Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
ADEGAN-ADEGAN RELIEF MAHAKARMMAVIBHANGGA CANDI BOROBUDUR Tinjauan Terhadap Penataan Tataran Adegan dan Makna Simboliknya Oleh : Agus Aris Munandar Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
I
T
Telah banyak laporan kajian dan risalah yang
jelas
b e n a r,
para
pemahat
relief
disusun oleh para peneliti tentang relief
Karmmavibhangga harus merelakan karyanya
Karmmavibhangga di Borobudur, namun masih
ditutup oleh kaki tambahan berupa susunan
saja banyak hal yang dapat dijadikan sumber
balok batu sekitar 13.000 meter kubik (Adi 1992:
kajian menarik. Relief Karmmavibhangga
47).
dipahatkan dalam 160 panil, dan terletak di
Denah Candi Borobudur yang berbentuk
bagian kaki Candi Borobudur yang tertutup,
empat persegi sebenarnya didasarkan kepada
ditemukan pertama kali pada tahun 1885
perkembangan bangunan suci Hindu. Semula
(Bernet Kempers 1959: 45). Kehadiran relief
bangunan suci Buddha di Jawa Tengah yang
yang menempati bagian kaki candi yang ditutup
tergolong tua, yaitu Candi Kalasan masih
oleh kaki tambahan itu merupakan
dibangun dengan denah sederhana, dalam
permasalahan tersendiri. Salah satu
masa pembangunan Borobudur, denah segi
permasalahan yang belum dijawab secara baik
empatnya telah mengalami modifikasi sehingga
oleh para ahli arkeologi adalah perihal alasan
pada setiap sisinya terbentuk penampil ganda
ditutupnya panil-panil Karmmavibhangga.
(Dumarcay 1986: 25 & 30). Pada kaki candi
Dapat
relief
terbawah itulah tempat dipahatkannya deretan
Karmmavibhangga telah dibuat dengan susah
panil relief Karmmavibhangga yang kemudian
payah dan penuh konsentrasi oleh para silpin
banyak dijadikan bahan kajian.
diduga
rangkaian
pemahatnya dulu, oleh suatu alasan yang belum
Relief yang dipahatkan di dinding candi
Sisi Tenggara Candi Borobudur yang dibiarkan terbuka, terlihat relief Karmmavibhangga yang berada di kaki candi yang tertutup kaki tambahan
65
66
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
sebenarnya mempunyai beberapa fungsi selain
pengamat masa sekarang, sementara itu acuan
memperindah bangunan. Fungsi lain itu adalah
kisahnya belum dapat diketahui secara pasti
menyebarkan ajaran keagamaan melalui
dan masih harus dieksplorasi lagi.
penggambaran visual, sehingga diharapkan
Dalam hal relief cerita Karmmavibhangga
dapat dengan mudah dimengerti oleh para
di Candi Borobudur, A.J. Bernet Kempers
pengamatnya, lalu penggambaran relief
pernah
tersebut juga berfungsi untuk “mengabadikan”
Karmmavibhangga tidak sepenuhnya secara
cerita keagamaan, karena dalam bentuk media
tepat mengikuti uraian text Karmmavibhangga.
batu, adegan yang mengandung cerita dapat
Jika terdapat beberapa panil yang dapat
lebih lama bertahan daripada hanya diuraikan
dikembalikan kepada text, maka sangat
dalam bentuk media lontar karya sastra. Sampai
mungkin yang menjadi acuannya adalah kisah
sekarang masih banyak relief cerita yang masih
Karmmavibhangga versi Sansekerta dan versi
bertahan di dinding candi-candi di Jawa Timur,
Cina yang paling awal. Sebagian besar panil
walaupun acuan ceritanya belum dapat
lainnya tidak mengacu kepada sesuatu text yang
diketahui. Hal itu menunjukkan bahwa cerita
telah dikenal, mungkin mengacu pada sumber
yang divisualisasikan dalam bentuk relief lebih
lain yang masih belum dapat diungkap (Bernet
awet dan masih dapat diamati langsung oleh
Kempers 1975: 90).
