perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KINERJA UNIT PASAR DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN DALAM PENATAAN PASAR DELANGGU TAHUN 2011
Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : KURNIAWANTO NIM. D0105092
ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal sesuatu itu baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu tapi sesuatu itu buruk untuk kalian. Dan Alloh Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah: 216)
"Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu ." (Riwayat Muslim)
Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci kesuksesan. Jika Anda mencintai apa yang Anda lakukan Anda akan sukses. (Haryanto Kandani)
“Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan,kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan" (General Colin Powell)
“Orang yang mampu merubah diri mereka adalah mereka yang menetapkan perubahan kemudian pada saat itu juga mereka langsung meninggalkan apa yang mereka ingin tinggalkan” (Penulis) commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada: -
Bapak dan Ibuku untuk segala kasih sayang, cinta, doa, dan kesabaran yang selama ini kalian berikan dan takkan pernah terputus
-
Kakak kakakku tercinta, terimakasih buat canda tawanya, supportnya dan doanya
-
Almamater ku
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala rahmat, berkah, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ”Kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Penataan Pasar Delanggu Kabupaten Klaten Tahun 2011”. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis menyadari berbagai hambatan yang tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Drs. Pawito Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS yang telah memberikan ijin penelitian skripsi ini. 2. Drs. Is Hadri Utomo, Msi selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Dra. Lestariningsih, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini. 4. Drs. Sudarto,M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh perkuliahan. 5. Bapak Bambang Budi Susilo dan pegawai Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten yang telah membantu dan memberi kemudahan dalam penelitian. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak Sigit Harjoko selaku Lurah Pasar Delanggu dan para pedagang Pasar Delanggu yang berkenan bekerja sama dan membantu memudahkan penulis memperoleh informasi bagi penelitian ini. 7. Sahabat-sahabatku (Punto, Ikhwan, Hilmi, Arif W, Sigit, Anton, Fadlan, Hendro, Dipta, Dian, Puguh, Budy, Mas Teguh, Sugiyanto) 8. Seluruh teman-teman AN angkatan 2005 9. Kakak kakakku (Sasongko,Fitri,Latif dan Jadmini) serta adikku Mila dan Fira. 10. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini. Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan penulisan skripsi ini. Wassalamu‟alaikum wr. wb.
Surakarta, 24 November 2011
Kurniawanto commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
PERSETUJUAN..........................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
iii
MOTTO........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN........................................................................................
v
KATA PENGANTAR...................................................................................
vi
DAFTAR ISI................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................
xii
ABSTRAKSI................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................
1
B. Perumusan Masalah.................................................................
12
C. Tujuan Penelitian.....................................................................
12
D. Manfaat Penelitian...................................................................
13
BAB II LANDASAN TEORI 1.
Tinjauan Pustaka.......................................................................
14
2.
Kerangka Berfikir.....................................................................
41
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.
Lokasi Penelitian......................................................................
44
2.
Jenis Penelitian.........................................................................
45
3.
Sumber Data.............................................................................
45
4.
Teknik Pengumpulan Data........................................................
46
5.
Teknik Penarikan Sampel.........................................................
47
6.
Validitas Data............................................................................
47
7.
Teknik Analisis Data.................................................................
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Lokasi...................................................................... 1.
2.
50
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Visi dan Misi Dinas..............
50
a)
Tugas Pokok Dinas ...................................................
50
b)
Visi dan Misi Dinas...................................................
51
c) Tujuan Dinas...............................................................
52
d) Fungsi Dinas...............................................................
53
e)
54
Susunan Organisasi Dinas..........................................
Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten.................................................................................
60
a)
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi........................
60
b) Susunan Organisasi....................................................
61
c)
61
Rincian Tugas Pokok dan Fungsi.............................. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
3. B.
digilib.uns.ac.id
Pasar Delanggu..................................................................
66
Hasil Penelitian Dan Pembahasan...........................................
67
1.
Responsivitas...................................................................
68
2.
Responsibilitas................................................................
73
3.
Efektifitas........................................................................
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..............................................................................
81
B. Saran.........................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1 Daftar Wilayah, Tempat Kedudukan dan Wilayah Kerja Unit Pasar...............................................................................................
64
Tabel 2 Tabel pengelompokan jenis dagangan........................................... 79
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Hal Bagan 1 Model Analisis Interaktif................................................................
49
Bagan 2 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten...................
58
Bagan 3 Struktur Organisasi Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten...
63
Bagan 4 Mekanisme Pengaduan Pelayanan Unit Pasar...............................
71
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Kurniawanto, D0105092, KINERJA UNIT PASAR DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN DALAM PENATAAN PASAR DELANGGU TAHUN 2011, Skripsi, Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 83 halaman. Eksistensi pasar tradisional zaman sekarang terusik oleh keberadaan pasar modern. Namun ternyata pasar tradisional mampu bertahan dan bersaing karena dipengaruhi faktor karakter atau budaya masyarakat, revitalisasi pasar tradisional dan regulasi. Revitalisasi pasar tradisional dilakukan dengan menata dan membenahi pasar tradisional sehingga memberi kenyamanan pengunjung dan pedagang dalam transaksi jual beli. Disamping kondisi bangunan pasar yang sudah tua dan kurang layak, revitalisasi dapat menambah keindahan tata ruang kota. Revitalisasi Pasar Delanggu yang resmi beroperasi 15 Desember 2007 namun kondisinya sampai saat ini masih sepi dari aktifitas ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah kinerja Unit Pasar dalam revitalisasi Pasar Delangggu sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui wawancara, dan telaah dokumen. Data diolah menggunakan model analisis data interaktif untuk memperoleh makna data yang sebenarnya dengan melakukan validitas data melalui triangulasi data. Berdasarkan hasil penelitian kinerja Unit Pasar dalam penataan Pasar Delanggu dilihat dari indikator responsivitas, responsibilitas dan efektifitas. Secara menyeluruh kinerja belum optimal karena masih adanya beberapa kekurangan dalam proyek revitalisasi Pasar Delanggu. Responsivitas Unit Pasar masih belum optimal karena masih banyak permasalahan seperti pedagang yang masih bertahan di pasar darurat dan belum adanya sarana pos pengaduan yang dimiliki oleh Unit Pasar. Dari segi responsibilitas dapat dikatakan sudah terlaksana karena sudah sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan dalam segi efektifitas Unit Pasar belum optimal dilihat dari masih sepinya jumlah pedagang dan pengunjung Pasar Delanggu walaupun dalam pelaksanaan tujuan proyek revitalisasi Pasar Delanggu dapat tercapai. commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Kurniawanto, D0105092, THE PERFORMANCE OF UNIT PASAR DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI AND USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KLATEN CITY ABOUT ARRANGEMENT DELANGGU MARKET YEAR 2011, Bachelor Tesis, Public Administration of Faculty of Social Science and Political Science of Sebelas Maret University, Surakarta, 2012, 83 pages. The existence of traditional markets today disturbed by the existence of the modern market. However, traditional markets are able to survive and compete because it influence of factor character or cultural of communities, revitalization of traditional markets and regulation. Revitalization of traditional markets is done by arranging and the fix the traditional markets, so it can give the comfort of visitors and seller in trading activity. Beside condition of the market building is old and less worthy, revitalization can also add to the beauty of urban spatial structure. Revitalization Pasar Delanggu which officially opened December 15, 2007, but conditions are still devoid of economic activity. The purpose of this study was to determine whether performance of Unit Pasar in the arrengement Delanggu market are conformity with that expected. The research was conducted using qualitative methods to utilize primary and secondary data obtained through interviews and document review. Data processed using interactive data analyse model to obtain the actual meaning of the data by performing data validity through data triangulation. Based on the results of research performance in the arrengement of Unit Pasar about Delanggu market seen from the indicators of responsivity, responsibility and effectivity. Overall performance is not optimal because there are still some deficiencies in revitalization projects Delanggu market. Responsivity Unit Pasar is still not optimal because there are still many problems such as market traders who persist in an emergency and the lack of complaints means the post held by the Unit Pasar. In terms of responsibility can be said to have implemented appropriate laws and regulations. While in terms of effectivity, Unit Pasar hasn‟t optimal been seen from the still quiet number of seller and visitors Delanggu market, although in the implementation of the revitalization project objectives Delanggu market can be achieved.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pasar adalah tempat dimana transaksi jual beli dilaksanakan. Pasar (tradisional) merupakan sarana yang dapat menyerap dan menyediakan semua hasil serta kebutuhan masyarakat. Pasar tradisional masih menjadi wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah dan kecil. Mereka adalah para petani, nelayan, pengrajin dan home industry
(industri rakyat). Jumlah mereka
adalah puluhan juta dan sangat menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta disertai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung. Di pasar tradisional nilai-nilai kekeluargaan dibangun dari hasil interaksi dan komunikasi antar masyarakat. Di pasar tradisional pula interaksi antara penjual dan pembeli menemukan eksistensinya dalam proses tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar tersebut menghilangkan monopoli harga oleh penjual yang menjadi ciri dari sistem ekonomi kapitalis. Selain itu, pola bangunan pasar tradisional sangatlah khas dimana pasar tradisional memiliki los-los yang memungkinkan interaksi antara penjual dan pembeli berlangsung dengan terbuka. Dengan kata lain, bagi bangsa Indonesia, pasar tradisional tidak saja merupakan penyangga ekonomi namun commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
juga merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan. Keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Pasar modern saat ini tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air dalam bentuk minimarket, supermarket bahkan hypermarket. Memang pasar modern menjanjikan tempat belanja yang nyaman dan aman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Pasar modern tersebut kini dikemas dalam tata ruang yang apik, terang, lapang, dan sejuk. Pengalaman berbelanja tidak akan lagi disuguhi dengan suasana yang kotor, panas, pengap, dan becek. Kejadian yang kurang mengenakkan seperti kecopetan atau berhadapan dengan penjual yang tidak ramah niscaya akan sangat sulit dijumpai di pasar modern. Dengan segudang kelebihan yang ditawarkan, tentu saja dengan mudah pasar-pasar modern akan menarik perhatian masyarakat. Pangsa pasar yang selama ini dikuasai pasar tradisional dan peritel konvensional perlahan tapi pasti mulai beralih. Ditambah dengan dukungan manajemen dan sistem informasi yang tertata apik bukan tidak mungkin pasar-pasar modern tersebut akan memimpin pasar dalam waktu sekejap. Kedatangan pasar-pasar modern tersebut memang mustahil untuk dielakkan. Sebagai konsekuensi dari globalisasi dan liberalisasi ekonomi, cepat atau lambat mereka akan melakukan investasi untuk merebut pangsa pasar di Indonesia. Fokus krisis pasar tradisional mengupas secara substansial tentang memudarnya peran pasar tradisional (sumber: Harian Kompas, Sabtu 3 commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
November 2007). Secara keseluruhan uraian masalah yang dihadapi pasar tradisional termaksud dapat dirumuskan menurut beberapa point, yakni: 1. Jumlah pedagang yang kian meningkat. Jumlah pedagang yang ingin berjualan di pasar tradisional dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Hal ini berdampak pada kebutuhan tempat yang juga semakin meningkat. Jika tempat tidak tersedia, maka timbul pemaksaan dan mengabaikan tata ruang pasar. 2. Kesadaran
rendah
terhadap
kedisiplinan,
kebersihan
dan
ketertiban. Para pedagang yang umumnya berpendidikan rendah, tidak memiliki kesadaran yang tinggi tentang perlunya kedisiplinan, kebersihan dan ketertiban. Kondisi ini dibiarkan oleh para pengelola pasar tanpa ada keinginan untuk melakukan proses edukasi atau pelatihan secara berkala terhadap pada pedagang. 3. Pemahaman yang rendah terhadap perilaku konsumen. Selera konsumen selalu berubah-ubah, tetapi para produsen dan pedagang tidak bisa mengikutinya karena terbatasnya pengetahuan dan informasi. Mereka pada umumnya berkembang secara alamiah tanpa ada persiapan untuk memasuki era persaingan. 4. Visi dan misi pengelolaan pasar tidak jelas. Pihak pengelola pasar (Dinas Pasar di tingkat kebijakan dan Perusahaan Daerah di tingkat manajemen) belum memiliki visi dan misi yang jelas tentang arah dan bentuk pasar tradisional yang akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
dikembangkan ke depan. 5. Pengelola pasar belum berfungsi dan bertugas secara efektif. Tugas pokok pengelola pasar adalah melakukan pembinaan terhadap pedagang, menciptakan kondisi pasar yang kondusif dan layak untuk berusaha serta mengupayakan kelancaran distribusi barang sehingga tercipta kestabilan harga barang, terutama kebutuhan pokok masyarakat. Saat ini, pengelola pasar baik Dinas Pasar maupun Perusahaan Daerah yang menangani manajemen pasar belum memahami tugas dan fungsinya sebagai pengelola. Orientasi pemerintah daerah masih lebih cenderung pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) daripada peningkatan pelayanan kepada masyarakat. 6. Standard Operation Procedure ( SOP ) yang tidak jelas. Ciri manajemen yang baik adalah apabila setiap fungsi/jabatan di dalam struktur organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, kinerjanya dapat diukur yang tertuang di dalam SOP. Saat ini, SOP pasar tradisional dan implementasinya di lapangan belum mencerminkan diterapkannya manajemen yang baik dan benar, masih banyak terjadi salah kelola dan pelanggaran tanpa adanya sanksi yang tegas. 7. Manajemen keuangan yang tidak akuntabel dan tidak transparan. Fakta di lapangan menunjukkan masih banyaknya pengelola dan manajemen pasar yang tidak akuntabel dan transparan dalam hal laporan keuangannya. Mereka dengan mudah menyatakan rugi walaupun dalam kondisi nyata di lapangan menunjukan bahwa mereka sangat potensial commit to user untuk mendapatkan keuntungan.
