KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DI PUSKESMAS BERGAS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan
OLEH EKA SUKMANINGRUM 040113a015
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANNGUDI WALUYO 2016
KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DI PUSKESMAS BERGAS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan
OLEH EKA SUKMANINGRUM 040113a015
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANNGUDI WALUYO 2016
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Program Studi D III Kebidanan KTI, Agustus 2016 Eka Sukmaningrum (040113a015) Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS Di Puskesmas Bergas (xix + 90 halaman + 2 bagan + 17 tabel + 10 lampiran) ABSTRAK Kejadian HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 71 ibu hamil yang terinfeksi HIV dari jumlah yang diperiksa sebanyak 534 orang, sedangkan 2014 meningkat menjadi 91 orang. HIV/AIDS mudah menyerang kelompok beresiko seperti ibu hamil, penyebab meningkatnya kejadian HIV/AIDS ini di karenakan beberapa factor yaitu pengetahuan HIV/AIDS yang kurang, perilaku hubungan seksual bergonta ganti pasangan, dan tidak memakai kondom. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS di Puskesmas Bergas kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas Bergas. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling sebanyak 38 responden . pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis statistik menggunakan analisis distribusi frekuensi. hasil penelitian diperoleh pengetahuan ibu hamil sebagian besar dalam kategori kurang sejumlah 16 responden (42,1%), pengetahuan ibu hamil tentang definisi dalam kategori baik sejumlah 21 responden (55,2%), pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala HIV/AIDS dalam kategori kurang sejumlah 17 responden (44,7%), pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan HIV/AIDS dalam kategori baik sejumlah 20 responden (52,6%), pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan ibu hamil tentang HIV/AIDS dari ibu ke anak dalam kategori kurang sejumlah 16 responden (42,1%), pengetahuan ibu hamil tentang deteksi HIV/AIDS dalam kategori kurang sejumlah 17 responden (44,7%). Diharapkan petugas kesehatan hendaknya meningkatkan pengetahuan ibu hamil dengan cara memberikan konseling tentang HIV/AIDS setiap ibu hamil yang datang ke puskesmas bergas dengan menggunakan leaflet/lembar balik. Kata kunci : pengetahuan, ibu hamil, HIV/AIDS Kepustakaan : 25 kepustakaan (2005-2015)
ii
Ngudi Waluyo School of Health Ungaran Diploma III of Midwifery Study Program Scientific Paper, August 2016 Eka Sukmaningrum (040113a015) The Description of Pregnant Women’s Knowledge about HIV/AIDS at Puskesmas Bergas Semarang Regency (xix + 90 halaman + 2 bagan + 17 tabel + 10 lampiran) ABSTRACT Background: Understanding about HIV/AIDS is very important for pregnant women because they will be earlier to assess the pattern of life, the signs of symptoms, prevention of HIV/AIDS transmission from mother to child, so it can reduce the maternal mortality rate due to infectious diseases of HIV/AIDS. The HIV/AIDS cases in Central Java Province are mostly in the age group of 2535 years. Purpose: This study is aims to find the description of pregnant women knowledge about HIV/AIDS at Puskesmas Bergas Semarang Regency Method: This was a quantitative descriptive study. The population in this study was all pregnant women at Puskesmas Bergas. The data sampling used accidental sampling technique. The data were collected by using questionnaires. The data analysis used univariate analysis. Result: The results of this study indicate that the level of knowledge of pregnant women about HIV/AIDS is mostly in the category of poor as many as 14 respondents (36.8%), in the category of sufficient as many as 8 respondents (21.1%), and in the category of good as many as 14 respondents (36.8%). Conclusion: Based on the results of this study it is concluded that the level of knowledge of pregnant women about HIV/AIDS at Puskesmas Bergas Semarang Regency still lack so that it is needed to socialize about HIV/AIDS by making approaches on the mothers. Recommendation: The pregnant mothers are expected to improve their knowledge about HIV/AIDS to seek more information and intensifying the efforts to prevent HIV/AIDS transmission from mother to child by setting the time and interval of pregnancies. Keywords : Knowledge, Pregnant mothers, HIV/AIDS Bibliographies : 25 (2005-2015)
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas” yang disusun oleh: Nama
: Eka Sukmaningrum
NIM
: 040113a015
Program Studi
: DIII Kebidanan
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan.
Ungaran, Agustus 2016 Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
(Cahyaningrum, S.SiT.,M.Kes)
(Masruroh, S.SiT., M.Kes)
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDSDi Wilayah Kerja Puskesmas Bergas” yang disusun oleh: Nama
: Eka Sukmaningrum
NIM
: 040113a015
Program Studi
: DIII Kebidanan
Telah diujikan dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan dan diperbolehkan dilanjutkan pada tahap pengumpulan data. Ungaran,
Agutus 2016
TIM PENGUJI Ketua Tim Penguji
Cahyaningrum, S.SiT., M.Kes Anggota Penguji
Luvi Dian Afriani, S.SiT., M.Kes Anggota Penguji
Masruroh, S.SiT., M.Kes Mengesahkan Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Luvi Dian Afriani, S.SiT., M.Kes
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas” dengan baik tanpa halangan suatu apapun. Keberhasilan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti akan mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Sugeng Maryanto, M.Kes selaku ketua STIKES Ngudi Waluyo. 2. Luvi Dian Afriani, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo 3. Cahyaningrum, S.SiT, M.Kes selaku pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan dan mendukung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Masruroh,S.SiT, M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran dan perhatian dalam membimbing, mengarahkan dan dukungan pada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Yulia Nur Khayati, S.SiT, selaku Wali Kelas Program Studi D III Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo. 6. Semua Pihak Puskesmas Bergas yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 7. Seluruh dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan. 8. Orang tua yang senantiasa memberikan doa serta dukungan moral dan materil sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, karena keterbatasan kemampuan dan waktu yang penulis miliki, akhir kata peneliti berharap mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Ungaran,
Agustus 2016
Penulis
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Nama
: Eka Sukmaningrum
Tempat, tanggal lahir
: Tegal, 22 Januari 1995
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Kertayasa RT 02 RW 02 Kec. Kramat Kab. Tegal
B. Riwayat Pendidikan: 1. SD N Kertayasa 02
: Lulus Tahun 2007
2. SMP N 02 Kramat
: Lulus Tahun 2010
3. SMA N 01 Kramat
: Lulus Tahun 2013
4. Prodi DIII Kebidanan STIKES N WU 2013 : Sekarang
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Eka Sukmaningrum
NIM
: 040113a015
Program Studi
: Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Karya Tulis Ilmiah yang berjudul, “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas” adalah hasil karya ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun di perguruan tinggi manapun 2. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber 3. Karya Tulis Ilmiah ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh dan sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di STIKES Ngudi Waluyo. Semarang,
Agustus 2016
Eka Sukmaningrum 040113a015
ix
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Eka Sukmaningrum
NIM
: 040113a015
Program Studi
: Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Menyatakan memberi kewenangan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo untuk menyimpan, mengalih media atau format akan, merawat, dan mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah saya dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas” untuk kepentingan akademis.
