Agus Setyawan Aktif Ikuti Kompetisi Semasa Kuliah UNAIR NEWS – Meski berasal dari desa, tak lantas membuat Agus Setyawan pantang mengukir prestasi. Laki-laki asal Desa Bodag, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek ini berhasil menjadi wisudawan berprestasi Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, periode wisuda Juli 2016. “Saya ini anak dari desa, bisa dikatakan pelosok. Jauh-jauh kuliah di Surabaya sayang banget jika kuliah hanya dijalani dengan biasa-biasa saja,” ujar laki-laki kelahiran Trenggalek, 24 Agustus 1994. Pada 2015 saja, ada enam prestasi yang diukir Agus. Diantaranya, juara II tingkat Jawa-Bali pada lomba Desain Intervensi Psychology Fair 2 yang diadakan Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya; juara III Tingkat Nasional Psychology Summit “Social – Psychological Intervention Design Competition” yang diadakan Universitas Indonesia; juara II Psycho Science – Psikologi Terapan Olimpiade Psikologi Indonesia 3 “Transforming Psychology for A Better Nation”, yang diadakan di Surabaya. Ada pula juara I Lomba Debat Psychology Championship yang diadakan Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta; Best Speaker lomba Debat Psychology Championship yang diadakan Universitas Binus; dan Finalis 10 Besar Lomba Esai Nasional “Psychoessay: Spirit in Plurality” yang diadakan FPsi UNAIR. “Saya berkeyakinan bahwa siapapun kita terlepas dari perbedaan background, ketika masuk kuliah dan memulai perkuliahan memiliki kesempatan yang sama dalam berprestasi,” tambahnya. Agus bercerita, sejak awal masuk kuliah, ia bersama temantemannya sudah aktif mengikuti berbagai kompetisi, baik lomba debat, program kreativitas mahasiswa (PKM), lomba desain,
namun tidak sekalipun memperoleh juara. “Sampai pada satu titik, kita merasa malu kepada fakultas karena setiap kali mengikuti lomba kita selalu mendapatkan akomodasi penuh namun tidak ada kebanggaan dan timbal balik yang bisa kita berikan, misalnya kemenangan,” kata alumni SMAN I Trenggalek ini. Namun lanjutnya, menginjak semester 6, ia mulai memenangkan kompetisi yang ia ikuti. “Pak dekan waktu itu mengatakan yang intinya, ‘teruslah berusaha, hasil akan mengikuti’. Alhamdulillah menginjak semester 6 mulai banyak memenangkan lomba,” ucapnya. Setelah dinyatakan lulus sebagai sarjana psikologi, Agus memiliki rencana untuk bekerja dan melanjutkan studi jenjang S-2. Kepada mahasiswa yang masih menempuh studi, ia berpesan untuk aktif berkegiatan diluar kegiatan akademik. “Masa kuliah terlalu singkat dan berharga untuk dilewatkan dengan biasa-biasa saja. Optimalkan kesempatan untuk berorganisasi, berkegiatan, mengasah bakat dan minat tanpa mengesampingkan belajar bidang ilmu yang kita dalami. Bukan hal yang mudah, namun apa yang kita tanam itulah yang nantinya kita tuai,” pungkasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Iskandar Dzulqornain Dibotak Tengah, Demi
Rela Raih
Prestasi UNAIR NEWS – Ada banyak motivasi untuk meraih segudang prestasi. Salah satunya adalah untuk membuat orang tua bangga atas capaian putra dan putrinya. Demikianlah yang dirasakan oleh Iskandar Dzulqornain, wisudawan berprestasi dari Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga tahun lulus periode Juli 2016. Semasa masih duduk dibangku SMA, ia mengaku selalu merepotkan kedua orang tuanya karena polahnya. Dari situlah, ia termotivasi untuk menjadi kebanggaan orang tua ketika lulus kuliah. “Aku dari SMP (sekolah menengah pertama) dan SMA (sekolah menengah atas) rasanya nakal banget, suka ngerepotin orang tua aja. Pengin gitu ya banggain orang tua,” ujar wisudawan dengan poin SKP (Sistem Kredit Prestasi) 2213 tersebut. Ia merasa berhasil membuat kedua orang tuanya bangga. Pasalnya, belasan prestasi di bidang Moot Court (peragaan peradilan semu) telah berhasil digenggamnya. Diantaranya adalah, sebagai majelis hakim dan penasehat hukum terbaik, serta juara umum II dalam Kompetisi Peradilan Semu Nasional Piala Mutiara Djokosoetono di Universitas Indonesia tahun 2014. Selain itu, ia juga meraih berbagai peran dengan predikat terbaik di Internal Mooting Fakultas Hukum pada tahun 2015. “Mootcourt itu perlombaanaya anak hukum dengan sebuah peradilan semu. Jadi kita satu tim menyelesaikan kasus dan mendapatkan posisi dari panitia, terus sidang. Ada yang jadi hakim, pengacara, penuntut umum, saksi ahli, panitera, dan lainnya,” terang wisudawan kelahiran Surabaya, 27 Maret 1994 tersebut. “Kalau internal, lingkupnya cuma anak-anak FH UNAIR yang lomba. Kalau nasional, kita lomba bareng dengan fakultas hukum
