ABSTRAKSI COMMUNICATION MODEL IN CROSS-CULTURAL KNOWLEDGE SHARE DERIVED FROM INDIGENOUS PSYCHOLOGY IN INDONESIA’S MULTINATIONAL COMPANY (CASE STUDY IN JAPANESE MNC IN JABABEKA-BEKASI-INDONESIA ) Oleh: B.M.A.S. Anaconda Bangkara NIM:39011301 Pada masa sekarang ini, keberadaan Multinational Company (MNC) di dunia bisnis, sudah lazim ditemukan. Hal ini tentunya dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing perusahaan di tengah persaingan global yang sangat ketat. Di sisi lain, keberadaan sebuah MNC di negara tertentu akan memberikan dampak baik positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif yang diketahui adalah persoalan komunikasi, khususnya antara atasan berkebangsaan asing dengan karyawan lokal. Untuk itu, penelitian ini akan memfokuskan pada upaya membangun model komunikasi yang efektif, khususnya model komunikasi lintas kultural, kaitannya dengan knowledge share, yang berbasis Indigenous Pscychology Indonesia. Diharapkan dengan memahami Indigenous Psychology Indonesia, dapat dibangun sarana dan cara komunikasi yang lebih sesuai untuk karyawan Indonesia. Penelitian dilakukan di MNC yang berada di Indonesia, dengan studi kasus di MNC Jepang yang memproduksi suku cadang alat berat, yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang Bekasi. Seperti yang telah disampaikan, model ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membangun komunikasi organisasi yang lebih efektif. Berdasarkan teori-teori yang ada, model konseptual dari penelitian ini akan melibatkan 3 (tiga) variabel, yaitu Organizational Culture, Trust dan Propensity to Share. Khusus untuk variabel Propensity to Share akan terbagi 2 (dua), yaitu Propensity to Transmit dan Propensity to Receive. Pertimbangan pembagian variabel Propensity to Share ini karena pada proses knowledge share, tidak sertamerta terjadi, seseorang yang menerima informasi dan/atau menerima pengetahuan akan membaginya kembali kepada rekan kerja yang lain. Tahap persiapan penelitian ini dimulai sejak akhir tahun 2012, diawali dengan kegiatan mencari MNC di Cikarang dan sekitarnya yang mengijinkan organisasinya untuk menjadi tempat penelitian. Proses pencarian ini dapat dikatakan tidak mudah, baru sekitar 6 (enam) bulan kemudian, diperoleh 2 (dua) MNC Jepang yang mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitiannya. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juni 2013 sampai dengan September 2016. Penelitian ini menerapkan paradigma penelitian Constructivism, metodologi penelitiannya Inductive (Qualitative), metoda penelitiannya Case Study dan teknik penelitiannya adalah observation, participant observation, in-depth interview dan
kuesioner. Pada penelitian ini juga mengakomodasi pendekatan Emergent dan Processual yang dirasakan sangat sesuai dengan maksud penelitian. Penelitian ini melibatkan 18 (delapan belas) informan dari kedua MNC, yang dianggap dapat mewakili semua komponen dari unit kerja yang menjadi fokus penelitian ini. Unit kerja yang menjadi fokus adalah unit kerja Produksi. Setelah data diperoleh (dalam kaitan meningkatkan credibility dan dependability untuk penelitian kualitatif ini, peneliti menerapkan triangulasi dengan dibantu seorang peneliti lain), dilakukan analisis dengan alat-alat Word Counts, Constant Comparison Analysis (CoCoA), Classical Content Analysis (ClCoA), Domain Analysis dan Taxonomy Analysis. Alat-alat analisis ini dimanfaatkan untuk mendapatkan indikator yang khas Indonesia (Indigenous), dengan indikasi bahwa indikator temuan ini belum termasuk pada indikator dari variabel yang indikatornya telah diketahui sebelumnya. Sedangkan ke-khas-an Indonesia dilakukan dengan upaya membandingkan antara temuan penelitian dengan budaya Indonesia dan pola asuh anak Indonesia (mempertimbangkan lokasi penelitian, maka budaya Indonesia dan pola asuh anak Indonesia diwakili oleh budaya Sunda, Jawa). Temuan menunjukkan indikator khas Indonesia untuk variabel Organizational Culture adalah Bahasa Indonesia, untuk variabel Trust adalah Preferable Figure, untuk variabel Propensity to Transmit adalah Seniority dan untuk variabel Propensity to Receive adalah Confirmation. Selain itu, temuan penelitian juga menunjukkan adanya 2 (dua) variabel Moderating, yaitu Quality of Relationship dan Comfortability. Dengan diterapkannya indikator-indikator dan variabel Moderating ini diharapkan efektifitas komunikasi dalam organisasi meningkat. Selain itu, temuanyang dirasakan paling unik adalahdiketemukannya tempat yang (secara psikologis) paling aman dan nyaman untuk berkomunikasinya para karyawan yaitu tempat merokok. Di tempat ini atribut karyawan tidak berlaku. Tidak ada atasan, tidak ada bawahan, tidak ada perbedaan personil unit kerja, tidak ada perbedaan usia, yang ada hanyalah sekelompok karyawan yang menikmati rokok sambil mengobrol. Komunikasi yang terjadi tentang berbagai hal, baik yang berkaitan dengan tugas kerja, kegiatan hobby ataupun kegiatan sosial lainnya dapat dilakukan dengan sangat cair di tempat ini. Komunikasi cair di tempat ini praktis terjadi setiap waktu, tanpa adanya komando dan aturan tertentu. Suasana kebersamaan sangat terasa di tempat ini. Suasana ini mirip dengan konsep Communitas dan Liminality yang biasanya terjadi pada seseorang di masa perubahan atau peralihan, seperti yang terjadi pada masa pubertas seorang remaja. Di masa ini, seolah-olah atribut remaja tersebut hilang. Sudah bukan lagi menjadi bagian dari anak-anak, namun belum dapat masuk ke golongan orang dewasa. Dengan demikian, rasa kebersamaan di antara mereka akan tinggi. Namun, ada perbedaan prinsip antara kebersamaan di commnunitas berdasarkan liminality dengan kebersamaan di tempat merokok ini. Jika di communitas berdasarkan liminality hanya akan terjadi sekali seumur hidup, maka di tempat merokok dapat dilakukan berulang-ulang. Untuk itu, kebersamaan seperti di tempat merokok ini peneliti menyebutnya sebagai dynamic communitas.
