p-ISSN 2355-5343 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 11/11/2014; Accepted: 23/01/2015 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(1) 2015, 118-129 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i1.1337
LEARNING TASKS’ WHAT AND HOW: PERSPEKTIF DOSEN DAN MAHASISWA MENGENAI TUGAS PEMBELAJARAN Diah Gusrayani Prodi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Email:
[email protected] ABSTRACT The ability to design authentic and meaningful learning task is one of thousands preconditions of teachers. Findings shown that elementary school teachers could not be able to design and apply meaningful tasks in and after the teaching time. PGSD UPI as one of institutions preparing elementary teachers to be should concern more on this condition. The curriculum designed here should reflects the needs of elementary school teachers to be especially their needs of realizing the goals and objectives that have been established previously by the institution, and how they are reflected through learning tasks in the classroom, especially the classroom for these teachers to be in PGSD Kampus Sumedang. Therefore, the research selects participants from that site, 126 students and 28 lecturers. They were given questionnaires designed in line with three research questions: 1) how do students and lecturers perceive learning tasks? 2) how are students’ and teachers’ roles in collecting the data for learning tasks? 3) has the learning task s thus far been designed to meet the standardized of authentic tasks? 4) how lecturers and students perceive feedback for their learning tasks? The result shows that the perception of students and lecturers toward learning tasks influence how they behave toward it, hence, if once it has been found misperceived, the construction is need of revisiting. Keywords: learning task, feedback, authentic task, curriculum, goals, objectives.
ABSTRAK Kemampuan untuk merancang tugas belajar otentik dan bermakna adalah salah satu dari ribuan prasyarat guru. Temuan menunjukkan bahwa guru SD tidak bisa dapat merancang dan menerapkan tugas bermakna dalam dan setelah waktu mengajar. PGSD UPI sebagai salah satu lembaga mempersiapkan guru SD menjadi harus perhatian lebih pada kondisi ini. Kurikulum dirancang di sini harus mencerminkan kebutuhan guru SD untuk menjadi terutama kebutuhan mereka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga, dan bagaimana mereka tercermin melalui tugas belajar di dalam kelas, terutama kelas untuk guru ini berada di PGSD Kampus Sumedang. Subjek penelitiannya, 126 mahasiswa dan 28 dosen. Rumusan masalahnya: 1) bagaimana mahasiswa dan dosen mempersepsikan tugas belajar? 2) bagaimana siswa dan guru peran dalam mengumpulkan data untuk tugas-tugas belajar? 3) telah tugas belajar s sejauh ini telah dirancang untuk memenuhi standar dari tugastugas otentik? 4) bagaimana dosen dan mahasiswa merasakan umpan balik untuk tugastugas belajar mereka? Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa dan dosen terhadap tugas-tugas belajar mempengaruhi bagaimana mereka bersikap terhadap tugas-tugas belajar. Kata kunci: tugas belajar, umpan balik, tugas otentik, kurikulum, tujuan, sasaran.
How to Cite: Gusrayani, D. (2015). LEARNING TASKS’ WHAT AND HOW: PERSPEKTIF DOSEN DAN MAHASISWA MENGENAI TUGAS PEMBELAJARAN. Mimbar Sekolah Dasar, 2(1), 118-129. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v2i1.1337.
PENDAHULUAN ~ Dibutuhkan banyak sekali
juga mesti terlihat mumpuni secara praktis.
hal untuk menjadi seorang guru yang bisa
Seperti
dikatakan profesional. Tidak hanya harus
bahwasannya pengetahuan guru tentang
mereka mapan secara teoretis, namun
praktek mengajar di lapangan adalah hal [118]
juga
Rule
(2006)
menegaskan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
yang tak dapat ditawar-tawar lagi, dan
mampu menciptakan lingkungan belajar
sudah menjadi keharusan. Perspektif ini
yang positif dan suportif (dePotter, 2003).
mengarah
Dalam menjalankan fungsi evaluatifnya,
pada
bahwasanya
pemahaman
semakin
guru
memahami
guru
harus
memahami
dan
mampu
materi yang akan diajarkan, strategi dalam
mengaplikasikan
pendekatan
membelajarkannya, metode serta teknik
yang
dan
yang divariasikan dalam menyampaikan
mengevaluasi pendekatan, strategi atau
pembelajarannya,
metode pembelajaran yang ia terapkan
tugas-tugas
pembelajaran
yang
diberikan
siswa;
akan
semakin
maka
formal
penilaian
informal,
lalu
kepada
(Arends, 2007). Hal yang juga menjadi
efektiflah
salahsatu prasyarat penting adalah, guru
mereka mengajar.
harus menguasai bidang ajarnya, secara konseptual maupun praktisnya. Guru juga
Untuk menjadi seorang guru yang kreatif
dengan kebutuhan kekinian diharapkan
dan reflektif, setidaknya ada beberapa hal
mampu
yang menjadi indikator. Kemampuan yang
memperbaiki
sangat penting adalah, menjadi seorang
agar
komunikator yang efektif (Suherdi, 2000)
pembelajaran yang optimal.