seindonesia. Waktu itu ada UI, Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, dan sebagainya,” imbuhnya. Wisudawan berprestasi dengan IPK 3,52 tersebut juga memiliki pengalaman unik saat mengikuti perlombaan. Di sebuah perlombaan peradilan semu, ia mengaku rela memangkas rambutnya dengan gaya nyeleneh demi mendalami peran yang ia peragakan. “Waktu perlombaan, saya kebagian jadi saksi. Demi totalitas biar menang, saya rela dibotak tengahnya doang, pinggirnya nggak. (Itu semua) demi pendalaman peran. Bisa dibayangin kan, waktu lomba dilihat orang banyak. Malu sih, tapi demi UNAIR juara, ya, cuek aja,” kenang wisudawan yang pernah menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FH UNAIR periode 2015 tersebut. Iskandar menuturkan, menumpuknya prestasi yang ia raih karena diiringi oleh usaha yang keras. Dengan berbagai kompetisi yang ia ikuti, seringkali hal tersebut mengurangi waktu istirahatnya. Menurutnya, hal tersebut agar waktunya terisi dengan kegiatan yang produktif. “Kurangi tidur deh. Waktunya dibuat untuk yang lebih produktif. Tapi tetap tahu batasan tubuh kita sendiri dong. Yakinlah tidak ada yang sia-sia, karena hasil tidak akan mengkhianati usaha,” seru Iskandar yang bercita-cita menjadi Hakim Agung tersebut. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
Sering Juara Kompetisi MIPA , Fandi Wisudawan Berprestasi FST UNAIR NEWS – Mochammad Fandi Ansori alumnus program studi S-1 Matematika berhasil mengantongi predikat wisudawan berprestasi Fakultas Sains dan Teknologi pada prosesi wisuda periode Juli 2016. Kegemarannya terhadap pelajaran Matematika dan Fisika sejak kecil membuatnya sering mengikuti kompetisi di bidang yang sama, dan sering kali menjadi juara pada kompetisi yang berbeda-beda. Di tahun 2014 dan 2015 lalu peraih indeks prestasi kumulatif sebesar 3,75 itu secara rutin kompetisi ON MIPA PT (Olimpiade Nasional Matematika dan IPA Perguruan Tinggi) bidang Matematika yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal dan Pendidikan Tinggi RI. Pada kompetisi itu, ia lolos sampai tahap nasional meski tidak menyabet juara. Usahanya tak berhenti di situ. Fandi juga pernah mengikuti kompetisi Olimpiade Sains dan Teknologi Mahasiswa tingkat nasional yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015. Pada kompetisi tersebut, ia meraih juara II. Pada tahun yang sama, Fandi meraih sertifikat perunggu pada ajang lomba Pemecahan Analisis dan Geometri di Institut Teknologi Bandung. Terakhir, ia pernah meraih juara harapan II pada ajang Mathematical ITS Calculus Competition tahun 2016. Salah satu pengalaman Fandi yang paling berkesan semasa kuliah adalah ketika ia menjadi pemateri seminar analisis dan geometri di ITB. Ia mendapatkan mandat dari dosen pemimbing skripsinya Dr. Eridani untuk menggantikan beliau menjadi pemateri. “Saat itu saya memang sempat nervous karena lima pemateri
lainnya bergelar S-3 dan hanya saya yang mahasiswa S-1. Pesertanya pun semua S-3, tidak ada yang S-1. Tapi waktu saya maju, saya tidak merasa gugup lagi,” ujar Fandi. Dalam seminar itu, Fandi memaparkan materi operator BesselRiesz dengan beta positif. Tema yang ia paparkan sama dengan skripsinya yang berjudul “Operator Bessel-Riesz di Ruang Lebesgu”. Operator Bessel-Riesz ialah solusi dari suatu persamaan diferensial yang sulit dicari solusi analitiknya. Kehadirannya sebagai pemateri dalam seminar itu mendapat apresiasi dari panitia acara. Sebab, mahasiswa dari kampus yang bersangkutan tak ada yang turut serta dalam seminar tersebut. “Ketua panitia seminar itu senang saya berani bergabung menjadi pemateri sebab tidak ada mahasiswa ITB yang turut serta dalam seminar itu,” imbuh Fandi. Penulis: Faridah Hari. Editor: Defrina Sukma S.