Semarang,
Agustus 2016
Eka Sukmaningrum 040113a015
x
MOTTO
Kesuksesan Itu Bukanlah Akhir Segalanya, Tapi Hanya Sebuah Pencapaian Gagal setelah mencoba akan jauh lebih baik daripada tak pernah mencoba
xi
PERSEMBAHAN Segala puji syukur hanya untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan hidayah, inayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk orang – orang teristimewa dikehidupan saya : 1. Bapakku (Suparjo) dan ibu (Sriwati), yang sangat saya cintai yang selalu memberikan kasih sayangnya, semangat yang tiada henti-hentinya
yang
membuat saya senantiasa tersenyum ketika menangis terimakasih banyak atas semuanya dan terimakasih atas dukungan moral dan material sehingga karya tulis ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik. 2. Untuk Bu Cahyaningrum, S.Sit., M.Kes selaku pembimbing satu saya terimakasih telah membimbing saya dengan sabar 3. Untuk Bu Masruroh, S.Sit., M.Kes selaku pembimbing dua saya terimakasih atas bimbingannya selama ini 4. Untuk Bu Luvi Dian Afriyani, S.Sit., M.Kes selaku penguji terimakasih banyak bu 5. Untuk teman-teman ku khususnya O4 (Dewi, Tya, Hilma, Sekti) yang selalu memberikan semangat dan support setiap harinya. 6. Untuk adik-adik ku (Arum, Dewi, Alif) yang saya sayangi terimakasih atas semangatnya 7. Untuk mas Arip dan mas Taqim terimakasih buat bantuannya yang mengedit KTI saya sampai lembur larut malam terimakasih banyak.
xii
DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................................
i
Abstrak .......................................................................................................
ii
Abstract ......................................................................................................
iii
Halaman Persetujuan ..................................................................................
iv
Halaman Pengesahan ..................................................................................
v
Kata Pengantar ............................................................................................
vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................
viii
Pernyataan Keaslian Peneitian ...................................................................
ix
Kesediaan Publikasi ...................................................................................
x
Motto ..........................................................................................................
xi
Persembahan ..............................................................................................
xii
Daftar Isi .....................................................................................................
xiii
Daftar Tabel ...............................................................................................
xvi
Daftar Bagan ..............................................................................................
xviii
Daftar Lampiran .........................................................................................
xix
Bab I
Pendahuluan ..................................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
7
E. Rumusan Masalah ...................................................................
8
xiii
Bab II
Tinjauan Pustaka ...........................................................................
9
A. Pengetahuan ............................................................................
9
B. HIV / AIDS .............................................................................
18
C. Kehamilan ...............................................................................
46
D. Kerangka Teori .......................................................................
53
E. Kerangka Konsep ....................................................................
53
Bab III Metode Penelitian .........................................................................
54
A. Desain Penelitian ....................................................................
54
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
54
C. Populasi dan Sampel ...............................................................
54
D. Variabel Penelitian ..................................................................
55
E. Definisi Operasional ...............................................................
56
F. MetodePengumpulan Data ......................................................
58
G. Alat Penelitian ........................................................................
59
H. Tahap-tahap Pengumpulan Data .............................................
62
I. Etika Penelitian .......................................................................
63
J. Pengolahan Data .....................................................................
64
K. Analisa Data ............................................................................
66
L. Jadwal Penelitian ....................................................................
66
Bab IV Hasil Penelitian ............................................................................
67
A. Karakteristik Responden ........................................................
67
B. Analisis Univariat ..................................................................
69
Bab V Pembahasan ..................................................................................
76
A. Analisa Univariat ...................................................................
76
xiv
Bab VI Penutup ........................................................................................
89
A. Kesimpulan ............................................................................
89
B. Saran ......................................................................................
89
Daftar Pustaka Lampiran
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Waktu dan Resiko Penularan HIV dari Ibu Ke Anak ................
29
Tabel 3.1
Definisi Operasional ....................................................................
56
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner ......................................................................
59
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Hamil yang Berkunjung di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang .........
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan PendidikanIbu Hamil yang Berkunjung di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang .........
Tabel 4.3
68
Distribusi Frekuensi Berdasarkan PekerjaanIbu Hamil yang Berkunjung di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang .........
Tabel 4.4
67
68
Distribusi Frekuensi Berdasarkan PengetahuanIbu Hamil tentang Definisi HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang .....................................................................................
Tabel 4.5
Distribusi
Frekuensi
jawaban
responden
69
berdasarkan
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Definisi HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang .................................. Tabel 4.6
69
Distribusi Frekuensi Berdasarkan PengetahuanIbu Hamil tentang Tenda dan Gejala HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang ..................................................................
Tabel 4.7
Distribusi
Frekuensi
jawaban
responden
70
berdasarkan
PengetahuanIbu Hamil tentang Tenda dan Gejala HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang ..............................
xvi
70
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan PengetahuanIbu Hamil tentang Cara Penularan HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang ..................................................................
Tabel 4.9
Distribusi
Frekuensi
jawaban
responden
71
Berdasarkan
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Cara Penularan HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang ..................................
71
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan PengetahuanIbu Hamil tentang Cara Pencegahan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang .................................. Tabel 4.11 Distribusi
Frekuensi
jawaban
responden
72
Berdasarkan
PengetahuanIbu Hamil tentang Cara Pencegahan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang ..
73
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan PengetahuanIbu Hamil tentang Deteksi HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang ..................................................................................... Tabel 4.13 Distribusi
Frekuensi
jawaban
responden
74
berdasarkan
PengetahuanIbu Hamil tentang HIV/AIDS di Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang .....................................................
74
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan PengetahuanIbu Hamil tentang
HIV/AIDS
di
Puskesmas
Bergas,
Kabupaten
Semarang .....................................................................................
xvii
75
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Kerangka Teori ......................................................................
53
Bagan 2.2
Kerangka Konsep ...................................................................
53
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 2.
Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 3.
Lembar Kuesioner
Lampiran 4.
Surat ijin studi pendahuluan
Lampiran 5.
Surat ijin uji validitas
Lampiran 6.
Surat ijin penelitian
Lampiran 7.
Data uji validitas
Lampiran 8.
Data hasil penelitian
Lampiran 9.
Lembar jadwal penelitian
Lampiran 10. Lembar konsul
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama.Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS (Chris 2009) Acquired Immune Deviciency Syndrome (Sindrom Defisiensi Imun Dapatan), adalah satu kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh virus HIV atau Human Immunodeficiency virus. Jadi, secara mudahnya dapat kita simpulkan bahwa HIV adalah virus yang menyebabkan timbulnya penyakit AIDS. Sedangkan AIDS sendiri merupakan definisi klinis yang di berikan orang kepada orang yang terinfeksi HIV (Silvianti 2010) Berdasarkan
data
WHO/UNAIDS
(2012),
menyatakan
bahwa
HIV/AIDS telah menyebar luas hampir seluruh dunia. Dalam dasawarsa terakhir telah terjadi penyebaran secara secara endemi dan peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS secara tajam. Data tersebut menggambarkan 33,4 juta orang mengidap HIV/AIDS,munculnya infeksi baru 2,7 juta dan kejadian kematian berjumlah 2 juta orang.
