HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KADER KESEHATAN DENGAN TES HIV/AIDS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG Fitrianingsih*, Heni Hirawati Pranoto**, Faridah Aini*** Program Studi DIV Kebidanan STIKES NgudiWaluyoUngaran Email :
[email protected] ABSTRACT Background : HIV/AIDS test is an attempt to avoid HIV/AIDS for the program of PPIA/PMTCT. HIV/AIDS test services are integrated with the health services both mother and child, family planning, reproductive health in a comprehensive services strategy involving cadres as the driving force of society. Objective : This study aims to find out the correlation between the health cadres’ support and HIV/AIDS test in pregnant women in the working area of Bergas community health center, Semarang regency. Methods : The design of this research was cross-sectional, the samples were 72 pregnant women taken by the method of simple random sampling. The instrument used questionnaires to measure the support of cadres and the HIV/AIDS test was measured by looking at the books of mother and child’s health. Data analysis used SPSS program bivariat analysis used chi square test. Results : Support of the cadres was mostly good as many as 40 respondents (55,6%). Most of the women did HIV/AIDS test as many as 41 respondents (56.9%). Bivariat analysis showed a correlation between the support of the health cadres with the HIV/AIDS tests in pregnant women in the health center. 2 value count (5.116) and p-value 0.024 ( = 0.05). Summary : There is a correlation between support of health cadres with HIV/AIDS test in pregnant women. Suggestion : For cadres should increase in giving emotional support. For the respondents should be more attentive to mother to child HIV transmition. Keywords : Support, cadres of health, HIV/AIDS tests, pregnant women References : 32 (1992 – 2015)
0
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
PENDAHULUAN Infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak (Indonesia partnership found for HIV/AIDS, 2015). Penularan AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, jarum suntik, transfusi darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkan (Djoerban, 2009). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan menyusui. Resiko penularan HIV dari ibu ke anak tersebut diperkirakan 5-10% selama kehamilan, 10-20% selama persalinan dan 5-20% selama menyusui. Lebih dari 90% kasus anak yang terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau mother to child HIV transmission (MTCT) (Kemenkes, 2011). Jumlah keseluruhan penderita HIV di Indonesia pada tahun 2014 adalah 150.285 dan AIDS 55.799. Ibu hamil di Indonesia sebanyak 5.192.427 sedangkan yang melakukan pemeriksaan HIV hanya 5.167 (0,1%), dimana 1.306 ibu hamil (25%) diantaranya positif menderita HIV. Jawa Tengah merupakan provinsi nomor 7 dengan kasus AIDS terbanyak sampai September 2010 sejumlah 872 kasus. Jumlah HIV/AIDS balita sebanyak 46 anak, sedangkan usia 5-9 tahun sebanyak 12 anak (KPA Jateng, 2010). Di kota Semarang data orang dengan HIV/AIDS mencapai 1409 orang dari kalangan wiraswasta sebanyak 22,5% dan ibu rumah tangga yang berjumlah 18,4% dan di Kabupaten Semarang data orang HIV/AIDS mencapai 63 orang (Sekretaris KPA Provinsi Jawa Tengan, 2015). Berdasarkan data yang tercatat di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang pada tahun 2015 terdapat 1006 ibu hamil yang memeriksakan kehamilan K1 dan K4, didapatkan 4 ibu hamil yang positif HIV/AIDS (Puskesmas Bergas, 2015). Kondisi diatas menunjukkan pentingnya implementasi program Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu Ke Anak (PPIA) atau prevention of mother to child transmission of HIV (PMTCT) yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari infeksi HIV. Program PPIA/PMTCT merupakan suatu upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia serta Program KIA (Kemenkes RI, 2011). Program PPIA dengan melakukan intervensi pencegahan penularan yang dalam pelaksanaannya meliputi kegiatan 4 Prong yaitu : prong 1 : pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi; prong 2 : pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif; prong 3 : pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya; dan prong 4 : pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta anak dan keluarganya (Kemenkes RI, 2011). Dukungan sosial yaitu mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino, 2006). Kader Kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat sebagai penggerak atau promotor kesehatan (Yulifah R, dan Yuswanto, 2006). Landasan teori 1
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
