Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Try Susanti, Adaptasi …
ADAPTASI PERILAKU BERANG-BERANG SUMATRA (Lutra sumatrana) (Dalam Perspektif Pembelajaran Ekologi)
memiliki selaput renang yang penuh dengan cakar yang berkembang baik. Bagian atas tubuh berwarna coklat tua, bagian bawah agak pucat dengan dagu dan bibir bagian atas berwarna pucat terang. Seluruh rhinariumnya tertutupi oleh rambut yang pendek dan berwarna gelap. Hasil analisa DNA menyatakan jenis ini merupakan jenis tersendiri yang sebelumnya beberapa ahli mempertimbangkan sebagai anak jenis dari L. lutra. Jenis ini dianggap telah punah pada tahun 1998, namun saat ini beberapa populasi masih ditemukan (IUCN, 2006). Satu bentuk adaptasi fungsional dan perilaku adalah strategi reproduksi yaitu kemampuan meningkatkan peluang untuk pembuahan dan meningkatkan kelangsungan hidup keturunannya. Dalam kingdom animalia ada beberapa strategi reproduksi antara lain: dari tipe reproduksi seksual dan aseksual, fertilasasi ekternal dan internal, system perkawinan monogamy, poligami, jumlah keturunan banyak keturunan dan sedikit keturunan (r-selected & kselected), tempat perkembangan dan sumber nutrisi bagi embrio (ovipar, ovovivipar, vivipar), pengasuhan anak (tidak ada, orangtua tua tunggal, kedua orang tua, keluarga). Disamping itu mekanisme feeding atau proses dimana organisme khususnya hewan membutuhkan makanan yang bertujuan memperoleh bahan atau materi serta pengumpulan atau perolehan energi untuk efektivitas hidupnya juga merupakan bantuk dari adaptasi perilaku.
Try Susanti Abstrak Lutra sumatrana dari suku musang-musangan (Mustelidae) merupakan berang-berang berukuran sedang, dengan panjang sekitar 1,3 m dan berat sekitar 7 kg. Jari memiliki selaput renang yang penuh dengan cakar, banyak rambut kaku disekitar hidung dan moncong, yang sensitif terhadap turbulensi air. Dibedakan dengan Mustelidae lainnya dari kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk hidup di dalam air dengan kaki yang memiliki selaput renang, ekor yang tebal dan rambut yang tebal. Perilaku makan Berang-berang bergantung kepada temperature lingkungannya. Diperairan sedingin 100C (500F), seekor berang-berang memerlukan sekitar 100 gram ikan perjam agar tetap bertahan hidup dan menghabiskan hingga 5-8 jam perhari untuk berburu mangsanya, L. sumatrana, hanya betina alfa yang berkembang biak, tingkah laku seksual muncul pada umur 18 bulan, namun umumnya sukses kawin terjadi pada umur 2,1 tahun untuk betina dan 2,8 tahun untuk jantan. Siklus estrus setiap 24-30, selama 3 hari dan dapat melahirkan sepanjang tahun. Proses perkawinan terjadi di dalam air. Lama kehamilan 60-64 hari, dengan jumlah anak 2-7. Betina membuat sarang dari rumput 2 minggu sebelum melahirkan. Setelah lahir, anak akan dipelihara oleh kedua orang tuanya, namun Jantan lebih banyak bertugas menjaga dan merawat sarang, sedangkan betina menelisik dan melatih anak. Kata Kunci : Berang-Berang Sumatra, Strategi Feeding, Strategi Reproduksi, A. PENDAHULUAN Adaptasi Perilaku adalah proses penyesuaian diri pada makhluk hidup terhadap perubahan yang terjadi dilingkungannya dalam tindakan atau aksi. Hal itu merupakan kegiatan yang diarahkan dari luar dan tidak mencakup banyak perubahan didalam tubuh yang secara tetap terjadi pada makhluk hidup (Suhara, 2010). Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam, misalnya hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya setelah memperoleh makanan. Lutra sumatrana merupakan berang-berang berukuran sedang, dengan panjang sekitar 1,3 m dan berat sekitar 7 kg. Jari 1
