Advokasi : What and How?
disusun oleh : Irfan Kurnia Pratama – Universitas Indonesia Pengurus Harian Wilayah ISMKI Wilayah 2
Advokasi 1. Pengertian advokasi Advokasi merupakan sebuah istilah yang mungkin cukup asing bagi kita. Kita sesekali mendengar istilah tersebut di suatu kegiatan yang terkait dengan politik. Padahal, advokasi tidak hanya terkait dengan bidang politik saja. Jadi, apa pengertian advokasi? Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, advokasi merupakan tindakan atau proses untuk membela atau memberi dukungan. Pada intinya, segala jenis kegiatan yang bertujuan untuk mencari atau mendapatkan dukungan disebut dengan advokasi. 2. Tujuan Advokasi Advokasi
sangat
penting
dilakukan
dalam
kehidupan
berorganisasi. Tujuan utama advokasi adalah membela hak atau kepentingan suatu pihak. Tentu saja pihak yang seharusnya dibela hak atau kepentingannya adalah yang berpihak pada masyarakat luas. Membela kepentingan masyarakat luas memiliki manifestasi yang bermacam-‐macam, bisa berupa perubahan peraturan yang ada, pengadaan fasilitas, dukungan dari pihak terkait, kepercayaan dari pihak terkait, dan lain sebagainya. Salah satu contoh sederhana misalnya, kampus belum memiliki perpustakaan sedangkan mahasiswa sangat membutuhkan
perpustakaan.
Karena
hal
tersebut
merupakan
kepentingan bersama, mahasiswa ingin melakukan advokasi ke pihak kampus agar dapat mengadakan perpustakaan. Advokasi tidak hanya terkait dengan mengusahakan sesuatu yang bersifat benda saja. Contoh lainnya adalah seorang anggota badan kemahasiswaan mengusulkan dibuatnya sistem piket agar ruangan badan kemahasiswaan tersebut terjaga kebersihannya.
3. Langkah-‐langkah melakukan advokasi Advokasi dianggap berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa langkah umum yang perlu dilakukan. Langkah-‐langkah tersebut adalah : a.
Membentuk tim yang melakukan advokasi
b.
Mencari masalah yang ingin diajukan
c.
Menentukan tujuan advokasi
d.
Menentukan sasaran advokasi
e.
Mencari dukungan
f.
Melakukan advokasi dengan pihak terkait
g.
Evaluasi dan tindak lanjut hasil advokasi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membentuk tim yang melakukan advokasi. Tujuan pembentukan tim ini adalah agar proses advokasi berjalan dengan teratur dan efektif. Struktur tim tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan tiap kelompok yang ingin melakukan advokasi. Secara umum, struktur tim advokasi terdapat ketua tim advokasi serta divisi-‐divisi yang berada di bawahnya. Apabila diperlukan, tim advokasi dapat meminta pendapat dari orang di luar tim tersebut yang dipercaya sehingga dapat memberi saran-‐saran terkait pelaksanaan advokasi. Sebagai ilustrasi, sebuah tim advokasi dipimpin oleh seorang mahasiswa bernama Almira. Almira memiliki beberapa divisi yang dianggap perlu dibentuk agar advokasi yang ingin dilakukan berjalan dengan baik. Divisi yang menurut Almira dianggap penting adalah divisi kajian, hubungan masyarakat, desain dan media sosial, serta finansial. Dalam pelaksanaannya, Almira merasa memerlukan masukan dari orang yang lebih berpengalaman dalam bidang advokasi. Pada saat itu, Almira tergerak untuk menjalin komunikasi dengan Yoga, seorang pemimpin di sebuah organisasi kemahasiswaan tingkat regional. Setelah struktur tim advokasi terbentuk, tim advokasi harus memiliki permasalahan yang diangkat untuk diadvokasikan. Pertanyaan yang terlintas adalah bagaimana cara “menjaring” masalah yang ada? Banyak cara dapat dilakukan. Sebagai contoh adalah dengan melakukan survei, membentuk focus group discussion, atau mendengarkan opini publik. Penentuan cara mana yang
baik digunakan untuk menjaring masalah yang ada bergantung pada pertimbangan-‐pertimbangan yang dibuat oleh tim advokasi. Setelah terjaring berbagai masalah yang mungkin untuk diangkat, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara untuk menentukan masalah yang benar-‐benar perlu untuk diadvokasi. Tentu dengan menentukan kriteria-‐kriteria yang disepakati bersama oleh tim advokasi. Beberapa contoh kriteria yang mungkin adalah berdampak negatif bagi masyarakat suatu daerah, dirasakan oleh banyak orang, dan berbahaya apabila tidak segera dilakukan advokasi. Contoh kasus yang mungkin masuk kriteria ini adalah pemadaman kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang terjadi tiap tahun. Setelah mengetahui masalah yang akan diangkat, langkah yang perlu dilakukan berikutnya adalah menentukan target advokasi. Advokasi yang baik tentu