secara jujur sesuai dengan pertanyaan yang tertera dalam lembar kuesioner, saya akan menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas anda. Jawaban yang diberikan hanya dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Demikin permohonan ini, atas bantuan dan kerja sama yang baik saya ucapkan terima kasih.
Medan,
April 2015
Peneliti
(Rojuli Sahat Sinaga)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya yang bertada tangan di bawah ini menyatakan untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh siswa S1 Keperawatan Universitas Sari Mutira Indonesia Medan yang bernama ROJULI SAHAT SINAGA dengan judul penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan dan stigma Siswa Di SMA Swasta Rismaduma Kabupaten Dairi Tahun 2015 dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan sukarela.
Medan,
April 2015
Responden
(
)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN STIGMA SISWA DI SMA SWASTA RISMADUMA KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Nama Umur Jenis kelamin Kelas
: : : :
Kuesioner Pengetahuan Tentang Hiv/Aids Dan Stigma No Pertanyaan Defenisi HIV/AIDS 1 Dapatkah anda mengetahui seseorang seseorang telah tertular HIV dengan melihat saja? 2 Dapatkah orang yang terinfeksi HIV mendapat pengobatan yang mungkin mereka hidup lebih sehat untuk waktu yang lebih lama? 3 Menurut pendapat anda, dapatkah anda memperoleh pengobatan tersebut seandainya anda membutuhkannya? 4 Apakah masih perlu usaha pencegahan pada pasangan Seks yang keduanya HIV positif? 5 Apakah anda pernah melakuakn upaya agar terhindar resiko infeksi HIV? 6 Apakah dengan minum obat antibiotik atau ramuan tradisional sebelum dan sesudah melakukan hubungan Seks dapat mengurangi resiko tertularnya HIV? Pencegahan penyebaran virus hiv/aids 7 Dapatkah ASI Eksklusif mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke Anaknya? 8 Dapatkah Virus HIV menular pada saat Tranfusi darah yang tercemar HIV? 9 Apakah dapat menularkan Virus HIV dengan Berjabat tangan dengan penderita HIV? 10 Apakah dapat menularkan Virus HIV melalui Berpelukan dengan penderita HIV? 11 Dapatkah HIV ditularkan dari Ibu ke anaknya selama kehamilan? 12 Dapatkah HIV tertular dari ibu keanaknya pada saat menyusui? 13 Apakah dapat menularkan Virus HIV saat berhubungan seks dengan penderita HIV?
Ya
Tidak
14
Apakah berhubungan seks dengan Oral beresiko tertular HIV? 15 Apakah berhubungan Seks dengan Anal beresiko tertular HIV? Penularan virus HIV/AIDS 16 Bisakah seseorang mengurangi resiko tertular HIV dengan cara menggunakan kondom dengan benar setiap melakukan Seks? 17 Bisakah seseorang mengurangi resiko tertularnya HIV dengan tidak melakukan hubungan Seks bebas? 18 Apakah dengan saling setia dengan pasangan dapat mengurangi resiko tertular HIV? 19 Apakah dengan mengurangi jumlah pasangan seks dapat mengurangi resiko tertular HIV? 20 Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan Nyamuk atau Serangga? 21 Bisakah seseorang tertular Virus HIV dengan cara menggunakan alat makan atau minum secara bersamaan dengan seseorang yang sudah terinfeksi hiv? 22 Bisakah tertular virus HIV melalui jarum suntik yang sudah digunakan orang lain? 23 Apakah dapat menularkan Virus HIV dengan Berciuman (mouht to mouth)? 24 Apakah dapat menularkan Virus HIV dengan Berenang bersama- sama penderita HIV? 25 Apakah dapat menularkan Virus HIV dengan Batuk / bersin? Stigma terhadap orang dengan hiv/aids (ODHA) 26 Apakah Penderita Penyakit HIV/AIDS bersekolah dan duduk di samping saudara bisa dengan mudah menularkan HIV? 27 Apakah penderita Penyakit HIV/AIDS sangat menakutkan? 28 Apakah anda terima jika salah satu keluarga yang menderita HIV/AIDS hidup sehari-hari satu rumah dengan anda? 29 Apakahp penderita penyakit HIV/AIDS penyakit kutukan? 30 Apakah penderita penyakit HIV/AIDS seharusnya tidak bersekolah? 32 Jika salah satu teman anda terinfeksi HIV/AIDS apakah seharusnya dikucilkan? 33 Apakah penderita HIV/AIDS seharusnya dikarantina? 34 Apakah anda tidak akan berteman dengan penderita HIV/AIDS walaupun itu teman dekat saudara?
