PERILAKU DAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF BEHAVIORISME Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikologi Dosen Pengampu: Baidi Bukhori, S. Ag., M. Si.
Disusun Oleh : Muhlisaturrohmah
(1601016054)
Mukoyimah
(1601016060)
Laila Shoimatu N. R.
(1601016061)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016
I. PENDAHULUAN Kekuatan kedua yang memiliki pengaruh besar terhadap ilmu psikologi adalah behaviorisme. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam behaviorisme sangat berbeda dengan aliran sebelumnya (psikoanalisis). Berbeda dengan psikoanalisis yang menekankan pada kehidupan intrapsikis dan ketidaksadaran, maka behaviorisme sangat menekankan perilaku yang terlihat dan dapat diukur. Bagi para behavioris, kehidupan intrapsikis hamya merupakan sesuatu yang semu dan tidak dapat dibuktikan. Istilah behavior (perilaku) sudah sangat umum sehingga patut diperhatikan bahwa penggunaannya untuk merujuk pada semua aktivitas secara umum. Sebetulnya istilah ini baru dimulai pada kurang lebih seabad yang lalu. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang behaviorisme.
II. RUMUSAN MASALAH A. Apa Pengertian Behaviorisme? B. Apa saja Aliran dalam Behaviorisme ? C. Bagaimana Penerapan Behaviorisme dalam Konseling ?
III. PEMBAHASAN A. Pengertian Behaviorisme Behaviorisme adalah psikologi tingkah laku; dan studinya terbatas mengenai pengamatan serta penulisan tingkah laku. Orang ingin mengembangkan psikologi yang murni objektif, dengan jalan menghilangkan pengalaman-pengalaman batiniah, lalu mempelajari semua gerak dan perubahan-perubahan jasmaniah yang tampak saja. Jelasnya behaviorisme adalah “Ilmu jiwa tanpa jiwa”. Aliran behaviorisme kuat berorientasi pada ilmu alam; dan sesuai dengan psikologi asosiasi, ia selalu mencari elemen-elemen tingkah laku yang paling sederhana, yaitu refleks. Aliran behaviorisme menyatakan, bahwa semua tingkah laku manusia itu bisa ditelusuri asalnya dari bentuk refleks-refleks. Jadi, refleks merupakan elemen tingkah laku yang paling sederhana, dengan mana semua bentuk tingkah laku yang kompleks dan lebih tinggi bisa disusun. Refleks adalah reaksi-reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang-perangsang tertentu.
B. Aliran dalam Behaviorisme Ada dua aliran dalam behaviorisme, yaitu: 1. Aliran Psikorefleksologi di Rusia, dengan tokoh – tokohnya yang terkenal: Pavlov dan Von Bechterev. 2. Behaviorisme di Amerika Serikat, dengan tokoh – tokohnya: Thorndike dan Watson. a. Psikoreleksologi Pavlov dan Von Bechterev Aliran psikologi di Rusia dipelopori oleh Ivan Petrovich Pahlov dan dikenal sebagai aliran behaviorisme di Rusia. Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Menurut Pahlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas: 1.
Aktivitas yang bersifat refleksif, yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organisme yang bersangkutan. Organisme mebuat respon tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
2.
Aktivitas yang disadari, yaitu aktivitas atas kesadaran organisme yang bersangkutan. Ini merupakan respon atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. Ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu sampai di pusat kesadaran, dan barulah terjadi
suatu respon. Dengan demikian, maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respon atas dasar kesadaran lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus dan respon yang tidak disadari, atau respon yang refleksif.
Berkaitan dengan hal tersebut Pavlov sangat memusatkan perhatiannya pada masalah reflek, karena itu pula psikologi Pavlov sering disebut sebagai Psikologi Reflek atau psychoreflexology. Pada mulanya, pemikiran dan eksperimen Pavlov hanya terbatas di Rusia, tetapi kemudian menyebar juga di Amerika terutama bagi para ahli yang menolak digunakannya metode instropeksi dalam psikologi, karena dengan instropeksi tidak dapat diperoleh data yang objektif. Pavlov ingin merintis ke objective psychology, karena itu metode instropeksi tidak digunakan. Ian mendasarkan eksperimennya atas dasar observed facts, pada keadaan yang benar-benar diobservasinya. Von Bechterev, ialah murid Pavlov. Dia menyatakan, bahwa banyak proses antara lain refleks – refleks bersyarat itu berlangsung diluar kesadaran individu. Sehubungan dengan ini, psikologi objektif tidak boleh mempelajari gejala – gejala kesadaran atau ciri – ciri subjektif, akan tetapi harus mempelajari fakta – fakta objektif. Psikoreleksologi ini besar pengaruhnya terhadap perkembangan behaviorisme di Amerika Serikat.
