ABSTRAK VITRIA ALVIANI Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual (CTL) terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan
kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar PAI yang dilaksanakan di SMP N 2 Tangerang Selatan pada bulan november hingga bulan Desember 2010 pada pokok bahasan thaharah (bersuci) dikelas VII. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dari 413 siswayang terbagi dalam 10 kelas dan diambil 2 sebagai sampel kelompok eksperimen dan kontrol yang berjumlah 78 siswa. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen rata-ratanya adalah 81,85 dan simpangan bakunya adalah 5,72, hasil belajar kelompok kontrol lebih rendah dengan rata-rata 77,23 dan simpangan bakunya 5,74. Setelah dilakukan uji “t” diperoleh thitung = 3,45 dan ttabel = 1,99 pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99 yang artinya thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha yang menyatakan terdapat pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar PAI siswa diterima. Hal ini menunjukkan penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
i
ABSTRACT
VITRIA ALVIANI
Use of Contextual Influence approach (CTL) against the Islamic Religious Education Learning Outcomes. This study aims to determine the effect of contextual approach (CTL) against the PAI study conducted in South Tangerang SMP N 2 in November to December 2010 on the subject thaharah (purification) in class VII. The research method used in this study was quasi experiment. Sampling was done by purposive sampling of 413 students who are divided in 10 classes and samples taken 2 as experimental and control groups totaling 78 students. The instrument used was the instrument of achievement test. The results of the experimental group students' average was 81.85 and standard deviation is 5.72, the learning control group was lower with an average of 77.23 and standard deviation 5.74. After doing the test "t" is obtained tcount = 3.45 and ttable = 1.99 at 0.05 significance level of 1.99, which means tcount> ttable. Then it can be concluded Ho refused and Ha which states have the effect of contextual approach (CTL) against PAI student learning outcomes acceptable. This suggests the use of contextual approach (CTL) have a significant influence on student learning outcomes.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Dan sebagai ta’zim, penulis haturkan salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia pada ajarannya. Karya tulis yang ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMP N 2 Tangerang Selatan)” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah dicurahkan sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Bahrissalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3.
Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan perhatiannya dalam membimbing penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
4.
Bapak Abd. Ghofur, M.A, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikam bimbingan serta arahan kepada penulis.
5.
Seluruh Dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
6.
Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat, membesarkan, mendidik, mencintai dan mencurahkan kasih sayangnya, serta tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa kepada anak-anaknya setiap saat, di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
7.
KH. Syarif Rahmat RA, S.Q, M.A selaku pimpinan pesantren Ummul Qura beserta keluarga yang telah memeberikan motivasi serta dorongan terhadap penulis.
8.
Bapak Alan Suherlan, M.M, selaku kepala SMP N 2 Tangerang Selatan.
9.
Bapak Munawir, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP N 2 Tangerang Selatan.
10. Sahabat karibku Habibie dan Siti Timas Nona yang telah memberikan harihari penulis penuh keceriaan, terutama selama masa penulisan skripsi ini. 11. Kawan-kawan PAI/E angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. 12. Bunda Siti Nuriyah, S.Pd.I yang banyak memberikan arahan pada penulis. 13. Kawan-kawan di Ponpes UQ: Aan, Maunah, Meta Zahra, Hibah, Na’rifuddin, Amiril, dan Wahid yang telah banyak memberikan motivasi dan menjadikan hari-hari penulis penuh dengan keceriaan 14. Kawan-kawan PPKT dii MTS Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Rini Setiani, Mulyani Ratna Wulan, Rose Adibah, M. Nurul Fajri, Iip Irpana, Sayed Rizky Yusriansyah, Diding Mahpudin, Nita Suantika, Devi Fatimah, Hidayatil Muslimah, Fatimah Az-zahra, Riksa Damayanti.
iv
Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini agar dapat memperbaiki dalam menyusun karya tulis selanjutnya. Kepada semua pihak penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang mereka berikan. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan. Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Desember 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar belakang Masalah ........................................................................
5
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................
6
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan..............................................................
6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Landasan Filosofis CTL ...................................................................
8
2. Landasan Teoritis CTL.....................................................................
9
3. Definisi Pembelajaran Kontekstual ................................................. 10 4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual .......................................... 12 5. Komponen Pembelajaran Kontekstual ............................................. 13 6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ................................... 16 7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual ....................................... 17 8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional 19 B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Belajar ................................................................................ 23 2. Definisi Hasil Belajar ...................................................................... 23 3. Definisi Pendidikan Agama Islam.................................................... 25 4. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................. 28
vi
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ....................................... 29 6. Dasar - Dasar Pendidikan Agama Islam .......................................... 33 C. Kerangka berfikir dan Hipotesis ........................................................... 37 1. Kerangka Berfikir ............................................................................. 37 2. Hipotesis ................................................................................................. 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................................. 39 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 39 C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................................. 39 D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 40 E. Variable Penelitian ................................................................................ 41 F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 42 G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 43 1. Tahap -Tahap Proses Penelitian ....................................................... 43 2. Analisis Instrumen Penelitian........................................................... 44 H. Teknik Analisis Data 1. Analisis data ..................................................................................... 47 a. Uji Normalitas ............................................................................. 47 b. Uji Homogenitas .......................................................................... 47 2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ..................................................... 48 I. Hipotesis Statistik ................................................................................. 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ....................................................................... 50 B. Deskripsi Data ...................................................................................... 51 1. Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen .................................... 54 2. Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol........................................... 54 C. Pengujian Prasyarat Analisis Data ........................................................ 55 1. Uji Normalitas .................................................................................. 55 a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen ............................ 55 b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol ................................... 55
vii
c. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen ............................ 56 d. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol ................................... 56 2. Uji Homogenitas ............................................................................... 57 a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 57 b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 57 D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ................................................... 58 1. Analisis Data .................................................................................... 58 2. Pembahasan ...................................................................................... 59 BAB V KSESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 61 B. Saran ..................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional 20
Tabel 3.1
Desain penelitian ............................................................................. 40
Tabel 3.2
Kisi-kisi test hasil belajar PAI final ................................................ 42
Tabel 4.1
Data guru dan pegawai .................................................................... 51
Tabel 4.2
Data siswa ....................................................................................... 51
Tabel 4.3
Data nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ............... 52
Tabel 4.4
Rekap hasil belajar PAI (thaharah) kelompok eksperimen ............. 54
Tabel 4.5
Rekap hasil belajar PAI (thaharah) kelompok kontrol.................... 54
Tabel 4.6
Uji normalitas pretes kelompok eksperimen ................................... 55
Tabel 4.7
Uji normalitas pretes kelompok kontrol.......................................... 56
Tabel 4.8
Uji normalitas postes kelompok eksperimen .................................. 56
Tabel 4.9
Uji normalitas postes kelompok kontrol ......................................... 56
Tabel 4.10 Uji homogenitas pretes kelompok eksperimen dan kontrol ........... 57 Tabel 4.11 Uji homogenitas postes kelompok eksperimen dan kontrol .......... 57 Tabel 4.12 Hasil uji “t“ kemampuan awal siswa .............................................. 59 Tabel 4.13 Hasil Uji “t” hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran
ix
59
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Eksperimen) .............. 64
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Kontrol) ..................... 70
Lampiran 3
Rekap Analisi Butir Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda, Tingkat kesukaran ............................................................................................... 76
Lampiran 4. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 77 Lampiran 5. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 78 Lampiran 6. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................ 79 Lampiran 7. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............... 83 Lampiran 8
Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Eksprimen .................................... 87
Lampiran 9
Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Kontrol ......................................... 88
Lampiran 10 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Eksprimen ................................... 89 Lampiran 11 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Kontrol ........................................ 90 Lampiran 12. Perhitungan Uji t Pretes dan Postes ........................................................ 91 Lampiran 13 Lembar Kerja siswa 1 ............................................................................. 93 Lampiran 14 Lemabar Kerja Siswa 2 .......................................................................... 94 Lampiran 15 Kisi-Kisi Uji coba Instrumen dan Pemetaan Soal Validasi .................... 95
x
PERSEMBAHAN Dengan segala hormat, kerendahan hati, cinta serta kasih sayang karya sederhana ini aku persembahkan untuk: kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Muhajirin Dan IbundaTarwiah Kedua kakakku tercinta Heni Varida Nurhasanah, S.Pd dan Neni Nur’aeni Kedua Adikku tercinta Alfan Nasrul Haq dan Hikmal Maulana Ahsan Sahabat-sahabatku Almamaterku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Teman-teman seperjuangan PAI/E angkatan 2006 Keluarga besar Ponpes Ummul Qura Pondok Cabe
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Dan sebagai ta’zim, penulis haturkan salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia pada ajarannya. Karya tulis yang ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMP N 2 Tangerang Selatan)” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah dicurahkan sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Bahrissalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
3.
Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan perhatiannya dalam membimbing penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
4.
Bapak Abd. Ghofur, M.A, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikam bimbingan serta arahan kepada penulis.
5.
Seluruh Dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
6.
Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat, membesarkan, mendidik, mencintai dan mencurahkan kasih sayangnya, serta tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa kepada anak-anaknya setiap saat, di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
7.
KH. Syarif Rahmat RA, S.Q, M.A selaku pimpinan pesantren Ummul Qura beserta keluarga yang telah memeberikan motivasi serta dorongan terhadap penulis.
8.
Bapak Alan Suherlan, MM., selaku kepala SMP N 2 Tangerang Selatan.
9.
Bapak Munawir, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP N 2 Tangerang Selatan.
10. Sahabat karibku Habibie dan Siti Timas Nona yang telah memberikan harihari penulis penuh keceriaan, terutama selama masa penulisan skripsi ini. 11. Kawan-kawan PAI/E angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. 12. Bunda Siti Nuriyah, S.Pd.I yang banyak memberikan arahan pada penulis. 13. Kawan-kawan di Ponpes UQ: Aan, Maunah, Meta Zahra, Hibah, Na’rifuddin, Amiril, dan Wahid yang telah banyak memberikan motivasi dan menjadikan hari-hari penulis penuh dengan keceriaan 14. Kawan-kawan PPKT dii MTS Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Rini Setiani, Mulyani Ratna Wulan, Rose Adibah, M. Nurul Fajri, Iip Irpana, Sayed Rizky Yusriansyah, Diding Mahpudin, Nita Suantika, Devi Fatimah, Hidayatil Muslimah, Fatimah Az-zahra, Riksa Damayanti.
iii
Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini agar dapat memperbaiki dalam menyusun karya tulis selanjutnya. Kepada semua pihak penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang mereka berikan. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan. Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Desember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar belakang Masalah ........................................................................
5
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................
6
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan..............................................................
6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Landasan Teritis .............................................................................. 2. Landasan filosofis CTL ....................................................................