menyatakan
bahwa
relief
Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa para pemahatnya dahulu mempunyai acuan lain dalam menggambarkan adegan-adegan di kaki Candi Borobudur yang tertutup tersebut. Mungkin saja acuan itu merupakan cerita keagamaan pula, tetapi dapat pula gambaran kehidupan sehari-hari yang dikenal dalam masa itu, tetapi mungkin hanya merupakan rekaan pemahat saja, namun tetap dalam kerangka ajaran kebuddhaan. Oleh karena itu sangat terbuka untuk diadakan kajian dan interpretasi terhadap adegan-adegan relief tersebut. Sisi Tenggara Candi Borobudur yang dibiarkan terbuka yang memperlihatkan kaki aslinya
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
II Jika saja pendapat Bernet Kempers yang
yang dijadikan acuan pemahatan, oleh karena
telah dikemukakan itu benar, maka banyak panil
itu panil-panil yang dilengkapi dengan inskripsi
yang dipahatkan dalam rangkaian
singkat mungkin dapat diasumsikan
Karmmavibhangga dibuat dengan tidak
adegannya
mengacu kepada naskah yang sama. Mengenai
Karmmavibhangga. Panil-panil itu antara lain
adegan relief yang tidak dikenali acuannya
adalah:
tersebut, terdapat 3 kemungkinan yang
Panil 21
berkenaan dengannya sebagai berikut:
berwajah buruk]
a. Mengacu kepada kehidupan sehari-hari
Panil 43
mengacu
dengan masa Candi Borobudur didirikan.
Panil 121
dikenali hingga sekarang. c. T e t a p
mengacu
text
inskripsi berbunyi: “maheçakyah”
[orang Sakya yang mulia]
luar Karmmavibhangga yang masih belum
kepada
inskripsi berbunyi: “virupa” [cacat,
masyarakat Jawa kuno yang hidup sezaman b. Mengacu kepada cerita keagamaan lain di
bahwa
inskripsi berbunyi:
a.“abhidya” [suasana yang tidak menyenangkan] b.“vyapada” [keinginan buruk]
kepada
kisah
Panil 122
inskripsi berbunyi: “mittyadŗsti”
K armmavibhangga hanya saja yang
[perbuatan palsu]
merupakan versi Jawa Kuno, sebagaimana
Panil 123
umum dikenal bahwa pujangga-pujangga
[perbuatan yang bermanfaat]
J a w a Ku n o j u g a a k h i r n y a m a m p u
Panil 124
menggubah cerita sendiri dengan
inskripsi berbunyi: “kusala” inskripsi berbunyi:
a.“caityavandana” [memuliakan caitya]
mengembangkan kisah-kisah baku yang mulanya berasal dari India. Pada
beberapa
panil
relief
Karmmavibhangga terdapat inskripsi singkat, para ahli berpendapat bahwa inskripsi singkat itu dipergunakan sebagai petunjuk para silpin untuk memahatkan adegan yang sesuai dengan bunyi inskripsinya (Soekmono 1981, Miksic 1996: 67, Joesoef 2004: 100). Kata-kata singkat tersebut diambil dari kitab Karmmavibhangga
Relief Karmmavibhangga Panil 43
67
68
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
b.”suwarnawarna” [nama tokoh cerita] Panil 125
inskripsi berbunyi:
“kuśaladharmmabhajana” [abu tokoh suci] Panil 139
a.“susvara” [suara merdu]
tanah]
b.”mahojaskasamavadhana” [kelompok
Panil 140
orang berpengaruh] Panil 126
inskripsi berbunyi: “bhogi” [pemilik inskripsi berbunyi: “svarga”
Panil 141
inkripsi berbunyi:
inskripsi berbunyi: “pataka”
[bendera]
a.”gosthi” [berbicara sopan]
Panil 142
b.”svargga” [surga]
[pemilik tanah yang kaya]
Panil 127
inskripsi berbunyi: “adhyabhogi”
inskripsi berbunyi:
Panil 147
inskripsi berbunyi: “svargga”
a.“chatradana” [persembahan payung]
Panil 149
inskripsi berbunyi: “svargga”
b.”vinayadharmakayacitta” [menghormati
Panil 150
inskripsi berbunyi: “chatradana”
kitab Vinaya] Panil
128
[memberikan payung] inskripsi
berbunyi:
Panil 151
inskripsi berbunyi: “svargga”
“maheçakhyasamavadhana” [orang mulia
Panil 152
inskripsi berbunyi:
Sakya dengan para pengiringnya]
a.“dharmajavada” [membahas agama]
Panil 129
b.“svargga”
inskripsi berbunyi: “cakravartti”
[penguasa dunia]
Panil 153
inskripsi berbunyi: “svargga”
Panil 133
Panil 154
inskripsi berbunyi:
inskripsi berbunyi: “śabdaśravana”
[mendengarkan petuah/ajaran]
a.”vasodana” [memberikan perhiasan]
Panil 135
b.”bhogi” [pemilik tanah, kepala kampung]
inskripsi berbunyi:
a.“vastradana” [mempersembahkan baju] b.”prasadita” [membawa kemakmuran] Panil
138
inskripsi
berbunyi:
c.”gosthi” [berbicara sopan] Panil 157
inskripsi berbunyi: “anjali” [sikap
tangan menghormat, mudra] Demikian beberapa kata sansekerta yang dipahatkan dalam bentuk inskripsi pada bingkai atas sejumlah panil relief Karmmavibhangga. Berdasarkan tinjauan palaeografi terhadap prasasti-prasasti pendek tersebut, dapat diketahui bahwa kronologi pemahatan hurufhuruf itu berasal dari tahun sekitar 800 M.