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
8. Kurang perhatian terhadap pemeliharaan fisik. Umur ekonomis bangunan pasar dapat menjadi pendek, apabila tidak dilakukan pemeliharaan yang tepat dan berkala. Di beberapa pasar tradisional, ditemukan bahwa pemeliharaan dilakukan setiap 5 tahun dan umumnya dilakukan atas inisiatif para pedagang sendiri tetapi dengan cara tambal sulam. Kondisi ini menyebabkan pasar tradisional semakin menjadi tidak indah, bersih dan nyaman. Dampaknya, sarana pasar yang seharusnya diperuntukkan untuk bisa bertahan lebih dari 25 tahun menjadi tidak terwujud. Dengan mudah, pasar yang baru dibangun, kembali menjadi kumuh dalam waktu singkat. 9. Pedagang kaki lima yang tidak tertib karena mendapatkan tempat yang tidak layak. Pedagang kaki lima memerlukan tempat untuk menjajakan dagangannya. Mereka selalu mencari tempat yang ramai dikunjungi pembeli. Sayangnya, belum ada solusi yang memadai untuk mereka. Cenderung dibiarkan saja, sehingga mereka menempati pinggiran jalan untuk menjual. Akibatnya, terjadi kemacetan lalu lintas angkutan barang dan mengganggu kenyamanan pembeli. Konsep pasar yang dibangun tidak mengakomodasi tempat penjualan sektor informal yang layak dan sesuai dengan yang mereka inginkan (tidak harus di pinggir jalan). 10. Premanisme. Salah satu ciri pasar tradisional saat ini adalah banyaknya praktek premanisme yang sangat mengganggu kelancaran dan efisiensi transaksi antara pembeli dan penjual. Mereka terkadang bertindak sebagai perantara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
yang sebenarnya tidak diperlukan karena hanya melakukan pemaksaan dan percaloan. Selain itu, mereka juga adalah pelaku kriminal yang melakukan praktek perjudian dan pemerasan. Secara langsung, yang menjadi korban adalah para pedagang, tetapi secara tidak langsung pihak konsumen juga menjadi korban karena harus membeli barang dengan harga yang lebih tinggi. 11. Tidak ada pengawasan terhadap barang yang dijual serta standarisasi ukuran dan timbangan. Karena sifatnya terbuka, maka sangat sulit dilakukan pengawasan terhadap barang yang dijual di pasar tradisional. Begitu pula dengan standarisasi ukuran dan timbangan barang yang seringkali tidak dilakukan dengan benar oleh pedagang. Pengelola pasar belum melakukan koordinasi dengan pihak yang berkompeten untuk melaksanakan pengawasan secara rutin demi melindungi kepentingan konsumen. 12. Masalah fasilitas umum. Kelemahan mendasar lainnya dari pasar tradisional adalah kurang tersedianya fasilitas umum yang memadai. Tempat parkir yang sempit, toilet yang kotor dan kadang tidak berfungsi dengan baik, tempat pembuangan sampah sementara yang menggunung dan menimbulkan bau menyengat, koridor atau lorong yang sempit adalah merupakan pemandangan umum yang diketemukan di hampir semua pasar tradisional di Indonesia. 13. Penataan los/kios/lapak yang tidak beraturan. Pasar tradisional yang acak-acakan juga disebabkan oleh karena commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak adanya kemampuan dan ketegasan oleh manajemen pasar dalam mengatur kios dan lapak secara baik dan rapi. Pengelola cenderung bersikap masa bodoh dan tidak bisa bertindak tegas dalam menertibkan serta mengenakan sanksi terhadap para pelanggar yang menggunakan ruangan yang bukan peruntukannya. Di balik beberapa kelemahan, pasar tradisional menyimpan peran penting bagi masyarakat luas yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh pasar-pasar modern. Pasar tradisional oleh sebagian konsumen dianggap memiliki 3 (tiga) karakteristik yang khas yaitu pertama, suasana dimana adanya proses tawar-menawar harga yang dapat menjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern. Dalam proses tawar-menawar ini ada rasa “trust” di antara pembeli dan pelanggan yang terbangun baik. Kedua, para pedagang di pasar tradisional sudah mengetahui persis keinginan pelanggan terhadap barang
yang dibelinya. Ketiga,
pasar tradisional
mampu
menawarkan produk yang diinginkan masyarakat dengan harga yang menarik pada barang/produk khusus yang tidak didapatkan di pasar-pasar modern. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Namun demikian, pasar tradisional yang dibangun berdasarkan pola-pola tradisional ini ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh beberapa sebab: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
8 digilib.uns.ac.id
Karakter/Budaya Konsumen. Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah
diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itu adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawarmenawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern. 2.
Revitalisasi Pasar Tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai
pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Target yang dipasang sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Revitalisasi pasar ini juga dengan membenahi pengelolaan pasar tradisional sehingga lebih profesional yang pada akhirnya membuat pasar tradisional mampu bersaing dengan pasar modern. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik commit to user untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Regulasi. Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan
pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha. Menunjuk Pasar Delanggu sebagai hasil rintisan para pedagang tradisional setempat yang sejalan perkembangan waktu menjadi potensi ekonomi yang menunjukkan tanda “keuntungan” yang besar namun saat ini cenderung terdesak oleh intervensi modal raksasa kapitalis maupun adanya kepentingan pemerintah atas nama fungsi fasilitasi dan penataan. (http://pristality.wordpress.com) Revitalisasi pasar tradisional berarti mensinergikan sumberdaya potensial yang dimiliki oleh pasar tradisional dengan mempertimbangkan seluruh aspek secara komprehensif, terintegrasi dan holistik sehingga mampu meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan ciri khusus maupun keunggulan yang dimiliki pasar tradisional tersebut. Revitalisasi pasar tradisional dapat dilakukan dengan menata dan membenahi pasar tradisional, dimana kelemahan-kelemahan pada pasar tradisional yang menyebabkan penurunan dayasaing pasar tradisional sendiri harus segera dibenahi. Tentunya, revitalisasi pasar tradisional membutuhkan kebijakan yang berpihak (affirmative action), baik pemerintah maupun seluruh stakeholder yang terkait. Adapun
commit to user kebijakan-kebijakan yang
dapat
dilaksanakan
oleh
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah dalam rangka merevitalisasi pasar tradisional kita, adalah pertama, pemerintah seyogianya mampu merubah “wajah” pasar tradisional agar bisa lebih higienis, lebih nyaman dan lebih teratur. Pembenahan pasar tradisonal ini hendaknya mengedepankan kepentingan para pedagangnya dan konsumen bukan kepentingan investor semata. Kedua, pemerintah harus terus melakukan kampanye massal untuk mendorong kesadaran pedagang dalam melakukan sanitasi lingkungan, kesehatan dan menjual produk yang hygienis. Ketiga, pemerintah juga senantiasa mendorong dan membangun kesadaran masyarakat dan pedagang akan pentingnya atribut mutu dan keamanan produk.
Keempat,
pemerintah
dapat
menggunakan
instrumen
CSR
(Corporate Social Responsibility) perusahaan-perusahaan distributor untuk membina pedagang pasar tradisional. Kelima, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang erat antar semua pihak agar tidak terjadi kerancuan dalam menyikapi
kebijakan-kebijakan
yang
telah
dikeluarkan.