8
3. Definisi Pembelajaran Kontekstual .................................................
9
4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual .......................................... 11 5. Komponen Pembelajaran Kontekstual ............................................. 12 6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ................................... 14 7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual ....................................... 15 8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional 17 B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Hasil Belajar ...................................................................... 21 2. Definisi Pendidikan Agama Islam.................................................... 22 3. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................. 25 4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ....................................... 26
iv
5. Dasar - Dasar Pendidikan Agama Islam .......................................... 28 C. Kerangka berfikir dan Hipotesis ............................................................. 32 1. Kerangka Berfikir ............................................................................. 32 2. Hipotesis .................................................................................................. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................................. 34 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 34 C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................................. 34 D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 35 E. Variable Penelitian ................................................................................ 36 F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 36 G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 38 1. Tahap -Tahap Proses Penelitian ....................................................... 38 2. Analisis Instrumen Penelitian........................................................... 39 H. Teknik Analisis Data 1. Analisis data ..................................................................................... 42 a. Uji Normalitas ............................................................................. 42 b. Uji Homogenitas .......................................................................... 42 2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ..................................................... 43 I. Hipotesis Statistik ................................................................................. 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ....................................................................... 45 B. Deskripsi Data ...................................................................................... 46 1. Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen ................................... 49 2. Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol .......................................... 49 C. Pengujian Prasyarat Analisis Data ........................................................ 50 1. Uji Normalitas ................................................................................. 50 a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen ............................ 50 b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol ................................... 50 c. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen ............................ 51
v
d. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol ................................... 51 2. Uji Homogenitas .............................................................................. 52 a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 52 b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 52 D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ................................................... 53 1. Analisis Data .................................................................................... 53 2. Pembahasan ...................................................................................... 54 BAB V KSESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 56 B. Saran ..................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu meliputi sikap, motivasi, konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan hasil belajar, menggali hasil belajar serta aplikasi hasil belajar. Sedangkan faktor ekstern yang dapat mempengaruhi yaitu guru, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa dan kurikulum siswa. Sampai sat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah pendekatan CTL ini. Pendekatan ini memberikan inspirasi bahwa anak belajar lebih baik melalui kegiatan mengalami sendiri
dalam lingkungan yang alamiah sebagaimana
kurikulum yang diterapkan di Indonesia sekarang ini yang lebih dikenal dengan istilah KTSP, dimana dalam penerappan KTSP guru dituntut agar lebih kreatif dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga sesuai dengan yang diharapkan. Belajar akan lebih bermakna jika anak „mengalami‟ apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan
1
2
materi terbukti berhasil dalam kompetisi „mengingat‟ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas sekolah kita. Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dengan demikian tugas atau peran seorang guru dalam pembelajaran kontekstual bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya serta membantu agar setiap siswa mampu menemukan
keterkaitan
antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya dan yang membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anak didiknya. Suatu pengetahuan yang baru yang didapat dari menemukan sendiri.1 Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 261
3
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Pembelajaran materi mata pelajaran
agama disekolah, selama ini lebih
menitik beratkan pada target yang harus dicapai yang dicantumkan dalam tujuan pembelajaran umum. Hal itu menyebabkan kemampuan yang harus di kembangkan peserta didik menjadi kurang jelas. Selain itu, pembelajaran mata pelajaran agama sementara ini juga lebih menekankan pada materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan peserta didik terabaikan. Hal ini kurang sesuai dengan prinsip pendidikan yang menekankan pengembangan peserta didik lewat fenomena bakat, minat serta dukungan sumber daya lingkungan. Fakta lainnya adalah bahwa pembelajaran bidang studi agama di sekolah lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, dan kurang mengakomodasikan kemampuan afektif dan psikomotor anak didik. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berahlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Bila dikaitkan dengan tujuan pendidikan Islam, maka pendidikan agama mestilah mampu mengantarkan seorang peserta didik kepada terbina setidaknya tiga aspek yaitu aspek keimanan yang mencakup arkanul iman, aspek ibadah yang mencakup seluruh arkanul Islam, da ketiga aspek akhlak yangmencakup akhlakul karimah.2 Pendidikan dan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah ditunjukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang materi keimanan dan perilaku terpuji, sehingga menjadi manusia 2
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 38
4
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasakan fungsi dan tujuan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah itu, maka pendekatan pembelajarannya tidak bisa hanya mengandalkan pada pendekatan verbal dan hanya menekankan pada kemampuan kognitif siswa. Selain itu, proses pembelajarannya juga hendaknya memiliki asumsi bahwa para siswa sebagai peserta didik sesungguhnya telah memiliki pengetahuan dan pemahaman di seputar mata pelajaran tersebut yang diperolehnya melalui pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Fakta yang ada menunjukan bahwa sebelum para siswa memasuki sekolah menengah pertama mereka telah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman di seputar masalah keimanan dan akhlak, dan juga telah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Sekolah Dasar misalnya, peserta didik telah memperoleh pengetahuan dan pemahaman masalah-masalah keimanan dan perilaku terpuji dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, para guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah perlu memiliki asumsi bahwa peserta didik sedikit banyak telah memiliki pengetahuan dan pemahaman di seputar masalah-masalah keimanan dan perilaku terpuji yang mereka peroleh pada jenjang pendidikan sebelumnya, maupun yang mereka peroleh secara non-formal di masyarakat. Hal ini sesuai dengan tugas guru dalam pembelajaran kontekstual. Pendekatan
kontekstual
merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
berasumsi bahwa pembelajaran merupakan proses pengingatan kembali pengetahuan dan pengalaman-pengalaman masa lalunya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam penulisan skripsi yang berjudul : Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (study kasus di SMP N 2 Tangerang Selatan).
5
B. Identifikasi Masalah 1. Siswa sebagai peserta pendidik kurang berpartisipasi karena pembelajaran bersifat teacher centered, sehingga pembelajaran kurang efektif. 2. Peran guru sebagai fasilitator kurang optimal sehingga kemampuan siswa kurang berkembang. 3. Strategi pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa kurang minat belajar.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tugas utama seorang guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi, karena setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemapuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Permalahan dalam judul di atas sangatlah luas maka dari itu, penulis membatasi penulisan skripsi ini pada masalah: “Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual (CTL) di kelas VII dan hasil belajar yang di ukur adalah aspek kognitif”.
6
2. Perumusan Masalah Cara belajar yang dimiliki siswa dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan karya Wina Sanjaya oleh Bobbi Deporter dinamakan unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.3 Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar siswa, artinya setiap guru harus menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa dan dalam pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan. Kemudian dari pada itu supaya ilmu agama lebih mudah dipahami dan dimengerti siswa, maka guru harus dapat membantu setiap siswa agar mampu menemukan
keterkaitan
antara
pengalaman-pengalaman
baru
dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dimana dalam proses pembelajaran siswa dapat menghubungkan antara materi pelajaran dengan fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, sehingga siswa dapat mengaitkan keduanya. Karena dalam pembelajaran kontektual siswa dituntut untuk aktif maka akan semakin banyak pengetahuan yang di dapat siswa. Dari pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah pada penulisan skripsi ini pada dua pokok masalah yaitu: 1) Apa perbedaan dan kelebihan pembelajaran kontekstual (CTL) dengan pembelajaran konvensional? 2) Apakah terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru agama Islam mengenai bagaimana mengajar pelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual sehingga harapannya adalah guru dalam melaksanakan pengajaran lebih bervariatif. Maka model ini bisa digunakan dimana saja tempat guru itu mengajar. 3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 260
7
2. Diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi semua pihak, khususnya guru pendidikan agama Islam. 3. Diharapkan dengan guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual akan merubah cara belajar siswa yang individual menjadi kooperatif. 4. Dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan pemahaman lebih bermakna.
8
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A.
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Landasan filosofis CTL Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembagalembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah kontruktivisme yang berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.1 Landasan kontruktivisme merupakan filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dalam dirinya sendiri, pengetahuan yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar 1
Dharma Kesuma, dkk, Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengemabangan PBM, (Garut: Rahayasa, 2010), h. 56
8
9
akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah. Siswa dapat menunjukkan hasil belajar dalam bentuk yang dapat mereka ketahui dan yang dapat mereka lakukan.
2. Landasan Teoritis CTL Dalam landasn teori ini penulis mengutip mutiara-mutiara pemikiran Whitehead, seorang filsuf Inggris terkenal yang diterjamahkan oleh Drs. Dharma Kesuma, M.Pd yakni: “Dalam pendidikan seorang anak untuk aktifitas pemikiran, yang paling penting kita harus sadar atas apa yang akan saya sebut “inert ideas (ide-ide lembam) begitulah dikatakan, ide-ide yang diterima belaka ke dalam kesadaran tanpa digunakan, atau dites, atau dikembangkan menjadi kombinasi-kombinasi yang segar. Setiap revolusi intelektual yakni pernah mengubah kemanusiaan menjadi keagungan/ kehebatan adalah sebuah protes yang bersemangat terhadap inert ideas. Akan tetapi masih terdapat kebodohan yang menyedihkan dari psikologi manusia, melalui praktek berdasarkan skema pendidikan yang lagi-lagi mengekang kemanusiaan dengan inert ideas.”2 Pada dasarnya Whitehead menghemdaki pendidikan memiliki tujuan agung melalui penanaman ide-ide hidup dan di hidupi, bukan inert ideas, oleh orang-orang yang terdidik. Pola kehidupan dari orang-orang yang memiliki ide hidup ini merupakan yang mengalami perkembangan diri dan mengubah atau merevolusi kehidupan yang tidak berkembang karena meyakini inert ideas.
2
Kesuma, Darma, dkk., Contextual Teaching & Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM, h. 4-5
10
3. Definisi Pembelajaran Kontekstual Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang ditambah awalan “pe-“ dan akhiran “–an” yang berarti proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup supaya belajar.3 Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran meskipun kedua istilah tersebut sering diprgunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perencanaan pendidikan itu sendiri. Pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik. Dari pengertian tersebut telah jelas menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Kontekstual memungkinkan
adalah
siswa
salah
belajar
satu
prisip
dengan
pembelajaran
penuh
yang
makna.Dengan
memperhatikan prinsip kontekstual, proses pembelajaran diharapkan mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.4 Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, disini ditampilkan tiga pengertian yang berasal dari sumber yang berbeda. Pertama, dalam bukunya yang dikutip dari US Departemen of Education Office
of Vocational and Adult Education
The Nasional
School to Work Office dalam http:/www. Contextual.org/19/10/2001 Masnur Muslich mengatakan bahwa Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.5 3
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-9,
h.15 4
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK, h. 15 5 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 41
11
Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna
dalam materi
akademis yang mereka terima , dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.6 Ketiga, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.7 Dari beberapa konsep pengertian diatas ada tiga hal yang harus dipahami, yaitu yang pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi , artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara lansung, kedua CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata, dan yang ke tiga CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam
kehidupan,
artinya
CTL
bukan
hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya , akan tetapi bagaimana materi pelajaran irtu dapat diaplikasikan pada prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan mengahafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk
6
Ellaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Learning: menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2007), h. 14 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, h. 253
12
mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian belajar akan lebih bermakna.
4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran
kontekstual
dapat
dikatakan
sebagai
sebuah
pendekatan pembelajaran yang menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Banyak
manfaat
yang
dapat
diambil
oleh
siswa
dalam
pembelajaran kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran akan menjadilebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, diantaranya:8 1) Pembelajaran dengan model CTL merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (Activiting knowledge). Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. 2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan (Acquiring knowledge). 3) Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini (Understanding knowledge).
8
Ibid, h. 254
13
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalama tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan siswa (Applying knowledge). 5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan (Reflecting knowledge).
5. Komponen Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual pada prinsipnya menerapkan tujuh komponen
utama
pembelajaran
efektif,
diantaranya
yaitu
(1)
kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian sebenarnya (authentic assessement). 1) Kontruktivisme (Contuctivisme) Kontuktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. 2) Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. 3) Questioning Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan umtuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.Oleh karena itu bertanya merupakan strategi uatama dalam pendekatan CTL. Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru
14
dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. 4) Learning Community Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari temanteman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). 5) Modeling Perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
rumitnya
permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengakap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimilki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat memenuhi siswa secara menyeluruh, dan menyatu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru. 6) Reflection Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang bari terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
15
Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). 7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment) Tahap terakhir pendekatan CTL adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memilki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah hasil pengumpulan berbagai data dan informasi yang bias memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.9 Penilaian nyata (authentic assesment) adalah proses yang dilakukan
guru
untuk
mengumpulkan
informasi
tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran.10 Secara umum terdapat empat jenis penilaian otentik, yaitu portofolio, proyek, penilaian kinerja, dan jawaban tertulis secara lengkap. Adapun prosedur umum untuk perancanganya adalah:11
Jelaskan dengan tepat apa yang harus diketahui dan bisa dikerjakan oleh para siswa. Beritahukan kepada mereka standar yang dipenuhi.
Hubungkan pelajaran akademik dengan konteks dunia yang nyata dengan cara yang penuh makna dan nilai, atau
9
Asep, Asra, dan Laksmi, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press, 2007), h.
157-160 10
Wina Sanjaya, Starategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 268-
269 11
Ellaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Teaching : menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, h. 290-291
16
dilakukan simulasi dengan konteks dunia nyata yang penuh makna.
Tugaskan para siswa untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui, untuk memperlihatkan keterampilan dan kedalaman pengetahuan mereka dengan memproduksi hasil, contohnya : presentasi, koleksi hasil tugas.
Putuskan tingkat penguasaan tersebut dalam sebuah rubrik, yaitu bentuk pedoman penilaian yang dilengkapi dengan kriteria yang digunakan untuk menilai.
Ajak para siswa untuk terus-menerus melakukan penilaian diri saat mereka menilai kerja mereka sendiri.
Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menanggapi penilaian ini.
6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan CTL, guru untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dalam setiap materi ajar, maka guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini: a. Pendahuluan12 1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. 2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL: 3) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. 12
Wina Sanjaya, (Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan), h.
268-269
17
b. Inti Dilapangan 1) Siswa melakukan observasi dan mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi bersuci sesuai dengan pembagian tugas kelompok. 2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan ketika observasi. Dikelas 1) Siswa mendiskusikan pengalamannya sesuai dengan pembagian kelompok yang sudah ditentukan. 2) Siswa melaporkan hasil diskusi. 3) Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain. c. Penutup Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi dan pengalamannya tentang al-Qur’an dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai.