Contoh inskripsi pada panil relief Karmmavibhangga No.154a yang berbunyi: “vasodana”
Kronologi itu pula yang kiranya dapat diterapkan
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
kepada masa pembangunan Candi Borobudur,
tetap dalam kerangka konsepsi ajaran agama
artinya Candi Borobudur dibangun pada sekitar
Buddha Mahayana. Hal itu dapat diketahui
tahun 800-an (Bernet Kempers & Soekmono
berkat adanya adegan-adegan yang
1974: 30—31).
menggambarkan seseorang sedang
Inskripsi-inskripsi yang berhasil
berceramah --pastinya ceramah keagamaan--
ditemukan terdapat pada sekitar 35 panil relief,
yang sedang dihadap oleh banyak orang
isinya mengungkapkan perihal suasana yang
sebagai pendengarnya. Juga terdapat adegan-
baik ataupun yang tidak baik. Jika text
adegan yang dilengkapi dengan pohon
Karmmawibhangga dijadikan acuan, maka
Kalpataru yang di bawahnya terdapat Kinnara
sekitar 35 panil yang menuju kepada text
menunjukkan suasana di dunia supernatural.
tersebut, sisanya 125 panil mungkin mengacu
Jadi pada adegan-adegan itu nafas
kepada referensi lain. Menilik begitu banyaknya
keagamaannya masih tetap terasa.
panil relief
yang tidak dapat “dikembalikan”
kepada text Karmmavibhangga, maka sangat
III
mungkin terdapat sumber lain yang menjadi acuannya.
Sumber lain itu antara lain
Candi Borobudur sebagai bangunan suci
mengisahkan kehidupan sehari-hari dalam
tentu banyak dikunjungi oleh para peziarah
masyarakat Jawa Kuno, oleh karena itu banyak
pada masanya. Mereka melakukan perjalanan
adegan yang menggambarkan aktivitas sehari-
mengelilingi bangunan candi sejak bagian kaki,
hari masyarakat.
lalu berangsur-angsur menaiki tingkat demi
A .J.Bernet Kempers juga pernah
tingkat menuju ke stupa induk di puncak
menyatakan bahwa hanya sekitar 23 panil saja
B o r o b u d u r. P e r j a l a n a n a n p r a d a k s i n a
yang mengikuti naskah Karmmavibhangga,
menganankan bangunan candi itu dimulai dari
sedangkan sisanya sejumlah 137 panil tidak
sisi timur relief, karena relief-relief naratif bermula
dapat disesuaikan dengan naskah
dari sisi timur menuju selatan, barat, utara, dan
Karmmavibhangga versi manapun, artinya
berakhir di sisi timur pula.
terdapat kebebasan seniman untuk menyusun
Perjalanan keliling Borobudur yang
dan menggambarkan relief-relief (Rangkuti
dilakukan para peziarah masa silam mungkin
1992: 81). Dalam hal ini bukan berarti suatu
sama dengan yang dilaksanakan oleh umat
kebebasan yang benar-benar bebas, melainkan
Buddha India kuno di Stupa Sāñci. Stupa kuno di
Beberapa Relief Karmmavibhangga yang dilengkapi dengan pohon Kalpataru dan Kinnara
69
70
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
India utara itu dilengkapi dengan 4 pintu
yang pertama (Dharmacakrapravarttana), dan
gerbang (torana), masing-masing gerbang
pintu utara lambang masuk ke Nirwana
tersebut sebenarnya melambangkan tahapan
(Parinirvana) (Coomaraswamy 1985: 30—31,
hidup Siddharta Gautama. Pintu timur adalah
Anom 2000: 27). Agaknya antara Candi
lambang kelahiran (Buddhajati), pintu selatan
Borobudur dan Stupa Sāñci, terdapat
melambangkan pencapaian pencerahan
kesejajaran dalam hal makna yang
(Sambhodi), pintu barat pengajaran (khotbah)
dikandungnya, dengan demikian perjalanan mengelilingi Candi Borobudur sama dengan perjalanan mengelilingi Stupa Sāñci. Perjalanan itu dapat dianggap sebagai simbol dari penghayatan kehidupan Siddharta Gautama
Dharmacakrapravarttana
Parinirvana
tahap demi tahap sejak Ia dilahirkan sehingga
U
meninggal dan memasuki Nirwana. Apabila tahapan hidup Siddharta diterapkan Candi Borobudur, maka antara
III
IV
tangga timur dan tangga selatan (sektor I: area tenggara) dapat dianggap sebagai simbol dari tahap kehidupan Buddhajati. Area antara tangga selatan dan tangga barat (sektor II: area barat daya) dianggap simbol kehidupan Siddharta ketika berupaya mencapai
II
I
pencerahan (Sambhodi); antara tangga sisi barat dan tangga utara (sektor III: area barat
Sambhodi
Buddhajati
laut), dapat dianggap simbol pengajaran (khotbah) Siddharta yang pertama kali (Dharmacakrapravarttana), dan antara tangga utara dan timur (sektor IV: area timur laut) adalah simbol Parinirvana. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam bagan Candi Borobudur