meneliti
dan
konsisten
pembelajarannya
senantiasa
menghasilkan
sendiri kondisi
hingga berkemampuan untuk setidaknya mengkomunikasikan
yang
Semua skill termaksud di atas akan sangat
baik
terlihat pada saat guru in action di dalam
membingkai
kelas. Setiap langkah yang ia rencanakan
penyampaian materi, mengevaluasi materi
dari awal untuk kemudian ia laksanakan,
dan lain sebagainya . Lalu guru juga
mencerminkan
dituntut
dan
kemampuan-kemampuan yang dimaksud
mengakomodasi kenyataan bahwasanya
di atas, terejawantahkan. Hal ini juga akan
siswa belajar dengan cara yang berbeda
menentukan
satu dengan lainnya (Bradway and Hill,
dibelajarkan.
1993). Guru juga sangat direkomendasikan
mengaplikasikan kemampuan tersebut di
untuk
melaksanakan
atas secara optimal, logikanya hal tersebut
variatif
akan memancing respon yang optimal
berkaitan
dengan
menyampaikan
segala
pembelajaran, materi,
untuk
mengenali
mampu
pembelajaran
yang
mengakomodir
perbedaan
pembelajar (Lang and kalah
penting,
mumpuni
hal
guru
dalam
dan
kebutuhan
seberapa
respon Jika
guru
mendalam
siswa memiliki
yang dan
pula.
Evans, 2006). Tak juga
diharapkan
mengelola
Hal yang guru terapkan terkait dengan
dan
apa yang harus dikerjakan oleh siswa sering
memotivasi kebutuhan siswa baik secara
disebut
individual
Tugas pembelajaran yang baik tentunya
maupun
kelompok
(Arends,
sebagai
pembelajaran.
2007). Berbicara dari sisi pengelolaan kelas,
harus
jangan lupakan juga bahwa guru harus
mencerminkan cara pencapaian tujuan [119]
dirancang
tugas
dengan
baik
dan
Diah Gusrayani, Learning Tasks’ What and How…
pembelajaran. Tugas pembelajaran yang
dasar
baik harus diberi bingkai tujuan yang jelas
kompetensi
agar semua pihak baik guru maupun siswa
dipaparkan
memahami betul maksud dan tujuan tugas
temuan terkini di lapangan mengenai
tersebut
pengimplementasian tugas belajar yang
dirancang
Mengingat
beberapa
dipaparkan
di
pembelajaran
atas
hal
bahasa
pengemasan
yang
pengelolaan
di
kapabelitas
atas.
Mereviu
seperti temuan-
diberikan guru kepada siswa SD, terlihat
mengenai
tugas
bahwasanya
tugas
belum memahami bagaimana mendesain
memperhatikan
tugas pembelajaran yang mampu memicu
maka
sekolah
dasar
daya kreativitas serta kemampuan berpikir
jelas,
kritis siswanya. Malah hampir bisa diprediksi,
jender,
aktivitas yang terjadi di kelas didominasi
mampu
oleh satu jenis kegiatan yaitu ceramah
bias
yang
guru-guru
misalnya
yang
tidak
isi
dan
memiliki
yang
seperti
pemetaan
diharapkan
ideal
harus
sekali
diinstruksikan.
hal
termaksud,
pembelajaran banyak
dan
yang
mengakomodir perbedaan setiap individu,
(Rohayati,
dan banyak kriteria ideal lainnya. Namun
Budimansyah; 2009). Tugas pembelajaran
sejauh mana hal ini dipahami oleh seorang
yang
guru sebagai manajer di kelas? Lalu ketika
cenderung
hal ini dipahami, sejauh mana pula hal ini
menantang perkembangan kemampuan
diimplikasikan secara kreatif? Sejauh mana
berpikir siswa (Septiyani, 2009; Nopiani,
pula respon siswa yang melaksanakan
2009; Mulyana, 2010). Akhirnya berbanding
tugas pembelajaran termaksud, terhadap
lurus dengan kenyataan tersebut, hasil
tugas yang ia kerjakan itu? Sejauh mana
belajar
persepsi si guru sendiri serta siswanya
yang diharapkan yaitu munculnya siswa-
sebagai
tugas
siswa yang kreatif dan bernalar logis serta
pembelajaran yang ideal dan konstruktif
kritis, masih jauh dari kenyataan. Ada apa
itu?
dengan guru-guru SD ini?
pemelajar,
Berakar
terhadap
dari
permasalahan-
2007;
Hamzah,
diaplikasikan
siswa
2009;
kepada
homogen
siswa
dan
kurang
mengecewakan.
