perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: HENDRA KURNIAWAN X7210056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Hendra Kurniawan
NIM
: X7210056
Jurusan/Prodi
: PGSD S1 Transfer
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul KONTEKSTUAL
DALAM
PENGGUNAAN PENDEKATAN
PENINGKATAN
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012 ini merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan,
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: HENDRA KURNIAWAN X7210056
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012, telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Desember 2012
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012, telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
: Selasa
Tanggal
: 18 Desember 2012
Tim Penguji Skripsi Nama Terang Ketua
Tanda Tangan
: Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
Sekretaris : Kartika Chrysti Suryandari, M.Si Anggota I : Drs. Suripto, M.Pd Anggota II : Warsiti, S. Pd, M. Pd
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Hendra Kurniawan. PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2012. Penelitian ini bertujuan: (1) Mendiskripsikan penerapan pembelajaran Matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Ajaran 2011/2012 dengan menerapkan pendekatan kontekstual, (2) Mengetahui adanya peningkatan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan (3) Memaparkan bagaimana cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual dalam peningkatkan kualitas pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Sumber data berasal dari guru, siswa dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, tes dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi data. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Prosedur penelitian adalah model spiral Kemmis dan Mc. Taggart yang saling berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pembelajaran pada siklus I, siklus II dan siklus III. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar sebanyak 13 siswa atau 41,94%. Pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 24 siswa atau 77,41%. Hal ini berarti terjadi kenaikan sebesar 35,47% atau 11 siswa. Pada siklus III terjadi kenaikan sebesar 16,15% atau 5 siswa yang mampu mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 93,56% atau 29 siswa kelas V telah mencapai KKM pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) pendekatan kontekstual yang dilaksanakan secara tepat sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan 7 komponen kontekstual dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V. (2) Dapat meningkatkan kualitas belajar Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V. (3) Kendala yang dihadapi dalam penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V yaitu siswa belum terbiasa mandiri, kurangnya media atau alat peraga yang berukuran lebih besar sehingga semua siswa dapat melihat, siswa merasa canggung untuk bertanya, dalam melakukan proses inkuiri di luar kelas siswa terkadang asyik bermain sendiri. (4) Solusinya adalah guru perlu memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra serta penggunaan media yang besar. Kata kunci : pendekatan kontekstual, pembelajaran, bangun datar.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Hendra Kurniawan. THE USING OF CONTEXTUAL APPROACH IN IMPROVEMENT TEACHING MATHEMATIC LEARNING OF BUILD FLAT IN GRADE V STUDENT AFFAIRS 2 SD KENTENG ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty University of Maret Surakarta, in August 2012. This study aims to: (1) describe the application of learning Mathematics of Build flat in grade V 2 Kenteng Elementary School on Academic Year 2011/2012 by applying a contextual approach, (2) Knowing the increased of learning mathematical properties Build Flat in class V 2 Kenteng Elementary School in Academic Year 2011/2012 by applying a contextual approach, and (3) Describe how to overcome obstacles in the implementation of quality improvement Contextual Approach teaching math Build properties flat in grade V Elementary School 2 Kenteng. This research is a classroom action research (CAR). The study was conducted using a contextual approach. Subjects were students of grade V SD Negeri 2 Kenteng district totaling 31 students. Data sources are from teachers, students, and documents. Data collection techniques is by observation, testing and documentation. The validity of data using data triangulation technique. Analysis of the data using descriptive statistical analysis techniques. The procedure is the spiral model research Kemmis and Mc. Taggart interrelated. The results showed that through the use of a contextual approach can improve the quality of learning in the first cycle, second cycle and third cycle. In the first cycle, the number of students who achieve standart of minimum math learning about the properties of a flat wake as many as 13 students or 41.94%. In the second cycle, the number of students who achieve standart of minimum as many as 24 students or 77.41%. This means an increase of 35.47% or 11 students. In the third cycle there is an increase of 16.15% or 5 students who are able to reach the standart of minimum. This shows that at 93.56% or 29 fourth grade students have achieved standart of minimum math learning about the properties of a flat wake.Based on these results it can be concluded: (1) a contextual approach implemented exactly according to plan the implementation of learning by applying contextual 7 components can improve the quality of learning math on Build Properties in grade V Flat SDN 2 Kenteng the Academic Year 2011 / 2012. (2) By applying a contextual approach in learning Mathematics, can improve the Build Properties in class V Flat Elementary School 2 Kenteng the Academic Year 2011/2012. (3) Constraints faced in the use of a contextual approach in teaching Mathematics of Build in grade V Flat SDN 2 Kenteng the Academic Year 2011/2012 is not used to independent students, the lack of media or props that are larger in size so that all students can see, the students feel awkward to ask, in the conduct of the proceedings outside the classroom students. (4) solutions techers need to give extra attention and guidance and the use of the media during the learning. Keywords: contextual approach, teaching, flat wake.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Kesuksesan tidak selalu di raih oleh orang yang lebih cepat atau lebih pintar tetapi lambat laun kesuksesan akan di raih oleh orang yang yakin bahwa dia bisa! Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi halus, dan dengan agama, kehidupan menjadi terarah. Carilah kesuksesan dalam kesibukan sebab dengan berpangku tangan sama dengan omong kosong. Masa depan tidak tergantung pada pekerjaan yang dilakukan, melainkan pada orang yang mengerjakan. Jadilah contoh jangan member contoh.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