Bagan tahapan hidup Siddharta Gautama pada Candi Borobudur
disamping :
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
Kiranya dapat dimengerti sekarang
mempunyai panil-panil dari No.41—80, banyak
mengapa jumlah relief Karmmavibhangga
menggambarkan adegan dengan tema
adalah 160 panil, jumlah tersebut dibagi dalam 4
Sambhodi,
sektor, maka masing-masing-masing sektor
atau sekelompok orang yang mendatangi
berjumlah 40 panil relief. Dengan demikian
berbagai guru di hutan atau di lingkungan
deretan panil relief yang dipahatkan antara
pedesaan, pertunjukan kesenian jalanan, atau
tangga timur-selatan sebenarnya adalah simbol
para pengamen, penari yang sedang
Buddhajati, relief-relief yang dipahatkan antara
mempertunjukkan kemahirannya, menjaga padi
tangga selatan dan barat adalah simbol dari
di sawah yang diserang hama tikus, bermacam-
Sambhodi, panil-panil relief antara tangga barat
macam adegan persembahan, dan lainnya lagi.
dan
utara
adalah
simbol
seperti adanya beberapa orang
tahap
Di sektor III panil-panil No. 81—120
Dharmacakrapravarttana, dan akhirnya panil-
menggambarkan berbagai adegan yang
panil relief antara tangga utara dan timur
merupakan inti ajaran Buddha, atau ajaran yang
melambangkan tahap Parinirvana.
disampaikan pada waktu Siddharta Gautama
Ternyata memang benar adanya, panil-
berkhotbah pertama kali di taman Kijang di
panil relief awal di sektor I dari panil No.1—40
Benares. Adegan yang divisualisasikan di sektor
menggambarkan bermacam adegan yang
ini (area barat laut) diawali dengan rombongan-
berhubungan dengan kelahiran, awal
rombongan orang yang sedang mendengarkan
kehidupan, menolong orang melahirkan (Panil
ceramah seorang guru, pendeta, atau mungkin
No.3), jadi bukan abortus provocatus seperti
dewa (Panil No.81—85), adegan-adegan
pendapat Bernet Kempers (1975: 236),
penyiksaan di neraka (Panil No.86--94, 109-
kehidupan yang penuh penderitaan, figur-figur
110), perselisihan, persembahan ke berbagai
anak kecil dan remaja, bangsawan dikelilingi
kalangan, diskusi-diskusi, dua adegan di dunia
dayang-dayang, minum-(minuman keras?),
dewa-dewa (No.101 & 102), bertapa (No.105),
menggoda perempuan, mengganggu nenek
orang-orang sedang menutup mulutnya
yang menggendong anak kecil (Panil No.25),
seakan-akan menjaga ucapannya (No.119), dan
tukang kayu pembuat bangunan (Panil No.30),
lainnya lagi.
dan lagi yang intinya menggambarkan keadaan
Panil 159 (raja besar)
Panil 105 (bertapa)
Panil 65 (menjaga padi di sawah)
Panil-panil No. 120—160 mengandung
berbagai kegiatan dalam masyarakat baik yang
tema
Parinirvana,
banyak
yang
bersifat positif ataupun negatif. Sektor II
menggambarkan adegan kaum bangsawan dan
Panil 25
71
72
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
para pengiringnya (No.142, 146, 148, 151, 154)
dalam adegan-adegan latar depan, latar
raja sedang melakukan perjalanan (No.150),
tengah dan latar belakang.
raja di istananya (No.128,129,132,153,154) raja besar (cakravartti) (No.159)
Beberapa relief yang belum selesai dan masih kosong. Atas : Relief Karmmavibhangga panil no. 114, Tengah : Relief Karmmavibhangga panil no. 135, Bawah : Relief Karmmavibhangga panil no. 120
02. Semua adegan digambarkan dengan
kehidupan di
tampilan latar depan semua, sehingga
Kahyangan dan dunia dewa-dewa (No.143, 147,
berada dalam ruang depan yang paling
149, 155, 160). Tema Parinirvana tersebut
dekat dengan pengamat.
dipahatkan dalam panil-panil relief di sektor IV
03. Adegan-adegan relief digambarkan dalam
area timur laut kaki Candi Borobudur. Hal yang
tataran (stage) yang berbeda, umumnya
menarik adalah adanya kenyataan bahwa dalam
terdiri dari 3 tataran, yaitu (a) tataran paling
sistem Astadikpalaka Veda kuno, arah timur laut
rendah (tanah), (b) tataran agak tinggi
adalah arah terbaik, di arah tersebut dewa yang
(tanah yang lebih tinggi menyerupai batur,
menjaganya adalah Isana. Dalam
dan (c) tataran tertinggi berupa panggung,
perkembangan agama Hindu-Trimurti masa
rumah panggung atau bentuk lainnya yang
kemudian, Isana adalah epithet lain bagi Siva
digambarkan berkolong.