Output
Bagaimana
permasalahan tersebut, tema penelitian ini
signifikansi pembekalan para guru ini di
diangkat.
jenjang perkuliahan khususnya mengenai desain
tugas pembelajaran
? Sekolah
Sebagaimana kita ketahui, PGSD adalah
dasar adalah jenjang pendidikan formal
satu
yang
lembaga
Universitas
di
bawah
Pendidikan
naungan
dini,
sehingga
pembelajaran
di
mulai mengepakkan sayapnya di tahun
sangat urgen
dan harus mendapatkan
1990/1991
perhatian. Tentu saja, sejak dini, hal ini
nama
program
DII
sungguh
harus
sebagaimana
bersama. Persiapan untuk menjadi guru SD
menyuratkan
secara eksplisit, tentu saja memiliki tujuan
yang
untuk mencetak guru-guru di level sekolah
kemampuan [120]
mendapat
ini
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Program ini namanya
pula
jenjang
menata
yang
dengan
Indonesia
relatif
kompetitif
perhatian
dengan
termaksud
di
kita
segenap atas
harus
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
diseriusi dan ditindaklanjuti dari berbagai
mencapai
sisi. Bekal yang bisa membuat para calon
pembelajaran.
guru SD ini mumpuni untuk mengajar harus
langkah pembelajaran yang menekankan
ditransformasikan
pada partisipasi kedua belah pihak baik
melalui
tugas-tugas
tujuan
tertentu
Sedikit
berbeda
guru
Penelitian ini akan menyajikan bagaimana
pembelajaran mengindikasikan partisipasi
persepsi mahasiswa PGSD sebagai calon
siswa
guru SD dan dosen PGSD sebagai pihak
diinstruksikan
yang
pembelajaran yang didesain dengan baik
berkompeten
untuk
siswa,
dari
pembelajaran yang bermutu dan relevan.
dianggap
maupun
dalam
maka
melaksanakan
tugas
apa
oleh
yang
guru.
mempersiapkan calon guru SD terhadap
biasanya
tugas pembelajaran. Persepsi-persepsi ini
pencapaian
kemudian dianalisis dan dipersandingkan
dengan jelas baik dari sisi bahasa maupun
dengan teori-teori yang melandasi desain
konten,
tugas pembelajaran yang otentik dan
pembelajarannya.
ideal. Diharapkan, berangkat dari hasil
pemaparan
persandingan ini (antara fakta dan realita),
pembelajaran yang ideal dari sisi konten
akan muncul di benak semua pihak yang
tugas pembelajaran dan desain tugas
terlibat dalam penelitian ini: untuk dosen
pembelajarannya. Dari sisi konten tugas
sebagai perancang tugas pembelajaran,
pembelajaran, tugas pembelajaran harus
diharapkan
sebisa
memunculkan
ide
dan
dikaitkan
Tugas
yang
dan
dengan diinginkan,
sesuai
mungkin
target dikemas
dengan
tujuan
Berikut
adalah
mengenai
tugas
sesuai
dengan
kondisi
kreativitas lebih berdasar urgensi informasi
pelajaran: tugas untuk mata ajar yang
yang dihasilkan, untuk mendesain tugas
dibelajarkan selama 2 SKS atau 2x35 menit
pembelajaran yang lebih otentik, ideal,
harus berbeda dengan tugas untuk mata
dan mampu memicu pemikiran kritis dan
ajar yang diberikan dalam 4 SKS atau 2
kreatif siswa; untuk mahasiswa
sebagai
pertemuan (Reeves & Okey, 1996; Meyer,
pembelajaran,
1992; Wiggins, 1993; in Herrington and
pelaksana
tugas
diharapkan memahami betul urgensi tugas
Herrington,
2006).
Tugas
pembelajaran ini untuk memberdayakan
yang baik juga mensyaratkan adanya
mereka secara kritis dan kreatif.
keterhubungan
konten
pembelajaran tugas
dengan
dunia sekitar siswa atau kondisi diluar kelas Tugas
pembelajaran
bisa
didefinisikan
(Richard,
2001).
Dari
siswa,
tugas
otentik
itu
sebagai semua kegiatan yang dibebankan
pembelajaran
guru
mengharuskan tereksposnya kemampuan
kepada
siswanya
baik
itu
dilaksanakan di dalam maupun di luar
siswa
kelas
kemampuan
(Herrington
&
Herrington,
2006;
yang
sisi
memecahkan berpikir
masalah lebih
tinggi
dan dari
Richard, 2001). Sementara Limberg (2007)
sebelumnya. (Reeves, 2000; Newmann &
menekankan bahwa tugas pembelajaran
Wehlage,
adalah
Herrington,
aktivitas yang
dilakukan
untuk [121]
1993;
in
2006).
Herrington Desain
and tugas
Diah Gusrayani, Learning Tasks’ What and How…
pembelajaran juga selayaknya memicu
bersama-sama. Bahkan, masih menurut
siswa untuk kreatif dalam memproduksi
Boud, guru harus ikut berpartisipasi dalam
gagasan, bukan mereproduksi apa yang
memastikan:
telah
&
mendapatkan sumber untuk mengerjakan
and
tugas yang diperintahkan, kemampuan
Herrington, 2006). Hal lainnya yang tak
apa saja yang sekiranya bisa dilatihkan
kalah
tugas
oleh tugas pembelajaran termaksud dan
pembelajaran juga sebaiknya memberikan
bagaimana respon siswa terhadap tugas
keluasan bagi siswa untuk berkolaborasi
pembelajaran yang diberikan.
dihasilkan
Archibald,
guru
1992;
penting
(Newmann
in
Herrington
adalah
bahwa
darimana
siswa
dengan siswa lain dan memanfaatkan waktu
dengan
signifikan.