1
2
Jumlah penderita penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquaired Immune Deficiency Syndrome) di dunia, baik pada orang dewasa maupun anak semakin meningkat jumlahnya setiap tahun.Diduga jumlah kasus HIV/AIDS ini menyerupai fenomena gunung es, yaitu kasus yang diketahui hanya sekitar 1/10 dari jumlah kasus yang sebenarnya (Gemari, 2010 dalam Yopan, 2012). UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Sejak HIV menjadi pandemi di dunia, diperkirakan 5,1 juta anak di dunia terinfeksi HIV. Setiap tahun sekitar 400.000 bayi dilahirkan terinfeksi HIV akibat penularan dari ibu ke anak (penularan vertical). Penyebab HIV/AIDS adalah infeksi oleh virus HIV,yang menyerang system kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin banyak yang rusak. Penderita HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada tahap akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kumankuman yang secara normal bisa dilawannya dengan mudah. Infeksi HIV ditularkan melalui hubungan badan dan kontak dengan penderita HIV,seperti lewat jarum suntik,bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV, menerima transfusi darah yang terinfeksi, serta transplantasi organ tubuh. Walaupun HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, namun ternyata dalam penyebarannya sangat dipengaruhi oleh pola perilaku dan gaya hidup seseorang (Yuwono,2007dalam Widodo,E.2009)
3
Penularan
HIV/AIDS
terjadi
sangat
tinggi
karena
hubungan
seksual,selalu bergonta-ganti pasangan,tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual dengan orang dengan HIV positif. Juga karena fenomena gunung es yang dalam kenyataannya di masyarakat terselubung dan lebih tertutup keberadaannya,hal ini sangat menjadi kekhawatiran akan dapat meningkatnya resiko seseorang yang berhubungan seks dengannya terkena HIV/AIDS. Melakukan tes HIV pada ibu hamil HIV penting bagi ibu hamil karena dapat diketahui salah satu faktor risiko penularan HIV (Human Immunodeficency Virus) adalah penularan dari ibu dengan HIV positif kepada anaknya bisa terjadi selama kehamilan, persalinan (kontak jaringan halus bayi terhadap darah dan cairan vagina maupun selama menyusui. Pada ibu hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa ibu, tetapi juga merupakan ancaman bagi anak yang dikandungnya. Lebih dari 90% kasus anak dengan HIV, mendapatkan infeksi dengan cara penularan dari ibu ke anak (mother-to-child transmission/MTCT). Pada tahun 2014 terdapat 268.308 ibu hamil yang di tes HIV dan hasilnya menunjukkan 2.061 ibu hamil tersebut positif HIV (Kemenkes, 2014). Penularan HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayinya dengan tiga cara yaitu di dalam uterus (lewat plasenta), sewaktu persalinan dan melalui air susu ibu. Pada bayi yang menyusui kira-kira separuhnya transmisi terjadi sewaktu sekitar persalinan, sepertiganya melalui menyusui ibu dan sebagian kecil di dalam uterus. Bayi terinfeksi yang tidak disusui ibunya, kira-kira dua pertiga
4
dari transmisi terjadi sewaktu atau dekat dengan persalinan dan sepertiganya di dalam uterus (Ayu, 2012). Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara, mulai saat hamil, saat melahirkan, dan setelah lahir yaitu penggunaan antiretroviral selama kehamilan,penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi-bayi yang baru lahirkan,penatalaksanaan selama menyusui. Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV memperlihatkan antibody terhadap virus tersebut hingga 10 sampai 18 bulan setelah lahir karena penyaluran IgG anti-HIV ibu menembus plasenta. Karena itu, uji terhadap serum bayi untuk mencari ada tidaknya antibodi IgG merupakan hal yang sia-sia, karena uji ini tidak dapat membedakan antibody bayi dari antibody ibu. Sebagian besar dari bayi ini, seiring dengan waktu, akan berhenti memperlihatkan antibody ibu dan juga tidak membentuk sendiri antibody terhadap virus, yang menunjukkan status seronegatif. Pada bayi, infeksi HIV sejati dapat diketahui melalui pemeriksaan-pemeriksaan seperti biakan virus, antigen p24, atau analisis PCR untuk RNA atau DNA virus. PCR DNA HIV adalah uji virologik yang dianjurkan karena sensitive untuk mendiagnosis infeksi HIV selama masa neonatus (Yopan, 2012). Berdasarkan data di Indonesia, hingga Maret 2011, jumlah anak penderita HIV/AIDS mencapai 1.119 orang, dengan jumlah penderita dibawah lima tahun dilaporkan mencapai 514 anak (Depkes, 2011 dalam Yopan, 2012). Dilaporkan juga sebanyak 34 anak usia bawah lima tahun (balita) di propinsi Papua positif mengidap infeksi HIV (Judarwanto, 2010 dalam Yopan, 2012).
5
Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan berdasarkan data 2013 terdapat 71 orang ibu hamil yang terinfeksi HIV dari jumlah yang diperiksa sebanyak 534 orang, sedangkan 2014 meningkat menjadi 91 orang. Berdasarkan data Kasus HIV-AIDS di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan, hingga Desember 2014 telah dilaporkan 10.840 kasus dengan rincian HIV : 5.871 kasus dan AIDS : 4.933 kasus , dengan angka kematian sebanyak 1.062 (21.53%). (Dinkes Jateng, 2014) Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang dalam tahun 2015 ada 114 orang yang positif HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS banyak terjadi pada laki-laki usia produktif dan 533 ibu hamil yang mengikuti VCT. Dari hasil pemeriksaan tersebut ada 3 ibu hamil yang positif HIV.
Dilihat berdasarkan wilayah kerja puskesmas di Kabupaten
semarang Kasus HIV/AIDS pada ibu hamil terdapat di Puskesmas Duren dan Puskesmas Bergas. Kasus HIV/AIDS pada ibu hamil yang terbanyak di Puskesmas Bergas dibandingkan Puskesmas Duren. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Bergas tahun 2015 jumlah ibu hamil di wilayah kerja puskesmas bergas dari 13 desa terdapat 442 jumlah ibu hamil.dari jumlah tersebut ada 2 ibu hamil yang positif HIV. Dan pada Januari 2016 terdapat 1 ibu hamil yang positif HIV. Upaya yang dilakukan di Puskesmas Bergas untuk mengetahui dan mencegah HIV/AIDS di Puskesmas Bergas yaitu dilakukan penyuluhan dan penyebar luasan informasi tentang HIV/AIDS serta mempunyai Program wajib pemeriksaan tes darah atau VCT pada ibu hamil yang dilakukan oleh Puskesmas Bergas.
6
Dalam pemeriksaan ada pemberian konseling sebelum pemeriksaan tes darah dan pemberian setelah pemeriksaan tes darah. Ibu hamil sejumlah 442, sedangkan yang mengikuti hanya 25% yaitu 110 ibu hamil. Sehingga ibu hamil yang mengikuti program pemeriksaan sudah mengetahui tentang HIV/AIDS dan cara pencegahannya. Namun ada juga ibu hamil yang tidak mengetahui karena kurang memperhatikan saat dalam pemberian informasi yangdiberikan oleh tenaga kesehatan. Fenomena yang terjadi pada ibu hamil yang mengikuti program pemeriksaan VCT di Puskesmas Bergas, tidak semuanya tahu tentang resiko HIV/AIDS pada ibu hamil, sehingga ibu hamil yang tidak mengetahui tentang HIV/AIDS akan beresiko menularkan ke bayinya. Tingkat pengetahuan seseorang ini dapat mempengaruhi pada perilakunya,
apabila
seseorang
mempunyai
pengetahuan
baik
maka
perilakunnya baik, akan tetapi apabila pengetahuan seseorang kurang maka perilakunya kurang (Notoadmodjo, 2010) Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 ibu hamil di puskesmas Bergas, 6 ibu hamil mengatakan mereka belum mengetahui tentang cara penularan HIV/AIDS saat mereka berhubungan seksual dengan suami, sedangkan 1 ibu hamil mengatakan sudah mengetahui tentang HIV/AIDS tetapi pencegahan HIV/AIDS dengan pemeriksaan darah masih belum dilakukan, dan 1 ibu hamil mengatakan sudah mengetahui tentang HIV/AIDS dari pengertian,cara penularan,dan pencegahannya karena sudah mengikuti program wajib pemeriksaan tes darah di Puskesmas Bergas.
7
Berdasarkan data dan fenomena diatas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDA di puskesmas Bergas”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan “Bagaimana pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Bergas tentang HIV/AIDS?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran pengetahuan pada ibu hamil tentang HIV/AIDS 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil tentang devinisi HIV/AIDS b. Mendeskripsikan tanda gejala HIV/AIDS pada ibu hamil c. Mendeskripsikan cara penularan HIV/AIDS pada ibu hamil. d. Mendeskripsikan
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
pencegahan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke Anak . e. Mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil tentang deteksi HIV/AIDS.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu hamil Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dan cara penularannya.
8
2. Bagi petugas kesehatan Petugas kesehatan yaitu dinas kesehatan, dokter, perawat, fisioterapis, psikolog dan tenaga kesehatan lainnya mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS. 3. Bagi peneliti a. Dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis peneliti. b. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS.
E. Rumusan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini mengenai gambaran pengetahuan Ibu hamil tentang HIV/AIDS.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Fitriani, 2011). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuanya adalah selalu terdiri dari atas unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu
9
10
manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu (Surajiyo, 2010) 2. Tingkatan pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2011), Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan lain-lain. b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
obyek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
11
c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi rill atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu subyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama yang lainya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, dapat membedakan, memisahkan dan mengelompokkan e. Sintesis (Syntesis) Sintesis
menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan tau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanankan, dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi, penilaian –
12
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria tersendiri, atau menggunakan criteria-kriteris yang ada. g. Jenis-Jenis Pengetahuan Menurut Surajiyo (2010), pengetahuan dibagi atas, antara lain : 1) Pengetahuan non ilmiah Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan caracara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai barang sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan seharihari. 2) Pengetahuan ilmiah Segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan
metode
ilmiah.
Pengetahuan
ilmiah
adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berfikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah. 3. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012), untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah):
13
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara-coba dan salah (trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban cara ini dilakukan, dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. 2) Cara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. 3) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal atau informal, para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
14
4) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman
merupakan
sumber
pengetahuan
atau
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis. 5) Cara akal sehat (Common sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. 6) Kebenaran melalui wahyu Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia 7) Kebenaran secara Intuitif Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
15
8) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi atau deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. 9) Induksi Induksi adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum.