B. ADAPTASI PERILAKU 1. Deskripsi Berang-berang Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Carnivora Subordo : Carniformia Famili : Mustelidae Subfamili : Lutrinae Spesies : Lutra sumatrana (sumber : Myers et al, 2008) Berang-berang (Lutrinae) merupakan anggota dari suku musang-musangan (Mustelidae) yang mampu beradaptasi beraktifitas di dalam air. Tubuh ditutupi oleh rambut yang kedap air, tungkai pendek dan jari memiliki selaput renang. Kaki depan lebih pendek dari kaki belakang, ekor tertutup rambut, tebal pada bagian pangkal dan meruncing ke ujung, bagian bawah ekor pipih, dan pada beberapa jenis bagian atas ekor juga pipih. Terdapat banyak rambut kaku disekitar hidung dan moncong, yang sensitif terhadap turbulensi air yang digunakan untuk 2
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Try Susanti, Adaptasi …
mencari mangsa. Memiliki telinga kecil dan bulat. Telinga dan nostril dapat menutup ketika di dalam air. Kebanyakan memiliki cakar kecuali pada beberapa jenis. (Macdonald, 1984). Berangberang memiliki tubuh yang panjang dan ramping. Dibedakan dengan Mustelidae lainnya dari kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk hidup di dalam air dengan kaki yang memiliki selaput renang, ekor yang tebal dan rambut yang tebal. Berang-berang (Lutrinae) hampir tersebar di seluruh dunia kecuali pada daerah Australasia (Corbet dan Hill, 1992). Penyebarannya lebih dipengaruhi oleh tersedianya makanan yang cukup, air tawar dan vegetasi di sekitarnya untuk beristirahat, grooming dan membuat sarang (IUCN, 2007b). Berang-berang utara (L. lutra) merupakan jenis berang-berang yang memiliki penyebaran paling luas, dari Eurasia sampai ke lingkaran Artika, dari Irlandia sampai ke Kamchatka, dan ke selatan sampai ke Afrika Utara, Sri Lanka dan Indonesia. (IUCN, 2007b).
jam pada suatu tempat (pohon), tetapi aktivitas makannya berlangsung singkat (Galdikas 1984). Dilihat dari cara mendapatkan makannya, hewan dapat dibagi menjadi: a. Berburu secara aktif. Pada umumnya anggota carnivora mendapatkan mangsanya dengan jebakan atau mengalahkan mangsanyan atau keduanya. Predator harus dapat berbuat licik dengan memperdaya dan mengakali mangsanya untuk dapat bertahan hidup. Karena itu umumnya hewan predator (carnivora) lebih cerdik dibandingkan dengan hewan herbivora. Contohnya: Serigala selalu dapat menangkap mangasanya (kelinci, musang ataupun tikus). Walau demikian singa dan harimau kemungkinan berhasil menangkap mangsanya hanya 5-10%, tetapi sejenis anjing dari afrika dapat menangkap mangsanya sampai 85%. Sejenis tikus di gurun pasir di AS, predatornya adalah burung hantu dan ular tanah. Burung hantu mempunyai pendengaran dan penglihatan yang peka, sedangakn ular tanah mendeteksi mangsanya denagn kepekaan organ jacobsonnya. Tetapi tikus gurun tersebut mempunyai pendengaran yang sangat peka, sehingga dapat mendengar kepakan sayap burung hantu ataupun gesekan ular tanah. Sehingga sebagian besar predator gagal mendapatkan mangasanya. b. Berburu secara pasif Hewan yang memburu mangsanya secara pasif antara lain katak. Katak akan menunggu mangasanya yaitu serangga yang lewat baru kemudian ditangkap. Bedanya antara katak dengan serigala kalau serigala melihat kelinci respon yang dilihat mata terus dibawa ke otak untuk terus diproses bagaimana caranya menangkap mangsanya. Tetapi pada katak, respon yang ada hanya diproses di retina mata tidak dibawa ke otak. c. Makan dengan ribut Ikan hiu waktu memakan mangsanya, karena darah mangsanya bercampur dengan air maka akan mengundang hiu yang lain untuk datang dan ikut merebut mangsa. Sehingga suasananya menjadi ribut. Sedangkan pada musang karena mangsanya tidak langsung mati maka akan membuat gaduh dan ayam masih ribut terus itu dilarikan musang. d. Parasitisme Pada predator, hewan membunuh baru kemudian memakan mangsanya. Tetapi ada juga yang membunuh sambil memakan atau membunuh secara tidak langsung yaitu
