AGROTECHBIZ JURNAL ILMIAH PERTANIAN VOL. 1 NO. 2 JULI 2014
ISSN 2355-195X
Agrotechbiz merupakan jurnal ilmiah pertanian khususnya di bidang Agroteknologi dan Agribisnis yang diterbitkan oleh Fakultas Pertanian. Agrotechbiz diterbitkan berkala setiap enam bulan, yaitu bulan Januari dan Juli. Agrotechbiz memuat artikel ilmiah hasil penelitian dan/atau kajian analitis-kritis yang berisikan pokok bahasan, baik yang terkait dengan aspek pengembangan, kerangka teoritis, implementasi, maupun kemungkinan pengembangan pertanian dalam cakupan Ilmu Tanaman secara keseluruhan. Sebagai media nasional, Agrotechbiz diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan akan sebuah media untuk menyebarluaskan informasi dan perkembangan terbaru bagi para peneliti dan praktisi Ilmu Tanaman di Indonesia.
iii
AGROTECHBIZ JURNAL ILMIAH PERTANIAN VOL. 1 NO. 2 JULI 2014
ISSN 2355-195X
DEWAN REDAKSI Penanggung Jawab: Ir. Mochamad Su’ud, M.P. Pemimpin Redaksi: Ir. Agus Edi Setiyono, M.P. Sekretaris Redaksi: Ida Sugeng Suyani, S.P., M.P. Penyunting Ahli: Sulis Dyah Candra, S.P., M.P. Ir. Tumini, M.M. Ir. H. A. Suyadi Hidayat, M.M. Penyunting Pelaksana: Retno Sulistyowati, S.P., M.P. Ir. Anton Prihantono Ir. Mimik Umi Zuhroh, M.M., M.P. Distribusi: Ida Sugeng Suyani, S.P., M.P.
Alamat Redaksi: Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga Jl. Yos Sudarso 107, Pabean, Dringu, Probolinggo 67271 Telp. (+62) 335 422715, 427923, e-mail:
[email protected]
iv
AGROTECHBIZ JURNAL ILMIAH PERTANIAN VOL. 1 NO. 2 JULI 2014
ISSN 2355-195X
DAFTAR ISI Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Biji dan Daun Jarak (Jatropa Curcas L.) Terhadap Perkembangan Larva Helicoverpa Armigera (Lepidoptera: Noctuidae) .................... 1 Ida Sugeng Suyani & Erly Lukitasari
Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) ............................................................................................ 7 Tumini & Ririn Rahayu
Eksplorasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Biwa di Sumatera Utara di Sumatera Utara ................................................................................................................ 19 Karsinah, Rebin, Fatiani Manik, M. Su’ud
Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Petsai (Brassica Chinensis L.) .................................................................................. 27 Retno Sulistiyowati & Susi Susanti
Pengembangan Pasca Panen Hasil Pertanian dan Agribisnis di Kabupaten Probolinggo ......... 33 Mimik Umi Zuhroh
v
AGROTECHBIZ JURNAL ILMIAH PERTANIAN VOL. 1 NO. 2 JULI 2014
ISSN 2355-195X Persyaratan Penulisan Artikel/Naskah
1. Artikel harus belum pernah diterbitkan pada media lain. 2. Artikel ditulis dengan bahasa Inggris/Indonesia, spesifikasi sebagai berikut: a. ukuran kertas : A4 atau letter b. ketikan : sesuai format (template) yang diberikan redaksi c. jumlah halaman : 5 - 15 halaman d. software : Microsoft Words atau Word Processor lainnya. e. Setiap artikel disertai dengan abstrak (150-200 kata) dan kata-kata kunci. 3. Artikel (hasil penelitian) memuat: a. Judul b. Nama penulis, alamat e-mail dan afiliasi institusi c. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, serta kata-kata kunci d. Pendahuluan (tanpa subjudul) Berisi uraian tentang latar belakang, tinjauan pustaka/teori, masalah, tujuan penelitian e. Metodologi Berisi uraian tentang teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan dan analisis data, serta aspek lain yang relevan. f. Hasil dan Pembahasan (dengan atau tanpa subjudul) Berisi uraian tentang temuan penelitian dan pembahasannya. g. Penutup (dengan subjudul) Berisi uraian tentang kesimpulan penelitian dan rekomendasi/implikasi. h. Referensi Hanya berisi daftar pustaka yang benar-benar dirujuk dalam artikel. 4. Atau Artikel (kajian analisis-kritis) memuat: a. Judul b. Nama Penulis, alamat email dan afiliasi institusi c. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, serta serta kata-kata kunci d. Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, dan masalah/tujuan kajian) e. Hasil dan Pembahasan kajian analisis-kritis f. Simpulan dan Saran g. Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja) 5. Penulisan Daftar Rujukan a. Buku: nama belakang, nama depan (inisial). (tahun). Judul. Tempat penerbitan: Penerbit. b. Periodicals: nama belakang, nama depan (inisial). (tahun). Judul Naskah. Nama Periodicals, vol (nomor), nomor halaman. c. Laman/internet: nama belakang, nama depan (inisial). Judul artikel. http://................ (diakses tgl. …..) d. Catatan kaki diletakan di belakang naskah, kecuali catatan kaki yang memberikan elaborasi dapat diletakan pada halaman yang bersangkutan 6. Kirimkan 2 copy manuskrip artikel, dan 1 (CD) softcopy artikel ke: Redaksi AGROTECHBIZ Jurnal Ilmiah Pertanian Jl. Yos Sudarso 107, Pabean, Dringu, Probolinggo 67271 vi
ISSN 2355-195X
PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK BIJI DAN DAUN JARAK (JATROPA CURCAS L) TERHADAP PERKEMBANGAN LARVA HELICOVERPA ARMIGERA (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Ida Sugeng Suyani1, Erly Lukitasari 2 1
Staf Pengajar, 2 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga
[email protected] 1 (diterima: 20.05.2014, direvisi: 03.06.2014)
Abstrak Petani selama ini sangat tergantung kepada pestisida kimia untuk mengendalikan hama Helicoverpa armigera yang menyerang tanaman jagungnya , karena dinilai lebih efisien dan praktis. Akan tetapi penggunaan pestisida yang berlebihan, tidak saja akan meningkatkan biaya produksi, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan petani, konsumen maupun keseimbangan hayati sekitarnya. Hal ini dapat diminimalisir dengan memanfaatkan sumber daya alam yang sangat melimpah di tanah air sebagai bahan pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan senyawa beracun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mematikan serangga hama, salah satunya adalah tanaman jarak pagar (Jatropa curcas L) .Daun jarak pagar mengandung flavanoid, apigenin, vitexin, dan isovitexin. Daun jarak pagar juga mengandung dimer dari triterpene alkohol (C63H117O9) dan dua flavanoid glikosida. Sedangkan biji jarak pagar mengandung senyawa utama yang beracun yaitu HCN, curcin dan minyak purgatif. HCN mempunyai pengaruh racun terhadap serangga melalui mulut serangga, menuju alat pencernaan makanan, sehingga diserap dan masuk ke peredaran darah serta bekerja sebagai racun saraf. Gejala racun saraf yang pertama adalah perangsangan, kejang, kelumpuhan dan kemudian mati. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Dinas Pertanian Kota Probolinggo, mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor dan masing-masing diulang tiga kali. Uji lanjutan yang digunakan adalah analisa probit untuk mengetahui Lethal Time 50 (LT 50) dan Lethal Concentrate 50 (LC 50). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji jarak dengan konsentrasi 100% (E1K5) mempunyai LT-50 selama 6,8 jam dan daun jarak dengan konsentrasi 100% (E2K5) mempunyai LT-50 selama 17,53 jam. Biji jarak (E1) mempunyai LC-50 sebesar 30,34 gram/liter dan daun jarak (E2) mempunyai LC-50 sebesar 69,77 gram/liter. Biji jarak dengan konsentrasi 60% (E1K3) dan daun jarak dengan konsentrasi 80% (E2K4) mampu mempengaruhi kemampuan imago dalam menghasilkan telur dan kemampuan daya tetas telurnya. Biji jarak dengan konsentrasi 60% (E1K3) dan daun jarak dengan konsentrasi 80% (E2K4) juga mampu mempengaruhi ukuran larva, pupa dan imago. Kata Kunci: tanaman jarak pagar (Jatropa curcas L), Helicoverpa armigera.
Petani selama ini sangat tergantung kepada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut, karena dinilai lebih efisien dan praktis, akan tetapi penggunaan pestisida yang berlebihan, tidak saja akan meningkatkan biaya produksi, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan petani, konsumen maupun keseimbangan hayati sekitarnya. Hal ini dapat diminimalisir dengan memanfaatkan sumber daya alam yang sangat melimpah di tanah air sebagai bahan insektisida nabati. Tanaman jarak pagar mempunyai banyak manfaat terutama pada bagian biji, daun, batang maupun buah.
PENDAHULUAN Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, karena dibuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia. Pestisida nabati bersifat ”hit and run”, yaitu apabila diaplikasikan akan mematikan hama pada waktu itu setelah hamanya mati maka residunya akan cepat menghilang ke alam (Kardinan, 2000). Serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya merupakan salah satu faktor penting yang dapat mengurangi hasil pertanian. 1
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Biji & Daun Jarak … Biji jarak pagar mengandung senyawa utama yang beracun yaitu HCN, curcin dan minyak purgatif. HCN mempunyai pengaruh racun terhadap serangga melalui mulut serangga, menuju alat pencernaan makanan, sehingga diserap dan masuk ke peredaran darah serta bekerja sebagai racun saraf. Gejala racun saraf yang pertama adalah perangsangan, kejang, kelumpuhan dan kemudian mati (Sodiq, 2000). Curcin yang biasa disebut phytotoksin atau toxalbumin, ditemukan di dalam biji dan sebagian dalam buah dan sari buah. Curcin mengandung molekul protein yang kompleks sehingga menjadi racun yang tinggi. Phytotoksin mempunyai panas yang tidak stabil, dan dapat mengidentifikasi reaksi kimia yang terjadi sebagai antibodi (Kingsbury, 1964). Molekul kimia yang menyebabkan sebagai racun yang akut adalah Tetramethylpyrazine (TMPZ):CAS:1124-11-4 MW:136, 22 Molekular formula: C8-14-12-N2. Cara kerja curcin menyerupai kerja enzim proteolitik, yaitu mengacaukan sintesa protein dengan merusak membran plasma terlebih dahulu kemudian merangsang akumulasi amonia. Oleh karena itu apabila terjadi akumulasi suatu senyawa atau hambatan maka sirkuit transmisi listrik akan terhambat (Kingsbury,1964). Pengaruh langsung dengan adanya akumulasi ini terhadap mamalia adalah adanya gangguan sistem syaraf pusat, sistem kardiovaskular, dan disertai dehidrasi (Aplin, 1976). Biji jarak pagar juga mengandung minyak purgatif, kandungan minyak purgatif terdapat pada bagian kulit biji adalah 25-30%, sedangkan pada bagian inti biji (kernel) kandungannya lebih tinggi yaitu 50-60%. Oleh karena itu, minyak purgatif sangat beracun dan dianjurkan tidak dikonsumsi. Minyak purgatif, terkandung 40% penghasil minyak tetapi kebanyakan pada jenis jarak kepyar (Riccinus communis) (Jourbert et al., 1984). Selain itu, tanaman jarak juga mengandung beberapa senyawa kimia seperti alpha-amirin, kompesterol dan stigmasterol (Wijayakusuma, 2003). Imago betina Helicoverpa armigera L meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan. Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Suyani, I.S. & Lukitasari, E.
METODOLOGI Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Dinas Pertanian Kota Probolinggo, mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor dan masing-masing diulang tiga kali. Uji lanjutan yang digunakan adalah analisa probit untuk mengetahui Lethal Time 50 (LT 50) dan Lethal Concentrate 50 (LC 50). Larva Helicoverpa armigera yang digunakan adalah larva instar tiga hasil dari pembiakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Nilai Lethal Concentrate 50 (LC-50) pada Biji dan Daun Tanaman Jarak Perhitungan analisa probit pada perlakuan ekstrak biji dan daun menyatakan, Lethal Concentrate 50 (LC-50) pada biji sebesar 30,344 gram/liter sedangkan nilai Lethal Concentrate 50 (LC-50) pada daun sebesar 69,775 gram/liter . Hasil dari analisa probit ini menunjukkan bahwa toksisitas biji Jarak dalam membunuh 50% larva lebih tinggi jika dibandingkan dengan toksisitas daun Jarak. Menurut Wijayakusuma (2003), tanaman jarak mengandung bahan aktif berupa n-1 triakontanol, alphaamirin, kompesterol, stigma-5-ene-3 beta, 7 alpha-diol, stigmasterol, beta-sitosterol, iso-viteksin, 7-keto-beta sitosterol dan asam sianida (HCN). Kandungan HCN pada biji jarak sebesar 263,61 mg/kg dan pada daun sebesar 64,61 mg/kg. Apabila HCN dicerna melalui alat pencernaan makanan, kemudian akan diserap , masuk ke dalam system peredaran darah dan akan menimbulkan kematian karena HCN bersifat sebagai racun syaraf. Busvine (1971) menjelaskan, gejala keracunan syaraf secara khas mengakibatkan penampakan gejala dalam empat fase yaitu : 1) kekalutan (excilation), 2) kejang (convulsion), 3) kelumpuhan (paralysis) dan 4) kematian (death). Pada perlakuan ekstrak biji dan daun jarak menunjukkan gejala awal adanya perubahan warna larva dari hijau menjadi kuning kecoklatan kemudian menjadi hitam, lemah dan akhirnya mati. Tabel 1. Analisa Probit untuk Perhitungan LC-50 antara Biji & Daun Jarak Perlakuan Biji Daun
2
Konsentrasi (gr/lt) 30,344 69,775
AGROTECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X
Tabel 2. Analisa Probit untuk Perhitungan LT-50 antara Biji & Daun Jarak
Berdasarkan analisa probit untuk menentukan nilai Lethal Time 50 (LT-50) antara ekstrak biji dan daun dapat dijelaskan bahwa, ekstrak biji jarak mempunyai kemampuan membunuh lebih cepat dibandingkan dengan ekstrak daun. Menurut Natawigena (2005), semakin tinggi suatu konsentrasi pestisida maka kandungan bahan aktifnya juga meningkat, sehingga apabila pestisida tersebut diaplikasikan pada serangga atau larva maka daya bunuh pestisida tersebut akan bertambah cepat. Pengamatan Generasi Kedua a. Ukuran Stadia Larva, Pupa dan Imago Hasil penelitian menunjukkan pada konsentrasi ekstrak biji dan daun setelah 12 hari, diperoleh larva yang masih hidup pada perlakuan E1K0, E1K1 dan E1K2. Sedangkan pada ekstrak daun terjadi pada perlakuan E2K0, E2K1, E2K2 dan E2K3 (Tabel 3). Pada keadaan larva yang masih hidup diberikan makanan tanpa pestisida untuk diamati ukuran stadia larva, pupa, imago dan daya tetas telur. Perlakuan kontrol tanpa ekstrak biji jarak (E1K0) dan perlakuan kontrol tanpa ekstrak daun (E2K0) mempunyai ukuran larva, pupa dan imago terpanjang. Ukuran terpendek diperoleh dari perlakuan E1K2 dan E2K3. Hal ini membuktikan bahwa residu dari hasil perlakuan masih berpengaruh pada keturunannya, sehingga menghambat enzim molting fluid yang dikeluarkan oleh epidermis kulit dalam proses pergantian kulit dan akibatnya pertumbuhan larva menjadi terhambat.
Perhitungan Nilai Lethal Time 50 (LT-50) Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa, perlakuan ekstrak biji pada konsentrasi 100% mempunyai nilai lethal time 50 (LT-50) sebesar 6,899 jam sedangkan pada konsentrasi 40% menunjukkan nilai LT-50 353,647 jam. Artinya pada konsentrasi tinggi jelas mengakibatkan peningkatan toksisitas terhadap larva Helicoverpa armigera L. Menurut Prijono (1994), semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin tinggi kandungan bahan aktif yang dapat meningkatkan gangguan metabolisme dalam tubuh larva, sehingga mampu menyebabkan kematian. Perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun jarak, pada konsentrasi 100% menunjukkan nilai 17,532 jam dan pada konsentrasi 80% menunjukkan nilai 26,879 jam. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji dan daun jarak, maka waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 50% dari populasi larva Helicoverpa armigera L. akan semakin singkat.
Tabel 3. Nilai rata-rata ukuran larva, pupa dan imago generasi kedua akibat perlakuan biji dan daun jarak (data transformasi Arcsin �(𝑥𝑥 + 0,5).
Keterangan: Angka pada kolom yang sama & diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada BNT 5% 3
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Biji & Daun Jarak …
Suyani, I.S. & Lukitasari, E.
Untuk perlakuan E1K3 sampai E1K5 dan juga E2K4 serta E2K5, menunjukkan jumlah telur yang dihasilkan sebesar 0,00 karena pada saat perlakuan (generasi pertama) kematian larva mencapai 100% sehingga jumlah telur yang dihasilkan semakin berkurang. Maka perlakuan E1K2 berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan E1K0 dan perlakuan E2K4 berbeda nyata dibandingkan dengan E2K0.
Untuk perlakuan E1K3 sampai E1K5 dan juga E2K4 serta E2K5, menunjukkan nilai sebesar 0,00 karena pada saat perlakuan (generasi pertama) kematian larva mencapai 100% sehingga tidak terdapat adanya turunan kedua. Perlakuan E1K2 berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan E1K0 dan juga pada perlakuan E2K4 berbeda nyata dibandingkan dengan E2K0. Pada penggunaan ekstrak biji dan daun dengan berbagai konsentrasi ternyata dapat mempengaruhi secara nyata ukuran pupa. Berdasarkan pengamatan, ukuran larva ternyata memberikan pengaruh terhadap ukuran pupa. Dengan asumsi, semakin normal ukuran larva maka normal pula ukuran pupanya. Begitu juga dengan ukuran imago akan normal apabila proses metabolisme pada saat stadia larva tidak terganggu maka ukuran larvanya akan normal dan berlanjut sampai stadia pupa dan imago.
c. Daya Tetas Telur Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji dan daun jarak yang digunakan, maka daya tetas telur Helicoverpa armigera L. akan semakin menurun (Tabel 5). Pada perlakuan kontrol (E1K0 dan E2K0) rata-rata jumlah telur yang menetas sebesar 76,30% dan 79,47%. Sedangkan pada perlakuan E1K2 jumlah telur yang menetas sebesar 7,20%. Pada perlakuan E1K2 berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan E1K0 dan juga pada perlakuan E2K4 berbeda nyata dibandingkan dengan E2K0. Hal ini diduga hormon yang mempengaruhi daya tetas telur menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan horman menyebabkan terhentinya beberapa aktivitas imago, sehingga akan menurunkan metabolisme imago (Sastrodiharjo, 2001). Sedangkan menurut Richnon et al (1977) dalam Parella dan Robb (1982), persentase daya tetas telur akan mengalami penurunan apabila imago jantan hasil perlakuan dikawinkan dengan betina hasil perlakuan, meskipun jumlah telur yang dihasilkan per imago betina perlakuan sama jumlahnya dengan imago betina tanpa perlakuan.
b. Kemampuan Menghasilkan Telur Tabel 4 menunjukkan bahwa, perlakuan ekstrak biji dan daun pada konsentrasi yang semakin tinggi ternyata berbanding terbalik dengan telur yang dihasilkan. Semakin tinggi ekstrak biji dan daun yang diberikan maka jumlah telur yang dihasilkan oleh imago akan semakin sedikit dan semakin rendah suatu konsentrasi maka jumlah telur yang dihasilkan akan semakin banyak pula. Hal ini sesuai pendapat Robb dan Parella (1984), bahwa dengan adanya penekanan terhadap imago betina akibat perlakuan insektisida akan menyebabkan jangka waktu peletakkan telur lebih pendek dibandingkan dengan imago betina yang tidak diberi perlakuan.