mengenai dukungan kader kesehatan didasarkan pada teori dukungan sosial, dikarenakan dukungan sosial dapat bersumber dari pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja dan organisasi komunitas (Sarafino, 2006). Dukungan kader dalam sosialisasi tes HIV/AIDS bagi ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tersebut sangat penting untuk menurunkan bahkan mencegah kejadian penularan HIV/AIDS dari ibu hamil kepada janinnya atau dinyatakan sebagai program PPIA. Mengingat peran kader adalah sebagai penggerak masyarakat (community mobilization), dimana kader berperan dalam pelayanan KIA khususnya pada ibu hamil yang mempunyai faktor resiko tertularnya HIV/AIDS, maka sosialisasi dan pelaksanaan PPIA/PMTCT harus dilaksanakan (Kemenkes RI, 2011). Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Novi Ariyani (2014), tentang “Peranan Kader Kesehatan Dalam Pembinaan Wanita Pekerja Seksual (WPS) di Lokasi Sunan Kuning” dimana dalam penelitian tersebut dengan hasil peran kader kesehatan dalam usaha pembinaan yaitu kader memberikan pendampingan, penyuluhan, sosialisasi terhadap WPS. Bentuk-bentuk pembinaan adalah pemeriksaan rutin IMS/Skrining, HIV/AIDS dan pemberian kondom 100% untuk para WPS setiap dan juga memberikan pengetahuan tentang menjaga kesehatan reproduksi. Kendala yang dihadapi salah satunya adalah kurangnya akses kesehatan, waktu pembinaan kurang efisien serta kurangnya kedisiplinan WPS. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan dukungan kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. 2. Mendeskripsikan tes HIV/AIDS oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. 3. Menganalisis hubungan antara dukungan kader kesehatan dengan tes HIV/AIDS pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif asosiasi. Alasan menggunakan desain ini karena untuk mengetahui hubungan dukungan kader kesehatan (variabel independent) dengan tes HIV/AIDS pada ibu hamil (variabel dependent) di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).
2
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3-7 Agustus 2016. Tempat penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskemas Bergas Kabupaten Semarang. Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskemas Bergas Kabupaten Semarang pada bulan Juni tahun 2016. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang di wilayah kerja Puskemas Bergas Kabupaten Semarang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, yang berisi tentang identitas responden, dukungan kader kesehatan, melakukan tes HIV/AIDS atau tidak. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Bulan Agustus 2016 (n=72) Umur Frekuensi Persentase (%) < 20 Tahun 4 5,6 20-35 Tahun 62 86,1 > 35 Tahun 6 8,3 Jumlah 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar berumur 20-35 tahun yaitu sejumlah 62 orang (86,1%) dan sebagian kecil berumur < 20 tahun yaitu sejumlah 4 orang (5,6%). 2. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Bulan Agustus 2016 (n=72) Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 11 15,3 SMP 26 36,1 SMA 33 45,8 Perguruan Tinggi 2 2,8 Jumlah 72 100,0 3
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sejumlah 33 orang (45,8%) dan sebagian kecil berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu sejumlah 2 orang (2,8%). 3. Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Bulan Agustus 2016 (n=72) Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) IRT 28 38,9 Karyawan/Swasta 30 41,7 Buruh 9 12,5 Wiraswasta 5 6,9 Jumlah 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar bekerja sebagai karyawan/swasta yaitu sejumlah 30 orang (41,7%) dan sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta yaitu berjumlah 5 orang (6,9%). B. Analisis Univariat 1. Dukungan Kader Kesehatan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Bulan Agustus 2016 (n=72) Dukungan Kader Kesehatan Frekuensi Persentase (%) Kurang 32 44,4 Baik 40 55,6 Jumlah 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dukungan kader kesehatan pada ibu hamil untuk melakukan tes HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 40 orang (55,6%) dan sebagian kecil dalam kategori kurang yaitu sejumlah 32 orang (44,4%). 2. Tes HIV/AIDS Ibu Hamil Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tes HIV/AIDS pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Bulan Agustus 2016 (n=72) Tes HIV/AIDS Frekuensi Persentase (%) Tidak Periksa 31 43,1 Periksa 41 56,9 Jumlah 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil untuk melakukan tes HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang telah melakukan tes HIV/AIDS yaitu sejumlah 41 orang (56,9%) dan sebagian kecil tidak melakukan tes HIV/AIDS yaitu sejumlah 31 orang (43,1%). 4