Regulasi
pemberdayaan pasar tradisional hendaknya diupayakan dengan memfasilitasi pedagang pasar tradisional agar mendapatkan iklim usaha yang kondusif. Salah satu pasar tradisional di wilayah Kabupaten Klaten yang direvitalisasi adalah Pasar Delanggu. Pasar Delanggu yang terletak di tepi jalan Solo-Yogyakarta mempunyai nilai yang cukup stategis. Pasar Delanggu sebelum proyek revitalisasi memiliki luas 7.765 m² dengan . Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pasar ini secara estetika, fungsional maupun kesehatan dirasa sangatlah kurang layak untuk digunakan, sebagai contoh tidak tersedianya fasilitas parkir yang mencukupi mengakibatkan banyak commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kendaraan pengunjung pasar maupun aktifitas bongkar muat barang dilakukan di tepi jalan sehingga seringkali mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Melihat kenyataan tersebut Pemerintah Kabupaten Klaten mengambil langkah untuk merenovasi kembali Pasar Delanggu, dengan melibatkan pihak swasta dalam hal ini PT. Karsa Batu Bangun Persada. Renovasi kembali (revitalisasi) Pasar Delanggu dilaksanakan mulai 12 Maret 2007-30 Oktober 2007 dengan Kantor Pengelolaan Pasar (KPP) Klaten yang saat itu bertugas melaksanakan proyek revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Klaten. Revitalisasi Pasar Delanggu resmi dioperasikan pada tanggal 15 Desember 2007, namun hingga saat ini kondisi pasar masih tergolong sepi. Unit Pasar sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Penataan pasar tradisional di Kabupaten Klaten. Dalam proses Penataan Pasar Delanggu memerlukan biaya yang tidak sedikit namun dalam pelaksanaannya belum sesuai yang diharapkan dikarenakan banyak pedagang yang masih memilih bertahan di pasar darurat yaitu Lapangan Merdeka. Oleh karena itu menyebabkan penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “KINERJA UNIT PASAR DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN DALAM PENATAAN PASAR DELANGGU TAHUN 2011”. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:“ Bagaimanakah Kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu Tahun 2011?” C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Tujuan Operasional. Untuk mengetahui kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu Tahun 2011.
2.
Tujuan Fungsional. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca
dalam
memahami
kinerja
Unit
Pasar
Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu Tahun 2011. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat kepada Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat : commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dan semua pihak yang terkait dengan masalah Pasar Delanggu untuk memperbaiki pelaksanaan Penataan pasar tradisional di Kabupaten Klaten 2. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan sebagai referensi tambahan bagi penelitian sejenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja seperti: pengukuran kinerja, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, indikator kinerja, beberapa macam definisi revitalisasi dan hal-hal yang berkaitan dengan pasar serta kerangka berfikir. A. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar "kerja" yang diterjemahkan dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan (http://id.wikipedia.org/wiki/kinerja). Kinerja berasal dari akar kata “ to performance” dan menurut (The Scibner Bantam English Dictionary terbitan Amerika Serikat dan Kanada tahun 1979 dalam Sedarmayanti,2009 : 259), diartikan sebagai berikut: 1.
To
do
or
carry
out
execute
(melakukan,
menjalankan,
melaksanakan). 2.
To discharge of full fill as a vow (memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar).
3.
To portray, as a character in a play (menggambarkan suatu karakter commit to user dalam suatu permainan).
14
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
To render by the voice or a musical instrument (menggambarkan dengan suara atau alat musik).
5.
To execute or complete an undertaking (melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab).
6.
To act a part in a play (melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan).
7.
To perform music (memainkan atau pertunjukan musik).
8.
To do what is expected of a person or machine (melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin). Arti kata performance merupakan kata benda (noun) dimana salah
satu arti adalah “thing done” (sesuatu hasil yang telah dikerjakan). Kinerja terjemahan dari “performance”, berarti: 1.
Perbuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi kerja, pelaksanaan pekerjaan yang berdaya guna.
2.
Pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan tugas
yang
diberikan kepadanya. 3.
Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
4.
Performance is defined as the record of outcomes produced on a specific job function or activity during a specific time period. Kinerja commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
didefinisikan sebagai catatan mengenai outcome yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu, selama kurun waktu tertentu pula. 5.
Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Pengertian kinerja sebagaimana telah digambarkan hakikatnya
berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Kinerja
individu
perorangan
(individual
performance) dan organisasi (organizational performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Sementara itu, individu/sekelompok orang sebagai pelaksana dapat menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan baik sangat tergantung kepada struktur (manajemen dan teknologi) dan sumber daya lain seperti peralatan dan keuangan yang dimiliki oleh organisasi. Dengan demikian, kinerja lembaga (organisasi) salah satunya ditentukan oleh kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi. Sebaliknya, kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditentukan oleh struktur, peralatan dan keuangan yang dimiliki oleh organisasi. Sekelompok orang akan mempunyai rasa tanggung jawab dan dapat mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku, dan sepak terjangnya yang dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan, kecakapan dan harapan-harapan. Dalam (Encyclopedia of Public Administration and Public Policy tahun
2003
dalam
Yeremias
T.Keban,
2004:193),
kinerja
menggambarkan sampai seberapa jauh organisasi tersebut mencapai hasil ketika
dibandingkan
dengan
kinerjanya
terdahulu
(previous
performance), dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking) dan sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. Untuk dapat melakukan perbandingan atau pengukuran pencapaian tujuan tersebut dibutuhkan suatu definisi operasional yang jelas tentang tujuan dan sasaran, output (hasil kerja) dan outcomes (keluaran) pelayanan dan pendefinisian terhadap tingkat kualitas yang diharapkan dari output atau outcomes tersebut secara kuantitatif dan kualitatif. Bastian dalam Hessel Nogi (2005:175) mendefinisikan kinerja organisasi sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Yuwono, dkk dalam Hessel Nogi (2005:178) juga mengatakan bahwa konsep kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kinerja pencapaian
(performance) pelaksanaan
adalah
suatu
gambaran
mengenai
kegiatan/program/kebijakan
tingkat dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan dan target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya. (Mohammad Mahsun, 2006 : 25). Pengertian kinerja dari berbagai pendapat di atas, pada dasarnya menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (outcome). Apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan, bila disimak lebih lanjut merupakan suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja dari seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan dan disepakati bersama. 1)
Pengukuran Kinerja
Menurut Robertson dalam Mohammad Mahsun (2006 : 25), pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai
seberapa
jauh
pelanggan
terpuaskan);
hasil
kegiatan
dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Dalam (Int. J. Business Performance and Supply Chain Modelling, Vol. 1, No. 1, 2009 copyright “Metrics for performance measurement of a reverse/closed-loop supply chain”, Rolstandas, 1995; Waggoner et al., 1999) menyatakan bahwa “Performance measurement is generally defined as the process of quantifying the effectiveness and efficiency of action (Neely et al., 1995). In the modern era, performance measurement has a far more significant role than just quantification and accounting. It provides the management important feedback to monitor performance, reveal progress, diagnose problems and enhance transparency among the several tiers of the supply chain, thus, making a phenomenal contribution to decision-making particularly in redesigning business goals and reengineering processes”. (www.inderscience.com) Pengukuran kinerja secara umum didefinisikan sebagai proses mengukur efektifitas dan efisiensi tindakan. (Neely et al,1995). Dalam era modern, pengukuran kinerja memiliki peran yang jauh lebih penting dari sekedar kuantifikasi dan akuntansi. Hal ini menyediakan umpan balik yang penting bagi manajemen untuk memantau kinerja, commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengungkap kemajuan, menganalisa masalah dan meningkatkan tranparansi di antara beberapa tingkat pelayanan sehingga membuat kontribusi luar biasa untuk pengambilan keputusan khususnya dalam menyusun kembali tujuan bisnis dan proses rekayasa ulang. Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Jadi pengukuran kinerja harus berbasis pada strategi organisasi. Pemilihan indikator dan ukuran kinerja dan penetapan target untuk setiap ukuran ini merupakan upaya konkrit dalam memformulasikan tujuan strategis organisasi sehingga lebih berwujud dan terukur. Pengukuran kinerja juga harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi. Hal ini terutama diperlukan untuk mendefinisikan indikator dan ukuran kinerja yang digunakan. Organisasi dengan karakteristik operasional yang berbeda membutuhkan ukuran kinerja yang berbeda pula. (Mohammad Mahsun, 2006 : 29-30). Dalam (Int. J. Business Performance Management, Vol. 10, No. 1, 2008
Copyright
“The strategic management of operations system
Performance”, Edson Pinheiro de Lima, 2008: 109) menyatakan bahwa: “The strategic dimension of the organisations’ performance and needs an in-depth comprehension about the interplay between action and measurement, the performance information use in their decision-making processes and their subsequently actions. Dimensi strategis dari kinerja organisasi‟ dan membutuhkan commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman
yang
mendalam
tentang
hubungan
yang
saling
mempengaruhi antara tindakan dan pengukuran, informasi kinerja yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan mereka selanjutnya). (http://www.inderscience.com/sample.php?id). Sementara menurut Mahmudi (2005 : 7), pengukuran kinerja meliputi aktivitas penetapan serangkaian ukuran atau indikator kinerja yang memberikan informasi sehingga memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat. Pengukuran kinerja bermanfaat untuk membantu manajer unit kerja dalam memonitor dan memperbaiki kinerja dan berfokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan akuntabilitas publik. Elemen pokok pengukuran kinerja menurut Mohammad Mahsun (2006 : 26) adalah sebagai berikut : 1.
Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi. Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau tehnik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi.
2.Merumuskan indikator dan ukuran kinerja. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasiindikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci. Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus segera konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja. 3.
Mengukur
tingkat
ketercapaian
tujuan
dan
sasaran-sasaran
organisasi. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
positif,
penyimpangan
negatif
atau
penyimpangan
nol.
Penyimpangan positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampaui indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan kegiatan belum mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. 4.
Evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dari akuntabilitas. 2)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Mahmudi (2005 : 21), kinerja merupakan suatu konstruk multi
dimensional
yang
mencakup
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah : 1) Faktor personal/individual, meliputi : pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. 3) Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 4) Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi. 5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Dalam Yeremias T. Keban (2004 : 203) untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut : 1.
Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan
penilaian
secara
benar
dan
tepat.
Dalam
kenyataannya, orang menilai secara subyektif dan penuh dengan bias tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur atau mengendalikan perbuatan tersebut. 2.
Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan main menyangkut siapa yang harus menilai, kapan commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menilai, kriteria apa yang digunakan dalam sistem penilaian kinerja sebenarnya diatur dalam manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan sistem penilaian kinerja. 3.
Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bisa kepada pengukuran tabiat atau karakter pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.
4.
Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikan
komitmen
yang tinggi
terhadap
efektivitas
penilaian kinerja, maka para penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukan penilaian secara tepat dan benar. Dalam (Ruky dalam Hessel 2005 : 180) mengidentifikasi faktorfaktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut : 1.
Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut. 2.
Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.
3.
Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan.
4.
Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.
5.
Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.
6.
Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lain.
Sedangkan (Soesilo dalam Hessel 2005 : 180) mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut : 1.
Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.
2.
Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.
3.
Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
4.
Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.
Dalam (Atmosoeprapto dalam Hessel 2005 : 180) mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal seperti berikut ini : 1.