Tabel 4. Nilai rata-rata jumlah telur yang dihasilkan generasi kedua akibat pemberian biji dan daun jarak (data transformasi Arcsin �(𝑥𝑥 + 0,5).
Keterangan: Angka pada kolom yang sama & diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada BNT 5%
4
AGROTECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X
Tabel 5. Presentase daya tetas telur yang dihasilkan generasi kedua akibat pemberian biji dan daun jarak (data transformasi Arcsin �(𝑥𝑥 + 0,5).
Keterangan: Angka pada kolom yang sama & diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada BNT 5%
KESIMPULAN Dari hasil penelitian pengaruh aplikasi ekstrak biji dan daun jarak (Jatropha curcas L) terhadap larva Helicoverpa armigera L. dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan untuk membunuh 50 persen (Lethal Concentrate/LC-50) larva Helicoverpa armigera L. untuk biji sebesar 30,344 g/l sedangkan pada daun sebesar 69,775 g/l. Ekstrak biji jarak memiliki toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak daun. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 50 persen (Lethal Time/LT-50) larva Helicoverpa armigera L. pada biji jarak konsentrasi 100% memerlukan waktu 6,899 jam sedangkan untuk daun jarak konsentrasi 100% memerlukan waktu 17,532 jam. Biji jarak membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk membunuh 50 persen populasi larva Helicoverpa armigera. 3. Ukuran stadia larva, pupa dan imago pada konsentrasi 60% untuk biji jarak dan pada daun jarak pada konsentrasi 80% menunjukkan nilai sebesar 0,00 karena pada saat perlakuan (generasi pertama) kematian larva mencapai 100% sehingga tidak terdapat adanya turunan kedua. 4. Kemampuan untuk menghasilkan telur pada konsentrasi 60% untuk biji jarak dan pada daun jarak pada konsentrasi 80% menunjukkan bahwa jumlah telur yang dihasilkan oleh imago semakin sedikit untuk menjadi generasi selanjutnya.
5. Daya tetas telur pada konsentrasi 60% untuk biji jarak dan pada daun jarak pada konsentrasi 80% menunjukkan bahwa persentase daya tetas telur akan mengalami penurunan untuk menjadi generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Adam, S.E.I. 1974. Toxic Effects of Jatropha curcas in mice. Toxicology, 2(1): 67-76. Diunduh di http://www.inchem.org Ahmed, SM and Grainge, JW. 1984. Some Promising Plant Species For Use as Pest Control Agent Under Traditional Farming System. 600 hal Alamsyah, A.N.2006. Biodisel Jarak Pagar: Bahan Bakar Alternatif yang ramah lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta. hal 24-48 Anonim, 1989. Pengendalian Serangga Kapas Secara Terpadu. Balitas. Badan Litbangtan. MalangIndonesia. Edisi khusus No. 4/VI (1989) hal. 123. Anonymous, 2000. Teknologi Peningkatan Produksi Jagung Bisma di Lahan Kering. Badanlibangtan. BPTP Ungaran. Dep.Tan hal. 21. Anonymous, 2006a. Membuat Minyak Bio-Disel Dari Jarak Pagar. Diunduh di http://www.batan.go.id/mediakita/current/mediakita.
5
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Biji & Daun Jarak … Anonymous, 2006b. Wikipedia: Jarak Pohon. Diunduh di http://id.wikipedia.org
Kingsbury, J.M. 1964. Poisonus plants of the United States and Canada. Diunduh di http://www.inchem.org
Aplin, T.E.H. 1976. Poisonous garden plants and other plants harmful to man in Australia. Western Australia Department of Agriculture. Bulletin 3964.Diunduh di http://www.intox.org
Masruroh, K. 2006. Uji Daya Racun Ekstrak Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada ulat grayak Spodoptera Litura F. (Lepidoptera: Noctuidae). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Brodjonegoro,T.P.,RekksowardjojoI.K.,SoerawidjajaT.H. .2006. Jarak Pagar, Sang Primadona. Diunduh di http:// www.pikiran-rakyat.com Busvine. 1971. Probit Analysis. York. 285 hal.
Suyani, I.S. & Lukitasari, E.
Natawigena, N. 2005. Pestisida dan Kegunaannya. Armico, Bandung. 71 hal.
Mc Graw Hill, New
Parrella, M.P., K.L. Robb, D.G. Christie, and J. A. Bethke. 1982. Control of Liriomyza trifolii with biological agents and insect growth regulators. Calif. Agric. 36: 17−19.
Dewi, I.R. 2007. Prospek Insektisida yang Berasal dari Tumbuhan untuk Menanggulangi Organisme Pengganggu Tanaman. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran.
Pracaya. 2002. Hama dan penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. 417 hal.
Hamid, A. Dan Y. Nuryani. 1992. Kumpulan Abstrak Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani, Bogor. P.1 dalam S. Riyadi, A. Kuncoro, dan A.D.P. Utami. Tumbuhan beracun. Malang: Balittas.
Prijono, D. 1994. Pedoman Pratikum, Teknik Pemanfaatan Insektisida Botanis. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional dengan Fak. Pertanian IPB serta Penelitian Hortikultura Lembang. 40 hal.
Hanafiah, A.K. 2003. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta. 259 hal.
Pujiastuti. 1993. Konsep dan Strategi Penelitian dan Pengembangan pestisida Nabati dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Balai Penelitian Tanaman Pangan dan Obat-obatan, Bogor. 310 hal.
Hariyadi, 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha curcas) sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel. Diunduh di http:// www.ristek.go.id Heroetadji, H. 2003. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 144 hal.
Puspitarini, R.D. 2005. Biologi dan Ekologi Tungau Merah Jeruk Panonychus citri (McGregor) (Acari:Tetranychidae). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Horiuchi T, H.Fujiki, M.Hirota, M.Suttajit, M.Suganuma, A.Yosshioka,V .Wongchai, E.Hekker, T.Sugimura. 1987. Presence of tumors promoters in the seed oil of Jatropha curcas L. from Thailand. Japanese Journal of Cancer Research, 78(3):223-236. Diunduh di http://www.inchem.org
Sastrodihardjo, S. 2001. Pengantar Entomology Terapan. Institut Pertanian Bogor. 21 hal. Sastroutomo, SS. 1992. Pestisida: Dasar-dasar dan Dampak Penggunaannya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hal:27-44
Isman, M.B., J.T. Arnason, G.H.N dan Towers. 1995. Chemistry and biological Activity of Ingredients of Other Species of Meliaceae. p.652-666. Dalam H. Schmutter (ed.), The Neem Tree: Source of Rocaglamide, A Natural Benzofuran Insecticide from Aglaia odorata. Phytochemistry 32: 67-69.
Sodiq, Moch. 2000. Toksikologi Pestisida. Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” ,Surabaya. 80 hal. Stirpe,F.A, B.Pession, E.Lorenzi, P.Strocchi, L.Montanaro, dan S.Sterpi. 1976. Studies on the proteins from the Seeds of Crotontiglium and of Jatropha curcas. Toxic Properties and Inhibition of Protein Synthesis in vitro. Biochemistry Journal 156(1):1-6. Diunduh di http://www.inchem.org
Jayaraj. 1982. Biological and Ecological Studies of Helicoverpa. Icrisat Proceding of Internationa Workshop. Joubert, P..J. , Brown,J.J.M., Hay dan P.D.B.Sebata.1984. Acute poisoning with Jatropha curcas (Purging nut tree) in children. South African. Medical Journal, 65:729-730. Diunduh di http://www.inchem.org
Sudarmo. 2001. Tembakau, Pengendalian Hama dan Penyakit. Kanisius, Yogyakarta. 81 hal. Wijayakusuma, H. 2003. Tanaman Berkasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini, Jakarta. 138 hal.
Kalshoven, L.G.T. 1981. Pest of Crop In Indonesia. Ichtiar Baru Van-Hoeve, Jakarta. 171-343 hal
Zhi, Q.Z. 2003. Mites of Greenhouse : Identification, biology, and control. CABI Publishing, British Library, London, UK. pp: 47-56.
Kardinan,A. 2000. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Depok. Jakarta. 80 hal
6
ISSN 2355-195X
PENGARUH JARAK TANAM DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA L.) Tumini1 , Ririn Rahayu2 1
Staf Pengajar, 2 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga
[email protected] 1 (diterima: 23.05.2014, direvisi: 09.06.2014)
Abstrak Tanaman kacang hijau dalam usaha tani pada umumnya masih dianggap sebagai tanaman tambahan, sehingga penanamannya dilakukan pada musim tanam kedua atau ketiga, pada saat hujan tidak mencukupi untuk usaha tani lain. Pengaruh jarak tanam erat hubungannya dengan persaingan antara lain tanaman untuk mendapatkan air, unsur hara dan cahaya matahari yang pada hakekatnya adalah pengaturan ruang lingkup sehingga persaingan antara individu bisa ditekan menjadi sekecil mungkin. Varietas unggul prinsipnya adalah jenis tanaman yang mempunyai sifat-sifat lebih baik daripada jenis-jenis lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak tanam yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Untuk mengetahui varietas terbaik pada pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Untuk mengetahui interaksi antara jarak tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Metode penelitian menggunakan split plot dan diulang sebanyak tiga kali, dimana main plot adalah varietas sub plot adalah jarak tanam. Penelitian dilaksanakan di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Ketinggian tempat 5 m DPL. Jenis tanah Fertisol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2012 pada Musim kemarau II. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan jarak tanam J3 (40x20cm) menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman, diameter batang, bobot 100 biji dan brangkasan kering. Pada jarak tanam (40x20cm) merupakan jarak tanam yang tepat yaitu diperoleh hasil biji kering tertinggi 2,72 ton/ha. Penggunaan V1 (Varietas Vima) menunjukkan berbeda sangat nyata hampir disetiap pengamatan, yaitu pada pengamatan tinggi tanaman,diameter batang, bobot 100 biji,brangkasan kering, dan pipilan kering, sedangkan produksi tertinggi dicapai oleh Varietas V1 (Varietas Vima) yaitu 2,05 ton/ha dan varietas terendah dicapai oleh V2 (Varietas kutilang) yaitu 1,67 ton/ha. Terjadi interaksi tertinggi antara perlakuan jarak tanam dan vareietas pada pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang. Penggunaan J3 jarak tanam (40x20cm) dan V1(Varietas Vima) menunjukkan berbeda sangat nyata yaitu pada pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang. Kata Kunci: jarak tanam, varietas, pertumbuhan, hasil produksi.
Indonesia sangat cocok untuk pengembangan budidaya tanaman kacang hijau (Rukmana,1996). Tanaman kacang hijau dalam usaha tani pada umumnya masih dianggap sebagai tanaman tambahan, sehingga penanamannya dilakukan pada musim tanam kedua atau ketiga, pada saat hujan tidak mencukupi untuk usaha tani lain (Sumarno, 1992). Pada umumnya Kacang hijau diusahakan dengan cara tanam dan pada lingkungan yang seadanya, sehingga kisaran produktivitasnya sangat rendah. Baru sekitar 40% dari
PENDAHULUAN Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh petani Indonesia. Asal-usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani soviet, menyebutkan bahwa India merupakan daerah asal sejumlah besar suku (family) leguminosae. Kacang hijau masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-17, oleh pedagang Cini dan Portugis. Keadaan Agroekologi
7
Pengaruh Jarak Tanam & Varietas terhadap …
Tumini & Rahayu, R.
potensi hasil sebenarnya. Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang hijau masih kurang, Menurut biro pusat Statistik Pangan dan Hortikultura (1996) menyatakan, produksi kacang hijau tahun 1996 sebesar 301 ribu ton biji kering. Angka tersebut sekitar 7,38% apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1995 yang sebesar 325 ribu ton biji kering. Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang hijau masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya sangat rendah. Disamping itu, petani menganggap kacang hijau hanya merupakan usaha sampingan sehingga kurang mendapat perhatian dalam budidayanya. Pada umumnya kacang hijau banyak diusahakan dilahan tegal dan sawah tadah hujan dengan produksi yang relatif rendah. Rendahnya rata-rata produksi kacang hijau yaitu sekitar 0.68 ton per hektar, disebabkan oleh cara pengolahan tanaman yang masih sederhana. Diantaranya adalah penanaman dengan jalan sebar sehingga diperoleh pertumbuhan yang tidak seragam dan sulit untuk menentukan populasi secara tepat dan cara tanam kacang hijau yang Sering ditanam dicampur dengan tanaman lain. Sedangkan dalam perbaikan budidaya dengan cara tanam antara lain, tanam tugal dan jarak tanam teratur, penyiangan tepat waktu, pemupukan dan pengendalian hama (Anonym, 2012).
pengembalian modal yang cepat, melakukan budidaya tanaman kacang hijau merupakan suatu alternatif yang tepat karena pasar lokal siap menyerap hasil produksinya. Dalam upaya meningkatkan produksi kacang hijau, penentuan varietas unggul yang akan ditanam merupakan hal yang penting. Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam dilahan sawah maupun lahan kering, sebanyak 14 varietas telah di lepas sejak tahun 1979-2004, hasilnya berkisar antara 1,4-1,7 ton/ha, dapat dikembangkan karena sesuai dengan karakteristiknya, kacang hijau memiliki adaptasi luas (Balitkabi, 2005), (Anonym. 2012 ). Tujuan penelitian ini: a). Untuk mengetahui jarak tanam yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau, b). Untuk mengetahui varietas terbaik pada pertumbuhan dan hasil kacang hijau, c). Untuk mengetahui interaksi antara jarak tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Manfaat penelitian penelitian ini diharapkan dapat: a). Memberikan informasi terhadap petani bahwa jarak tanam dan varietas akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau, b). Memberikan informasi pada petani khususnya tentang jarak tanam dan varietas yang baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Tabel 1. Luas panen & Produktivitas Kacang Hijau di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Tanaman kacang hijau termasuk suku (family) Leguminosae yang banyak varietasnya (Rahmad Rukmana, 1996). Tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan seperti berikut ini: Kindom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Leguninales Family : Leguminosae Genus : Vigna Spesies : Vigna radiata L. Perluasan lahan penanaman untuk budidaya kacang hijau termasuk lambat. Pada tahun 1999 luas panen kacang hijau di Indonesia tercatat 298.070 ha dengan produksi sebesar 265.126 ton atau produktivitasnya sebesar 0,889 ton/ha. Data terakhir (2009) menunjukkan luas areal pertanaman kacang hijau sekitar 278.854 ha dengan produksi 304.969 ton atau produktivitasnya sebesar 1,094 ton/ha (Anonym, 2012).
Tahun
Luas panen (ha)
Produktifitas (ton/ha)
1999
298.07
0,889
2000
323.978
0,895
2001
339.252
0,870
2002
313.563
0,919
2003
344.558
0,973
2004
311.863
0,995
2005
318.337
1,008
2006
309.103
1,023
2007
306.207
1,053
2008
274.316
1,076
2009
278.854
1,094
Sumber : BPS, 2009 Selama ini peningkatan produksi masih kurang menggembirakan, sedangkan di lain pihak kebutuhan terus meningkat. Keadaan ini menyebabkan pemerintah masih harus mengimpor kacang hijau. Padahal, bagi pelaku agribisnis bermodal kuat dan tidak memerlukan
Morfologi Kacang Hijau Menurut Setijo Pitojo (2004) Kacang Hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang 8
AGROTECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X 2) Keadaan tanah Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk budidaya kacang hijau. Jenis tanah yang dikehendaki kacang hijau adalah liat berlempung atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) dan latosol . Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan lahan kacang hijau adalah tanahnya gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik, aerasi (pemberian udara kedalam tanah untuk penambahan oksigen) dan drainase (pembuangan air pada permukaan suatu tanah) juga baik, serta ber-pH dengan kisaran 5,8 – 6,7. Untuk tanah yang ber pH rendah (5,8), perlu dilakukan pengapuran (Rukmana,1996).
bertubuh tegak. Tanaman kacang hijau adalah tanaman berumur pendek (60 hari). Panen kacang hijau dilakukan beberapa kali dan berakhir pada hari 84 setelah tanam. Susunan tubuh tanaman kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil akar (nodul) akar. Adapun deskripsi masing-masing bagian tanaman tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Akar Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi 2, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih dan memanjang kearah bawah. 2) Batang Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbukubuku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m, cabang menyebar ke semua arah. 3) Daun Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua, letak daun berselip. Tangkai daun lebih panjang dari pada daunnya sendiri. 4) Bunga Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu. 5) Buah Buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah itu berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman. Polongnya mempunyai rambut-rambut pendek atau berbulu.
Jarak tanam Pengaruh jarak tanam erat hubungannya dengan persaingan antara lain tanaman untuk mendapatkan air, unsur hara dan cahaya matahari yang pada hakekatnya adalah pengaturan ruang lingkup sehingga persaingan antara individu bisa ditekan menjadi sekecil mungkin. Pengaturan jarak tanam dilapangan ditentukan oleh beberapa faktor, sistem tanam yaitu varietas, sistem tanam dan kesuburan tanahnya. Menurut Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (1995), populasi tanaman dengan beda tata ruang yaitu , populasi 500.000 tanaman per hektar (jarak tanam 40x10 cm) dan populasi 500.000 tanaman per hektar (jarak ganda 40 cm (20x20 cm), dengan lingkungan yang demikian hasil tertinggi 1,53 ton per hektar tercapai dengan populasi 500.000 tanaman per hektar dan disiangi dua kali. Lebih lanjut Purnomo (1996) menyatakan hasil kacang hijau tertinggi (1,16 ton/ha) diperoleh pada populasi 500.000 tanaman per hektar, penggunaan jarak tanam model empat persegi panjang lebih baik karena untuk pemeliharaan tanaman menjadi lebih mudah, misal jarak tanam 40x10 cm, 40x15 cm. Bahkan bila tanahnya sangat subur dapat digunakan jarak tanam 40x20 cm, ditanam sebanyak 2 tanaman per lubang (Kamaru, 2002). Menurut Al Haqqi (2010) menyatakan bahwa jarak tanam 40x20 cm, merupakan jarak tanam yang tepat karena pada tanam jarak 40x20 cm dengan populasi 250.000 tanaman per hektar diperoleh hasil biji kering tertinggi yaitu 2,421 ton per hektar. Penanaman dilahan kering dengan jarak tanam 40x15 cm, 40x10 cm, jumlah benih 2 biji per lubang sehingga populasi tanaman sekitar 400.000-500.000 tanaman (Anonym 2012).