b. Behaviorisme di Amerika Serikat 1. William James Sekitar tahun 1900, pikiran dan teori James sangat mempengaruhi filsafat dan psikologi di Amerika. Bukunya yang terpenting adalah “Principles of Phychology”. William James adalah pendiri atau pencetus filsafat: Pragmatisme, yaitu filsafat perbuatan. Reaksi manusia sifatnya yaitu: (1) bawaan, dibawa sejak lahir atau (2) diperoleh sepanjang hidup. Reaksi – reaksi yang bawaan sifatnya, antara lain berupa: ketakutan, cinta, dan amarah. Sedangkan reaksi – reaksi yang diperoleh ialah modifikasi dari reaksi – reaksi bawaan, berbentuk kebiasaan – kebiasaan dan perbuatan – perbuatan sadar. Berbeda denga psikologi lainnya, James tidak menyetujui pendapat yang menyatakan, bahwa perasaan/emosi – emosi menjadi sebab dari gerak gerak
lahiriyah. Dia berpendapat, bahwa manusia itu mereaksi terhadap perangsang – perangsang dengan gerak – gerak dan simptom reaktif tertentu; mislnya berupa perubahan pernafasan, peredaran darah, kontraksi otot, dan lain –lain. Menurut James, emosi – emosi itu adalah akibat atau produk, dan bukan penyebab. Dia berkata: “orang tidak menangis karena bersusah hati, akan tetapi dia bersusah hati karena dia menangis”. Berkaitan dengan ini, James menyebut reaksi – reaksi bawaan, sebagai refleks – refleks. James menolak psikologi elemen, karena dia melihat manusia sebagai organisme yang mereaksiterhadap rangsangan – rangsangan dari luar. James menekankan masalah reaksi – reaksi lahiriah dan faktor – faktor motorik. Dengan begitu, dia bis dianggap sebagai pelopor aliran behaviorisme. 2. Thorndike Thorndike dilahirkan di Williamsburg pada tahun 1874. Ia mempelajari bukunya James mengenai “Principles of Psychology” yang sangat menarik baginya, dan kemudian Thorndike menjadi teman baik James. Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian mengenai Animal Psychology. Penelitiannya mengenai hewan diwujudkan dalam diisertasi doktornya yang berjudul “Animal Intellegience: An Experimental Study of the Assosiative Process in Animals”, yang diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul “ Animal Intellegience”
(Hergenhahn, 1976). Dalam
buku ini tercermin ide – ide
fundamental Thorndike, termasuk pula teorinya tentang belajar. Menurut Thorndike asosiasi antara sense of impression dan impuls to actioan, disebutnya sebagai koneksi atau connection, yaiyu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena itu Thorndike diklasifikasikan sebagai behavioris yang fungsional, berbeda dengan Pavlov sebagai behavioris yang asosiatif. 3. John B. Watson (1878-1958) Pandangan Watson dapat diikuti dalam artikelnya yang berjudul “Psyhcology as the Behaviorist Views It” dalam Psychological Review tahun 1913. Dalam artikel tersebut Watson mengemukakan antara lain tentang definisi psikologi, kritiknya terhadap strukturalisme dan fungsionalisme yang dipandang sebagai psikologi lama tentang kesadaran. Menurut pandangan Watson (Behaviorist View), psikologi itu murni merupakan cabang dari ilmu alam (Natural Science) experimental. Tujuannya secara teoritis adalah memprediksi
dan mengontrol perilaku. Introspeksi bukanlah merupakan metode yang digunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang dubious. Ada dua catatan yang perlu diperhatikan. Pertama, istilah ini sekarang sering digunakan dalam cara yang cukup luas untuk merujuk pada studi tentang perilaku tanpa memerhatikan sudut pandang teoritis; kedua, terlepas dari mendapatkan citra publik yang buruk, khususnya selama tahun 1960-an, ketika penggunaan teknologi pengendalian perilaku mulai meluas dalam pelayanan bagi sistem tersebut, sebagian besar neo-behavioris terkemuka, seperti Tolman, Hull, dan Hilgard bergabung dengan politik kiri dan melihat penemuan – penemuan mereka sebagai rute pembebasan indvidu (seperti yang juga dilakukan Watson). Pada akhirnya apakah behaviorisme mencapai lebih dari skedar penyaringan yang lebih cermat terhadap kebijaksanaan rakyat tradisional mengenai hubungan antara imbalan, hukuman, dan perilaku. Secara historis pada awalnya behaviorisme adalan environtmentalisme ekstrim yang bertindak sebagai rem bagi kalangan nativis eugenic (eugenika) yang merajalela, dan kepeduliannya terhadap metode dan kecermatan ilmiah juga memiliki pengaruh yang lebih besar daripada doktirn-doktrinnya yang lebih spesifik.