Mahadeva. Dengan demikian agaknya telah ada
Selanjutnya kajian ini membicarakan
kesejajaran antara konsep arah terbaik dan
perihal peringkat tataran yang terdapat dalam
dikeramatkan antara ajaran Veda dan Buddha,
satu panil. Tataran yang dimaksudkan dalam
yaitu arah timur laut.
telaah ini adalah alas atau media tempat duduk
Berdasarkan pengamatan terhadap
atau berdirinya figur-figur dalam relief, baik figur
penggambaran relief Karmmavibhangga dapat
manusia, hewan, ataupun kelompok dewata.
diketahui adanya beberapa ciri penggambaran
Misalnya yang terlihat pada panil relief No.1,
khusus, selain ciri yang telah umum dikenal
digambarkan bermacam orang sedang
seperti, (a) penggambaran figur tokoh naturalis,
mengerjakan sesuatu seakan-akan hendak
(b) berbentuk relief tinggi, (c) wajah tokoh
memperlihatkan bermacam mata pencaharian
menghadap ke pengamat, dan (d) terdapat
hidup yang dikenal pada waktu itu.
bidang yang dibiarkan kosong pada panil. Ciri
Digambarkan pada panil tersebut adanya orang
khusus itu antara lain:
mencari ikan, pedagang, pemain musik, kuli
01. Tidak terdapat penggambaran adegan
pengangkut barang, pemburu, dan ada pula
secara perspektif, dengan demikian tidak
orang yang berdiri menunjuk-nunjuk mungkin
terdapat efek perspektif yang tercermin
seorang mandor dan lainnya lagi. Seluruh
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
adegan itu digambarkan dalam satu tataran
Dalam adegan di Panil 3 digambarkan 3
saja, yaitu tataran paling rendah di tanah atau air.
adegan menolong orang yang melahirkan,
Pada panil tidak diperlihatkan adanya tataran
bukan adegan abortus provocatus. Panil ini
lain yang lebih tinggi dari permukaan tanah.
belum digarap dengan sempurna, terlihat di
Panil relief No.1:
bagian tepi panil sisi kanan, digambarkan orang-orang sedang menolong perempuan yang melahirkan. Hanya dua tataran saja yang digambarkan, yaitu adanya pria dan wanitawanita yang berdiri di permukaan tanah (di luar rumah), dan perempuan-perempuan yang menolong melahirkan serta perempuan yang
Panil selanjutnya adalah No.2
sedang ditolongnya digambarkan di tataran ke-
digambarkan 2 tataran, yaitu adanya pria-pria
2, mungkin bale-bale, penggarapan relief belum
yang sedang duduk di tanah, mengolah ikan, di
selesai.
dekatnya seseorang sedang menjaga tungku
Panil Relief No.3:
menyala dengan wadah di atasnya, dan ada pula sekelompok pria sedang duduk-duduk berbincang di bale-bale yang berkolong, di dekatnya terdapat keluarga yang duduk dalam rumah panggung menunggu seorang anak yang tidur terlentang mungkin sakit. Pada panil
Pada Panil relief No.6 digambarkan
ini digambarkan adanya 2 tataran, yaitu tanah
adanya 3 tataran, yaitu tataran terendah (tanah)
dan bale-bale/rumah panggung.
tempat duduk 2 pria di kolong bale dan tempat
Panil Relief No.2:
berdiri 2 perempuan yang berpakaian raya, di dekat mereka terdapat tataran ke-3 (tataran
Tataran 2
tertinggi dalam adegan Panil No.6) berupa balebale beratap berhias makara, di sana duduk pria dan perempuan berpakaian raya. Lalu tataran 2
ke-2 berupa batur tanah yang ditinggikan
1
1
sebagai tempat duduk sekelompok pria di tepi panil sisi kiri. Mereka seakan-akan sedang
Tataran 1
mendengarkan petuah dari seseorang pria
73
74
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
bersanggul berpakaian raya yang duduk di
Penggambaran menarik terdapat pada
batur balok batu yang agak sejajar dengan bale-
panil relief No.105, adegan pada panil itu
bale berhias (tataran ke-3).