Syarat tumbuh 1) Keadan iklim Tanaman kacang hijau dapat beradaptasi didaerah beriklim panas (tropik). Kacang hijau di Indonesia dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
9
Pengaruh Jarak Tanam & Varietas terhadap …
Tumini & Rahayu, R. b. Insektisida bila diperlukan (imidacloropid 70%, Fiproonil pada fase vegetatif, dan Delthamethrin, Matador pada fase Generatif). c. Pupuk dasar yaitu pupuk Ponska 250 - 300 kg/ha (rekomendasi BALITKABI Malang).
Varietas kacang hijau Varietas unggul prinsipnya adalah jenis tanaman yang mempunyai sifat-sifat lebih baik daripada jenis-jenis lainnya. Pemuliaan tanaman kacang hijau diarahkan untuk menghasilkan varietas unggul yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Daya hasilnya tinggi, yakni mencapai 2 ton/hektar dan berkualitas baik. 2. Umur tanaman pendek (genjah) dan cepat berbuah (membentuk polong). 3. Tanaman tahan (resisten) terhadap penyakit utama, seperti bercak daun, kudis, embun tepung, dan karat daun. 4. Daya adaptasinya luas tehadap berbagai keadaan lingkungan tumbuh. Masak buah (polong) berlangsung serempak (Rukmana,1996). Kacang hijau umumnya ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau tanaman palawija yang lain. Di tingkat petani, rata-rata produktivitas baru mencapai 0,9 ton/ha. Sedangkan dari hasil percobaan dapat mencapai 1,15 ton/ha. Rendahnya hasil kacang hijau di tingkat petani antara lain disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang optimal. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman diperlukan teknologi budidaya yang tepat. Varietas unggul baru (VUB) yang dikembangkan: Murai, Kenari, Sriti, Kutilang dan VIMA-1. Varietas unggul baru (VUB) Vima-1 mempunyai produksi tinggi, kadar berprotein tinggi, kulit mudah lunak jika direbus, sangat cocok untuk bahan baku bakpia (Haniatur, 2012).
Metode Penelitian Penelitian akan dilaksanakan secara faktorial dalam rancangan split plot dan diulang sebanyak tiga kali, dimana main plot adalah varietas sub plot adalah jarak tanam. Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu: 1). Faktor I adalah penggunaan jarak tanam sebagai sub plot yang terdiri dari tiga taraf yaitu: a. J1 : 40 x 10 cm, dua - tiga biji/lubang tanam b. J2 : 40 x 15 cm, dua - tiga biji/lubang tanam c. J3 : 40 x 20 cm, dua - tiga biji/lubang tanam 2) Faktor II adalah penggunaan varietas sebagai main plot yang terdiri dari tiga taraf yaitu: a. V1 : Varietas Vima b. V2 : Varietas Kutilang c. V3 : Varietas Kenari Dari hasil penggabungan kedua faktor tersebut di dapat 9 kombinasi perlakuan yang dapat disajikan sebagai berikut: J1V1 J1V2 J1V3 J2V2 J2V3 J2V1 J3V2 J3V3 J3V1 Metode Analisis Model matematis yang digunakan dari Rancangan Petak Terbagi Faktorial (Adji Sastrosupadi, 2000) adalah sebagai berikut: Yijk = µ + Bk + €ik + Vj + ( TV)ij + σijk Yijk = Nilai pengamatan karena pengaruh factor T taraf ke-I dan factor V taraf ke j pada ulanan ke k µ = Nilai tengah umum Bk = Pengaruh blok atau ulanagn ke-k Ti = Pengaruh Faktor T yang ke-i €ik = Pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh faktor T taraf ke-I pada kelompok ke-k ( TV)ij = Pengaruh interaksi factor pengolahan tanah yang ke-I dan varietas yang ke-j Σijk = Pengaruh sisa untuk anak petak atu pengaruh sisa karena pengaruh faktor T taraf ke-I dan faktor varietas ke-j pada kelompok ke-k.
Pemupukan Penempatan pupuk dalam tanah dapat mempungaruhi perkecambahan benih, pertumbuhan tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman. Pemberian pupuk pada lajur atau larikan perlu dijaga agar pupuk tidak kontak langsung dengan benih karena dapat menyebabkan kerusakan benih dan menghambat perkecambahan (Soeprapto, 2012).
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Ketinggian tempat 5 m DPL. Jenis tanah Fertisol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2012 pada musim kemarau II.
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil, BNT dengan taraf 5%, Beda Nyata Rataan Berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% dan uji Ortogonal Polinom (Polymonial Orthogonal), (Adji Sastrosupadi, 2000).
Bahan penelitian Bahan yang digunakan yaitu: a. Kacang hijau varietas Vima, Kutilang, Kenari.
Persiapan Lahan Tanah diolah dan dibuat petak-petak dengan ukuran 3 x 4 m.
10
percobaan
AGROTECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X
Jarak antar perlakuan 40 cm dan jarak antar ulangan 50 cm, setelah pembuatan petak selesai, bersihkan dari sisa-sisa tanaman yang tersisa.
pada setiap periode pengamatan. Perlakuan jarak tanam dan varietas menunjukkan sangat berbeda nyata pada umur 35 HST. Hal ini di duga pada umur 35 HST menunjukkan saling berpengaruh antara jarak tanam dan varietas karena memasuki masa generatif yaitu masa berbunga. Menurut Harjadi (1991) mengatakan bahwa, jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Hasil analisis statistik menunjukkan pada perlakuan tunggal varietas menunjukkan berbeda sangat nyata pada umur 7,14 dan 35 HST. Hal ini diduga pada umur 21 dan 28 HST pengairan terlambat, dan varietas Vima berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman daripada varietas Kutilang dan Kenari. Pada jarak tanam menunjukkan interaksi sangat nyata pada umur 7, 14, 21, 28 dan 35 HST. Hal ini dikarenakan tanaman kacang hijau memperoleh cahaya matahari dengan cukup untuk melakukan fotosintesis, hasil asalisis statistik sidik ragam disajikan pada lampiran 1 sampai 5. Dari tabel 2 dan 3 dapat dikemukakan bahwa perlakuan V1 (Varietas Vima) memberikan rerata tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda sangat nyata pada setiap umur periode pengamatan. Hal ini diduga bahwa perbedaan respon dari beberapa varietas tanaman yang ditampilkan sebagai bentuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif dan kebutuhan terhadap kondisi lingkungan buruk adalah adanya perbedaan sifat-sifat genetik yang dibawanya (Affandi, 1997). Pengaruh jarak tanam erat hubungannya dengan persaingan antara lain tanaman untuk mendapatkan air, unsur hara dan cahaya matahari yang pada hakekatnya adalah pengaturan ruang lingkup sehingga persaingan antar individu bisa ditekan menjadi sekecil mungkin. Menurut Gardner (1995), unsur hara, air dan cahaya sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang dialokasikan dalam bentuk bahan kering selama fase pertumbuhan. Pada perlakuan J3 (jarak tanam 40x20 cm) memberikan rerata tertingggi terhadap perlakuan J1 (jarak tanam 40x10 cm) dan J2 (jarak tanam 40x15 cm) pada setiap umur periode pengamatan walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini terjadi karena J3 (jarak tanam 40x20 cm) memberikan jarak antar barisan lebih efisien dalam menerima cahaya matahari. Dengan demikian lebih meningkat yang selanjutnya terhadap pertumbuhan tanaman lebih baik sehingga hasil tanaman juga lebih baik (Sajad, 2011). Kombinasi perlakuan V1J3 mempunyai jarak tanam antar barisan yang lebih besar sehingga efek pengaruh lorong lebih besar, sehingga efektif dalam memanfaatkan energi cahaya matahari.
Penanaman Penanaman dilakukan dengan alat tunggal, dengan kedalaman lubang ± 3 cm. Dengan jarak tanam yaitu 40x10 cm, 40x15 cm, 40x20 cm. Tiap lubang diisi 2-3 biji, dan menjadi 2 tanaman per lubang. Setelah dilakukan penjarangan. Pemupukan Pemupukan dasar dilakukan sebelum tanam, dengan cara larikan. Pupuk yang digunakan adalah Phonska dengan dosis 250 kg/ha. Pengairan Pengairan diberikan sampai daerah perakaran tanaman, pengairan diberikan secara optimal dengan interval 10 hari, kurang lebih sebanyak 3 kali selama tanam. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada saat umur tanaman 7 HST, dan penjarangan dilakukan pada umur 15 HST dengan menyisihkan 3 tanaman per lubang. Pengendalian hama dan penyakit Untuk mengendalikan hama dan penyakit digunakan insektisida dan fungisida yang aman,dan digunakan apabila serangan hama atau penyakit sudah mencapai ambang ekonomi. Panen Panen dilakukan saat polong telah kering dengan cara dipetik, panen pertama dilakukan pada umur 60 HST dan panen kedua pada umur 70 HST dilakukan pada pagi atau sore hari saat tidak hujan dan sinar matahari tidak terlalu terik. Pengamatan dan pengambilan data Pengamatan tanaman dimulai pada 7 hari setelah tanam dan selanjutnya diamati setiap minggu. Parameter yang akan diamati adalah sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman umur 7, 14, 21, 28, 35 HST, diukur dari pangkal akar sampai titik tunas tertinggi (cm). 2. Diameter batang tanaman umur 7, 14, 21, 28, 35 HST, diukur pada pangkal akar (mm). 3. Bobot 100 biji per petak (g). 4. Bobot Brangkasan kering per petak (kg). 5. Bobot Biji kering per petak (kg). 6. Hasil panen per hektar (ton).
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman Hasil analisis statistik perlakuan pengaruh jarak tanam dan varietas menunjukkan terjadi interaksi sangat nyata
11
Pengaruh Jarak Tanam & Varietas terhadap …
Tumini & Rahayu, R.
Tabel 2 Rerata tinggi tanaman (cm) umur 7, 14, 21, 28, HST, karena pengaruh faktor jarak tanam & varietas
tinggi tanaman 7 hst
Perlakuan V1
6.43
V2
5.74
V3
5.98
BNT 5%
0.35
J1
6.32
J2
5.47
J3
6.36
21 hst
14 hst c a
8.35 b
c
9.50 a
8.68
14.20 b
8.23 c
25.55
a
b a
b
9.40
c
16.11
a b
25.25 0.94
14.81 14.38
b
23.45
0.68
8.98
a
b
15.42
0.28 b
28 hst
15.61
b
24.45
a
22.98 c
26.80
b a c
BNT 5% 0.06 0.6 0.3 0.11 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama, berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%
Tabel 3 Rerata tinggi tanaman karena pengaruh jarak tanam & varietas terhadap tinggi tanaman umur 35 HST
No
Kombinasi perlakuan
Rerata
Notasi
1
V1J1
48,2
bc
2
V1J2
48,6
bc
3
V1J3
49,53
c
4
V2J1
41,56
ab
5
V2J2
39,1
a
6
V2J3
41,46
ab
7
V3J1
44,56
b
8
V3J2
42,23
ab
9
V3J3
47,2
bc
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama, berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%
Pada perlakuan tunggal jarak tanam menunjukkan berbeda sangat nyata pada umur 7, 14 dan 35 HST dan menunjukkan berbeda tidak nyata pada umur 28 HST. Hasil analisis statistik ragam menunjukkan bahwa pada diameter batang umur 14, 21 dan 35 HST menunjukkan interaksi yang sangat nyata artinya ada keterkaitan antara jarak tanam dan varietas, hal ini diasumsikan bahwa pengairan dalam tanaman merupakan hal penting karena pada waktu masa perkecambahan tanaman kacang hijau memerlukan banyak air karena untuk pembentukan isi polong (deptan, 2012). Pada umur 7 dan 28 tidak terjadi interaksi, artinya tidak saling berpengaruh antara jarak tanam dan varietas, diduga hal ini terjadi, karena kurangnya air dalam melakukan pengairan.
Dengan demikian pertumbuhan tanaman lebih baik karena mampu mengendalikan faktor-faktor pertumbuhan (misal, proses fotosintesis) dan lingkungan (iklim, suhu dan curah hujan) lebih efisien (Hidayat, 1984). Diameter batang Hasil analisis statistik diameter batang tanaman menunjukkan terjadi interaksi sangat nyata antara perlakuan jarak tanam dan varietas pada umur 7,21 dan 35 HST, menunjukkan interaksi nyata pada umur 14 HST, dan tidak menunjukkan interaksi pada umur 28 HST. Pada perlakuan tunggal varietas menunjukkan berbeda sangat nyata pada umur 28 HST, menunjukkan berbeda nyata pada umur 7 dan 35 HST, dan menunjukkan berbeda tidak nyata pada umur 14 dan 21 HST, hal ini diduga karena pada umur 14 dan 21 HST tanaman kekurangan air sehingga tanaman tidak bisa melakukan proses fotosintesis.
12
AGROTECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Tabel 4
ISSN 2355-195X Sedangkan pada perlakuan tunggal jarak tanam menujukkan berbeda sangat nyata, hal ini diduga karena jarak tanam yang renggang sehingga bisa melakukan fotosintesis dengan baik. Dari Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa perlakuan V1 (Varietas Vima) memberikan rerata bobot 100 biji perpetak lebih tinggi dan berbeda sangat nyata. Hal ini diduga karena V1 (Varietas Vima) memiliki kualitas yang baik daripada V2 (Varietas Kutilang) dan V3 (Varietas Kenari). Menurut Pandey (1994) bahwa ukuran dan berat maksimum polong ditentukan oleh varietas dan kecukupan unsur hara yang dibutuhkan saat pengisian polong. Perlakuan jarak tanam menunjukkan berbeda nyata untuk bobot 100 biji, hal ini diduga karena jarak tanam yang renggang memberikan kompetisi yang luas dalam melakukan reaksi fotosintesis. Menurut Pandey (1994) bahwa ukuran dan berat maksimum polong ditentukan oleh varietas dan kecukupan unsur hara yang dibutuhkan saat pengisian polong. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Varietas Vima merupakan varietas yang tepat karena diperoleh 100 biji tertinggi yaitu 6,85 gr sedangkan kutilang 6,08 dan kenari 6,3 gr. Hasil analisa dengan menggunakan pembanding Ortogonal Polinom (polynomial orthogonal) bahwa nilai kuadratik menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada parameter pengamatan 100 biji, dan menunjukkan respon antare perlukuan J2 dan J3.
Rerata diameter batang tanaman (mm) umur 28 HST, karena pengaruh jarak tanam dan varietas.
Perlakuan
diameter batang 28 HST
V1
10.04 b
V2
8.97 a
V3
11.07 c
BNT 5%
0.63
J1
9.75 a
J2
10.15 b
J3
10.18 bc
BNT 5%
0.6
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengan taraf 5 %.
Bobot 100 Biji Kering per petak Hasil analisis statistik bobot 100 biji perlakuan varietas menunjukkan berbeda sangat nyata untuk bobot 100 biji perpetak. Perlakuan jarak tanam menunjukkan berbeda sangat nyata untuk bobot 100 biji perpetak karena lingkungan tumbuh yang baik dan penggunaan varietas unggul sehingga ukuran dan berat maksimum kacang hijau dapat berpengaruh pada hasil kacang hijau. Pada perlakuan tunggal varietas menunjukkan berbeda nyata, hal ini diduga karena V1 (Varietas Vima) adalah varietas terbaru yang dirilis oleh DEPTAN RI jika dibandingkan dengan dua varietas lain yang digunakan dalam penelitian ini V2 (Varietas Kutilang) V3 (Varietas Kenari).
Bobot brangkasan kering per petak Hasil analisis statistik bobot brangkasan kering perlakuan varietas menunjukkan berbeda sangat nyata untuk bobot brangkasan kering perpetak.
Tabel 5 Rerata diameter batang (mm) karena pengaruh jarak tanam dan varietas pada umur 7, 14, 21 dan 35 HST
1
Kombinasi perlakuan V1J1
2.83
b
3.9
ab
7.1
ab
12.56
bc
2
V1J2
2.76
b
3.96
ab
7.76
bc
12.96
bc
3
V1J3
3
b
5.36
b
8.13
c
12.73
bc
4
V2J1
1.73
a
3.06
ab
6.8
a
10.43
a
5
V2J2
2.2
ab
4.13
ab
7.2
ab
11.63
ab
6
V2J3
2.13
ab
4.43
ab
7.4
ab
12.46
ab
7
V3J1
2.53
b
3.13
ab
7.66
b
12.66
bc
8
V3J2
2.43
ab
4.26
ab
7.7
bc
12.26
ab
9
V3J3
2.76
b
3.93
a
7.9
bc
13.33
c
No
7 hst
14 hst
21 hst
35 hst
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji DMRT dengan taraf 5 %. 13
Pengaruh Jarak Tanam & Varietas terhadap …
Tabel 6
Tumini & Rahayu, R. Pada perlakuan jarak tanam J3 (40 x 20 cm) berbeda nyata, hal ini dikarenakan jarak tanam pada masa pertumbuhan generatif sangat berpengaruh pada tingkat persaingan pengambilan nutrisi dan sinar matahari, hal ini sangat berpengaruh pada aktifitas fotosintesis. Hasil analisa dengan menggunakan pembanding Ortogonal Polinom (polynomial orthogonal) bahwa nilai kuadratik menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada parameter pengamatan brangkasan kering, dan menunjukkan respon pada erlakuan J2 dan J3.
Rerata bobot 100 biji karena pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap bobot 100 biji (g).
Perlakuan
Total
Rerata (cm)
V1
7,03
0,781 c
V2
6,57
0,73
V3
6,81
0,756 b
BNT
a
0,255
Perlakuan
Total
J1
6,81
0,75
a
J2
6,57
0,73
a
J3
7,03
0,781
ab
BNT
Rerata (cm)
Bobot biji kering per petak Hasil analisis statistik pada bobot biji kering (kg) tidak menunjukkn adanya interaksi antara perlakuan varietas dan jarak tanam, pada perlakuan tunggal varietas menunjukkan berbeda nyata, hal ini diduga karena V1 (Varietas Vima) adalah varietas terbaru yang dirilis oleh UPTD Balai Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH) jika dibandingkan dengan varietas lain yaitu V2 (Varietas Kutilang) dan V3 (Varietas Kenari). Sedangkan pada perlakuan tunggal jarak tanam (40 x 20 cm) menunjukkan berbeda nyata. Dari Tabel 9 dapat dikemukakan bahwa Varietas Vima menunjukkan sangat berbeda nyata dan jarak tanam J3 (40x20cm) menunjukkan berbeda nyata. Hal ini diduga bahwa V1 (Varietas Vima) dan jarak tanam J3 (40x20cm) mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan faktor-faktor pertumbuhan dan lingkungan yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan yang lain. Pertumbuhan dari lingkungan yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan varietas lain sehingga lebih responsive terhadap kondisi lingkungannya, hal ini ditunjukkan dengan karakteristik tinggi tanaman yang lebih tinggi.
0,291
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengan taraf 5 %. Perlakuan jarak tanam menunjukkan berbeda nyata untuk bobot brangkasan kering perpetak karena lingkungan tumbuh yang baik dan penggunaan varietas unggul sehingga ukuran dan berat maksimum kacang hijau dapat berpengaruh pada hasil kacang hijau. Hasil analisis statistik bobot brangkasan kering tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan jarak tanam dan varietas. Pada perlakuan tunggal varietas menunjukkan berbeda sangat nyata, hal ini diduga karena V1 (Varietas Vima) adalah varietas unggul dan pada umumnya berumur lebih genjah bila dibandingkan dengan varietas lokal serta lebih tahan terhadap tekanan lingkungan, tahan terhadap hama penyakit tertentu jika dibandingkan dengan dua varietas lain yang digunakan dalam penelitian ini V2 (Varietas Kutilang) dan V3 (Varietas Kenari). Tabel 7
Anova 100 biji
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
1. ulangan
2
0.182963
0.091481
2. varietas (V)
2
1.176296
0.588148
15.41748 **
6.94
18
3. galat (a)
4
0.152593
0.038148
4. jarak tanam (J)
2
1.176296
0.588148
7.284404 **
3.88
6.93
Linier
1
0.268839
0.268839
3.33 ns
4.75
9.33
Kuadratik
1
0.907407
0.907407
11.24 **
4.75
9.33
5. V x J
4
0.912593
0.228148
2.825688 ns
3.26
5.41
6. galat (b)
12
0.968889
0.080741
Total
28
5.745876
14
AGROTECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
Tabel 8
ISSN 2355-195X
Rerata brangkasan kering karena pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap brangkasan kering per petak (kg).
Tabel 10 Rerata bobot biji kering karena jarak tanam dan varietas terhadap biji kering per petak (kg).
Perlakuan
Total
Rerata (cm)
Perlakuan
Total
Rerata (cm)
V1
36.39
4,04 c
V1
26,62
2,95 c
V2
26.93
3,29 a
V2
21.67
2.40 a
V3
33,98
3,77 b
V3
25,46
0.54
2.82 b 0.15
BNT Perlakuan
Total
Rerata (cm)
BNT Perlakuan
Total
Rerata (cm)
J1
31,85
3,53 a
J1
24,6
2.73 a
J2
31,57
3,50 a
J2
22,91
2.54 a
J3
36,58
4,06 b
J3
26,24
BNT
BNT Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengan taraf 5%.
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengan taraf 5%. Tabel 9
3.91 b 0.27
0.29
Anova Brangkasan Kering
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
1. ulangan
2
0.018319
0.009159
2. varietas (V)
2
2.608452
1.304226
7.554972 *
6.94
18
3. galat (a)
4
0.690526
0.172631
4. jarak tanam (J)
2
1.761163
0.880581
10.98007 **
3.88
6.93
Linier
1
1.2429
1.2429
15.49786 **
4.75
9.33
Kuadratik
1
0.5182
0.5182
6.461496 ns
4.75
9.33
5. V x J
4
0.598548
0.149637
1.865842 ns
3.26
5.41
6. galat (b)
12
0.962378
0.080198
Total
28
8.400485
F hitung
F 5%
F 1%
6.833347 ns
6.94
18
Tabel 11 Anova Biji Kering
SK
db
JK
KT
1. ulangan
2
0.14143
0.070715
2. varietas (V)
2
1.489341
0.74467
3. galat (a)
4
0.435904
0.108976
4. jarak tanam (J)
2
0.616096
0.308048
4.206393 *
3.88
6.93
Linier
1
0.1493
0.1493
2.038689 ns
4.74
9.33
Kuadratik
1
0.4666
0.4666
6.371416 *
4.75
9.33
5. V x J
4
0.435437
0.108859
1.486471 ns
3.26
5.41
6. galat (b)
12
0.8788
0.073233
Total
28
4.612907
15
Pengaruh Jarak Tanam & Varietas terhadap …
Tumini & Rahayu, R.
Dengan demikian pertumbuhannya lebih baik selanjutnya akan menghasilkan pertumbuhan generatif yang lebih baik pula, maka diperoleh komponen hasil yang lebih baik juga (Affandi, 1997). Jarak tanam pada masa pertumbuhan generatif sangat berpengaruh terhadap tingkat persaingan pengambilan nutrisi dan sinar matahari, hal ini sangat berpengaruh pada aktifitas hasil fotosintesis. Sutoro (1998) mengemukakan bahwa peningkatan populasi setiap satuan batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanaman selanjutnya akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi di dalam penerapan unsur hara, air, radiasi sinar matahari dan ruang tumbuh sehingga menurunkan hasil produksi. Hasil analisa dengan menggunakan pembanding Ortogonal Polinom (polynomial orthogonal) bahwa nilai kuadratik menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada parameter pengamatan biji kering, dan menunjukkan respon antara perlakuan J2 dan J3.
Hasil panen per hektar Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pengaruh varietas menunjukkan berbeda nyata dalam hasil panen (ton/ha). Dan pada perlakuan tunggal jarak tanam menunjukka berbeda nyata diduga pada jarak tanam yang rapat dengan populasi yang besar per satuan luas lahan diperoleh rata-rata tingi tanaman yang lebih tinggi. Hal ini dapat diduga bahwa karena dengan persaingan tanaman untuk mendapatkan ruang tumbuh dengna sinar matahari, tanaman cenderung tumbuh lebih tinggi (terjadi etiolasi). Tanaman akan berusaha untuk memperpanjang batangnya dalam usaha untuk memperoleh cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Dari Tabel 12 dapat dikemukakan bahwa perlakuan tunggal V1 (Varietas Vima) dan V3 (Varietas Kenari) memberikan rerata tertinggi pada hasil panen (ton/ha). Keadaan ini diduga karena V1 da V3 merupakan varietas unggul baru (VUB) yang dikembangkan oleh UPTD Balai Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH). Pada perlakuan jarak J3 (40x20cm) memberikan rerata tertinggi pada hasil panen (ton/ha), hal ini diduga karena jarak tanam yang lebih luas sehingga efek pengaruh lorong sinar matahari terhadap tanaman lebih besar, sehingga efektif dalam memanfaatkan energi cahaya matahari. Sutoro (1998) mengemukakan bahwa peningkatan populasi setiap satuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji. Berdasarkan hasil konversi kami pada penelitian ini bahwa jarak tanam J3 (40x20cm) merupakan hasil yang tepat karena pada tanam jarak 40x20 tanam per hektar diperoleh hasil biji kering tertinggi yaitu 2,72 ton/ha. Hasil analisa dengan menggunakan pembanding Ortogonal Polinom (polynomial orthogonal) bahwa nilai kuadratik menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada parameter penen ton per hektar, dan menunjukkan respon antara perlakuan J2 dan J3.
Tabel 12 Rerata hasil panen karena pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap hasil panen per hektar (ton). Rerata Perlakuan Total (ton/ha) V1 22,14 2,46 b V2
18,03
2,00 a
V3
21,17
2,35 b 0.35
BNT
Rerata (ton/ha) 2,27 a
Perlakuan
Total
J1
20,45
J2
19,06
2,11 a
J3
21,03
2,33 ab
0.23 BNT Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengan taraf 5%.
Tabel 13 Anova panen per hektar
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
1. ulangan
2
0.098519
0.049259
2. varietas (V)
2
1.025652
0.512826
6.943286 *
6.94
18
3. galat (a)
4
0.295437
0.073859
4. jarak tanam (J)
2
0.426274
0.213137
4.177641 *
3.88
6.93
Linier
1
0.1058
0.1058
2.073757 ns
4.74
9.33
Kuadratik
1
0.3204
0.3204
6.280073 *
4.74
9.33
5. V x J
4
0.299748
0.074937
1.46882 ns
3.26
5.41
6. galat (b)
12
0.612222
0.051019
Total
28
3.184052 16
AGROTECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X http://munief85.wordpress.com/1008/10/05/vignaradiata, bulan Mei 2012.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas pada Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L), maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan jarak tanam J3 (40 x 20 cm) menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman, diameter batang, bobot 100 biji dan brangkasan kering. Pada jarak tanan (40 x 20 cm) merupakan jarak tanam yang tepat yaitu diperoleh hasil biji kering tertinggi 2,72 ton/ha. 2. Penggunaan V1 ( Varietas Vima) menunjukkan berbeda sangat nyata hampir disetiap pengamatan, yaitu pada pengamatan tinggi tanaman,diameter batang, bobot 100 biji,brangkasan kering, dan pipilan kering, sedangkan produksi tertinggi dicapai oleh Varietas V1 (Varietas Vima) yaitu 2,05 ton/ha dan varietas terendah dicapai oleh V2 (Varietas kutilang) yaitu 1,67 ton/ha. 3. Terjadi interaksi tertinggi antara perlakuan jarak tanam dan vareietas pada pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang. Penggunaan J3 (jarak tanam 40x20cm) dan V1 (Varietas Vima) menunjukkan berbeda sangat nyata yaitu pada pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang.
Anonym, 2012, Teknologi Budidaya Kacang Hijau. Diakses dari: http://epetani.deptan.go.id/budidaya/teknologibudidaya-kacang-hijau-1945, tanggal : 2 Juli 2012. Balitkabi, 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian. Malang. Dyah,Y.E, 2006. Pengaruh jarak tanam dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau(Phaseolus radiates Linn) Varietas parakit. Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang. Haniatur, 2012. Pemuliaan tanaman kacang hijau. Diakses dari http://blog.ub.ac.id/haniatur/2012/04/26/pemuliaantanaman-kacang-hijau/, tanggal 1 Juli 2012. Haqiqi Al, 2010. Pengaruh Jarak Tanam Kacang Hijau Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Kacang Hijau Dan Jagung Dalam Sistem Tumpang Sari. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Harjadi, 1991. Dasar Agronomi. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Hidayat, Fathurrahman. 1994. Pengaruh Jarak Tanam Dan Tinggi Bedengan Terhadap Pertumbuhan Dan hasil Kacang Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah. Malang. Kamaru Imam, 2002. Pengaruh Model Jarak Tanam Pada Beberapa Varietas Terhadap Pertubuhan Dan Hasil Kacang Hijau. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga.
Saran Dari hasil pengamatan di lapangan, analisis hasil dan data yang ada maka disarankan: 1. Petani lebih memperhatikan penggunaan jarak tanam dan varietas unggul sehingga dapat meningkatkan hasil produksi kacang hijau. 2. Melakukan penelitian lanjutan pada musim berbeda dan rancangan percobaan yang berbeda terhadap jarak tanam dan varietas pada kacang hijau. 3. Sebaiknya menggunakan perbandingan orthogonal polinom jika hanya 1 (satu) faktor mempunyai beberapa taraf yang berjarak sama
Mahfud, 2004. Penggunaan Jenis mulsa Dengan Intensitas penyiangan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Hijau. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga. Musyarofa, 2009. Keragaman Varietas Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga. Pandey, R.K. 1994. Bertanam Kacang tanah dilahan sawah. Departemen Pertanian, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana.R, 1996. Kacang Hijau Budidaya dan Pasaca Panen, Kanisius. Yogyakarata.
Affandi. A. 1997, Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayur-Sayuran. Departemen Pertanian Badan Pengendali BIMAS. Jakarta.
Sajad, S. 2001. Agronomi Umum. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeprapto H.S 2012, Bertanam Kacang Hijau. Diakses dari: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pemupukanpada-tanaman-kacang-hijau, bulan Mei 2012
Anonym, 2012. Agronomi kacang hijau. Diakses dari: http://dc222.4shared.com/doc, tanggal 1 Juli 2012 Anonym, 2012, Indomesia Butuh Kacang Hijau. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id, tanggal 27 Juni 2012.
Sutoro, Y, Sulaiman dan Iskandar. 1998. Budidaya Tanaman Kacang-Kacangan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta
Anonym, 2012, Morfologi Kacang Hijau (Vigna Radiata). Diakses dari: 17
Pengaruh Jarak Tanam & Varietas terhadap …
Tumini & Rahayu, R.
[ halaman dikosongkan ]
18
ISSN 2355-195X
EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH TANAMAN BIWA DI SUMATERA UTARA Karsinah1 , Rebin1 , Fatiani Manik2 , M.Suud3 1
2
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, P.O. Box 5, Solok 27301 Kebun Percobaan Berastagi, Jl. Medan-Berastagi Km. 60, P.O. Box 4, Berastagi 22156 3 Staf Pengajar, Universitas Panca Marga
[email protected] (diterima: 26.05.2014, direvisi: 09.06.2014)
Abstrak Biwa (Eriobotrya japonica Lindl.) merupakan salah satu tanaman buah dataran tinggi yang belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini juga masih merupakan tanaman buah langka karena masih sebagian kecil masyarakat yang membudidayakannya sebagai tanaman pekarangan. Data maupun informasi tentang tanaman biwa di Indonesia masih sangat minim, namun akhir-akhir ini buah biwa semakin banyak diminati oleh konsumen terutama dari etnis Cina. Di dataran tinggi Sumatera Utara, tanaman biwa tumbuh dengan karakter tanaman dan buah yang beragam karena tanaman tersebut ditanam dari biji. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mengkarakterisasi plasma nutfah tanaman biwa yang berasal dari Sumatera Utara, serta membentuk kebun koleksi plasma nutfah tanaman biwa di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2004 sampai Oktober 2005 di beberapa daerah di Sumatera Utara. Hasil eksplorasi telah diperoleh 13 aksesi biwa yang berasal dari Sumatera Utara. Contoh tanaman dari 13 aksesi biwa tersebut telah dikoleksi di Kebun Percobaan Berastagi dan masih dalam fase pertumbuhan vegetatif. Kata Kunci: Biwa (Eriobotrya japonica Lindl.), eksplorasi, karakterisasi, koleksi, plasma nutfah.
Abstract Loquat (Eriobotrya japonica Lindl.) is one of the high land fruit crops that has not been cultured a lot in Indonesia yet. This crop also still as a rare fruit because only a part of people culture loquat as fruitproducing trees in a yard. In Indonesia, data or information about loquat is still very minimum, but recently loquat became preferably, specifically for Chinese ethnic. In high land of Nort Sumatera, loquat grow with various characters of plant and fruit, because those crops cultured from seeds. Exploration of loquat germplasm was aided to collect and characterize loquat germplasm from Nort Sumatera, and to form collection field of loquat germplasm in Berastagi Experimental Field. The research was conducted from January 2004 to Oktober 2005 in several areas in North Sumatera.. The result of the research was there were 13 accessions of loquat were obtained from Nort Sumatera. The sample plants of those 13 accessions of loquat have been collected in Berastagi Experimental Field and still in vegetative growth stage. Keywords: Loquat (Eriobotrya japonica Lindl.), exploration, characterization, collection, germplasm.
buah biwa semakin banyak diminati oleh konsumen terutama dari etnis Cina. Buah biwa juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sebagai contoh buah biwa yang dihasilkan dari Sumatera Utara (Kab. Karo) harga jualnya mencapai Rp. 20.000,- sampai Rp. 40.000,- per kg. Walaupun biwa belum banyak dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun buah ini telah lama dikenal di Cina, Jepang dan Eropa. Biwa merupakan tanaman indigenous Cina bagian Tenggara dan kemungkinan Jepang bagian Selatan, serta
PENDAHULUAN Biwa (Eriobotrya japonica Lindl.) atau dikenal dengan “loquat” merupakan salah satu tanaman buah dataran tinggi yang belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini juga masih merupakan tanaman buah langka karena masih sebagian kecil masyarakat yang membudidayakannya sebagai tanaman pekarangan. Data maupun informasi tentang tanaman biwa di Indonesia masih sangat minim, namun akhir-akhir ini 19
Eksplorasi & Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Biwa …
Karsinah, Rebin, Manik, Su’ud saat ini kegiatan pemuliaan tanaman biwa di Indonesia belum banyak dilakukan, di samping itu juga belum ada kebun koleksi plasma nutfah tanaman biwa. Agar kegiatan pemuliaan tanaman biwa dapat dilakukan, maka perlu dilakukan eksplorasi, koleksi, dan karakterisasi plasma nutfah tanaman biwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mengkarakterisasi plasma nutfah tanaman biwa dari Sumatera Utara, serta membentuk kebun koleksi plasma nutfah tanaman biwa di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi.
telah dibudidayakan di Jepang lebih dari 1000 tahun (Verheij dan Coronel, 1997). Di Cina, biwa termasuk tanaman buah yang penting, baik buah maupun daunnya sering digunakan dalam berbagai pengobatan herbal, terutama untuk batuk dan asma (Lin, 2007; Lin dan Tang, 2008). Telah dilaporkan bahwa daun biwa mengandung beberapa senyawa fenol dan triterpenoid yang bermanfaat sebagai anti kanker, anti radang (antiinflammation) dan hypoglycemia (Gray, 1972; Kobaa et al., 2007; Ju et al., 2003). Hasil penelitian Hong et al. (2008) menunjukkan bahwa daun biwa mengandung 5 macam senyawa fenol yang mempunyai aktifitas antioksidan tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri makanan dan obat. Menurut Morton (1987), buah biwa mempunyai nilai gizi tinggi, di samping itu daun dan bijinya mengandung khasiat obat. Daging buah biwa mengandung asam malat, asam tartarat, asam sitrat, tannat, caroten, vitamin A, B dan C. Daun dan bijinya mengandung amygdalin (amygdalin dikenal sebagai anti kanker vitamin B17 atau laetrile). Dalam pengobatan orang Cina tradisional ditulis bahwa daun biwa bekerja pada sistem pernapasan dan pencernaan, saluran paru-paru dan perut. Dalam The Encyclopedia of Herbs tertulis bahwa daun biwa merupakan herba expectorant yang mengontrol batuk dan muntah. Daun biwa efektif terhadap infeksi bakteri dan virus secara internal untuk penyakit bronchitis, batuk dengan demam, mual, muntah, kecegukan, dan bersendawa terus menerus. Tanaman biwa masuk ke Indonesia diperkirakan dibawa oleh Belanda. Walaupun informasi tentang tanaman ini masih sangat minim, namun tanaman ini dapat dijumpai di beberapa daerah dataran tinggi seperti di Sumatera Utara (Kab. Karo, Tapanuli Utara, Simalungun, Toba Samosir, dan Dairi), Jawa Barat (Cipanas, Kab. Cianjur), Jawa Timur (Batu), Bengkulu (Kab. Rejang Lebong), dan di Sulawesi Utara (Tondano). Biwa mempunyai nama daerah yang berbeda-beda yaitu: anggur Berastagi (Karo), lokwat (Batu), papalaan (Sunda), anggur-angguran (Bengkulu), dan mispel (Manado). Tanaman biwa yang ada tersebut pada umumnya berasal dari biji, sehingga dijumpai adanya keragaman, terutama karakter daun dan buahnya. Koleksi dan karakterisasi plasma nutfah tanaman biwa perlu dilakukan guna mengetahui karakter-karakter biwa dari tanaman terpilih dan melakukan pra evaluasi lebih lanjut, serta untuk menentukan karakter unggul dari masing-masing aksesi tersebut di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi. Dengan diketahuinya karakter unggul dari masing-masing aksesi diharapkan dapat digunakan sebagai tetua dalam perakitan varietas unggul atau sebagai varietas unggul, serta kemungkinan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan herbal. Sampai
METODOLOGI Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di beberapa daerah di Sumatera Utara. Koleksi plasma nutfah tanaman biwa dilakukan di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 1.340 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2004 sampai Oktober 2005. Kegiatan penelitian meliputi: penyiapan batang bawah, pengumpulan atau eksplorasi dan karakterisasi plasma nutfah tanaman biwa, serta koleksi plasma nutfah tanaman biwa. Penyiapan batang bawah dilakukan di rumah pembibitan Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi. Biji disemaikan pada bak pesemaian dengan menggunakan media campuran tanah, sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semaian tingginya ± 15 cm, selanjutnya dipindah ke polybag ukuran 15 x 30 cm dengan menggunakan media tumbuh tanah, pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 3:1:1. Perawatan semai batang bawah meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Batang bawah ini siap disambung setelah berumur ± 7 bulan. Pengumpulan plasma nutfah tanaman biwa dilakukan dengan menggunakan metode eksplorasi yang dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan nara sumber dan sumber informasi, baik langsung dari pemberi informasi utama (key informan) maupun data kepustakaan (Bombard dan Kostermans, 1985; Purnomo, 1987). Dalam kaitan ini dilakukan penggalian informasi keberadaan contoh tanaman, pengumpulan dan deskripsi contoh tanaman, serta koleksi contoh tanaman hasil eksplorasi. Penggalian informasi tentang keberadaan tanaman biwa dilakukan di beberapa Kabupaten di Sumatera Utara berasal dari Dinas Pertanian ataupun dari nara sumber lainnya (masyarakat setempat). Informasi ini kemudian dikembangkan pada waktu melakukan eksplorasi ke lokasi sasaran. Cek/recek informasi tersebut dan sekaligus melakukan pencatatan 20
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X ketinggian tempat 1300 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. BW-03 berasal dari Desa Simpang Ujung Aji, Kecamatan Berastagi dengan ketinggian tempat 1315 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. BW-10 berasal dari Desa Sibintun, Kecamatan Simpang Empat dengan ketinggian tempat 1030 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di perbukitan. BW-11 berasal dari Desa Kutabuluh, Kecamatan Kutabuluh dengan ketinggian tempat 900 m dpl., tanaman tersebut tumbuh di perbukitan. BW-12 berasal dari Tongkoh, Desa Dolat Rayat, Kecamatan Dolat Rayat dengan ketinggian tempat 1340 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di ladang perbukitan. BW-13 berasal dari Desa Laubuluh, Kecamatan Kutabuluh dengan ketinggian tempat 1200 m dpl, tanaman tumbuh di ladang lereng bukit. Tiga aksesi biwa dari Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu: BW-04 berasal dari Desa Paniaran, Kecamatan Siborong-borong dengan ketinggian tempat 1070 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. BW-05 berasal dari Desa Siborong-borong, Kecamatan Siborong-borong dengan ketinggian tempat 1210 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. BW-06 berasal dari Desa Pattimura, Kecamatan Siborong-borong dengan ketinggian tempat 1210 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. Dua aksesi biwa dari Kabupaten Simalungun adalah: BW-07 berasal dari Desa Parbungaan, Kecamatan Simarjarunjung dengan ketinggian tempat 1390 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di ladang perbukitan. BW-08 berasal dari Desa Tanjung Dolok, Kecamatan Sibaganding dengan ketinggian tempat 1130 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. Sedangkan satu aksesi biwa dari Kabupaten Dairi adalah BW-09 berasal dari Desa Invaliden, Kecamatan Sumbul dengan ketinggian tempat 1090 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. Deskripsi dari 13 aksesi biwa tersebut adalah sebagai berikut: Deskripsi tanaman. Biwa merupakan tanaman berkayu, berukuran sedang sampai tinggi. Dari hasil eksplorasi, tinggi tanaman biwa dapat mencapai (4-7) m tergantung dari bentuk pohon dan umur tanamannya. Kanopinya rapat, menyebar/berbentuk payung dan ada yang berbentuk tegak, lebarnya mencapai (2–10) m tergantung pada bentuk kanopi dan umur tanaman, serta berdaun hijau. Batang dan daunnya bertekstur kasar, dengan lingkar batang mencapai (26 – 169) cm tergantung pada umur tanaman. Deskripsi daun. Daun biwa berselang-seling, berbentuk lanset, tebal dan kaku dengan susunan tulang daun menyirip, pinggiran daun bergerigi jarang-jarang dan bergelombang. Panjang daunnya mencapai (8,80 – 27,65) cm dan lebarnya (1,93 – 5,93) cm. Warna daun pada bagian permukaan atas hijau tua mengkilat,
data paspor/deskripsi indigenous, serta sekaligus untuk mendapatkan peluang pengambilan contoh tanaman berupa biji dan entris untuk bahan perbanyakan. Contoh tanaman hasil eksplorasi yang berupa biji disemaikan di bak pesemaian, selanjutnya dipindah dalam polybag ukuran 15 x 30 cm dengan menggunakan media tumbuh tanah, pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 3:1:1. Contoh tanaman yang berupa entris disambungkan pada batang bawah yang telah dipersiapkan. Bibit sambung pucuk dipelihara dalam rumah pembibitan. Setelah bibit sambung pucuk berumur 4 bulan, selanjutnya dilakukan penanaman di lapang sebagai koleksi plasma nutfah. Pengamatan tanaman sampel yang terpilih saat eksplorasi antara lain: karakter tanaman (umur tanaman, tinggi tanaman, lingkar batang, lebar tajuk, dan sifat pertumbuhan), karakter daun (bentuk daun, panjang dan lebar helaian daun, panjang tangkai daun, warna daun, dan tepi helaian daun), karakter bunga (jumlah mahkota bunga, jumlah kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benangsari, dan jumlah putik), karakter buah (musim buah, bentuk buah, panjang dan diameter buah, bobot buah, tebal daging buah, warna daging buah, warna kulit buah, kadar gula (TSS), total asam, rasio TSS/total asam, dan rasa buah), karakter biji (jumlah biji per buah, bobot biji, dan warna biji). Pengamatan terhadap karakter daun, buah, dan biji menggunakan sampel sebanyak 10 daun dan 10 buah biwa. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Masing-masing karakter kuantitatif yang diamati dihitung nilai rata-rata dan standar deviasinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Biwa Dari hasil eksplorasi atau pengumpulan sumber daya genetik tanaman biwa telah diperoleh 13 aksesi biwa yang berasal dari 4 Kabupaten, yaitu dari Kabupaten Karo diperoleh 7 aksesi, Tapanuli Utara (Taput) diperoleh 3 aksesi, Simalungun diperoleh 2 aksesi, dan Dairi diperoleh 1 aksesi. Tujuh aksesi biwa yang berasal dari Kabupaten Karo tersebut adalah BW-01, BW-02, BW-03, BW-10, BW-11, BW-12, dan BW-13. Tiga aksesi biwa yang berasal dari Taput adalah BW-04, BW05 dan BW-06, dua aksesi biwa dari Simalungun adalah BW-07 dan BW-08, dan satu aksesi biwa dari Dairi adalah BW-09. Tujuh aksesi biwa dari Kabupaten Karo, yaitu: BW01 berasal dari Tongkoh, Desa Dolat Rayat, Kecamatan Dolat Rayat dengan ketinggian tempat 1340 m dpl, tanaman tersebut tumbuh di pekarangan. BW-02 berasal dari Desa Kutagadung, Kecamatan Berastagi dengan 21
Eksplorasi & Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Biwa …
Karsinah, Rebin, Manik, Su’ud pengobatan herbal. Aksesi-aksesi biwa yang telah dikoleksi tersebut masih dalam fase pertumbuhan vegetatif.
sedangkan bagian bawah berwarna agak putih atau berbulu halus seperti karat. Dari 13 aksesi biwa yang diperoleh menunjukkan bahwa BW-13 mempunyai ukuran daun yang terbesar, yaitu panjang daun (24,58 ± 3,07) cm dan lebar daun (6,06 ± 0,96) cm, sedangkan BW-05 mempunyai daun yang terkecil, yaitu panjang daun (13,35 ± 3,65) cm dan lebar daun (2,47 ± 0,54) cm (Tabel 1). Deskripsi bunga. Bunga biwa berbentuk malai, terbentuk pada ujung ranting, dan beraroma harum. Bunga memiliki 5 kelopak, 5 mahkota berwarna krem, jumlah putiknya 5 utas, dan jumlah benangsarinya 20 utas, namun pada BW-01 memiliki benangsari 18 utas, BW-06 memiliki 16- 20 utas, dan BW-11 memiliki 20 26 utas (Tabel 1). Deskripsi buah dan biji. Buah biwa terbentuk dalam kluster, berbentuk oval dan lonjong, ukuran buah dari masing-masing aksesi beragam, yaitu ukuran yang terkecil mempunyai bobot 9,16 g dan terbesar mempunyai bobot 27,25 g. Kulit buah berwarna kuning atau orange, pada permukaan kulit buah berbulu halus. Daging buah mengandung banyak air, berwarna kuning atau orange, rasanya manis, agak asam atau asam. Tiap buah berisi (1 – 7) biji dengan bobot biji (0,12 – 4,39) g berwarna coklat. Dari hasil eksplorasi menunjukkan bahwa dari nomornomor aksesi biwa yang diperoleh memiliki karakter yang berbeda. Hasil pengamatan terhadap bobot buah, BW-02 mempunyai bobot buah yang tertinggi, yaitu (20,36 ± 6,88) g, dan yang terkecil adalah BW-04 yaitu (5,45 ± 1,48) g (Tabel 1). Dari semua aksesi biwa tersebut, tanaman berasal dari perbanyakan biji, sehingga karakternya beragam. Menurut Berthaud (1997) dan Silitonga (2004) keragaman plasma nutfah sangat diperlukan dalam program pemuliaan, sehingga perlu dikoleksi, dikonservasi, kemudian mengevaluasi karakter yang dimilikinya, serta memanfaatkannya. Badenes et al. (2000) melakukan deskripsi koleksi plasma nutfah biwa untuk membedakan kultivar biwa di Spanyol.
KESIMPULAN 1. Dari hasil eksplorasi telah diperoleh 13 aksesi biwa yang berasal dari Sumatera Utara. 2. Aksesi-aksesi biwa yang diperoleh tersebut berasal dari dataran tinggi ( ≥ 900 m dpl.), sehingga biwa lebih sesuai dibudidayakan di dataran tinggi. 3. Contoh tanaman dari 13 aksesi biwa hasil eksplorasi tersebut telah ditanam sebagai tanaman koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi.
DAFTAR PUSTAKA Badenes, M.L., J. Martnez-Calvo, and G. Ll ácer. 2000. Analysis of germplasm collection of loquat (Eriobotrya japonica Lindl.). Euphytica 114: 187194. Berthaud, J. 1997. Strategies for conservation of genetic resources in relation with their utilization. Euphytica 96 : 1-12. Bombard, J.M. and A.J.G.H. Kostermans. 1985. Wild Mangifera species in Kalimantan, Indonesia. p. 172 – 174. In Mehra, K.L. ansd S. Sastrapraja (Eds). Proceedings of The International Symposium on South East Asian Plant Genetic Resources. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. Gray, D.O. 1972. Trans-4-hydroxymethyl-proline from Eriobotrya japonica. Phytochemistry 11: 751-756. Hong, Y., Y. Qiao, S. Lin, Y. Jiang, and F. Chen. 2008. Characterization of antioxidant compounds in Eriobotrya fragrans Champ leaf. Sci. Hortic (2008), doi: 10.1016/j.scienta.2008.06.018. Ju, J.H., L.Zhou, G. Lin, D. Liu, L.W. Wang, and J.S. Yang. 2003. Studies on constituents of triterpene acids from Eriobotrya japonica and their antiinflammatory and antitussive effects. Chin Pharm. J. 38: 752-757.
Koleksi Plasma Nutfah Tanaman Biwa Hasil pengumpulan plasma nutfah sebanyak 13 aksesi biwa yang berasal dari Sumatera Utara telah ditanam di kebun koleksi plasma nutfah Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi. Dengan terbentuknya kebun koleksi plasma nutfah tanaman biwa ini, maka diharapkan dapat digunakan untuk melestarikan plasma nutfah tanaman biwa dan memudahkan pemulia untuk melakukan pra evaluasi agar diketahui karakter–karakter dasar dari masing-masing aksesi, baik karakter morfologi maupun fitokimianya yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan perbaikan genetik guna menghasilkan varietas unggul maupun kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan
Kobaa, K., A. Matsuokab, K. Osadac, and Y.S. Huangd. 2007. Effect of loquat (Eriobotrya japonica) extracts on LDL oxidation. Food Chem. 104: 308-316. Lin, S.Q. 2007. World loquat production and research with special reference to China. Acta Hort. 750: 3744. Lin, J.V. and C.Y. Tang. 2008. Strawberry, loquat, mulberry, and bitter melon juices exhibit prophylactic effects on LPS-induced inflammation using murine peritoneal macrophages. Food Chem. 107: 15871596. 22
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X
Morton, J. 1987. Loquat. p. 103 – 108. In Fruits of warm climates. Miami, FL. Purnomo, S. 1987. Eksplorasi mangga Kalimantan. Jurnal Hortikultura 5: 1 – 26.
liar
di
Silitonga, T. S. 2004. Pengelolaan dan pemanfaatan plasma nutfah padi di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 10 (2): 56-71. Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (ED.). 1997. Buahbuahan yang dapat dimakan. Prosea. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 568 hal.
23
Tabel 1
Karakter tanaman, daun, bunga, dan buah dari 13 aksesi biwa (Plant, leaf, flower, and fruit characters of 13 accesions of loquat)
Eksplorasi & Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Biwa …
24
Karsinah, Rebin, Manik, Su’ud
Tabel 1
Karakter tanaman, daun, bunga, dan buah dari 13 aksesi biwa (Plant, leaf, flower, and fruit characters of 13 accesions of loquat)
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014 ISSN 2355-195X
25
Eksplorasi & Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Biwa …
Karsinah, Rebin, Manik, Su’ud
Gambar 1 Contoh buah biwa berbetuk oval dari kabupaten Karo dengan kode aksesi BW-02 (Samples of oval-shaped loquat fruit obtain from Karo distric by BW-02 accession code)
Gambar 2 Contoh tanaman, bunga dan buah biwa dari kabupaten Karo dengan kode aksesi BW-10 (Plant, flower and fruit samples obtain from Karo distric by BW-10 accession code)
Gambar 3 Contoh buah biwa berbentuk lonjong dari kabupaten Karo dengan kode aksesi BW-13 (Samples of elliptic-shaped loquat fruit obtain from Karo distric by BW-13 accession code)
26
ISSN 2355-195X
PENGARUH MACAM DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PETSAI (BRASSICA CHINENSIS L.) Retno Sulistiyowati 1 , Susi Susanti 2 1
Staf Pengajar, 2 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga
(diterima: 23.05.2014, direvisi: 03.06.2014)
Abstrak Untuk meningkatkan hasil tanaman petsai perlu adanya pemberian pupuk pada tanaman, manun dengan tingginya harga pupuk maka petani perlu mencari pupuk alternatif agar produk pertanian dapat dipertahankan dengan menekan biaya produksi serendah mungkin. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah memanfaatkan kotoran ternak yang ada disekitar untuk memaksimalkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman petsai. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai, untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai, serta untuk mengetahui interaksi antara macam dan dosis pupuk kandang terhadap tanaman petsai. Penelitian dilaksanakan di Desa Condong, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo pada ketinggian ± 86 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari-April 2013. penelitian dilaksanakan dengan mengunakan rancangan acak kelompok (RAK) factorial dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 2 (dua) factor yaitu Faktor 1 adalah jenis pupuk kandang (organik) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu: K1 = kotoran sapi, K2 = kotoran kambing, K3 = kotoran ayam. Sedangkan faktor 2 adalah penggunaan dosis pupuk kandang (organik) yang terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu: D0 = tanpa dosis pupuk kandang, D1 = 2,5 kg/polybag, D2 = 5 kg/polybag, D3 = 7,5 kg/polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) memberikan rerata tertinggi terhadap panjang tanaman, diameter krop dan bobot brangkasan (basah dan kering). Perlakuan dosis pupuk kandang 2,5 kg/polybag (D1) dapat memberikan rerata tertinggi pada panjang tanaman, diameter krop (73 HST dan saat panen) juga terhadap bobot brangkasan (basah dan kering). Perlakuan interaksi pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5 kg/polybag (K3D1) memberikan hasil tertinggi pada panjang tanaman dan bobot brangkasan (basah dan kering). Kata Kunci: pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, tanaman petsai.
sistem pertanian berkelanjutan. Secara bertahap pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman dan memberi pengaruh yang positif terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah juga mampu mendorong perkembangan jasad renik . Disarankan pemberian pupuk kandang untuk tanaman petsai berkisar antara 10-20 ton per hektar. Salah satu alternatif pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk kandang kotoran sapi, kambing dan ayam (Kusuma, 2012). Kotoran sapi merupakan bahan organik secara spesifik berperan meningkatkan ketersediaan phosfor dan unsurunsur mikro, mengurangi pengaruh buruk dari alumunium, menyediakan karbondioksida pada kanopi tanaman, terutama pada tanaman dengan kanopi lebat, dimana sirkulasi udara terbatas, kotoran sapi banyak mengandung
PENDAHULUAN Tanaman petsai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang berpotensi besar untuk dikembangkan (Anonim, 2011). Walaupun secara umum tanaman petsai dibudidayakan pada dataran tinggi, tetapi ada varietas baru yang dapat beradaptasi, dikembangkan dan berproduksi tinggi di dataran rendah (Anonim, 2007). Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk. Upaya tersebut terkendala kurang tersediannya unsur hara dalam media tumbuh tanaman, dimana produksi optimal hanya dapat diperoleh apabila terjadi keseimbangan hara atau kecukupan hara bagi tanaman. Keseimbangan atau kecukupan hara di dapat dari pemberian pupuk baik dari pupuk an-organik maupun organik (Kusuma, 2002). Menurut Sutedjo (2002), penggunaan pupuk kandang adalah kunci keberhasilan program pemupukan pada 27
Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang …
Sulistiyowati, R. & Susanti, S. pupuk kandang, (kotoran sapi, kotoran kambing dan kotoran ayam). Pencampuran tersebut disesuaikan dengan jenis pupuk kandang, dosis serta perbandingan dari masing-masing pupuk kandang tersebut. Setelah semua sesuai dengan perlakuan, maka tanah dan pupuk tersebut dimasukkan kedalam polybag tanam. Persemaian dilakukan di kotak persemaian. Benih dipilih yang baik, sehat dan seragam. Media persemaian yang digunakan adalah pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 2. Penyiraman dilakukan setiap hari dan kelembapan selalu dijaga. Sebelum penanaman dilakukan tanah di polybag diberikan furadan 3 G. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur sekitar 15 hari atau apabila jumlah daun 3 helai dipersemaian, bibit dipilih yang baik dan tidak terserang hama dan penyakit. Pemindahan atau penanaman dilakukan dengan berhati-hati agar akar pada tanaman tidak rusak saat akan pindah tanam ke polybag dan jarak tanam disesuaikan dengan perlakuan. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan dan penggemburan tanah, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Pengubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1. Panjang Tanaman (cm) Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun yang terpanjang. Pengukuran panjang tanaman dilakukan pada 10, 20, 30, 40, 50 HST dan saat panen. 2. Diameter Krop (cm) Diameter krop diukur pada tengah-tengah panjang krop. Pengukuran diameter krop menggunakan meteran kain. Pengukuran diameter krop dilakukan saat mulai terbentuk krop sampai panen dengan interval 7 hari. 3. Bobot Brangkasan Basah (g) Penimbangan brangkasan basah bersama akar pada setiap perlakuan. 4. Bobot Brangkasan Kering (g) Penimbangan brangkasan kering bersama akar dikeringkan dengan oven, pada setiap perlakuan setelah panen.
hara yang dibutuhkah oleh tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S dan B (Buckman, 1982). Bahan organik yang terkandung dalam kotoran unggas (ayam) bermanfaat dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro), serta dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Selain itu kotoran ayam juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air, permeabilitas tanah menjadi lebih baik, serta meningkatkan kapasitas pertukaran kation, sehingga mampu mengikat kation menjadi tinggi. Tetapi bila dipupuk dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak mudah tercuci (Anonim, 2010). Kotoran kambing merupakan bahan organik yang mampu meningkatkan unsur hara, terutama ketersediaan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu pada fase pertumbuhan akar, batang dan daun (Anonim, 2010). Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman petsai akibat pemberian macam dan dosis pupuk kandang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai.
METODOLOGI Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo pada ketinggian 86 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2013. Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, penggaris, meteran kain, alat tanam, alat tulis, timbangan, tali plastik, handsprayer, oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih petsai, tanah, polybag, pestisida, kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu: 1) macam pupuk kandang (organik) yaitu: K1=kotoran sapi, K2=kotoran kambing, K3=kotoran ayam dan 2) dosis pupuk kandang (organik) yaitu: D0=tanpa dosis pupuk kandang, D1=2,5 kg/polybag, D2=5 kg/polybag, D3=7,5 kg/polybag. Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Beda Nilai Tengah (BNT) pada taraf 5 % (Hanafiah, 2002). Tanah diambil dari pekarangan dan dikeringkan selama 2 hari. Setelah itu tanah tersebut dicampur dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian macam pupuk kandang dan dosisi pupuk kandang berpengaruh nyata pada panjang tanaman umur 10 HST, 40 HST, 50 HST dan 70 HST (Tabel 1). Penimbunanan bahan organik ke dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Bahan organik juga berfungsi sebagai sumber unsur hara dan sumber energi bagi 28
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman petsai yang diberi pupuk kandang ayam memiliki daun yang lebih panjang dibandingkan tanaman yang diberi pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang kambing. Ayam atau unggas pada umumnya yang diberi pakan yang berasal dari pabrik dan biasanya ransum tersebut banyak mengandung protein dan mineral. Menurut Setyamidjaja (1986) hewan yang diberi ransum yang banyak mengandung protein dan mineral akan menghasilkan kotoran yang tinggi kandungan nitrogen serta mineral lainnya. Hal ini disebabkan karena kandungan Nitrogen pada pupuk kandang ayam dan pada tanah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pupuk kandang sapi ataupun pupuk kandang kambing. Senyawa nitrogen akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu menambah panjang tanaman (Buckman and Brady ,1982).
sebagian besar jasad hidup tanah yang meliputi sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah terjadi melalui jasad mikro. Hakim et al (1986) menyatakan proses dekomposisi yang terkandung dalam bahan organik akan menghasilkan nitrogen. Selain itu pupuk kandang ayam mampu menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002). Perlakuan pupuk kandang kotoran ayam (K3) pada berbagai dosis berpengaruh pada panjang tanaman petsai umur 20 HST, 30 HST dan 60 HST (Tabel 2), karena diduga pupuk kandang kotoran ayam sebagai bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan penggunaan dosis 2,5, kg/polibag mampu menambah panjang tanaman pada umur 20 HST dan 60 HST.
Tabel 1. Rerata panjang tanaman akibat pengaruh macam (K) dan dosis pupuk kandang (D).
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5% Tabel 2. Rerata panjang tanaman 20, 30, 60 Hari Setelah Tanam (HST) akibat pengaruh faktor tunggal macam pupuk dan dosis pupuk kandang.
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5% 29
Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang …
Sulistiyowati, R. & Susanti, S. Namun pada faktor tunggal perlakuan dosis pupuk kandang rerata tertinggi pada semua parameter pengamatan didapat dari perlakuan dosis pupuk kandang 5 kg (D2) yaitu 39,5 cm pada umur 73 hst dan dosis pupuk kandang 5 kg (D2) yaitu 58,67 cm pada saat panen, hal ini diduga karena kandungan unsur. Keadaan ini diduga bahwa perlakuan dosis pupuk kandang 5 kg (D3) mempunyai kemampuan meningkatkan pertumbuhan dan tanaman petsai lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada takaran dosis pupuk kandang 7,5 kg (D3) merupakan takaran yang terlalu banyak, sehingga bahan organik yang diberikan kedalam tanah juga banyak dan akan menambah populasi jasad renik yang ada dan kegiatan jasad renik dalam tanah akan meningkat. Hal ini dapat memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Soepardi (1989) bahwa kemungkinan terjadinya keracunan oleh unsur ditekan oleh adanya jasad autototropik yang ada dalam bahan organik membuat besi dan mangan teroksidasi sehingga terdapat banyak bentuk yang tidak larut. Pupuk kotoran ayam (K3) mempunyai kemampuan dalam pembentukan diameter krop lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Walaupun pembentukan diameter krop lambat. Semua ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cuaca yang tidak menentu dengan curah hujan >1500 mm/thn. Lama waktu penyinaran sepanjang hari yang tidak menentu dan terjadinya perubahan cuaca secara fluktuatif, dapat menyebabkan pembentukan krop terhambat (Dwijosapoetro, 1986).
Kandungan unsur nitrogen yang terdapat pada pupuk organik sangat membantu pertumbuhan tanaman, terutama untuk panjang tanaman, sebab merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat. Menurut Widijanto et al, (2007) bahwa pupuk organik dapat meningkatkan kapasitas tukarkation (KTK) sehingga pupuk tidak mudah mengalami pelindian. Unsur hara nitrogen merupakan unsur hara yang utama bagi pertumbuhan tanaman, sebab merupakan penyusun di semua protein dan asam nukleat serta merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Dengan demikian apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dari unsur lainnya akan dapat menghasilkan protein yang lebih banyak dan daun dapat tumbuh panjang seta lebar, hal ini terjadi karena fotosintesis berjalan optimal (Syarief, 1985). Diameter Krop Tanaman (cm) Hasil Analisa sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan macam pupuk kandang, memberikan pengaruh pada krop tanaman berumur 73 HST. Sedangkan pada saat panen, masing-masing perlakuan macam pupuk kandang (K) dan dosis pupuk kandang (D) memberikan pengaruh terhadap diameter krop tanaman. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang berbeda nyata antara perlakuan macam dan dosis pupuk kandang terhadap diameter tanaman pada umur 73 HST dan saat panen, hal ini diduga karena faktor lingkungan (curah hujan, sinar maatahari serta kelembaban udara) yang tidak menentu serta serangan hama yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan krop pada tanaman petsai. Rerata tertinggi pada semua parameter pengamatan didapat dari perlakuan faktor tunggal pada perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) yaitu 45,13 cm pada umur 73 HST, dan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) yaitu 65,75 cm pada saat panen.
Bobot Brangkasan per Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan macam dan dosis pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot brangkasan basah dan kering. Tabel 4. Rerata Brangkasan Basah & Kering per Tanaman akibat pengaruh macam & dosis pupuk kandang.
Tabel 3. Rerata Diameter Krop Tanaman akibat pengaruh macam (K) dan dosis pupuk kandang (D).
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 5%
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama 30
pada kolom yang sama menunjukkan b b d tid k t d t f ji BNT 5%
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman, antara lain pertumbuhan ukuran panjang atau tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru yang diekspresikan dalam bobot brangkasan kering. Semakin tinggi fotosintat yang dihasilkan, diasumsikan semakin tinggi pula fotosintat yang ditranslokasikan, sehingga bobot brangkasan kering akan meningkat. Selain itu kandungan kadar air dalam perlakuan dosis 2,5 kg lebih kecil bila dibandingkan perlakuan lain, sehingga dapat mempengaruhi bobot brangkasan kering (Anonim, 2009) Kondisi tersebut didukung dengan adanya optimalisasi dosis pupuk kandang kotoran ayam terhadap tanah, sehingga memberikan pengaruh yang positif terhadap sifat fisik, kimiawi tanah, mendorong perkembangan jasad renik menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Sutedjo, 2002).
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan analisa lanjutan, pada perlakuan K3D2 mampu menghasilkan rerata bobot basah tertinggi (645,00 g). Namun dengan dosis yang rendah (K3D1) kotoran ayam dengan dosis 2,5 kg/polybag sudah mampu menghasilkan rerata bobot basah (611,67 g). Artinya dengan pemberian dosis 2,5 kg/polibag mampu memberikan hasil yang sama dengan pemberian pupuk 5 kg/polibag dan jelas hemat biaya produksi. Begitu pula pada perlakuan K3D1 menghasilkan bobot brangkasan kering tertinggi (351,67 gr) walaupun hasilnya mirip dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan K3D2 (343,3 gr). Pupuk kandang kotoran ayam memiliki kandungan unsur nitrogen lebih tinggi bila dibanding dengan pupuk kandang kotoran sapi maupun pupuk kandang kotoran kambing. Unsur nitrogen diperlukan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat. Selain itu nitrogen dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif, dengan pertumbuhan vegetatif yang aktif sebagian hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan daun, sehingga akan berpengaruh pada bobot basah tanaman (Novizan, 2005). Bobot basah tanaman dipengaruhi oleh unsur yang diserap tanaman, kadar air dan unsur hara yang ada dalam sel-sel jaringan tanaman. Optimalisasi pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh yang positif terhadap ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta menambah bahan organik yang mampu membentuk struktur tanah yang remah dan gembur, sehingga terbentuk pori-pori tanah yang baik memperbaiki airase dan draenase tanah dan meningkatkan kesuburan tanah serta merangsang pertumbuhan akar tanaman. Keadaan diperjelas oleh pendapat Anonim (2010), bahwa pupuk kandang ayam berperan dari segi kimia ternyata mempu untuk menyediakan unsur hara N, P, K, Mg, Ca, S dan hara mikro lainnya yang berfungsi meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Terkandung pula 57% H2O, 29% senyawa organik, 1,5% N, 1,3% P2O5 pada pupuk kandang ayam yang baik (Kemas, 2005). Menurut Dwijosapoetro (1986), penambahan unsur N dalam tanah dapat meningkatkan hasil bobot brangkasan basah, selain itu juga mampu meningkatkan pertumbuhan akar, batang dan daun sehingga bobot brangkasan basah naik. Rerata tertinggi bobot brangkasan kering diperoleh dari interaksi perlakuan pupuk kandang kotoran ayam dosis 2,5 kg (K3D1) menghasilkan 351,67 gram. Diduga karena kandungan nitrogen pupuk kandang ayam lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk kandang kotoran sapi dan pupuk kandang kotoran kambing. Tanaman dengan kandungan nitrogen yang lebih tinggi memiliki daun yang lebih lebar dengan warna daun lebih hijau sehingga fotosintesis berjalan lebih baik. Hasil fotosintesis
Konversi Produksi Tanaman Petsai per Ha Produksi tanaman petsai perhektar yang biasanya dilakukan oleh petani mencapai 160,85 ton dengan dosis pupuk kandang ayam 20 ton/ha. Pada penelitiam ini, tanaman petsai ditanam dengan jarak 20 x 50 dan terdapat 4 tanaman petsai per petaknya. Jumlah tanaman perhektar sebanyak 400.000 tanaman dengan berat per tanaman pada penelitian sebesar 611 gram, sehingga per Ha didapatkan produksi sebesar 244,4 ton atau terjadi peningkatan 51,9% dari produksi petsai pada umumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinensis L), maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlakuan macam pupuk kandang kotoran ayam (K3) memberikan rerata tertinggi terhadap panjang tanaman, diameter krop dan bobot brangkasan (basah dan kering) per tanaman. 2. Perlakuan dosis pupuk kandang 2,5 kg/polybag (D1) dapat memberikan rerata tertinggi pada panjang tanaman, diameter krop (umur 73 HST dan panen) juga terhadap bobot brangkasan (basah dan kering). 3. Perlakuan interaksi pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5 kg (K3D1) memberikan hasil tertinggi pada panjang tanaman dan bobot brangkasan (basah dan kering). Saran 1. Usaha mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang maksimal dalam usaha tani, direkomendasikan penggunaan pupuk kandang ayam 31
Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Kandang …
Sulistiyowati, R. & Susanti, S. Sutedjo, 2002. Pemberian Pupuk Kandang. Diunduh pada: balittanah.litbang.deptan.go.id (tanggal 13 Nopember 2012).
(K3) dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan hasil produksi tanaman petsai. 2. Usaha mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang maksimal dalam usaha tani, direkomendasikan penggunaan pupuk dengan dosis 2,5 kg/polybag atau 10 ton/Ha (D1), dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan hasil produksi tanaman petsai. 3. Direkomendasikan penggunaan pupuk kandang ayam dan dosis pupuk 2,5 kg/polybag (K3D1), sebagai acuan dalam mencapai hasil yang tinggi dalam proses pertumbuhan dan hasil tanaman petsai.
Syarief. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung. Bandung. Wisastri, 2006. Budidaya Sawi. Diunduh pada: Rizalm09.student.ipb.ac.id. (tanggal 13 Januari 2013).
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Sertifikasi Benih. Diunduh pada: www. deptan. go.id (11 Nopember 2011). _______, 2009. Teknologi Budidaya Tanaman Sawi. Diunduh pada: budidayanews. blogspot.com (tanggal 3 Januari 2013). _______, 2010. Manfaat Pupuk Kandang. Diunduh pada: ibutani.blogspot.com (tanggal 11 Januari 2013). _______, 2011. Komoditas Holtikultura. Diunduh pada: www. deptan-go.id (tanggal 11 Nopember 2012). Buckman & Brady, 1982. Peran Mikroorganisme Dalam Tanah. Diunduh pada: http://bianconeri16.blogspot.com/2010/06/peranmikroorganisme-dalam.html (tanggal 11 Januari 2013). _______, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Soegiman. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Dwijosapoetra, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Hakim, N et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hanafiah, Ali, Kemas. 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta. Kemas, 2005. Peran pupuk organik terhadap tanah. Diunduh pada: ejournal.utp.ac.id. (tanggal 10 Januari 2013). Kusuma, 2002. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Putih (Brassica juncea L.). Jurnal Ilmu Hewani Tropika Fakultas Peternakan Universitas Kristen Palangka Raya. Novizan, 2007. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Penerbit CV Simplek. Jakarta.
32
ISSN 2355-195X
PENGEMBANGAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN DAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN PROBOLINGGO Mimik Umi Zuhroh1 1
Staf Pengajar, Universitas Panca Marga
[email protected]
(diterima: 19.05.2014, direvisi: 03.06.2014)
Abstrak Kabupaten Probolinggo terletak di wilayah Propinsi Jawa Timur dan merupakan salah satu akses jalan pantura di Pulau Jawa. Topografinya meliputi dataran rendah, lereng-lereng gunung dan dataran tinggi. Di bidang pertanian, Kabupaten Probolinggo merupakan penghasil palawija, buah-buahan dan sayuran. Hal tersebut sangat berperan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah yang berguna sebagai penunjanng pembiayaan pembangunan daerah dalam rangka otonomi daerah. Disisi lain juga meningkatkan pendapatan petani melalui argobisnisnya para kelompok petani. Untuk jenis palawija, Kabupaten Probolinggo juga penghasil tanaman jagung hampir sepanjang tahun. Dalam rangka penganekaragaman makanan dan meningkatkan gizi keluarga, maka tanaman jagung ini juga perlu adanya pengolahan menjadi bentuk snack atau jajanan. Ini penting sekali dalam rangka peningkatan penghasilan petani. Mengingat harga biji jagung semakin menurun. Keadaan tersebut dapat dicapai lebih mudah apabila adanya dukungan semua pihak yang terkait, terutama bila ada program pendampingan yang dapat menjebatani antara kelompok tani dengan dinas terkait. Kelompok tani yang telah dilibatkan dalam program Pendampingan (Site Manager) Pengembangan Pasca Panen, Pengolahan Hasil Pertanian dan Agribisnis di Kabupaten Probolinggo mempunyai kegiatan yang berbeda, sesuai dengan kondisi desa, tingkat pendidikan dan latar belakang sosial. Adanya program Site Manager diharapkan para kelompok tani dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan pengetahuan dan penerapan teknologi yang lebih baru. Kata Kunci: pendampingan, pengembangan, pasca panen, pengolahan, agribisnis.
penting sekali dalam rangka peningkatan penghasilan petani. Mengingat harga biji jagung semakin menurun. Keadaan tersebut dapat dicapai lebih mudah apabila adanya dukungan semua pihak yang terkait, terutama bila ada program pendampingan yang dapat menjebatani antara kelompok tani dengan dinas terkait. Tujuan pengembangan pasca panen hasil pertanian dan agrobisnis di Kabupaten Probolinggo antara lain: a. Memberdayakan petani mengakses teknologi pasca panen dan pengolahan hasil melalui pendampingan dan pembelajaran. b. Mengoptimalkan keberadaan kelompok tani untuk melakukan kegiatan agrobisnis. c. Meningkatkan penghasilan petani dengan kelompok taninya melalui kegiatan agrobisnis. d. Merangsang para petani yang belum tergabung dalam kelompok tani untuk ikut serta dalam kegiatan agrobisnis. Sasaran yang hendak dicapai dari pengembangan pendampingan ini adalah: a. Masyarakat desa penghasil palawija dan buah-buahan.
PENDAHULUAN Meningkatknya jumlah penduduk, dipastikan akan meningkat pula kebutuhan pangannya, seiring dengan meningkatnya pola hidup masyarakat yang kian maju dan sehat. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sayur, buah dan keanekaragaman pangan juga meningkat. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya juga demi menjaga kesehatan. Mengingat hasil pertanian terutama buah-buahan merupakan bahan yang tidak tahan lama dan sangat tergantung musim, maka perlu adanya usaha untuk menangani pasca panen hasil pertanian. Di Kabupaten Probolinggo merupakan penghasil mangga terbesar di daerah Indonesia Timur. Mengingat pada waktu panen raya, keberadaan buah mangga sangat melimpah sehingga harga jual turun drastis. Hal ini perlu adanya peragaman olahan buah mangga. Untuk jenis palawija, Kabupaten Probolinggo juga penghasil tanaman jagung hampir sepanjang tahun. Dalam rangka penganekaragaman makanan dan meningkatkan gizi keluarga, maka tanaman jagung ini juga perlu adanya pengolahan menjadi bentuk snack atau jajanan. Ini 33
Pengembangan Pasca Panen Hasil Pertanian & Agribisnis b. Kelompok tani yang belum melakukan kegiatan pengembangan pasca panen pengolahan hasil dan agrobisnis. Sedangkan output yang hendak dicapai: a. Petani dapat mengakses teknologi pasca panen dan pengolahan hasil secara tepat dan benar. b. Petani berjiwa agrobisnis yang bisa mengolah hasil pertanian dan memasarkan produknya. c. Meningkatkan perekonomian sehingga meningkatkan pola hidup masyarakat desa. d. Tersedianya lapangan kerja di desa, untuk mencegah terjadinya urbanisasi.
Umi Zuhroh, M. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN (SITE MANAGER) Tempat dan Waktu Tempat kegiatan pendampingan manajer Pengembangan Pasca Panen Pengolahan Hasil Pertanian dan Agrobisnis di Kabupatn Probolinggo adalah di Desa Alas Kandang Kecamatan Besuk, Desa Klampok Kecamatan Tongas, Desa Curah Dringu Kecamatan Tongas dan Desa Banjar Sari Kecamatan Sumbersari. Waktu pelaksanaan terhitung sejak bulan Maret sampai Desember 2008 atau selama 10 (sepuluh) bulan. Jenis dan Tahap Kegiatan a. Koordinasi dengan Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo. b. Survey lapangan dan identifikasi penentuan sasaran kelompok tani. c. Penyusunan Time Schedule. d. Penyusunan modul pengembangan pasca panen hasil pertanian dan agrobisnis. e. Pelaksanaan program di desa Klampok Kecamatan Tongas.
Produktifitas Tanaman Mangga di Kabupaten Probolinggo Mangga adalah salah satu jenis komoditas buah yang menjadi unggulan di Kabupaten Probolinggo, maka hampir diseluruh wilayah kabupaten Probolinggo terdapat tanaman mangga. Jumlah pohon, produktivitas dan produksi mangga di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Pohon, Produktivitas dan Produksi Mangga di Kabupaten Probolinggo No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
(1) Sukapura Sumber Kuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Banyuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kotaanyar Paiton Besuk Kraksaan Krejengan Pajarakan Maom Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumberasih JUMLAH
Jumlah Pohon Belum Menghasilkan (2) 226 186 17.989 68 22 4.000 66.576 2.112 1.640 27.816 931 22.626 17.519 5.597 651 2 3.385 3.825 5.165 80.325 72.425 2.615 335.701
Menghasilkan (3)
724 1.200 11.441 23.445 42.748 28.000 9.768 5.000 2.211 90.817 52.060 9.132 21.700 9.500 23.500 15.729 4.800 56.025 36.170 29.238 40.048 39.150 192.944 17.961 763.311
Sumber: BPS, Kab. Probolinggo, 2006 34
Tidak Menghasilkan (4) 803 1.497 688 13.026 317 9.957 8.028 4.123 25.049
100 5.052 2.137
27.689 3.475 101.941
Produktivitas (Ku/Ha) (5) 79,28 137,50 113,71 127,61 60,18 120,00 70,86 77,00 145,18 161,24 69,84 53,11 50,50 150,00 88,09 122,84 81,67 53,01 161,81 62,41 78,71 50,01 115,00 50,00 100,11
Produksi (Ton) (6) 57,40 165,00 1.301,00 2.991,90 2.572,50 3.360,00 693,40 385,00 321,00 14.643,50 3.636,00 485,00 1.095,90 1.425,00 2.070,00 1.932,20 392,00 2.970,00 5.852,80 1.824,60 3.152,10 1.908,00 22.188,00 898,10 76.320,40
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X
f. Pelaksanaan program di desa Curah Dringu Kecamatan Tongas g. Pelaksanaan program di desa Banjarsari Kecamatan Sumbersari. h. Pelaksanaan program di desa Besuk Kecamatan Besuk. i. Monitoring dan mediasi masalah teknis yang mungkin muncul. j. Pembuatan laporan akhir
Tugas Site Manager (Menejer Pendamping) Untuk memberdayakan usaha kelompok tani (GAPOKTAN) melaui pendampingan di bidang: a. Membantu dalam hal manajerial usaha dan pemasaran. b. Membantu teknis penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran. c. Membantu secara teknis mutu packaging dan labelling.
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Pendampingan (Site Manager) No Bulan 1 Maret 2008
2
April 2008
3
Mei 2008
4
5
Juni 2008
Juli 2008
Desa
Kecamatan
Nama Kelompok Tani
Alas Kandang Klampok Banjarsari Curah Dringu Alas Kandang Klampok
Besuk Tongas Sumbersari Tongas Besuk Tongas
Banjarsari Curah Dringu Klampok
Sumbersari Tongas Tongas
Sumber Bumi KWT Arum Manis dan Tirta Makmur KUB Amanah Klaster KWT Arum Manis
Curah Dringu
Tongas
Klaster
Klampok
Tongas
KWT Arum Manis
Alas Kandang
Besuk
Sumber Bumi
Curah Dringu
Tongas
Klaster
6
Agustus 2008
7
Alas Kandang September 2008 Alas Kandang Banjarsari
Besuk Besuk Sumbersari
Sumber Bumi Sumber Bumi KUB Amanah
8
Oktober 2008
Banjarsari
Sumbersari
KUB Amanah
9
Klampok Nopember 2008 Banjarsari
Tongas Sumbersari
Tirto Makmur KUB Amanah
Alas Kandang
Besuk
Sumber Bumi
Klampok
Tongas
KWT Arum Manis
Klampok
Tongas
Tirto Makmur
10
Desember 2008
35
Kegiatan Koordinasi dengan dinas terkait - Diperta Kabupaten - Deperindag Kabupaten - Kankop Kabupaten Survey Lapangan dan Identifikasi kelompok tani
Menyusun time schedule
Pembuatan jagung gepeng dengan berbagai teknik pemberian bumbu Pertemuan guna persiapan menghadapi musim mangga Berbagai cara packaging dan labelling Cara panen mangga dan transportasi ke gudang Cara-cara penataan buah/display buah mangga agar menarik dan cara pelayanan pada konsumen Sortasi buah mangga Pembuatan kripik mangga Pembuatan manisan mangga dan sirup mangga Pembuatan selai mangga dan dodol mangga Pembuatan dodol mangga Berbagai cara packaging dan labelling yang lebih menarik konsumen Berbagai packaging dan labelling buah mangga yang mau dikirim Cara pembukuan dan pemasaran hasil produk Kemungkinan Pembuatan dodol buah selain mangga
Pengembangan Pasca Panen Hasil Pertanian & Agribisnis d. Membantu mencari mitra usaha dan pemasaran. e. Membantu mendapatkan akses ke sumber pendanaan atau pemodalan, teknologi dan informasi. f. Melaporkan hasil kegiatan.
Umi Zuhroh, M. d. Pekan Baru Variates Kualitas Jumlah Pengiriman e. Singapura Variates Kualitas Jumlah Pengiriman Waktu
HASIL KEGIATAN Desa Alas Kandang Kecamatan Besuk Nama Kelompok Tani : Sumber Bumi Ketua : Bp. Sulli Artawi Jumlah Anggota : 123 Orang Jenis Komoditas : Mangga Varietas : Arumanis 143 Kegiatan : Penanganan pasca panen dan Agribilitas buah mangga segar Kelompok tani ini sudah melaksanakan tataniaga mangga segar secara profesional. Pemiagaan mangganya sudah keluar Pulau, yaitu Medan dan Pekan Baru Sumatra, bahkan eksport mangga jenis aromanis ini ke Negeri Singa (Singapura), adapun kriteria kualitas mangga adalah sebagai berikut: a. Kualitas Jumbo : Berat per buah 5 ons keatas. b. Kualiatas Super : Berat per buah antara 4 ons sampai 5 ons c. Kualitas Top : Berat per buah 3 sampai 3.9 ons d. Kualitas Kecil : Berat per buah dibawah 3 ons e. Kualitas Eksport A : Bersih cukup tua, bentuk bagus dan jumbo. f. Kualitas Ekksport B : Bersih cukup tua, bentuk bagus dan super. Mangga yang berkualitas eksport, pangsa pasamya selain ke luar negeri juga pada swalayan-swalayan dalam negeri. Untuk mangga yang tidak termasuk dalam kualitas mangga diatas biasanya dijual di pasar lokal dan yang sudah masak bisa digunakan untuk bahan olahan mangga. Beberapa kota dan negara yang merupakan pangsa pasar dari agrobisnis kelompok tani Sumber Bumi adalah sebagai berikut: a. Malang Variates : Aromania 143 Kualitas : Non Eksport Jumlah Pengiriman : 1-2 ton per minggu b. Jakarta Variates : Aromania 143 Kualitas : Eksport dan Import Jumlah Pengiriman : 5-6 ton per hari c. Medan Variates : Aromania 143 Kualitas : Eksport dan Import Jumlah Pengiriman : 4-5 ton per hari
: Aromania 143 : Non Eksport : 4-5 ton setiap dua hari sekali : Aromania 143 : Eksport : 1.5 (satu setengah) ton per hari : Selama musim mangga dan barangnya ada.
Kendala: Kekurangan mangga segar dengan kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen terutam untuk konsumen Manca Negara (mutu eksport) Solusi: Buah mangga segar didatangkan dari luar Probolinggo, antara lain Nganjuk, Magetan, Ponorogo, Bali, Situbondo dan Bondowoso. Ada peluang untuk eksport ke negeri Tirai Bambu atau negeri Cina (RRT), tetapi masih terkendala oleh pengurusan izin dan proses sertifikasi dari pihak dinas. Kelompok tani ini dalam budidaya tanaman mangga sudah cukup maju. Setiap ada kendala di lapangan selalu didiskusikan didalam kelompoknya. Misalnya adanya serangan lalat buah pada mangga yang masak di pohon, dapat diatasi dengan memberi kanfer (kapur barus) yang bulat-bulat seperti kelereng sebanyak tiga buah yang dibungkus plastik berlubang dan plastik tersebut digantungkan pada pohon mangga yang sudah berbuah. Buah mangga yang sudah cukup tua atau masak di pohon sangat rentan dengan serangan kelelawar (dalam bahasa jawa dinamakan codot). Kelelawar menyerang /memakan buah mangga masak karena tertarik dengan aroma dari buah mangga yang sudah masak tersebut. Hal tersebut dapat diatasi dengan memberinya lisol atau kreolin atau karbol yang dicampur dengan air dan dimasukkan dalam kantong plastik yang sudah diberi sumbu kompor. Sumbu kompomya dikeluarkan sedikit dari bagian atas plastik, kemudian plastik tersebut digantungkan di ranting pohon mangga yang sedang berbuah. Perlakuan ini akan mengecohkan kelelawar yang mendekat kepohon mangga. Sebab kelelawar tidak akan mencium aroma buah mangga yang masak, tetapi akan mencium bau karbol sehingga kelelawar akan pergi jauh-jauh dari pohon mangga. Untuk mendapatkan buah mangga yang berkualitas, maka perawatan mulai budidaya sampai cara permanen harus betul-betul diperhatikan. Kapan harus dipupuk, setiap beberapa minggu/bulan pemupukannya dan harus dibersihkan dari benalu yang menempel. Yang tidak kalah pentingnya adalah adanya serangan hama, harus segera ambil tindakan.
36
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X Solusi: Mencari komuditas lain yang musimnya diluar buah mangga dan diusahakan Eksport ke manca Negara, hal ini sedang dicoba untuk komuditibuah apokat dan manggis untuk dieksport ke Malaysia.
Cara panen dan waktu panen buah mangga sangat menentukan daripada kualitas buah. Pemanenan secara serentak seperti yang banyak kita jumpai pada penebas adalah tidak benar. Usahakan pemanenan buah dilakukan seminggu sekali dengan mem perhatikan kriteria kemasakannya. Cara memetiknya /pengambilan jangan sampai jatuh dan penempatan didalam wadah jangan sampai berbenturan dengan keras. Mangga yang telah dipetik ditempatkan dalam wadah keranjang plastik berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran 70x50x40cm. Tujuannya agar dalam pengangkutan buah mangga dari kebun ke tempat sortasi tidak mengalami kerusakan akibat bertumpuknya buah mangga yang terlalu banyak. Sortasi adalah tahap yang paling menentukan harga buah mangga. Dari sortasi tersebut didapatkan buah mangga dengan berbagai kualitas jumbo, super, top dan sebagainya. Tenaga kerja untuk sortasi ini harus betulbetul yang mempunyai skill, pengalaman panjang dan terlatih. Biasanya tenaga untuk sortasi ini dibayar cukup tinggi bila dibandingkan dengan tenaga lainnya. Hal ini untuk menjaga agar kesehatan dan kesejahteraan pekerja dan keluarganya bisa tercukupi, sehingga para pekerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan tidak mudah berpindah kerja ke tempat lain. Karena untuk mendapatkan pekerja tukang sortir tidaklah mudah. Tahap terakhir sebelum mangga didistribusikan adalah packaging dan labeling. Tahap ini tidak kalah pentingnya dengan tahap sebelumnya. Sebab tahap ini menentukan apakah buah yang didistribusikan bisa sampai ke tempat tujuan dengan aman dan tidak mengalami kerusakan yang berarti. Biasanya buah yang kualitas atau mutu jumbo, super dan top di-packaging dengan peti kayu sedangkan yang berkualitas eksport dipackaging dengan wadah kardus. Buah yang kualitas eksport ini diberi label yang berupa sablonan. Didalam wadah kardus juga diberi penyekat antar buah. Sebelum kardus ditutup dibagian atas buah diberi potongan kertas kecil-kecil, tujuannya untuk mencegah adanya kontraksi selama dalam perjalanan. Tiap kardus berisi 10kg buah mangga. Sesuai dengan musimnya, maka biasanya mangga berbuah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Masa puncaknya atau panen raya pada bulan oktober sampai november. Kendala: Mengingat musim mangga hanya sekitar 5 bulan dalam setahun (Bulan Agustus sampai Desember), maka kegiatan agibisnis kelompok tani ini juga hanya 5 bulan dalam setahun. Artinya 7 (tujuh) bulan selanjutnya tidak ada kegiatan.
Desa Alas Kandang Kecamatan Besuk Nama Kelompok Tani : Sumber Bumi Ketua : Bp. Sulli Artawi Jumlah Anggota : 123 Orang Jenis Komoditas : Mangga Varietas : Arumanis 143 Kegiatan : Pengolahan kripik mangga Kripik Mangga merupakan salah satu hasil olahan mangga yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Bahkan bisa dikatakan bahwa kripik mangga meningkatkan nilai ekonomi dari buah mangga. Hal ini dikarenakan bahan baku dari kripik mangga adalah buah mangga yang tidak termasuk dalam kualitas super, top, jumbo apalagi eksport. Jadi bisa dikatakan bahan bakunya adalah mangga yang ukurannya kecil dan mungkin juga kemasannya hampir pada puncaknya. Buah mangga yang demikian ini bila dijual dalam buah segamya harganya sudah jatuh atau sangat murah. Untuk pengiriman ke luar kota sudah tidak memungkinkan. Adapun proses pembuatan kripik mangga adalah sebagai berikut: a. Mangga segar yang sudah masak dikupas b. Dilanjutkan pencucian dengan air bersih c. Pemotongan daging buah secara tipis-tipis dengan menggunakan alat listrik. d. Pengeringan atau penggorengan dengan menggunakan mesin vakum. e. Penirisan f. Packaging dengan menggunakan alumunium voil dan labeling. Pada poin a. dilakukan sscara manual, poin b sampai f dilakukan dengan menggungkan alat yang sudah canggih. Semua peralatan yang digunakan pada proses pembuatan kripik mangga ini adalah mumi bantuan dari Deptan Propinsi Jawa Timur. Hal ini berkat kemajuan yang telah dicapai oleh kelompok tani sumber Bumi dalam menjalankan kegiatan agribisnis mangga. Kendala: a. Karena proses pembuatan kripik mangga ini menggunakan alat yang canggih, dan biayanya juga mahal maka harga jual kripik mangga ini cukup tinggi. b. Kegiatan pembuatan kripik mangga sangat tergantung musim dan utamanya saat panen raya Solusi: a. Pemasaran kripik mangga harus ke kota besar atau eksport ke manca negara
37
Pengembangan Pasca Panen Hasil Pertanian & Agribisnis
Umi Zuhroh, M. Kendala: Kesulitan modal awal untuk berjualan, utamanya awal musim mangga. Solusi: 1. Dibentuk semacam koperasi simpan pinjam. Jadi sewaktu punya uang diharap menabung dan pada waktu butuh untuk modal bisa diambil. 2. Menjajaki kemitraan dengan kelompok tani yang bergenak dalam bidang perkebunan mangga.
b. Di luar musim mangga, untuk menghindari kevakuman kegiatan maka diupayakan pembuatarr kripik buah lainnya, misalnya buah apokat atau kripik labu kuning (dalam bahasa jawa waluh kuning). Sebab buah tersebut sangat potensi. Desa Curah Dringu Kecamatan Tongas Nama Kelompok Tani : Klaster Ketua : Mustain Sekretaris : Akhmad Rifai Bendahara : Mulyadi Seksi Teknologi industri : Fauzan Tohir Seksi Permodalan : Ghozali Seksi Pemasaran : Asyhari Seksi Kelembagaan : M.Fadel Jumlah angota : 25 orang Kegiatan : Pedagang mangga kaki lima Kelompok ini merupakan kumpulan pedagang mangga kaki lima di sepanjang jalan raya Desa Curah Dringu Kecamatan Tongas. Lokasinya sangat strategis, sebab merupakan pintu masuk sebelah barat Kabupaten Probolinggo dan perbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Buah mangga yang diperdagangkan adalah dari wilayah probolinggo sendiri antara lain dari Poh Sangit, Purut dan Lumbang. Kecuali bila musim mangga di Probolinggo sudah hampir habis, baru mangga didatangkan dari wilayah Besuki Situbondo. Kegiatan kelompok ini, disamping sebagai pedagang kaki lima mereka juga mengirim atau menjual mangganya ke luar kota antara lain ke Jember, Surabaya dan Malang. Jenis mangga yang diperdagangkan adalah Arumanis, Manalagi dan Golek yang kesemuanya merupakan hasil dari Kabupaten Probolinggo sendiri. Rata-rata anggota klaster ini tidak mempunyai kebun mangga sendiri, melainkan hanya merupakan tanaman pekarangan saja. Kemitraan dengan kelompok tani yang lain sedang dalam penjajakan, utamanya dengan kelompok tani Prima Tani dari desa Klampok Kecamatan Tongas. Semua anggota klaster telah mendapat bantuan dari Deperindag berupa tenda untuk stan berjualan. Mengingat musim mangga di Probolinggo sekitar bulan Agustus - Desember maka pada bulan Juni - Juli kelompok klaster ini mendatangkan mangga dari Besuki Situbondo. Kadang-kadang dibulan Januari juga masi ada mangga walaupun sedikit. Harga mangga di bulan Juni, Juli dan Januari bisa sangat tinggi dibandingkan dengan bulan panen lainnya (bisa mencapai 10.000 rupiah per kilogram). Setelah musim mangga selesai, biasanya klaster ini berdagang apokat, sampai musim selesai disusul buah srikaya dan sawo. Semua buah-buahan tersebut merupakan hasil dari wilayah Kabupaten Probolinggo sendiri.
Desa Klampok Kecamatan Tongas. Nama Kelompok Tani : KWT (Kelompok Wanita Tani) Arum Manis. Ketua : Winarti (33 th) Bendahara : Supieni Sekretaris : Sugiarti Jumlah Anggota : 6 Orang Tanggal Berdiri : Januari 2008. Kegiatan : Pembuatan kripik jagung gepeng dan tortilla. Desa Klampok ini merupakan wilayah Kecamatan Tongas sebelah selatan yang berbatasan dengan desa Pamatan dan sebelah barat sudah berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pasuruan. Sebelah timur berbatasan dengan desa Tongas wetan dan utaranya adalah desa Tanjung Rejo. Rata-rata penduduknya mempunyai mata pencaharian bertani dan buruh tani. Luas lahan pertanian di desa Klampok ini adalah 94 ha. tanah persawahan, 349 ha tanah tegalan dan 141 ha. tadah hujan. Dalam setahun yang ditanam adalah satu kali padi dan dua kali jagung. Untuk tadah hujan hanya bisa ditanami satu kali padi dan satu kali jagung. Mengingat jagung di desa ini bisa ditanam hampir sepanjang tahun, maka untuk menambah nilai ekonomi dari jagung tersebut perlu adanya pengolahan jagung menjadi bentuk makanan lain. Dalam rangka menambah income keluarga maka sekelompok wanita tani di desa Klampok ini mengadakan pengolahan jagung menjadi beberapa makanan jajanan atau snack. Kelompok wanita tani ini mendapat bantuan alat-alat untuk menggiling/menyelep jagung dari Balai Pengkajian Teknologi Jawa Timur etau BPTP Malang. Kelompok ini membuat snack dari jagung , yaitu maming jagung gepeng dan tortilla. Adapun cara pembuatan jagung gereng adalah sebagai berikut: 1. Jagung kering dipipil dan dijemur. 2. Pipilan jagung direbus dengan air kapur selama 30 menit 3. Rebusan pipilan jagung ditinskan dan dicuci sampai bersih. 4. Direndam air bersih semalam dan dicuci lagi. 5. Dikukus sekitar satu jam dan digiling dalam keadaan masih panas. 38
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X Kabupaten Pasuruan, Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan, Kecamatan Cukur Gondang Kabupaten Pasuruan dan desa Curah Dringu kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo. Rata-rata produk ini dijual dalam keadaan mentah. Untuk jagung gepeng yang sudah digoreng maka perlu diperhatikan cara packaging dan labeling. Sebab untuk bahan makanan atau snack penampilan sangat penting sekali. Bila packing menarik maka konsumen akan lebih tertarik untuk mencobanya. Kendala: 1. Belum punya tenaga pemasaran yang handal yang bisa menembus pangsa pasar se-wilayah kabupaten Probolinggo 2. Belum ada Depkesnya. Solusi: 1. Menggandeng Depkop dan Deperindag dalam memasarkan, dan sedang dicoba menembus pasar ke Surabaya. 2. Dalam proses.
6. Hasil gilingan berupa jagung gepeng yang siap dijemur. 7. Waktu dijemur sambil dikuas dengan air yang telah diberi bumbu antara lain garam, bawang putih dan penyedap rasa. Kendala: Pemberian bumbu dengan cara tersebut diatas ternyata kurang meresap kedalam hasil olahan jagung gepeng tersebut. Bila pemberian bumbu dilakukan pada waktu perebusan atau sebelum digiling, akan menyulitkan pada waktu penggilingan atau licin. Sotusi: Perlu dilakukan berbagai porcobaan cara yang paling efektif dalam proses pemberian bumbu. Misalnya waktu jagung direndam air bersih selama semalam. Tortila adalah snack yang terbuat dari jagung yang dihancurkan dan dibuat seperti adonan kemudian digiling dan dibentuk atau dipotong kotak-kotak. Karena prosesnya harus dibuat adonan dulu, maka pemberian bumbunya lebih mudah meresap dibandingkan dengan jagung gepeng tadi. Cara pembuatan Tortila adalah sebagai berikut: a. Jagung kering dipipil dan dijemur. b. Pipilan jagung direbus dengan air kapur selama 30 menit. c. Rebusan pipilan jagung ditiriskan dan dicuci sampai bersih d. Direndam air bersih semalam dan dicuci lagi. e. Dikukus selama satu jam dan digiling tiga kali dalam keadaan masih panas. f. Hasil gilingan diuleni (diremas-remas dan dikempalkan jadi adonan) dan diberi bumbu garam, gula, bawang putih, penyedap rasa ataupun boleh sesuka selera, misalnya ditambah mentega atau keju. g. Hasil adonan digiling dengan menggunakan adonan pastel menjadi lembaran tipis-tipis. h. Dipotong/diguling bentuk persegi panjang dan terus dijemur sampai kering i. Tortila siap digoreng. Kelompok wanitia tani ini mulai aktif produksi jagung gepeng sekitar bulan september 2008 atau persis bulan puasa. Dari bulan September 2008 sampai Januari 2009 ini kelompok ini sudah memproduksi 1,5 ton jagung gepeng kering dan sudah terjual ke konsumen (tengkulak). Satu kilogram jagung pipilan mentah diolah menjadi 7 ons jagung gepeng (susut 30%). Untuk tortilla dengan bahan baku 5 kg. jagung kering menjadi 4 kg. tortilla mentah kering (susut 20%). Pangsa pasar dari hasil produk wanita tani Arum Manis ini belum cukup luas. Karena desa Klampok ini bersebelahan dengan wilayah kabupaten Pasuruan, maka pemasaran hasil produknya di kecamatan Patalan
Desa Klampok Kecamatan Tongas Nama Kelompok tani : Tirto Makmur Ketua : Slamet Kegiatan : Pembuatan dodol mangga. Kelompok tani Tirto Makmur ini membuat dodol mangga bila hanya terjadi panen raya dan over produksi. Sebab bila terjadi over produksi maka harga jual buah mangga segar sangat murah sekali. Dengan adanya pengolahan buah mangga menjadi dodol mangga diharapkan bisa mempertahankan harga buah mangga atau menambah nilai ekonomi buah mangga. Adapun cara pembuatan dodol mangga adalah sebagai berikut: a. Mangga segar yang masak dikupas dan diambil dagingnya. b. 5 kg daging buah segar diblender sampai halus. c. Ditambah 4 liter santan yang sudah direbus dan 3 kg tepung beras ketan dan diaduk sampai rata. d. Ditambah 1 kg gula pasir, 250 gram mentega, 250 gram lemak susu, 100 ml minyak sayur dan aduk sampai rata. e. Tambahkan 1 kaleng susu kental manis dan essence mangga secukupnya dan aduk lagi sampai rata. f. Masukkan adonan ke dalam loyang yang telah diolesi dengan minyak goreng dan masukkan dalam oven dengan api sedang, g. Setelah masak diangkat dan biarkan dingin. h. Setelah dingin dipotong sesuai selera. i. Packaging dan labelig. Kendala: Bahan baku sangat tergantung adanya panen raya atau over produksi.
39
Pengembangan Pasca Panen Hasil Pertanian & Agribisnis
Umi Zuhroh, M. ditaburi gula pasir. Penaburan gula pasir ini menambah awetnya manisan kering mangga. Untuk sirup mangga, karena tidak ada bahan pengawetnya, maka hanya bisa bertahan sampai 3 bulan saja. Jenis mangga yang digunakan sebagai bahan baku adalah segala jenis mangga yang sudah masak. Jadi tidak tergantung dari satu jenis mangga saja. Sebagian besar mangga dipasok dari kebun, dan dari pedagang kaki lima di desa Curah Dringu. Jadi sudah ada semacam kerja sama antara KUB Amanah dengan kelompok tani ini. Mangga yang berasal dari pedagang kaki lima adalah mangga yang sudah terlalu masak dan tidak laku bila dijual sebagai buah mangga segar. Pemasaran produk KUB Amanah ini sudah cukup bagus, sebab sudah bisa menembus swalayan-swalayan yang ada di kota dan kabupaten Probolinggo, bahkan sudah bisa menembus ke luar kota (Malang). Bila tidak musim mangga, kelompok Usama Bersama Amanah ini membuat manisan dari buah lainnya. Misalnya belimbing sayur dan papaya. Selain membuat macam-macam manisan dari buah dan sirup, KUB Amanah juga membuat selai dan dodol dari mangga. Cara membuat selai mangga adalah sebagai berikut: a. Mangga masak dikupas dan dicuci, terus diambil daging buahnya dan diblender. b. Dimasak seperti bubur, ditambah gula dan esense mangga. c. Diaduk terus sampai mengental, biasanya selama sekitar 6 jam di atas api yang sedang. d. Dikemas dalam stoples kecil dan diberi label. Cara pembuatan dodol biji mangga adalah sebagai berikut: a. Biji mangga dijemur sampai kering, dikupas kulitnya dan diperut. b. Sambil sari patinya dan direndam 3 malam. Setiap hari air rendamannya dibuang dan diganti yang haru. c. Sari pati ditambah tepung maizena, santan dan gula. d. Dimasak sampai mengental, terus diletakkaan di loyang untuk didinginkan. e. Potong sesuai selera dan dibungkus dengan plastik. Cara pembuatan dodol mangga hampir sama dengan dodol biji mangga, hanya saja tepung maizenanya diganti dengan tepung beras ketan. Kegiatan yang lain adalah membuat rengginang, terasi, krupuk dengan berbagai rasa ikan dan dendeng ikan blanak. Kelompok usaha bersama Amanah ini telah mendapat bantuan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo, berupa alat-alat antara lain oven, sealer, pengaduk dodol, dll.
Solusi: Bila bahan baku mangga sudah tidak ada lagi bisa carikan komoditi buah lain yang ada di Kabupaten Probolinggo dan bisa diolah menjadi dodol. Misalnya buah sirsat atau nangka Belanda bisa juga dicoba dodol jagung, mengingat desa Klampok ini penghasil jagung. Desa Banjar Sari Kecamatan Sumbersari Nama kelompok : KUB Amanah Ketua : Bu Lilik. Jumlah anggota : 23 orang Kegiatan : Pembuatan manisan kering mangga dan sirup mangga. Kelompok Usaha Bersama yang diketuai oleh Bu Lilik ini adalah sekelompok para ibu-ibu yang sebagian anggotanya sudah lansia (lanjut usia). Diawali dengan sekedar mengisi kegiatan atau hiburan agar para lansia ini merasa masih bisa berkarya. Ternyata memang benar, bahwa ibu-ibu lansia ini masih bisa menghasilkan sesuatu yang bisa bermanfaat bahkan bisa mendatangkan rejeki. Cara KUB Amanah dalam pemhuatan manisan mangga dan sirup mangga adalah sebagai berikut: a. Mangga segar dikupas dan dicuci, b. Daging buah mangga dipisahkan dari bijinya. c. Daging buah dipotong memanjang dan diiris tipistipis dan dicuci dengan air bersih. d. Potongan buah mangga direndam dengan air garam selama 2 jam. e. Direndam dengan air kapurselama semalam, kemudian dicuci. f. Direndam dalam larutan Natrium Bisulfit selama 1 jam, cuci sampai bersih. g. Merebus air gula (1Kg. gula dengan 2 liter air) sampai mendidih. h. Potongan mangga dimasukkan dalam larutan gula yang sedang mendidih selama satu menit diatas kompor. i. Dibiarkan semalam, paginya mangga ditiriskan dan airnya direbus lagi dengan ditambah gula. j. Larutan gula didinginkan untuk merendam lagi mangga brsebut k. Perlakuan di atas diulang sampai 4 malam. l. Setelah empat malam mangga ditirisikan dan siap dikeringkan (di oven) selama 4 jam. m. Manisan kering mangga ditaburi gula pasir. n. Packaging dan labeling. o. Air gulanya dimasak sampai mendidih, untuk dijadikan sirup mangga, p. Dikemas delam botol dan diberi label. Manisan kering mangga yang dihasilkan cukup awet bisa bertahan sampai satu tahun. Sebeb kadar air yang dikandung sangat rendah, apalagi pada tahap akhir
40
AGRITECHBIZ Vol. 01 No. 02 Juli 2014
ISSN 2355-195X mangga perlu adanya bantuan berbagai pihak agar bisa menjadi ikon oleh-oleh khas Probolinggo.
Kendala: Karena melakukan berbagai pengolahan buah dan lain-lain, maka untuk mengembangkan usahanya perlu penambahan modal. Sudah mengajukan UKM tapi belum ada realisasi. Solusi: Pendekatan ke Deperindag, mungkin ada bentuk kredit lunak lain dengan bunga yang rendah.
3. Pengolahan Jagung Hampir sepanjang tahun tanaman jagung banyak terdapat di kabupaten Probolinggo. Hasil jagungnyapun berlimpah, sehingga harga biji jagung cenderung menurun. Untuk menambah nilai ekonomi dari jagung, maka perlu dilakukan pengolahan jagung menjadi snak atau jajanan. Beberapa pengolahan jagung anatar lain sebagai marning atau kripik jagung gepeng dan tortilla. Tujuan lain adalah untuk menambah penghasilan kelompok tani. Hasil olahan jagung ini juga butuh bantuan dalam pemasarannya.
KESIMPULAN Kelompok tani yang telah dilibatkan dalam program Site Manager Pengembangan Pasca Panen dan Hasil Pertanian dan Agribisnis di Kabupaten Probolinggo mempunyai kegiatan yang berbeda, sesuai dengan kondisi desa, tingkat pendidikan dan latar belakang sosial. Adanya program Site Manager diharapkan para kelompok tani dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan pengetahuan dan penerapan teknologi yang lebih baru. 1. Agribisnis Buah Mangga Segar Kegiatan panen sampai dengan pasca panen buah mangga perlu diperhatikan, agar menghasilkan mutu yang dapat menembus pasar eksport. Kegiatan tersebut anatara lain dari pemetikan buah harus yang sudah cukup tua dan jangan sampai jatuh. Pengumpulan mangga ke gudang harus dengan wadah keranjang plastik agar mangga tidak mengalami kerusakan. Jangan ditumpuk jadi satu di bak mobil, atau menggunakan wadah keranjang dari bambu, sebab ini akan merusak mangga yang berada di bagian bawah sendiri. Sortasi, pencucian dan grading harus dilakukan dengan teliti. Agar lebih menambah daya tarik, maka perlu adanya labelling dan packaging. Fungsi lain dari packaging adalah untuk menambah keamanan buah mangga pada waktu pendistribusian.
DAFTAR PUSTAKA Hwang, R.S. 1998. Manisan Kering. Brosur Balai Teknologi Pertanian Jawa Timur. Muchtadi, D. 1999. Pengolahan Hasil Pertanian Nabati. Departemen Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Kamariyani. 1996. Penanganan Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran Tropis dan Sub Tropis. UGM Press. Yogyakarta. Anonim. Diunduh pada http://teknisbudidaya.blogspot.com/2005/10/budidaya mangga.html Anonim. Diunduh pada http://www.ilmugizi.info/kandungan-gizi-dalambuah-mangga.html
2. Pengolahan Mangga Mangga adalah komoditi unggulan di Kabupaten Probolinggodan merupakan buah yang sangat tergantung musim. Untuk mengantisipasi jatuhnya harga pada waktu panen raya, maka perlu adanya penanganan buah mangga menjadi olahan mangga. Antara lain sebagai manisan kering mangga, sirup mangga, dodol mangga, kripik mangga dan selai mangga. Bahkan biji manggapun bisa diolah menjadi dodol biji mangga. Untuk pengembangan usaha, pihak Dinas Kabupaten telah memberi bantuan beberapa alat produksi. Pemasaran hasil olahan
41
Pengembangan Pasca Panen Hasil Pertanian & Agribisnis
[ halaman dikosongkan ]
42
Umi Zuhroh, M.