7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual Center of Occupational Reseach and Development (CORD) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu:13 1). Relating: Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. 2). Experiencing: Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention). 3). Applying: Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya. 4). Cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya. 13
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., (Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK), h. 23
18
5). Transferring: Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diperlukan adanya strategi, dalam hal ini terdapat beberapa strategi yang berasosiasi dengan CTL diantaranya adalah:14 a. Membangun hubungan Hubungan
atau
keterkaitan
diperlukan
dalam
rangka
menciptakan makna, dan ini merupakan tema sentral dalam CTL.
b. Belajar secara mandiri dan melalui kerjasama Dalam CTL proses itu penting , tetapi hasil yang sifatnya akademik dapat dicapai dengan nilai tinggi. Proses belajar mandiri memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan bagaimana kehidupa akademik sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari. c. Berfikir kritis dan kreatif Berfikir kritis diperlukan ketika individu dihadapakan pada masalah
yang
membutuhkan
pemahaman
secara
jelas
dan
mendalam.Berfikir kritis adalah aktivitas mental yang membantu orang memahami masalah, merumuskannya, dan mendapatkan jawabannya. Berfikir kreatif sesuai dengan namanya adalah berfikir dalam rangka menemukan hal-hal baru.berfikir kreatif pada dasarnya adalah proses berfikir imajinatif mengusulkan suatu cara baru, rancangan baru dalam menyelesaikan suatu masalah. d. Membantu individu tumbuh dan berkembang Mengajar dengan CTL tidak semudah dengan cara yang konvensional, klasikal-ceramah. Para guru CTL adalah sekaligus sebagai pengawas, pembimbing untuk berfikir kritis dan kreatif, wali asuh, dan ahli dalam mata pelajaran mereka.Para guru juga memberikan perhatian pada siswa secara individual, sekalian teorinya 14
Kesuma, Darma, Contextual Teaching & Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM,(Garut: Rahayasa Reseac & Training), 2010, h. 14-18
19
sudah lama ditemukan tetapi memberikan praktik dan contoh-contoh baru dalam dunia pendidikan. e. Menepakan standar tinggi dan penilaian otentik Standar akademik yang tinggi dapat memotivasi siswa untuk belajar lebik giat dan lebih baik lagi.Standar tinggi memiliki banyak tuntutan terhadap siswa dan siswa harus bekerja keras. Dengan CTL siswa dituntut untuk melakukan apa yang diketahuinya. 8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional Pembelajaran yamg menggunakan pendekatan kontekstual siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk berfikir kreatif untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya yang tidak hanya melibatkan cara berfikir otak tetapi juga cara kerja fisik. Keterlibatan semua ini dalam pembelajaran akan membawa pengetahuan masingmasing siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa ditetapkan menjadi objek belajar yang berperan sebegai penerima informasi secara pasif.Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Untuk lebih lengkapnya, perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional dalam proses belajar mengajar dapat dilihat pada table 2.1.
20
Table
2.1Perbedaan
Pendekatan
Kontekstual
dengan
15
pendekatanTradisional No.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Tradisional
1.
Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima informasi proses pembelajaran
2.
secara pasif
Siswa belajar dari teman melalui Siswa belajar secara individual kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
3.
Pembelajaran
dikaitkan
dengan Pembelajaran sangat abstrak dan
kehidupan nyata dan atau masalah teoritis yang disimulasikan 4.
Perilaku dibangun atas kesadaran Perilaku dibangun atas kebiasaan. diri.
5.
Keterampilan dikembangkan atas Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
6.
Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
7.
dasar latihan
pujian atau nilai (angka) rapor
Seseorang tidak melakukan yang Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru jelek karena dia takut hukuman dan merugikan
8.
Bahasa pendekatan
diajarkan komunikatif,
dengan Bahasa yakni pendekkatan
siswa diajak menggunakan bahasa diterangkan dalam konteks nyata 9.
diajarkan structural: sampai
dengan rumus paham,
kemudian dilatihkan (drill)
Pemahaman rumus dikembangkan Rumus itu ada di luar diri siswa, atas dasar skema yang sudah ada yang harus diterangkan, diterima, dalam diri siswa
10.
Pemahaman
dihafalkan, dan dilatihkan.
rumus itu rellatif Rumus adalah kebenaran absolut
berbeda antara siswa yang satu (sama untuk semua orang). Hanya 15
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK, h. 35-36
21
dengan lainnya, sesuai schemata ada siswa
(ongoing
process
dua
kemungkinan,
yaitu
of pemahaman rumus yang benar.
development) 11.
Siswa menggunakan kemampuan Siswa berpikir
kritis,
terlibat
secara
pasif
menerima
penuh rumus atau kaidah (membaca,
dalam mengupayakan terjadinya mendngarkan,
mencatat,
proses pembelajaran yang efektif, menghafal), tanpa memberikan ikut
bertanggung
jawab
atas kontribusi
ide
dalam
proses
terjadinya proses pembellajaran pembelajaran. yang
efektif,
dan
membawa
schemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran. 12.
Pengetahuan
yang
dimiliki Pengetahuan adalah penangkapan
manusia yang dikembangkan oleh terhadap manusia
itu
menciptakan
sendiri. atau
serangkaian
fakta,
Manusia konsep, atau hukum yang berada
pengetahuan di luar diri manusia
dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya 13.
Karena
ilmu
pengetahuan
dikembangkan
oleh
itu Kebenaran bersifat absolut dan
manusia pengetahuan bersifat final
sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan
itu
tidak
pernah
stabil, selalu berkembang 14.
Siswa diminta bertanggung jawab Guru adalah penentu jalannya memonitor dan mengembangkan proses pembelajaran pembelajaran
mereka
masing-
masing 15.
Penghargaan terhadap pengalaman Pembelajaran siswa sangat diutamakan
tidak
memperhatikan pengalaman siswa
22
16.
Hasil
belajar
diukur
dengan Hasil belajar hanya diukur dengan
berbagai cara: proses bekerja, hasil tes karya, penampilan, rekaman, tes dan lain-lain 17.
Pembelajaran terjadi di berbagai Pembelajaran hanya terjadi dalam tempat, konteks dan setting
18.
Penyesalan adalah hukuman dari Sangsi prilaku jelek
19.
adalah
hukuman
dari
prilaku jelek
Prilaku baik berdasar motivasi Prilaku baik berdasar motivasi intrinsic
20.
kelas
ekstrinsik
Seseorang berprilaku baik karena Seseorang berprilaku baik, karena dia yakin itulah yang terbaik dan dia terbiasa melakukan begitu. bermanfaat
Kebiasaan ini di bangun dengan hadiah yang menyenangkan.
23
B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.16 Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi yang terjadi.17 Secara psikologis, proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
dinamakan
belajar.
Perubahan-perubahan
tersebut
akan
dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku sehari-hari. Pengertian sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18 Menurut UNESCO terdapat empat pilar belajar yaitu :19 1. Learning to know : Belajar untuk mengetahui 2. Learning to do : Belajar untuk aktif 3. Learning to be : Belajar untuk mandiri 4. Learning to live together : Belajar untuk hidup bersamasama Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya belajar bukanlah peristiwa yang dilakukan tanpa sadar, akan tetapi merupakan proses yang dirancang dan disengaja. 2. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua kata “hasil dan belajar”.Hasil adalah pendapatan atau perolehan dari uasaha pikiran dan sebagainya.20Hasil
16
Wina, Sanjaya, pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetisi, (jakarta: kencana, 2008) h. 89 17 Ahmad Fauzi, psikologi umum, (Bandung: Pustaka Setia 2004) h. 24 18 Slamet, proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) Cet. Ke-1, h. 78 19 Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Gaung Persada Press) h. 104-105 20 Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 30
24
adalah salah satu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada yang belajar.21 Secara psikologis belajar merupakan suatu proses tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannyadalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam sebuah aspek tingkah laku dan pengetahuan siswa. Pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.22 Nana Sujana berpendapat bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang memperlihatkan setelah mereka menempuh penglaman belajarnya (pbm) tingkah sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.23 Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam
diri
seseorang
setelah
berakhirnya
melakukan
aktifitas
belajar.24Jika dikaitkan dengan belajar, hasil merupakan sesuatu yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam selang waktu tertentu. Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar (kemampuan yang diperoleh atau dicapai) oleh siswa di perlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajar. Hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan penilaian yang diharapkan adalah pemahaman siswa terhadap 21
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK, h. 9 22 Slamet, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. Ke-1, h. 78 23 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Ke-7, hal.3 24 Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-1, h.196
25
materi yang telah diajarkan serta adanya perubahan tingkah laku yang merupakan aplikasi dari pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes.Hasil berupa keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh disekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu.Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi pada siswa agar mereka memperhatikan pelajaran serta mendorong mereka agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik. Selain itu, tes juga dapat digunakan sebagai feed back bagi guru dalam rangka perbaikan program pengajaran. Penilaian hasil belajar ini dapat dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap jangka pendek dan tahap jangka panjang. Tahap pertama yaitu tahap jangka pendek yang disebut juga dengan nama penilaian formatif. Penilaian ini dapat dilaksanakan pada akhir proses belajar mengajar. Tahap kedua, yaitu tahap jangka panjang yang disebut dengan penilaian sumatif. Penilaian ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, seperti penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester. 3. Definisi Pendidikan Agama Islam Kata “pendidikan” merupakan kata benda, yang berasal dari kata “didik” kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan artinya “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.25 Dalam UU No. 23 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat (1) pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
25
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spritual
keagamaan,
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), hal.204
26
pengendaliandiri,
kepribadian,
kecerdasan,
akhlak
mulia,
keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
serta 26
Pendidikan juga berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.27 Dari
definisi-definisi
diatas
dapat
disimpulkan
bahwasnya
pendidikan merupakan usaha sadar dan bantuan yang diberikan oleh seorang pendidik dalam membantu menggali dan mengembangkan jasmani dan rohani peserta didik agar dapat bertanggung jawab dan dapat memenuhi fungsi hidupnya serta mengantarkan anak pada cita-cita yang diharapkan sesuai dengan fungsinya sebagai manusia. Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya.28 Kata Islam yang melekat dalam pendidikan Islam adalah pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan Islam. Dalam
bukunya
“Ilmu
Pendidikan
Islam”
Nur
Uhbiyati
mengatakan pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai
dan
mewarnai corak kepribadiannya. 29 Pendidikan
Islam
dengan
sendirinya
adalah
suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.Oleh karena itu Islam memberi pedoman seluruh aspek kehidupan manusia yaitu dengan al-Qur’an dan hadis. 26
Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1,
h. 12 27
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 12 Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), h.4 29 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, h. 13 28
27
Pendidikan Islam merupakan bagian dari bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran- ukuran Islam. Sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan seruan agama dengan dakwahnya, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan pembentukan pribadi muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dan secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim.30 Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, latihan, serta penggunaan pengamalan.31 Pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap asuhan anak didik agar dapat memahami, mengahayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.32 Berdasarkan definisi dan pengertian yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan agama Islam adalah kegiatan pendidikan yang berupa pengajaran pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani anak didik yang bertujuan untuk membentuk anak didik agar setelah mereka memperoleh pendidikan itu anak didik dapat meyakini, memahami, mengahayati dan mengamalkan seluruh ajaran Islam sehingga mendapatkan kebagiaan hidup di dunia dan akhirat.
30
Zakiah Darajat, dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 28 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.21 32 Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, h. 92 31
28
Pendidikan agama Islam merupakan bagian dari pendidikan nasional. Dengan demikian pendidikan agama Islam tidak akan bertentangan dengan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam tentunya harus sejalan dengan pendidikan nasional.
4. Tujuan Pendidikan Islam Secara
umum
pendidikan
agama
Islam
bertujuan
untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.33 Tujuan pendidikan Islam yaitu mendidik anak-anak, pemudapemudi dan orang dewasa supaya menjadi muslim sejati yang beramal shaleh dan berakhlak mulia. Untuk lebih jelasanya, tujuan pendidikan agama islam dalam segala tingkatan pengajaran umum adalah sebagai berikut:34 a) Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan hikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya. b) Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada anak-anak. c) Mendidik anak-anak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik kepada Allah maupun terhadap masyarakat. d) Mendidik anak-anak dari kecilnya supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik. e) Mengajar pelajaran-pelajaran supaya mengetahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta
33
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h 22 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992), Cet. 17, h. 13 34
29
mengetahui hikmah-hikmah dan pengaruh-pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. f) Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat. g) Memberi contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan nasihat-nasihat. h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama. Adapun tujuan pendidikan agama Islam di SMP berdasarkan standar kompetensiyaitu siswa beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar umat beragama.35 Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup manusia. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah arah yang diharapkan setelah peserta didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.36 Pendidikan
Islam
dengan
sendirinya
adalah
suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan 35
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep, dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130 36 Abu Ahmadi, Noor Salim, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, h. 4
30
oleh hamba Allah. Untuk itu, manusia sebagai ciptaan Allah harus tunduk dan patuh kepada-Nya serta bisa menyeimbangkan antara kepentingan duniawi maupun ukhrawi. Ajaran pokok agama Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan itu mengandung tiga unsur, yaitu: iman, islam dan ihsan.37 Adapun ruang lingkup kelompok mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP yaitu membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama Islam.38 Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:39 a)
Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.
b)
Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.
c)
Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.
d)
Lapangan hidup kemasyarakatan, agar tebina masyarakat yang adil dan makmur dibawah rida dan ampunan Allah SWT.
e)
Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai ajaran Islam.
f)
Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan dan kegairah yang tidak gersang dari nilai moral agama.