memperlihatkan adanya 4 orang pertapa pria
Panil Relief No.6:
duduk bersila dengan sikap tangan dhyana. Mungkin yang dimaksudkan adalah 1 orang saja, jadi pertapa yang sama, namun digambarkan dalam kala waktu yang berbeda. Semuanya digambarkan duduk pada lapik yang terkesan empuk. Tataran yang digambarkan
Panil No.54 digambarkan adanya 3
tersebut sama, mungkin yang dimaksudkan
tataran, yaitu tanah tempat para pria duduk
tataran ke-2 atau ke-3, sebab si pertapa tidak
membawa nampan, bahkan ada pula yang
duduk langsung di tanah. Di bawah lapiknya
bersujud di depan tokoh perempuan yang
digambarkan terdapat binatang berkaki empat,
berdiri, dan ada beberapa yang berdiri sambil
dan di sekitar tubuh pertapa tersebut terdapat
membawa payung. Tataran ke-2 adalah batur
gambaran bermacam pohonan besar kecil.
tanah yang lebih tinggi tempat seseorang yang
Panil Relief No.105:
berpakaian raya duduk, di hadapannya duduk di tanah seseorang sedang menghadap sambil menyembah. Lalu tataran ke-3 berupa bale-bale berkaki dengan hiasan ukiran terletak di permukaan batur tanah. Di bale-bale itu duduk sekelompok orang yang berpakaian raya. Panil Relief No.54:
Panil relief dengan 4 tataran juga dijumpai dalam rangkaian relief Karmmavibhangga, terletak pada sektor IV di area timur laut, panil relief itu bernomor 132 dan 159. Pada panil No.159 digambarkan adegan raja besar beserta
3 2 1
1
para pengiringnya lengkap dengan hewan penanda kebesaran raja, yaitu Gajah dan Kuda.
Tataran 2 Tataran 3
Tataran pertama adalah permukaan tanah, digambarkan tempat orang-orang pria sedang
Tataran 1
duduk-duduk, dan terdapat pula 2 orang
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
perempuan yang sedang berdiri di samping
menunjukkan bahwa raja dan seluruh
kanan-kiri raja. Tataran ke-2 adalah batur dari
kerajaannya berada dalam napas Buddhisme.
tanah yang ditinggikan kemudian dilengkapi
Panil Relief No.159: Tataran 4
dengan lapik sebagai tempat duduk 2 orang perempuan di sisi kanan-kiri raja. Tataran ke-3
4
terletak di tengah, lebih tinggi dari tataran kedua, berupa batur luas tempat duduk 3 perempuan dan
seorang pria
bermahkota
(raja), kaki raja digambarkan terjulur ke bagian
1
3
2
1
1
Tataran 3
bawah lapik tataran ke-3. Satu tataran lagi adalah bentuk lapik padma yang melayang di
2
Tataran 1 Tataran 2
udara di bagian kanan sang raja, di permukaan
Adegan relief yang mengenal adanya 4
padmasana itu terdapat roda atau cakra yang
tataran memang hanya 2 panil saja selebihnya
digambarkan berdiri, simbol dari agama
kebanyakan terdiri dari 3 tataran. Dijumpai pula
Buddha. Pada panil relief No.132, tataran ke-4
adegan relief yang hanya menggambarkan 1
yang berupa bunga padma melayang di udara
atau 2 tataran, namun dalam jumlah terbatas.
berjumlah dua, dengan dua benda yang
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jumlah
berbeda berada di permukaannya, satu
yang umum diikuti dalam penggambaran
roda/cakra dan yang lainnya ditempati bentuk
adegan pada relief Karmmavibangga adalah 3
stupa. Telah diketahui secara umum bahwa
tataran. Panil Relief No.112 berikut
kedua benda tersebut sebenarnya
sebagaimana
berhubungan dengan agama Buddha, sebab
Karmmavibhangga terdiri juga atas 3 tataran,
cakra adalah simbol dharma atau ajaran
yaitu tanah tempat duduk beberapa orang, ada
Buddha, adapun stupa adalah simbol agama
yang duduk di bawah pohon dan ada pula
Buddha secara umum. Kedua panil No.132 dan
yang duduk di kolong bale-bale berhias,
159 sebenarnya menggambarkan adegan di
digambarkan pula ada dua orang berjanggut
istana kerajaan dengan raja besar penguasa
yang sedang berdiri di tanah. Tataran kedua
dunia, duduk di tengah adegan, dengan
adalah alas duduk yang berupa peti sedang
adanya kedua simbol Buddha yang
diduduki seseorang berjanggut menghadap ke
digambarkan dalam tataran ke-4, maka
samping. Adapun tataran ke-3 terdapat di
umumnya
panil
75
76
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
bagian tepi panil yang berupa bale atau pun
untuk melengkapi penggambaran tiap adegan.