Faktor eksternal yang terdiri dari : a.
Faktor Politik, yaitu hal yang berhubungan dengan
keseimbangan kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal. b.
Faktor Ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi
yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang lebih besar. c.
Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di
tengah masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi. 2.
Faktor internal yang terdiri dari : a.
Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa
yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. c.
Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan
anggota organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan. d.
Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi
dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan. 3)
Indikator kinerja
Indikator kinerja (performance indicators) sering disamakan dengan ukuran kinerja (performance measure). Meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi (Mohammad Mahsun, 2006 : 71). Dalam Mohammad Mahsun (2006 : 71) definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sementara menurut (Lohman dalam Mohammad mahsun 2006 : 71), commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Ada berbagai macam indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik. Menurut Mohammad Mahsun (2006 : 77), jenis indikator kinerja pemerintah daerah meliputi : 1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini
mengukur jumlah sumber daya seperti
anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material dan masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya manusia, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan. Tolok ukur ini dapat pula digunakan untuk
perbandingan (benchmarking) dengan
lembaga-lembaga relevan. 2. Indikator proses (process). Dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan tersebut. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan yang commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimaksud
dengan
ekonomis
adalah
bahwa
suatu
kegiatan
dilaksanakan lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau waktu yang telah ditentukan untuk itu. 3. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik. Indikator atau tolok ukur keluaran digunakan untuk mengukur keluaran
yang
dihasikan
dari
suatu
kegiatan.
Dengan
membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran, harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi. Misalnya untuk kegiatan yang bersifat penelitian, indikator kinerja berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah. 4. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan indikator keluaran. Indikator outcome lebih utama dari sekedar output. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak. 5. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat lokasi dan waktu) 6. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif. Menurut (Bastian dalam Zainal Syaffruddin dalam Hessel Nogi S.Tangkilisan 2004:21) indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator berikut ini: 1. Indikator masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya. 2. Indikator keluaran (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
3. Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). 4. Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. 5. Indikator dampak (impact), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. Selanjutnya menurut Dwiyanto (2006 : 50 ), ada beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik yaitu sebagai berikut: 1.
Produktivitas. Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.
2.
Kualitas Layanan. Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayaan publik. Banyak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik, akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik. 3.
Responsivitas. Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. 4.
Responsibilitas. Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.
5.
Akuntabilitas. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005 : 174) menjelaskan bahwa indikator kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penelitian yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan indikator tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. (McDonald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih 2005 : 174) mengemukakan : output oriented measure thgroughput, efficiency, effectiveness. a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. 2. (Salim dan Woodward dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih 2005 : 174) mengemukakan : economy, efficiency, effectiveness, equity. a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya yang sedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. d. Equity
atau
keadilan
adalah
pelayanan
publik
yang
diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan. 3. Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005 : 175) mengemukakan : responsiveness, responsibility, accountability. a. Responsiveness atau responsivitas ini untuk mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers. b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. c. Accountability atau akuntabilitas menunjukkan
seberapa
besar
adalah suatu ukuran yang tingkat
kesesuaian
antara
penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stake holders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005 : 175) mengemukakan : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty. a. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya ketampakan fisik dari gedung peralatan, pegawai dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers. b. Reliability
atau
reliabilitas
adalah
kemampuan
untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat. c. Responsiveness
atau
responsivitas
adalah
kerelaan
untuk
menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. d. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers. e. Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers kepada customers. 2. Penataan. Penataan adalah kegiatan mengatur dan menata dalam suatu susunan yang sistematis dengan memperhatikan kegunaan, bentuk dan sifatnya. Penataan pasar tradisional disini dapat berupa proyek revitalisasi. Revitalisasi sendiri adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada commit to user tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut
saja,
tapi
masyarakat
dalam
arti
luas.(http://www.idonbiu.com/2009/05/apa-yang-dimaksud-revitalisasi. html) 3. Pasar. Menurut Jennifer Alexander, memahami pasar secara analitis didasarkan pada konseptualisasi masyarakat pasar sebagai „dagang”, “pedagang”,
dan
“perdagangan”.
Konseptualisasi
dagang
memperlakukan pasar sebagaimana suatu sistem tukar menukar barang, memeriksa secara geografis penyebaran pasar serta produksi dan sirkulasi barang-barang dagangan. Dalam perspektif pedagang, pasar adalah suatu sistem sosial dan penekanannya pada penggambaran tipetipe pedagang, karier mereka dan lembaga-lembaga sosial yang menyalurkan mereka ke jaringan rumit hubungan-hubungan yang commit to user melembaga yang secara simultan bersifat ekonomi dan sosial. Bersifat
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
ekonomi karena mereka menghubungkan pasokan-pasokan barang dan uang. Bersifat sosial karena mereka menghubungkan anggota keluarga pelanggan dan klien atau para anggota kelompok yang sama. (Alexander.1987, dalam Robert W Hefner,2000;291). Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar Tradisonal adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Pasar modern yaitu pasar yang dikelola dengan manajemen modern dan umumnya terdapat di perkotaan. Bentuk pasar modern seperti minimarket, supermarket, department store, hypermarket dan grosir yang berbentuk perkulakan. Dalam buku ekonomi mikro, pasar dijelaskan sebagai kumpulan para penjual dan pembeli yang saling berinteraksi, saling tarik menarik untuk kemudian menciptakan harga barang di pasar. (Agus Priyanto;2008:10) Menurut Mahendra Wijaya dalam bukunya yang berjudul Perspektif commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sosiologi Ekonomi mengungkapkan bahwa pasar lokal (dalam artian tradisional) pada dasarnya adalah pasar yang di daerah yang bertetangga dan walaupun penting bagi kehidupan komunitas, sama sekali tidak menunjuukkan adanya pengurangan sistem ekonomi yang sudah merupakan pola dasar komunitas tersebut. Pasar lokal mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1.
Ada
kelompok
yang
menyediakan
dan
kelompok
yang
membutuhkan. Kalau salah satu kelompok di atas tidak ada, maka disebut pranata jenis pasar dan bila kedua-duanya ada maka disebut pasar. 2.
Unsur setara yaitu nilai tukar menukar kesetaraan itu pasar merupakan pasar harga tetap/pasar pencipta harga.
3.
Persaingan adalah ciri lain pranata seperti pasar pencipta harga dan lelang. Dia tidak terdapat di pasar harga tetap tetapi hanya terbatas pada pasar.
4.
Unsur -unsur fungsional : lokasi fisik dan barang, adat istiadat, hukum.
5.
Harga pada mulanya adalah jumlah yang telah ditetapkan dengan tegas terlebih dahulu dan bahwa tanpa ini kegiatan dagang tidak dapat dimulai. Harga berubah-ubah atau berfluktuasi karena persaingan harga adalah perbandingan kuantitatif antara barang berbagai jenis yang lahir melalui barter/tawar menawar harga adalah bentuk ekuivalensi yang khas dijumpai pada ekonomi yang commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terintegrasi
melalui
perilaku
tukar
menukar.
(Mahendra
Wijaya;2007:1900). B. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir merupakan landasan berfikir seseorang yang bertujuan untuk menjelaskan fakta atau suatu hubungan antar faktor maupun variabel dengan berpijak pada landasan teori. Unit Pasar sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang dinas di bidang pengelolaan pasar. Makanya sangatlah penting ketika kita menilai kinerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dalam revitalisasi pasar tradisional. Mengingat tanggung jawab dalam proses revitalisasi pasar tradisonal berada di pihak Unit Pasar. Kinerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam revitalisasi pasar Delanggu dapat dilihat/di ukur melalui beberapa indikator diantaranya melalui indikator kinerja yang diungkapkan oleh di ungkapkan oleh Atik dan Ratminto dalam manajeman pelayanan yaitu: Responsivitas adalah kemampuan organisasi publik dalam mengenali kebutuhan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Indikator commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
responsivitas digunakan untuk mengetahui kemampuan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kabupaten Klaten dalam melaksanakan revitalisasi pasar tradisional, bagaimana kinerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam mengenali, merespon, dan memenuhi tuntutan pedagang, yaitu dalam hal ini pedagang pasar Delanggu di Kabupaten Klaten. Responsibilitas
adalah
kemampuan
yang
menunjukkan
tingkat
kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum dan peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan, indikator ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan revitalisasi pasar tradisional apakah sudah sesuai dengan peraturan dan system yang telah ditetapkan atau tidak. Efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Dalam penelitian ini, indikator efektifitas digunakan untuk mengetahui apakah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten yaitu Unit Pasar dalam pelayanannya sudah tercapai tujuan yang ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan berencana dengan dilandasi metode ilmiah. Penjabaran yang sitematis akan menjadikan penelitian ini memiliki kualitas dan mutu yang berbobot. Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu: 1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini akan mengambil lokasi di beberapa tempat,yaitu: a. Unit Pasar sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten yang berada di Jalan Mayor Kusmanto No. 25 Klaten. Telepon. 0272-328074. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lokasi penelitian ini adalah Unit Pasar merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang mempunyai kedudukan, fungsi, dan tugas yang cukup penting dalam pengelolaan dan penataan pasar tradisional di Kabupaten Klaten. b. Pasar Delanggu. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lokasi penelitian ini karena Pasar Delanggu merupakan pasar tradisional semi modern pertama yang dibangun di kabupaten Klaten. Pasar tradisional semi modern yaitu pasar tradisional yang secara fisik bangunan/gedung lebih modern dan sarana fasilitasnya lebih mendukung, misal bongkar muat commit to user
43
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
barang, parkir dsb. Di beberapa daerah pasar tradisonal semi modern bisa juga menempatkan pasar tradisional dilantai bawah sedangkan untuk lantai 2 dan selanjutnya adalah pasar modern ataupun mal.
2. Jenis Penelitian Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan suatu keadaan sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Oleh sebab itu bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bermaksud memberikan gambaran secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, menurut H.B Sutopo (2002:35) dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi.