2. Feeding Strategi Mekanisme (feeding) adalah suatu proses dimana organisme khususnya hewan membutuhkan makanan yang bertujuan untuk memperoleh bahan atau materi dan pengumpulan atau perolehan energi. Dengan makanan yang diperolehnya suatu hewan akan memperoleh energi untuk efektivitas hidupnya. Sedangkan pencarian makan (foraging) adalah suatu usaha organisme dalam memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya. Mencari makan memiliki keuntungan dan kesulitan. Keuntungannya adalah mengumpulkan materi dan energi, yang dapat digunakan dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi. Kerugian atau kesulitan hewan dalam mencari makan yang seringkali di alami dalam mencari makan harus mengetahui akan potensi dirinya untuk predator dan banyak menghabiskan waktu untuk mencari makan serta tidak tersedia untuk kegiatan lainnya, termasuk reproduksi. Seleksi alam harus mendukung perilaku mencari makan yang memaksimalkan perbedaan antara keuntungan dan kesulitan mereka dalam mencari makan. Aktivitas makan ialah perilaku yang terjadi dari seekor hewan sasaran untuk menggapai, mengolah, mengekstrasi (menghasilkan), memegang-megang, mengunyah dan menelan makanan pada suatu sumber makanan (misalnya: pohon, tanaman, serangga). Lamanya aktivitas makan ini sangat berkaitan dengan tersedianya makan pada suatu sumber. Kadang-kadang seekor hewan melewatkan waktunya berjam3
4
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Try Susanti, Adaptasi …
organisme tersebut hidup di alam atau pada organisme lain serta mendapatkan makanan darinya. Selain perilaku makan, umumnya hewan juga butuh minum. Bila makan dipakai untuk membangun tubuhnya (sumber tenaga), maka minum adalah untuk mengganti cairan tubuh yang hilang atau rusak untuk proses yang terjadi di dalam tubuh. Hewan ada yang mendapatkan minum secara langsung, tetapi ada yang mendapatkan minum sudah bercampur dengan makanannya. Hewan mencari makan dengan berbagai cara. Beberapa hewan merupakan tipe generalis (umum) dan yang lainnya adalah tipe spesialis (khusus). Contoh paling nyata dari tipe generalis adalah burung camar yang mana dia makan makanan yang ketersediaannya tetap (baik hewan maupun tumbuhan, baik hidup atau mati). Di lain pihak, koala adalah contoh dari tipe spesialis yang makannya hanya berupa spesies tertentu dari pohon eucalyptus. Kebanyakan hewan terletak di antara tipe generalis dan tipe spesialis. Contohnnya adalah impalas yang merupakan pemakan rumput dan pemakan semak. Apabila rumput melimpa maka impalas akan makan rumput, akan tetapi dia juga dapat memakan semak-semak bahkan daun kering serta herba. Keberhasilan dari impalas dari pada daerah yang berhubungan dengan adaptasi mereka terhadap pencarian dan perburuan makanan. Di lain pihak, koala hanya mempunyai daerah dengan pohon eucalyptus yang terbatas sehingga jika habitatnya hilang maka akan mengalami kepunahan. Karnivora mempunyai 2 cara khusus dalam mendapatkan makanan, yaitu: 1. Strategi duduk dan menunggu Predator atau pemangsa duduk dan menunggu di suatu tempat sampai mangsa datang dan selanjutnya menerkam mangsanya. 2. Strategi berburu dan menyebar luas. Predator secara aktif mencari mangsanya Dengan jelas terlihat bahwa strategi ke-2 pasti memerlukan pengeluaran energi yang lebih besar dari pada strategi yang pertama. Keberhasilan pada strategi duduk dan menunggu biasanya tergantung pada beberapa kondisi tertentu yaitu tingginya kepadatan mangsa, tingginya perpindahan mangsa dan atau rendahnya kebutuhan energi predator atau pemangsa. Sedangkan keberhasilan strategi berburu dengan menyebar luas juga dipengaruhi oleh kepadatan dan pergerakan mangsa dan energi yang dibutuhkan oleh predator, 5