pondok panggung, di bale dan pondok tersebut
Beberapa hal yang dapat dikemukakan setelah
diduduki masing-masing oleh sepasang pria-
melakukan tinjauan terhadap perbedaan tataran
wanita yang sedang berinteraksi dengan orang-
relief antara lain sebagai berikut:
orang yang berada di hadapan mereka dalam
01. Tataran paling rendah atau tanah (pertama)
tataran yang lebih rendah. Di bagian tengah
dipergunakan untuk figur-figur orang
panil terdapat bale-bale rendah berkolong, jika
kebanyakan atau untuk tataran bagi
diperhatikan ketinggiannya sama dengan kotak
suasana yang umum dalam kegiatan
kayu tataran ke-2, namun tokoh-tokoh yang
sehari-hari, seperti menari, berjalan,
duduk di bale tengah itu mempunyai alas duduk
bermain musik, mengganggu orang,
tinggi yang terkesan empuk seperti bantal atau
menjaga kebun, berburu hewan, dan lain-
guling yang besar, dengan demikian posisi
lain.
ketinggian duduk tokoh-tokoh di bale tengah
02. Tataran menengah (ke-2) berbentuk tanah
sebenarnya sama dan sejajar dengan
yang ditinggikan dari danah sekitarnya,
ketinggian pondok berkolong tataran ke-3.
batur masif yang terkesan dari balok batu,
Panil Relief No.112
kotak kayu, dan bentuk lainnya. Tataran ini dipergunakan sebagai tempat berdiri atau duduk tokoh-tokoh dari kalangan menengah seperti orang tua, perempuan pada umumnya, kepala desa, kaum agamawan di desa, pejabat di bawah raja, dan lain-lain.
IV
03. Tataran ke-3 berbentuk bale atau panggung yang dihias atau batur masif yang dihias
Adanya perbedaan penggambaran
dan dilengkapi bantal dan guling yang
tataran dalam adegan relief Karmmavibhangga
terkesan empuk. Tataran tersebut
di kaki Candi Borobudur, pada dasarnya
digunakan untuk duduk-duduk mereka
memang disengaja oleh para pemahatnya
yang berpakaian indah, berbusana lengkap
dahulu. Perbedaan tataran tersebut terasa
kain dengan lipatan, mengenakan
cukup menyolok dan dibuat secara konsisten
mahkota, gelang, kalung, sangat mungkin
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
mereka dari kalangan kaum bangsawan,
kahyangan yang digambarkan melayang di
keluarga raja, penguasa di wilayah tertentu,
udara sebagaimana yang dipahatkan
serta raja agung cakravarttin.
dalam rangkaian relief Lalitavistara.
Demikianlah semua adegan yang dipahatkan
dalam
02. F i g u r p e r e m p u a n s a n g a t j a r a n g
panil-panil
digambarkan duduk di permukaan tanah
Karmmavibhangga Candi Borobudur hampir
atau yang bersimpuh, beberapa panil yang
semuanya menggambarkan adegan sehari-hari
menggambarkan perempuan sedang
di alam manusia. Dalam penggambaran
duduk atau bersimpuh antara lain pada
aktivitas tokoh-tokohnya adegan-adegan itu
panil relief No.28, 68, 100,129, 132, dan 154,
terbagi dalam 3 tataran yang berbeda. Adegan
umumnya perempuan kaum perempuan
yang menggambarkan alam supernatural
bangsawan yang duduk di lingkungan
terlihat dalam suasana di surga dan neraka.
istana atau suasana di surgawi.
Adegan di surgawi ditandai dengan adanya
03. B e l u m m e n g e n a l e f e k p e r s p e k t i f
penggambaran pohon Kalpataru yang di
sebagaimana yang dikenal dalam
bawahnya terdapat sepasang Kinnara, dan
penggambaran relief-relief candi Jawa
tokoh-tokoh yang berpakaian lengkap mungkin
Timur. Misalnya pada panil No.147, terdapat
menggambarkan dewa-dewa karena di bagian
penggambaran kolam penuh dengan
belakang kepalanya terdapat lingkaran
bunga teratai di dekat bangunan candi.
sirascakra. Dalam pada itu adegan di neraka
Kolam itu digambarkan vertikal, sehingga
ditandai dengan suasana penyiksaan seperti
tidak mengesankan kolam, kolam itu harus
orang-orang yang sedang direbus, berjalan di
dipandang dari atas secara vertikal, jadi
permukaan yang penuh pedang tajam, lidahnya
tidak ada penggambaran secara perspektif.
ditusuk tombak, orang-orang yang dilemparkan
Kajian ini masih merupakan tinjauan awal
ke dalam bangunan yang terbakar api, orang-
untuk telaah lanjutan tentang aktivitas sehari-
orang yang dibacok dengan pedang, orang
hari masyarakat Jawa Kuno dalam zaman
diinjak-injak gajah, dan lain-lain.