37
Ibid, hal. 4-5 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 3, h. 47 39 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.19-20 38
31
g)
Lapangan hidup pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesjahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman. Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat diketahui bahwa inti dari
ajaran pokok agama Islam meliputi aspek aqidah, syariah dan akhlak yang kemudian dikembangkan melalui berbagai disiplin ilmu diantaranya yaitu fiqh, tafsir, hadis, tauhid, akhlak, tasawuf dansebagainya yang kaitannya dalam ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseinbangan antara:40 a) Hubungan manusia dengan Allah SWT b) Hubungan manusia dengan sesama manusia c) Hubungan manusia dengan dirinya d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam sekitarnya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: 1. Keimanan 2. Ibadah 3. Al-Qur’an 4. Akhlaq 5. Muamalah 6. Syari’ah 7. Tarikh Ruang lingkup pengajaran agama di sekolah menegah pertama (SMP) meliputi:41 1. Keimanan (itikad) 2. Abadah (fiqh)
40
Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1,
h. 15-16 41
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992), Cet. 17, h. 71
32
3. Akhlak 4. Sejarah Islam 5. Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis 6. Islam dan kemasyarakatan. Sedangkan kompetensi dasar pendidikan agama Islam untuk SMP meliputi: al-Qur’an, keimanan, fiqh, akhlak dan tarikh.42 Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut: a. Al-Qur’an Hadis
Membaca, mengartikan, dan menyalin.
Menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qomariyah, nun mati/tanwin dan mim mati.
Menerapkan hukum bacaan qal-qalah, tafhim, dan tarqiq, huruf lam dan ro’ serta mad.
Menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham.
b. Aqidah Akhlak
Beriman kepada Allah swt dan memahami sifat-sifatNya.
Beriman kepada Malaikat Allah swt dan memahami tugastugasNya.
Beriman kepada kitab-kitab Allah dan memahami arti beriman kepadaNya.
Beriman kepada rasul-rasul Allah dan memahami arti beriman kepadaNya.
Beriman kepada hari akhir dan memahami arti beriman kepadaNya.
Beriman kepada Qada dan Qadar Allah swt dan memahami arti beriman kepadaNya.
42
Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji
Bertatakrama.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. 4, h. 41
33
c. Fiqh
Melakukan thaharah.
Melakukan shalat wajib
Melakukan macam-macam sujud.
Melakukan shalat jum,at
Shalat jama’ dan qasar.
Melakukan macam-macam shalat sunnah
Melakukan ibadah puasa
Zakat.
Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman, dan binatang yang halal dan haram.
Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.
Memahami tentang ibadah haji dan umrah.
Melakukan shalat jenazah
Memahami tata cara pernikahan.
d. Sejarah Kebudayaan Islam
Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah datang Islam.
Keadaan masyarakat Makkah periode Rasulullah SAW.
Memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datang Islam.
Memahami
perkembangan
Islam
pada
masa
KhulafaurRasyidin.43
6. Dasar- dasar Pendidikan Agama Islam Dasar dasar pendidikan Islam , secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-
43
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep, dan Implementasi Kurikulum 2004, h. 151s
34
dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja adalah al-Qur’an dan Sunnah.44 Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial.AlQur’an merupakan firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Pendidikan karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, termasuk kedalam muamalah, untuk itu pendidikan sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.45 Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar- dasar tersebut ditinjau dari:46 1).
Dasar Yuridis (Hukum) Yang
dimaksud
dasar
hukum
dalam
pelaksanaan
pendidikan agama adalah berasal dari peraturan undang-undang yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolahsekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Disebutkan dalam Undang-Undang SISDIKNAS Pasal 12 ayat 1 yang berbunyi “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.47
44
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), Cet. Ke-IV, hal. 9 45 Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 20 46 Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1, h. 16-17 47 Anwar, Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003) h. 40
35
2).
Dasar Religius (Agama) Dasar agama yakni dasar-dasar yang besumber dari ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam Islam, melaksanakan agama merupakan perintah yang sekaligus ibadah. Al-Qur’an menunjukkan adanya perintah tersebut antara lain:
a) Q.S. An Nahl ayat 125 Artinya :“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
b) Q.S. Ali-Imran ayat 104 Artinya :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Syech Muhammad Abduh dalam buku Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam karya Abu Ahmadi dan Noor Salimi menyatakan bahwa “Islam adalah agama fitrah manusia, jadi
36
manusia berkemampuan dasar untuk beragama tersebut”.48 Bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk yang dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang religious, meskipun nilai dan kedalaman pengaruh tersebut bagi masing-masingnya tidak sama. Sejalan dengan hal tersebut diatas kenyataan sejarah manusia membuktikan bahwa manusia baik secara kelompok maupun perseorangan selalu memiliki agama, meskipun bentuk maupun corak atau isi agama bagi masing-masing orang atau kelompok tidak sama. Kenyataan demikian telah membuktikan bahwa manusia didalam dirinya terdapat kemampuan dasar untuk beragama. Dari ayat diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran Islam ada perintah untuk melaksanakan pendidikan agama. Dengan belajar manusia akan mendapat ilmu pengetahuan dan Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Mujadallah ayat 11, yaitu: Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” 3).
Dasar Sosial Psikologis Semua manusia yang hidup di dunia ini pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain apapun alasannya. Dan dalam menjalani kehidupan manusia selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang biasa disebut dengan agama.
48
Abu Ahmadi, Noor Salim, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, h. 7-8
37
Bagi masyarakat muslim, diperlukan adanya pendidikan agama agar dapat mengarahkan mereka kearah yang benar sehingga dapat mengabdi dan menundukkan diri kepada Allah SWT. Tanpa adanya pendidikan agama dari satu
generasi ke
generasi lain maka akan semakin jauh dari pengalaman agama yang benar.49 Manusia merasakan bahwa jiwanya mengakui adanya dzat yang maha kuasa tempat manusia itu memohon pertolongan dan perlindungan.Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya ketika seseorang itu merasa dekat dengan Tuhannya. Manusia akan merasa dekat dengan Tuhannya dan tentram hatinya ketika manusia itu menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi: Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
C. Kerangka berfikir dan Hipotesis 1.
Kerangka berfikir Dalam
dunia
pendidikan,
terutama
sekolah
model
pembelajaran menjadi salah satu hal yang menentukan hasil belajar serta tecapainya tujuan pembelajaran.Bagi seorang guru, disadari atau tidak bahwasanya setiap mengajar sudah tentu dihadapkan dengan berbagai masalah. Diantaranya daya tangkap siswa yang berbeda-beda, tingkah laku yang bermacam-macam ataupun yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini 49
h. 18
Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1,
38
disebabkan oleh faktor cara belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang audio, kinestetik dan visual. Hal ini selalu terjadi pada tiap-tiap tahun di sekolah-sekolah dan masalahnya tidak jauh berbeda dengan masalah-masalah yang ada sebelumnya.Sebagian guru beranggapan ini adalah hal yang simple, sederhana, dan mudah ketika hanya menganggap mengajar itu merupakan memindahkan ilmu yang ada di kepala guru ke kepala siswa sesudah itu melakukan pengajaran kemudian di akhiri dengan evaluasi atau tes. Padahal kenyataannya tidak semudah itu, tetapi seorang guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu tetapi bagaimana ilmu yang sudah didapat siswa itu dapat dipahami dan di aplikasikan dalam kehidupannya serta bagaimana siswa dapat mengaitkan antara pelajaran yang ia pelajari dengan situasi yang terjadi disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pembelajaran kontekstual sehingga semakin banyak yang siswa pahami maka akan semakin banyak makna yang siswa dapatkan. Jika seorang guru memahami hal-hal seperti ini seharusnya guru mencoba mengamati setiap pertemuan dalam kegiatan belajar mengajar supaya guru mengetahui apa sebenarnya kesulitankesulitan yang dihadapi siswa yang bertujuan untuk pertemuanpertemuan selanjutnya bisa diperbaiki menjadi lebih baik. 2.
Hipotesis Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho = Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar PAI antara siswa yang diajar dengan pendekatan CTL dengan yang diajar mengunakan pendekatan konvensional. Ha = Rata-rata hasil belajar PAI siswa yang diajar dengan pendekatan CTL lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar mengunakan pendekatan konvensional.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak atau hasil dari penggunaan model pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan.
B. Tempat dan Waktu, dan Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan Jln.Cireundeu Raya No. 2 Ciputat Kode Pos 15419 Tlp. 021-7401084 pada bulan Oktober-November 2010.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu), yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan Kontrol atau memanipulasi semua varibel yang relevan.1Metode ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang sebenarnya yang awalnya merupakan sebuah perkiraan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui dampak atau hasil dari penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar PAI siswa dengan cara menerapkan suatu perlakuan terhadap satu 1
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 106
39
40
kelompok eksperimen dan memperbandingkannya dengan satu kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent Kontrol group design.Dalam penelitian yang menggunakan desain ini kelompok eksperimen ataupun kelompok Kontrol tidak dipilih secara random.2 Table 3.1 Desain Penelitian Kelompok
Pretest
Eksperimen
T1
Kontrol
T1
Perlakuan Pendekatan Kontekstual (CTL) Pendekatan Konvensional
Post test T2 T2
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.3Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4Adapun populasi tersebut adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tangerang Selatan yang berjumlah 413 siswa.Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sample atau sampel betujuan. Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan suatu tes yang baik seperti validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.5 Pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan purposive sample yaitu sebanyak 10% - 20 % dari populasi yang ada.Sampel yang diambil terdiri dari dua kelas yaitu sebanyak 80 siswa. Sedangkan sample yang diambil yaitu kelas VII-2 dan VII-4. Kelas VII-2 yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas VII-4 dijadikan kelas kontrol.
2
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabet 2009),
h. 116 3
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 108 4 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 109 5 Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algresindo: 2001), h. 96-97
41
E. Variable Penelitian Variabel penelitian adalah gejala bervariasi yang menjadi objek penelitian yang bervariasi. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variable bebas (X) adalah penggunaan pembelajaran kontekstual dan adapun yang menjadi terikat (Y) adalah hasil belajar PAI siswa.
F. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini digunakan instrumen berbentuk tes hasil belajar yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 40 soal, untuk mengukur kemampuan kognitf siswa yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi pada pokok bahasan thaharah. Intrumen tes berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban A, B, C, dan D. Pengukuran validitas isi untuk instrumen dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada para ahli yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi agama islam. Selanjutnya untuk melihat validitas internal, dilakukan analisis terhadap hasil uji coba instrument.Hasil uji coba instrument tes hasil belajar PAI diolah dengan menggunakan program Anates untuk melihat validitas dari setiap butir soal secara keseluruhan. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan terhadap 25 orang siswa kelas VIII SMP N 2 Tangerang Selatan, ternyata diperoleh butir soal yang diterima dan dapat digunakan dalam penelitian (valid) sebanayak 40 butir, diantaranya adalah nomor 1, 5, 7, 8, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33,35, 37, 38, 39 dan 40.
42
Tabel 3.2Kisi-kisi Test Hasil Belajar PAI Final No.
Indikator
Soal pilihan ganda C1
C2
C3
Jumlah
Menjelaskan pengertian dan tata cara berwudhu, 1.
tayamum, dan mandi
1,5
2
wajib
Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan 2.
berwudhu, tayamum,
7, 8
dan mandi wajib
2
Mendemonstrasikan 3.
berwudhu, tayamum,
11, 17,
dan mandi wajib
18, 19
Menjelaskan pengertian 4.
hadas dan najis
20, 21
22, 23,
6
3
26
Menyebutkan macam-
5.
macam hadas dan najis 1.5 27,28, serta cara 30,31 mensucikannya
32,33, 35
29
8
39
4
Menjelaskan perbedaan 6.
antara hadas dengan najis
37,38, 40
43
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes yaitu tes hasil belajar siswa. 1. Tahap-Tahap Proses Penelitian a. Tahap Persiapan Persiapan yang dilakukan adalah penyesuaian waktu belajar disekolah dengan satuan pelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan, juga penyusunan materi yang diajarkan serta dilakukan pembuatan dan pengujian instrument.Instumen diuji cobakan kepada siswa yang telah mempelajari standar kompetensi meteri yang digunakan dalam penelitian.Sebelum di uji cobakan instrumen tersebut, instrument di judgment terlebih dahulu oleh beberapa pakar pendidikan agama Islam.Dalam hal ini adalah guru-guru pendidikan agama Islam. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian dilakukan langsung oleh peneliti di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan yang dimulai dengan penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) pada kelas VII2 (kelas eksperimen) dan dan pendekatan konvensional pada kelas VII-4 (kelas kontrol). c. Tahap Penelesaian Setelah pokok bahasan thaharah selesai diajarkan pada dua kelas dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, maka kemudian diadakan tes hasil belajar pada dua kelas tersebut dengan instrument berupa soal pilihan ganda berjumlah 40 soal.Substansi materi tes berupa materi pelajaran pendidikan agama Islam SMP pada pokok bahasan thaharah yang disesuaikan dengan KTSP.