20 Tim PKM UNAIR Lolos ke PIMNAS 2016 UNAIR NEWS – Naik signifikan. Dua kata itu yang pantas untuk melukiskan kabar gembira bahwa 20 tim program kreativitas mahasiswa (PKM) Universitas Airlangga dari 167 makalah yang didanai Dirjen Dikti, lolos untuk berkompetisi di final Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Ke-29 tahun 2016 di Institut Pertanian Bogor (IPB), 8-12 Agustus 2016. Dari hasil pengumuman peserta yang lolos ke PIMNAS yang
dikeluarkan resmi oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Senin (25/7) malam, jumlah tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS 2016 ini meningkat signifikan. Tahun 2015 terdapat 13 tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS di Universitas Halu Oleo Kendari dan meraih peringkat IV. Sedangkan tahun 2014 terdapat 16 Tim PKM yang lolos ke PIMNAS di Undip Semarang. Bahkan sebelumnya (2013) hanya 11 tim tetapi menjadi runner-up PIMNAS Ke-26 di Unram Mataram. Dengan lolosnya 20 Tim PKM 2016 ini berarti UNAIR berada di urutan ke-6 dari puluhan perguruan tinggi di Indonesia yang meloloskan Tim PKM-nya ke PIMNAS. Disini ada empat kampus di Jatim yang masuk dalam sepuluh besar pengirim tim PKM ke PIMNAS. Sepuluh besar lolos ke PIMNAS itu adalah UGM 29 tim, UB 27 tim, UM 23 tim, Undip 22 tim, IPB 21 tim, UNAIR 20 tim, ITS 15 tim, UNS 13 tim, UI 12, dan UNY 12 tim. Direktur Kemahasiswaan UNAIR Dr. M. Hadi Subhan, SH., MH., CN., merespon positif hasil seleksi tim PKM ini. Dikatakan bahwa jumlah tim yang lolos ke PIMNAS tahun ini mencetak rekor karena meroket signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Dari 20 proposal PKM yang lolos itu rinciannya 4 proposal PKM-K (Kewirausahaan), 4 PKM-KC (Karsa Cipta), 3 PKM-M (Pengabdian Masyarakat), 6 PKM-PE (Penelitian Eksakta), 2 PKM-PSH (Penelitian Sosial Humaniora), dan 1 PKM-T (Teknologi). “Ini rekor baru. Tahun lalu hanya 13 finalis, dan sekarang 20 jadi meningkat 60%. Padahal PTN lain turun. Karena memang tahun ini kuotanya dikurangi separuh karena persoalan dana. Tapi UNAIR justru meroket. Semoga di final PIMNAS nanti UNAIR bisa mendapatkan banyak medali emas dan bisa masuk tiga besar,” kata Hadi Subhan. Keberhasilan meningkatkan tim PKM UNAIR yang lolos ini, menurutnya, merupakan dukungan dan kerjasama gabungan bidang kemahasiswaan, dosen yang tergabung Pendamping Kemahasiswaan (TPK), BEM UNAIR bidang
ke PIMNAS dari tim dalam Tim keilmuan,
Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran, tim Garuda Sakti (alumni peraih medali pada PIMNAS) dan Ikatan Alumni PIMNAS. Soliditas tim ini bertujuan untuk mengharumkan nama UNAIR dalam kompetisi ilmiah mahasiswa tahunan terbesar di Indonesia ini. Selain soliditas tim, sejak awal 2016 UNAIR secara rutin mengadakan lokakarya dengan menghadirkan nara sumber kawakan untuk memberikan materi-materi menarik yang berkaitan dengan presentasi, pembuatan Power Point yang benar, hingga pembuatan poster. Terkait persiapan menuju PIMNAS pada 8–12 Agustus 2016 di Institut Pertanian Bogor, dikatakan 20 tim finalis UNAIR ini akan segera dikarantina pada akhir pekan ini. Rencananya, mahasiswa akan mendapat pembinaan intensif dengan materi serupa dari narasumber yang berkompeten. “Jumat besok (29/7) kami akan karantina 20 finalis tim ini dengan mendatangkan narasumber yang berpengalaman. Kami adakan pembinaan intensif sampai mendekati hari H dan akan memfasilitasi penuh kebutuhan para finalis, seperti mendatangkan ahli pembuat poster, Power Point, dsb,” terang Hadi Subhan. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Bambang Bes