Desain
Teori lain yang akan melandasi penelitian
pembelajaran juga harus melatihkan siswa
ini adalah buah pemikiran beberapa ahli
agar terampil mengerjakan sesuatu sesuai
mengenai berpikir kritis. Brookfield (1987)
dengan apa yang telah mereka pelajari
mengidentifikasi tipe pemikir kritis adalah
(Wiggins, 1989). Desain tugas pembelajaran
mereka yang berpikir aktif—tanpa diminta
juga harus memungkinkan siswa untuk
mencari relevansi informasi, bertanya, dan
meningkatkan kedalaman pengetahuan
tidak hanya mendengar dari orang lain.
dan aktivitas berpikirnya (Newmann &
Fisher (2004) di sisi lain mengungkapkan
Wehlage,
bahwa pemikir kritis adalah mereka yang
1993
in
Herrington
and
Herrington, 2006). Dari sisi desain tugas itu
hati-hati
sendiri, Herrington dan Herrington (2006)
kesimpulan, dan menilai segala sesuatu
mengutip Reeves (2000), Wiggins (1990),
tanpa data dan fakta; konsisten dengan
Linn,
dan
segenap pertimbangannya yang penuh
tugas
bukti dan fakta; dan selalu memberi alasan
menstimulasi
logis pada setiap pemikirannya. Sementara
pemelajar,
Ennis (1996) mengindikasikan pemikir kritis
kompleks
adalah mereka yang reflektif—logis dalam
sesuai dengan karakteristik bahan ajar dan
menentukan apa yang harus dipercayai
pemelajar, memiliki indikator yang lengkap
dan apa yang tidak dan selalu konsisten
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
memperbaiki
memiliki akses pada pola penilaian yang
besar mengenai tugas pembelajaran dan
otentik, reliabel, valid dan kaya cara. Boud
berpikir kritis akan dijadikan acuan untuk
(1998:11) di sisi lain menegaskan bahwa
menganalisis
tugas pembelajaran haruslah merangsang
dosen
siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Guru
pembelajaran. Berpikir kreatif, di sisi lain,
diharuskan
balik
seperti dua sisi mata uang dengan berpikir
(feedback) dalam rangka membangun
kritis. Tipe pemikir kritis, menurut Brookfield
pemikiran
(1987) adalah mereka yang menghargai
Baker
dan
Torrance
(1995)
pembelajaran respon-respon menyajikan
Dunbar
bahwa
haruslah aktif
dari
tantangan
memberikan kritis
(1991)
dan
yang
umpan kreatif
tersebut [122]
dalam
berpikir,
pemikirannya.
persepsi
PGSD
mengambil
Dua
mahasiswa
terhadap
teori
dan tugas
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
kreativitas, mereka adalah innovator, yg
HASIL DAN PEMBAHASAN
senantiasa menghasilkan hal baru, bermutu
Persepsi Dosen dan Mahasiswa Mengenai
dan berkualitas.
Tugas Pembelajaran Dari jawaban yang diberikan oleh dosen
METODE
dan
Sebanyak 126 mahasiswa PGSD dan 24
dengan skala prosentase maka didapat:
dosen
subjek
47% mendefinisikannya sebagai tugas yang
penelitian. Mereka dimintai untuk mengisi
dibebankan dosen untuk dikerjakan di
kuesioner
rumah,
PGSD
dijadikan
yang
sebagai
berbeda,
namun
mahasiswa
(total
38,9%
150
jawaban)
mendefinisikan
mengarah pada hal yang ingin diketahui
pembelajaran
dari penelitian ini: 1) Apakah persepsi
aktivitas yang dilaksanakan di dalam kelas,
mahasiswa
dan
dan
dosen
PGSD
Kampus
sebagai
tugas
sisanya
serangkaian
mendefinisikan
tugas
Sumedang mengenai tugas pembelajaran
pembelajaran sebagai pembelajaran yang
(learning
dibebankan pada mahasiswa mengacu
task)?;
bagaimana
2)
Dari
mahasiswa
mana
dan
melaksanakan
pada tujuan pembelajaran (5.1%),
tugas pembelajaran? 3) Apakah tugas
yang
pembelajaran yang diberikan dosen sudah
menjelaskan materi pembelajaran (4.2%),
mengacu pada standar tugas otentik?; 4)
tugas
Apakah
pemahaman materi (3.8%) dan membaca
dosen
memberikan
feedback
harus
yang
terhadap tugas pembelajaran yang telah
buku
diberikan?
akan
Mengenai
dan
terbanyak
dijawab
Semua dari
pertanyaan
persepsi
dosen
dikerjakan dapat
perpustakaan jenis
di
tugas
responden
setelah
soal dosen
memberikan kampus
(1%).