44
2. Analisis Instrumen Penelitian a. Analisis Validitas Instrumen Validitas
dapat
diartikan
dengan
ketepatan,
kebenaran, keasahihan, atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, telah dapat mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya di ungkapkan atau diukur lewat tes tersebut. Validitas merupakan proses yang dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan data secara empiris guna mendukung
kesimpulan
yang
dihasilkan
oleh
skor
instrument. Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Untuk tes cara yang digunakan penulis untuk mengukur validitas soal adalah rumus point biserial, dengan rumus sebagai berikut:6 𝑀𝑃 −𝑀 1
𝑝
𝑆𝐷
𝑞
rbis=
Keterangan: rbis
= Koefisien korelasi point biserial yang dianggap sebagai validitas butir soal
6
Mp
=Skor rata-rata hitung yang dijawab benar
Mt
=Skor rata-rata dari skor total
SDt
=Standar deviasi skor total
p
=Proporsi siswa yang menjawab benar
q
= Proporsi siswa yang menjawab salah
Anas sudujono, 2008), h. 258
Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
45
b. Analisis Reabilitas Instrumen Kata “reabilitas” sering diterjemahkan dengan keajegan atau kemantapan.Suatu alat ukur memiliki reabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal. Untuk menentukan reabiliatas tes penulis menggunakan rumus yang digunakan oleh Kuder dan Richardson (KR-20)7: r11=
𝑛
𝑆 2 −Σ𝑝𝑞
𝑛 −1
𝑆2
Keterangan: r11
= Reabilitas tes secara keseluruhan
p
= Proporsi subjek yang menjawabitem dengan benar
q
=Proporsi subjek yang menjawabitem dengan salah
∑pq
= Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n
=Banyaknya item
S
=Standar deviasi dari tes
c. Pengujian Taraf Kesukaran Tahap kesukaran bertujuan untuk mengetahui bobot soal, karena butir-butir soal dinyatakan baik apabila butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Untuk mengukur taraf kesukaran soal digunakan rumus:8 𝐵
P= 𝑗𝑁 Keterangan: P
= Indeks Kesukaran soal
B
= Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
7
Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 100-
8
Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 208
101
46
JN
= Jumlah seluruh siswa peserta tes Setelah mendapatkan hasil, maka hasil tersebut
dapat di interpretasikan dengan merujuk pada ketentuan indeks kesukaran yang diklasifikasikan sebagai berikut: 0,70 - 1,00
= Soal Mudah
0,30 - 0,69
= Soal Sedang
0,00 - 0,29
= Soal Sukar
d. Pengujian Daya Pembeda Daya pembeda
adalah kemampuan suatu butir
item tes hasil belajar untuk dapat membedakan kemapuan peserta tes (siswa). Rumus yang digunakan untuk mengukur daya pembeda pada soal pilihan ganda adalah:9 𝐵
D=PA – PB= 𝐽 𝐴 𝐴
𝐵𝐵 𝐽𝐵
Keterangan: D
: Daya pembeda
BA
: Banyaknya siswa kelas atasyang
menjawab
benar untuk setiap butir soal BB: Banyaknya siswa kelas bawahyang menjawab benar untuk setiap butir soal JA JB
: Jumlah siswa kelas atas : Jumlah siswa kelas bawah
Kriteria daya pembeda:
9
0,00 – 0,20
Jelek
0,20 – 0,40
Cukup
0,40 – 0,70
Baik
0,70 – 1,00
Baik sekali
Suharsimi.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 213-214
47
H. Teknik Analisis Data 1.
Analisis data a. Uji Normalitas Uji
normalitas
dilakukan
untuk
melihat
kenormalan
penyebaran data. Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah Tes Kai Kuadrat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji normalitas dengan menggunakan tes kai kuadrat adalah sebagai berikut:10 1) Menentukan kelas interval 2) Menentukan panjang kelas interval 3) Menyusun kedalam table distribusi frekuensi 4) Menghitung ft (frekuensi yang diharapkan) 5) Memasukkan harga-harga ft kedalam table kolom ft, sekaligus menghitung harga-harga (fo – ft)2dan (fo - ft)2/ft. 6) Harga (fo - ft)2/ft merupakan harga kai kuadrat yang dihitung. 7) Membandingkan harga kai kuadrat hitung dengan kai kuadrat table. Jika harga kai kuadrat hitung lebih kecil dari pada kai kuadrat hitung table maka dinyatakan berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua kelompok yang deteliti. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F yaitu: 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟
F hitung = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
10
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 382-389
48
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0, dimana H0 adalah sampel varians yang homogen dengan F
hitung<𝐹𝑎 (n1
– 1, n2
– 1).
2.
Pengujian Hipotesis dengan Uji-t Setelah data terkumpul, maka data di uji dengan t-tes untuk sampel bebas: a)
Jika varians populasi homogen, maka: to=
b)
𝑥 1 −𝑥 2 𝑠𝑔
𝐼 𝐼 + 𝑛1 𝑛2
dimana 𝑠𝑔 =
𝑛 1 − 1 𝑠𝐼 2 + 𝑛 2 − 1 𝑠2 2 𝑛1+ 𝑛2− 2
Jika varians populasi heterogen, maka: 𝑥 1 −𝑥 2
thitung=
𝑆𝐼2 𝑆22 + 𝑛1 𝑛2
Keterangan: n1
:
Jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2
: Jumlah
𝑥1
: Mean pada kelompok eksperimen
𝑥2
:Mean pada kelompok kontrol
𝑆1 2
: Varians mean pada kelompok eksperimen
𝑆2 2
:Varians mean pada kelompok Kontrol
siswa kelompok padakontrol
Dengan mean sebagai berikut: 𝑥1 =
𝑥1 =
𝑥1 𝑛1
𝑥2 𝑛2
, untuk kelompok eksperimen
, untuk kelompok kontrol
I. Hipotesis Statistik Dengan bentuk hipotesis statistik sebagai berikut: 𝐻0 : 𝜇𝐸 = 𝜇𝐾 𝐻𝑎 :𝜇𝐸 > 𝜇𝐾
49
Keterangan: 𝜇𝐸
= rata-rata hasil belajar PAI yang diajar menggunakan pendekatan kontekstual (CTL)
𝜇𝐾
= rata-rata hasil belajar PAI yang diajar menggunakan pendekatan konvensional
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Thitung ≤ ttabel,maka Ha ditolak dan Ho diterima Thitung > t table, maka Ha diterima dan Ho ditolak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil penghitungan akhir serta pembahasan hasil penelitan, sedangkan untuk perincian data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiranlampiran. Data yang didapat dalam penelitian ini berasal dari hasil pretes dan postes. A. Profil SMP N 2 Tangerang Selatan Tahun 2010/2011 a. Identitas Sekolah Nama sekolah
: SMP N 2 Kota Tangerang Selatan
NSS
: 201280310001
NPSN
: 20603125
Akreditasi
:A
Alamat
: Jl. Cireundeu Raya No. 2, Ciputat Timur
Kode Pos
: 15419
Telephone
: 021 - 7401084
Faximili
: 021 - 7402310
E-mail
:
[email protected]
Website
: www.smpn2tangsel.com
b.
Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
50
51
Visi dari SMP Negeri 2 Tangerang Selatan adalah unggul dalam prestasi santun dalam prilaku.Sedangkan Misinya adalah menyelenggarakan pembelajaran efektif berwawasan IPTEK berlandaskan IMTAQ.Dan tujuan dari SMP Negeri 2 Tangerang Selatan adalah menghasilakan lulusan yang cerdas, kreatif, kompetitif dan berakhlakul karimah. c. Data Guru dan Pegawai Tabel 4.1 Guru dan Pegawai SMP N 2 Tangerang Selatan L
P
L+P
PNS
Non PNS
Guru
17
35
52
52
11
Pegawai
5
5
10
2
8
Pesuruh
4
-
4
-
4
Satpam
3
-
3
-
3
Jumlah
29
40
69
54
26
d. Data Siswa Tabel 4.2 Data Siswa SMP N 2 Tangerang Selatan Kelas
Rombel
L
P
L+P
VII
10
205
208
413
VII
9
176
184
360
IX
9
171
165
336
Jumlah
28
552
557
1109
B. Deskripsi Data Penelitian ini berlangsung di SMP N 2 Tangerang selatan seperti yang telah dikemukakan pada Bab III dengan sampel kelas VII yaitu VII-2 dan VII-4, dimana kelas VII-2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII -4 sebagai kelompok kontrol. Dalam penelitian ini yang dilakukan setelah sampel ditentukan yaitu memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi thaharah
52
yang akan diajarkan dengan dengan menggunakan tes yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 25 butir yang sebelumnya telah di uji validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan alternatife 4 jawaban.
Setelah
didapatkan
hasilnya
kemuadian
masing-masing
kelompok diberi perlakuan yang berbeda.Kelompok eksperimen belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan kelompok kontrol tetap seperti biasa guru mengajar yaitu dengan ceramah.Pada saat pembelajaran mengenai materi thaharah selesai kemudian diberikan postes untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah dikenai perlakuan yang berbeda. Berikut ini disajikan data dari dua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil dari pretes dan postes.
Tabel 4.3 Data nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol No
Kelompok
No
Kelompok
Subjek
Eksperimen
Subjek
Kontrol
Pretes
Postes
Pretes
Postes
1
36
72
1
20
76
2
40
92
2
48
92
3
32
84
3
20
76
4
36
84
4
32
72
5
24
80
5
32
88
6
24
80
6
28
84
7
36
88
7
20
72
8
32
80
8
12
68
9
28
80
9
32
76
10
36
80
10
20
76
11
20
80
11
16
72
12
40
84
12
24
76
13
24
80
13
12
88
53
14
28
96
14
24
76
15
20
84
15
20
80
16
20
76
16
32
76
17
12
68
17
36
76
18
12
80
18
40
76
19
20
88
19
24
76
20
36
80
20
24
80
21
40
80
21
8
64
22
16
80
22
28
76
23
32
76
23
16
80
24
16
80
24
20
76
25
20
84
25
16
80
26
28
76
26
16
72
27
12
84
27
20
72
28
16
80
28
28
76
29
52
92
29
24
76
30
16
72
30
36
76
31
28
80
31
28
80
32
36
84
32
36
76
33
12
84
33
28
92
34
24
80
34
32
84
35
36
80
35
36
80
36
24
80
36
28
72
37
40
84
37
24
76
38
40
96
38
28
72
39
24
84
39
16
76
Rata-rata
27,38
81,85
Rata-rata
25,23
77,23
SD
9,86
5,72
SD
8,41
5,74
54
1. Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen Dari tabel 4.1 dapat diketahui nilai rata-rata skor pretes dan postes hasil belajar Pendidikan agama islam ada pokok bahasan thaharah , tingkat pemahaman siswa sebelum pembelajaran 27,38, sedangkan stelah mengalami proses pembelajaran mengalami peningkatan yang rata-ratanya 81,85. hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dapat terlihat secara langsung dari kenaikan rata-rata hasil belajar yang didapatkan.
Table 4.4 Rekap Hasil Belajar PAI (thaharah) Kelompok Eksperimen Data
Pretes
Postes
N
39
39
Rata-rata
27,38
81,85
SD
9,86
5,72
2. Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol Dari tabel 4.1 dapat diketahui nilai rata-rata skor pretes dan postes hasil belajar Pendidikan agama islam ada pokok bahasan thaharah , tingkat pemahaman siswa sebelum pembelajaran 25,23, sedangkan stelah mengalami proses pembelajaran mengalami peningkatan yang rata-ratanya 77,23. hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dapat terlihat secara langsung dari kenaikan rata-rata hasil belajar yang didapatkan. Table 4.5 Rekap Hasil Belajar PAI (thaharah) Kelompok Kontrol Data
Pretes
Postes
N
39
39
Rata-rata
25,23
77,23
SD
8,41
5,74
55
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian prasyarat analisis yang berupa uji normalitas dan homogenitas
untuk
mengetahui
apakah
sampel
yang
digunakan
berdidtribusi normal atau tidak dan apakah sampel yang digunakan bersifat homogen atau tidak. 1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan sebagai uji prasyarat data sebelum melakukan uji hipotesis statistik. Uji normalitas yaitu untuk mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak dengan syarat Kai- Kuadrat hitung lebih kecil dari Kai-Kuadrat tabel maka sampel yanh digunakan berdistribusi normal, tetapi sebaliknya jika Kai-Kuadrat hitung lebih besar dari Kai-Kuadrat tabel maka sampel yang digunakan tidak berdistribusi normal. a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen Pada pretes kelompok eksperimen, uji normalitas dilakukan dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran 5.hasil data dapat dilihat pada tabel 4.6berikut ini. Table 4.6 Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen N
x2hitung
x2 tabel
Kesimpulan 2
x 39
9,59
11,07
<x2 , sehingga
sampel berdistribusi normal
b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol Pada pretes kelompok kontrol, uji normalitas dilakukan dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat
56
dilihat pada lampiran 5.hasil data dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
Table 4.7 Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol x2 hitung
N
x2 tabel
Kesimpulan x2
39
8,91
11,07
<x2 , sehingga
sampel
berdistribusi
normal
c. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen Pada postes kelompok eksperimen, uji normalitas dilakukan dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran 6.hasil data dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
Table. 4.8 Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen x2hitung
N
x2tabel
Kesimpulan x2hitung<x2tabel,
39
7,90
11,07
sehingga
sampel
berdistribusi normal
d. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol Pada postes kelompok kontrol, uji normalitas dilakukan dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran 6.hasil data dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini. Table 4.9 Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen N 39
x2hitung 8,44
x2tabel 11,07
Kesimpulan x2hitung<x2tabel, sehingga
sampel
57
berdistribusi normal
2.