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
C. Analisis Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan menggunakan uji chi square yang mana hasilnya disajikan berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Hubungan antara Dukungan Kader Kesehatan dengan Tes HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Bulan Agustus 2016 (n=72)
Dukungan Kesehatan Kurang Baik Jumlah
Tes HIV/AIDS Kader Tidak Periksa Periksa F 19 12 31
% 59,4 30,0 43,1
f 13 28 41
% 40,6 70,0 56,9
Total f 32 40 72
% 100 100 100
2
p-value
5,116
0,024
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa ibu hamil yang mendapat dukungan kader kesehatan dalam kategori kurang dan tidak melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 19 orang (59,4%), sedangkan ibu hamil yang mendapat dukungan kader kesehatan dalam kategori baik dan tidak melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 12 orang (30,0%). Ibu yang mendapatkan dukungan kader kesehatan dalam kategori kurang dan melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 13 orang 40,6%), sedangkan ibu hamil yang mendapat dukungan kader kesehatan dalam kategori baik dan melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 28 orang (70,0%). Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai p value = hubungan antara dukungan kader kesehatan dengan tes HIV/AIDS pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Dukungan Kader Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 72 responden menunjukkan dukungan kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dalam kategori baik sebanyak 40 responden (55,6%) dan dalam kategori kurang sebanyak 32 responden (44,4%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dalam kategori baik. Hal ini dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rifka A (2016) tentang dukungan suami pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan VCT, suami yang memberikan dukungan sebanyak 46,7%. Hasil diatas menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mempunyai dukungan kader. berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dukungan kader di wilayah kerja puskesmas bergas pada point 2 tentang dukungan informasi terdapat sejumlah 62 responden (86,1%) yang 5
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
memberikan informasi pada ibu hamil tentang tes HIV/AIDS, dan pada point 12 tentang dukungan emosional terdapat sejumlah 32 responden (44,4%) yang kader tidak memuji ibu hamil yang telah melakukan tes HIV/AIDS. Dukungan yang dilakukan pada ibu hamil untuk melakukan tes HIV/AIDS antara lain dukungan instrumental, informasi, penilaian dan emosional. Dukungan yang diberikan antara lain, kader mengantar ibu hamil melakukan tes HIV/AIDS, kader memberikan informasi pada ibu hamil tentang tes HIV/AIDS untuk mencegah secara dini penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak secara lisan dan memberikan pujian pada ibu hamil yang telah melakukan tes HIV/AIDS sebagai perwujudan timbal balik sehingga apa yang telah kita sampaikan itu dianggap penting. Dukungan kader yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan baik fisik maupun psikologis yang diberikan kader terhadap ibu hamil, karena kader adalah sebagai tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat sebagai penggerak atau promotor kesehatan. Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu. Dukungan sosial berupa tindakan yang bersifat membantu melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan instrument dan penilaian positif pada individu dalam menghadapai permasalahannya. Dukungan kader kesehatan antara lain bersumber dari pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja dan organisasi komunitas (Sarafino, 2006). Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atai semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin, 2006). Dukungan kader dalam hal ini berupa kader memberikan informasi dan pemahaman tentang pentingnya melakukan tes HIV/AIDS. Pada penelitian ini juga ditemukan responden yang tidak mendapat dukungan dari kader, hal ini terjadi karena kurangnya perhatian kader kepada ibu hamil bisa karena faktor minimnya tingkat pengetahuan kader mengenai pentingnya melakukan tes HIV/AIDS, walupun kader tersebut sudah diberikan sosialisasi di Puskesmas akan tetapi pada saat kegiatan sosialisasi berlangsung ada sebagian kader yang paham dengan apa isi sosialisasi tersebut dan sebaliknya karena terlalu banyak kader yang hadir sehingga kader tidak terlalu memperhatikan apa yang disampaikan oleh tenaga kesehatan yang berwenang di program tes HIV/AIDS dan menganggap hal tersebut tidak penting dan serius. 2.