Dalm
pembuatan
kesimpulan
berdasarkan
pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata atau hal-hal yang kongkret kepada hal-hal yang abstrak. 10) Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan
umum ke khusus. Proses
berpikir
deduktifini
berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus. b. Cara modern (ilmiah) Cara ini disebut metode pemilihan ilmiah atau lebih popular atau disebut dengan metodologi penelitian. Cara ini mula-mula
16
dikembangkan
oleh
Francis
Bacon
(1561-1626),
kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research method). 4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapt meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoatmodjo (2012), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Menurut Nursalam (2008), pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin muah menerima informasi.
17
2) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 3) Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2008), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hartati yang dikutip Nursalam (2008), semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip oleh Nursalam (2008), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengetahuannya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
18
pengetahuannya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dari mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 5. Pengukuran pengetahuan Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: a. Baik: Hasil presentase 76 %-100 % b. Cukup: Hasil presentase 56 %-75 % c. Kurag: Hasil presentase <56 %
B. HIV / AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS adalah Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan AcquiredIimmunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Perjalanan penyakit ini lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan secret vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana,2013).
19
AIDS merupakan akronim dalam bahasa inggris, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (Sindrom Defisiensi Imun Dapatan), adalah suatu kumpulan gejala yang timbul oleh virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Jadi, secara mudahnya dapat kita simpulkan bahwa HIV adalah virus yang menyebabkan timbulnya penyakit AIDS. Sedangkan AIDS sendiri merupakan devinisi klinis yang diberikan kepada orang yang terinfeksi HIV. Devinisi AIDS juga mencakup kondisi ketika jumlah CD4 dibawah 200 (suatu tes yang menghitung jumlah CD4, yaitu sel darah penyerang infeksi yang diserang dan dibunuh oleh HIV (Silvianti, 2010) 2. Etiologi Menurut Widoyono (2005). Pada Tahun 1983, ilmuwan perancis Montagmer mengisolasi virus dan pasien dengan gejala limfadenopati dan menemukan virus HIV, sehingga virus ini dinamakan Lymphadenopati Associated Virus (LAV). Pada tahun 1984, menenmukan virus human Tlymphotropic virus (HTLV-III) yang juga menyebabkan AIDS pada tahun 1986 di afrika ditemukan beberapa tipe HIV, yaitu HIV-1 yang sering menyerang manusia dan HIV-2 yang ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV termasuk subfamili lentivirinae dari famili Retroviridae. Asam nukleat dari famili retrovirus adalah RNA yang mampu DNA dan RNA. Enzim transcriptase reversi menggunakan RNA virus sebagai cetakan untuk membentuk DNA. DNA ini bergabung dengan kromosom
20
induk (sel limfosit T4 dan sel makrofag) yang berfungsi sebagai pengganda virus HIV. Secara sederhana sel HIV terdiri dari : a. Inti- RNA dan enzim transkriptase reversi (polymerase), protease, dan integrase. b. Kapsid – antigen p24 c. Sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp120 dan gp41) AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL, II, LAY, RAN. Yang nama ilmiahnya disebut Human immunodeficiency Virus (HIV) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. 3. Patofisiologi Menurut (Widoyono,2005), HIV menempel pada lmfosit sel induk melalui gp120 sehingga akan terjadi fusi membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dari RNA HIV melalui enzim polymerase. Enzim integrasi kemudian akan membantu DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk. DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk, akan membentuk RNA dengan fasilitas sel induk.Dalam sitoplasma akan diubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya mengamnbil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada system imun (imunosupresi) ini
21
akan menyebabkan pengurungan dan terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T. 4. Tanda-tanda terserang HIV Menurut Noviana (2013), gejala orang yang terkena HIV menjadi AIDS bias dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi): a. Gejala Mayor : 1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan 2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan. 3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. 4) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. 5) Demensia / HIV ensefalopati b. Gejala Minor : 1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan. 2) Dermatitis generalisata. 3) Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang. 4) Kandidas orofaringeal 5) Limfadenopati generalisata 6) Limfadenopati generalisata. 7) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita 5. Infeksi HIV Menurut Noviana (2013), HIV masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara vertical, horizontal dan transeksual. Jadi
22
HIV dapat mencapai sirkulasi sistematik secara langsung dan diperantai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak intake seperti yang terjadi kontak seksual. Begitu mencapai atau berada dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama HIV dapat dideteksi di dalam darah. a. HIV tidak menular melalui kontak social seperti : 1) Bersentuhan dengan pengidap HIV 2) Berjabat tangan dengan pengidap HIV 3) Berciuman, bersin dan batuk 4) Melalui makanan dan minuman 5) Gigitan nyamuk dan serangga lainnya 6) Berenang bersama ODHA di dalam kolam renang b. HIV mudah mati di luar tubuh karena terkena air panas, sabun dan bahan pencuci hama. c. Cara hubungan seksual yang paling rawan bagi penularan HIV dan AIDS menurut Noviana (2013), adalah sebagai berikut : 1) Anogenital pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke lubang dubur pasangan. 2) Anogenital aktif. Penis masuk ke lubang dubur mitra seksual pengindap HIV 3) Genetia-genetia pasif. Penis mitra seksual pengindap HIV masuk ke vagina
23
4) Genetia-genetia
aktif.
Penis
masuk
ke
vagina
mitra
seksualpengindap HIv 5) Senggama terputus dengan mitra pengindap HIV dan AIDS 6) Hubungan antara mulut pelaku seksual dengan kelamin mitra seksual pengindap HIV (orogenital) belum tentu aman. 6. Cara Penularan HIV Menurut (Kemenkes 2012) Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV) dapat masuk ke tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui (1) hubungan seksual, (2) penggunaan jarum yang tidak steril atau terkontaminasi HIV, dan (3) penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya, yang dikenal sebagai Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). a. Hubungan seksual Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan
dari semua cara penularan. Penularan melalui
hubungan seksual dapat terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk ke dalam tubuh seseorang,
24
seperti pada luka sayat/gores dalam mulut, perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital. b. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang terinfeksi Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditapis (uji saring) untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat menembus kulit. Kejadian di atas dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat penusuk/jarum, juga pada pengguna napza suntik (penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga terjadi pada proses transplantasi jaringan/organ di fasilitas pelayanan kesehatan. c. Penularan dari ibu-ke-anak Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus dapat ditularkan dari anaknya
selama
hamil,
ibu saat
yang
terinfeksi
HIV
persalinan dan menyusui.
kepada Tanpa
pengobatan yang tepat dan dini, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua. 7. Tanda dan Gejala Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1-2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti itu. Disaat fase infeksi Human immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan
25
terdapat
gejala
infeksi
opurtunistik,
yang
paling
umum
adalah
Pneumocystic Carinii (PCC), pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
prozoa,
infeksi
lain
termasuk
meningitis,
kandidiasis,
cytomegalovirus, mikrobakterial, dan atipikal. a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening,dan bercak merah ditubuh. b. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala diketahui oleh pemeriksa kadar Human immune-deficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif. c. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap,dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan. 8. Diagnosis a. HIV Menurut Widoyono (2007), ditemukannya antibody HIV dengan pemeriksaan ELISA perlu dikonfirmasi dengan wastern immunoblot. Tes HIV (+) sebanyak tiga kali dengan reagen yang berlainan merk menunjukkan pasien mengidap HIV.Pemeriksaan Laboratorium ada tiga jenis, yaitu : 1) Pencegahan donor darah, dilakukan satu kali oleh PMI. Bila positif disebut reaktif.
26
2) Serosurvei,
untuk
mengetahui
prevelansi
pada
kelompok
beresiko,dilaksanakan dua kali pengujian dengan reagen yang berbeda. 3) Diagnosis, untuk menegakkan diagnosis dilakukan tiga kali pengujian seperti yang sudah diterangkan di atas. WHO kini merekomendasikan pemeriksaan dengan repaid test (dipstick) sehingga hasilnya bias segera diketahui.Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut WHO), antara lain: 1) Kehilangan berat badan (BB) >10% 2) Diare kronik. 3) Demam >1 bulan. Sedangkan gejala minornya : a) Batuk menetap >1 bulan b) Dermatitis pruritis (gatal) c) Herpes zoster berulang. d) Kandidiasis orofaring. e) Herpes simpleks yang meluas dan berat f) Limfadenopati yang meluas. Tanda lainnya adalah : a) Sakroma Kaposi yang meluas b) Meningitis kriptokokal.