Borobudur yang digambarkan dalam bentuk
Beberapa pemahaman lainnya yang diperoleh
relief. Adegan sehari-hari yang dapat
dari penggambaran relief Karmmavibhangga
diidentifikasikan sekarang, didasarkan kepada
adalah:
kenyataan masih adanya kegiatan seperti yang
01. Tidak ada penggambaran makhluk
digambarkan dalam relief pada kehidupan
Panil No. 89
Panil No. 100
Panil No.147
77
78
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
keseharian masyarakat Jawa dewasa ini. Adegan yang dapat diidentifikasikan itu ternyata hanya sedikit saja, masih banyak adegan relief yang justru belum dapat diartikan, hal itulah yang menjadi bahan kajian tentang relief Karmmavibangga di masa mendatang. DAFTAR PUSTAKA ----------------. 1975. Ageless Borobudur : Buddhist Mystery in Stone Decay and Restoration, Mendut and Pawon, Folklife in Ancient Java. Arnhem : Prins Bernhardfonds. ----------------. 1986. The Temples of Java. Oxford : Oxford University Press. ----------------. 1988. The Reliefs and The Buddhist Texts, dalam Achadiati Ikram (ed), Bunga Rampai Bahasa, Sastra, dan Budaya. Jakarta : Intermasa, hlm. 277—302. Adi, Siswoyo. 1992. Isi dari Tiga Lapis Dunia [The Content of the World's Three Levels], dalam Rahasia di Kaki Borobudur [The Hidden Foot of Borobudur]. Jakarta : Katalis, hlm. 39—50. Anom, I.G.N. 2000. Candi Borobudur Sekilas Pintas, dalam Simposium Sehari Rahasia di Balik Keagungan Borobudur. Jakarta : Dhammasena Trisakti, hlm. 23—30.
Relief Karmmavibhangga yang dibuka untuk didokumentasikan (akhir abad 19)
Bernet Kempers, A.J. & R. Soekmono. 1974. Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur. Seri Peninggalan Purbakala II. BandungJakarta : Ganaco N.V.
Bernet Kempers, A.J. 1959. Ancient Indonesian Art. Amsterdam : C.P.J.van der Peet. Coomaraswamy, Ananda K. 1985. History of Indian and Indonesian Art. New York : Dover Publications Inc. Dumarcay, J. 1983. Borobudur. Oxford in Asia Paperbacks. Kuala Lumpur : Oxford University Press. Joesoef, Daoed. 2004. Borobudur. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Magetsari, Noerhadi. 2000. Candi Borobudur Ditinjau dari Sudut Buddhologi, dalam Simposium Sehari Rahasia di Balik Keagungan Borobudur. Jakarta : Dhammasena Trisakti, hlm. 31—47. Miksic, John. 1996. Borobudur : Golden Tales of the Buddhas. Hongkong : Periplus Editions. Munandar, Agus Aris. 1987. Sumber Acuan yang Belum Jelas, dalam Karmawibhangga Candi Borobudur : Gambaran Masyarakat Jawa Abad ke-9. Katalogus Pameran di Bentara Budaya Jakarta, tanggal 6—13 Juli. Rangkuti, Nurhadi. 1992. Jawa dan India Bertemu di Batu Candi [Java and India Meet at the Temple Stones], dalam Rahasia di Kaki Borobudur [The Hidden Foot of Borobudur]. Jakarta : Katalis, hlm. 81—112. Soekmono, R. 1981. Candi Borobudur: Pusaka Budaya Umat Manusia. Jakarta: Pustaka Jaya.
Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur
BIODATA PENULIS Prof. Dr. Agus Aris Munandar M.Hum, lahir di Indramayu kota kabupaten di utara Jawa Barat pada tanggal 13 Juli 1959. Setelah lulus SMA pada tahun 1978 melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta. Hanya setahun berkuliah di sana, pada tahun 1979 mendaftarkan diri sebagai mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Setelah kuliah 1 tahun di Jurusan Sejarah FSUI, lalu pindah jurusan Arkeologi hingga lulus tahun 1984, menjadi Sarjana Sastra Universitas Indonesia bidang Arkeologi Indonesia Tahun 1990 lulus pendidikan S2 pada Program Studi Arkeologi, Fakultas Pascasarjana Universitas dan tahun 1999 lulus pendidikan S3 pada program Studi Arkeologi, Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dengan judicium cum claude. Disertasi yang disusun berjudul "Pelebahan: Upaya Pemberian Makna pada Puri-puri Balai Abad ke-14--19 M".
Relief Karmmavibhangga panil no. 22
79