namun distribusi dari mangsa dan kemampuan mencari dianggap yang terpenting. 3. Strategi Feeding Berang-berang Banyak jenis berang-berang yang menghuni perairan yang dingin, dan arena itu memiliki laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga tubuhnya tetap hangat. Berang-berang pantai memerlukan makanan hingga 15% bobot tubuhnya setiap hari, sementara kebutuhan berang-berang laut berkisar antara 2025% bergantung kepada temperature lingkungannya. Diperairan sedingin 100C (500F), seekor berang-berang memerlukan sekitar 100 gram ikan perjam agar tetap bertahan hidup. Kebanyakan jenis berang-berang menghabiskan hingga 5 jam perhari untuk berburu mangsanya, dan induk berang-berang yang tengah mengasuh anaknya memerlukan waktu yang lebih banyak, hingga 8 jam sehari. Ikan merupakan makanan utama bagi kebanyakan berangberang. Sebagai selingan, berang-berang tertentu pandai membuka cangkang kerang untuk memangsanya, sementara jenis lainnya cukup tangkas untuk menangkap mamalia kecil atau burung di habitatnya. ketergantungan kepada mangsa ini menyebabkan berang-berang rawan terhadap menurunan populasi mangsa. Berang-berang merupakan hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya diperairan atau didasar sungai, danau, dan laut. kebanyakan jenis berang-berang hidup dan tinggal di dekat air, masuk ke air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut menghabiskan sebagain besar hidupnya di laut. Berang-berang merupakan binatang yang senang berain, tidak jarang mereka beraktifitas hanya untuk bersenang-senang saja seperti berseluncur di permukaan air. Berbeda spesies, berang-berang berbeda pula struktur social mereka, sebagian ada yang hidup soliter dan sebagain besar ada yang hidup berkelompok. 4. Kebiasaan makan berang-berang dan komposisi makan di penangkaran Berang-berang merupakan hewan karnivora dan dialam liar akan memakan berbagai macam makanan termasuk krustacea, molusca, katak, iakn dan burung kecil dan kadang-kadang gurita. Hewan ini memiliki kecepatan metabolic yang tinggi, dengan pencernaan yang cepat kira-kira satu sampai dua jam dari mulut 6
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
sampai menjadi kotoran (waktu tergantung dari jenis makanan yang dimakan). Kecepatan metabolic yang tinggi dan kebutuhan energy ini mengharuskan berang-berang untuk mengkonsumsi kira-kira 20% dari berat tubuhnya perhari. Dialam berang-berang menghabiskan 40%-60% waktunya untuk mencari makan, dalam sesi selama dua sampai tiga hari. Di dalam penangkaran, berang-berang harus diatur diberi makan paling kurang dua kali perhari, dengan tambahan dua atau tiga makanan tambahan (yaitu makanan yang disebarkan atau makanan dalam keadaan hidup seingga membutuhkan usaha untuk mendapatkan makananya). Pada penagkaran, makan berang-berang yang diberikan oleh institusi yang satu dengan yang lain berbeda-beda,dan tidak ada diet yang sempurna untuk hean ini. Jenis makanan yang ditawarkan haruslah dalam keadaan segar, atau disimpan didalam freezer yang diformulasikan untuk menyediakan makanan dengan nutrisi yang seimbang. Waktu