C. Penerapan Behaviorisme dalam Konseling 1.
Modifikasi Perilaku Modifikasi perilaku sering disebut sebagai b-mod yaitu teknik terapi berdasarkan teori Skinner. Caranya adalah dengan memadamkan perilaku yang tidak diinginkan (dengan menghapus reinforcer) dan menggantinya dengan perilaku yang diinginkan melalui penguatan. Teknik ini digunakan pada berbagai macam gangguan psikologis, seperti kecanduan obat – obatan, neurosis, rasa malu, autisme, bahkan skizofrenia, dan ternyata hasilnya sangat baik terutama untuk anak – anak.
2.
Pembanjiran (Flooding) Membanjiri klien dengan situasi atau penyebab yang menimbulkan kecemasan atau tingkah laku yang tidak dikehendaki. Klien diminta untuk tetap bertahan dalam sebuah kondisi sampai yang bersangkutan menyadari bahwa malapetaka yang dicemaskannya tidak terjadi. Flooding harus dilakukan dengan sangat hati – hati karena reaksi emosi yang sangat tinggi bisa menimbulkan akibat
yang membahayakan. Untuk penderita gangguan jantung, flooding bisa berakibat fatal, meskipun dampaknya sangat luar biasa. 3. Terapi Aversi Pada kontrol diri, pelaksanaan terapi dapat dilakukan oleh individu sendiri. Sedang dalam terapi aversi, pengaturan kondisi aversi diciptakan oleh terapis. 4.
Pemeberian Reward/Punishment secara Selektif Strategi terapi ini untuk memperbaiki tingkah laku anak dengan melibatkan figur disekeliling anak setiap hari, khususnya orang tua dan guru. Terapis meneliti client dalam situasi yang alamiah, bekerjasama dangan orang tua dan guru untuk memberi hadiah ketika anak melakukan tingkah laku yang dikehendaki, dan menghukum apabila muncul tingkah laku yang tidak dikehendaki. Bentuk hadiah atau hukuman yang diberikan sebelumnya direncanakan secara teliti dan dipilih karena memberikan dampak yang paling efektif.
5.
Latihan Keterampilan Sosial Teknik ini banyak dipakai untuk penderita depresi. Teori depresi yang populer memandang depresi sebagai akibat dari perasaan tidak mendapatkan hadiah (perhatian) dari lingkungan, mungkin karena tidak memiliki keterampilan untuk memperolehnya. Kepada penderita diajarkan teknik-teknik khusus dalam berinteraksi sosial.
6.
Kartu Berharga (Token Economic) Teknik yang didasarkan pada prinsip pengondisian operan didesain untuk mengubah tingkah laku klien. Interfensi ini bisa dipakai untuk mendidik anak di rumah atau di sekolah, khususnya kepada anak yang lambat belajar, autistik, dan delinkuen (di rumah sakit jiwa dipakai untuk mengubah tingkah lagu psikiatrik kronik). Hadiah kartu berharga diberikan kepada setiap klien ketika memunculkan tigkah laku yang dikehendaki. Pemberian reinforcement diatur dalam interval atau rasio, bisa divariasikan dengan memberi hukuman, yakni mengambil kartu yang sudah dimiliki klien kalau dia melakukan kesalahan. Sesudah kartu di tangan klien mencapai jumlah tertentu, dapat dituker dengan reinforcement primer yang disukainya.
IV. KESIMPULAN Behaviorisme adalah psikologi tingkah laku; dan studinya terbatas mengenai pengamatan serta penulisan tingkah laku, atau bisa disebut juga “Ilmu jiwa tanpa jiwa”. Aliran behaviorisme ada dua, yaitu: 1. Aliran psikorefleksologi di Rusia, dengan tokohnya yang terkenal adalah Pavlov dan Von Bechterev. 2. Behaviorisme di Amerika Serikat, dengan tokoh-tokohnya yang terkenal yaitu William James, Thorndike, dan Watson Penerapan behaviorisme dalam konseling dapat dilakukan dengan cara; modifikasi perilaku, pembanjiran (flooding), terapi aversi, pemberian reward/punishment secara selektif, latihan keterampilan sosial, dan kartu berharga (token economic).
V. PENUTUP Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terimakasih atas antusiasme dari pembaca yang berkenan menelaah dan mengimplementasikan isi makalah ini. Saran dan kritik konstruktif tetap kami harapkan sebagai bahan perbaikan. Sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kartono, Kartini. 1984. Psikhologi Umum. Bandung: Alumni.
Richard, Graham. 2010. Serial Konsep-Konsep Kunci Psikologi. Diterjemahkan oleh: Jamilla dkk. Yogyakarta: Pustaka Baca.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV. Andi Offset.