Tes HIV/AIDS Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Hasil penelitian 72 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 41 responden (56,9%) dan sebagian kecil tidak melakukan te HIV/AIDS sebanyak 31 responden (43,1%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang melakukan tes HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 6
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
dalam kategori kurang. Hal ini dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rifka A (2016) tentang dukungan suami pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan VCT, ibu hamil yang periksa VCT sebanyak 81,7%. Ibu yang melakukan tes HV/AIDS dengan alasan karena ibu ingin mengetahui hasil tes HIV/AIDS guna mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Begitu pula pada ibu hamil yang tidak melakukan tes HIV/AIDS dikarenakan kader kesehatan tidak menekankan secara jelas akan pentingnya melakukan tes HIV/AIDS bagi ibu hamil sehingga ibu hamil tidak terlalu memperhatiakan hal tersebut, selain itu juga ibu hamil sibuk dengan pekerjaan rumah, ibu harus bekerja dan tidak ada yang mengantarnya dikarenakan suami sibuk bekerja dimana pekerjaan suami yang mengharuskan suami untuk meninggalkan rumah selama berhari-hari. Menurut asumsi peneliti bahwa ibu hamil yang mau melakukan tes HIV/AIDS dapat dilakukan lebih secara teratur dimana untuk mengetahui kondisi kesehatan baik ibu maupun janin, dan lebih dini mengetahui resikoresiko yang akan terjadi sehingga akan ditangani secara tepat apabila terjadi komplikasi pada kehamilan. Oleh karena itu tes HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara memberi dukungan informasi dan instrumental. Dukungan informasi yang diberikan antara lain kader kesehatan memberikan informasi pada ibu hamil tentang tes HIV/AIDS, kader menyampaikan informasi tes HIV/AIDS secra lisan dan kader menyampaikan tes HIV/AIDS itu untuk mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak secara dini. Dukungan instrumental yang diberikan antara lain kader mengantar ibu hamil melakukan tes HIV/AIDS. Tes HIV/AIDS adalah pemeriksaan rutin yang ditawarkan kepada ibu hamil. Tes HIV/AIDS merupakan sebuah penegaskan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau dikenal dengan Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT) yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari infeksi HIV. Adapun program pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak meliputi pelayanan pra persalinan dan pasca persalinan serta layanan kesehatan anak. Pelayanan KIA bisa menjadi pintu masuk upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak bagi seorang ibu hamil. Screening HIV serta Infeksi Menular Seksual (IMS) harus ditawarkan kepada ibu hamil sesuai dengan kebijakan dan harapannya dengan kesadaran sendiri ibu berkenan untuk di tes serta sukarela untuk melakukannya (Kemenkes RI, 2011). Program PPIA/PMTCT merupakan sebuah upaya yang penting yaitu suatu upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia serta Program KIA dengan melakukan intervensi pencegahan penularan yang dalam pelaksanaanya meliputi kegiatan 4 Prong yaitu : prong 1 : pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi; prong 2 : pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif; prong 3 : pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya; dan prong 4 : pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta anak dan keluarganya (Kemenkes RI, 2011). 7
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
Analisa Bivariate 1. Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dukungan kader kesehatan baik sebanyak 40 responden (100,0%) sedangkan yang melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 28 responden (70,0%) dan yang tidak melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 12 responden (30,0%). Sedangkan dengan dukungan kader kesehatan kurang sebanyak 32 responden (100,0%) sedangkan yang melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 13 responden (40,6%) dan yang tidak melakukan tes HIV/AIDS sebanyak 19 responden (59,4%). Berdasarkan uji statistik Chi Square diperoleh nilai 2 hitung 5,116 dengan nilai p-value 0,024. Oleh karena itu p-value disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan kader kesehatan dengan tes HIV/AIDS pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dukungan kader kesehatan baik dan melakukan tes HIV/AIDS dapat dilihat dari jawaban responden pada kuesioner tentang dukungan informasional yaitu kader memberikan informasi pada ibu hamil tentang tes HIV/AIDS sebanyak 62 responden (86,1%). Dukungan kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dikatakan baik karena kader sudah diberikan sosialisasi tentang pentingnya tes HIV/AIDS. Sehingga kader kesehatan dalam memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk melakukan tes HIV/AIDS yaitu dengan melakukan sosialisasi tentang pentingnya melakukan tes HIV/AIDS bagi ibu hamil yang mempunyai faktor resiko MTCT, oleh karena itu tes HIV/AIDS sangat penting untuk menurunkan bahkan mencegah kejadian penularan HIV/AIDS dari ibu hamil kepada janinnya atau dinyatakan sebagai program PPIA.\ Mengingat peran kader adalah sebagai penggerak masyarakat (community mobilization). Kader berperan dalam pelayanan KIA khususnya pada ibu hamil yang mempunyai faktor resiko tertularnya HIV/AIDS, maka sosialisasi dan pelaksanaan PPIA/PMTCT harus dilaksanakan. Sehingga kader mendukung ibu hamil dengan cara memberikan sosialisasi tes HIV/ AIDS bagi ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tersebut sangat penting untuk menurunkan bahkan mencegah kejadian penularan HIV/AIDS dari ibu hamil kepada janinnya atau dinyatakan sebagai program PPIA/PMTCT. (Kemenkes RI, 2011). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rifka A (2016) yang menunjukkan ada hubungan antara dukungan suami dengan pemeriksaan ibu hamil melakukan VCT di wilayah kerja Puskesmas Duren Dukungan kader kurang terhadap tes HIV/AIDS sejumlah 32 responden (44,4%), hal ini dikarenakan kader tidak memberikan dukungan emosional yaitu kader tidak memberikan pujian pada ibu hamil yang telah melakukan tes 8