Dua Jurnal Terakreditasi, PPJPI
UNAIR Terus
Genjot Publikasi Ilmiah UNAIR NEWS – Dalam upaya mencapai target peringkat 500 besar kampus top dunia, Universitas Airlangga melalui PPJPJI (Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah) terus menggenjot publikasi artikel dan jurnal ilmiah, baik akreditasi nasional maupun internasional. Pada 14 Juli lalu, dua jurnal UNAIR terakreditasi oleh Kemenristekdikti. Dua jurnal yang baru saja terakreditasi adalah “Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (BIKKK): Periodical of Dermatology and Venereology Fakultas Kedokteran UNAIR” dan “Mozaik Humaniora Fakultas Ilmu Budaya UNAIR”. Kedua jurnal baru saja memperoleh akreditasi B. “Jadi dua jurnal ini masuk diakreditasi yang cetak. Pendampingannya mulai dari pembenahan prosesnya, seperti editing, layout, dan substansi kualitas artikel. Itu kita dampingi terus,” jelas Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, selaku Ketua PPJPI UNAIR. “Bahkan sampai sekarang mulai mengakses OJS (Open Journal System, red) itu juga kita dampingi,” imbuh Yanti. Yanti mengungkapkan, bahwa banyak sekali kendala dalam mempersiapkan tahap akreditasi. Pasalnya, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam mempersiapkan proses akreditasi yang detail dan rinci. Selain itu, faktor kesehatan bagi para pengelola jurnal yang kelelahan dalam persiapan akreditasi, juga menjadi kendala tersendiri. “Tapi yang perlu saya acungi jempol, dari dua jurnal ini termasuk kemudian institusi yang menaunginya baik FK maupun FIB, sangat kondusif. Jadi sangat support kebutuhan apapun itu berusaha untuk diadakan,” salut Yanti. Setelah terakreditasi nasional, Yanti memaparkan rencana selanjutnya, yaitu indexing ke lembaga DOAJ dan Scopus (lembaga pengindeks internasional). Pasalnya, sebelum OJS
populer, mereka masih dalam sistem versi cetak dengan pengelolaan jurnal yang konvensional, dan dicetak ke penerbit kemudian diedarkan. “Kita harus membuat supaya jurnal ini lebih mudah diakses kemudian sangat spesifik dibidang tertentu, sehingga ada nuansa ilmu baru yang memang harus dipelajari oleh temanteman. Tantangannya adalah untuk bisa memberikan para pengelola jurnal pengertian tentang era digitalisasi, pelan pelan kita perkenalkan,” ujar Yanti. Yanti berharap, bimbingan dari PPJPI dapat memberikan pengetahuan kepada para pengelola jurnal kearah yang lebih baik. “Yang baru terakreditasi nasional kita push ke akreditasi internasional, kalau belum terakreditasi nasional, ya, kita masukkan. Kalau masih belum ada review, ya, ayo diajari review yang baik bagaimana,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
Sumbangan Inspiratif Awardee LPDP UNAIR
dari
Lagi-lagi, komunitas Awardee LPDP UNAIR membuat langkah apik. Setelah sukses dengan beragam kegiatan di Scholarship Corner (SC) Perpustakaan Pusat Kampus B, kali ini mereka meluncurkan buku kumpulan esai. Terdapat tak kurang dari 30 esai dari para penerima beasiswa plat merah tersebut. Kontennya, seputar trik, tips, dan cerita menarik di balik pengalaman mereka meraih prestasi itu. Kenapa prestasi? Karena, untuk mencapainya, seseorang harus banyak berdoa dan bekerja keras.