pembelajaran, (dosen
dan
mahasiswanya. Data dikumpulkan melalui
mahasiswa) menjawab makalah (23%), di
instrumen kuesioner yang diberikan kepada
urutan kedua adalah diskusi (17%), lalu
dosen dan mahasiswa (instrumen terlampir)
berturut-turut
dan wawancara pada responden. Dari 200
kelompok (14%), tes (13%), laporan BAB
kuesioner yang disebar kepada perwakilan
(7%), tanya jawab (5%), kuis (4%), tanya
mahasiswa tingkat 1, 2, 3, dan 4 masing-
jawab (1%), percobaan penelitian (1%)
masing tingkat 50 orang mahasiswa, yang
dan kontrak mata kuliah (1%). Data yang
kembali hanya 126 buah, dan dari 28
diperoleh
kuesioner yang disebar kepada dosen
mahasiswa, mata kuliah yang menurut
(seluruh dosen berjumlah 28 orang), hanya
mereka memberikan tugas pembelajaran
24 dosen yang mengembalikan. Selain
terbanyak di dalam dan di luar kelas
kuesioner,
dan
adalah mata kuliah Pembaharuan Belajar
terkait
Mengajar di SD dan Konsep Dasar IPA.
membutuhkan
Mata Kuliah Pembaharuan Pembelajaran
beberapa
mahasiswa beberapa
dosen
diwawancarai hal
yang
simulasi (14%), presentasi
dari
hasil
tugas
terhadap
pendalaman. Berikut beberapa temuan
memberikan
yang didapat beserta pembahasannya.
yaitu: simulasi, presentasi, diskusi, makalah, [123]
jenis
angket
pembelajaran
Diah Gusrayani, Learning Tasks’ What and How…
observasi ke SD, tanya jawab, tes unit, kuis,
mencari sumber, sementara sisanya (18%)
dan kajian teori pembelajaran. Mata Kuliah
mengaku kadang-kadang dibantu dosen
Konsep
dalam
Dasar
IPA
memberikan
tugas
pencarian
pembelajaran berupa: eksperimen, latihan
mengenai
soal, makalah, resume, diskusi, kuis, tes,
melaksanakan
praktikum
mahasiswa
dan
tugas
evaluasi.Data
sumber.Pemetaan
kesulitan
mahasiswa
tugas
yang
dalam
pembelajaran,
menjawab
kadang-
mengenai kondisi tugas pembelajaran dari
kadang sebanyak 44%, yang mengaku
mahasiswa dan dosen cocok, kedua belah
mengalami
pihak
menyatakan tidak mengalami kesulitan
menyatakan
pembelajaran presentasi
bahwa
tugas
terbanyak
(36%),
makalah
adalah (24%),
sebanyak
dan
19%.
36%,
Dari
dan
sekian
yang
kesulitan
tersebut dapat dipetakan bahwa para
simulasi (20%). Selebihnya yang muncul
mahasiswa
adalah
diskusi,
kesulitan
mengaku
paling
merasa
pembuatan
proposal,
kesulitan dalam tugas makalah, diskusi dan
teorema/aksioma,
UTS/UAS,
pembuktian teorema. Untuk jenis tugas
rangkuman BAB, resensi film, analisis soal,
pembelajaran yang disukai, mahasiswa
anotasi
terbanyak menjawab diskusi (31%), tugas-
pembuktian
bibliografi,
observasi
ke
SD,
penelitian dan praktikum.
tugas mata kuliah matematika (10%), yang mengeksplorasi
kreativitas
(8,46%)
dan
Sumber untuk Tugas Pembelajaran
yang bersifat penelitian (8.46%). Sisanya,
Berkenaan dengan darimana mahasiswa
mahasiswa
mendapatkan sumber untuk mengerjakan
pembelajaran yang mereka sukai adalah
tugas yang dibebankan, sebagian besar
tugas-tugas
pembelajaran
mahasiswa (36,73%) mendapatkannya dari
sulit.Ketika
menemui
internet. Selain itu (29,63%) mahasiswa juga
dimaksud,
mahasiswa
mengunjungi perpustakaan kampus dan
dengan beragam strategi. Sebagian dari
perpustakaan
strategi mereka adalah diskusi dengan
sumber
daerah
yang
relevan
untuk
mencari
dengan
tugas
teman
berargumen
(51%),
bahwa yang
kesulitan
bertanya
tugas tidak yang
mengatasinya
pada
yang
pembelajaran, sisanya (20,68%) mengakui
berkompeten (36%), mencari dari berbagai
mendapatkan
sumber (8%) dan giat berlatih sendiri (5%).