makan seharusnya bervariasi untuk mencegah kebiasaan makanan berang-berang pada waktu tertentu. Kebiasaan ini akan menjadi tingkah laku stereotip, penyerangan intra kelompok, dan sikap meminta-minta ketika mendekati waktu makan. Jika hal ini tidak bisa dilakukan degan alasan operasional, misalnya selalu dilakukan pada jam 15.30, maka menjadi penting untuk selalu tepat waktu, sehingga berangberang tahu bahwa makanan akan datang tepat waktu sehingga mengurangi stress berang-berang. Makanan yang disebarkan : makanan ini digunakan sebagai makanan tambahan seharian Larva atau ulat, keong, cacing tanah, jangkrik, udang, moluska, kerang-kerangan, anggur, kismis, apel, kacangkacangan yang tidak asin seperti kacang tanah (tidak lebih dari 3 sampai 4 butir per ekor perminggu). telur mentah atau rebus sdapat digunakan sebagai media untuk obat berang-berang. makanan disembunyikan dibawah batu, dibatang kayu, dan lainnya untuk memberikan semangat agar selalu mencari makan dan aktif. tingkah laku alami ini akan menjadi tontonan yang menarik bagi pengunjung. Makanan sebar ini harus diberikan paling kurang dua kali perhari dengan waktu yang bervariasi untuk mencegah terbentuknya kebiasaan. Kuantitas Makanan Sebagai panduan kesehatan, berang-berang membutuhkan makanan kira-kira 350 gr total perhari. Atau mencapai 20% berat badan. Kebutuhan harian mungkin bervariasi tergantung pada karakteristik berikut: 7
Try Susanti, Adaptasi …
a. Umur berang-nerang yang lebih muda (sampai umur 1 tahun) membutuhkan makanan yang lebih banyak dari yang lebih tua b. Jenis kelamin : beberapa berang-berang jantan berukuran sedikit lebih besar dan membutuhkan banyak makanan c. kehamilan/ menyusui : betina hamil atau menyusui membutuhkan sebanyak mungkin makanan. pada umumnya membutuhkan paling kurang 20% lebih banyak dari biasanya. d. suhu perubahan lingkungan dan musim akan mempengaruhi kebutuhan berang-berang. Lokasi makan, jika memungkinkan pembarian makanan dilakukan pada tempat yang berbeda dikandang dan dengan wadah terpisah untuk masing-masing hewan. pemisahan mangkok makanan ini akan mempermudah dalam mengobati hewan tertentu. ini merupakan hal yang baiksehingga dapat mengawasi dan memastikan semua berang-berang dominan, sehingga beberapa individu hanya makan dan bisa menimbulkan masalah kesehatan C. Strategi Reproduktif Berang-Berang Tujuan utama dari setiap spesies berkembangbiak adalah untuk menghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak, yang disebut dengan reproduksi. Reproduksi a seksual adalah reproduksi tingkat rendah dan hanya melibatkan satu individu. Sedangkan reproduksi seksual reproduksi yang melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina danmembutuhkan usaha reproduksi yang tinggi. Hal ini karena: harus menemukan satu sama lain, persaingan untuk pasangan, Reproduksi harus tepat dikoordinasikan, perawatan dilakukan untuk anaknya. strategi reproduksi yang unik telah dikembangkan untuk memastikan keberhasilan reproduksi maksimum. Hewan tidak dapat dengan mudah melakukan kopulasi dengan pasangannya karena sebagian spesies dalam menemukan pasangan potensialnya harus melalui serangkaian proses yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi yang dinamakan proses percumbuan. Perilaku kompleks dan unik ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama dan dari jenis kelamin yang berbeda serta keduanya berada dalam kondisi fisiologis yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada beberapa spesies, percumbuan juga memainkan peranan penting dalam memperbolehkan satu atau kedua jenis kelamin untuk memilih pasangan kawin dari beberapa calon (Desniwati, 2012). 8