Dalam buku tersebut, ada esai yang bercerita tentang jatuhbangunnya seorang calon Awardee. Sebab, dia pernah gagal mencari beasiswa. Meski akhirnya, seperti biasa, takdir berpihak pada mereka yang pantang menyerah. Ada pula cerita tentang anak Pramuwisma yang sukses meraih beasiswa LPDP. Di tengah segala kekurangan, mimpi itu berhasil dicapainya. Yang jelas, tulisan-tulisan yang bergaya populer ini dapat dijadikan teman bersantai. Khususnya, bagi para pemburu kuliah S2 dan S3 gratis. Karena memang, LPDP secara teknis, setidaknya sampai saat ini, hanya menggelontorkan beasiswa magister dan doktor. Juga, beasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis. Dari kumpulan ini dapat diketahui, penerima beasiswa LPDP beragam latar belakang. Baik dari segi asal, maupun profesi. Ada yang dari Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan lain sebagainya. Ada yang PNS, dokter, wartawan, staf perusahaan, maupun fresh graduate sarjana. Artinya, siapapun orangnya, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat beasiswa ini. Buku ini sudah dicetak dan bakal diedarkan secara masif pada Jum’at (29/7) mendatang. Rencananya, dalam waktu dekat, para awardee LPDP juga bakal bersilaturahmi dengan Rektor UNAIR. Sekaligus, menghadiahkan buku ini pada orang nomor satu di kampus Airlangga. Apresiasi rektorat UNAIR Ada sejumlah testimoni positif dari sejumlah guru besar UNAIR di buku ini. Bahkan, Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA menyempatkan diri memberi pengantar. “Karya yang berupa kumpulan esai penerima beasiswa LPDP di Unair tersebut bisa dibilang terobosan para awardee untuk bersumbangsih pada sekitar. Mereka berbagi pengalaman melalui catatan atau kisah lika-liku memburu beasiswa ini. Seru, kadang jenaka, sarat tips dan trik, serta penuh inspirasi!”
catat Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut. Wakil Rektor III Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D, juga memberikan apresiasi. “Tulisan di buku ini sangat penting sebagai bagian dari pencerdasan & peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Mari dibaca, dipahami, sehingga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua,” katanya dalam testimoni. Kepala Perpustakaan UNAIR Prof. Dr. I Made Narsa, SE., M.Si., Ak yang selama ini banyak mendukung kegiatan Awardee pun menganggap penerbitan ini sebagai langkah yang luar biasa. “Kehadiran LPDP telah membuka nuansa baru bagi generasi penerus bangsa kelak. Jangan pernah kehilangan asa, karena asa akan muncul dari setiap usaha & doa. Itulah inspirasi dahsyat dari buku ini, sehingga wajib dibaca, bahkan oleh siapapun. Saya berharap buku ini bisa tersebar & dibaca seluas-luasnya untuk memberikan pencerahan & pelajaran berharga pengalaman sukses para Awardee,” papar dia. (*)
dari
Buku Judul
: Menggapai Asa Bersama LPDP
Penulis Penerbit
: Awardee LPDP UNAIR : Pustaka Saga
Cetakan Tebal
: I, Juni 2016 : 248 halaman
Angkat Papua,
Kasus Malaria di Petronella Sabet
Wisudawan Terbaik S3 FK UNAIR NEWS – Dibalik pesona alam tanah Papua, ternyata tersimpan satu problematika kesehatan masyarakat yang tak kunjung terselesaikan; malaria. Penyakit itu menghantui masyarakat Papua selama bertahun-tahun. Inilah yang mengusik hati Dr. Petronella Marcia Risamasu, dr., M.Ked.Trop untuk berusaha berbuat lebih demi tanah kelahirannya. Data dari Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes menyebutkan, angka kesakitan malaria di Papua tahun 2013 (Annual Parasite Incidence) mencapai 42,65 per 1000 penduduk. Angka ini jauh diatas angka nasional 1,38 per 1000 penduduk. Potret kesehatan masyarakat inilah yang membuat Petronella terusik. Menurut ibu dari Aurelia Demtari Tuah ini, untuk mengeliminasi malaria diperlukan strategi tepat dan keterlibatan semua pihak. Yang paling efektif menemukan parasit pada pasien dengan gejala malaria maupun tanpa gejala malaria lebih cepat dan kemudian diobati dengan tepat, meliputi jenis, dosis, dan waktu minum obat. Selain itu diperlukan tindakan pencegahan bagi masyarakat dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk. Peran pemerintah, health provider, pasien, dan masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Jika kedua hal ini dilakukan bersinergi dan berkesinambungan maka dapat memutus rantai penularan, karena tidak ada parasit plasmodium yang ditularkan meskipun nyamuk anopheles tetap ada. “Papua merupakan daerah endemis malaria tertinggi di Indonesia. Saya lahir, besar dan berkarya di Papua dan sampai kini malaria tetap menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Papua, meski berbagai upaya pengendalian telah dilakukan. Harapan saya, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis bagi pemerintah dan masyarakat. Ini
menjadi tekad saya,” kata dokter yang pernah bertugas sebagai dokter PTT di tempat terpencil di Jayapura ini. Dalam menempuh pendidikan S3-nya, perempuan kelahiran Kaimana 7 September 1971 ini tak pernah membayangkan sebelumnya bakal meraih IPK terbaik (3,96, nyaris sempurna). Baginya keberhasilan ini adalah buah dari kesabaran dalam menikmati proses pendidikannya. “Saya jatuh cinta sama UNAIR dan Surabaya ketika menempuh pendidikan S1 disini. Bagi saya, FK UNAIR bukan saja dapat mewujudkan cita-cita untuk menjadi dokter, tetapi juga membentuk karakter sehingga menghasilkan ilmuwan yang berintegritas,” katanya. Lantas,
apa
rencana
setelah
lulus
S3?