3. Sumber Data Data merupakan fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. Menurut (Lofland dalam Moleong 2002) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Sumber data penelitian diperoleh dari informan melalui wawancara secara langsung dan informan yang peneliti tunjuk adalah sebagai berikut: commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten. b. Kepala Pasar Delanggu c. Pedagang Pasar Delanggu. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode : a. Wawancara Merupakan
kegiatan
untuk
memperoleh
informasi
dengan
memberikan kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara (Lexy J. Moleong, 2002:136). Teknik ini dilakukan secara mendalam dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden yaitu informan yang telah disebutkan diatas, untuk memperoleh informasi yang jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian ini. b. Dokumentasi Merupakan teknik pengumpulan data-data dengan cara mencatat datadata, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian yang diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penganalisaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
5. Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut H.B Sutopo (2002:36) dalam Purposive sampling pilihan sampel diarahkan pada sumber yang dipandang memiliki data yang penting berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam teknik ini seperti yang dijelaskan H.B Sutopo (2002:56) memiliki kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Tetapi tidak menutup kemungkinan penulis juga menggunakan snowball sampling, sepanjang data-data yang diperoleh belum lengkap dan mendalam. Teknik ini digunakan, apabila informasi yang didapat sangat terbatas, yaitu dengan cara bertanya kepada informan pertama barangkali informan pertama mengetahui siapa yang lebih mengetahui informasi, sehingga penulis bisa menemui informan berikutnya dan bertanya lebih jauh dan mendalam, demikian seterusnya. 6. Validitas Data Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan di lokasi penelitian. Untuk menguji validitas data menggunakan teknik triangulasi data. Menurut H. B Sutopo (2002:79), triangulasi data atau sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh dari narasumber (manusia) yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya. 7. Teknik Analisis Data Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif dimana model ini mempunyai tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya yang berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Dalam proses analisis terdapat tiga komponen yang saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis, tiga komponen tersebut adalah : a. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. b. Sajian Data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam betuk narasi, kalimat, matriks, gambar/skema, tabel maupun grafik yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dilihat, dibaca dan dipahami yang mempermudah melakukan penarikan simpulan. c. Penarikan Simpulan Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin,
arahan
memudahkan
sebab
dalam
akibat
dan
penarikan
berbagai kesimpulan
proporsi
sehingga
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam proses analisisnya, ketiga komponen tersebut akan beraktifitas secara interaktif dengan proses pengumpulan data dalam sebuah siklus. Data yang digali dan dikumpulkan di lapangan dianalisis berdasarkan dimensi context, input, process dan product untuk selanjutnya dianalisis keterkaitan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya. Proses analisis data dengan menggunakan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan 1 Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan Simpulan
(Sumber : H. B. Sutopo, 2002 : 96)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI 1. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten adalah instansi pemerintah di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten yang beralamat di Jl. Pemuda No.220 Klaten Telp.(0272) 321320. Adapun Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten diatur dalam Paraturan Bupati Klaten No 49 Tahun 2008 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten. a) Tugas Pokok Dinas Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi, dan usaha mikro kecil dan menengah. b) Visi dan Misi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah commit to user Kabupaten Klaten
49
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Visi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten adalah Terwujudnya Industri, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang tangguh, mandiri dalam tatanan perekonomian yang kondusif. 2. Adapun Misi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten sebagai berikut: a) Menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja dengan pemanfaatan sumber daya yang ada sehingga menjadi pelaku ekonomi yang tangguh dan penggerak perekonomian daerah. b) Peningkatan pasar ekspor dan pasar industri perdagangan melalui promosi dan pameran, investasi dan jaringan kemitraan. c) Penyuluhan
pembinaan,
bimbingan,
pengendalian
dan
pengawasan terhadap perkembangan produk usaha Indakop dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah baik PMA, PMDN, maupun non fasilitas yang berwawasan lingkungan. d) Penyediaan data dan informasi tentang Indakop serta investasi kepada
konsumen melalui berbagai commit to user kelembagaan dan pendukung jalinan pasar.
media
penguat
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Penyediaan barang dan jasa untuk masyarakat dengan berbasis perlindungan konsumen. c) Tujuan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten 1.
Mempermudah
dan
mempercepat
perijinan
industri,
perdagangan koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah 2.
Meningkatkan kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri dalam rangka peningkatan SDM. Pelaku-pelaku usaha dan pengembangan kerjasama guna menarik investor.
3.
Penataan kelembagaan industri, perdagangan koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk menuju lembaga yang profesional (efektif, produktif dan budaya asing).
4.
Memfasilitasi dukungan perkuatan keuangan dan membiayai bagi Indakop dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
5.
Peningkatan kwalitas kepengurusan dan keanggotaan koperasi.
6.
Penyempurnaan AD/ART koperasi
7.
Perluasan jaringan pasar untuk produk unggulan Klaten melalui bursa-bursa di kota-kota besar seperti pameran,promosi, pemasangan
website
internet
regional,nasional dan internasional. commit to user
baik
di
tingkat
lokal
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8.
Pengembangan kawasan industri, perdagangan pariwisata dengan penataan yang berwawasan lingkungan.
9.
Penyediaan barang dan jasa, data dan informasi Indakop dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah kepada masyarakat dan konsumen dengan berbasis perlindungan konsumen.
d) Fungsi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. e) Susunan Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten Sesuai dengan Peraturan daerah kabupaten Klaten nomor 18 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten, susunan organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten terdiri dari : 1.
Kepala Dinas
2.
Sekretariat: a. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3.
Bidang Perindustrian a. Seksi Sarana Usaha dan Produksi b. Seksi Pengawasan dan Pengendalian c. Seksi Pengembangan Usaha Industri.
4.
Bidang Perdagangan a. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan b. Seksi Perlindungan Konsumen c. Seksi Usaha dan Promosi Perdagangan
5.
Bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Seksi Pemberdayaan Koperasi b. Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah c. Seksi Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
6.
UPTD
7.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Dengan uraian tugas sebagai berikut: commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Kepala Dinas Mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah, meliputi perumusan kebijakan teknis perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, pemberian bimbingan dan pembinaan pegawai dan UPTD.
2.
Sekretariat Mempunyai tugas mengelola urusan administrasi ketatausahaan, meliputi urusan umum, kepegawaian, keuangan, perencanaan, evaluasi dan pelaporan.
3.
Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan Mempunyai tugas menyusun rencana program kegiatan, pengumpulan dan pengolahan data, evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas.
4.
Sub Bagian Keuangan Mempunyai tugas sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) yang melaksanakan fungsi pengelolaan keuangan dinas.
5.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, penggandaan, ekpedisi, kearsipan, rumahtangga, pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan kantor serta melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian.
6.
Bidang Perindustrian Mempunyai
tugas
melaksanakan
sebagian
tugas
dinas
di
bidang
perindustrian, meliputi pembinaan sarana usaha dan produksi, pengawasan dan pengendalian dan pengembangan usaha industri. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Seksi Sarana Usaha dan Produksi Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perindustrian meliputi pengelolaan pembinaan sarana usaha dan produksi
8.
Seksi Pengawasan dan Pengendalian Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perindustrian, meliputi penanganan pengawasan dan pengendalian industri
9.
Seksi Pengembangan Usaha Industri Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perindustrian yang menangani pengembangan usaha industri
10. Bidang Perdagangan Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang perdagangan, meliputi
pengawasan
dan
pengendalian
perdagangan,
perlindungan
konsumen, usaha dan promosi perdagangan. 11. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang perdagangan, meliputi pengelolaan pengawasan dan pengendalian perdagangan 12. Seksi Perlindungan Konsumen Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perdagangan yang menangani perlindungan konsumen 13. Seksi Usaha dan Promosi Perdagangan Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perdagangan yang mengelola pembinaan usaha dan promosi perdagangan commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
14. Bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, meliputi pemberdayaan koperasi, pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima 15. Seksi Pemberdayaan Koperasi Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Koperasi, Usaha Mikro, Keci dan Menengah yang mengelola pemnberdayaan Koperasi 16. Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, meliputi pengelolaan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 17. Seksi Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mengelola Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima 18. Kelompok Jabatan Fungsional Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sesuai bidang keahliannya berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
commit to user
yang
berlaku
dan
57
Bagan 2 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN Kepala Dinas Sekretaris Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
Kelompok Jabatan Fungsional
Bidang Perindustrian
Bidang Perdagangan
Seksi Sarana Usaha dan Produksi
Seksi Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan
Seksi Pengawasan dan Pengendalian Seksi Pengembangan Usaha Industri
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Bidang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Seksi Pemberdayaan Koperasi Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Seksi Perlindungan Konsumen Seksi Usaha dan Promosi perdagangan
Sub Bagian Keuangan
Seksi Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Unit Pelaksana Teknis Dinas
Sumber: Dinperindagkop dan UMKM Kab Klaten
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
2. Unit Pelaksana Teknis Dinas (Unit Pasar) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten yaitu Unit Pasar. Unit Pasar beralamat di Jl. Mayor Kusmanto No 25 Bramen Klaten. Hal-hal yang diatur mengenai Unit Pasar pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten sesuai Peraturan Bupati Klaten No. 26 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten. a) Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Unit Pasar merupakan UPT pada Dinas yang dipimpin oleh seorang kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Unit Pasar mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan pasar. Untuk melaksanakan tugas pokoknya Unit Pasar menyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan rencana teknis operasional bidang pengelolaan pasar 2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang pengelolaan pasar 3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan pasar 4. Pengelolaan ketatausahaan commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya b) Susunan Organisasi Susunan Organisasi Unit Pasar terdiri dari: 1) Kepala 2) Sub Bagian Tata Usaha 3) Kelompok Jabatan Fungsional c) Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Rincian tugas Kepala Unit Pasar adalah sebagai berikut: 1.
Menyusun program kerja/rencana kegiatan Unit Pasar untuk wilayah kerjanya
2.
Melaksanakan
pembinaan,
bimbingan,
pengawasan
dan
pengendalian pelaksanaan tugas Unit Pasar 3.
Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pelayanan di bidang pengelolaan pasar
4.
Menyediakan, mencatat dan mendistribusikan karcis retribusi kepada petugas
5.
Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pengembangan sistem pelayanan pengelolaan pasar
6.
Mengumpulkan data-data sumber pendapatan, menghimpun retribusi dan menyelenggarakan pembukuan hasil retribusi serta menyetorkan commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada Bendahara Penerimaan, menerima dan menghimpun tanda bukti setoran 7.
Menyelenggarakan pembinaan terhadap petugas pengelolaan pasar yang meliputi pemberian ketrampilan, ketertiban, keamanan, kebersihan,
kelancaran
lalu
lintas,
penanggulangan
bahaya
kecelakaan dan bahaya lain yang berhubungan dengan pengelolaan pasar 8.
Melakukan hubungan kerja dengan unit kerja terkait dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
9.
Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Unit Pasar dan memberikan petunjuk pemecahan masalah
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya. Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan. Rincian tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah sebagai berikut: 1) Menghimpun, mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, urusan umum, perencanaan, evaluasi dan pelaporan 2) Menyusun rencana program dan melaksanakan kegiatan ketatausahaan, to userperlengkapan dan pemeliharaan kepegawaian, keuangan, commit rumah tangga,
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Menyiapkan, melaksanakan dan melakukan pengawasan terhadap kegiatan administrasi urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, material, inventaris dan aset, urusan keuangan, kepegawaian, surat menyurat, kearsipan dan kegiatan administrasi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku 4) Mengkoordinasikan, membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar sesuai ketentuan yang berlaku 5) Menilai hasil kerja bawahan dengan jalan memonitor dan mengevaluasi hasil kerja untuk bahan pengembangan karier 6) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja terkait dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas 7) Mengkoordinasikan dan menyusun laporan kegiatan Unit Pasar 8) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan yang
berhubungan
dengan
pelaksanaan
tugas
ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan pemeliharaan dan mencari alternatif pemecahan masalah 9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan 3 STRUKTUR ORGANISASI UNIT PASAR DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN
KEPALA UPTD
SUB BAGIAN TATA USAHA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Sumber : Unit Pasar Dinperindagkop dan UMKM Kab Klaten
Unit Pasar Wilayah II terdiri atas 20 pegawai diantaranya yang berada di pusat yaitu di Unit Pasar 4 pegawai dan di daerah yaitu di pasar Delanggu 8 pegawai dengan 1 koordinator dan di pasar Tanjung 8 orang dengan 1 koordinator. Selain itu ada tenaga kontrak (pemungut) di Pasar delanggu 4 orang commit to user dan di Pasar Tanjung 2 orang.
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1 DAFTAR WILAYAH, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WILAYAH KERJA UNIT PASAR No 1
2
3
4
5
WILAYAH Unit Pasar Wilayah I
Unit Pasar Wilayah II
TEMPAT KEDUDUKAN Klaten Tengah
Delanggu
Unit Pasar Wilayah III Jatinom
Unit Pasar Wilayah IV Pedan
Unit Pasar Wilayah V
Jogonalan
WILAYAH KERJA -
Kecamatan Klaten Tengah
-
Kecamatan Klaten Utara
-
Kecamatan Klaten Selatan
-
Kecamatan Wedi
-
Kecamatan Kebonarum
-
Kecamatan Ngawen
-
Kecamatan Kalikotes
-
Kecamatan Delanggu
-
Kecamatan Juwiring
-
Kecamatan Wonosari
-
Kecamatan Ceper
-
Kecamatan Jatinom
-
Kecamatan Karanganom
-
Kecamatan Tulung
-
Kecamatan Polanharjo
-
Kecamatan Pedan
-
Kecamatan Cawas
-
Kecamatan Trucuk
-
Kecamatan Karangdowo
-
Kecamatan Bayat
-
Kecamatan Jogonalan
-
Kecamatan Prambanan
-
Kecamatan Gantiwarno
-
Kecamatan Karangnongko
-
Kecamatan Manisrenggo
commit to user -
Kecamatan Kemalang
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
3. PASAR DELANGGU Letak/Lokasi : Desa Sabrang, Kecamatan Delanggu Status pasar : Tradisional semi modern Klasifikasi pasar : Pasar Pemda Komoditas : Umum Komoditi khusus : Pola operasional : Harian Luas pasar : 7.765 m Jumlah seluruh pedagang : 958 Jumlah pedagang kios : 217 Jumlah pedagang los : 654 Jumlah pedagang Adegan : 87 Jumlah kios : 319 Jumlah los : 63 (Sumber : UPTD Pasar Dinperindagkop dan UMKM Klaten 2008) Pasar Delanggu merupakan pasar tradisional yang dibangun semi modern, terletak di lokasi yang strategis yaitu di tepi jalan utama Klaten – Solo commit yang to user tepatnya di desa Sabrang, Delanggu menjadi pusat tarikan pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
ekonomi di wilayah Kabupaten Klaten bagian timur laut perbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Boyolali.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kinerja organisasi publik sebagai gambaran hasil kerja suatu instansi pemerintah dalam bidang tertentu dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu instansi dalam bidang tersebut. Kinerja organisasi publik sangat penting untuk mengetahui/mengukur tingkat pencapaian hasil suatu instansi publik sehingga dapat diketahui sejauh mana pemerintah telah bekerja untuk masyarakat. Penilaian kinerja organisasi publik merupakan suatu kegiatan yang amat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Adanya penilaian kinerja organisasi publik dapat membantu dalam membentuk pencitraan diri/image pemerintah di hadapan publik. Karena jika kualitas pelayanan publik semakin baik tingkat kepuasan masyarakat (publik) dapat meningkat dan dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Perbaikan kinerja organisasi publik dalam memberikan pelayanan publik menjadi suatu hal yang sangat penting karena berhubungan erat dengan kepentingan orang banyak sehingga memerlukan penanganan yang serius untuk dapat menghasilkan pelayanan yang optimal. Perbaikan kinerja akan commit to user memiliki implikasi yang luas terutama dalam memperbaiki tingkat
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepercayaan masyarakat kepada pemeritah. Buruknya kinerja birokrasi menjadi salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pelayanan yang optimal diwujudkan dalam suatu bentuk kinerja organisasi yang mana di dalam kinerja organisasi tersebut memuat indikator-indikator
yang digunakan
sebagai tolok ukur keberhasilannya. Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM kabupaten Klaten dalam penataan Pasar Delanggu Tahun 2011. Untuk mengetahui kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM kabupaten Klaten dalam penataan Pasar Delanggu Tahun 2011 dapat dilihat dari indikator responsivitas, responsibilitas dan efektivitas sebagai berikut: 1.
Indikator Responsivitas Responsivitas
adalah kemampuan organisasi
publik dalam
mengenali kebutuhan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Indikator responsivitas digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM kabupaten Klaten dalam penataan Pasar Delanggu. Dalam operasionalisasinya,
indikator
responsivitas
diukur
dari
tingkat
penanganan atas keluhan dari masyarakat pengguna jasa. Dalam pelaksanaannya Unit Pasar sebagai unit dinas yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan pasar tradisional harus mampu commit to tuntutan user menanggapi berbagai keluhan dan dari para pedagang, termasuk
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam revitalisasi pasar delanggu. Para pedagang pasar Delanggu menyampaikan keluhannya antara lain, (Ibu Sumiyati, pedagang bumbu di lantai dua bangunan baru pasar delanggu) “kalau dilihat disini masih banyak kios yang kosong malah ada yang sempat jualan disini pindah karena sepinya pembeli” (wawancara , 14 Juni 2011)
Hal tersebut hampir sesuai dengan pendapat beberapa pedagang (informan), pengaduan yang disampaikan oleh sebagian pedagang yang sudah bertempat di bangunan baru pasar Delanggu. Ibu Sri Suwarni, seorang penjual beras lantai dua menuturkan: “kami sudah sering berdemo ke pemerintah menuntut ketegasan pemerintah namun hanya janji hingga saat ini belum ada keseriusan. Sepinya pasar ya karena pedagang sana belum pindah ke sini. Kalau sudah pindah nanti otomatis pembeli akan terpusat ke sini. (wawancara , 14 Juni 2011)
Menanggapi adanya permasalahan tersebut, dalam wawancara dengan Bapak Bambang Budi Susilo selaku Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten menyatakan bahwa: “Ada keluhan yang kami tangkap yaitu pedagang yang tidak mampu membeli walaupun sudah disubsidi pemerintah dan merasa keberatan dengan pembayaran tersebut.” (wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Dari pemaparan informan di atas terlihat bahwa kendala dalam pelaksanaan pyoyek revitalisasi Pasar Delanggu yang dialami oleh Unit commit to user Pasar. Kendala tersebut yaitu belum memusatnya tempat pasar sehingga
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harapannya pasar Delanggu dalam satu tempat saja. Keluhan ini juga diperkuat oleh pedagang pakaian di lantai dasar yang termasuk pedagang yang belum lama berdagang di Pasar Delanggu yaitu Ibu Sumarni “maaf kalau saya baru dagang di sini sekitar tahun 2008, namun sekilas saja dilihat masih sepi tapi ya lumayan daripada di lantai dua. Dari obrolan yang saya dengar ya masalah sewa kiosnya yang mahal. (wawancara , 14 Juni 2011)
Sementara itu Bapak Sridadi, seorang pedagang roti kecil kecilan yang masih tetap bertahan di pasar darurat menyatakan: “kalau harga kios belum turun kami masih betah disini,bahkan disini tidak ada pungutan kebersihan. Jika dilihat saja pedagang di sana(pasar delanggu yang baru) masih sepi sementara di sini kan ramai”. (wawancara , 14 Juni 2011)
Terkait hal itu, ketua Paguyuban Pedagang Pasar Delanggu (P3D), Sugeng Prayitno, menambahkan sampai sekarang wadah aspirasi pedagang lama yang berjumlah ratusan itu tetap meneruskan perjuangan mereka. Berbagai upaya sudah ditempuh, baik lewat alur hukum maupun mediasi
guna
memperjuangkan
hak-hak
para
pedagang.
(http://www.klatenonline.com) Menanggapi keluhan dari pedagang, bapak Bambang Budi menyatakan bahwa Unit Pasar yang dipimpinnya tersebut telah memiliki mekanisme pengaduan. “Untuk mekanisme pengaduan di Unit Pasar tentunya dimulai dari keluhan dari pedagang disampaikan paguyuban pasar tentunya pasar delanggu ya HPPD, setelah itu disampaikan ke commit to user dilaporkan kami. Dari laporan lurah pasar baru kemudian
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluhan tersebut, kemudian kita olah, keluhan itu masuk ke kategori disetujui atau ditolak, kalau disetujui maka akan ada tindak lanjutnya”. (wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Berdasarkan pemaparan Bapak Bambang Budi Susilo mekanisme pengaduan pelayanan Unit Pasar adalah sebagai berikut 1.
Keluhan dari pedagang.
2.
Keluhan disampaikan ke paguyuban pedagang
3.
Keluhan disampaikan ke Lurah Pasar
4.
Penerimaan keluhan oleh Unit Pasar
5.
Pengkategorian keluhan
6.
Penanganan awal dan analisa masalah
7.
Tindak lanjut (pemecahan dan penyelesaian).
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan 4 Mekanisme Pengaduan Pelayanan Unit Pasar KELUHAN DARI PEDAGANG
PAGUYUBAN
LURAH PASAR
DISETUJ UI
PENERIMAAN KELUHAN OLEH UNIT PASAR
DITOLAK
PENANGANAN AWAL ANALISA MASALAH
TINDAK LANJUT (PENYELESAIAN)
Sumber: Unit Pasar Kabupaten Klaten Mengenai upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari keluhan yang diterima Unit Pasar bapak Bambang Budi menyampaikan sebagai berikut: “Upaya yang dilakukan ya menjembatani harga investor dan pedagang sehingga bertemu dan juga pemerintah dan pedagang mengadakan musyawarah sehingga akhirnya disepakati pola pengundian letak kios dan los.” (wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 20 Juli 2011) commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Upaya lain yang diusahakan oleh dinas untuk menyelesaikan permasalahan mengenai biaya sewa kios dan los yang masih dianggap belum terjangkau sebagian pedagang bapak Bambang Budi melanjutkan “Kita berupaya untuk menyelesaikan pedagang yang tidak mampu itu dengan diberikan yang pertama keringanan mengangsur angsuran selama waktu yang cukup lama kira – kira 20 tahun dan itu termasuk sudah disubsidi kemudian alternatif lain menempatkan//berpindah ke pasar lain, misal ke pasar Tegalgondo dan menyediakan pasar penampungan bagi yang tidak mampu, misal bangunan bekas terminal.” (wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 20 Juli 2011)
Dari pembahasan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa responsivitas Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten masih berjalan kurang optimal. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi belum memuaskan sebagian besar pedagang, penyampaian keluhan yang belum mendapat reaksi dari pihak UPTD terkait pedagang yang bertahan di Pasar Merdeka. Hal ini menyebabkan proses transaksi jual beli di Pasar Delanggu yang terhitung masih sepi. 2.