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
L. sumatrana ini bersifat monogami, dalam kelompok, hanya betina alfa yang berkembang biak. Pada penangkaran, tingkah laku seksual telah muncul pada umur 18 bulan, namun umumnya sukses kawin terjadi pada umur 2,1 untuk betina tahun dan 2,8 tahun untuk jantan. Siklus estrus setiap 24-30, selama 3 hari dan dapat melahirkan sepanjang tahun. Tanda estrus adalah peningkatan tingkah laku berguling dan menandai daerah. Proses perkawinan terjadi di dalam air dan juga teramati di darat. Lama mengandung 60-64 hari, dengan jumlah anak 2-7. Betina membuat sarang dari rumput 2 minggu sebelum melahirkan. Setelah lahir, anak akan dipelihara oleh kedua orang tuanya. Jantan lebih banyak bertugas menjaga dan merawat sarang, sedangkan betina menelisik dan melatih yang muda. Anak yang lebih tua juga ikut memelihara adiknya. Anak muncul dari sarang setelah 7 minggu, dan belajar berenang setelah 9 minggu. Dalam penangkaran, jenis ini dapat hidup sampai umur sekitar 11 tahun. Masa hamil berang-berang laut adalah 4-9 bulan. Kelahiran biasanya terjadi di dalam air dan menghasilkan seekor anak (1,4-2,3 kg). Kemungkinan lahirnya bayi kembar sangat kecil (2%), dan biasanya hanya 1 yang mampu bertahan. Kelahiran terjadi sepanjang tahun, dengan puncaknya antara bulan Mei dan Juni pada populasi Utara dan antara Januari dan Maret pada populasi Selatan. Tidak seperti banyak mamalia, berang-berang laut terlahir dengan mata terbuka. Bayi yang baru lahir dilengkapi dengan 10 gigi dan mantel bulu tebal yang langsung bisa dipakai mengapung. Bulu ini secara bertahap akan digantikan oleh bulu dewasa setelah sekitar 13 minggu. Sama seperti mamalia laut lainnya, air susu berang-berang laut kaya lemak. Induk betina biasanya menggendong bayi mereka sembari mengapung di air. Saat mencari makan, induk akan meninggalkan anaknya mengambang diatas air dan dibungkus rumput laut agar tidak hanyut. Induk betina akan memelihara bayi hingga 4-12 bulan. Berang-berang remaja biasanya mandiri saat umur 6-8 bulan. Saat kawin, jantan menggigit hidung betina, sering berdarah dan bekas luka itu. Berang-berang laut adalah pelaku poligini: jantan memiliki pasangan betina ganda. Namun, sementara pasanganikatan terjadi selama beberapa hari antara betina di estrus dan pasangannya.Perkawinan biasana terjadi di air dan jantan menggigit moncong betina yang sering meninggalkan bekas luka di hidung dan kadang-kadang memegang kepalanya di bawah air. Perawatan bertahan selama enam sampai delapan bulan pada populasi California dan empat sampai dua belas bulan di Alaska, dengan induk mulai menawarkan potongan mangsa pada 9
Try Susanti, Adaptasi …
satu hingga dua bulan.Susu dari dua sebuah berang-berang laut puting perut kaya lemak dan lebih mirip dengan susu dari mamalia laut selain dengan yang Mustelid lainnya. Betina melakukan semua pekerjaan untuk memberi makan dan membesarkan bayi, dan kadang-kadang telah diamati merawat bayi yatim. Banyak telah ditulis tentang tingkat pengabdian induk berangberang laut untuk bayi anjing mereka -. Induk memberi bayinya perhatian hampir konstan, menggendong di dadanya menjauh dari air dingin dan penuh perhatian perawatan bulu nya Ketika mencari makan, dia meninggalkan mengambang pup nya di atas air, kadangkadang dibungkus rumput laut agar tidak hanyut.jika bayi anjing tidak tidur atau menangis keras sampai dia kembali Induk telah dikenal untuk membawa anjing mereka untuk hari setelah kematian bayi anjing itu .