“Kembali
ke
habitat..haha..,” kelakarnya. Petronella akan kembali mengabdi untuk tanah Papua, mengamalkan ilmu dan menjadi dokter yang sebaik-baiknya di Jayapura. (*) Penulis: Sefya Hayu Istighfaricha Editor: Binti Quryatul Masruroh
Nido DW, Kuliah Sesuai Passion, Jadi Wisudawan Terbaik Psikologi UNAIR UNAIR NEWS – Mempelajari pola dan karakter setiap orang adalah passion Nido Dipo Wardana. Nyatanya, ia mengaku tak ada kiat khusus untuk menjadi wisudawan terbaik S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga periode Juli 2016. “Karena aku memang suka dengan psikologi, jadi segala urusan kuliah itu bikin aku
senang. Meski sesusah apapun tugasnya, tapi tetap bisa semangat ngerjain karena dasarnya itu, passion aku,” tutur peraih IPK 3,80 ini. Sejak duduk di bangku SMA ia mengaku sudah tertarik dengan bidang psikologi. Alasannya, ia ingin bisa mengenal dan memahami karakter orang-orang di sekitarnya. Atas ketertarikannya itu, laki-laki kelahiran Pasuruan 7 Agustus 1994 ini melanjutkan kuliah di Fak. Psikologi UNAIR. Setelah lulus nanti ia ingin melanjutkan studinya ke negeri ‘The Black Country’. Meski masih bimbang antara berminat ke jurusan yang berhubungan neuropsikologi dan psikologi forensik. “Sekarang lagi merencanakan dan memperbanyak modal untuk cari beasiswa. Aku pengen lanjutkan di Inggris karena disana ada jurusan yang aku pengen, antara neuropsikologi atau psikologi forensik,” tutur laki-laki yang ingin menjadi ilmuwan psikologi ini. Selama empat tahun kuliah di Psikologi UNAIR, ia menyibukkan diri dengan kuliah, magang, dan ikut kegiatan lomba. Ia pernah menjadi panitia acara International Conference of Psychology in Health, Educational, Social, and Occupational Settings (ICP-HESOS) tahun 2013. Di bidang organisasi, ia pernah turut menyuarakan aspirasi mahasiswa bidang komunikasi dan informasi. Ia juga pernah menjadi juara II lomba Psychoscience – Psychometrics pada Olimpiade Psikologi Indonesia III tahun 2015 di Surabaya. Saat itu ia bersaing dengan mahasiswa dari berbagai kampus terbaik di Indonesia. Dalam penelitian skripsinya, ia membahas saksi tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dimana ia meneliti tentang perilaku menolong saksi laki-laki yang menjadi tetangga korban KDRT. “Mengapa mereka tidak mau menolong? Faktor yang paling mencolok karena mereka menganggap KDRT itu urusan pribadi rumah tangga. Di sisi lain, para saksi khawatir kalau mereka
membantu, hubungan ketetanggaan akan rusak,” kata penulis skripsi “Gambaran Perilaku dan Dinamika Efek Pengamat pada Tetangga Laki-laki Saksi Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga”. Baginya, UNAIR merupakan kampus berkualitas dan tidak berat secara finansial. Nido berharap UNAIR bisa menjadi kampus berkualitas akademik bertaraf internasional sesuai dengan tagline Excellence with Morality. “Semoga juga bisa jadi univesitas yang berkualitas internasional,” ujarnya. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila
Rangkuman Berita UNAIR Media (23 sd 25/7)
di
Perdopin Bentuk Seribu Relawan Akta notaris pembentukan Perkumpulan Dokter Paliatif Indonesia (Perdopin) Sabtu, (23/7) ditandatangani. Ada tiga pekerjaan rumah, diantaranya membentuk 1.000 relawan paliatif, pembentukan prodi, dan persiapan kongres Asia-Pasifik. Perdopin berkomitmen mengawal terbentuknya 1.000 relawan paliatif itu. Rencananya, peresmian berlangsung pada ulang tahun ke-25 Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) pada Februari 2017. Kepala Instalasi Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD dr. Soetomo, dr. Agus Ali Fauzi, PGD., Pall., Med., yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga mengungkapkan, selama ini poli paliatif memang dibantu relawan yang rata-rata usianya lebih dari 40 tahun. Dengan adanya program seribu relawan, diharapkan pasien terbantu dan termotivasi. Jawa Pos, 24 Juli 2016 halaman 32