Tercinta Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih saying tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Tiada kasih saying yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
akakku Tersayang Kakak-kakakku dengan
dan semangat kalian, yang tidak bosen selalu
mengingatkan untuk maju.
Kehadiranmu yang selalu memberikan semangat bagiku untuk selalu maju
Temanwaktu. Kebersamaan kita adalah hal yang indah di perjalanan hidupku.
FKIP Universitas Sebelas Maret, tempat aku menimba ilmu.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFATSIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG
dengan lancar tanpa ada kendala
yang berarti. Skripsi
ini
disusun
untuk
memenuhi
sebagian
dari
persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi S1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Drs. Imam Suyanto, M.Pd, selaku Koordinator Pelaksana SI PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen; 4. Drs.. Suripto, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi ini; 5. Warsiti, S.Pd. M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi ini; 6. Kepala SD Negeri 2 Kenteng, yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian; 7. Rekan-rekan mahasiswa program SI PGSD Kampus VI Kebumen; 8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Desember 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vi HALAMAN ABSTAK ................................................................................. viii HALAMAN MOTTO ..................................................................................
x
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... xi KATA PENGANTAR ................................................................................. xii DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Rumusan Masalah ............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
4
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................
7
1.
7
2.
8
3. Sifat-
. 14
4.
23
5.
. 29
B. Penelitian yang Relevan ................................................................... 38
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 40 D. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 43 B. Subjek Penelitian .............................................................................. 45 C. Sumber Data ..................................................................................... 45 D. Pengumpulan Data ........................................................................... 46 E. Uji Validitas Data ............................................................................. 57 F. Analisis Data ..................................................................................... 57 G. Indikator Kinerja Penelitian ............................................................... 58 H. Prosedur Penelitian ........................................................................... 59 BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Pratindakan .................................................................... 69
B.
Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ............................................. 69 1
Siklus I
74
2
Siklus II
101
3 Siklus III
124
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
144
D. Pembahasan
148
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan
157
B. Implikasi
157
C. Saran
158
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 160 LAMPIRAN ................................................................................................. 162
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1
Silabus Kelas V ............................................................................
14
3.1
Waktu Penelitian Tindakan Kelas .................................................
44
3.2
Kisi-kisi Lembar Wawancara dengan Pendekatan Kontekstual......
52
3.3
Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual ....................................................
53
3.4
Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa dalam Proses Pembelajaran ..
54
3.5
Kisi-kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual ...................................................
55
3.6
Kisi-kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran ..
56
3.7
Pelaksanaan Siklus I
62
3.8
.
3.9
64 67
4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Awal ..................................
70
4.2
Hasil Nilai Tes Awal.....................................................................
71
4.3
Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes Awal ..........
71
4.4
Rata-rata Skor Penilaian Proses Siklus I Pertemuan ke-1 ..............
80
4.5
Rata-rata Skor Penilaian Proses Siklus I Pertemuan ke-2...............
82
4.6
Rata-rata Skor Penilaian Proses Siklus I Pertemuan ke-3...............
84
4.7
Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan dengan Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan ke-1 ..........................
4.8
Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan dengan Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan ke-2 ..........................
4.9
87
88
Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan dengan Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan ke-3 ..........................