27
b. AIDS Minimal ada dua tanda mayor yang berhubungan dengan tanda minor tanda diketahui kasus imunosupresi lain seperti kanker dan malnutrisi berat,atau bila terdapat salah satu saja dari tanda lain. 9. Faktor Yang Berperan Dalam Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik. a. Faktor Ibu 1) Jumlah virus (viral load) Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat persalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml. 2) Jumlah sel CD4 Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV ke bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko penularan HIV semakin besar. 3) Status gizi selama hamil Berat badan rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama hamil meningkatkan risiko ibu untuk menderita
28
penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi. 4) Penyakit infeksi selama hamil Penyakit seksual,infeksi tuberkulosis,
infeksi
seperti
sifilis,
saluran reproduksi berisiko
infeksi
lainnya,
meningkatkan
menular
malaria,dan
jumlah virus dan risiko
penularan HIV ke bayi. 5) Gangguan pada payudara Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis,
abses,
dan luka
di
puting
payudara
dapat
meningkatkan risiko penularan HIV melalui ASI. b. Faktor Bayi 1) Usiakehamilan dan berat badan bayi saatlahir Bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih rentan tertular HIV karena sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan baik. 2) Periode pemberian ASI Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi akan semakin besar. 3) Adanya luka di mulut bayi Bayi dengn luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika diberikan ASI.
29
c. Faktor obstetrik Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Faktor obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak selama persalinan adalah: 1) Jenispersalinan Risiko penularan persalinan per vaginam lebih besar daripada persalinan melalui bedah sesar (seksio sesaria). 2) Lama persalinan Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinya kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu. 3) Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risikopenularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam. 4) Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan risiko penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi. 10. Waktu Dan Resiko Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak Tabel 2.1 Waktu dan Resiko Penularan HIV dari Ibu Ke Anak Waktu Selama Hamil Bersalin Menyusui (ASI) Resiko Penularan Keseluruhan
Resiko 5-10% 10-20% 5-20% 20-50%
30
11. Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak Menurut (Kemenkes, 2012) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dilaksanakan melalui kegiatan komprehensif yang meliputi empat pilar (4 prong), yaitu: a. PRONG 1: Pencegahan Penularan HIV Pada Perempuan Usia Reproduksi Langkah
dini
yang
paling
efektif
untuk
mencegah
terjadinya penularan HIV pada anak adalah dengan mencegah penularan HIV pada perempuan usia reproduksi 15-49 tahun (pencegahan
primer).
Pencegahan
primer
bertujuan
mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak secara dini, yaitu baik sebelum terjadinya
perilaku
hubungan seksual berisiko atau bila terjadi
perilaku seksual berisiko maka penularan masih bisa dicegah, termasuk mencegah ibu dan ibu hamil agar tidak tertular oleh pasangannya yang terinfeksi HIV. Upaya pencegahan ini tentunya harus dilakukan dengan penyuluhan dan penjelasan yang benar terkait penyakit HIV-AIDS, dan penyakit IMS dan didalam koridor kesehatan reproduksi. Isi pesan yang disampaikan tentunya harus memperhatikan usia, norma, dan adat istiadat setempat, sehingga proses edukasi termasuk peningkatan pengetahuan komprehensif terkait HIV-AIDS dikalangan remaja semakin baik.
31
Untuk menghindari perilaku seksual yang berisiko upaya mencegah penularan HIV menggunakan strategi “ABCD”, yaitu: A (Abstinence) artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah; B (Be Faithful) artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan); C (Condom)
artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom;
D (Drug No)
artinya dilarang menggunakan narkoba.
PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan primer antara lain: 1) Menyebarluaskan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang HIV-AIDS dan Kesehatan Reproduksi, baik secara individu maupun kelompok, untuk: a) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara menghindari penularan HIV dan IMS b) Menjelaskan manfaat mengetahui status atau tes HIV sedini mungkin c) Meningkatkan
pengetahuan
tatalaksana ODHA perempuan
petugas
kesehatan
tentang
32
d) Meningkatkan keterlibatan aktif keluarga dan komunitas untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif HIV dan IMS. 2) Mobilisasi masyarakat a) Melibatkan petugas lapangan (seperti kader kesehatan/PKK, PLKB, atau posyandu) sebagai pemberi informasi pencegahan HIV dan IMS kepada b) Masyarakat dan untuk membantu klien mendapatkan akses layanan kesehatan c) Menjelaskan tentang cara pengurangan risiko penularan HIV dan IMS, termasuk melalui penggunaan kondom dan alat suntik steril d) Melibatkan komunitas, kelompok dukungan sebaya, tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam menghilangkan stigma dan diskriminasi 3) Layanan tes HIV Konseling dan tes HIV dilakukan melalui pendekatan Konseling dan Tes atas Inisiasi Petugas Kesehatan (KTIP) dan Konseling
dan
Tes
Sukarela
(KTS),
yang merupakan
komponen penting dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Cara untuk mengetahui status HIV seseorang adalah melalui tes darah.
33
Prosedur
pelaksanaan
tes
darah
dilakukan
dengan
memperhatikan 3 C yaitu Counselling, Confidentiality,dan informed consent. Jika status HIV ibu sudah diketahui, a) HIV positif: lakukan intervensi PPIA komprehensif agar ibu tidak menularkan HIV kepada bayi yang dikandungnya b) HIV negatif: lakukan konseling tentang cara menjaga agar tetap HIV negatif Layanan konseling dan tes HIV diintegrasikan dengan pelayanan KIA sesuai dengan strategi Layanan Komprehensif Berkesinambungan, agar: a) Konseling dan tes HIV dapat ditawarkan kepada semua ibu hamil dalam paket pelayanan ANC terpadu, sehingga akan mengurangi stigma terhadap HIVAIDS; b) Layanan konseling dan tes HIV di layanan KIA akan menjangkau banyak ibu hamil, sehingga pencegahan penularan ibu ke anaknya dapat dilakukan lebih awal dan sedini mungkin. c) Penyampaian informasi dan tes HIV dapat dilakukan oleh semua petugas di fasilitas pelayanan kesehatan kepada semua ibu hamil dalam paket pelayanan Ancterpadu, sehingga akan mengurangi stigma terhadap HIV-AIDS. d) Pelaksanaan konseling dan tes HIV mengikuti Pedoman Konseling dan Tes HIV; petugas wajib menawarkan tes hIV
34
dan
melakukan
pemeriksaan
Ims, termasuk
tes
sifilis,
kepada semua ibu hamil mulai kunjungan antenatal pertama bersama dengan pemeriksaan laboratorium lain untuk ibu hamil (inklusif dalam paket pelayanan ANC terpadu). e) Tes
HIV
ditawarkan
juga
bagi
pasangan
laki-laki
perempuan dan ibu hamil yang dites (couple conselling); f) Di setiap jenjang layanan kesehatan yang memberikan layanan PPIA dalam paket pelayanan KIA, harus ada petugas yang mampu melakukan konseling dan tes HIV; g) Di layanan KIA, konseling pasca tes bagi perempuan HIV negatif difokuskan pada informasi dan bimbingan agar klien tetap HIV negatif selama kehamilan, menyusui dan seterusnya; h) Konseling penyampaian hasil tes bagi perempuan atau ibu hamil yang HIV positif juga memberikan kesempatan untuk dilakukan konseling berpasangandan penawaran tes HIV bagi pasangan laki-laki; i) Pada setiap jenjang pelayanan kesehatan, aspek kerahasiaan ibu hamil ketika mengikuti proses konseling sebelum dan sesudah tes HIV harus terjamin; j) Menjalankan konseling dan tes HIV di klinik KIA berarti mengintegrasikan juga program HIV-AIDS dengan layanan lainnya, seperti pemeriksaan rutin untuk IMS, pengobatan
35
IMS, layanan kesehatan reproduksi, pemberian gizi tambahan, dan keluarga berencana; k) Upaya pengobatan IMS menjadi satu paket dengan pemberian kondom sebagai bagian dari upaya pencegahan. 4) Dukungan untuk perempuan yang HIV negatif a) Ibu hamil yang hasil tesnya HIV negatif perlu didukung agar status dirinya tetap HIV negatif; b) Menganjurkan agar pasangannya menjalani tes HIV; c) Membuat pelayanan KIA yang bersahabat untuk pria, sehingga mudah dan dapat diakses oleh suami/pasangan ibu hamil; d) Mengadakan kegiatan konseling berpasangan pada saat kunjungan ke layanan KIA; e) Peningkatan pemahaman tentang dampak HIV pada ibu hamil, dan mendorong dialog yang lebih terbuka antara suami dan istri/ pasangannya tentang perilaku seksual yang aman; f) Memberikan
informasi
kepada
pasangan
laki-laki
atau
suami bahwa dengan melakukan hubungan seksual yang tidak aman, dapat berakibat pada kematian calon bayi, istri dan dirinya sendiri; g) Menyampaikan informasi kepada pasangan laki-laki atau suami tentang pentingnya memakai kondom untuk mencegah penularan HIV.