Uji Homogenitas Pada uji homogenitas pengujian yang dilakukan terhadap hasil pretes dan postes adalah dengan rumus fisher, syarat dalam uji homogenitas ini adalah jika fhitung lebih kecil dari f
table
maka
kedua kelompok dinyatakan homogen, tetapi jika fhitung lebih besar dari ftabel maka kelompok dinyatakan tidak homogen. a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hasil penghitungan uji homogenitas pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan perhitungan yang terdapat dalam lampiran 7, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini. Table. 4.10 Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol fhitung
ftabel
Keterangan fhitung <
1,38
1,72
kedua
ftabel , maka kelompok
homogen b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hasil penghitungan uji homogenitas postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan perhitungan yang terdapat dalam lampiran 8, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.
Table 4.11 Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol fhitung
ftabel
Keterangan
1,26
1,72
fhitung < ftabel , maka kedua
58
kelompok homogen
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Analisis Data Berdasarkan hasil pretes diketahui hasil rata-rata kelas eksperimen 27,38 dan kelas kontrol 25,23. Sedangkan dari hasil rata-rata postes yang diberikan, diketahui hasil rata-rata yang didapat kelas eksperimen yaitu 81,85 dan kelas kontrol yaitu 77,23.
Dari hasil tersebut diatas dapat
diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual melalui model pembelajaran berbasis pendekatan proses memiliki kenaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan siswa yang hanya diajarkan dengan metode tradisional (ceramah). Kedua kelas tersebut berada dalam distribusi normal pada uji normalitas pretes dan postes. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian prasyarat analisis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang menyatakan x2hitung ≤ x2tabel, dengan nilai x2tabel pada taraf kepercayaan 95% (α= 0,05) sebesar 11,07. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrolpun bersifat homogeny
berdasarkan hasi uji pretes yang
menyatakan x2hitung ≤ x2tabel, dengan nilai x2tabel pada taraf 95% (α= 0,05) sebesar 1,38≤1,72. Dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrolpun bersifat homogeny berdasarkan hasi uji postes yang menyatakan x2hitung ≤ x2tabel, dengan nilai x2tabel pada taraf 95% (α= 0,05) sebesar1,26≤1,72. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t pada taraf kepercayaan 95% (α= 0,05). Hasil uji rata-rata pretes dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretes kelompok eksperimen dan nilai pretes kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung sebesar 1,02 dan nilai ttabel sebesar 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho yaitu thitung < ttabel atau 1,02 < 1,99, dengan demikian Ho diterima dan Ha
59
ditolak pada taraf kepercayaan 95%.dan hal ini menunjukkan bahwatidak terdapat perbedaan yang signfikan antara rata-rata pretes kelompok eksperimen dan nilai pretes kelompok kontrol. Tabel 4. 12 Hasil Uji “t” kemampuan awal siswa Variabel
thitung
ttabel
1,02
1,99
Kemampuan awal siswa belajar (kognitif)
Kesimpulan thitung< ttabel , maka Ho diterima
Sedangkan pada uji t pada taraf kepercayaan 95% (α= 0,05). Hasil uji rata-rata postes dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai postes kelompok eksperimen dan nilai postes kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung sebesar 3,37 dan nilai ttabel sebesar 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha, yaitu thitung> ttabel atau 3,45> 1,99, dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Dan hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signfikan antara rata-rata postes kelompok eksperimen dan nilai postes kelompok kontrol. Tabel 4.13 Hasil uji “t’ hasil belajar siswa setelah mengalamipembelajaran (postes) Variabel Hasil belajar siswa (kognitif)
thitung
ttabel
3,45
1,99
Kesimpulan thitung> ttabel , maka Ho ditolak
2. Pembahasan Berdasarkan hasil nilai rata-rata yang diperoleh, dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) lebih baik dibandingkan dengan pendekatan tradisional (ceramah).Hal ini dibuktikan dari hasil postes yang dimana nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari
60
nilai rata-rata kelompok kontrol. Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 81,85, sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 77,23. Tingginya nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen ini dibandingkan dengan kelompok kontrol membuktikan bahwa siswa lebih antusias belajar lebih besar bila dibandingkan kelompok kontrol.Karena pada dasarnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh guru, motivasi, minat belajar, perhatian, lingkungan belajar, media yang digunakan, metode yang digunakan, serta masih banyak lagi yang tentunya dipakai dalam pembelajaran.Semua itu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran pendidikan agama islam yang menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) ini, peneliti menyajikan materi dengan menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, yang artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung dan mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan. Dengan pendekatan CTL ini diharapkan agar siswa semangat, perhatian, serta minat belajarnya lebih baik sehingga pembelajaranpun menjadi lebih efektif. Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual hasilnya meningkat dan cukup signifikan dibandingkan dengan menggunakan pendekatan
tradisional.
Berdasarkan
hasil
penelitian
dengan
menggunakan data berupa hasil penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap penggunaan pendekakatan kontekstual (CTL) ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat peneruh yang cukup positif untuk proses pembelajaran.
BAB V PENUTUP Dari hasil analis data yang diperoleh, maka didapat kesimpulan dan diberikan saran-saran sebagai berikut: A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar PAI siswa pada pokok bahasan thaharah oleh siswa kelas VII-2 SMP N 2 Tangerang Selatan. Hal ini dinyatakan dari hasil penghitungan uji hipotesis pada data penelitian dengan dengan diperoleh hasil bahwa thitung > ttabel atau 3,37 > 1,99.
B.
Saran Bersadarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Dalam
melaksanakan
pembelajaran
hendaknya
guru
memperhatikan gaya belajar siswa serta lebih kreatif lagi dalam
menggunakan
strategi
pembelajaran
sehingga
pembelajaran akan berjalan efektif 2.
Dalam pelitian menggunakan pendekatan kontekstual ini, peneliti harus lebih mengenal siswa dan pandaui memilihih materi yang akan digunakan dalam penelitian. 61
DAFTAR PUSTAKA
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 258 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, Cet. Ke-4 Asep, Asra, dan Laksmi, Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung: UPI Press, 2007, Cet. Ke-1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, Cet. Ke-9 Drajat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 -------------------,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Johnson, B, Ellaine , Contextual Teaching & Learning: menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2007 Kesuma, Darma, Contextual Teaching & Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM, Garut: Rahayasa Reseac & Training, 2010 Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algresindo: 2001) Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK, Malang: Universitas Negeri Malang, 2004 Sabri, Alisuf, Psikolgi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet. Ke-2 Sa’diah, Rika, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009, Cet. I Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009 Slamet, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, Cet. I
57
58
Santrock, John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008 Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001) Sudjana, Nana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, cet. Ke-7 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabet 2009) Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) ------------, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992), Cet. 17 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Eksperimen) ... 59
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Kontrol) .......... 65
Lampiran 3
Rekap Analisi Butir Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda, Tingkat kesukaran ..................................................................................... 71
Lampiran 4.
Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 72
Lampiran 5.
Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 73
Lampiran 6.
Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 74
Lampiran 7.
Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 78
Lampiran 8
Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Eksprimen ......................... 82
Lampiran 9
Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Kontrol.............................. 83
Lampiran 10 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Eksprimen ........................ 84 Lampiran 11 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Kontrol ............................. 85 Lampiran 12. Perhitungan Uji t Pretes dan Postes ............................................. 86 Lampiran 13 Lembar Kerja siswa 1 .................................................................. 88 Lampiran 14 Lemabar Kerja Siswa 2................................................................ 89 Lampiran 15 Kisi-Kisi Uji coba Instrumen dan Pemetaan Soal Validasi ......... 90
viii
ix
59
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Eksperimen)
Sekolah
:
SMP
Mata Pelajaran
:
Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester
:
VII/1
Standar Kompetensi
:
1. Memahami ketentuan – ketentuan thaharah (bersuci)
Kompetensi Dasar
:
1.1.Menjelaskan ketentuan –ketentuan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Indikator
Menjelaskan pengertian dan tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Mendemonstrasikan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Alokasi Waktu
:
4 X 40 menit ( 2 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian dan tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib, hal-hal yang menyebabkannya serta mendemonstrasikannya.
Materi Pembelajaran
Pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Hal-hal yang menyebabkan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Demonstrasi berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
60
Tutor sebaya
Demonstrasi
CTL
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Guru memberi salam dan bersama siswa membuka dengan berdoa
Membaca ayat-ayat pendek/ Tadarrus
Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya thaharah terutama berwudhu, tayamum, dan mandi wajib.
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
Kegiatan Inti
Guru memberikan pertanyaan penuntun kepada siswa dan siap menjawa semampunya
Siswa mendiskusikan tentang Taharah : Wudhu, Tayamum dan mandi wajib
Salah satu perwakilan kelompok memprenstsikan hasil diskusinya
Guru menambahkan penjelasan kesimpulan hasil diskusi tentang Taharah : Whuduh, Tayammum dan mandi wajib
Guru bertanya apakah yang dimaksud dengan Taharah atau bersuci ?
Siswa menjawab pertanyaan guru
Siswa menelaah lebih dalam mengenai berwudhu, tayamum, dan mandi wajib.
Siswa berlatih mendemonstrasikan mandi wajib dengan metode tutor sebaya.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini. Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
Sumber Belajar Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira
61
Lembar Kerja Siswa Mushaf Al-Qur’an
Penilaian Teknik
Tes tertulis
Bentuk Instrumen
Tes uraian
Instrumen 1. Jelaskan pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib! 2. Jelaskan cara-cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib! 3. Jelaskan sebab-sebab berwudhu, tayamum, dan mandi wajib! 4. Apakah hukum berwudhu, tayamum, dan mandi wajib? 5. Jelaskan sunah berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
........................., ................ 20..... Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM
___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008
NIP
62
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Eksperimen)
Sekolah
:
SMP N 2 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
:
Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester
:
VII/1
Standar Kompetensi
:
1. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah (bersuci)
Kompetensi Dasar
:
Indikator
1.2. Menjelaskan perbedaan hadas dan najis
Menjelaskan pengertian hadas dan najis
Menyebutkan macam-macam hadas dan najis serta cara mensucikannya
Menjelaskan perbedaan antara hadas dengan najis
Alokasi Waktu
:
2 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian hadas dan najis, menyebutkan macammacamnya dan cara mensucikannya, serta menjelaskan perbedaan antara hadas dan najis.
Materi Pembelajaran
Pengertian hadas dan najis
Macam-macam hadas dan cara mensucikannya
Macam-macam najis dan cara mensucikannya
Perbedaan antara hadas dengan najis
Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Ceramah
63
Diskusi
Penugasan
CTL
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Guru memberi salam dan bersama siswa membuka dengan berdoa
Membaca ayat-ayat pendek/ Tadarrus
Apersepsi
Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya bersuci.
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang hadas dan najis, pembagiannya serta cara mensucikannya.
Siswa berdiskusi untuk mencari perbedaan antara hadas dan najis.
Siswa melaporkan hasilnya.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini. Bermanfaat atau tidak? Menyenangkan atau tidak?
Sumber Belajar Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira LKS
Penilaian Teknik:
Tes tertulis
Bentuk Instrumen:
Tes uraian
64
Instrumen: 1. Jelaskan pengertian hadas! 2. Jelaskan pengertian najis! 3. Sebutkan pembagian hadas! 4. Sebutkan pembagian najis! 5. Bagaimana cara menghilangkan hadas kecil?
........................., ................ 20..... Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM
___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008
NIP
65
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Kontrol)
Sekolah
:
SMP N 2 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
:
Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester
:
VII/1
Standar Kompetensi
:
1.
Memahami ketentuan – ketentuan thaharah (bersuci)
Kompetensi Dasar
:
1.2.Menjelaskan ketentuan –ketentuan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Indikator
Menjelaskan pengertian dan tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Mendemonstrasikan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Alokasi Waktu
:
4 X 40 menit ( 2 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian dan tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib, hal-hal yang menyebabkannya serta mendemonstrasikannya.