Indikator Responsibilitas Responsibilitas adalah kemampuan yang menunjukkan tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum, peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Indikator ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan pasar tradisional apakah commit to user sudah sesuai dengan peraturan dan sistem yang telah ditetapkan atau
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
belum. Responsibilitas diharapkan dapat diwujudkan dalam melaksanakan proyek revitalisasi pasar tradisional termasuk Pasar Delanggu oleh Unit Pasar Kabupaten klaten berupa penyelenggaraan yang sesuai dengan peraturan, penggunaan kewenangan yang bertanggungjawab, dengan tanpa meninggalkan responsivitas terhadap publiknya. Menurut prosedur dan peraturan mengenai pendirian,pembangunan kembali,penghapusan dan atau pemindahan pasar daerah dilaksanakan oleh bupati setelah mendapat pesetujuan DPRD dan dilaksanakan dengan ketentuan: 1. Mengikutsertakan dan mengutamakan kepentingan pedagang yang telah ada. 2. Memenuhi persyaratan teknis dan estetika sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam proyek revitalisasi Pasar Delanggu sendiri tahapan yang dilakukan sebagai katentuan yang ada termasuk mendapat persetujuan DPRD seperti yang diungkapkan Bapak Bambang Budi selaku Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten “Mekanisme/tahapan suatu proyek revitalisasi pasar tradisional berbeda beda antar daerah kalau di kabupaten Klaten terutama renovasi pasar Delanggu sendiri karena pemda kekurangan dana sehingga bekerja sama dengan investor. Penunjukan investor tersebut melalui ijin prinsip yaitu pemilihan dari beberapa pemerintah daerah pada pelaksanaannya, selanjutnya pembahasan to pembangunan, user oleh tim eksekutif commit atau tim tim legislatif (DPRD),
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Panitia Khusus (Pansus) yang terdiri dari perwakilan seluruh fraksi baru sosialisasi ke masyarakat, pelaksanaannya dan setelah selesai pedagang menempati pasar baru” (wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Dari
pemaparan
uraian
diatas
mekanisme
tahapan
dalam
revitalisasi pasar Delanggu yang diungkapkan oleh Bapak Bambang Budi adalah sebagai berikut: a. Surat propodal dari pihak ketiga b. Penertiban surat ijin prinsip c. Pembahasan oleh tim eksekutif (Tim Pembangunan) d. Pembahasan oleh tim legislatif (DPRD) e. Pembahasan oleh Panitia Khusus (Pansus) yang terdiri dari perwakilan seluruh fraksi f. Sosialisasi g. Pelaksanaan h. Penempatan kembali ke Pasar Baru Untuk
ketentuan
mengenai
keterlibatan
pedagang
dan
mengutamakan kepentingan pedagang yang telah ada, melalui sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah Klaten kepada para pedagang melalui pertemuan antara perwakilan pedagang,paguyuban pasar dan lurah pasar di antaranya mengenai bentuk bangunan, harga sewa los dan kios, pasar darurat, denah pedagang di Pasar Baru, dan bantuan subsidi pedagang dari pemerintah. Kepala lurah Pasar Delanggu Bapak Sigit Harjoko menjelaskan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
“pada waktu itu sosialisasi yang terjadi antara saya, perwakilan pedagang, paguyuban pasar dan pemerintah menjelaskan beberapa hal seperti bentuk bangunan, harga los dan kios, pasar darurat, denah pedagang di Pasar Baru termasuk juga subsidi pemerintah”. (wawancara dengan Bapak Sigit Harjoko, 20 September 2011) Seorang pedagang bumbu lantai dua Ibu Ninik Usmiyati menuturkan, “memang pernah ada pertemuan pedagang dengan pemerintah waktu itu tapi saya menyerahkan pada pedagang lain saja”. (wawancara , 14 Juni 2011) Pembangunan kembali atau revitalisasi Pasar Delanggu secara teknis memang dirasa sangat mendesak untuk dilaksanakan. Apabila kita melihat kondisi Pasar Delanggu sebelum direvitalisasi sangatlah jauh berbeda apabila dibandingkan kondisi Pasar Delanggu yang sekarang. Secara umum kondisi sarana dan prasarana Pasar Delanggu pada saat ini lebih baik baik dilihat dari segi estetika, fungsional maupun segi kesehatan termasuk sarana parkir dan tempat bongkar muat barang. Dan dilihat dari segi tata rung kota Pasar Delanggu di Kabupaten Klaten sudah lebih memberikan keindahan wajah tata ruang kota Klaten. Sesuai dengan pernyataan Bapak Aris selaku kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pasar Wilayah II (Delanggu) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten “kondisi Pasar Delanggu memang sudah semestinya direnovasi karena sudah tidak layak dan usianya yang sudah tua. Dan juga saat ini sarana prasarananya jika dilihat lebih memadai sehingga memberi kenyamanan bagi pedagang dan pengunjung pasar, disamping itu sudah lebih enak dipandang mata dibanding ketika sebelum renovasi”. (wawancara dengan Bapak Aris, 20 Juli 2011) commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam pelaksanaan proyek revitalisasi Pasar Delanggu oleh Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Mikro dan Menengah Kabupaten Klaten cukup baik menyelenggarakan peranan dan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal-hal seperti ketentuan persetujuan dari DPRD sudah dijalankan dan persyaratan/kondisi Pasar Delanggu yang memang sudah mengharuskan mengingat kondisi bangunan yang sudah tidak layak juga sudah memenuhi penataan tata ruang kota yang baik. Dalam penempatan kembali pedagang ke pasar baru, para pedagang lama Pasar Delanggu memperoleh prioritas terlebih dahulu dan mendapat subsidi pemerintah dalam menyewa kios atau los. Hal ini diharapkan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pedagang
dan
pengunjung
pasar
sehingga
mampu
mendorong
perekonomian pedagang. 3.
Indikator Efektifitas Efektifitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator yang dapat mengukur dan menilai apakah organisasi dalam hal ini yaitu Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten sudah berjalan baik atau belum. Suatu organisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau nilai-nilai yang telah disepakati bersama antara para stakeholder dari organisasi sebagaimana ditetapkan dalam visinya dapat tercapai. Dalam pelaksanaan revitalisasi Pasar Delanggu untuk menilai commitPerindustrian to user kinerja dari Unit Pasar Dinas Perdagangan Koperasi dan
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Usaha Mikro Kecil dan Menengah kabupaten Klaten mengenai efektivitas maka dapat dilihat dari: Luas tanah Pasar Delanggu antara sebelum dan sesudah revitalisasi
1.
sama yaitu 7.765 m² dengan panjang kira-kira 5.870 m² dan lebar kirakira 1.895 m². Namun dengan adanya revitalisasi Pasar Delanggu yang dibangun menjadi dua lantai maka sebenarnya luas Pasar Delanggu bertambah dua kali lipat. Perbandingan jumlah kios dan los.
2. i.
Kios Sebelum revitalisasi kios sekitar 155 kios dan pasca revitalisasi
menjadi 322 kios. Namun dari 322 kios yang ada hanya sekitar 98 pedagang yang beroperasi. ii.
Los Sebelum revitalisasi los sekitar 246 menjadi 803 los pasca
revitalisasi dan dari 803 los sekitar 154 pedagang yang menempati. 3.
Jumlah pedagang i.
Jumlah pedagang seselum revitalisasi yaitu sekitar 634 pedagang dengan rincian: kios 155 pedagang, los 246 pedagang, adegan dalam 184 pedagang dan adegan luar 49 pedagang.
ii.
Jumlah pedagang pasca revitalisasi sekitar 280 pedagang dengan
rincian: kios 98 pedagang, los 154 pedagang, adegan 28 pedagang. 4.
Pengelompokan jenis dagangan commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penempatan pedagang sayur mayur dan bumbu-bumbuan yang lazimnya ditempatkan di lantai satu, pedagang jenis ini justru ditempatkan di lantai dua Pasar Delanggu. Hal ini akan menyulitkan para calon pembeli yang berusia lanjut, dan juga pertimbangan para pedagang untuk membeli kios di Pasar Delanggu karena rata-rata pedagang sayur mayur dan bumbu-bumbuan adalah wanita yang sudah cukup berumur. Seperti yang diungkapkan Ibu Tuminem, pedagang buah di pasar merdeka, “Lokasi dagangan di pasar delanggu belum tepat, pedagang sayur dan bumbu koq ditempatkan di atas kan banyak pedagang yang sudah tua. Kalau naik turun tangga kan kasihan”. wawancara, 14 Juni 2011)
Dari informasi diatas terlihat bahwa dalam pengelompokan jenis dagangan kemungkinan menjadi salah satu penyebab sepinya pedagang dan pengunjung yang mengarah kepada kurang efektifnya revitalisasi pasar delanggu. Hal ini dibantah oleh Bapak Aris yang menyatakan, “Penataan jenis dagangan bukan menjadi penyebab kurang efektifnya pelaksaanaan revitalisasi pasar delanggu. Penyebab kurang efektifnya lebih disebabkan pedagang yang masih bertahan di pasar Merdeka. Jika saja pedagang pasar delanggu berkumpul dalam satu tempat otomatis pembeli juga akan datang ke tempat itu”. (wawancara dengan Bapak Aris, 20 September 2011)
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bapak Sigit Harjoko “Kalau saja pedagang di barat jalan itu (pasar Merdeka) pindah ke sini, mungkin saja pasar delanggu akan ramai”. (wawancara dengan Bapak Sigit Harjoko, 20 September 2011) Tabel 2 Pengelompokan jenis dagangan Lantai
Blok
Jenis Dagangan
I
G
Pakaian Kain
H
Sandal Sepatu Tas
I
Assesorris Klitikan Roti
J
Daging Basah Tahu
II
5.