36
b. PRONG 2: Pencegahan Kehamilan Yang Tidak Direncanakan Pada Perempuan Dengan HIV Perempuan dengan HIV berpotensi menularkan virus kepada bayi yang dikandungnya jika hamil.Karena itu, ODHA perempuan disaranka untuk mendapatkan akses layanan yang
menyediakan
informasi dan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Konseling yang berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta
penggunaan
kondom
secara
konsisten akan
membantu
perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan seksual yang aman,
serta
menghindari
terjadinya
kehamilan
yang
tidak
direncanakan. Perempuan dengan HIV yang tidak ingin hamil dapat menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya dan disertai penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV dan IMS. 1) Perempuan dengan HIV yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak lagi disarankan untuk menggunakan kontrasepsi mantap dan tetap menggunakan kondom. Sejalan dengan kemajuan pengobatan HIV dan intervensi PPIA, ibu dengan HIV dapat merencanakan kehamilannya dan diupayakan agar bayinya tidak terinfeksi HIV. Jika
ibu
sudah
mendapatkan terapi ARV, jumlah virus HIVdi tubuhnya menjadi sangat rendah (tidak terdeteksi), sehingga risiko penularan HIV dari ibu ke anak menjadi kecil, Artinya, ia mempunyai peluang besar untuk
37
memiliki anak HIV negatif. Beberapa kegiatan untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV antara lain: 1) Mengadakan KIE tentang HIV-AIDS dan perilaku seks aman; 2) Menjalankan konseling dan tes HIVuntuk pasangan; 3) Melakukan upaya pencegahan dan pengobatan IMS; 4) Melakukan promosi penggunaan kondom; 5) Memberikan konseling pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat; 6) Memberikan konseling dan memfasilitasi perempuan dengan HIV yang ingin merencanakan kehamilan. c. PRONG 3: Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Hamil Dengan HIV ke Bayi Yang Dikandungnya Strategi pencegahan penularan HIV pada ibu hamil yang telah terinfeksi HIV ini merupakan inti dari kegiatan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang komprehensif mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV; 2) Diagnosis HIV 3) Pemberian terapi antiretroviral; 4) Persalinan yang aman; 5) Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak; 6) Menunda dan mengatur kehamilan;
38
7) Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak; 8) Pemeriksaan diagnostik HIV pada anak. Semua jenis kegiatan di atas akan mencapai hasil yang efektif jika dijalankan secara berkesinambungan. tersebut
merupakan
strategi
yang
Kombinasi
kegiatan
paling efektif
untuk
mengidentifikasi perempuan yang terinfeksi HIV serta mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak pada periode kehamilan, persalinan dan pasca kelahiran. Pelayanan KIA yang komprehensif meliputi pelayanan pra persalinan dan pascapersalinan, serta layanan kesehatan anak. Pelayanan
KIA
bisa
menjadi
pintu
masuk upaya pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak bagi seorang ibu hamil. Pemberian informasi pada ibu hamil dan suaminya ketika datang ke klinik KIA akan meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan mereka tentang kemungkinan
adanya
risiko
penularan HIV di antara mereka,
termasuk risiko lanjutan berupa penularan HIV dari ibu ke anak. Tes HIV atas inisiatif petugas serta skrining IMS harus ditawarkan kepada semua ibu hamil sesuai kebijakan program. Harapannya, dengan kesadaran sendiri ibu mau di tes dengan sukarela. Konseling
dan
tes
HIV
dalam
PPIA
komprehensif
dilakukan melalui pendekatan konseling dan tes atas Inisiasi Petugas kesehatan(KTIP), yang merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
39
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan pelayanan medis khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang, seperti pada saat pemberian ARV.Apabila seseorang yang datang ke layanan kesehatan dan menunjukan adanya gejala yang mengarah ke HIV, tanggung jawab dasar dari petugas kesehatan adalah menawarkan tes dan konseling HIV kepada pasien tersebut sebagai bagian dari tatalaksana klinis.Berbagai bentuk layanan di klinik KIA, seperti imunisasi untuk ibu, pemeriksaan IMS terutama sifilis, pemberian suplemen zat besi dapat meningkatkan status kesehatan semua ibu hamil, termasuk ibu hamil dengan HIV. Hendaknya klinik KIA juga menjangkau dan melayani suami atau pasangannya, sehingga timbul keterlibatan aktif para
suami/
pasangannya dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Upaya pencegahan IMS, termasuk penggunaan kondom, merupakan bagian pelayanan IMS dan HIV serta diintegrasikan dalam pelayanan KIA. 1) Layanan ANC terpadu Termasuk penawaran dan tes HIV Pelayanan tes HIV merupakan upaya membuka akses bagi ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga dapat melakukan upaya untuk mencegah penularan HIV ke bayinya, memperoleh pengobatan
40
ARV sedini mungkin, dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan tentang HIV-AIDS. 2) Diagnosis HIV Pemeriksaan diagnostik infeksi HIV dapat dilakukan secara virologis (mendeteksi antigen DNA atau RNA) dan serologis (mendeteksi antibodi HIV) pada spesimen darah. Pemeriksaan
diagnostik
infeksi
HIV
yang
dilakukan
di
Indonesia umumnya adalah pemeriksaan serologis menggunakan tes cepat (Rapid Test HIV) atau ELISA. Pemeriksaan diagnostik tersebut dilakukan secara serial dengan menggunakan tiga reagen HIV yang berbeda dalam hal preparasi antigen, prinsip tes, dan jenis antigen, yang memenuhi kriteria
sensitivitas
dan
spesifitas.
Hasil
pemeriksaan
dinyatakan reaktif jika hasil tes dengan reagen 1 (A1), reagen 2 (A2), dan reagen 3 (A3) ketiganya positif (Strategi 3). Pemilihan jenis reagen yang digunakan berdasarkan sensitivitas dan spesifisitas, merujuk pada Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan
Pemeriksa
HIV
dan
Infeksi
Oportunistik,
Kementerian Kesehatan (SK Menkes No. 241 tahun 2006). 3) Pemberian terapi Antiretroviral Sampai
sekarang
belum
ada
obat
yang
dapat
menyembuhkan HIV-AIDS, namun dengan terapi antiretroviral,
41
jumlah virus di dalam tubuh dapat ditekan sangat rendah, sehingga ODHA dapat tetap hidup layaknya orang sehat. Terapi ARV bertujuan untuk: a) Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat, b) Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV, c) Memperbaiki kualitas hidup ODHA, d) Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh, dan e) Menekan replicas virus secara maksimal. Cara paling efektif untuk menekan replikasi HIV adalah dengan memulai pengobatan dengan kombinasi ARV yang efektif. Semua obat yang dipakai harus dimulai pada saat yang bersamaan pada pasien baru. Terapi kombinasi ARV harus menggunakan dosis dan jadwal yang tepat. Obat ARV harus diminum terus menerus secara teratur untuk menghindari timbulnya resistensi. Diperlukan peran serta aktif pasien dan pendamping/keluarga dalam terapi ARV. Di samping ARV, timbulnya infeksi oportunistik
harus mendapat perhatian dan tatalaksana yang
sesuai. 4) Persalinan aman Pemilihan persalinan yang aman diputuskan oleh ibu setelah mendapatkan konseling lengkap
tentang
pilihan
persalinan, risiko penularan, dan berdasarkan penilaian dari
42
tenaga kesehatan. Pilihan persalinan meliputi persalinan per vaginam dan per abdominam (bedah sesar atau seksio sesarea). Dalam konseling perlu disampaikan mengenai manfaat terapi ARV sebagai cara terbaik mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Dengan terapi ARV yang sekurangnya dimulai pada minggu ke-14 kehamilan, persalinan per vaginam merupakan persalinan yang aman. Apabila tersedia fasilitas pemeriksaan viral load, dengan viral load <1.000kopi/µL, persalinan per vaginam aman untuk dilakukan. 5) Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi/anak Pemilihan
makanan
bayi
harus
didahului
dengan
konseling tentang risiko penularan HIV melalui ASI. Konseling diberikan sejak perawatan antenatal atau sebelum persalinan. Pengambilan keputusan oleh ibu dilakukan setelah mendapat informasi secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil oleh ibu harus didukung.Ibu dengan HIV yang sudah dalam terapi ARV memiliki kadar HIV sangat rendah, sehingga aman untuk menyusui bayinya. Dalam Pedoman HIV dan Infant Feeding G61 (2010),
World
Health
Organization
(WHO)
merekomendasikan pemberian AsI eksklusifselama 6 bulan untuk bayi lahir dari ibu yang HIV dan sudah dalam terapi ARV untuk
43
kelangsungan
hidup
anak
(HIV-free
and
child
survival).