Materi Pembelajaran
Pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Hal-hal yang menyebabkan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Demonstrasi berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
66
Metode Pembelajaran:
Ceramah
Hapalan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan : Guru memberi salamdan bersama siswa membuka dengan berdoa Membaca ayat-ayat pendek/ tadarus
Kegiatan Inti: Guru menjelaskan pengertian dan hal-hal yang menyebabkan wudhu, tayamum, dan mandi wajib Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai wudhu, tayamum, dan mandi wajib Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa menghafal niat wudhu, tayamum, dan mandi wajib Siswa mengerjakan lembar kerja
Kegiata Akhir Refleksi : Diharapkan siswa mampu mengerti, memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan Taharah : Whudu, dan Tayammum serta mengamalkan dengan benar sebelum melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari
Sumber Belajar Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira Lembar Kerja Siswa Mushaf Al-Qur’an
67
Penilaian Teknik
Tes tertulis
Bentuk Instrumen
Tes uraian
Instrumen 1. Jelaskan pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib! 2. Jelaskan cara-cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib! 3. Jelaskan sebab-sebab berwudhu, tayamum, dan mandi wajib! 4. Apakah hukum berwudhu, tayamum, dan mandi wajib? 5. Jelaskan sunah berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
........................., ................ 20..... Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM
___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008
NIP
68
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Kontrol)
Sekolah
:
SMP N 2 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
:
Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester
:
VII/1
Standar Kompetensi
:
1. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah (bersuci)
Kompetensi Dasar
:
Indikator
1.2. Menjelaskan perbedaan hadas dan najis
Menjelaskan pengertian hadas dan najis
Menyebutkan macam-macam hadas dan najis serta cara mensucikannya
Menjelaskan perbedaan antara hadas dengan najis
Alokasi Waktu
:
2 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian hadas dan najis, menyebutkan macammacamnya dan cara mensucikannya, serta menjelaskan perbedaan antara hadas dan najis.
Materi Pembelajaran
Pengertian hadas dan najis
Macam-macam hadas dan cara mensucikannya
Macam-macam najis dan cara mensucikannya
Perbedaan antara hadas dengan najis
Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Ceramah
69
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal : Guru memberi salamdan bersama siswa membuka dengan berdoa Membaca ayat-ayat pendek/ Tadarrus Mereview pelajaran terakhir yang telah diberikan
Kegiatan Inti: Guru menjelaskan pengertian hadas dan najis Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai hadas dan najis Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa mengerjakan lembar kerja
Kegiatan Akhir: Refleksi : Diharapkan siswa mampu mengerti, memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hadas dan Najis, ketentuan serta dapat dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
Sumber Belajar Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira Al-Qur’an dan Terjemahan LKS
Penilaian Teknik:
Tes tertulis
Bentuk Instrumen:
Tes uraian
70
Instrumen: 1. Jelaskan pengertian hadas! 2. Jelaskan pengertian najis! 3. Sebutkan pembagian hadas! 4. Sebutkan pembagian najis! 5. Bagaimana cara menghilangkan hadas kecil?
........................., ................ 20..... Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM
___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008
NIP
76
Lampiran 3. REKAPITULASI VALIDITAS,REABILITAS, DAYA PEMBEDA, TINGKAT KESUKARAN REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 25.36 Simpang Baku= 5.93 KorelasiXY= 0.58 Reliabilitas Tes= 0.74 Butir Soal= 40 Jumlah Subyek= 25 Nama berkas: G:\VITRIA ALVIANI.ANA Btr Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
D.Pembeda(%) 57.14 -14.29 14.29 0.00 42.86 14.29 57.14 57.14 14.29 0.00 42.86 28.57 14.29 28.57 14.29 14.29 71.43 57.14 42.86 57.14 57.14 42.86 28.57 14.29 14.29 28.57 57.14 57.14 57.14 42.86 42.86 42.86 85.71 0.00 42.86 0.00 57.14 28.57 28.57 28.57
T. Kesukaran Mudah Mudah Sukar Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sangat Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sangat Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Mudah Mudah Sukar Sangat Mudah
Korelasi 0.514 -0.268 0.271 0.014 0.309 0.180 0.345 0.426 0.108 0.207 0.402 0.101 0.230 0.264 0.277 0.132 0.430 0.615 0.595 0.685 0.377 0.434 0.308 0.249 0.126 0.320 0.534 0.520 0.722 0.722 0.553 0.447 0.624 -0.087 0.308 0.038 0.496 0.421 0.330 0.447
Sign. Korelasi Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan
72
Lampiran 4. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen Interval Nilai
fo
ft
fo - ft
(fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
12 – 18
4
1
3
9
9,00
19 – 25
6
5
1
1
0,20
26 – 32
12
13
-1
1
0,08
33 – 39
11
13
-2
4
0,31
40 – 46
5
5
0
0
0
47 – 53
1
1
0
0
0
Jumlah
39
38
9,59
thitung = 9,59 ttabel = 11,07 thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol Interval Nilai
fo
ft
fo - ft
(fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
8 – 14
3
1
2
4
4,00
15 – 21
2
5
-3
9
1,80
22 – 28
17
13
4
16
1,23
29 – 35
14
13
1
1
1,08
36 – 42
2
5
-3
9
1,80
43 – 49
1
1
0
0
0
Jumlah
39
38
1
thitung = 8,91 ttabel = 11,07 thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal
8,91
73
Lampiran 5. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol a. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen Interval Nilai
fo
ft
fo - ft
(fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
68 – 72
3
1
2
4
4,00
73 – 77
3
5
-2
4
0,80
78 – 82
17
13
4
16
1,23
83 – 87
10
13
-3
9
0,67
88 – 92
4
5
-1
1
0,20
93 – 97
2
1
1
1
1,00
Jumlah
39
38
1
7,90
thitung = 7,90 ttabel = 11,07 thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal b. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol Interval Nilai
fo
ft
fo - ft
(fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
64 – 69
2
1
1
1
1,00
70 – 74
7
5
2
4
0,80
75 – 79
18
13
5
25
1,92
80 – 84
8
13
-5
25
1,92
85 – 89
2
5
-3
9
1,80
90 – 94
2
1
1
1
1,00
Jumlah
39
38
1
thitung = 8,44 ttabel = 11,07 thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal
8,44
74
Lampiran 6. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen No.
Xi
(Xi – X)
(Xi – X)2
1
36
8,7
75,69
2
40
12,62
159,26
3
32
4,62
21,34
4
36
8,7
75,69
5
24
-3,38
11,42
6
24
-3,38
11,42
7
36
8,7
75,69
8
32
4,62
21,34
9
28
0,62
0,38
10
36
8,7
75,69
11
20
-7,38
54,46
12
40
12,62
159,26
13
24
-3,38
11,42
14
28
0,62
0,38
15
20
-7,38
54,46
16
20
-7,38
54,46
17
12
-15,38
236,54
18
12
-15,38
236,54
19
20
-7,38
54,46
20
36
8,7
75,69
21
40
12,62
159,26
22
16
-11,38
129,50
23
32
4,62
21,34
24
16
-11,38
129,50
25
20
-7,38
54,46
26
28
0,62
0,38
75
27
12
-15,38
236,54
28
16
-11,38
129,50
29
52
24,62
606,14
30
16
-11,38
129,50
31
28
0,62
0,38
32
36
8,7
75,69
33
12
-15,38
236,54
34
24
-3,38
11,42
35
36
8,7
75,69
36
24
-3,38
11,42
37
40
12,62
159,26
38
40
12,62
159,26
39
24
-3,38
11,42
Jumlah
1068
Rata-rata
27,38
S2 = 3802 / 38 = 100,07
3802,79
76
b. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Kontrol No.
Xi
(Xi – X)
(Xi – X)2
1
20
-5, 23
27,35
2
48
22,77
518,47
3
20
-5, 23
27,35
4
32
6,77
45,83
5
32
6,77
45,83
6
28
2,77
7,67
7
20
-5, 23
27,35
8
12
-13,23
175,03
9
32
6,77
45,83
10
20
-5, 23
27,35
11
16
-9,23
85,19
12
24
-1,23
1,51
13
12
-13,23
175,03
14
24
-1,23
1,51
15
20
-5, 23
27,35
16
32
6,77
45,83
17
36
10,77
115,99
18
40
14,77
218,15
19
24
-1,23
1,51
20
24
-1,23
1,51
21
8
-17,23
296,87
22
28
2,77
7,67
23
16
-9,23
85,19
24
20
-5, 23
27,35
25
16
-9,23
85,19
26
16
-9,23
85,19
27
20
-5, 23
27,35
77
28
28
2,77
7,67
29
24
-1,23
1,51
30
36
10,77
115,99
31
28
2,77
7,67
32
36
10,77
115,99
33
28
2,77
7,67
34
32
6,77
45,83
35
36
10,77
115,99
36
28
2,77
7,67
37
24
-1,23
1,51
38
28
2,77
7,67
39
16
-9,23
85,19
Jumlah
984
Rata-rata
25,23
S2 = 2756,98 / 38 = 72,55 F = Varian terbesar / Varian terkecil = 100,07 / 72,55 = 1,38 ftabel = f (α, 0,05) db1, db2 db1 = 39-1 = 38 db2 = 39-1 = 38 ftabel = 1,72 fhitung < ftabel, maka kedua kelompok homogen
2756,98
78
Lampiran 7. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol a. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen No.
Xi
(Xi – X)
(Xi – X)2
1
72
-9,33
87,05
2
92
10,67
113,85
3
84
2,67
7,12
4
84
2,67
7,12
5
80
-1,33
1,77
6
80
-1,33
1,77
7
88
6,67
44,49
8
80
-1,33
1,77
9
80
-1,33
1,77
10
80
-1,33
1,77
11
80
-1,33
1,77
12
84
2,67
7,12
13
80
-1,33
1,77
14
96
14,67
215,21
15
84
2,67
7,12
16
76
-5,33
28,41
17
68
-13,33
177,69
18
80
-1,33
1,77
19
88
6,67
44,49
20
80
-1,33
1,77
21
80
-1,33
1,77
22
80
-1,33
1,77
23
76
-5,33
28,41
24
80
-1,33
1,77
25
84
2,67
7,12
26
76
-5,33
28,41
79
27
84
2,67
7,12
28
80
-1,33
1,77
29
92
10,67
113,85
30
72
-9,33
87,05
31
80
-1,33
1,77
32
84
2,67
7,12
33
84
2,67
7,12
34
80
-1,33
1,77
35
80
-1,33
1,77
36
80
-1,33
1,77
37
84
2,67
7,12
38
96
14,67
215,21
39
84
2,67
7,12
Jumlah
3192
Rata-rata
81,85
S2 = 1485,42 / 38 = 39,09
1485,42
80
b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Kontrol No.
Xi
(Xi – X)
(Xi – X)2
1
76
-1,23
1,51
2
92
14,77
218,15
3
76
-1,23
1,51
4
72
-5,23
27,35
5
88
10,77
115,99
6
84
6,77
45,83
7
72
-5,23
27,35
8
68
-9,23
85,19
9
76
-1,23
1,51
10
76
-1,23
1,51
11
72
-5,23
27,35
12
76
-1,23
1,51
13
88
10,77
115,99
14
76
-1,23
1,51
15
80
2,77
7,67
16
76
-1,23
1,51
17
76
-1,23
1,51
18
76
-1,23
1,51
19
76
-1,23
1,51
20
80
2,77
7,67
21
64
-13,23
175,03
22
76
-1,23
1,51
23
80
2,77
7,67
24
76
-1,23
1,51
25
80
2,77
7,67
26
72
-5,23
27,35
27
72
-5,23
27,35
81
28
76
-1,23
1,51
29
76
-1,23
1,51
30
76
-1,23
1,51
31
80
2,77
7,67
32
76
-1,23
1,51
33
92
14,77
218,15
34
84
6,77
45,83
35
80
2,77
7,67
36
72
-5,23
27,35
37
76
-1,23
1,51
38
72
-5,23
27,35
39
76
-1,23
1,51
Jumlah
3012
Rata-rata
77,23
S2 = 1183,05 / 38 = 31,13 F = Varian terbesar / Varian terkecil = 39,09 / 31,13= 1,26 ftabel = f (α, 0,05) db1, db2 db1 = 39-1 = 38 db2 = 39-1 = 38 ftabel = 1,72 fhitung < ftabel, maka kedua kelompok homogen
1183,05
86
Lampiran 12. Perhitungan Uji t Pretes dan Postes a.
Uji Pretes kelompok eksperimen dan kontrol Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak Jika thitung < tabel maka Ho diterima
𝑡0 =
x1 − x2 1 1 𝑆2 𝑔𝑎𝑏. (𝑛 + 𝑛 ) 1 2 (𝑛1 − 1)𝑆1 2 + (𝑛2 − 1)𝑆2 2 𝑛1 + 𝑛2 − 2
𝑆2 𝑔𝑎𝑏 =
39 − 1 100,07 + 39,1 72,5 39 + 39 − 2 3802,66 + 2756,9 = 76 6559,56 = 76 =
= 86,31
𝑡0
=
= =
27,38 − 25,23 1 1 86,31 (39 + 39) 2,15 4,43
2,15 2,10
= 1,02
87
b. Uji Postes kelompok eksperimen dan kontrol
𝑡0
=
𝑆2 𝑔𝑎𝑏 = =
x1 − x2 1 1 𝑆2 𝑔𝑎𝑏. (𝑛 + 𝑛 ) 1 2 (𝑛1 − 1)𝑆1 2 + (𝑛2 − 1)𝑆2 2 𝑛1 + 𝑛2 − 2 39−1 39,09+ 39,1 31,13 39+39−2
485,42 + 1182,94 76 2668,36 = 76 =
= 35,11
𝑡0
=
= =
81,85 − 77,23 1 1 35,83 (39 + 39) 4,62 1,80
4,62 1,34
= 3,45
88
Lampiran 13 Lembar Kerja siswa 1 Carilah 8 jawaban dari pertanyaan pada kotak berikut dengan cara diarsir!