G
Bumbon
H
Buah
I
Sayuran
J
Atengan
Visi yang ditetapkan organisasi Konsep awal proyek revitalisasi pasar Delanggu ini untuk memperbaiki kondisi bangunan pasar Delanggu. Berikut penjelasan commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari Bapak Bambang Budi, Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu) Kabupaten Klaten: “Bangunan pasar (Delanggu) yang berdiri kira-kira tahun 1960 itu sudah tua,rusak,kumuh dan kotor sehingga kurang nyaman dan aman bagi pedagang dan pengunjung pasar.” (wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Sedangkan tujuan yang ingin diwujudkan dari proyek revitalisasi pasar Delanggu adalah menata kembali bangunan pasar Delanggu.Bapak Bambang Budi lebih lanjut menjelaskan: “Tujuan nya untuk menata kembali bangunan pasar sehingga akan tertata rapi, tertib, nyaman dan aman bagi pedagang dan pengunjung pasar serta menambah keindahan wajah kota Klaten.” (wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011) Senada yang diungkapkan pedagang sayuran Ibu Tuminah “memang tak dipungkiri sarana sekarang sudah baik mulai dari kamar mandi, mushola dan bongkar muat barangnya dan juga bangunannya lebih bagus tentunya”. (wawancara , 14 Juni 2011)
Berdasarkan data yang tersebut diatas maka efektifitas kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam pelaksanaan revitalisasi Pasar Delanggu bisa dikatakan belum optimal. Hal ini dilihat dari masih sepinya jumlah pedagang dan pengunjung pasar delanggu. Namun dalam pelaksanaan tujuan proyek revitalisasi pasar delanggu yaitu untuk menata kembali bangunan pasar dapat tercapai sehingga luas pasar lebih luas, kios dan los lebih banyak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu secara menyeluruh kinerjanya belum optimal karena masih adanya beberapa kekurangan dalam proyek revitalisasi Pasar Delanggu. Hal ini dapat dilihat dari indikator responsivitas, responsibilitas, dan efektifitas sebagai berikut : 1. Responsivitas Responsivitas Unit Pasar dalam melaksanakan proyek Penataan Pasar
Delanggu
masih
kurang
optimal
mengingat
banyaknya
permasalahan/kasus seperti masih sepinya pedagang dan pengunjung pasar delanggu, masih ada pedagang yang bertahan di pasar darurat, tidak adanya akses pengaduan yang dimiliki oleh Unit Pasar sehingga tuntutan dan keluhan dari pedagang juga tidak dapat ditampung secara optimal, serta perlunya sistem informasi yang lebih baik. 2. Responsibilitas Responsibilitas dalam kinerja Unit Pasar dalam melaksanakan proyek Penataan Pasar Delanggu dapat dinyatakan cukup baik dalam menyelenggarakan peranan dan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal-hal dan kondisi yang berada di luar peraturan ataupun yang commit to user
80
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belum di atur sebelumnya melalui peraturan perundangan yang ada dapat diatasi
dengan
berpegang
pada
peraturan
yang
berlaku
dan
menyesuaikan kebutuhan, seperti prioritas bagi pedagang lama yang kembali ke pasar delanggu, dengan pemberian bantuan subsidi dan persyaratan tempat tata ruang yang lebih baik dilihat dari segi teknis dan estetika. 3. Efektifitas Efektifitas Unit Pasar dalam melaksanakan Proyek Penataan Pasar Delanggu dapat dikatakan belum optimal. Hal ini dilihat dari masih sepinya jumlah pedagang dan pengunjung pasar delanggu. Namun dalam pelaksanaan tujuan proyek revitalisasi pasar delanggu yaitu untuk menata kembali bangunan pasar dapat tercapai sehingga luas pasar lebih luas, kios dan los lebih banyak. B.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan diatas, maka untuk meningkatkan kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam proyek Penataan Pasar Delanggu penulis ingin memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1.
Perlu adanya sarana pos pelayanan pengaduan UPTD, sehingga memudahkan akses bagi pedagang dan pengunjung pasar untuk memberikan masukan atau keluhan. commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Perlu adanya komunikasi,koordinasi dan ketegasan dari pemerintah terkait pedagang yang bertahan di Pasar Merdeka. Apakah memenuhi persyaratan yang dikehendaki oleh pedagang tersebut atau tindakan lain untuk kepentingan bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto dkk. 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta. UGM Press Agus Priyanto. 2008. Ekonomi Mikro. Malang: Setara Press H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Pusat Penelitian UNS Press. Mahendra Wijaya. 2007. Perspektif Sosiologi Ekonomi dari Masyarakat Pra Kapitalis Hingga Kapitalisme Neo-Liberal. Surakarta: Lindu Pustaka Hefner , Robert W. 2000. Budaya pasar, masyarakat, dan moralitas dalam kapitalisme Asia baru. Jakarta: Pustaka LP3ES Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Mohammad Mahsun. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2007. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sedarmayanti, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi birokrasi dan manajemen pegawai negeri sipil. Bandung: PT Refika Aditama. Yeremias T Keban. 2004. Enam Dimensi Strategis Admnistrasi Publik. Yogyakarta: Gaya Media.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber Dokumen : Peraturan Bupati Klaten No. 26 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten. Peraturan Bupati Klaten No 49 Tahun 2008 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pasar Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Kompas. “Fokus krisis pasar tradisional‟. 3 November 2007.
Sumber-Sumber Lain : http://www.inderscience.com/sample.php?id. Edson Pinheiro de Lima. Int. J. Business Performance Management, Vol. 10, No. 1, 2008. Diakses : Rabu, 21 April 2010 http://www.inderscience.com/sample.php?id=3Rolstandas. Int.J. Business Performance and Supply Chain Modelling, Vol. 1, No. 1, 2009. Diakses : Rabu, 21 April 2010. http://www.idonbiu.com/2009/05/apa-yang-dimaksud-revitalisasi.html. Diakses : Senin, 28 Maret 2011 http://www.klatenonline.com/klaten/ratusan-pedagang-masih-enggan-tempatipasar-delanggu.html Diakses : Rabu, 20 April 2011 http://pristality.wordpress.com/2011/01/02/pasar-tradisional-vs-pasar-modern/ Diakses : Rabu, 20 April2011 http://id.wikipedia.org/wiki/kinerja. Diakses : Senin, 28 Maret 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR INFORMAN
1. Nama
: Bapak Bambang Budi Susilo
Pekerjaan
: Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu)
Alamat
:
Umur
: 55 Tahun
2. Nama Pekerjaan
: Bapak Aris : Sub Bagian Tata Usaha Unit Pasar Wilayah II
(Delanggu) Alamat
:
Umur
: 48 Tahun
3. Nama
: Bapak Sigit Harjoko
Pekerjaan
: Kepala Pasar Wilayah II (Delanggu)
Alamat
:
Umur
: 54 Tahun
4. Nama Pekerjaan
: Sumiyati : Pedagang bumbu di lantai dua bangunan baru
pasar delanggu Alamat
:
Umur
: 41 Tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5. Nama
digilib.uns.ac.id
: Sri Suwarni
Pekerjaan
: Pedagang beras lantai dua
Alamat
:
Umur
: 44 Tahun
6. Nama
: Sumarni
Pekerjaan
: Pedagang pakaian di lantai dasar
Alamat
:
Umur
: 34 Tahun
7. Nama
: Ninik Usmiyati
Pekerjaan
: Pedagang bumbu lantai dua
Alamat
:
Umur
: 52 Tahun
8. Nama
: Tuminah
Pekerjaan
: Pedagang sayuran lantai dua
Alamat
:
Umur
: 43 Tahun
9. Nama
:-
Pekerjaan
: Pedagang roti kecil kecilan di Pasar Merdeka
Alamat
:-
Umur
:-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10. Nama
digilib.uns.ac.id
:-
Pekerjaan
: Pedagang buah di Pasar Merdeka
Alamat
:-
Umur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pedoman Wawancara
1. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten o Responsivitas 1. Apakah dan bagaimana peran Unit Pasar dalam proyek revitalisasi Pasar Delanggu? 2. Bagaimana sosialisasi dan komunikasi antara Unit Pasar dengan Pedagang pasar Delanggu? 3. Apakah ada keluhan/kesulitan dari pedagang pasar delanggu yang terima Dinperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten? Bagaimana upaya yang dilakukan dalam menanggapi keluhan tersebut? 4. Adakah faktor yang menghambat dalam proses revitalisasi Pasar Delanggu? 5. Bagaimana upaya yang dilakukan Unit Pasar dalam mengatasi hambatan tersebut? 6. Apakah ada keluhan yang disampaikan oleh pedagang pasar delanggu dalam revitalisasi pasar Delanggu? 7. Bagaimana upaya Unit Pasar dalam merespon keluhan dari pedagang? o Responsibilitas 1. Bagaimana mekanisme/tahapan dalam proses pelaksanaan revitalisasi Pasar Delanggu? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Dalam revitalisasi pasar delanggu, apakah Dinperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten berorientasi pada peraturan yang ada? 3. Apa saja kegiatan yang dilakukan Unit Pasar untuk menunjang peranannya dalam menyelenggarakan revitalisasi Pasar Delanggu? 4. Apakah terjadi hambatan dalam menyelenggarakan revitalisasi pasar delanggu yang sesuai dengan peraturan yang ada? 5. Jika ada, upaya apa yang ditempuh untuk mengatasinya? o Efektifitas 1. Apakah tujuan yang ingin dicapai Unit Pasar Dinperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten terkait revitalisasi Pasar Delanggu? 2. Bagaimana kesesuaian antara jumlah kios dan los yang dibangun dengan jumlah pedagang? Apakah masih ada kios dan los yang kosong? 3. Bagaiamana mengenai tata letak pedagang/penataan jenis dagangan? 4. Apakah proyek revitalisasi pasar Delanggu memberikan kontribusi terhadap PAD Kabupaten Klaten?
2. Pedoman wawancara untuk Kepala Pasar Delanggu a.
Bagaimana peran kepala pasar Delanggu dalam proses revitalisasi pasar delanggu?
b.
Bagaimana bentuk pengelolaan sarana prasarana?
c.
Besaran biaya sewa kios dan los Pasar Delanggu?
d.
Besaran retribusi yang ditanggung pedagang pasar Delanggu? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pedagang Pasar Delanggu a.
Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap pelaksanaan revitalisasi pasar delanggu?
b.
Menurut bapak/ibu bagaimana sosialiasi dan komunikasi antara unit pasar dengan pedagang?
c.
Apakah bapak/ibu mempunyai keluhan dan saran/masukan bagi pemerintah (Unit Pasar) dalam kaitan dengan revitalisasi pasar delanggu?
d.
Bagaimana tanggapan pemerintah (Unit Pasar) terhadap keluhan yang disampaikan?
e.
Manfaat/dampak yang dirasakan bapak/ibu setelah revitalisasi pasar delanggu?
f.
Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap biaya sewa kios dan los?
g.
Bagaimana subsidi yang diberikan oleh Pemda untuk membantu meringankan beban bapak/ibu?
h.
Bagaimana sarana prasarana yang ada pasca revitalisasi pasar delanggu?
i.
Bagaimana sistem penempatan pedagang kios dan los di pasar delanggu?
commit to user