kelas/orang
bantuan yang
dari
berkompeten
kakak dan
melihat dari tugas kakak kelas yang pernah
Otentisitas
diberikan dosen sebelumnya (8,95%) dan
Perspektif Dosen dan Mahasiswa
mencari di media massa (0,31%). Sebagian
Mahasiswa sebagian besar menyatakan
mahasiswa (15%) mengaku dibantu oleh
bahwa mereka kadang-kadang paham
sebagian dosen dalam mencari sumber
terhadap tugas materi pembelajaran yang
untuk menyelesaikan tugas pembelajaran
diberikan
yang dimaksud. dan sebagian lagi (67%)
sementara dosen hampir seluruhnya (92%)
mengaku tidak dibantu oleh dosen dalam
mengakui [124]
Tugas
dan
Pembelajaran
terkadang
telah
tidak
menjelaskan
dari
(62%), tugas
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
pembelajaran
dengan
sejelas-jelasnya
(1996) dan Fisher (2004). Sebagian besar
disertai penjelasan lisan, tanya jawab,
mahasiswa (74%) sudah mampu mengenali
diberi petunjuk pengerjaan secara tertulis
dan mendefinisikan berpikir kritis relevan
dan bahkan didemonstrasikan. Adapun
dengan teori; 72% dari mereka juga sudah
sejauhmana
memberikan
mampu mengenali pola pikir kreatif seperti
penjelasan mengenai tujuan setiap tugas
yang diteorikan. Lalu dari sisi dosen, 87%
pembelajaran, dosen menyatakan telah
mampu mengenali cirri-ciri pemikir kritis
menjelaskan (87%), dan kadang-kadang
sesuai dengan teori yang relevan dan 79%
(13%).
tak
mampu memahami ciri-ciri pemikir kreatif
Urgensi
tugas
seperti yang diteorikan. Bagi sebagian
disampaikan
oleh
dosen
Tidak
ada
dosen
menjelaskan
tujuan.
pembelajaran
yang
yang
besar
mahasiswa
(66%),
tugas
dosen ini berefek pada sebagian besar
pembelajaran yang paling memfasilitasi
mahasiswa
tugas
pemikiran mereka agar kreatif adalah
pembelajaran itu penting (65%) dengan
simulasi. Alasannya karena dalam simulasi
alasan:
motivasi,
ini mereka dituntut untuk mengembangkan
pembelajaran,
ide dan kemampuan yang selama ini
menganggap
untuk
mengukur
memberikan
keberhasilan
memberikan wawasan baru, memastikan
dimiliki
mahasiswa benar-benar memahami materi
menghasilkan sesuatu yang lebih beragam
(ini alasan yang didukung oleh responden
dan signifikan lebih dari sebiasanya. Lalu
terbanyak),
sebagian besar mahasiswa memilih tugas
dan
memahami dalam
kekurangan
tugas
Sebagian
agar
mahasiswa
dirinya
pembelajaran
beranggapan
khusus
pembelajaran
termaksud.
tak
dengan
paling
penting
beragam
berupa
memfasilitasi
cara
untuk
presentasi
yang
kemudahan
dan
keleluasaan berpikir kritis mereka karena
(26.85%) dengan alasan desain tugas yang
dalam
tidak
lebih dan kelengkapan data serta fakta
konstruktif
sehingga
mahasiswa
hanya menduplikasi saja. Alasan lainnya para
responden
pembelajaran
menganggap
tugas
fungsinya
hanya
itu
presentasi
dituntut
kehati-hatian
sebelum memulai argument. Feedback dalam Tugas Pembelajaran
menggantikan ketidakhadiran dosen saja
Berkaitan dengan feedback dalam tugas
dan kadang tidak sesuai dengan fakta
pembelajaran,
kebutuhan
Sisanya
menyatakan memberikan feedback dalam
menjawab relatif (14%). Untuk alasan detil
bentuk lisan (78%) dan tulisan (21%) serta
urgensi
tidak
di TP
lapangan. ini
bisa
lampiran.Responden,
dilihat
dosen
di dan
sebagian
memberikan
Mahasiswa
besar
dosen
feedback
menyatakan
bahwa
memberikan
berpikir kritis dan kreatif. Indikator pemikir
kadang
kritis
yang
feedback (9%).Urgensi penanaman berpikir
dikemukakan oleh Brookfield (1987), Ennis
kritis pada siswa di berbagai tingkatan dan
dipakai
adalah
[125]
(30%)
dan
(61%),
dosen
mahasiswa dimintai pendapat mengenai yang
feedback
(1%).
tidak
kadang-
memberikan
Diah Gusrayani, Learning Tasks’ What and How…
jenjang pendidikan merupakan suatu hal
bahwa di dalam kelas, tidak banyak
yang
aktivitas yang dilakukan mahasiswa terkait
sangat
urgen.