Dirawat Empat Bulan, Istri Prof Fasich Berpulang Keluarga besar Universitas Airlangga berduka. Mughnijah, istri mantan Rektor UNAIR, Prof. Fasichul Lisan berpulang (22/7). Sebelumnya, almarhum sempat dirawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga akibat penyakit jantung yang dideritanya. Sebelum dimakamkan, jenazah disemayamkan di Aula Dharmawangsa, RSUA. Jenazah Mughnijah disholatkan di Masjid Ulul Azmi, Kampus C UNAIR dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Sepanjang, Sidoarjo. Ribuan akademisi UNAIR dan warga yang menyalatkan jenazah dipimpin langsung oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Muhammad Nuh. Jawa Pos, 23 Juli 2016 halaman 29, Sindo, 23 Juli 2016 halaman 13 dan 14 Gendang Telinga Tiruan Lolos Uji Serap Suara Cukup banyak pasien gangguan pendengaran. Jenis yang dialami pun beragam, salah satunya ruptur atau robekan pada membran timpani (Gendang telinga). Kerusakan membran timpani dapat mengakibatkan ketulian. Hal ini yang melatarbelakangi Rara Setya Angtika, Ditya Hanif Kharisma, Brillyana Githanadi, Tarikh Omar Asyraf, dan Adita Wardani Rahmania menciptakan inovasi membran timpani artifisial (lapisan tengah tiruan). Mereka dibimbing oleh Prihartini Widiyanti, drg., Mkes. Rara dan tim telah melakukan serangkaian uji coba pada eksperimen tersebut, beberapa diantaranya uji fourier transform infrared (FTIR) untuk menetukan kualitas sampel hingga uji koefisien serap suara. Uji koefisien didapati bahwa sampel mampu menyerap suara pada range frekuensi yang bisa didengar manusia. Artinya, sampel layak digunakan sebagai membran timpani artifisial. Jawa Pos, 23 Juli 2016 halaman 32 Diwarnai Peserta Nyasar Lokasi Ujian Tes Penerimaan mahasiswa Baru Universitas Airlangga jalur
mandiri berlangsung lancar Minggu, (24/7). Tidak ada insiden yang berarti, termasuk nihil laporan praktik perjokian. Persoalan yang muncul hanya disebabkan peserta yang minim mengakses informasi seputar ujian. Akibatnya, ada beberapa peserta ujian yang nyasar saat mencari lokasi ujian. Praktis, hal ini mengurangi waktu mereka dalam mengerjakan soal-soal ujian. Tahun ini, jumlah peminat jalur mandiri UNAIR mencapai 10.941 orang. Perinciannya, 5.443 pendaftar prodi IPA dan 5.498 pendaftar prodi IPS. Padahal, kuota jalur mandiri UNAIR hanya 1.840 kursi. Jawa Pos, 25 Juli 2016 halaman 28 Kalau Capek Tandanya Tinggal Nyenggol, Lalu Gantian Ada dua sosok perempuan dibalik penerjemah atau translator bahasa dalam kegiatan ‘City Mayor Forum’. Farah Andita Ramdani dan Octrina Nanda Lamtiur, secara seksama selama tiga jam menyampaikan informasi dalam dua bahasa, yakni bahasa indonesia dan inggris. Bagi Farah yang merupakan lulusan Sastra Inggris, Universitas Airlangga, mengaku tidak ada persiapan khusus. Ia mengaku pekerjaan ini menjadi lebih ringan karena dilakukan oleh dua orang. Pembagian jobnya juga menjadi lebih jelas, dimana Octa fokus pada tamu delegasi dan Farah fokus pada Pemkot. Surya, 25 Juli 2016 halaman 13 dan 16 Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila
Wisudawan Terbaik, Kevin Tio Fokus Kuliah, Robby Tunjukkan Gaya Kepemimpinan Transformasional UNAIR NEWS – Lulusan S-2 Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Kevin Tio, berhasil menyelesaikan kuliahnya pada program studi Magister Kenotariatan dengan memuaskan, yaitu wisudawan terbaik. Selama menempuh studi master itu, dalam kurun yang sama Kevin juga menjalani kuliah hukum di suatu PTS di Surabaya. Peraih IPK 3,89 itu bersedia berbagi kiat-kiatnya.