90
4.10 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar.....................
91
4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-1 .......
93
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-2 .......
94
4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-3 .......
95
4.14 Distribusi Frekuensi Rata-rata Nilai Akhir Tes Siklus I .................
95
4.15 Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus I .............
96
4.16 Perbandingan Hasil Belajar Siklus 1 Tiap Pertemuan ....................
97
4.17 Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar 98 4.18 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-1 )
109
4.19 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan: Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan Ke-2 ........................................
110
4.20 Rata-rata Skor Penialain Proses (Aspek Pengamatan: Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-3)........................................ 4.21
111 112
4.22 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus II Pertemuan ke-1
114
4.23 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus II Pertemuan ke-2
115
4.24 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus II Pertemuan ke-3
115
4.25 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual)
.
116
4.26 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-1 .....
118
4.27 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-
119
4.28 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-
.
120
4.29 Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus I
.
121
4.30 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus II
121
4.31 Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes awal, Siklus I dengan Siklus II
123
4.32 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Siklus III Pertemuan ke-1 )
commit to user xv
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.33 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Siklus III Pertemuan ke-2)
133
4.34 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Pembelajaran Siklus III
134
4.35 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke-1
135
4.36 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke-
137
4.37 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III
138
4.38 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke-1
140
4.39 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke-
140
4.40 Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus I
141
4.41 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III
142
4.42 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III
143
4.43 Perbandingan Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes 144 4.44 Perbandingan Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar 145 4.45 Perbandingan Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar 147
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Gambar kerangka berfikirl ............................................................
41
3.1
Gambar Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas Model Spiral ........
60
4.1
Diagram Histogram Hasil Nilai Tes Awal .....................................
72
4.2
Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Awal ................................
73
4.3
Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I .................
97
4.4
Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ................
122
4.5
Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III...............
142
4.6
Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes Awal dengan Siklus I
4.7
145
Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
4.8
4.9
146
Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II dengan Siklus III
148
Grafik Peningkatan Hasil Observasi pada Proses belajar siswa......
152
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Silabus .........................................................................................
163
2
Daftar Nama Siswa .......................................................................
164
3
Lembar Tes Awal .........................................................................
165
4
Daftar Nilai Tes Awal ...................................................................
167
5
Contoh Pedoman Observasi Siswa pada Proses Pembelajaran .......
168
6
Lembar Hasil Penilaian Proses Siswa Siklus I pertemuan I, II dan III .................................................................................................
7
169
Lembar Hasil Penilaian Proses Siswa Siklus II pertemuan I, II dan III .................................................................................................
173
8
Lembar Hasil Penilaian Proses Siswa Siklus III pertemuan I dan II
177
9
Contoh Pedoman Hasil Observasi Guru .......................................
180
10
Lembar Hasil Observasi Guru Siklus I pertemuan I, II dan III ......
181
11
Lembar Hasil Observasi Guru Siklus II pertemuan I, II dan III .....
185
12
Lembar Hasil Observasi Guru Siklus III pertemuan I dan II .........
189
13
Pedoman Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual ..........
192
14
Lembar Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan I, II dan III .................................................................
15
Lembar Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual Siklus II Pertemuan I, II dan III .................................................................
16
194
198
Lembar Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual Siklus III Pertemuan I dan II .......................................................................
201
17
Pedoman Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual ...........
204
18
Lembar Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan I, II dan III .................................................................
commit to user xviii
205
perpustakaan.uns.ac.id
19
Lembar Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual Siklus II Pertemuan I, II dan III
20
digilib.uns.ac.id
...............................................................
209
Lembar Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual Siklus III Pertemuan I dan II ........................................................................
213
21
Lembar Wawancara ......................................................................
216
22
Daftar Hasil Wawancara Siklus I Pertemuan I, II dan III .............
217
23
Daftar Hasil Wawancara Siklus II Pertemuan I, II dan III ............
220
24
Daftar Hasil Wawancara Siklus III Pertemuan I dan II ................
223
25
Skenario Siklus I Pertemuan I, II dan III .....................................
225
26
Skenario Siklus II Pertemuan I, II dan III ....................................
237
27
Skenario Siklus III Pertemuan I dan II .........................................
249
28
RPP Siklus I Pertemuan I, II dan III ............................................
257
29
RPP Siklus II Pertemuan I, II dan III ...........................................