Eksklusif artinya hanya diberikan ASI saja, tidak boleh dicampur dengan susu lain (mixed feeding). Setelah bayi berusia 6 bulan pemberian ASI dapat diteruskan hingga bayi berusia 12 bulan, disertai dengan pemberian makanan padat. Sangat tidak dianjurkan menyusui campur (mixed feeding, artinya diberikan ASI dan PASI bergantian). Pemberian susu formula yang bagi dinding usus bayi merupakan benda asing dapat menimbulkan
perubahan
mukosa
dinding
usus,
sehingga
mempermudah masuknya HIV yang ada di dalam ASI ke peredaran darah. Ibu hamil dengan HIV perlu mendapatkan informasi dan edukasi untuk membantu mereka membuat keputusan apakah ingin memberikan ASI eksklusif atau susu formula kepada bayinya. 6) Mengatur kehamilan dan keluarga Berencana Seperti telah disebutkan pada Prong 2, semua jenis kontrasepsi yang dipilih oleh ibu dengan HIV harus selalu disertai penggunaan kondom untuk mencegah IMS dan HIV. Kontrasepsi pada ibu/perempuan HIV positif: a) Ibuyangingin menunda atau mengatur kehamilan dapat menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
44
b) Ibu yang memutuskan tidak punya anak lagi, dapat memilih kontrasepsi mantap. 7) Pemberian profil aksis ARV dan kotrimoksazol pada anak Pemberian profilaksis ARV dimulai hari pertama setelah lahir selama 6 minggu. Obat ARV
yang
diberikan
adalah
zidovudine (AZT atau ZDV) 4 mg/kgBB diberikan 2 kali sehari. Selanjutnya
anak
dapat
diberikan
kotrimoksazol
profilaksis mulai usia 6 minggu dengan dosis4-6 mg/kgbb, satu kali sehari, setiap hari sampai usia 1 tahun atau sampai diagnosis HIV ditegakkan. 8) Pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV Penularan HIV pada anak dapat terjadi selama masa kehamilan, saat persalinan, dan menyusui. Antibodi HIV dari ibu dapat berpindah ke bayi melalui plasenta selama kehamilan berada pada darah bayi/anak hingga usia 18 bulan. Penentuan status HIV padabayi/anak (usia<18 bulan) dari ibu HIV tidak dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan diagnosis HIV (tes antibodi) biasa. Pemeriksaan serologis anti-HIV dan pemeriksaan virologis HIV RNA (PCR) dilakukan setelah usia 18 bulan atau dapat dilakukan lebih awal pada usia 9-12 bulan, dengan catatan bila hasilnya positif, maka harus diulang setelah usia 18
45
bulan. Pemeriksaan virologis, seperti HIV DNA (PCR), saat ini
sudah
ada
di
Indonesia
dan dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis HIV pada anak usia di bawah 18 bulan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan minimal 2 kali dan dapat dimulai ketika bayi berusia 4-6 minggu dan perlu diulang 4 minggu kemudian. Pemeriksaan HIV DNA (PCR) adalah pemeriksaan yang dapat menemukan virus atau partikel virus
dalam tubuh bayi dan saat ini sedang dikembangkan di
Indonesia untuk diagnosis dini HIV pada bayi (early infant diagnosis, EID) d. PRONG 4: Pemberian dukungan psikologis, sosial dan budaya Perawatan
Kepada Ibu
dengan HIV Beserta Anak
dan
Keluarganya. Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV di tubuhnya.
Ia
membutuhkan
dukungan
psikologis,
sosial
dan
perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA. Faktor kerahasiaan status HIV ibu sangat penting dijaga. Dukungan juga harus diberikan kepada anak dan keluarganya. Beberapa hal yang mungkin dibutuhkan oleh ibu dengan HIV antara lain: 1) Pengobatan ARV jangka panjang 2) Pengobatan gejala penyakitnya
46
3) Pemeriksaan kondisi kesehatan dan pemantauan terapi ARV (termasuk CD4 dan viral load) 4) Konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan 5) Informasi dan edukasi pemberian makanan bayi 6) Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik untuk diri sendiri dan bayinya. 7) Penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV dan pencegahannya 8) Layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat 9) Kunjungan ke rumah(home visit) 10) Adanya pendamping saat sedang dirawat 11) Dukungan dari pasangan 12) Dukungan perawatan dan pendidikan bagi anak
C. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoadan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
47
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,2009.p.213). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2008). 2. Tanda dan gejala kehamilan Tanda dan gejala kehamilan menurut
Prawiroharjo (2008) dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu: a. Tanda tidak pasti kehamilan 1) Amenorea (tidak dapat haid) Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan
akan
Neagie: HT – 3 (bulan + 7).
terjadi,
dengan
memakai
rumus
48
2) Mual dan muntah Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan
pertama.
Sering
terjadi
pada
pagi
hari
disebut
“morning sickness”. 3) Mengidam (ingin makanan khusus) Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan. 4) Pingsan Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu. 5) Anoreksia (tidak ada selera makan) Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. 6) Mamae menjadi tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. 7) Miksi sering Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
49
8) Konstipasi atau obstipasi Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh
pengaruh
hormon
steroid
yang
dapat
menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar. 9) Pigmentasi (perubahan warna kulit) Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah. 10) Epulis Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada triwulan pertama. 11) Varises (pemekaran vena-vena) Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara. b. Tanda kemungkinan kehamilan 1) Perut membesar Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran perut.
50
2) Uterus membesar Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar. 3) Tanda Hegar Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak. 4) Tanda Chadwick Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. 5) Tanda Piscaseck Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak
rata
tetapi
di
daerah
telur
bernidasi
lebih
cepat
tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran. 6) Tanda Braxton-Hicks Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
51
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan. 7) Teraba ballotemen Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di dalam uterus. 8) Reaksi kehamilan positif Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada
kehamilan
muda
adalah
air
kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin. c. Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin. 2) Denyut jantung janin a) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec b) Dicatat dan didengar dengan alat doppler c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram d) Dilihat pada ultrasonograf. e) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen f) Diagnosa banding kehamilan d. Perawatan ibu hamil Perawatan
adalah proses menjaga kehamilan mulai dari
diketahui adanya tanda-tanda kehamilan, masa kehamilan sampai
52
dengan
menjelang
persalinan,
agar
ibu
dan
janin
terjaga
keselamatannya dan sehat (Lamadhah, 2008, p. 49). Perawatan ibu hamil berdasarkan BKKBN (2006,), meliputi: 1) Merawat diri selama hamil 2) Cukup istirahat, tidur siang selama 1 jam dan 8 jam pada malam hari. Posisi tidur yang baik bagi ibu hamil yaitu tidur dengan posisi miring ke kanan atau ke kiri secara bergantian. 3) Makan makanan yang mengandung gizi seimbang 4) Senam hamil yang bermanfaat untuk kelancaran proses persalinan. 5) Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa namun perlu berhati-hati pada kehamilan 1-3 bulan dan pada bulanbulan terakhir kehamilan. a) Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil. b) Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan
risiko tinggi.