Kevin Tio alumnus S-1 FH UNAIR (Foto: Istimewa) ”Ikuti semua jadwal perkuliahan dan serap setiap ilmu yang diberikan dosen,” kata alumnus S-1 FH UNAIR ini, yang menulis tesis tentang “Klausula Cross Default dan Cross Collateral dalam Perjanjian Kredit Perbankan”. ”Sekarang, dinamika bisnis semakin berkembang pesat dan kebutuhan modal dan investasi dalam jumlah besar. Untuk meminimalisir risiko opsi yang dipilih (misalnya Initial Public Offering/IPO, loan agreement, corporate bond emission),
bank dapat menggunakan klausula cross default dan cross collateral,” terangnya. Laki-laki kelahiran Surabaya 17 Januari 1992 ini mengaku menyelesaikan penelitian kurang lebih delapan bulan, dibawah bimbingan Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, SH., MH. Menurutnya, Prof. Agus Yudha merupakan sosok berwibawa, berpengetahuan luas, rendah hati, dan perfeksionis. “Saya mendapat banyak sekali bimbingan dan pelajaran ketika menjadi murid beliau. Prof. Agus Yudha memacu saya mengerjakan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Beliau juga memacu saya untuk mau berpikir ‘keluar’ dan menjadi yang ‘berbeda’,” imbuh Kevin. (*) GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Membahas topik leadership beserta peranan dan pengaruhnya dalam organisasi, telah menjadi bahasan yang berkembang oleh banyak peneliti. Terlebih pembahasan peranan dan fungsi tim dalam organisasi yang telah terbukti secara akademik ataupun prakteknya membawa pengaruh positif terhadap kinerja tim (performance) dan kepuasan kerja dalam tim (team job satisfaction).
Robby Sanjaya, ST., M.SM., lulusan Program Studi Sains Manajemen UNAIR
(Foto: Istimewa) Itulah yang melatarbelakangi Robby Sanjaya, ST., M.SM., lulusan Program Studi Sains Manajemen UNAIR untuk meneliti dalam tesisnya bertajuk “Transformational Leadership Style, Team Performance, Team Job Satisfaction: Dimediasi Oleh Cognitive Trust Dan Collective Efficacy (Studi pada Karyawan PT. Bank Mandiri Tbk. Surabaya)”. Dalam penelitian, pria kelahiran Malang 8 Februari 1982 ini fokus pada peranan faktor kepercayaan dan rasa percaya diri pada kemampuan dalam kelompok yang terjadi pada proses pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan. “Penelitian ini menjadi menarik ketika proses yang terjadi di dalam tim, dimana peranan Leadership dapat meningkatkan tingkat kepercayaan dan rasa percaya diri akan kemampuan dalam kelompok, yang akhirnya dapat meningkatkan tingkat performa dan kepuasan kerja tim di sebuah organisasi,” kata Roby. Selama melakukan penelitian tidak ada kendala berarti. Proses pengumpulan data hingga selesai diproses selama 3-5 minggu. Penelitiannya dilaksanakan di 12 cabang Bank Mandiri di Surabaya. Menurut wisudawan terbaik dengan IPK 3,93 ini, seluruh manajemen Bank Mandiri sangat membantu dan cooperative untuk setiap kegiatan. Ia berharap hasil penelitiannya dapat bermanfaat bagi masyarakat, dengan memberikan gambaran bahwa gaya kepemimpinan transformasional dapat memberikan dampak dan pengaruh pada setiap orang yang dipimpinnya. “Tetap bersemangat, serta bersiap menjadi mahasiswa yang Excellence, sehingga dapat berdampak bagi sesama dan bagi Indonesia,” tutupnya. (*) Penulis: Ahalla Tsauro, dan Lovita Martavabella Editor: Bambang Bes