304
30
RPP Siklus III Pertemuan I dan II ................................................
324
31
Daftar Presensi Siklus I .................................................................
346
32
Daftar Presensi Siklus II ...............................................................
347
33
Daftar Presensi Siklus III ..............................................................
348
34
Daftar Nilai Siklus I ......................................................................
349
35
Daftar Nilai Siklus II.....................................................................
350
36
Daftar Nilai Siklus III ...................................................................
351
37
Foto Siklus I .................................................................................
352
38
Foto Siklus II ................................................................................
354
39
Foto Siklus III ...............................................................................
356
40
Surat Izin Penelitian ......................................................................
358
41
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .........................
359
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran matematika dapat diamati dari keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik tingkat pemahaman, penguasaan materi, maupun hasil belajarnya. Tetapi pada kenyataannya hasil belajar yang dicapai siswa masih rendah dan belum menunjukkan hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika SD seperti pada kurikulum KTSP (2007) yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam matematika merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum matematika belum tercapai secara optimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan yang menentukan kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: (1) metode yang digunakan oleh para guru pada umumnya di lapangan, merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru masih menyampaikan materi pelajaran matematika dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal atau drill and practice, prosedural,
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
serta penggunaan rumus, (2) Cara pembelajaran untuk menyampaikan suatu konsep materi cenderung abstrak sehingga konsep-konsep akademik itu menjadi sulit dipahami oleh siswa, (3) Siswa menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam. Akibatnya kemampuan penalaran (berpikir kritis) dan hasil pembelajaran matematika pada siswa V masih di bawah KKM, (4) Selain itu, guru dalam mengajar kurang memperhatikan aspek-aspek yang dapat membantu pemahaman siswa seperti penggunaan media/alat peraga sesuai dengan taraf pikir siswa. Oleh karena itu, peran guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan (Rusman, 2010: 58) Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) dari sesuatu yang sederhana ke yang lebih kompleks . Menurut pernyataan tersebut, belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman, dengan pengalaman tersebut siswa akan menggunakan seluruh panca indranya dalam proses belajar. Peneliti melihat bahwa peserta didik mengalami banyak kesulitan pada materi sifat-sifat bangun datar. Pelaksanaan pendekatan pembelajaran konvensional menekankan pada ceramah, tanya jawab, membaca LKS yang dimiliki siswa serta mengerjakan LKS yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan ceramah, selalu mendominasi dalam pembelajaran matematika. Siswa hanya mendengarkan duduk dengan tenang dan diusahakan tetap diam saat guru berceramah. Setelah guru melaksanakan ceramah dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab. Guru berpartisipasi penuh dalam membuat pertanyaan pada siswa. Siswa yang menjawab pertanyaan selalu ditunjuk oleh guru. Guru jarang memberi stimulus pada siswa untuk bertanya. LKS yang dimiliki oleh setiap siswa mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena guru selalu berpedoman pada LKS, baik dilihat dari materi yang diajarkan, tugas-tugas yang dikerjakan oleh setiap siswa maupun evaluasi yang dikerjakan sangat tergantung dengan LKS. Buku-buku paket yang ada, jarang mendapatkan sentuhan yang hangat dari guru. Pendekatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
pembelajaran yang digunakan oleh guru pada waktu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan masih berorientasi pada paradigma pendidikan yang lama. Kenyataan itu juga dapat terlihat dari pembelajaran tentang bangun datar pada kelasV SD Negeri 2 Kenteng dengan rata-rata nilai 6,8 pada saatu langan pokok bahasan bangun datar. Baru 12 siswa atau 36 % dari 31 siswa yang telah lulus KKM. Sedangkan 19 siswa atau 64% siswa masih mendapat nilai dibawah KKM. Pada tahun-tahun sebelumnya, banyak siswa yang belum mencapai batas tuntas yang telah ditentukan yaitu 7,0 untuk mata pelajaran matematika. Kesulitan yang dialami dikarenakan kurangnya pemahaman dan kekurangtertarikan siswa pada pelajaran matematika. Salah satu faktor kekurang tertarikan siswa adalah suasana kelas yang pasif hal ini dikarenakan guru yang mengajar kelas V padatahun sebelumnya sudah menjelang masa pensiun. Guru baru menerapkan pembelajaran dengan ceramah, penugasan, serta mengerjakan soal. Di kelas V SD Negeri 2 Kenteng guru kelas belum mencoba menerapkan pendekatan model kontekstual, yang menurut peneliti efektif dalam pembelajaran matematika khususnya materi bangun datar. Menurut Riyanto (2008: 161