Terkait
dengan
pertanyaan mengenai ranah kognitif yang
pembelajaran
relevan
dengan
kemampuan
berpikir
analisis,
evaluasi,hampir
semua
(selain
mendengarkan
kritis
yaitu
dosen berceramah). Sementara dalam
sintesis
dan
teori mengenai tugas pembelajaran yang
mata
kuliah
ideal
menurut
Newmann
&
Archibald
dipandang mahasiswa telah memfasilitasi
(1992) dalam Herrington and Herrington
kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi
(2006) bahwa selayaknya memicu siswa
dengan
yang
untuk kreatif dalam memproduksi gagasan,
tugas
bukan
tugas
diberikan.
pembelajaran
Diantara
beberapa
mereproduksi
apa
yang
telah
pembelajaran yang menduduki peringkat
dihasilkan guru. Dan hal ini akan sangat
dipilih oleh responden terbanyak sebagai
terkontrol secara ideal di dalam kelas (di
tugas pembelajaran yang merangsang
luar kelas orisinalitas ide diragukan). Jadi
daya analisis, sintesis dan evaluasi adalah:
harus dipahami oleh kedua belah pihak
pembuatan
bahwa
proposal,
makalah,
kajian
ayat, resume, presentasi dan diskusi.
tugas
pembelajaran
harus
dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas. Mengenai jenis tugas pembelajaran,
Dari
temuan-temuan
ada
baik mahasiswa maupun dosen ternyata
beberapa hal yang menarik untuk menjadi
mengenal beragam tugas pembelajaran.
bahan diskusi. Terkait dengan pertanyaan
Presentasi dan makalah muncul sebagai
penelitian yang pertama yaitu persepsi
aktivitas
mahasiswa dan dosen mengenai tugas
responden sebagai tugas pembelajaran
pembelajaran,
dan paling banyak dibebankan kepada
data berikut.
bisa
di
atas,
dijelaskan
dengan
Pertama, definisi tugas
yang
dikenal
paling
banyak
mahasiswa.
Kedua
pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan
pembelajaran
ini
oleh Wiggins (1989) bahwasanya tidak ada
membuat mahasiswa berpikir kritis dan
definisi yang mengikat terkait learning task.
kreatif karena sesuai dengan karakteristik
Bagi para responden penelitian ini, tugas
berpikir kritis yang dikemukakan Brookfield
pembelajaran ditafsirkan paling banyak
(1987), dalam presentasi dan pembuatan
sebagai aktivitas yang dikerjakan di luar
makalah, mahasiswa dituntut untuk berpikir
jam pelajaran. Hal ini mengindikasikan
aktif—tanpa
bahwa untuk sebagian responden, tugas
informasi,
pembelajaran
mendengar
adalah
aktivitas
yang
jenis
tugas
seyogyanya
mampu
diminta
bertanya, dari
mencari dan
orang
tidak
hanya
lain.
Dalam
terpisah dari kegiatan pembelajaran di
mempresentasikan
kelas. Bahwa tugas pembelajaran tidak
harus hati-hati dalam menuliskan sesuatu,
dipahami
di
mengambil kesimpulan, dan menilai segala
dalam kelas baik oleh mahasiswa maupun
sesuatu tanpa data dan fakta; konsisten
dosen
dengan segenap pertimbangannya yang
sebagai
aktivitas
memunculkan
integral
kecenderungan [126]
sesuatu,
relevansi
mahasiswa
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
penuh
bukti
dan
fakta
yang
seperti cirri-ciri tugas pembelajaran ideal
dikemukakan Ennis (1996); presentasi juga
yang dikemukakan di kajian literatur, maka
menuntut
jenis tugas pembelajaran yang banyak
mahasiswa
seperti
selalu
memberi
alasan logis terhadap semua argumennya.
diterapkan
Tugas
presentasi
mampu membangkitkan kemauan dan
dan makalah ini, jika didesain dengan baik
kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis.
akan membantu memfasilitasi mahasiswa
Dilihat dari cara mahasiswa mengatasi
untuk berpikir kritis. Hanya saja, dari hasil
kesulitan
angket, sebagian besar mahasiswa (76%)
strategi, desain tugas memberikan peluang
merasa belum terfasilitasi untuk berfikir kritis
mahasiswa untuk berpikir kreatif. Namun
melalui tugas pembelajaran yang diberikan
sebagian mahasiswa mengaku tak terasah
dosen. Ada yang perlu dibenahi perihal
kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya
perancangannya.
dengan tugas pembelajaran yang selama
pembelajaran
berupa
oleh
dosen
mereka
karakteristiknya
dengan
berbagai
ini mereka kerjakan. Perlu ada peninjauan Mengenai sumber yang paling banyak
ulang dan penyesuaian dengan kriteria
dipergunakan
ideal
oleh
mahasiswa
yaitu
tugas
yang
otentik
dan
harus
berasal dari internet, hal ini bisa dipahami
dipastikan mahasiswa tune in terhadap hal
mengingat sumber yang saat ini bisa
ini. Dan
dikatakan
sebagian
relatif paling
dekat, mudah
terakhir, mengenai besar
mahasiswa
feedback, mengakui
dijangkau dan lengkap memang ada di
bahwa dosen memberikan feedback. Ini
internet.
kampus
adalah satu hal yang harus dipertahankan.