ABSTRACT COMMUNICATION MODEL IN CROSS-CULTURAL KNOWLEDGE SHARE DERIVED FROM INDIGENOUS PSYCHOLOGY IN INDONESIA’S MULTINATIONAL COMPANY (CASE STUDY IN JAPANESE MNC IN JABABEKA-BEKASI-INDONESIA ) By: B.M.A.S. Anaconda Bangkara ID:39011301 At the present time, the existence of Multinational Company (MNC) in the business world, is already prevalent. This is certainly intended to increase the competitiveness of companies in the midst of the very tight global competition. On the other hand, the existence of an MNC in a certain country will give both positive and negative impacts. One of negative impact is communication problem, especially between foreign supervisors and local employees. Therefore, this study will focus on the efforts to develop a model of effective communication, cross-cultural communication model in particular, associated with the organizational knowledge share, based on Indonesia’sIndigenous Pscychology. By understanding the Indigenous Psychology of Indonesia, the communication means and ways can be developed which are more appropriate for the Indonesian employee. The study was conducted in the MNCs which are in Indonesia, with a case study in the Japanese MNCs which produce heavy equipment parts, which is located in Jababeka Industrial Estate, Cikarang Bekasi. As already described, this model is expected to be utilized to develop a more effective organizational communication atmosphere. Based on existing theories, the conceptual model of the research will involve three (3) variables: Organizational Culture, Trust and Propensity to Share. Propensity to Share variable will be divided into 2 (two): Propensity to Transmit and Propensity to Receive. Consideration of the division of this Propensity to Share variable is because the share knowledge process does not happen automatically. A person who receives the information and/or receives knowledge does not automatically share it back to the other colleagues. The preparation phase of this study began in the late 2012, with lookingfor MNCs in Cikarang and surrounding areas, which allow the organization to be a place of research. This finding process is not easy. After about six (6) months later, there are two (2) Japanese MNCs allow researcher to conduct research in the organization. Implementation phase of the study began in June 2013 until September 2016. This particular research applied Constructivism research paradigm, Inductive (Qualitative)research methodology, Case Study research method, and observation, participant observation, in-depth interviews and questionnaires research techniques.
This research also implemented Emergent Theory and Processual Approach which are considered to be very consistent with the objectives of the research. This research included 18 (eighteen) informants from both companies, which are considered sufficient, to represent all of the components of the entire work unit in which this research was taking place. The work unit is meant here is the production unit. Once the data were obtained (in according to enhance the credibility and dependability for this qualitative research, researcher applied triangulation, which assisted with another researcher), a set of analysis with the tools of Word Counts, Constant Comparison Analysis (CoCoa), Classical Content Analysis (ClCoA), Domain Analysis and Taxonomy Analysis were implemented. These analysis tools were used to obtain a typical Indonesia indicator (Indigenous), with an indication that these indicators are not included yet in any other related theories. Meanwhile, Indonesian typical were made by comparing the research findings with Indonesian culture and Indonesian parenting (considering the location of the study, the Indonesian culture and parenting Indonesia were represented by Sundanese, Javanese). The findings indicate that Indonesian typical indicator for the Organizational Culture variable is Bahasa Indonesia, for Trust variable is Preferable Figure, for Propensity to Transmit variable is Seniority and Propensity to Receive variable is Confirmation. In addition, the findings also showed the presence of 2 (two) moderating variables, namely Quality of Relationship and Comfortability.As a result, through the implementation of those indicators and moderating variables, the effectiveness of communication within organization can be increased. In addition, the most unique research finding is the discovery of the most psychologically safe and comfortable place for the employees to communicate, namely smoking area. In this particular place, the employee’s attributes do not apply. No superior, no subordinate, no working unit differences, no age differences, the only thing is employees who enjoy cigarettes and chatting. Communication may happen in many topics, it can be related to jobs, hobbies or other social activities. and all topics can be easily well communicated. This pattern of communication happened practically in every time, without any command or certain rules. The atmosphere of togetherness is strongly felt in this place. The ambiance is similar to the concept of Communitas and Liminality that usually happens to someone in a time of change or transition, as it did during teenager puberty. At this period of time, as if the teenager attributes are missing. It is no longer a part of the children, but has not been able to get into groups of adults. Thus, a sense of togetherness among them will be high. However, there is a unique difference between the principle of togetherness in commnunitas based on liminality with togetherness in this smoking area. If in a communitas based on liminality will only happen once in a lifetime, then in the smoking area can be done repeatedly.For that reason, togetherness as happened in this smoking area will be called a Dynamic Communitas.