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.
Sasaran
: Siswa kelas X dan kelas XI
2.
Waktu
: 30 menit
3.
Tempat
: SMA Swasta Rismaduma
4.
Hari /tanggal
: 26 Mei 2015
5.
Tujuan penyuluhan
:
a. Tujuan instruksional umum / TIU Setelah mendengar penyuluhan/pendidikan kesehatan audience memahami tentang HIV/AIDS
b. Tujuan instruksional khusus/ Tik Audience akan dapat : 5. Mengerti tentang HIV/AIDS 6. Mengerti tentang Pencegahan HIV/AIDS 7. Mengerti bagaimana Penularan HIV/AIDS 8. Merubah Stigma pada ODHA 6.
Materi 1. Pengertian HIV/AIDS 2. Pencegahan HIV/AIDS 3. Penularan HIV/AIDS 4. Stigma pada ODHA
7.
Kegiatan
No 1
Langkah – langkah Pendahuluan
Waktu 2 menit
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan sasaran
a. Memberi salam
a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan
salam b. Menjawab pertanyaan
maksud dan tujuan 2
Penyajian
20 menit
a. Menjelaskan
Mendengar secara
pengertian hiv/aids seksama b. Menjelaskan penularan HIV/AIDS c. Menjelaskan pencegahan HIV/AIDS d. Menjelaskan Stigma terhadap pederita hiv/aids (ODHA) 3
Evaluasi
5 menit
a. Tanya jawab
Partisifasi aktif
b. Menanyakan kembali c. Postest 4
Penututup
3 menit
a. Memberi saran/
a. Member
kesimpulan
saran
b. Member salam penutup
b. Menjawab salam
8.
Metode
: Ceramah
9.
Media
:
a. LCD b. Laptop c. Power Poit 10. Evaluasi Pertanyaan mengenai : a. Pengertian HIV/AIDS b. Pencegahan HIV/AIDS c. Penularan HIV/ADIS d. Stigma terhadap ODHA
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
HASIL OUTPUT SPSS Frequencies Statistics
Jenis Kelamin Responden
Umur Responden N
Valid
Kategori Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan
Kategori Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan
130
130
130
130
0
0
0
0
Missing
Frequency Table Umur Responden Frequency Valid
16 17 18 Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
35
26.9
26.9
26.9
70 25 130
53.8 19.2 100.0
53.8 19.2 100.0
80.8 100.0
Jenis Kelamin Responden Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Laki-Laki
55
42.3
42.3
42.3
Perempuan Total
75 130
57.7 100.0
57.7 100.0
100.0
Kategori Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
47
36.2
36.2
36.2
Cukup Baik Total
61 22 130
46.9 16.9 100.0
46.9 16.9 100.0
83.1 100.0
Kategori Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Cukup
22
16.9
16.9
16.9
Baik Total
108 130
83.1 100.0
83.1 100.0
100.0
NPar Tests Descriptive Statistics N Kategori Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan Kategori Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
130
1.81
.705
1
3
130
2.83
.376
2
3
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Kategori Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Kategori Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
2
a
33.00
66.00
Positive Ranks Ties
99b 29c
51.36
5085.00
Total
130
Test Statisticsb Kategori Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan - Kategori Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-8.848a .000
Lampiran 11
Lampiran 12