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
HIV/AIDS sehingga ibu hamil yang telah diberikan informasi tentang pentingnya melakukan tes HIV/AIDS tersebut menganggap hal tersebut tidaklah penting dan serius yang akan mempengaruhi kehamilannya, disisi lain ibu hamil merasa bahwa dirinya dalam keadaan baik, sehat dan tidak mengidap penyakit menular tersebut yaitu HIV/AIDS. Dan ibu hamil yang melakukan tes HIV/AIDS dengan dukungan kader kesehatan kurang sejumlah 13 responden (18,2%), walaupun kader tidak memberi dukungan pada ibu hamil untuk melakukan tes HIV/AIDS ibu hamil tetap melakukan tes HIV/AIDS sendiri karena menganggap bahwa tes HIV/AIDS itu penting untuk mencegah secara dini penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Dukungan kader baik terhadap tes HIV/AIDS sejumlah 40 responden (55,6%) hal ini dikarenakan ibu hamil berkeinginan untuk mengetahui dirinya positif atau negatif HIV/AIDS guna mencegah terjadinya penularan dari ibu ke anak pada saat hamil. Dukungan kader baik dengan ibu hamil melakukan tes HIIV/AIDS sejumlah 28 responden (22,8%), hal ini dikarenakan dengan dukungan yang diberikan kader memberikan informasi tentang tes HIV/AIDS itu penting guna mencegah secara dini terjadinya penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak secara lisan sehingga ibu hamil merasa tindakan tersebut sangat penting dan termotivasi. Dan ibu hamil yang tidak melakukan tes HIV/AIDS sejumlah 12 responden (17,2%) hal ini dikarenakan ibu hamil merasa takut mengetahui hasil tes HIV/AIDS dan merasa dirinya dalam keadaan baik, sehat dan tidak menderita penyakit menular tersebut. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua kontruksi yang cukup kompleks, dimana motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat juga diarahkan oleh motivasi yang berbeda, motivasi juga mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu dan kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan. Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan, dan pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Apabila dalam hal ini kader kesehatan tidak memberikan motivasi, dorongan atau support dan tidak menjalin hubungan yang baik antara kader kesehatan dengan ibu, maka tidak ada tindakan timbal balik yang dilakukan oleh ibu hamil untuk melakukan tes HIV/AIDS. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sarafino (2006), dukungan kader kesehatan didasarkan pada teori dukungan sosial, dikarenakan dukungan sosial dapat bersumber dari pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja dan organisasi komunitas. Dukungan sosial juga mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu. Dukungan sosial berupa tindakan yang bersifat membantu melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan instrument dan penilaian positif pada individu dalam menghadapai permasalahannya.
9
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
DAFTAR PUSAKA Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatek. Jakarta. Rineka Cipta. Departemen Kesehatan RI. (2012). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Departemen Kesehatan RI. (2012). Konseling dan Tes HIV Atas Prakarsa Petugas Kesehatan : Pedoman Penerapan. Indonesia Partnership Found For HIV/AIDS, 2015. Kementerian Kesehatan. (2011). Pedoman Penerapan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Sarana Kesehatan /PITC. Kementerian kesehatan RI. (2011). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pencegahan Penularan Hiv Dari Ibu Ke Anak. Jakarta. Kemenkes RI. (2011). Subdirektorat AIDS dan PMS. Laporan Triwulan Kasus HIV-AIDS Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (2010). Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS. 2010-1014. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Novi A, 2014. Peran kader kesehatan dalam pembinaan wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi sunan kuning. Uiversitas Negeri Semarang. Poerwadarminta, 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai. Pustaka. Puskesmas Bergas (2015). Data kasus HIV/AIDS. Sarafino E. P. (2006). Health Psychology. Biopsychososcial Interactions, Cetakan Ketujuh, USA. p. cm. 10
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
Sekretaris Komisi Penaggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Tengan, 2010. Sekretaris Komisi Penaggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Tengan, 2015. Setiawan, A. 2011. Metodologi penelitian kebidanan. Yogyakarta : nuha medika. Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, Bandung : CV. Alfabeta. Suyanto dan Salamah, U. 2009. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendikia. Yulifah, R dan Yuswanto (2006). Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta.
11
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
2
Hubungan Antara Dukungan Kader Kesehatan Dengan Tes HIV/AIDS Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang