ANALISIS PERSEPSI TENAGA KERJA TENTANG DUKUNGAN MANAJEMEN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) AREA SUMUR PRODUKSI (WELLPAD) PT GEO DIPA ENERGI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri
AGRILINDA NINDY YUSI TEDJOSOETONO NIM D11.2011.01266
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015
i
© 2015 Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis
ii
iii
iv
v
Persembahan untuk kedua Orang tuaku Catur Riwayati dan Apollonius Iko Tedjosetono: Semoga apa yang sudah dikerjakan menjadi salah satu penyejuk hati beliau berdua. Doa beliau selalu mengiringi langkahku. Specially for my mom, thankkiss untuk keringat dan perjuangannya. Terimakasih Tuhan sudah memberikan orang tua yang terbaik dan terhebat untuk diriku. I love you mom and dad and my brother Yonathan Agrilianus Prisma Yose Tedjosoetono. Jesus, Love You so much
Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan yang tidak layu daunnya; apasaja yang diperbuatnya berhasil. Mazmur 1:3
Ayat nats di tahun 2015 Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab Engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal – hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal – hal yang tidak kau ketahui. Yeremia 33:3 Godbless all.
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Agrilinda Nindy Yusi Tedjosoetono
Tempat, tanggal lahir
: Semarang, 05 Juni 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen
Alamat
: Campursari RT 02 RW 08 Kelurahan Jaraksari Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan : 1. SD Kristen 01 Wonosobo, tahun 1999 – 2005. 2. SMP Kristen 01 Wonosobo, tahun 2005 – 2008. 3. SMA Negeri 01 Wonosobo, tahun 2008 – 2011. 4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011. Riwayat Organisasi : 1. Wakil Ketua Teater Kaplink Universitas Dian Nuswantoro periode tahun 2012 – 2013. 2. Bendahara Teater Kaplink Universitas Dian Nuswantoro periode tahun 2012 – 2013. 3. Bendahara Teater Kaplink Universitas Dian Nuswantoro periode tahun 2013 – 2014. 4. Bidang 1 Pendidikan dan Pengkaderan Teater Kaplink Universitas Dian Nuswantoro periode tahun 2013 – 2014.
vii
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat pertolongan, karunia dan kasih – Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan
Persepsi
judul
“Analisis
Tenaga
Kerja
Tentang
Dukungan
Manajemen Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Area Sumur Produksi (Well Pad) PT Geo Dipa Energi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015“. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persayaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis menyadari bahwa dalam Penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu harapan penulis untuk mendapat koreksi dan telaah yang bersifat konstruksi agar Skripsi ini dapat diterima. Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucaplan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. 3. Suharyo, M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. 4. Supriyono Asfawi, SE, M.Kes selaku pembimbing yang telah membimbing baik selama perkuliahan maupun penyelesaian Skripsi.
viii
5. Eti Rimawati, SKM, M.Kes yang selalu mensupport dan mengingatkan kuliah. 6. Dr. M.G.C. Yuantari, M.Kes selaku advisor, terimakasih sudah membimbing dalam pengerjaan skripsi. 7. Eni Mahawati, SKM, M.Kes selaku penguji, terimakasih atas bimbingan yang diberikan selama penyelesaian skripsi. 8. Dosen Fakultas Kesehatan yang telah menuntun dan memberi ilmu selama perkuliahan. 9. Pak Bambang, Pak Agus, Pak Yanto, Pak Har, Pak Heri, Rekan – rekan medic dan para pekerja PT Geo Dipa Energi yang telah banyak membantu. 10. Om Har selaku pendeta dan jemaat GSJA Filadelphia Wonosobo atas doa dan semangat yang diberikan. 11. Teater Kaplink Universitas Dian Nuswantoro yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman berrharga. 12. Angkatan 2011 Teater Kaplink UDINUS, Berlian Gita dan Nizar Zulmi serta yang lainnya. 13. Josafat Ardian A. W, S.Kom, oppa, mr. Coffee thankkiss. Terimakasih atas semangat dan bantuannya dalam pengerjaan skripsi. 14. Doraemon kekinianku, sahabat tercinta Yuanika Permata Dewi. Love you gembrot, ingatlah masa ini di masa yang mendatang. Terimakasih juga teman sekamarnya yang sering direpotin Sri Dyah. 15. Si item, Leadwien Agustien yang sudah menyemangati dan menjadi partner kuliner, thankyou so much. Love you. 16. Family H243a, walau di akhir namun ini adalah awal. Terimakasih sudah mau menjadi teman – teman gila dan memberikan kebahagiaan.
ix
17. Sodara Wc.Com, walaupun kita jauh namun saling mendoakan yang terbaik. 18. Teman – teman K3 dan Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 UDINUS. 19. Terimakasih
semua
pihak
yang
telah
banyak
menolong,membantu,
mensupport dalam pengerjaan skripsi yang belum bisa disebutkan satu per satu. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, 01 Oktober 2015
Penulis
x
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015
ABSTRAK Agrilinda Nindy Yusi Tedjosoetono ANALISIS PERSEPSI TENAGA KERJA TENTANG DUKUNGAN MANAJEMEN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) AREA SUMUR PRODUKSI PT GEO DIPA ENERGI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 XIX + 82 Hal + 10 Tabel + 4 Gambar + 5 Lampiran PT Geo Dipa Energi adalah perusahaan yang menghasilkan listrik dengan memanfaatkan uap panas bumi. Potensi bahaya yang timbul cukup besar sehingga diperlukan pengendalian resiko bahaya. Salah satu upayanya adalah penggunaan alat pelindung diri. Tujuan umum dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi tenaga kerja tentang dukungan manajemen terhadap penggunaan alat pelindung diri PT Geo Dipa Energi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah para pekerja di area sumur produksi dengan total sampel sehingga berjumlah 31 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian ini adalah terdapat dukungan manajemen terhadap penggunaan APD yaitu kebijakan, program K3, pengawasan, penyediaan APD secara cumacuma. Penggunaan APD oleh pekerja sudah sesuai dengan peraturan perusahaan. Kesimpulan penelitian ini yaitu persepsi tenaga kerja tentang dukungan manajamen sudah ada sehingga pekerja meningkatkan penggunaan APD. Saran untuk perusahaan yaitu membuat peraturan tertulis mengenai kewajiban menggunakan APD, melakukan safety brifieng atau sosialisasi K3 terutama tentang penggunaan APD, serta meningkatkan lagi pengawasan kepada pekerja di lapangan dan memberikan kesempatan kepada seluruh pekerja untuk menyampaikan kritik dan saran tentang penggunaan APD melalui kuesioner atau musyawarah pekerja. Kata Kunci
: dukungan manajemen, alat pelindung diri, tenaga kerja
Kepustakaan : 23 buah, 1999 - 2015
xi
UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 2015
ABSTRACT Agrilinda Nindy Yusi Tedjosoetono EMPLOYEE’S PERCEPTION ANALYSIS OF MANAGEMENT SUPPORT TO USAGE OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT (PPE) WELL’S AREA PRODUCTION PT GEO DIPA ENERGI IN BANJARNEGARA DISTRICT 2015 XIX + 82 Pages + 10 Tables + 4 Figures + 5 Appendices Geo Dipa Energi is a company that generates electricity by utilizing geothermal steam. Potential dangers arising large enough so it is necessary to control of the risk. One of the effort is uses of personal protective equipment (PPE). The purposed of this study was to analyze perception of employee about management support to uses of personal protective equipment (PPE) at PT Geo Dipa Energi. This study was descriptive study. Number of sample was 31 workers in wells area production. Data collected by using questionnaires and observation methode. The result showed that there has management supports on policy, programme, controling, providing PPE freely and the employee used PPE as the policy . The emlployee usage of the minimum PPE as the policy management. The conclusion of the study that the perception management support increased the employee to use the PPE . Suggested to the company is to create a legal of rules regarding the obligation of using PPE. Doing safety briefing or socialization K3 especially on PPE usage. How to care for PPE and improve the sight to workers in the field and provides the opportunity for all workers to deliver criticisms and suggestions on the use of PPE through a questionnaire or consultation of workers. Keyword
: supports of management, personal protective equipment, employee
References
: 23 pieces, 1999 – 2015
xii
Daftar Isi halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………
i
HALAMAN HAK CIPTA …………………………………………………………...
ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………...
iii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ………………………………………..
iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………….
vi
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………………….
vii
PRAKATA ………………………………………………………………………….
viii
ABSTRAK ........................................................................................................
ix
ABSTRACT.......................................................................................................
x
DAFTAR ISI
.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... . xvii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... . xviii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
xiii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................5 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... . 6 E. Keaslian Penelitian ........................................................................7 F. Lingkup Penelitian ....................................................................... . 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11 A. LandasanTeori ............................................................................ 11 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)................................. 11 2. Kecelakaan Kerja ................................................................... 13 3. Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........... 15 4. Penyakit Akibat Kerja ............................................................. 21 5. Teknik Identifikasi Bahaya ...................................................... 22 6. Hirarki Pengendalian Resiko ................................................. 24 7. Alat Pelindung Diri .................................................................. 26 8. Dasar Hukum APD ................................................................ 34 B. Kerangka Teori ........................................................................... 38
xiv
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................39 A. Kerangka Konsep .........................................................................39 B. Jenis Penelitian .............................................................................39 C. Variabel Penelitian .......................................................................40 D. Definisi Operasional ......................................................................40 E. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................41 F. Pengumpulan Data........................................................................40 1. Sumber dan Jenis Data .......................................................... . 41 2. Teknik Pengumpulan …………………………………………….. 41 G.Analisis Data................................................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN ..........................................................................43 A. Gambaran Umum Perusahaan .....................................................43 1. Deskripsi Lingkungan Perusahaan ............................................43 2. Ruang Lingkup Produksi ...........................................................44 B. Hasil Penelitian ............................................................................51 1. Kebijakan dan Program K3 PT Geo Dipa Energi ......................51 2. Pengawasan Penggunaan APD PT Geo Dipa Energi ..............52 3. Penyediaan APD PT Geo Dipa Energi ......................................52
xv
4. Persepsi Responden Terhadap Dukungan Manajemen ............57 BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................64 A. Keterbatasan Penelitian ................................................................64 B. Pembahasan .................................................................................64 1. Kebijakan dan Program K3 Terkait APD oleh Manajemen K3 di PT Geo Dipa Energi .................................................................64 2. Pengawasan Pihak Manajemen K3 Terhadap Penggunaan APD di PT Geo Dipa Energi .............................................................68 3. Penyediaan APD oleh Manajemen K3 di PT Geo Dipa Energi.. 69 4. Persepsi Tenaga Kerja Terhadap Dukungan Manajemen K3 PT Geo Dipa Energi .......................................................................71 5. Penggunaan APD oleh Pekerja Di Area Sumur Produksi PT Geo Dipa Energi ..............................................................................75 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................77 A. Simpulan .....................................................................................77 B. Saran ..........................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................79 LAMPIRAN
xvi
Daftar Tabel halaman
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian................................................................ 7
Tabel 3.1
Definisi Operasional .............................................................. 34
Tabel 4.1
Daftar Sumur PT Geo Dipa Energi yang masih digunakan .... 44
Tabel 4.2
Daftar APD yang dibagikan kepada pekerja .......................... 52
Tabel 4.3
Daftar APD yang berada di gudang K3LL ............................. 53
Tabel 4.4
Kesesuaian Penyediaan APD Terhadap Jenis Bahaya ........ 56
Tabel 4.5
Persepsi Tentang Kebijakan & Program K3 ......................... 57
Tabel 4.6
Persepsi Tentang Pengawasan Penggunaan APD .............. 60
Tabel 4.7
Persepsi Tentang Penyediaan APD ..................................... 61
Tabel 4.8
Penggunaan APD pada Pekerja PT Geo Dipa Energi ........... 62
xvii
Daftar Gambar Halaman
Gambar 2.1
Kerangka Teori............................................................................ 32
Gambar 3.1
Kerangka Konsep........................................................................ 33
Gambar 4.1
Miniatur Proses Produksi.............................................................. 47
Gambar 4.2
Lokasi Sumur Produksi Pad 29 dan Pad 7................................... 51
xviii
Daftar Lampiran Lampiran 1.
Surat Penerimaan Penelitian PT Geo Dipa Energi
Lampiran 2
Surat Keterangan Selesai Penelitian PT Geo Dipa Energi
Lampiran 3.
Lembar Kuesioner
Lampiran 4.
Dokumentasi Alat Pelindung Diri
Lampiran 5.
Dokumentasi Penelitian
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi panas bumi karena berada dalam jalur ring of fire, salah satu upaya pemanfaatan potensi energi tersebut adalah dengan menjadikan listrik. Ada berbagai jenis pembangkit listrik, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). 1 Kasus kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan PT Krazu Nusantara hingga tewas di dalam kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Unit 8 Suralaya kecamatan Cilegok Kota Cilegon, Banten terjadi ketika sedang melakukan isolasi pipa di areal proyek tiba-tiba terjatuh karena terpeleset saat menginjak dudukan penyangga (steger-red) saat hendak pindah ke tempat lain. Dudukan penyangga tidak diikat sehingga terjatuh dari ketinggian 5 meter dan terbentur lantai beton mengenai tengkorak kepala.2 Ada beberapa kasus kecelakaan kerja lain yang menyebabkan pekerja hingga tewas akibat kurang berhati-hati saat bekerja seperti pekerja PLTU Sudimoro Pacitan yang bekerja sebagai instruktur operasi pembangkit tenaga uap lokasi turbin generator unit 1, pekerja yang tidak sadar sedang berada di dekat turbin tiba-tiba terseret oleh baling-baling turbin.3 Contoh lain yaitu seorang pekerja pembangkit listrik yang kesehariannya berprofesi
1
2
sebagai pekerja teknis diatas tower terpeleset dan jatuh dari ketinggian 3 meter hingga tewas karena tidak menggunakan alat pelindung diri.4 Dari kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat diketahui bahwa pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap serta kurangnya pengawasan serta kurangnya kesadaran diri. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak terkait lainnya. Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerugian materi. Menggunakan alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan.5 Seorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapai dan orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya.6 Tingginya resiko bahaya dan kecelakaan
kerja
yang
mungkin
terjadi
mengharuskan
perusahaan
melakukan perlindungan terhadap pekerja melalui berbagai upaya agar tercipta kondisi lingkungan kerja yang aman sehingga meningkatkan produktifitas serta menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja. Pada beberapa bulan lalu pernah terjadi kerusakan mesin, salah satunya adalah kebocoran separator akibatnya terjadi semprotan air panas, kecelakaan kerja terjadi akibat pekerja sedikit lalai menyebabkan kaki terjepit mesin, pekerja tidak menggunakan sarung tangan mengakibatkan tertusuk benda tajam, terkena air panas, terpukul palu, ada beberapa pekerja yang
3
tidak menggunakan kacamata sehingga mata menjadi sakit akibat terpapar debu. Pada observasi yang telah dilakukan sebelumnya, banyak pekerja yang tidak menggunakan APD secara lengkap, yang digunakan hanya wearpack, helmet dan safety shoes, para pekerja jarang menggunakan masker, penutup telinga, sarung tangan serta personal detector. Hasil wawancara dengan salah satu karyawan PT Geo Dipa Energi mengganggap bahwa aturan masih menjadi slogan belum dianggap sebagai kebutuhan. Salah satu upaya untuk mengurangi angka kecelakaan kerja serta
meminimalkan
resiko
penyakit
akibat
kerja
adalah
dengan
menggunakan alat pelindung diri. Jenis APD yang disediakan harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja. Diperlukan dukungan dari manajemen untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, salah satu usaha preventif adalah dengan adanya alat pelindung diri. Perusahaan harus menyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan identifikasi bahaya yang timbul. APD yang disediakan harus diatur atau dibuat kebijakan atau peraturan kemudian dilakukan pelatihan serta sosialisasi agar pekerja mau menggunakan APD serta meningkatkan kesadaran akan kebutuhan keselamatan dan kesehatan melalui penggunaan APD. Selain itu, kewajiban perusahaan untuk mengawasi pekerja dalam pemakaian APD sekaligus memonitoring para pekerja. Peraturan mengenai K3 tidak diimbangi oleh upaya hukum yang tegas dan sanksi yang berat, sehingga banyak pekerja yang melalaikan keselamatan dan kesehatannya. Perusahaan yang dimulai dari join operation contrak (JOC) antara Himpura California Energi (HCE) dan Pertamina tahun 1994 dan sejak tahun
4
2004 Geo Dipa Energi merupakan gabungan antara PLN dan Pertamina belum mempunyai sertifikat OHSAS. Sertifikat OHSAS dapat menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan mementingkan dan memperhatikan K3 para karyawan. Penerapan sistem manajemen K3 perusahaan belum terlaksana sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh kemenaker. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menunjukan bahwa penggunaan alat pelindung diri dapat meminimalkan resiko kecelakaan dan sebagian besar pelaksanaan penggunaan alat pelindung diri dipengaruhi oleh manajemen perusahaan berupa penyediaan APD, pengawasan penggunaan APD, kebijakan atau peraturan, pelatihan APD sehingga diperlukan manajemen K3 yang baik. Alat pelindung diri bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri agar dapat mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan atau luka-luka dan juga mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita beberapa tahun kemudian.7 Manajemen K3 perusahaan belum berjalan sesuai dengan peraturan atau undang-undang yang telah ditetapkan. PT Geo Dipa Energi belum menerapkan SMK3 secara terintegrasi. Belum dibentuknya tim panitia pengawas keselamatan dan kesehatan kerja. Namun saat ini sudah ada rencana untuk membentuk P2K3 untuk menerapkan SMK3 sesuai dengan pedoman yang diharuskan oleh pemerintah. Dukungan dari perusahaan cukup
bepengaruh
dalam
penggunaan
alat
pelindung
diri.
Sistem
manajemen yang baik dalam pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja
5
(K3)
akan
keamananan
menimbulkan pekerja
kesehatan,
pada
saat
kesejahteraan,
bekerja
salah
kenyamanan,
satunya
dengan
menggunakan alat pelindung diri. Peraturan atau kebijakan dari perusahaan, pengawasan dari manajemen, penyediaan alat pelindung diri ikut terkait dalam pelaksanaan penggunaan APD.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, banyak pekerja yang jarang
menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri). Perusahaan belum berpedoman SMK3 sesuai yang di syaratkan oleh pemerintah serta masih ada pekerja cenderung mengabaikan prosedur keselamatan kerja yang berlaku dapat menjadi salah satu faktor kerugian di dalam perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja seperti hilangnya jam kerja produktif disamping juga berdampak terhadap pekerja itu sendiri. Permasalahan dari penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi pekerja tentang dukungan manajemen terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) PT Geo Dipa Energi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015“.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menganalisis persepsi tenaga kerja tentang dukungan manajemen terkait penggunaan alat pelindung diri PT Geo Dipa Energi Kabupaten Banjarnegara tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kebijakan dan program K3 terkait alat pelindung diri K3 di PT Geo Dipa Energi.
6
b. Mendeskripsikan
pengawasan
pihak
manajemen
terhadap
penggunaan alat pelindung diri di PT Geo Dipa Energi. c. Mendeskripsikan penyediaan alat pelindung diri oleh manajemen di PT Geo Dipa Energi. d. Mendeskripsikan persepsi tenaga kerja tentang dukungan manajemen di PT Geo Dipa Energi. e. Mendeskripsikan penggunaan APD pada karyawan PT Geo Dipa Energi. D. Manfaat 1. Bagi Perguruan Tinggi Menambah
kepustakaan
bagi
perkembangan
ilmu
kesehatan
masyarakat khususnya mengenai penggunaan alat pelindung diri. 2. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan (saran) kepada perusahaan dalam upaya peningkatan sistem manajemen terkait penggunaan alat pelindung pada pekerja di PT GEO DIPA ENERGI agar menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih baik.
7
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No
Peneliti
Judul
1
Nur Kartika Yuniarti
Analisis Faktor Perilaku Dalam Penggunaaa n Alat Pelindung Diri (APD) Pada Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) Pada Pekerja Kontraktor Di PT X (Cepu)
2
Linggasari
Faktor-Faktor Yang Mempengaru hi Perilaku Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Tangerang Tahun 2008
Metode Penelitian Penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretive
Penelitian menggunak an desain cross sectional, dengan analisis data bivariat dan univariat.
Hasil Faktor predisposing pekerja dalam penggunaan APD adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, kenyamanan dalam penggunaan APD dan penilaian tentang Hasil manfaat penerapan APD. Faktor enabling pekerja dalam penggunaan APD adalah kebijakan perusahaan khususnya APD, tersedianya sarana APD, dan pelatihan pekerja di perusahaan khususnya pelatihan APD. Faktor reinforcing pekerja dalam penggunaan APD adalah pengawasan, rekan kerja, dan supervisi atasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35.2 % pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui dari tujuh faktor risiko, ada empat faktor risiko yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD, yaitu ketersediaan APD, kenyamanan APD, pelatihan dan pengawasan. Sedangkan ada tiga faktor risiko yang lainnya tidak berhubungan yaitu pengetahuan, sikap dan peraturan dengan perilaku penggunaan APD
8
No
Metode Pelitian
Peneliti
Judul
Hasil
3
Ireng Sigit Atmanto
Behavior Determinants Workers In The Use Of PPE Based On Hazard Assesment in Foundary Company Ceper Klaten
Penelitian kualitatif eksplorasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik penggunaan APD pada industri pengecoran logam tidak dapat dilaksanakan. Berdasarkan wawancara mendalam didapatkan informasi bahwa faktor yang menjadi determinan para pekerja tidak menggunakan APD adalah faktor lingkungan fisik kerja dan manajemen yang belum menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja.
4
Catur Kurniawan Endy Cahyono
Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Risiko Kecelakaan Kerja Dalam Pelaksanaan Hygiene Perusahaan Pada Bagian Spinning PT Bitratex Semarang Tahun 2003.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif, Explanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional
Ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara pemakaian alat pelindung diri dengan risiko kecelakaan kerja dengan p < 0,05.
Perbedaan keaslian penelitian : Penelitian Nur Kartika Yuniarti7 berjudul Analisis Faktor Perilaku Dalam Penggunaaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) Pada Pekerja Kontraktor Di PT X (Cepu).
Penelitian
Linggasari8
berjudul
Faktor-Faktor
Yang
9
Mempengaruhi Perilaku Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Tangerang Tahun 2008 dengan jenis penelitian kuantitatif desain cross sectional. Penelitian Ireng Sigit Atmanto9 berjudul Behavior Determinants Workers In The Use Of PPE Based On Hazard Assesment in Foundary Company Ceper Klaten dengan metode penelitian kualitatif eksplorasi. Penelitian Catur Kurniawan10 berjudul Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan
Risiko
Kecelakaan
Kerja
Dalam
Pelaksanaan
Hygiene
Perusahaan Pada Bagian Spinning PT Bitratex Semarang Tahun 2003 dengan metode kuantitatif explanatory study. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah analisis persepsi tenaga kerja tentang dukungan manajemen terhadap penggunaan alat pelindung diri pada perusahaan Geo Dipa Energi dengan jenis penelitian deskriptif pada tahun 2015. F.
Lingkup Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah di uraikan, maka penelitian ini mempunyai batasan ruang lingkup sebagai berikut : 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini merupakan penelitian ilmu kesehatan masyarakat pada bidang pendidikan kesehatan khususnya Keselamatan Kerja dan kesehatan Lingkungan Industri. 2. Lingkup Materi Lingkup materi dalam penelitian ini adalah dukungan manajemen terkait penggunaan alat pelindung diri.
10
3. Lingkup Lokasi Lingkup lokasi penelitian yaitu di area sumur produksi PT Geo Dipa Energi Kabupaten Banjarnegara. 4. Lingkup Metode Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. 5. Lingkup Sasaran Ruang lingkup sasaran dalam penelitian ini adalah pekerja di area sumur produksi PT Geo Dipa Energi Kabupaten Banjarnegara tahun 2015. 6. Lingkup waktu Dilakukan pada bulan September 2015.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) Psikologi keselamatan kerja adalah suatu ilmu yang berusaha mempelajari tingkah laku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja yang secara khusus berhubungan dengan terbentuknya perilaku aman yang dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dan mempelajari terbentuknya perilaku tidak aman dalam bekerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.12 Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki tujuan yaitu :
13
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan mulai dari input, proses, maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di dalam industri maupun di luar industri. b. Menerapkan
program
keselamatan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan. c. Menghilangkan resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat pekerjaan. d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya. e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan dan meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.
Pelayanan kesehatan kerja dapat dilaksanakan melalui berbagai upaya, yaitu :13 a. Upaya peningkatan (promotif). Upaya promotif bertujuan untuk meningkatkan derajat dan kapasitas kerja dengan menerapkan pola hidup sehat. b. Upaya
pencegahan
(preventif).
Bertujuan
untuk
memberikan
perlindungan pada pekerja sebelum adanya proses gangguan akibat kerja. Kegiatan preventif meliputi pemeriksaan awal, berkala dan khusus,
imunisasi,
perlindungan
diri
penerapan terhadap
ergonomi,
hygiene
bahaya-bahaya
lingkungan,
dari
pekerjaan,
pengendalian lingkungan kerja, latihan fisik (relaksasi) secara rutin, pemberian suplemen gizi sesuai kebutuhan pekerja dan rotasi kerja. c. Upaya penyembuhan (kuratif). Diberikan kepada pekerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan / gejala dini dengan cara mengobati penyakit, mencegah terjadinya komplikasi dan penularan terhadap keluarganya ataupun teman sekerja. Tujuannya untuk menghentikan
proses
penyakit,
mempercepat
masa
istirahat,
mencegah terjadinya cacat atau kematian. d. Upaya pemulihan (rehabilitatif). Pelayanan ini diberikan kepada pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan telah mengakibatkan cacat, sehingga korban tidak mampu bekerja secara permanen. Kegiatan rehabiliatif meliputi latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuan yang masih ada secara optimal, penempatan kembali pekerja cacat secara selektif sesuai dengan
12
13
kemampuan dan penyuluhan kepada masyarakat serta pengusaha agar mau menggunakan pekerja yang cacat. 2. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja berhubungan langsung dengan faktor-faktor manusia, yaitu kecelakaan itu terjadi lebih karena perilaku ketimbang kegagalan mekanis atau kelemahan sistem kerja. Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum benar. Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait 4 unsur produksi yaitu people, equipment, material, environment (PEME) yang saling berinteraksi. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang melampaui batas. Selain itu, kecelakaan juga bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat / material. Teori penyebab kecelakaan kerja :14 a. Pure Chance Theory (Teori Kebetulan Murni) Teori yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja. b. Accident Prone Theory ( Teori Kecenderungan Kecelakaan ) Teori berpendapat bahwa pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.
14
c. Three Main Factor (Teori Tiga Faktor) Menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri. d. Two Main Factor (Teori Dua Faktor) Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action). e. Human Factor Theory (Teori Faktor Manusia) Menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi: 15 1) Faktor manusia atau tindakan tidak aman (unsafe action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja misalnya tidak menggunakan APD saat bekerja, bekerja sambil bergurau, dll. 2) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan system kerja. Lingkungan dalam arti luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang berlalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi.
15
3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)5 a. Pengertian SMK3 Sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur,
proses,
pengembangan,
dan
sumber
penerapan,
daya
yang
pencapaian,
dibutuhkan pengkajian
bagi dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna menciptakan tempat kerja yang aman dan efisien. b. Tujuan dari SMK3 1) Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi Sistem manajemen digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian
K3
organisasi
dengan
persyaratan
tersebut,
organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3. Pengukuran ini dilakukan melalui audit sistem manajemen K3. 2) Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi Sistem manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam mengembangkan sistem manajemen K3. 3) Sebagai dasar penghargaan (awards) Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian
penghargaan
K3
atas
pencapaian
kinerja
K3,
penghargaan K3 diberikan baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti Five Star Safety Rating
16
System, SMK3 dari Depnaker. Penghargaan K3 diberikan atas pencapaian kinerja K3 sesuai dengan tolok ukur masing-masing. Karena bersifat penghargaan sehingga penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu. 4) Sebagai Sertifikasi Sistem manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi. c. Proses SMK3 Proses sistem manajemen keselamatan dan kesehatan K3 menggunakan pendekatan PDCA (plan-do-check-action)yaitu mulai dari perecanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan. Oleh karena
itu smk3
berkelanjutan
selama
Manajemen
akan
aktivitas
perusahaan
berjalan terus organisasi
menetapkan
menerus
masih
kebijakan
secara
berlangsung. K3
sebagai
perwujudan komitmen manajemen perusahaan dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan tersebut dikembangkan menjadi sebuah perencanaan baik agar proses K3 berjalan tearah, efisen, efektif. Setelah perencanaan, dilanjutkan dengan penerapan dan operasional melalui pengerahansumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Hasil penerapan kemudian ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan
17
kebijakan. Dari tinjauan ulang dapat diketahui apakah ada kendala yang menghambat pelaksanaan yang nantikan akan menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan agar menjadi lebih baik. d. Kebijakan K3 yang baik disyaratkan memenuhi kriteria yaitu : 1) Sesuai dengan sifat dan skala risiko K3 organisasi Perwujudan dari visi dan misi suatu organisasi, tergantung sifat dan skala resiko K3 yang dihadapi, strategi bisnis organisasi. 2) Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan Komitmen untuk peningkatan berkelanjutan akan memberikan dorongan bagi semua unsur dalam organisasi untuk terus menerus meningkatkan K3 dalam organisasi. 3) Termasuk
adanya
komitmen
untuk
sekurangnya
memenuhi
perundangan K3 yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diacu organisasi. 4) Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara Tidak hanya berbentuk lisan atau pernyataan manajemen tetapi dibuat tertulis dan diimplementasikan dan selalu disempurnakan sesuai dengan perkembangan, tuntutan dan kemajuan organisasi. 5) Dikomunikasikan Tujuannya agar pekerja memahami maksud dan tujuan kebijakan yang dapat dilakukan melalui berbagai cara dan media. 7) Tersedia bagi pihak lain yang terkait Harus diketahui oleh pihak lain yang terkait dengan bisnis, aktivitas organsasi seperti konsumen, pemasok, instansi pemerintah, mitra bisnis, pemodal, masyarakat sekitar.
18
8) Ditinjau ulang secara berkala Untuk memastikan bahwa masih relevan dan sesuai bagi organisasi. e. Kunci Keberhasilan Penerapan SMK3 1) SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah pengendalian yang dilakukan antara elemen implementasi dengan potensi bahaya harus sejalan. 2) SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam satu-satunya cara untuk pengendalian risiko. 3) SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian resiko yang sudah dilakukan. 4) SMK3 harus mengandung elemen-elemen implementasi yang berlandaskan siklus proses manajamen. 5) Semua unsur individu yang terlibat dalam operasi harus memahami konsep dan implementasi SMK3. 6) Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam organisasi untuk mencapai kinerja K3. 7) SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya yang ada dalam organisasi. f. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara keseluruhan meliputi : 1) Struktur Organisasi Berfungsi untuk mencapai sasaran melalui penyeragaman unsurunsur program dengan memanfaatkan berbagai sumber dalam satu strategi seperti membina dan melaksanakan sasaran K3
19
secara baik untuk memfasilitasi produksi, mendorong komitmen pimpinan puncak untuk menetapkan kebijakan, melakukan inspeksi K3 yang berfungsi untuk pengenalan bahaya-bahaya potensial dalam produksi. 2) Perencanaan Setiap perusahaan wajib untuk membuat perencanaan yang efektif untuk mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan SMK3 yang jelas. 3) Tanggungjawab Tanggungjawab antara fungsi dan kaitannya dengan masalah K3 juga dilakukan pembagian menurut jenjang jabatan dalam organisasi di bagian tertentu. 4) Pelaksanaan Prosedur Pelaksanaan kegiatan SMK3 harus sesuai rencana dan program K3 sehingga diharuskan manajemen berfungsi dengan baik sehingga dapat menggerakan setiap tenaga kerja yang ada di perusahaan untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah dituangkan. 5) Proses Langkah sistematis yang jelas dapat ditempuh berulangkali untuk mencapai hasil yang diinginkan. 6) Sumber Daya Peraturan mentri tenaga kerja tentang sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yaitu setiap tempat kerja yang
20
memiliki tenaga kerja 100 atau lebih dan atau memiliki resiko tinggi ditempat kerjanya harus menerapkan SMK3. 7) Penerapan SMK3 Dalam penerapan SMK3 perusahaan sesuai dengan OHSAS 18001:2007 atau Permenaker, ada beberapa ketentuan yang wajib dilaksanakan yaitu : a) Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan ditandatangi oleh pengurus yang membuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekat melaksanakan K3 kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh. b) Adanya
komitmen
menyediakan
dari
sumber
pimpinan daya
yang
terhadapK3
dengan
memadai
dengan
mewujudkannya dalam bentuk penempatan organisasi K3 pada posisi strategis, penyediaan anggaran biaya, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya dalam bidang K3, menempatkan personil dengan tanggungjawab, wewenang dan kewajiban secra jelas dalam menangani K3, perencanaan K3 yang terkoordinasi, penilaian kinerja dan tindak lanjut K3. c) Adanya tinjauan awal kondisi K3 di perusahaan yang dilakukan
dengan
cara
identifikasi
kondisi
yang
ada,
selanjutnya dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku sebagai
bentuk
pemenuhan
terhadap
peraturan
perundangandan standar K3, meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi kecelakaan dan gangguan
21
yang terjadi, meninjau hasil penilaian K3 sebelumnya, menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan. d) Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko. e) Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3. 4. Penyakit Akibat Kerja Pengertian dari penyakit akibat kerja adalah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan atau diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Faktor penyebab penyakit akibat kerja : a. Faktor Biologi meliputi bakteri, virus, jamur, binatang, tanaman. b. Faktor Kimia meliputi bahan beracun berbahaya atau radioaktif. c. Faktor Fisik meliputi tekanan, suhu, kebisingan, pencahayaan. d. Faktor Biomekanik meliputi postur, pengangkutan manual, gerakan berulang. e. Faktor Psikologi meliputi stress. Untuk mencegah penyakit akibat kerja dapat dilakukan beberapa upaya yaitu : a. Pemeriksaaan kesehatan berkala b. Pemeriksaan kesehatan khusus c. Pelayanan kesehatan d. Penyediaan sarana dan prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih nyaman.
22
5. Teknik Identifikasi Bahaya Banyak teknik identifikasi yang salah satunya dapat dipilih sebagai yang mungkin paling efektif di organisasi tertentu atau yang dibutuhkan dalam proses tertentu. Teknik tersebut meliputi :16 a. Survei Keselamatan Kerja 1) Kadang dinamakan inspeksi keselamatan kerja 2) Inspeksi umum terhadap seluruh area kerja 3) Cenderung kurang rinci dibandingkan teknik lainnya 4) Memberikan gambaran yang
menyeluruh
tentang
keadaan
pencegahan kecelakaan di seluruh area kerja tertentu b. Patroli Keselamatan Kerja 1) Inspeksi terbatas pada rute yang ditentukan terlebih dahulu 2) Perlu merencanakan rute berikutnya untuk memastikan cakupan menyeluruh atas area kerja 3) Mempersingkat waktu setiap inspeksi c. Pengambilan sampel keselamatan kerja 1) Melihat pada satu aspek kesehatan atau keselamatan kerja saja 2) Fokuskanlah perhatian untuk melakukan identifikasi lebih rinci 3) Perlu merencanakan serangkaian pengambilan sampel untuk mencakup seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja d. Audit keselamatan kerja 1) Inspeksi tempat kerja dengan teliti 2) Lakukan pencarian untuk mengidentifikasi semua jenis bahaya 3) Jumlah setiap jenis bahaya yang teridentifikasi harus dicatat
23
4) Dapat dikembangkan menjadi system peringkat untuk mengukur derajat kesehatan dan keselamatan kerja diperusahaan 5) Audit ulang perlu dilakukan untuk menilai perbaikan-perbaikan apa saja yang telah dilakukan 6) Bisa menyita waktu e. Pemeriksaan lingkungan 1) Dilakukan berdasarkan pengukuran konsentrasi zat-zat kimia di atmosfer 2) Dapat mengidentifikasi kemungkinan bahaya kesehatan di tempat kerja 3) Mencatat pembacaan secara berturut-turut dapat menunjukan peningkatan atau kebalikannya 4) Pemeriksaan dengan sampel kasar sangat tidak akurat dan bisa sangat mahal 5) Instrumen
elektronik
memang
mahal
namun
memberikan
pembacaan cepat yang akurat 6) Instrumen elektronik dapat digunakan secara terus menerus untuk jangka panjang f. Laporan kecelakaan 1) Dibuat setelah kecelakaan 2) Kecelakaan kecil perlu dicatat dan juga kerugian berupa kehilangan waktu 3) Informasi yang diperoleh dari laporan kecelakaan 4) Laporan harus dapat mengidentifikasi tindakan pencegahan yang diperlukan
24
g. Laporan kecelakaan yang nyaris terjadi 1) Dibuat setelah kecelakaan 2) Kecelakaan kecil perlu dicatat dan juga kerugian berupa kehilangan waktu 3) Informasi yang diperoleh dari laporan kecelakaan 4) Laporan harus dapat mengindikasi tindakan pencegahan yang diperlukan h. Masukan dari karyawan 1) Secara formal dapat diperoleh melalui komite keselamatan kerja atau secara informal melalui penyelia 2) Membutuhkan
budaya
tidak
saling
menyalahkan
untuk
memberanikan pekerja melaporkan masalah 3) Para pekerja sering lebih mengetahui dan dapat menyampaikan apa yang perlu dilakukan 4) Perlu umpan balik ke pekerja dalam bentuk tindakan untuk mempertahankan kredibilitas manajemen 6. Hirarki Pengendalian Resiko Upaya pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko ada lima tahap yaitu :5 a. Eliminasi Adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya, misalnya lobang dijalan ditutup, ceceran minyak dilantai dibersihkan, mesin yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya di eliminasi sehingga potensi risiko dapat
25
dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian resiko. b. Substitusi Adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman. Bahan kimia CFC untuk AC yang berbahaya bagi lingkungan diganti dengan bahan lain yang lebih ramah terhadap lingkungan. c. Pengendalian Teknis Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya
dapat
dilakukan
melalui
perbaikan
pada
desain,
penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis misalnya dengan memasang peredam kebisingan dapat ditekan. Pencemaran di ruang kerja dapat diatasi dengan memasang sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi dengan memasang pagar pengaman atau sistem interlock. d. Pengendalian Administratif Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan.
26
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan, pelindung jatuh, pelindung kaki. Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan last resort atau pilihan terakhir dalam pencegahan kecelakaan. 7. Alat Pelindung Diri (APD) a. Pengertian Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.15 Sesuai dengan ketentuan pasal 14C Undang-undang Keselamatan Kerja No 1 tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatan secara cuma-cuma sesuai dengan sifat bahayanya. Pemilihan alat keselamatan harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan jenis bahaya serta diperlakukan sebagai pilihan terakhir.5 b. Ketentuan dalam pemilihan alat pelindung diri : 11 1) Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahayabahaya yang mungkin menimpa tenaga kerja, dan pakaian kerja harus dipilih menurut kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin.
27
2) Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian atau tali yang longgar dan jika ada kantung harus sedikit mungkin jumlahnya dan sekecil mungkin ukurannya. 3) Baju longgar atau robek, dasi dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh dipakai dekat bagian-bagian mesin yang bergerak. 4) Jika kegiatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan atau kebakaran, harus dicegah pemakaian bahan yang terbuat dari seluloid atau bahan-bahan yang dapat terbakar lainnya ketika sedang bekerja. 5) Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang yang digulung lengannya ke atas. 6) Benda-benda tajam atau rucing, bahan-bahan eksplosif atau cairan-cairan yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian. 7) Tenaga yang menghadapi debu-debu yang dapat terbakar eksplosif atau beracun tidak boleh memakai baku berkantung, memiliki lipatan, dan lain-lain yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu. c. Kategori APD berdasarkan risiko dan bagian tubuh yang akan dilindungi, yaitu : 1) Alat pelindung kepala Ada 3 jenis diantaranya adalah topi pengaman (safety helmet) untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda-benda, topi/tudung untuk melindungi kepala dari api, uap-
28
uap korosif, debu, kondisi iklim yang buruk. Harus terbuat dari bahan yang tidak mempunyai celah atau lobang, biasanya terbuat dari asbes, kulit, wool, katun yang dicampur alumunium dan lain-lain. Tutup kepala untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah lilitan rambut dari mesin dan lain-lain. Biasanya terbuat dari katún atau bahan lain yang mudah dicuci. 2) Alat pelindung telinga Alat pelindung telinga digunakan untuk melindungi organ pendengaran dari suara bising. Ada dua jenis yaitu sumbat telinga (earplug) dapat mengurangi intensitas suara 10 – 15 dB dan tutup telinga (earmuff) dapat mengurangi intensitas suara 20 – 30 dB. Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk komunikasi tidak tertanggu. Kelemahan alat pelindung telinga yaitu tidak tepat ukurannya dengan lubang telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan lubang telinga kiri bahan sumbat telinga karet, plastik keras, plastik lunak. 3) Alat pelindung pernafasan Alat pelindung pernapasan berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja seperti kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam) dan pencemaran oleh gas dan uap.
29
4) Alat pelindung mata dan muka Alat pelindung muka dan mata berfungsi untuk melindungi muka dan mata dari lemparan benda-benda kecil, panas, pengaruh cahaya dan pengaruh radiasi tertentu. 5) Alat pelindung kaki Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa benda-benda berat, terbakar karena logam cair &bahan kimia
korosif,
dermatitis/eksim
karena
zat-zat
kimia
dan
kemungkinan tersandung atau tergelincir. Ada beberapa jenis sepatu keselamatan menurut jenis pekerjaan yaitu : a) Sepatu dengan logam / baja, sepatu boot dan jenis lainnya yang mampu digunakan dimana dapat terjadi kebakaran dan bahaya peledakan. b) Sepatu buruh atau tipe sepatu jalan, digunakan untuk melindung pekerja dari percikan, lelehan metal atau logam yang berasal dari pengelasan atau bunga api. c) Sepatu penguat bagian dalamnya memiliki sol metal yang fleksibel dan di rancang menonjol pada jari-jarinya tetapi kemungkinan akan kontak dengan energi listrik namun dapat diperkecil. d) Untuk kondisi basah sepatu kulit dengan paduan kayu cendana sangat efektif dan dapat memberikan pelindungan yang baik dalam bekerja dan dibutuhkan ketika berjalan dipermukaan panas.
30
e) Sepatu keselamatan dengan pelindung metatarsal selalu digunakan dalam operasi material berat untuk menjaga kemungkinan bila ada benda jatuh dan menimpa jari kaki bagian atas. f) Sepatu boots keselamatan yaitu sepatu yang dilengkapi dengan nonferrous yang akan mereduksi kemungkinan adanya gesekan dari pecahan ketika dilokasi dengan bahaya ledakan api. 6) Alat pelindung tangan Alat pelindung tangan berfungsi melindungi tangan dan jarijari dari api panas dingin, radiasi elektromagnetik dan radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka, lecet dan infeksi. Ada beberapa jenis alat pelindung tangan yaitu : a) Kelvar-trated gloves untuk melindungi dari kebakaran b) Metal-mesh
gloves
digunakan
pekerja
yang
bekerja
menggunakan pisau dan benda tajam untuk melindungi dari terpotong dan pukulan dari peralatan yang digunakan c) Rubber gloves untuk melindungi dari listrik, sarung tangan karet tersebut harus di uji kelistrikan d) Rubber neoprene digunakan dalam penggunaan bahan kimia dan korosif e) Leather gloves untuk tahan percikan api, panas yang sedang, benda kasar dan objek yang keras dan dilengkapi dengan bantalan terhadap pukulan
31
f) Chrome-tanned cowhide leathe
untuk alat penekan besi
yang melekat pada tapal tangan dan jari untuk pengecoran pada pabrik baja g) Catton or fabric gloves dipakai pada tempat kotor, pekerjaan memotong atau melindungi luka, pekerjaan kasar, tajam atau material berat h) Coated fabric gloves untuk melindungi dari konsentrasi kimia yang
sedang
direkomendasikan
untuk
pengalengan,
pengepakan, penangan makanan, industri yang sejenis i) Heated industrial gloves dipakai untuk pekerjaan dalam lingkungan dingin j) Hand leathers sebagai bantalan tangan 7) Alat pelindung badan Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat perlindungan diri. Pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya.
Pakaian kerja
wanita sebaiknya
menggunakan celana panjang, baju yang pas, tutup rambut dan tidak memakai perhiasan. Berdasarkan jenis bahayanya pakaian pelindung terdiri atas : a) Flame resistant catton untuk bahaya panas atau percikan api sedang
32
b) Special flame-resistant and heat resistant synthetic fabrics untuk memadamkan api atau untuk pekerjaan-pekerjaan disekeliling api yang terbuka c) Rubber, neoprene, vinyl or other protective material untuk pekerjaan yang basah atau menanggulangi asam, korosi dan zat-zat kimia. d. Alat pelindung diri harus disimpan pada tempat penyimpanan ang bebas debu, kotoran, dan tidak terlalu lembab serta terhindar dari gigitan binatang. Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga
mudah
diupayakan
diambil
disimpan
di
dan almari
dijangkau khusus.
oleh
pekerja
dan
Pemeliharaan
dan
penyimpanan alat pelindung diri dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1) Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri 2) Pencucian air sabun untuk alat pelindung diri seperti safety helm, kacamata, earplug yang terbuat dari karet, sarung tangan kain/kulit/karet 3) Penggantian cartridge atau canister pada respirator setelah dipakai beberapa kali. e. Syarat-syarat alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja: 11 1) Enak dan nyaman dipakai 2) Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja
33
3) Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya / potensi bahaya 4) Memenuhi syarat estetika 5) Memperhatikan efek samping penggunaan APD 6) Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan dan harga terjangkau f. Masalah dalam pengadaan APD sehingga pemakaiannya patut dipertimbangkan adalah :11 1) Pengusaha merasa penyedia APD hanya akan menambah beban biaya 2) Perusahaan tidak menyadari bahwa jika ada bahaya pada pekerjaan tertentu APD mungkin akan menghindarkan biaya yang lebih besar akibat terjadinya kecelakaan 3) Perusahaan menyediakan APD tetapi para pekerja enggan memakainya 4) Pekerja mungkin merasa tidak nyaman bekerja memakai APDnya karena tidak sesuai ukuran atau kualitas rendah dan mungkin mereka tidak terbiasa dan terlatih menggunakannya. 5) APD yang pernah disediakan tidak dipakai dan tidak terawat maka pengusaha dan pekerja sama-sama tidak peduli terhadap APD 6) Fungsi pengawasan dan penyuluhan tidak berjalan baik dan tidak dilakukan secara teratur
34
g. Dalam penggunaan alat pelindung juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a.
Faktor Presdiposing a) Karakteristik
individu
meliputi
umur,
jenis
kelamin,
pendidikan, pengetahuan. b) Sikap dan tindakan individu c) Kenyamanan menggunakan APD b. Faktor Enabling a) Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan b) Program perusahaan meliputi pelatihan c) Penyediaan sarana prasarana APD d) Sosialisasi tentang penggunaan APD c. Faktor Reinforcing a) Pengawasan yang dilakukan dari pihak perusahaan b) Dukungan atasan 8. Dasar Hukum APD Dasar-dasar
hukum
yang
digunakan
sebagai
acuan
untuk
penggunaan APD di perusahaan sebagai berikut : 1. Undang-Undang No 1 Tahun 197017 a. Pasal 3 Syarat-Syarat Keselamatan Kerja Ayat
(1)
butir
f
menyatakan
bahwa
dengan
peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan APD yaitu dengan memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja.
35
b. Pasal 5 Pengawasan Ayat (1) perihal pengawasan yang berbunyi bahwa direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan
pengawasan
langsung
terhadap
ditaatinya undang-undang ini dan membantu pelaksanaanya. c. Pasal 9 Pembinaan 1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang : a) Kondisi-kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya. b) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya. c) Alat-alat
perlindungan
diri
bagi
tenaga
kerja
yang
bersangkutan. d) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaanya. 2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas. 3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam
pencegahan
kecelakaan
dan
pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan
36
kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan. d. Pasal 12 Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja 1. Butir (b) menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak perkerja untuk memakai APD. 2. Butir
(c)
memenuhi
dan
menaati
semua
syaratsyarat
keselamatan dan kesehatan kerjayang diwajibkan. 3. Butir (e) menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam
batas-batas
yang
masih
dapat
dipertanggung
jawabkan. e. Pasal 13 Kewajiban Bila Memasuki Tempat KerjaBarang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk kesehatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. f. Pasal 14 Kewajiban Pengurus Butir (c) menyatakan bahwa kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan.
37
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/198118 a. Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung
diri
dan
wajib
bagi
tenaga
kerja
untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. b. Pasal 5 ayat (2) tenaga kerja harus memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja 3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/198219 Pasal 2 butir 1 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
38
B. Kerangka Teori
Hazard
Incident
Safety Management
Risk Penggunaan APD Pengendalian Resiko Zero accident
Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Sumber : Soehatman Ramli. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001.Dian Rakyat.2010 dan Soekidjo Notoadmojo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2007
39
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Kerangka Konsep Persepsi Tenaga Kerja Tentang Dukungan manajemen 1.
Kebijakan & Program K3
Penggunaan APD
2. Pengawasan Manajemen 3. Penyediaan APD 4. Penggunaan APD
Gambar 3.1 Kerangka konsep
B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan persepsi tenaga kerja tentang dukungan manajemen terhadap penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di area well pad PT Geo Dipa Energi secara objektif. Beberapa pertimbangan menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu : 21 1. Bentuknya sederhana dan mudah dipahami tanpa menentukan perhitungan teknik statistika yang kompleks. 2. Sebagian besar laporan dilakukan dalam bentuk deskriptif.
40
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel terikat terdiri dari penggunaan alat pelindung diri dan variabel bebas terdiri dari kebijakan perusahaan,
program
perusahaan
tentang
APD,
penyediaan
APD,
pengawasan perusahaan.
D. Definisi Operasional
No
Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi
Variabel
1.
Kebijakan Program K3
&
2.
Penyediaan APD
3.
Pengawasan Manajemen
4.
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Peraturan tertulis terkait alat pelindung diri yang dibuat perusahaan agar pekerja taat menggunakan APD beserta upaya yang dilakukan perusahaan terkait APD meliputi sosialisasi kepada pekerja, pelatihan peningkatan ketrampilan pekerja, komunikasi, punismant atau reward kepada pekerja Pemenuhan sarana prasarana untuk melindungi pekerja melalui alat pelindung diri meliputi prosedur pengadaan, kualitas APD, penyimpanan APD, perawatan APD. Suatu bentuk monitoring perusahaan agar diketahui apakah program terlaksana atau tidak meliputi pengawasan penggunaan APD. Praktek penggunaan APD oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh tubuh dari kemungkinan pemaparan potensi bahaya selama bekerja.
Instrumen Kuesioner
Kuesioner, lembar observasi
Kuesioner
Kuesioner
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pekerja yang bertugas di area well pad yang berjumlah 31 orang.
41
2. Sampel Teknik sampel dalam penelitian ini adalah total sampel yaitu semua pekerja di area well pad yang berjumlah 31 orang menjadi sampel dalam penelitian ini.
F. Pengumpulan Data 1. Sumber dan Jenis Data Pada penelitian ini jenis data dibagi dua yaitu jenis data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari para pekerja yang diajukan beberapa pertanyaan melalui kuesioner dan bersumber dari hasil observasi. Data sekunder bersumber dari data perusahaan berupa data data umum perusahaan.22 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Melakukan pengamatan langsung tentang alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan meliputi jenis APD, kondisi APD, penggunaan APD. b. Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang dukungan manajemen terhadap penggunaan APD. c. Dokumentasi Pada saat penelitian, peneliti mengambil dokumentasi atau rekam gambar atau foto. Alat digunakan adalah kamera handphone.
42
d. Alat Tulis Untuk mencatat informasi apa saja yang didapat pada saat melakukan penelitian.
G. Analisis Data Setelah semua data terkumpul selanjutnya data tersebut dikelompokkan terlebih dahulu untuk memudahkan dalam menganalisis data. Analisis data menggunakan analisis deskriptif yang bersifat terbuka yaitu dengan menggunakan proses berfikir, induktif, yang pengujinya berdasarkan dari data yang dikumpulkan kemudian disimpulkan. Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai dukungan manajemen terhadap penggunaan alat pelindung diri pada pekerja. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan lembar observasi disimpulkan kemudian dibuat hasil laporan berupa kalimat-kalimat atau deskripsi mengenai dukungan manajemen tanpa mengurangi data yang diperoleh.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan PLTP Unit Dieng adalah unit pembangkit yang dikelola oleh PT Geo Dipa Energi dengan kapasitas terpasang sebesar 60 MW. Hasil dari proses pembangkitan ditransmisikan melalui jalur interkoneksi Jawa – Bali sebesar 55 MW dan sisanya digunakan oleh perusahaan. Sumber panas bumi yang berada di PLTP unit Dieng merupakan sumber panas bumi jenis uap basah, dimana perbandingan antara uap dan kandungan airnya memiliki perbandingan 40 : 60 dengan prosentase 40% untuk uap dan 60% untuk air dengan suhu 195 ° C. Selain itu kualitas uap yang masuk mengandung mineral yang bersifat merusak salah satunya silica dan bahan tersebut dapat menimbulkan scalling. 1. Deskripsi Lingkungan Perusahaan PT Geo Dipa Energi terletak di Dataran Tinggi Dieng, secara geografis terletak
di
dua
Banjaranegara
kecamatan
dan
yaitu
Kecamatan
Kecamatan Kejajar
Batur
Kabupaten
Kabupaten Wonosobo.
Perusahaan ini memiliki beberapa lokasi di dataran tinggi, antara lokasi satu ke lokasi yang lainnya berjauhan. Kantor PT Geo Dipa Energi Unit Dieng berada di Jalan Raya Dieng Batur Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. PT Geo Dipa Energi mempunyai beberapa titik sumur (Pad) yang terletak saling berjauhan, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini tidak
44
mempunyai luas area yang sesungguhnya. PT Geo Dipa memiliki 47 sumur yang terdiri 27 sumur pengeboran pertamina dan 20 sumur dari pengeboran HCE. Dari sumur-sumur tersebut dibagi atas 15 sumur produksi, 8 sumur re-injection (memasukkan air kembali ke perut bumi), 24 shut-in (sumur yang belum dioperasikan) namun hanya beberapa sumur yang masih digunakan. Kedalaman sumur tersebut sekitar 598 – 3214 meter dengan kapasitas 2 – 20 Mwe. Tabel 4.1 Daftar sumur PT Geo Dipa Energi yang masih digunakan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Sumur HCE7B HCE 7C HCE 28A HCE 29 HCE 30 HCE 30 A HCE 31 DIENG 14 HCE 17A DIENG 10 HCE 33
Keterangan SUMUR PRODUKSI SUMUR PRODUKSI SUMUR PRODUKSI SUMUR PRODUKSI SUMUR PRODUKSI SUMUR PRODUKSI SUMUR PRODUKSI SUMUR INJEKSI SUMUR INJEKSI SUMUR INJEKSI SUMUR INJEKSI
Sumber : PT Geo Dipa Energi Unit Dieng (2015)
2. Ruang Lingkup Produksi a. Sistem Proses Produksi 1. Sistem Pemasokan Uap Sumur yang memasok pembangkit PLTP unit adalah sumur HCE 7b, 7c, 28a, 29, 30, 30a, 31. Fluida dari sumuran terdiri dari 2 fasa uap yang kering, dilakukan pemisahan melalui separator. Penyaluran dari uap ke turbin tersebut menggunakan pipa transmisi yang dibungkus dengan alumunium cladding berisolasi tahan panas (Rockwooll).
45
2. Sistem Pengelolaan Brine Air panas hasil pemisahan dengan uap berupa “brine water” dimasukan kembali ke perut bumi melalui sumur injeksi yang dipergunakan adalah sumur Dieng 10, 14, 17a, 33 untuk menginjeksikan brine tersebut digunakan vertical turbin pump yang dipasang pada output separator. Mengingat bahwa jarak injeksi brine dari output separator hingga sumur injeksi panjangnya sekitar 7 km dengan ketinggian lebih dari 150 meter maka dipasang pula booster pump sebanyak 4 unit. 3. Sistem Pembangkit PLTP Dengan mempertimbangkan kondisi uap di Dieng maka pembangkit
uap
di
PLTP
Dieng
adalah
dengan
system
kondensasi. Untuk mengoperasikan turbine dengan beban 60 MW diperlukan uap kering sebesar 400 ton/jam dengan tekanan 10 bar. Sebelum masuk ke turbin, uap dibersihkan dahulu di scrubber,
kemudian
setelah
digunakan
uap
buangnya
dikondensasikan di condenser dengan sarana penambahan air pendingin dan tekanan vakum. Keperluan air pendingin untuk system kondensasi ini adalah menggunakan cooling tower yang berfungsi mendinginkan air, kondensat ini diinjeksikan kembali ke perut bumi menggunakan pompa kondesat yang dipasang dii lokasi power plant.
46
b. Proses Produksi Sumur
produksi
merupakan
tempat
pengeboran
yang
menghasilkan uap panas. Potensi uap (steam) yang dihasilkan di Dieng menghasilkan 60% air - 40 % uap. Uap yang keluar dari sumur di alirkan ke AFT untuk dilakukan pembersihan. Setelah dari AFT,uap tersebut dialirkan ke sparator. Untuk mendapatkan uap kering dilakukan
proses
pemisahan
melalui
separator,
sehingga
dimungkinkan steam akan benar-benar murni dan dialirkan menuju power plant untuk menggerakkan turbin. Ketika brine dan steam masuk separator melalui pipa inlet, brine akan jatuh ke bagian bawah separator dan steam akan terangkat keluar melalui pipa outlet. Hal ini terjadi karena berat jenis brine lebih berat daripada steam. Setelah uap keluar dari separator akan dialirkan menuju power plant, sedangkan brine dikeluarkan melalui pipa dibagian bawah separator
dan
dibantu
oleh
brine
injection
pump
untuk
mengalirkannya ke sumur-sumur injeksi. Tinggi permukaan brine harus dijaga sehingga digunakan LCV (Level Control Valve) sedangkan tekanan brine diatur menggunakan PVC (Pressure Control Valve) yaitu valve ini bekerja pada tekanan tertentu yang akan membuka ketika tekanan yang ada dalam separator lebih besar dari tekanan yang diatur dan sebaliknya. PVC merupakan partner kerja dari dump valve yang berfungsi untuk mengatur aliran brine apabila LCV sudah membuka 100% brine akan dialirkan ke silencer kemudian didinginkan di ponds atau balong. Jalur pipa tersebut dilapisi dengan Kalsit yang dapat menjaga
47
agar pipa tersebut tidak panas. Secara umum proses produksi uap (steam) sebagai penggerak turbin yang bersumber dari panas bumi mengalami berbagai penyaringan. Uap yang keluar dari sumur dimasukkan ke dalam separator untuk dipisahkan antara uap dan air. Kemudian uap dialirkan melalui steamline untuk menggerakkan turbin, sebelum masuk untuk menggerakkan turbin uap disaring menggunakan scrubber yang berada di power plant. Untuk mencapai sumber panas bumi dilakukan pengecekkan lokasi dan pengeboran yang mencapai kedalaman kurang lebih 2000 – 2500 meter, dari kedalaman tersebut dihasilkan uap (steam) yang digunakan untuk menggerakan turbin. Turbin
digunakan
sebagai
penggerak
generator
dengan
kecepatan putar 3000 rpm, sehingga menghasilkan daya sebesar 60 MW. Sebagian besar listrik hasil produksi disalurkan ke PLN sebesar 55MW sedangkan yang 5 MW digunakan oleh PT Geo Dipa Energi unit Dieng untuk menggerakan pompa dan kegiatan produksi lainnya (house load).
Gambar 4.1 Miniatur proses produksi
48
c. Bahaya yang mungkin timbul di area Well Pad a. Brine Water Reservoir panas bumi yang ada di Dieng merupakan reservoir dua fasa dimana fluida yang terkandung didalamnya terdiri dari uap dan air, sehingga harus dilakukan pemisahan. Air panas atau yang disebut brine water dari hasil pemisahan kemudian disalurkan ke ponds atau balong yaitu tempat penampungan brine sementara sebelum diinjeksikan melalui sumur injeksi. Brine water tersebut memiliki temperatur sangat tinggi dan mengalir di saluran terbuka sekitar 94°C. Di sekitar ponds tidak ada pagar pengaman sehingga sangat membahayakan para pekerja jika sampai terjatuh kedalam ponds. Dengan adanya bahaya dari brine water maka pekerja ataupun yang memasuki area sumur produksi harus dilengkapi dengan alat perlindungan diri yaitu helmet, safety shoes, kacamata, sarung tangan panas, jika diperlukan baju tahan panas. b. Kebisingan Pada area sumur produksi terdapat silencer yang dapat menghasilkan suara yang cukup keras. Bagi yang berada didekat silencer tersebut sebaiknya menggunakan ear plug. Nilai ambang batas kebisingan berdasarkan Kepmenaker 51 Tahun 1999 yaitu 85 dB. Area sumur produksi menghasilkan kebisingan 75 – 85 dB rata-rata
setiap
hari.
Walaupun
demikian
tetap
harus
menggunakan alat pelindung telinga agar tidak terkena penyakit akibat kerja dalam jangka waktu panjang.
49
c. Bahaya Ketinggian Ada beberapa pekerjaan yang dikerjakan pada ketinggian seperti pemeliharaan separator. Tinggi separator, AFT berkisar 12 meter. Bekerja di ketinggian diperlukan kewaspadaan dan diharuskan menggunakan safety belt (sabuk keselamatan) untuk meningkatkaan keamanan. Selain itu, tetap harus menggunakan helmet, safety shoes. d. Keracunan gas H2S Gas H2S merupakan hidrogen sulfida yaitu gas beracun yang dapat merusak indra penciuman bahkan dapat menyebabkan meninggal apabila terhirup. NAB terbaru Gas H2S sesuai Permenaker No 13 Tahun 2011 adalah 1 ppm. Gas H2S sangat berpotensi keluar di area sumur produksi yaitu yang keluar dari perut bumi melalui semburan gas, kebocoran pompa / pipa karena korosi, pembersihan dengan menggunakan asam pada sumur maupun peralatan, dll. Gas H2S muncul di setiap sumur produksi mempunyai konsentrasi yang berbeda yaitu lebih dari 1 ppm sehingga
para
pekerja
di
area
sumur
produksi
harus
menggunakan masker atau alat bantu pernafasan jika dibutuhkan. Pekerja di area tersebut juga harus membawa personal detector untuk mendeteksi apabila ada gas H2S, minimal satu buah. e. Kontaminasi zat Kimia Pemeliharaan di sumur juga menggunakan acid (H2SO4) untuk mengurangi scaling. (H2SO4) bisa membahayakan manusia apabila sampai tersentuh. Penggunaan acid mengharuskan
50
pekerja menggunakan peralatan khusus yang dapat melindungi tubuh secara keseluruhan. APD yang harus digunakan saat bekerja dengan bahan kimia adalah pelindung kepala, pelindung kaki, sarung tangan kimia, masker chemical, pelindung badan dan pelindung muka. f. Tersengat Listrik Area well pad menggunakan listrik tegangan tinggi sebesar 380 V. Oleh karena itu semua orang yang berada di area ini harus berhati-hati. Selain APD standar yang harus dikenakan, untuk pekerjaan yang berhubungan dengan listrik harus menggunakan sarung tangan listrik agar tidak tersengat listrik. g. Kebakaran Kebakaran bisa terjadi di sumur produksi karena disana ada aliran listrik dan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan listrik. Kebakaran dapat terjadi akibat konsleting di ruang control atau ledakan karena tekanan uap yang keras. Oleh karena itu harus disediakan alat pemadam kebakaran, larangan untuk merokok. Penggunaan APD harus tetap digunakan disetiap kegiatan. h. Jenis bahaya lain Ada bahaya-bahaya lain yang mungkin timbul di area sumur produksi seperti kemungkinan adanya material terjatuh atau terguling, terpeleset, kebocoran line, terjepit alat-alat berat, terkena pipa panas.
51
Gambar 4.2 Lokasi Sumur produksi Pad 29 dan Pad 7
B. Hasil Penelitian 1. Kebijakan dan program K3 PT Geo Dipa Energi Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen K3LL, penggunaan alat pelindung diri di wajibkan bagi setiap pekerja yang akan memasuki lapangan kerja. Manajemen membuat peraturan bahwa bagi pekerja yang akan bekerja harus menggunakan alat pelindung diri minimal yaitu sepatu keselamatan dan helm keselamatan. Peraturan tersebut disosialisasikan pada safety induction bagi pekerja baru oleh K3LL. Dalam peraturan tersebut tidak diberikan punishment maupun reward. PT Geo Dipa Energi mengadakan pelatihan untuk pekerja dan pekarya adalah bagian terpenting dalam program K3LL dan pencegahan kerugian. Tujuan dari pelatihan yang di adakan membantu pekerja dan pekarya untuk dapat bekerja lebih produktif dan lebih effisien. Pelatihan akan meningkatkan kemampuan pekerja sehingga memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk penerapan kebijakan dan peraturan K3LL. Setiap tahun sekali K3LL mengadakan lomba sekaligus sebagai pelatihan kebakaran. Pemenang lomba akan mendapat hadiah dari perusahaaan. Pelatihan tersebut untuk memperingati bulan K3 yang diadakan oleh K3LL. Pada setiap hari jumat juga diadakan safety talk tentang K3.
52
2. Pengawasan Penggunaan Alat Pelindung Diri PT Geo Dipa Energi Pengawasan bagi pekerja di lapangan di lakukan langsung oleh supervisor safety. Pengawasan dilakukan apabila ada laporan pekerjaan di lapangan melalui JSA yang diajukan. Apabila di lapangan terjadi suatu hal seperti accident, incident, nearmiss maka akan dibuat laporan hasil penyelidikan. 3. Penyediaan Alat Pelindung Diri PT Geo Dipa Energi PT Geo Dipa Energi menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja. Alat pelindung diri diberikan secara cuma-cuma kepada pekerja yang dapat dilihat pada tabel 4.3 dan perusahaan juga menyimpan cadangannya di dalam gudang K3LL yang dapat dilihat secara lengkap pada tabel 4.3. Perusahaan juga telah menyediakan APD sesuai dengan jenis bahaya yang mungkin timbul di sumur produksi. K3LL bertanggung jawab untuk menyusun anggaran, menentukan spesifikasi teknis dan mendistribusikan segala jenis PPE yang bersifat umum ke semua pekerja.
No 1
2
3 4
Tabel 4.2 Daftar APD yang dibagikan kepada pekerja Jenis Jumlah Pengadaan Alat pelindung badan @ 1 buah 1 tahun sekali a. wear pack b. jas hujan Alat pelindung kaki / safety @ 1 buah 1 tahun sekali shoes a. bahan kulit b. bahan karet Helmet warna putih untuk @ 1 buah 1 tahun sekali pekerja Alat Pelindung Mata @ 1 buah 1 tahun sekali a. kacamata hitam b. kacamata putih
53
No 5
6
7
Jenis Alat pelindung tangan a. sarung tangan polkadot b. kombinasi kain kulit c. las untuk pekerjaan Masker a. Masker kain hijau b. Masker moncong babi Alat pelindung telinga/ ear plug untuk di cantolkan di helm
Jumlah
I buah
1 buah
2. Pengadaan Dibagi 1 bulan sekali atau sesuai kebutuhan Satu bulan sekali atau sesuai kebutuhan 1 tahun sekali
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui alat pelindung diri yang dibagikan kepada pekerja. Setiap pekerja mendapatkan alat pelindug diri setiap tahun sekali. Alat pelindung diri diberikan masing-masing satu buah dari helm, alat pelindung badan, alat pelindung tangan, alat pelindung kaki, alat pelindung muka dan alat pelindung telinga.
Tabel 4.3 Daftar APD yang berada di Gudang K3LL
No 1
Aspek Alat Pelindung Kepala
2
Alat pelindung telinga a. Ear plug karet b. Ear plug helmet
Jumlah Kondisi 60 Kondisi helm yang berada di gudang masih layak digunakan. Helm tersebut disediakan untuk tamu berwarna kuning. Pengadaan satu tahun sekali Ear plug yang ada di a. 500 gudang masih dalam b. 300 kondisi baru. Pengadaan setiap satu tahun sekali.
Penyimpanan Sebagian helm diletakan di gantungan helm dan sebagian masih di simpan di dalam rak Ear plug disimpan di dalam toples.
1.
54
No 3
Aspek Alat Pelindung pernafasan a. Masker hijau dan masker moncong b. SCBA c. Ska Pak
Jumlah a.50 doss b.6 buah c.5 buah
Kondisi a. Masih dalam kondisi baru. Pengadaan setiap satu tahun sekali b. Kondisi siap pakai dengan perawatan pengisian udara bersih di pantai Congot Purworejo c. Dalam kondisi baik beserta dg tabungnya.
4
Alat pelindung a. 10 mata dan buah muka b. 12 a. Face shield buah b. Googles
Penyimpanan a. Disimpan di dalam kardus yang disusun di rak. b. Dimasukan kedalam koper plastik tebal. c. Disimpan di dalam kotak stainless.
a. Face shield a. Diletakkan di terdiri dari 5 buah atas rak kaca hitam dan 5 dengan buah kaca putih. ditumpuk. Pengadaan b. Diletakkan setiap tahun diatas rak. sekali namun hanya kacanya saja. b. Googles masih kondisi bagus karena hanya digunakan pada pekerjaan tertentu saja. Pengadaan setiap tahun sekali.
55
No
Aspek
5
Alat Pelindung Kaki
6
Alat Pelindung tangan (sarung tangan) a. Polkadot b. Kombinasi kain kulit c. Karet untuk chemical d. Kulit untuk tukang las e. Anti listrik 17000v f. Anti panas bahan asbes g. Anti panas bahan nilon
Jumlah 10 buah
a. 500 b. 250 c. 10
d. 60 e. 4 f.
5
g. 5
Kondisi
Penyimpanan
Kondisi masih baik, disediakan untuk tamu dengan ukuran 40 – 43. Pengadaan setiap setahun sekali.
Dimasukkan kedalam kardus kemudian diletakkan di rak.
Kondisi sarung tangan masih baik dan pengadaan setiap tahun sekali
Disimpan di dalam kardus kemudian diletakkan di rak.
56
No 7
Aspek Alat pelindung Pelengkap a. Personal gas detektor b. Safety harness c. Baju tahan api d. Baju tahan kimia
Jumlah a. 15 buah b. 5 buah c. 2 buah d. 1 buah
Kondisi
Penyimpanan
Semua masih dalam kondisi baik karna juga jarang dikenakan. Personal gas detector mempunyai masa waktu 2 tahun sehingga penggantiannya setiap 2 tahun sekali. Safety harnes, baju tahan api dan kimia diadakan setiap satu tahun sekali.
a. Dimasukan ke dalam box kemudian di letakkan d rak b. Di letakkan di rak c. Di gantung pada hanger d. Di gantung pada hanger
Tabel 4.4 Kesesuaian Penyediaan APD Terhadap Jenis Bahaya
1
Jenis Bahaya Brine water
2
Kebisingan
3
Ketinggian
4
Gas H2S
5
Zat Kimia
No
APD Helm standar Sepatu safety Sepatu karet Kaca mata Sarung tangan tahan panas Ear plug Ear muff Safety belt Helm standar Sepatu safety Masker chemichal Master ska pak SCBA Personal detector Helm standar Sepatu safety Pelindung badan Google Sarung tangan kimia Pelindung muka Masker
Disediakan Ya Tidak V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
57
No 6
7
8
Jenis Bahaya Listrik tegangan tinggi Kebakaran
Panas (sumber pipa)
Disediakan Ya Tidak V V V V V V V V
APD Helm standar Sepatu safety Sarung tangan anti listrik Helm standar Sepatu safety Masker ska pak SCBA Sarung tangan panas
4. Persepsi Tenaga Kerja Terhadap Dukungan Manajemen K3 Tabel 4.5 Persepsi tentang Kebijakan & Program K3 Jawaban No 1
Ya
Pernyataan
Tidak
Tidak tahu F P 0 0 %
F yang 29 untuk
P 93. 5%
F 2
P 6.5 %
29
93. 5% 93. 5% 29 %
2
6.5 % 6.5 % 58 %
0
6.5 % 6.5 %
0
74. 2% 3.2 % 64. 5% 3.2 % 67. 8%
0
Terdapat peraturan mewajibkan menggunakan APD 2 Ada sosialisasi tentang peraturan tersebut 3 Sosialisasi diberikan oleh unit K3LL 4a. Sosialisasi diadakan secara rutin 5a. Ada sosialisasi untuk pekerja baru 6b. Peraturan wajib menggunakan APD dapat dilihat di papan peringatan 7 Perusahaan pernah mengadakan pelatihan K3 8 Dilakukan safety briefing sebelum bekerja 9 Perusahaan pernah mengadakan pelatihan K3 10 Pelatihan K3 diberikan secara rutin 11 Pelatihan diberikan oleh petugas safety atau pihak perusahaan
29 9 29 29
8 29 7 29 10
2 18
93. 5% 93. 5%
2
25. 8% 93. 5% 22. 5% 93. 5% 32. 2%
23
2
1 20 1 21
0 4
0
1 4 1 0
0 % 0 % 13 % 0 % 0 % 0 % 3.2 % 12. 9% 3.2 % 0 %
58
Jawaban No. 12 13
14
15
16
17
18
19
20
21
Ya
Pernyataan
Tidak
Tidak Tahu F P 1 3.2 %
F Pelatihan diberikan oleh luar 25 perusahaan
P 80. 6%
F 5
P 16. 2%
Materi pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan keselamatan dan kesehatan untuk meningkatkan ketrampilan penggunaan APD di tempat anda bekerja Ada punishment (hukuman) bagi yang tidak menggunakan APD secara lengkap Punishment bagi pekerja yang tidak menggunakan APD secara lengkap berupa scorsing Punishment bagi pekerja yang tidak menggunakan APD secara lengkap berupa hukuman fisik seperti push up,dll Punishment bagi pekerja yang tidak menggunakan APD secara lengkap berupa tidak boleh masuk ke area kerja Ada reward (hadiah) bagi pekerja yang taat menggunakan APD Reward (hadiah) bagi pekerja yang taat menggunakan APD berupa uang Reward (hadiah) bagi pekerja yang taat menggunakan APD berupa penghargaan Adanya peraturan tersebut, keselamatan dan kesehatan menjadi lebih terjaga
6
19. 3%
25
80. 7 %
0
0 %
4
12. 9%
26
83. 9%
1
3.2 %
1
3.2 %
29
93. 6%
1
3.2 %
16
51. 6%
15
48. 4%
0
0 %
2
6.5 %
29
93. 5%
0
0 %
2
6.5 %
28
90. 3%
1
3.2 %
4
12. 9%
26
83. 9%
1
3.2 %
30
96.
1
3.2 %
0
0 %
4
13 %
0
0 %
9% 27
87 %
Sumber : data primer (2015)
Berdasarkan hasil kuesioner dari 31 responden didapatkan hasil dari jawaban terbanyak dari responden tentang kebijakan dan program K3. PT Geo Dipa Energi mewajibkan pekerja untuk menggunakan APD pada saat bekerja. Peraturan tentang menggunakan APD tersebut sudah pernah disosialisasikan oleh unit K3LL namun tidak diadakan
59
secara rutin dan ada sosialisasi bagi pekerja baru mengenai penggunaan wajib APD. Perusahaan juga mendukung penggunaan APD melalui adanya papan peringatan tentang menggunakan APD yang dapat dibaca di area
sumur produksi namun tidak dilakukan safety
briefing sebelum bekerja. PT Geo Dipa Energi pernah mengadakan pelatihan K3 namun pelatihan tersebut belum dilaksanakan secara rutin. Pelatihan tersebut diberikan oleh pihak perusahaan khususnya dari pihak safety. Pekerja menyatakan bahwa materi pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat meningkatkan ketrampilan penggunaan APD. Bagi pekerja yang tidak menggunakan APD lengkap, tidak ada punishment yang diberikan baik berupa scorsing, hukuman fisik. Pekerja yang tidak lengkap menggunakan APD tidak diperbolehkan memasuki area kerja dinyatakan oleh 16 pekerja dari 31 responden. Selain tidak ada punishment, tidak ada juga reward yang diberikan kepada pekerja bagi yang teladan menggunakan APD.
60
Tabel 4.6 Persepsi tentang Pengawasan Penggunaan APD
No
Pernyataan
1
Ya
Selama anda bekerja ada pengawasan 2 Adanya pengawasan dapat meningkatkan motivasi untuk selalu menggunakan APD saat bekerja 3 Ada maupun tidak ada pengawas selalu menggunakan APD 4 Pengawasan dilakukan setiap hari kerja 5 Pengawasan dilakukan oleh petugas safety 6 Ada peringatan kepada pekerja yang tidak menggunakan APD 7 Ada tindakan pengawas atau pihak manajemen ketika terjadi kecelakaan kerja Sumber : data primer (2015)
F 15 19
P 48. 9% 61. 3%
Jawaban Tidak F P 15 48. 9% 11 35. 5%
Tidak tahu F P 1 3.2% 1
3.2%
28
90. 3%
3
9.7 %
0
0%
11
25. 5% 80. 6% 74. 2%
18
58 % 9.7 % 22. 6%
2
6.5%
3
9.7%
1
3.2%
71 %
8
25. 8%
1
3.2%
25 23
22
3 7
Berdasarkan hasil terbanyak dari kuesioner yang diberikan kepada 31 responden didapatkan hasil mengenai pengawasan penggunaan APD. Pengawasan kepada pekerja saat bekerja dilapangan dirasakan hanya separuh dari jumlah pekerja yaitu 15 pekerja merasa pengawasan tidak dilaksanakan setiap hari dan 15 pekerja merasa diawasai setiap hari saat bekerja. Dengan adanya pengawasan, membuat pekerja merasa termotivasi untuk menggunakan APD saat bekerja, sehingga ada maupun tidak
ada
pengawas,
para
pekerja
selalu
menggunakan
APD.
Pengawasan kepada pekerja dilakukan langsung oleh petugas safety, apabila ada pekerja yang tidak menggunakan APD maka akan diberi peringatan oleh petugas safety.
61
Tabel 4.7 Persepsi tentang Penyediaan APD Jawaban No 1
Pernyataan
Perusahaan telah menyediakan APD sesuai resiko bahaya dan jenis pekerjaan 2 APD yang disediakan perusahaan nyaman digunakan 3 APD tersebut mudah didapatkan 4 APD yang disediakan sesuai dengan ukuran 5 Disediakan tempat untuk menyimpan APD 6 Ada keterlibatan pekerja dalam menentukan APD oleh pihak manajemen 7 Pekerja diberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan terhadap APD yang digunakan 8 Pihak manajemen K3 merawat APD 9 Setiap pekerja wajib merawat APD yang digunakan Sumber : data primer (2015)
Ya
Tidak
Tidak tahu F P 0 0%
F 27
P 87 %
F 4
P 13 %
16
51. 6%
15
48. 4%
0 0%
28
90. 3% 51. 6% 64. 5% 32. 3%
3
9.7 % 48. 4% 35. 5% 64. 5%
0 0%
13
41. 9%
18
58. 1%
0 0%
21
67. 7% 90. 3%
10
32. 3% 9.7 %
0 0%
16 20 10
28
15 11 20
3
0 0% 0 0% 1 3.2 %
0 0%
Berdasarkan hasil terbanyak dari kuesioner yang diberikan kepada 31 responden didapatkan hasil mengenai penyediaan APD oleh perusahaan. PT Geo Dipa Energi menyediakan APD sesuai resiko bahaya dan jenis pekerjaan. APD untuk para pekerja disediakan mencukupi jumlah pekerja dan mudah didapatkan. Namun, 16 responden dari 31 responden mengatakan bahwa APD yang diberikan kurang nyaman dan ukuran APD yang disediakan kurang sesuai. Dalam pengadaan APD, tidak ada keterlibatan pekerja dalam menentukan APD yang dibutuhkan. Para pekerja tidak diberi
62
kesempatan untuk menyampaikan keluhan terhadap APD yang digunakan. Tidak ada pengecekan terhadap APD yang digunakan sebelum bekerja. Namun pihak manajemen K3 merawat APD yang digunakan dan pekerja menyadari bahwa pekerja wajib merawat APD yang digunakan. Tabel 4.8 Penggunaan APD pada pekerja PT Geo Dipa Energi Jawaban No 1
Pernyataan
Menggunakan safety helmet saat bekerja 2 Menggunakan wear pack /pakaian pelindung saat bekerja 3 Menggunakan sarung tangan saat bekerja 4 Menggunakan alat pelindung mata saat bekerja? 5 Menggunakan masker saat bekerja 6 Menggunakan pelindung telinga saat bekerja 7 Menggunakan safety shoes saat bekerja 8 Menggunakan face shield saat bekerja 9 Menggunakan APD saat bekerja adalah kebutuhan 10 APD yang dikenakan mengganggu aktivitas pekerjaan 11 Menggunakan personal gas detector saat berada dilapangan 12 Menggunakan APD pelengkap sesuai dengan bahaya yang dihadapi (harness, sarung tangan listrik, baju anti panas, dll) Sumber : data primer (2015)
Ya F 31 31
KadangKadang F P F P 0 0% 0 0%
Tidak P 100 % 100 %
0 0%
0 0%
74.2 % 48.4 % 48.4 % 48.4 % 100 % 12.9 % 100 % 6.3 %
8 25. 8% 8 25. 8% 1 48. 5 4% 9 29 % 0 0%
0 0%
2 74. 3 2% 0 0%
4 12. 9% 0 0%
2 83. 6 9%
3 9.6 %
10
32.2 %
2 67. 1 8%
0 0%
29
93.5 %
2 6.5 %
0 0%
23 15 15 15 31 4 31 2
8 25. 8% 1 3.2 % 7 22. 6% 0 0%
63
Berdasarkan hasil terbanyak dari kuesioner yang diberikan kepada 31 responden didapatkan hasil mengenai perilaku pekerja dalam penggunaan APD. Seluruh pekerja di area well pad menggunakan safety helmet, wear pack dan safety shoes. Pekerja juga menggunakan sarung tangan saat bekerja. Penggunaan pelindung telinga hanya dilakukan oleh 15 pekerja saja dan 8 pekerja kadang-kadang. Penggunaan sarung tangan juga hanya dilakukan oleh separuh jumlah pekerja yaitu 15 orang. Penggunaan personal gas detector hanya dilakukan oleh 10 orang dari 31 responden. Pekerja juga menggunakan APD tambahan agar lebih aman saat bekerja. Pekerja merasa perlu menggunakan APD saat bekerja dan tidak merasa terganggu jika harus selalu menggunakan APD.
64
BAB V PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang analisis deskriptif dukungan manajemen terhadap penggunaan alat pelindung diri area sumur produksi PT Geo Dipa Energi Kabupaten Banjarnegara ini tidak terlepas dari keterbatasan serta beberapa kelemahan lain yang tidak bisa dihindarkan. Adapun keterbatasan tersebut adalah : 1. Penelitian ini bersifat subjektif tentang dukungan manajemen yang hasilnya terbatas pada perusahaan tempat penelitian ini dilakukan. 2. Data yang diperoleh adalah merupakan dari hasil kuesioner sehingga data yang diperoleh hanya berdasarkan kejujuran responden. 3. Keterbatasan waktu pekerja sehingga peneliti harus menyesuaikan waktu dengan pekerja. 4. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai lokasi.
B. Pembahasan 1. Kebijakan dan Program K3 Terkait Alat Pelindung Diri Oleh Manajemen K3 di PT Geo Dipa Energi Untuk mengurangi atau meminimalisir risiko bahaya sehingga perusahaan membuat sebuah kebijakan K3 secara umum yang tertuang dalam kebijakan K3 No 005K/GDE-Dieng/III/2014. PT Geo Dipa Energi Unit Dieng dalam melakukan upaya pencegahan dan menghindari
65
terjadinya kecelakaan kerja serta gangguan kesehatan akibat kerja disekitar daerah kegiatan operasi, telah memberikan prioritas dalam pengelolaan aspek K3 yang terintegrasi pada kegiatan tersebut dengan menetapkan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Melaksanakan seluruh kegiatan operasional perusahaan dengan memperhatikan aspek K3. 2. Mematuhi dan melaksanakan peraturan dan perundangan dalam bidang K3 dan memenuhi standar operasi yang berlaku. 3. Meningkatkan kepedulian kepada pekerja dan pekarya terhadap aspek K3 untuk menghindari kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan akibat kerja. 4. Mengevaluasi, mengembangkan dan melakukan audit terhadap kinerja K3 sesuai standar, peraturan dan perundangan yang berlaku. Didukung oleh penelitian Ireng Sigit9 bahwa salah satu faktor determinan para pekerja tidak menggunakan APD adalah manajemen belum menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan
penerapan
SMK3
yang
baik
diharapkan
pekerja
dapat
menggunakan APD sesuai peraturan yang berlaku. Kewajiban menggunakan APD tidak tertuang langsung dalam kebijakan tersebut namun sudah mencakup dalam aspek K3. Wajib menggunakan
APD
tidak
tertulis
namun
secara
lisan
sudah
disosialisasikan pada saat awal bekerja. Departemen K3LL membuat sebuah peraturan bagi setiap pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri minimal yaitu helm keselamatan dan sepatu keselamatan namun peraturan tersebut masih berbentuk lisan. APD minimal yang diwajibkan
66
dengan tujuan sepatu keselamatan untuk melindungi kaki agar tidak terhindar dari kejatuhan suatu benda dan helm keselamatan untuk melindungi kepala serta sebagai pembeda antara pekerja, tamu dan kontraktor karena warna helmnya juga berbeda. Namun pada pekerjaan tertentu, penggunaan alat pelindung di lapangan sesuai dengan JSA yang telah dibuat. Salah
satu
implementasikan
kriteria
kebijakan
dan
dipelihara.
adalah
didokumentasikan,
Sebuah
kebijakan
di
harus
didokumentasikan artinya bukan hanya dalam bentuk ungkapan lisan atau pernyataan manajemen tetapi dibuat tertulis sehingga dapat diketahui dan dibaca oleh semua pihak berkepentingan. Oleh karena itu, kebijakan tentang menggunakan alat pelindung diri lebih baik jika dibuat sebagai peraturan tertulis. Sosialisasi peraturan tersebut diberikan pada saat safety induction pertama pada pekerja baru. Kriteria lain tentang kebijakan yang
baik
yaitu dikomunikasikan dan ditinjau ulang secara berkala. Peraturan harus dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan maksud pekerja dapat memahami tujuan, kewajiban serta peran semua pihak dalam K3. Bentuk komunikasi yang sudah dilakukan oleh perusahaan yaitu sosialisasi pada saat safety induction, media peringatan melalui papan peringatan untuk menggunakan APD, peringatan akan bahaya yang berada di setiap sumur produksi. Sosialisasi mengenai K3 dan safety briefing belum terlaksana dengan rutin. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak perusahaan bertujuan meningkatkan kesadaran tenaga kerja mengenai penggunaan APD serta
67
membentuk perilaku yang selamat di tempat kerja. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang kondisi dan bahaya yang timbul di tempat kerja, semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya, alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya dan pada ayat 3 menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya
penanggulangan
dalam
kebakaran
mencegah
serta
kecelakaan
peningkatan
kerja
dan
keselamatan
dan
kesehatan kerja. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linggasari8 bahwa pelatihan berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri, pihak manajemen mempunyai agenda pelatihan setiap tahun. Setiap tahun sekali PT Geo Dipa Energi memperingati bulan K3 dengan memberikan pelatihan kebakaran yang diadakan sekaligus sebagai lomba. Para pemenang lomba akan diberikan hadiah untuk memicu semangat para pekerja. Para pekerja sebagian besar sudah menggunakan alat pelindung diri walaupun tidak ada reward yang diberikan. Para pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri tidak diperbolehkan memasuki lapangan kerja.
68
2. Pengawasan Pihak Manajemen K3 Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Geo Dipa Energi Pengawasan
adalah
salah
satu
kegiatan
unit
K3LL
yang
mengusahakan pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana. Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1970 pasal 5 Ayat (1) perihal pengawasan yang berbunyi bahwa direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaanya. Pengawasan kepada pekerja dilapangan dilakukan langsung oleh supervisor safety. Proses pengawasan berdasarkan ijin kerja dan JSA yang dilaporkan. Sehingga setiap pekerjaan dari berbagai bagian harus membuat JSA agar di berikan pengawasan. Namun terkadang, tidak ada laporan tentang pekerjaan di lapangan sehingga pekerja tidak mendapat pengawasan oleh petugas safety. Pengawas akan memberikan teguran bagi pekerja yang tidak taat dan memberikan peringatan untuk menggunakan APD sesuai dengan job safety analysis. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linggasari8 bahwa pengawasan berhubungan dengan perilaku penggunaan APD dan penelitian Nur Kartika bahwa pengawasan menjadi salah satu perilaku penggunaan APD. Dengan adanya pengawasan dapat meningkatkan penggunaan APD.
69
3. Penyediaan Alat Pelindung Diri oleh Manajemen K3 di PT Geo Dipa Energi Perusahaan menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma yang dibagikan kepada personal pekerja yaitu helm keselamatan berwarna putih untuk pekerja, sepatu keselamatan, wear pack, kacamata hitam dan kacamata putih, sarung tangan, pelindung telinga (ear plug) dan untuk pekerjaan khusus seperti pekerjaan las diberikan pelindung muka saat mengelas dan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia diberikan celemek, sarung tangan kimia, baju tahan kimia. APD yang sudah diberikan kepada masing-masing pekerja menjadi tanggungjawab masing-masing pekerja untuk menjaga dan merawatnya. Alat pelindung diri yang sudah diberikan, harus digunakan pada saat bekerja untuk melindungi diri dari bahaya. Perusahaan juga menyediakan APD untuk tamu yaitu helm keselamatan berawarna kuning, sepatu keselamatan sebanyak 10 pasang, sarung tangan, ear plug. Di gudang safety juga masih menyediakan APD cadangan seperti ear plug, sarung tangan, kacamata, pelindung muka dan alat pelindung diri pernapasan yaitu SCBA, ska pak ; alat pelindung keselamatan lain seperti harness, personal gas detector. Alat pelindung tersebut disimpan di gudang safety, apabila ada pekerjaan khusus maka akan disiapkan APD tambahan sesuai JSA yang sudah dibuat. Sesuai dengan Undang-undang no 1 tahun 1970 pasal 14 sub c yang berisi menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
70
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas ahli-ahli keselamatan kerja Departemen K3LL setiap tahun membuat material request (MR) yang berisi tentang pengajuan APD. Sebelum dibuat pihak manajemen menanyakan kritik dan saran kepada beberapa pekerja tentang APD. Proses pengadaan APD cukup lama sehingga pemberian APD terkadang terlambat. Oleh karena itu MR tersebut dibuat beberapa bulan sebelum akhir tahun agar APD tidak terlambat untuk diberikan kepada pekerja. MR yang sudah dibuat kemudian di ajukan kepada bagian manajemen untuk meminta persetujuan. Setelah melakukan proses negosiasi dan mendapat persetujuan dari General Manajer, MR tersebut diberikan kepada departemen Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ). Selanjutnya dilakukan proses lelang kepada vendor-vendor yang sudah ditunjuk atau diminta oleh departemen K3. Terkadang APD yang sudah diajukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, salah satu penyebabnya adalah budgeting dari perusahaan. Untuk menyiasati hal tersebut, departemen K3LL mengutamakan APD bagi pekerja lapangan. Penyediaan APD oleh PT Geo Dipa Energi sesuai dengan : 1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 pasal 3 tentang syarat syarat keselamatan kerja yaitu perusahaan untuk memberikan APD yaitu dengan memberikan alat- alat perlindungan diri pada pekerja. 2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 sub c yang menyatakan menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah
71
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. 3. Permenakertrans N0.Per.01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3 kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Diharapkan meningkatkan
dengan
disediakannya
kepatuhan
alat
penggunaan
pelindung
APD
diri
sehingga
dapat dapat
meningkatkan keselamatan kerja dan kesehatan sesuai dengan penelitian Bustanul bahwa ketersediaan APD berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD. 4. Persepsi Tenaga Kerja Terhadap Dukungan Manajemen K3 PT Geo Dipa Energi a. Persepsi Tenaga Kerja Kebijakan dan Program Kebijakan K3 Berdasarkan hasil kuesioner mengenai persepsi pekerja tentang kebijakan dan program K3 di perusahaan. Sebagian besar pekerja menyatakan bahwa ada peraturan yang mewajibkan pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri. Peraturan sudah disosialisasikan kepada pekerja saat awal bekerja di perusahaan tersebut. Sosialisasi tersebut diberikan oleh petugas safety atau departement K3LL. Sosialisasi K3 dan safety briefing belum terlaksana secara rutin, hanya pada saat awal bekerja, namun kewajiban menggunakan APD minimal sudah menjadi kebiasaan oleh para pekerja. Peringatan untuk menggunakan alat
72
pelindung diri juga dapat dilihat pekerja pada papan peringatan yang berada di setiap sumur produksi seperti area bising gunakan earplug, gunakan sepatu keselamatan, helm keselamatan. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Nur Kartika, diperoleh hasil bahwa salah satu faktor enabling yang mempengaruhi penggunaan APD adalah adanya kebijakan perusahaan khususnya tentang APD.7 Dengan adanya kebijakan tentang kewajiban menggunakan APD maka akan mempengaruhi penggunaan APD oleh pekerja. Responden menyatakan bahwa perusahaan pernah mengadakan pelatihan K3 namun pelatihan tersebut belum diberikan secara rutin. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh perusahaan dengan ide gagasan dari departemen K3LL. Para pekerja menyatakan bahwa materi pelatihan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan keselamatan
dan
kesehatan
untuk
meningkatkan
ketrampilan
penggunaan APD. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Nur Kartika, diperoleh hasil bahwa salah satu faktor enabling yang mempengaruhi penggunaan APD adalah adanya pelatihan pekerja khususnya pelatihan APD.7 Dengan
adanya
meningkatkan
pelatihan
kepatuhan
penggunaan penggunaan
APD APD.
maka
dapat
Pekerja
akan
ditambahkan wawasannya tentang cara menggunaan APD yang tepat dan benar, bagaimana cara menyimpan dan membersihkan APD. Bagi pekerja yang tidak menggunakan APD tidak ada punishment yang diberikan, hal ini disebabkan para pekerja sudah menaati peraturan yang mewajibkan menggunakan APD minimal yaitu hanya
73
menggunakan helm dan sepatu keselamatan. Para pekerja menyadari bahwa jika tidak menggunakan APD minimal maka tidak boleh memasuki area lapangan. Bagi pekerja yang menjadi teladan dalam penggunaan APD juga belum ada reward atau hadiah khusus dari manajemen. Walaupun tidak ada punishment dan reward yang diberikan oleh perusahaan, pekerja tetap menggunakan APD yang diwajibkan oleh perusahaan. b. Persepsi Tenaga Kerja Terhadap Pengawasan Penggunaan APD Perilaku pekerja terhadap penggunaan APD dipengaruhi oleh perilaku dari pengawas atau petugas safety. Pengawas harus menjadi contoh teladan yang baik dalam menggunakan APD. Berdasarkan hasil
kuesioner,
sebagian
pekerja
mengatakan
bahwa
ada
pengawasan pada saat bekerja. Sebagian besar pekerja menyatakan bahwa
dengan
adanya
pengawasan
membuat
para
pekerja
termotivasi untuk selalu menggunakan APD pada saat bekerja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bustanul Arifin23 bahwa ada hubungan antara pengawasan dalam pemakaian APD dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD dan penelitian Nur Kartika7 juga mengatakan bahwa faktor reinforcing dalam penggunaan APD adalah pengawasan. Sebagian pekerja mengatakan bahwa pengawasan tidak dilakukan setiap hari kerja dan hanya saat ada kejadian tertentu saja. Para pekerja menyatakan bahwa pengawasan dilakukan oleh petugas safety. Bagi pekerja yang tidak menggunakan APD akan mendapat peringatan oleh petugas safety. Apabila ada insiden yang terjadi di
74
lapangan maka ada tindakan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen melakukan laporan hasil penyelidikan yang berisi tentang pencatatan
kejadian
insiden,
biodata
korban,
kerugian
yang
ditimbulkan, saksi mata, kejadian secara detail, tindak lanjut manajemen, penyebab kejadian. c. Persepsi Tenaga Kerja Terhadap Penyediaan APD Berdasarkan
hasil
kuesioner
tentang
responden
terhadap
penyediaan alat pelindung diri. Perusahaan menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma yang dibagikan APD yang sudah diberikan kepada masing-masing pekerja menjadi tanggungjawab masing-masing pekerja untuk menjaga dan merawatnya. Perusahaan sudah menyediakan APD sesuai dengan potensi bahaya di tempat kerja dan jumlah sudah mencukupi kebutuhan pekerja namun 16 orang dari 31 pekerja menyatakan bahwa APD yang disediakan kurang nyaman saat digunakan dikarenakan ukuran sepatu yang diberikan kekecilan. Menurut hasil kuesioner, responden lebih banyak menjawab bahwa tidak ada keterlibatan pekerja dalam menentukan APD, pekerja tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan terhadap APD yang digunakan. Pihak manajemen tidak melakukan survei kepada seluruh pekerja, hanya beberapa pekerja saja yang dianggap sudah mewakili. Responden menyatakan bahwa pihak manajemen merawat APD yang ada dan para pekerja menyadari bahwa pekerja harus merawat APD yang digunakan.
75
Penelitian yang dilakukan oleh Bustanul Arifin23 memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara ketersediaan APD dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD dan dalam penelitian Nur Kartika7 disebutkan bahwa faktor enabling dalam penggunaan APD adalah salah satunya ketersediaan APD. Dengan penyediaan alat pelindung diri oleh perusahaan, pekerja merasa lebih aman saat bekerja. 5. Penggunaan Alat Pelindung Diri oleh Pekerja Di Area Sumur Produksi PT Geo Dipa Energi Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan, sebagian besar tenaga kerja telah memakai APD sesuai dengan penggunaannya. PT Geo Dipa Energi telah memfasilitasi penyediaan APD untuk pekerja serta setiap
orang
yang
memasuki
lapangan
kerja
serta mewajibkan
penggunaan APD tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Kurniawan mendapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara pemakaian alat pelindung diri dengan risiko kecelakaan kerja yang menunjukkan bahwa yang memakai alat pelindung diri buruk memiliki risiko kecelakaan 6,8 kali lebih besar dibanding tenaga kerja yang memakai alat pelindung diri baik.10 Hal ini sesuai dengan undangundang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 13 yang menyatakan bahwa barang siapa yang akan memasuki tempat kerja diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai APD yang diwajibkan. Semua pekerja yang hendak masuk ke lapangan sudah menggunakan safety helmet, safety shoes, wear pack. Hal tersebut sudah sesuai dengan APD minimal yang diwajibkan oleh departemen K3LL. Untuk
penggunaan
sarung
tangan,
23
orang
dari
31
pekerja
76
menggunakan sarung tangan tangan. Pekerja yang tidak menggunakan sarung tangan merasa tidak nyaman saat menggunakan sarung tangan. Sarung tangan yang disediakan perusahaan beragam, namun yang umum digunakan adalah sarung tangan polkadot. Sarung tangan chemichal, sarung tangan anti listrik, sarung tangan anti panas digunakan hanya pada saat pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan bahaya kimia, listrik, panas. Jumlah sarung tangan tersebut
terbatas
sehingga
hanya
orang-orang
tertentu
yang
menggunakannya. Penggunaan masker hanya dilakukan oleh sebagian pekerja yaitu 15 orang mengatakan menggunakan masker, 15 orang tidak menggunakan, dan 1 orang kadang kadang. Masker yang disediakan adalah masker hijau dan masker moncong babi. Penggunaan masker dilapangan untuk menghindari menghirup debu dan bau belerang yang keluar dari perut bumi. Namun iklim di lapangan panas sehingga sedikit membuat gerah atau tidak nyaman jika harus menggunakan masker. Tingkat kebisingan di masih di ambang normal yaitu 85 dba, namun pada pekerjaan tertentu tingkat kebisingan naik melebihi 85 dba. Kebiasaan penggunaan ear plug dilakukan oleh 15 pekerja. Di lapangan terdapat papan peringatan yang berbunyi “daerah bising gunakan ear plug”. Namun karena kebisingan masih di ambang batas, pekerja tidak selalu menggunakan ear plug meskipun sudah ada peringatan untuk selalu menggunakan ear plug. Hanya pada saat tertentu pekerja menggunakan ear plug saat bekerja. Penggunaan face shield dilakukan oleh pekerja las untuk melindungi muka dari percikan api las. Jumlah pekerja las tersebut ada 4 orang. Di
77
lapangan sangat rawan akan gas CO2, sehingga diperlukan penggunaan detector gas. Jumlah personal gas detector terbatas yaitu hanya 15 buah. Namun minimal ada beberapa orang yang menggunakan personal gas detector saat di lapangan. Penelitian Catur Kurniawan10 di dapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemakaian alat pelindung diri dengan risiko kecelakaan kerja. Para pekerja menyadari bahwa perlunya penggunaan APD saat bekerja agar menghindari potensi bahaya yang ada agar tetap bisa produksi bekerja. Sebagian besar pekerja menyatakan bahwa penggunaan APD tidak mengganggu saat bekerja. Pekerja juga menggunakan APD pelengkap saat melakukan pekerjaan tertentu. Seperti pekerjaan maintenance separator, karena separator cukup tinggi sehingga diperlukan harness agar tidak terjatuh dari ketinggian. Pada saat pekerja menghadapi api, maka ada beberapa pekerja yang menggunakan baju anti panas. Penggunaan APD oleh pekerja secara keseluruhan sudah baik, seperti penggunaan APD minimal serta penggunaan APD khusus saat ada pekerjaan tertentu.
78
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Ada kebijakan tentang alat pelindung diri namun belum tertuang secara tertulis dan sudah disosialisakan pada safety induction pertama. Untuk meningkatkan
ketrampilan
dalam
penggunaan
APD,
perusahaan
mengadakan pelatihan yang diadakan setiap tahun. Dengan adanya kebijakan dan pelatihan yang diberikan, memotivasi pekerja untuk menggunakan APD walaupun tidak ada punishment dan reward khusus yang diberikan. 2. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh supervisor safety, memotivasi pekerja untuk selalu menggunakan APD. 3. Perusahaan menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma sesuai dengan potensi bahaya yang timbul. APD yang disediakan oleh perusahaan digunakan pekerja saat bekerja dan membuat pekerja merasa lebih aman saat bekerja. 4. Persepsi tenaga kerja tentang dukungan manajemen perusahaan yaitu adanya dukungan manajemen berupa kebijakan, pelatihan, pengawasan, penyediaan alat pelindung sehingga membuat pekerja meningkatkan upaya keselamatan kerja dan kesehatan kerja melalui penggunaan APD. 5. Penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja sudah cukup baik sesuai dengan peraturan perusahaan.
79
B. Saran 1. Membuat peraturan tentang wajib menggunakan APD secara tertulis. 2. Melakukan safety briefing secara rutin sebelum bekerja di lapangan. 3. Mengadakan sosialisasi secara rutin dan terintegrasi mengenai pokok K3 termasuk menggunakan APD saat bekerja. 4. Memberikan sanksi yang tegas bagi pekerja yang tidak menggunakan APD. 5. Memberikan reward kepada pekerja yang teladan, agar lebih memotivasi pekerja dalam menggunakan APD. 6. Meningkatkan pengawasan kepada pekerja secara rutin. 7. Memberikan kesempatan kepada pekerja untuk menyampaikan kritik dan saran melalui musyawarah pekerja maupun kuesioner kepada pekerja.
80
DAFTAR PUSTAKA 1.
Suyitno. Pembangkit
Energi
Listrik.
PT
Rineka
Cipta.
Jakarta.
2011. 2.
Kecelakaan Kerja Karyawan PT Krazu Tewas di PLT Suralaya. Fesbuk Banten News.http://m.facebook.com/notes/fesbuk-banten news / ke celakaan-kerja-karyawan-PT-Krazu-tewas-di-PLT Suralaya/. D i a k s e s tanggal 25 Maret 2015.
3.
Pekerja PLTU Asal China Tewas Tersangkut Baling-baling. DetikNews. M. detik. Com / news / read / 2013 / 03 / 27. Diakses tanggal 25 Maret 2015.
4.
Tak Pakai Pengaman, Teknisi Telkomsel Jatuh Dari Tower. Tommy Purniawan. Daerah. S i n d o n e w s. com. D i a k s e s t a n g g a l 25 M a r e t 2015.
5.
Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001.2007. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.2010.
6.
Sinungan, Muchdarsyah.
Produktivitas Apa dan Bagaimana.
Penerbit
PT Bumi Aksara. Jakarta.2003. 7.
Anizar.
Teknik
Keselamatan
Dan
Kesehatan
Industri.
Graha
Ilmu.
Yogyakarta. 2009. 8.
Yuniarti, Nur Kartika. Analisis Faktor Perilaku Dalam Menggunakan dari Alat Pelindung Diri (APD) Pada Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) Pada Pekerja Kontraktor Di PT X (Cepu) (Skripsi).2011. http:// repository.unhas.ac.id>bitstream>handle. Diakses tanggal 04 Juli
2015.
81
9.
Linggasari. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Departemen Enginering PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Tanggerang Tahun 2008 (Skripsi). http:// lib.ui.ac.id >file. Diakses tanggal 04 Juli 2015.
10. Atmanto, Ireng Sigit. Behavior Determinants Workers The Use Of PPE Based On Hazard Assement In Foundary Company Ceper Klaten. http:// www.researchgate.net/publication.279676972. Diakses tanggal 04 Juli 2015. 11. Kurniawan, Catur.
Hubungan Pemakaian
Alat Pelindung Diri
Dengan
Risiko Kecelakaan Kerja Dalam Pelaksanaan Hygiene Perusahaan Pada Bagian Spinning PT Biratex Semarang Tahun 2003. http:// eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 04 Juli 2015.
12.
Winarsunu,
Tulus.
Psikologi
Keselamatan
Kerja.
UPT
Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.2008. 13.
Konradus, Danggur. Keselamatan Kesehatan Kerja. Raja Grafindo Persada. Surabaya.2006.
14.
Triwibowo,Cecep dan Pusphandani, Mitha Erlisya. Kesehatan Lingkungan dan K3. Nuha Medika. Yogyakarta.2013.
15.
Tarwaka.
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja,
Manajemen
dan
Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta. 2008. 16.
Ridley, John. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga. Jakarta. 2006.
17.
Undang-Undang
No
1
Tahun
1970
Tentang
Keselamatan
Kerja.
http://www.duniakerja.info> uu1.1970.pdf Diakses tanggal 27 Maret 2015
82
18.
Peraturan
Mentri
Tenaga
kerja
dan
Transmigrasi
Nomor
:
PER.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja. http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id. Diakses tanggal 27 Maret 2015 19.
Peraturan Mentri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No: PER.03/MEN/1982 Tentang
Pelayanan
Kesehatan
Kerja.
http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id Diakses tanggal 27 Maret 2015 20.
Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling : Pendekatan Praktis untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan contoh Transkrip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data. Rajawali Pers. Jakarta. 2013.
21.
WHO. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Latihan Metode Penelitian. Jakarta. 1999
22.
Nasir dkk. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan : Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan. Muha Medika. Yogyakarta. 2011
23.
Arifin, Bustanul. Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pekerja Dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4 Tahun 2012 (Skripsi). http:// eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 20 September 2015
83
LAMPIRAN
84
LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
85
86
LAMPIRAN 2 SURAT SELESAI PENELITIAN
87
88
LAMPIRAN 3 LEMBAR KUESIONER
89
KUESIONER
ANALISIS DESKRIPTIF DUKUNGAN MANAJEMEN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) AREA SUMUR PRODUKSI (WELL PAD) PT GEO DIPA ENERGI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015
Oleh : Agrilinda Nindy Yusi Tedjosoetono NIM D11.2011.01266
Dengan hormat, Saya
mahasiswa
peminatan
Keselamatan
Kerja
dan
Kesehatan
Lingkungan Industri (K3Li) Program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi. Saya memohon dengan kerendahan hati agar kiranya bapak / saudara dapat menjawab pertanyaan berikut dengan jujur dan sesuai dengan keadaan sebenarnya saat ini. Jawaban bapak / saudara tidak akan mempengaruhi pekerjaan di perusahaan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Petunjuk pengisian : 1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama dan teliti. 2. Pilihlah salah satu jawaban dengan jujur sesuai keadaan sebenarnya dengan memberi tanda centang ( V ) pada kolom yang tersedia.
90
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Bagian Pekerjaan
:
3. Lama Kerja
:
1. Kebijakan & Program K3
Jawaban No
Pernyataan Ya
1
Terdapat
peraturan
yang
mewajibkan
untuk menggunakan APD 2
Ada sosialisasi tentang peraturan tersebut
3
Sosialisasi diberikan oleh unit K3LL
4b. Sosialisasi diadakan secara rutin 5c. Ada sosialisasi untuk pekerja baru 6d. Peraturan wajib menggunakan APD dapat dilihat di papan peringatan 7
Perusahaan
pernah
mengadakan
pelatihan K3 8
Dilakukan safety briefing sebelum bekerja
9
Perusahaan
pernah
mengadakan
pelatihan K3 10
Pelatihan K3 diberikan secara rutin
11
Pelatihan diberikan oleh petugas safety atau pihak perusahaan
12
Pelatihan diberikan oleh luar perusahaan
13
Materi pelatihan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan
kesehatan
untuk
keselamatan
dan
meningkatkan
ketrampilan penggunaan APD di tempat anda bekerja 14
Ada punishment (hukuman) bagi yang tidak menggunakan APD secara lengkap
Tidak
Tidak tahu
91
15
Punishment
bagi
menggunakan
pekerja
APD
yang
secara
tidak
lengkap
berupa scorsing 16
Punishment menggunakan
bagi
pekerja
APD
yang
secara
tidak
lengkap
berupa hukuman fisik seperti push up,dll 17
Punishment menggunakan
bagi
pekerja
APD
yang
secara
tidak
lengkap
berupa tidak boleh masuk ke area kerja 18
Ada reward (hadiah) bagi pekerja yang taat menggunakan APD
19
Reward (hadiah) bagi pekerja yang taat menggunakan APD berupa uang
20
Reward (hadiah) bagi pekerja yang taat menggunakan APD berupa penghargaan
21
Adanya peraturan tersebut, keselamatan dan kesehatan menjadi lebih terjaga
22
Sudah menggunakan APD sesuai dengan peraturan perusahaan
2. Pengawasan Kerja
Jawaban No
Pernyataan
1
Selama anda bekerja ada pengawasan
2
Adanya pengawasan dapat meningkatkan motivasi untuk selalu menggunakan APD saat bekerja
3
Ada maupun tidak ada pengawas selalu menggunakan APD
4
Pengawasan dilakukan setiap hari kerja
Ya
Tidak
Tidak tahu
92
5
Pengawasan dilakukan oleh petugas safety
6
Ada peringatan kepada pekerja yang tidak menggunakan APD
7
Ada
tindakan
pengawas
atau
pihak
manajemen ketika terjadi kecelakaan kerja
3. Penyediaan APD oleh perusahaan
Jawaban No
1
Pernyataan
Perusahaan
telah
Ya
menyediakan
APD
sesuai resiko bahaya dan jenis pekerjaan 2
APD yang disediakan perusahaan nyaman digunakan
3
APD tersebut mudah didapatkan
4
APD
yang
disediakan
sesuai
dengan
ukuran 5
Disediakan tempat untuk menyimpan APD
6
Ada
keterlibatan
pekerja
dalam
menentukan APD oleh pihak manajemen 7
Pekerja
diberi
kesempatan
menyampaikan keluhan
terhadap
untuk APD
yang digunakan 8
Pihak manajemen K3 merawat APD
9
Setiap pekerja wajib merawat APD yang digunakan
Tidak
Tidak tahu
93
4. Penggunaan APD oleh pekerja
Jawaban No
1
Pernyataan
Menggunakan
safety
Ya helmet
saat
bekerja 2
Menggunakan
wear
pack
/pakaian
pelindung saat bekerja 3
Menggunakan
sarung
tangan
saat
bekerja 4
Menggunakan alat pelindung mata saat bekerja?
5
Menggunakan masker saat bekerja
6
Menggunakan pelindung telinga saat bekerja
7
Menggunakan safety shoes saat bekerja
8
Menggunakan face shield saat bekerja
9
Menggunakan APD saat bekerja adalah kebutuhan
10
APD
yang
dikenakan
mengganggu
aktivitas pekerjaan 11
Menggunakan personal gas detector saat berada dilapangan
12
Menggunakan APD pelengkap sesuai dengan
bahaya
yang
dihadapi?
(harness, sarung tangan listrik, baju anti panas, dll)
Tidak
Kadang - kadang
94
LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI ALAT PELINDUNG DIRI
95
96
97
98
99
100
LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN
101
102
103