Z
S
D
R
T
Y
J
K
L
W
T
U
J
U
H
D
H
M G
Q
R
V
T
E
R
T
I
B
W
Z
H
A
I
D
H
M B
T
S
C
B
E
R
S
I
H
J
M K
M
U
G
H
A
A
Z
H
A
H
V
R
Y
W U
D
H
U
N
B
Q
W R
B
T
Y
P
L
D
N
W
H
E
M U
S
A
F
I
R
Q
D
S
Y
Z
F
D
V
M
X
Pertanyaan: 1. Air wudhu menurut bahasa 2. Salah satu alat bersuci selain air 3. Contoh najisnya air liur anjing 4. Rukun wudhu yang terakhir 5. Cara membersihkan hadas kecil 6. Cara bersuci dari hadas besar 7. Salah satu sebab mandi wajib 8. Salah satu sebab tayamum
N
89
Lampiran 14 Lembar Kerja Siswa 2 Lengkapilah huruf-huruf dibawah pernyataan sehingga menjadi kalimat jawaban dari pernyataan! 1. Salah satu contoh air suci yang menyucikan a
2. Hukum melaksanakan wudhu a
3. Syarat debu yang dapat digunakan untuk tayamum i
4. Hukum membaca basmalah sebelum wudhu a
5. Salah satu sebab orang mandi wajib a
Jawaban: 1. Air laut 2. Wajib 3. Suci 4. Haid
Lampiran 15. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen dan Pemetaan Soal Validasi Mata pelajaran
: PAI
Jumlah Soal
: 40 Butir
Bentuk Soal
: Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami Ketentuan-ketentuan Thaharah (bersuci) Kompetensi dasar
Indikator
Butir Soal
1. Menjelaskan
1. Dalam agama islam yang membahasa tata cara bersuci
Menjelaskan
ketentuan –
pengertian dan tata
ketentuan
cara berwudhu,
berwudhu,
tayamum, dan
tayamum, dan
mandi wajib
mandi wajib
Jawaban
Jenjang
Status
A
C1
Valid
D
C1
Tidak
dikenal dengan istilah…. A. Thaharah
C. Tayamum
B. Wudhu
D. Shalat
2. Tayamum dilakukan sebagai pengganti....
3.
A. Shalat
C. Mandi wajib
B. Istinja
D. wudhu
Dalil
yang
menunjukkan
supaya
kita
Valid
menjaga
kebersihan (bersuci) adalah…. A. Al-Mu’minun ayat 1-4 C. Al-Imran ayat 1-5 B. Al-Baqarah ayat 5-9
D. Al-Mudatsir ayat 4-5
D
C1
Tidak Valid
4. Arti mandi menurut bahasa adalah...
95
A. Mengalirkan air pada tubuh
B
C1
Tidak Valid
B. Mengalirkan air pada tubuh dengan niat C. Mengalirkan air pada tubuh dalam suatu waktu D. Mengalirkan air keseluruh tubuh pada waktu tertentu 5.
Perintah berwudhu terdapat dalam al-Qur’an surat…. A. Al-Imran ayat 5 B. Al-Maidah ayat 6
Menyebutkan halhal yang menyebabkan
C.Al-Baqarah ayat 7
mandi wajib
C1
Valid
D
C2
Tidak
D. An-Nisa ayat 8
6. Seseorang dalam keadaan sakit parah dan jika kena air penyakitnya akan bertambah parah, maka sebelum mengerjakan ibadah salah ia harus.....
berwudhu, tayamum, dan
B
A. Istinja
C. Mandi
B. Wudhu
D. Tayamum
Valid
7. Kotoran yang wajib dihilangkan dan dibersihkan karena mengahalangi sahnya shalat disebut…. A. Istinja
C. Najis B
C2
Valid 96
B. Bersuci
D. Debu
8. Seorang ibu setelah selesai nifasnya bila akan mengerjakan shalat maka ia harus.... A. Wudhu B. Mandi wajib
C. Tayamum D. Istinja
A
C2
Valid
C
C1
Tidak
9. Salah satu sebab mandi wajib adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah selesai melahirkan yang disebut dengan.... A. Nifas B. Meninggal
C. Haid D. Istihadhah
Valid
10. Seseorang dalam keadaan hadas kecil dan akan mengerjakan ibadah shalat, maka yang dilakukannya adalah…. A. Mandi B. Mandi, Wudhu
C. Wudhu D.Mandi,wudhu,tayamum
C
C2
Tidak Valid
Mendemonstrasika 11. Alat-alat dibawah ini yang tidak dapat digunakan untuk bersuci adalah… n berwudhu, tayamum, dan 97
mandi wajib
A. Plastik
C. Daun
B. Air
D. Tanah
A
C1
Valid
B
C1
Tidak
12. Salah satu yang termasuk rukun wudhu adalah…. A. Berkumur-kumur
C. Membasuh telapak tangan
B. Membasuh muka
D. Mengusap Telinga
Valid
13. Membaca basmalah sebelum mandi hukumnya.... A. Sunah
C. Mubah
B. Wajib
D. Haram A
C1
14. Berikut ini yang termasuk syarat wudhu adalah…. A. Islam
Tidak Valid
C. Baligh
B. Tidak berhadas besar D. Mumayyiz
A
C1
Tidak Valid
15. Salah satu yang tidak disunnakan ketika berwudhu adalah.... A. Mengeringkan bekas air wudhu B. Membaca doa setelah wudhu C. Membaca basmalah sebelum berwudhu A
C2
Tidak 98
D. Membasuh kedua telapak tangan 16.
menjelaskan
bahwa
Valid
Firman Allah swt. Tersebut seseorang
yang
berwudhu
wajib…. A. Berkumur-kumur
C
C1
Tidak Valid
B. Membasuh kedua tangan C. Membasuh kaki sampai mata kaki D. Mengusap sebagian dari kepala 17. Telah masuk waktu shalat merupakan…. A. Sunnah tayamum
C. Rukun tayamum
B. Syarat tayamum
D. Sebab tayamum
D
C1
Valid
C
C2
Valid
18. Alat yang dapat digunakan untuk bertayamum adalah…. A. Tanah yang berlumpur C. Debu yang suci B. Batu
D. Air
99
19. Apabila telah selesai tayamum, sedangkan waktu shalat
belum
habis,
kemudian ada air,
maka
tayamumnya adalah…. A. Tidak batal
C. Tidak perlu diulang
B. Batal
D. Perlu diulang
C
C1
Valid
C
C3
Valid
20. Cara melakukan tayamum yang benar adalah…. A. Mengusap muka dan kaki dengan debu yang suci B. Berkumur-kumur, mengusap muka dan tangan dengan debu C. Niat, mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang suci D. Niat, mengusap tangan dan kaki dengan debu yang suci 21. Fungsi utama melakukan wudhu yaitu.... A. Membersihkan badan B. Mensucikan hadats kecil C. Mensucikan badan D. Mensucikan hadats kecil dan hadats besar 100
2. Menjelaskan
Menjelaskan
perbedaan hadas dan
pengertian hadas
najis
dan najis
B
C3
Valid
B
C1
Valid
A
C1
Valid
B
C2
Tidak
22. Najis mutawassitah yang kelihatan wujud, warna, dan baunya disebut najis…. A. Mukhafafah
C. Hukmiyah
B. ‘Ainiyah
D. Mughadzoh
23. Hadas terbagi menjadi.... A. 2
C. 4
B. 3
D. 5
24. Suatu keadaan seseorang yang jika akan mengerjakan ibadah seperti shalat harus berwudhu terlebih dahulu, hal tersebut menandakan orang tersebut dalam keadaan... A. Hadas besar
C. Najis
B. Hadas kecil
D. Wiladah
Valid
25. Yang dimaksud dengan hadas besar yaitu A. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus mandi wajib ketika akan melakukan ibadah seperti
A
C1
Tidak Valid 101
shalat B. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus tayamum ketika akan melakukan ibadah seperti shalat C. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus berwudhu ketika akan melakukan ibadah seperti shalat D. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus istinja
ketika akan melakukan ibadah seperti
shalat 26. Air kencing orang dewasa yang sudah kering termasuk kedalam najis....
Menyebutkan macam-macam
A. Mugholadzoh
C. Mutawasitah ainiyah
B. Mukhaffah
D. Mtawasitah hukmiyah
C1
Valid
C
C1
Valid
B
C1
Valid
A
C3
Valid
27. Najis mukahfafah artinya....
hadas dan najis
A. Berat
C. Ringan
serta cara
B. Pertengahan
D. Sedang
mensucikannya
D
28. Najis terbagi menjadi.... A. 2
C. 4
B. 3
D. 5
29. Cara membersihkan najis mugholadzoh adalah….
102
A. Di cuci 7x dan salah satunya dicampur dengan debu B. Dicuci dan dibasuh sampai hilang warna, bau, dan rasanya C. Mengalirkan air pada benda yang terkena najis D. Cukup memercikkan air pada benda yang terkena najis 30. Dibawah ini salah satu yang tidak termasuk syarat mandi wajib adalah….
C
C1
Valid
B
C1
Valid
A. Tidak adanya penghalang air ke kulit B. Islam C. Niat D. Mumayyiz 31. Berikut ini yang tidak termasuk hadas besar yaitu…. A. Haid
C. Nifas
B. Buang air besar
D. Keluar air mani
32. Najisnya anjing dan babi merupakan salah satu contoh
103
najis... A. Mugholadzoh
C. Mutawasitah ainiyah
B. Mukhaffah
D. Mtawasitah hukmiyah
A
C2
Valid
A
C2
Valid
D
C3
Tidak
33. Air kencing bayi laki-laki yang belum makan sesuatu kecuali ASI, tergolong kedalam najis.... A. Najis Mukhafafah
C. Najis ‘Ainiyah
B. Najis mutawassithah
D.Najis Mughaldzoh
34. Pasangan suami istri yang telah selesai melakukan hubungan badan, bila akan mengerjakan ibadah shalat maka terlebih dahulu harus bersuci dengan cara…. A. Menghilangkan
najis
kemudian membaca
yang
ada
pada
niat mandi besar
badan yang
dilanjutkan dengan meratakan air keseluruh tubuh
Valid
B. Membaca niat mandi besar yang dilanjutkan dengan menghilangkan
najis
yang
ada
pada
badan
kemudian meratakan air ke seleruh tubuh C. Menghilangkan
najis
yang
ada
pada
badan
dialnjutkan dengan meratakan air keseluruh tubuh kemudian membaca niat mandi besar
104
D. Membaca niat mandi besar yang dilanjutkan dengan meratakan
air
keseluruh
tubuh
kemudian
menghilangkan najis yang ada pada badan 35. Dibawah ini benda yang termasuk najis yaitu…. A. Bangkai Ikan
C. Bangkai
B. Bangkai belalang
D. Hati
C
C2
Valid
C
C2
Tidak
36. Kotoran anjing hewan merupakan.... A. Hadats kecil
C. Najis mugholadzoh
Valid
B. Hadats besar Menjelaskan perbedaan antara hadas dengan najis
37.
D. Najis mutawsithah Salah satu sebab mandi wajib
sesuai dengan ayat disamping adalah…. A. Nifas
C. Junub
B. Meninggal
D. Haid
C
C1
Valid
B
C1
Valid
38. Jika seseorang telah selesai haidnya maka yang dilakukannya adalah mandi wajib karena haid merupakan.... 105
A. Hadas kecil
C. Najis mughaladzah
B. Hadas besar
D. Najis mukhafafah
39. Apabila seseorang bangun tidur dan akan mengerjakan salat, maka yang wajib dilakukannya adalah…. A. Mengambil air suci, niat, membasuh kedua telapak tangan, berkumur, membasuh muka, kedua tangan, kedua telinga, kedua kaki B. Mengambil air suci, berkumur, membasuh muka, kedua
D
C3
Valid
tangan, kedua telinga, kedua kaki
C. Mengambil air suci kemudian membasuh muka, sebagian tangan, dan mengusap sebagian kepala dan kakinya D. Mengambil air suci, niat, kemudian membasuh muka dan kedua tangannya sampai siku, mengusap sebagian kepala serta membasuh kedua kakinya sampai mata kaki. 40. Mandi
wajib
dilakukan
dalam
rangka
menghilangkan….
106
C. Hadats kecil
C. Najis mugholadzoh
D. Hadats besar
D. Tayamum
D
C1
Valid
107