Gambar 1. (a) Berang-berang sedang makan, (b) Berang-berang sedang mengapung dengan anaknya DAFTAR PUSTAKA
Aadrean, Novarino, W., and Jabang. 2011. A record of small clawed otters (Aonyx cinereus) foraging on an invasive pest species, golden-apple snail (Pomacea canaliculata) in a West Sumatra Rice field. IUCN Otter Spec. Group Bull. 28(1):3438. Aadrean. 2009. Identifikasi Jejek dan tanda-tanda keberadaan berangberang (Lutrinae) di area persawahan kecamatan lubuh along kabuapaten Pariaman. Skripsi Universitas Andalas. Carol. 2010. Ringkasan Panduan pemeliharaan berang-berang cakar kecil di dalam penangkarang. 3-7 Corbet, G. B dan J. E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region, A 10
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Try Susanti, Adaptasi …
Systematic Review. Natural History Museum Publications. Oxford University Press. New York
PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Francis, C. M. 2008. A Field Guide To The Mammals of Thailand and South East
Suraida Abstrak Lingkungan bagi manusia merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupannya. Sikap dan perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Hilangnya daya dukung lingkungan terhadap kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini bermakna pula punahnya kehidupan di jagat raya ini. Untuk menghindari hal tersebut kita harus memaksimalkan sarana yang dianggap paling efektif adalah dengan “Pendidikan Berwawasan Lingkungan”. Pendidikan berwawasan lingkungan ini tentunya secara tidak langsung sudah terdapat di dalam kurikulum atau materi di sekolah dasar salah satunya dalam pembelajaran bidang studi IPA khususnya Biologi. Namun, dalam pelaksanaannya masih dirasa kurang karena permasalahan bencana tidak semata-mata hanya karena proses alam saja. Juga, diakibatkan dari pengaruh akhlak dari anak-anak bangsa, oleh karena itu sangat diperlukan keterpaduan dalam pendidikan berwawasan lingkungan ini. Sehingga, pendidikan berwawasan lingkungan bisa diintegrasikan masuk juga dalam pelajaran yang lain di luar IPA. Pendidikan lingkungan sejak dini mutlak harus didapatkan oleh anak, agar anak memiliki wawasan lingkungan yang lebih luas hingga dewasa dan diharapkan dapat lebih peduli terhadap lingkungan di daerahnya dan tentunya siap menghadapi bencana akibat lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan merupakan pendidikan yang berlangsung seumur hidup yang tak mengenal batas ruang dan waktu.
Asia. New Holland Publishers (UK) Ltd. Bangkok Hussain, S. A. 2004a. Lutra sumatrana. In: IUCN 2007. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org. 2 Agustus 2008. IUCN. 2006. Lutra sumatrana (Gray, 1865), the Hairy-Nosed Otter. http://www.otterspecialistgroup.org/Species/Lutra_sumatrana. html. 2 Agustus 2008.
Kata Kunci : lingkungan, pendidikan berwawasan lingkungan. A. Pendahuluan Lingkungan bagi manusia merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupannya. Lingkungan ini bukan saja sebagai tempat manusia hidup, tetapi juga berperan dalam mendukung berbagai aktivitas manusia. Sikap dan perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Sebaliknya, bagaimana manusia memperlakukan lingkungan dampaknya akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia itu sendiri (Hamzah, 2013). Kita harus menyadari bahwa hubungan manusia 11
12