maupun daerah dalam hal ini khususnya di
Feedback, menurut Boud (1998, p. 11)
PGSD berarti belum sepenuhnya mampu
akan memudahkan siswa untuk melakukan
mengakomodir
mahasiswa
refleksi terhadap apa yang mereka telah
dalam menuntaskan tugas pembelajaran
kerjakan dan memberi acuan terhadap
dengan optimal. Hal ini patut menjadi
kriteria ideal yang diharapkan dari hasil
pemikiran
fungsi
kerja mereka sehingga diharapkan hal ini
perpustakaan yang seharusnya menjadi
bisa meningkatkan pola pikir kritis dan
jantung
kreatif yang terejawantah dalam tugas
Perpustakaan
kebutuhan
bersama ilmu
baik
mengingat
pengetahuan
di
setiap
universitas. Dimana tak berdetak si jantung,
pembelajaran yang optimal.
tubuhnya akan mati. SIMPULAN Terkait dengan mampu atau tidaknya
Masih banyak hal yang ternyata mesti
tugas pembelajaran memicu mahasiswa
dibenahi dari kegiatan belajar mengajar
untuk lebih kreatif dan mampu berpikir kritis,
umumnya, dan learning task khususnya,
dilihat dari ragam tugas pembelajaran,
satu titik kegiatan yang sering dilupakan
seharusnya
urgensinya. Betapa kegiatan ini sangat
jika
pelaksanaannya
desainnya
digarap
secara
dan ideal
akomodatif [127]
untuk
peningkatan
berpikir
Diah Gusrayani, Learning Tasks’ What and How…
kreatif
dan
kritis
mahasiswa. Di
PGSD
De Porter and Hernacki.(1999). Quantum learning. Bandung: Kaifa.
kampus Sumedang, persepsi mahasiswa dan dosen mengenai tugas pembelajaran
Ennis, R. H. (1996). Critical thinking. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
sudah berada dalam koridor yang benar, dan upaya dari kedua belah pihak baik itu dosen
dalam
pembelajarannya yang
memberikan maupun
Fisher, A. (2004). Critical thinking: an introduction. UK: Cambridge University Press.
tugas
mahasiswa
mengerjakan
Limberg, L. (2007). "Learning assignment as task in information seeking research" Information Research, 12(1) paper colis28. [Available at http://InformationR.net/ir/121/colis/colis28.html].
tugas
pembelajarannya sudah terlihat meskipun belum secara optimal. Diharapkan untuk perbaikan ke depan, tugas pembelajaran diupayakan memenuhi kriteria otentik dan
Herrington, J., & Herrington, A. (2006). Authentic conditions for authentic assessment: aligning task and assessment. In A. Bunker & I. Vardi (Eds.), Research and Development in Higher Education. Volume 29, Critical visions: Thinking, learning and researching in higher education (pp. 146-151).
ideal seperti yang dipaparkan, dengan tentu
saja
disokong
oleh
dosen
semangat
pembaharuan
dari
yang
menginginkan
mahasiswanya
kritis
harus dan
kreatif. Mahasiswapun, akan menyambut dengan pemikiran yang terbuka, semoga.
Hamzah, M. A.L. (2009).. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep Pengukuran luas segitiga di Kelas IV SDN sutawangi I kecamatan jatiwangi kabupaten majalengka. (Skripsi). UPI PGSD: Tidak Diterbitkan.
REFERENSI Arends, R. (2007). Learning to Teach. New York: Mc.Graw-Hill. Boud, D. (1998). Assessment and learning– unlearning bad habits of assessment. Presentation to the Effective Assessment at University Conference 1998, University of Queensland, 4-5 November. Accessed 14/7/00 from http://www.tedi.uq.edu.au/conferences /A_conf/papers/Boud.html
Lang, H. R. and Evans, David N. (2006). Models, strategies, and methods for effective teaching. USA: Pearson Education, Inc. Mulyana, Iyan. (2010). Penggunaan media audiovisual dan teknik pemodelan untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa Kelas V SDN sukawangi kabupaten sumedang. (Skripsi). UPI PGSD: Tidak Diterbitkan,.
Bradway, Lauren and Hill, B. (1993). How to maximize your child ability. Oxford University Press. Brookfield, S. D. (1987). Developing critical thinkers. England: Open University Press.
Nopiani, Pipin. (2009). Penerapan Pendekatan Problem solving untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang luas segitiga dan trapesium: studi kasus di SDN sinargalih III kecamatan lemahsugih kabupaten majalengka. (Skripsi). UPI PGSD: Tidak Diterbitkan.
Budimansyah, E. (2009). Peningkatan hasil belajar siswa dalam materi penjumlahan pecahan berpenyebut beda melalui penggunaan metode inkuiri di kelas V SDN hasiragung kecamatan hantara kabupaten kuningan. (Skripsi). UPI PGSD: Tidak Diterbitkan. [128]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
Septiyani, Garnis.P. (2009). Penerapan model quantum learning teknik TANDUR untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran FPB dan KPK kelas V SDN 3 megu gede kecamatan weru kabupaten kirebon. (Skripsi). UPI PGSD: Tidak Diterbitkan Suherdi, D. (2007). Menakar kualitas belajar mengajar. Bandung: UPI Press. Wiggins, G. (1989). A True Test: Toward More Authentic and Equitable Assessment. Phi Delta Kappan, 70: 9 (May).
[129]