saja memiliki target yang jelas sehingga langkah-‐langkah yang direncanakan akan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Semakin jelas target advokasi, semakin jelas langkah yang direncanakan, semakin efektif advokasi yang dilakukan. Apabila masalah yang diangkat merupakan sebuah masalah yang besar, target yang direncanakan dapat memerlukan waktu yang lama untuk dicapai. Oleh karena itu, masalah yang besar bisa memiliki target yang terbagi-‐ bagi menjadi target jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. Target jangka panjang perlu diperhatikan pada masalah yang bersifat besar karena keputusan yang dibuat pada saat advokasi atau setelah advokasi dapat berubah di masa yang akan datang akibat adanya usaha advokasi dari pihak lain yang tidak setuju dengan keputusan tersebut. Menentukan sasaran advokasi merupakan langkah yang perlu dilakukan selanjutnya. Tujuan besar advokasi adalah supaya pendapat tim advokasi didengarkan dan ditindaklanjuti oleh pihak terkait. Akan tetapi, pendapat tersebut akan sulit didengarkan apabila tidak ada pihak lain di luar tim advokasi yang mendukung ide tersebut. Oleh karena itu, tujuan advokasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan internal dan tujuan eksternal. Yang dimaksud dengan tujuan internal adalah supaya pihak terkait dapat mendengarkan pendapat tim advokasi sedangkan tujuan eksternal adalah mencari dukungan pihak luar agar pendapat yang diajukan tim menjadi lebih kuat.
Mencari dukungan merupakan bentuk sasaran advokasi ke arah luar. Agar pesan yang disampaikan mudah diterima, pesan yang disampaikan ke pihak luar (baik masyarakat, organisasi nonpemerintah, atau elemen-‐elemen masyarakat) harus memenuhi beberapa kaidah dasar seperti di bawah ini, •
Menampung kepentingan masyarakat
•
Menjelaskan pentingnya masalah yang diangkat
•
Singkat, jelas, dan padat
•
Langkah yang perlu dilakukan
•
Persiapkan Q&A (bila ada) Bagaimana bentuk pencarian dukungan yang dapat dilakukan? Banyak hal
dapat dilakukan, seperti menyediakan poster atau tulisan edukasi, pembuatan press release yang bersifat resmi, diskusi terbuka, pidato, rapat dengan berbagai elemen masyarakat, dan lain-‐lain. Ketika dukungan sudah didapatkan, pelaksanaan advokasi ke pihak terkait barulah dapat dilakukan. Pada saat melakukan advokasi, aspek komunikasi yang baik akan sangat berperan dibandingkan dengan sekadar menyampaikan fakta dan data yang sudah disusun oleh tim advokasi semata. Oleh karena itu, komunikasi efektif dan persuasif merupakan kunci utama. Sangat baik apabila orang yang melakukan advokasi adalah orang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik di samping paham terhadap materi yang akan disampaikan. Penyampaian advokasi dikatakan baik apabila : •
Memiliki tujuan yang jelas
•
Singkat
•
Pemilihan kata cermat
•
Penyampaian sistematis
•
Argumentasi kuat
•
Dukungan data valid
•
Berani namun tidak menantang
Apabila hal tersebut dilakukan maka suasana advokasi akan menjadi nyaman sehingga pihak terkait dapat mendengarkan pendapat dengan baik dan tidak terburu-‐buru menolak gagasan yang disampaikan. Setelah membahas segi komunikasi, segi konten juga perlu mendapat perhatian karena ini adalah puncak dari rangkaian proses advokasi yang telah dilakukan. Agar pendapat mudah diterima, konten yang dibawa pada saat advokasi haruslah : •
Berisi penjelasan mengapa masalah tersebut penting
•
Jumlah orang atau kelompok yang mendukung
•
Solusi yang ditawarkan
•
Dampak yang ditimbulkan dari solusi yang ada
•
Pandangan dari pihak-‐pihak lain tentang solusi yang ditawarkan Langkah terakhir rangkaian advokasi adalah melakukan evaluasi dan
menindaklanjuti hasil advokasi. Seringkali pihak terkait perlu mendiskusikan solusi yang ditawarkan pada saat advokasi dengan pihak lain sehingga keputusan tidak dibuat pada saat advokasi. Karena belum ada keputusan yang dibuat, perjuangan advokasi masih belum selesai. Tindak lanjut sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana pihak yang dituju pada saat advokasi melaksanakan apa yang telah dijanjikan. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi yang intens dengan pihak yang dituju pada saat advokasi. Komunikasi tersebut dapat bersifat tidak langsung melalui media komunikasi yang ada atau dengan membuat janji melakukan pertemuan lanjutan. Referensi 1. Kamar Dagang dan Industri. Pedoman Advokasi Kebijakan. Jakarta: Kamar Dagang dan Industri. 2. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.