53
D. Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor Eksternal • Pendidikan • Pekerjaan • Umur
Pengetahuan
Faktor Internal • Lingkungan • Sosial budaya
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Notoadmojo,2010)
E. Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS
Bagan 2.2Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif sesuai Notoatmodjo (2012), yaitu menggunakan metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Sedangkan metode yang digunakan adalah pendekatan secara cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2012), pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran sesaat dan dinilai hanya satu kali saja atau pengukuran pada saat bersamaan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang 2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2016
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi pusat perhatian penelitian dan tempat untuk menggeneralisasi temuan penelitian. Populasi dalam
54
55
penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Bergas, berjumlah 174 ibu hamil dari bulan Januari-Juli 2016. 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti (Hidayat, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bergas dan berkunjung ke rawat jalan ruang KIE di Puskesmas Bergas pada minggu ke empat bulan juli 2016 yaitu berjumlah 38 ibu hamil. Teknik pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010).
D. Variabel Penelitian Variabel mengandung arti pengertian ukuran atau cirri yang di mililki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan variabel Pengetahuan Ibu hamil tentang HIV/AIDS, seperti devinisi, tanda gejala, cara penularan, Pencegahan, dan deteksi HIV/AIDS.
56
E. Definisi Operasional Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk membatasi ruang atau pengertian variabel-variabel penelitian dan akan memudahkan untuk mengukurnya. Definisi operasional variabel adalah rumusan pengertian variabel-variabel yang diamati,diteliti dan diberibatasan (Notoatmodjo, 2012). Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi Variabel Alat Ukur Operasional Pengetahuan Segala sesuatu Menggunakan Ibu hamil yang diketahui kuisoner tentang Ibu hamil tentang tentang HIV/AIDS HIV/AIDS pengetahuan Meliputi : Ibu hamil -Devinisi HIV tentang -Tanda gejala HIV/AIDS. HIV/AIDS Kuesioner -Cara penularan yang HIV/AIDS berjumlah 20 -Pencegahan soal. HIV/AIDS -Pencegahan penularan dari ibu ke anak Definisi Subvariabel Alat Ukur Operasional a. Definisi Definisi Kuesioner HIV/ merupakan uraian yang AIDS atau penjelasan berjumlah 3 tentang arti suatu soal. Soal kata atau nomor 1-3. ungkapan yang Untuk membatasi makna pernyataan suatu kata tentang positif HIV/AIDS. Benar : 1 Kemampuan ibu Salah : 0 hamil untuk Pernyataan menjawab negative pertanyaan Benar : 0 tentang definisi Salah :1 HIV/AIDS
Hasil Ukur
Skala
Kriteria 1. Baik, jika presentase jawaban yang benar : 76%100% 2. Cukup, jika presentase jawaban yang benar: 56%75% 3. Kurang, jika presentase jawaban yang benar : < 56%
Ordinal
Hasil Ukur
Skala
Baik, jika presentase jawaban yang benar : 76%100% Cukup, jika presentase jawaban yang benar: 56%75% Kurang, jika presentase jawaban yang benar : < 56%
Ordinal
57
Subvariabel b. Tanda gejala HIV/ AIDS
c. Cara penularan HIV/ AIDS
d. Pencegah an penularan HIV/ AIDS dari ibu ke anak
Definisi Operasional Tanda gejala adalah kelainan/penyimp angan dari keadaan normal tubuh akibat adanya gangguan penyebab penyakit, kemampuan ibu hamil untuk menjawab pernyataan tentang tanda gejala HIV/AIDS
Alat Ukur Kuesioner yang berjumlah 4 soal. Soal nomor 4-7. Untuk pernyataan positif Benar : nilai 1 Salah : nilai 0 Pernyataan negatif Bnar : nilai 0 Salah : nilai 1
Cara menularkan suatu penyebab terjadinya penyakit HIV/AIDS. Kemampuan ibu hamil untuk menjawab pertanyaan tentang cara penularan HIV/AIDS
Kuesioner yang berjumlah 5 soal. Soal nomor 8-12. Untuk pernyataan positif Benar : nilai 1 Salah : nilai 0
Pencegahan adalah mengurangi resiko infeksi dan penularan penyakit. Kemampuan ibu hamil untuk menjawab
Kuesioner yang berjumlah 5 soal. Soal nomor 13-17. Untuk pernyataan positif Benar : nilai 1
Pernyataan negatif Bnar : nilai 0 Salah : nilai 1
Hasil Ukur Baik, jika presentase jawaban yang benar : 76%100% Cukup, jika presentase jawaban yang benar: 56%75% Kurang, jika presentase jawaban yang benar : < 56%
Baik, jika presentase jawaban yang benar : 76%100% Cukup, jika presentase jawaban yang benar: 56%75% Kurang, jika presentase jawaban yang benar : < 56%
Baik, jika presentase jawaban yang benar : 76%100% Cukup, jika presentase jawaban yang benar: 56%75%
Skala Ordinal
Ordinal
Ordinal
58
Subvariabel
e. Deteksi HIV/AID S
Definisi Operasional pernyataan tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak Usaha menemukan dan menentukan keberadaan,angga pan,atau kenyataan HIV/AIDS. Kemampuan ibu hamil untuk menjawab pertanyaan tentang deteksi HIV/AIDS
Alat Ukur Salah : nilai 0 Pernyataan negatif Bnar : nilai 0 Salah : nilai 1 Kuesioner yang berjumlah 3 soal. Soal nomor 18-20. Untuk pernyataan positif Benar : 1 Salah : 0 Pernyataan negative Benar : 0 Salah :1
Hasil Ukur
Skala
Kurang, jika presentase jawaban yang benar : < 56%
Baik, jika presentase jawaban yang benar : 76%100% Cukup, jika presentase jawaban yang benar: 56%75% Kurang, jika presentase jawaban yang benar : < 56%
Ordinal
F. MetodePengumpulan Data 1. Data primer Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010). Peneliti memperoleh data atau materi yang peneliti kumpulkan sendiri yang diperoleh secara langsung. Dalam penelitian ini untuk memperoleh data tentang pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS 2. Data sekunder Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010). Peneliti memperoleh data
59
secara tidak langsung dari objek penelitian, yaitu jumlah ibu hamil sampai bulan Desember 2015 di Puskesmas Bergas.
G. Alat Penelitian Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden dan interviewer tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti sendiri sebanyak 20 pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 20 pertanyaan mengenai pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner No 1-3 4-8 9-12
Pertanyaan Definisi HIV/AIDS Tanda gejala HIV/AIDS Cara penularan HIV/AIDS
Masalah Favorable: 1,2 Favorable:4,5,6 Favorable:9,10,
Jenis soal Unfavorable:3 Unfavorable:7,8 Unfavorable:11,12
13-17
Pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak
Favorable:13,14,15 Unfavorable:16,17
18-20
Deteksi HIV/AIDS
Favorable:18,19
Unfavorable:20
Setelah kuesioner sebagai instrumen penelitian selesai disusun, maka kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba karena alat pengukur tidak akan berguna untuk mengumpulkan data penelitian bila tidak memiliki validitas dan reliabilitas (Notoatmodjo, 2012).
60
1. Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Instrumen dikatakan valid dan sudah mampu mengukur apa yang diukur, untuk itu perlu dilakukan uji validitas instrumen. Uji validitas pengetahuan dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment (Arikunto, 2010). Rumus korelasi adalah sebagai berikut :
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi antara X dan Y
X
: Jumlah skor dari setiap item.
Y
: Jumlah skor total item
XY
: Jumlah perkalian skor X dan Y semua subyek.
N
: Jumlah subyek Kuesioner dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Notoatmodjo,
2012). Hasil uji validitas yang dibandingkan dengan nilai r tabel pada n : 20 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh nilai r tabel sebesar 0,444. Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di Puskesmas Duren Kabupaten Semarang pada 20 responden ibu hamil yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, dengan 20 pertanyaan. Berdasarkan hasil uji validitas instrument ukur pengetahuan tentang HIV/AIDS diperoleh nilai r hitung untuk item nomor 1-20