(Contextual Teaching and
Learning (CTL) ) merupakan merupakankonsepbelajar yang membantu guru mengaikatan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Dengan metode kontekstual diharapkan akan membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membuat hubungan antara pengetahuan atau konsep yang telah dimiliki oleh siswa serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa akan mudah memahami konsep. Selain itu, siswa akan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa semata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Pendekatan kontekstual merupakan strategi yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna, tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Diharapkan siswa akan menjadi lebih aktif dan senang dalam pembelajaran matematika sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa. Langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam rangka meningkatkan kemampuan kualitas belajar matematika adalah perwujudan tujuh komponen pokok pendekatan kontekstual (bertanya/questioning, permodelan/modeling, masyarakat
belajar/learning
menemukan/inquiry,
community,
penilaian
konstruktivisme/constructivism,
sebenarnya/
authentic
assessment,
dan
refleksi/reflection) dalam pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Berdasarkan pada runtutan kenyataan yang ada, masalah dan rencana pemecahannya, peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai metode kontekstual itu sendiri dan bagaimana menerapkannya dalam pembelajaran matematika dengan judul sebagaiberikut:
stual dalam
Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah yang sesuai untuk landasan penelitian selanjutnya yaitu: 1. Bagaimana
penggunaan
pendekatan
kontekstual
dalam
peningkatan
pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012? 2. Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatan pembelajaran matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012? 3. Apa saja kendala yang dihadapi dan solusi dalam penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendiskripsikan penerapan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan menerapkan pendekatan kontekstual. 2. Menjelaskan adanya peningkatan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan menerapkan pendekatan kontekstual. 3. Memaparkan cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual dalam peningkatkan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian Penyusunan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikanmanfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis Membiasakan siswa maupun guru untuk mengaplikasikan metode kontekstualpada pembelajaran matematika khususnya sesuai langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual (perwujudan tujuh komponen pokok pendekatan masyarakat
kontekstual
(bertanya/questioning,
belajar/learning
menemukan/inquiry,
community,
penilaian
sebenarnya/
permodelan/modeling,
konstruktivisme/constructivism, authentic
assessment,
dan
refleksi/reflection) dalam pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan dengan harapan akan berdampak pada meningkatnya kualitas belajar matematika siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi siswa 1) Memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai konsep tentang sifat-sifat bangun datar melalui pengalamannya dalam pembelajaran karena dengan pendekatan kontekstual siswa akan dapat belajar sendiri secara langsung. 2) Mengembangkan kreativitas belajar siswa melalui pengalaman nyata. 3) Meningkatkan keberanian siswa dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat 4) Meningkatkan kemandirian siswa 5) Mengubah paradigma siswa terhadap matematika yang mereka anggap sulit ternyata mudah, menarik, dan menyenangkan dengan pendekatan kontekstual. 6) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang cara belajar menggunakan pendekatan kontekstual dalam suasana belajar yang tidak membosankan, sehingga mereka merasa termotivasi untuk belajar matematika selanjutnya. b. Bagi guru 1) Memberi konsep yang jelas mengenai pendekatan kontekstual sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu pendidikan. 2) Memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur pembelajaran termotivasi
menggunakan untuk
memilih
metode
kontekstual,
pendekatan
ini
dalam
sehingga
guru
melaksanakan
pembelajaran selanjutnya. c. Bagi sekolah 1) Penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini dapat dijadikan pertimbangan bagi sekolah pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Pendidikan, sebagai salah satu acuan dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah. 2) Penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi guru sekolah lain sebagai inovasi dalam pembelajaran. d. Bagi peneliti lain 1) Dapat menambah wawasan, masukan, dan perbaikan serta dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran yang lebih baik salah sataunya dengan menggunakan pendekatatan kontekstual. 2) Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dalam
dunia
pendidikan
khususnya
dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatatan kontekstual.
commit to user
inovasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Bangun datar Pada Siswa Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Karakteristik siswa sekolah dasar yaitu mereka menampilkan perbedaanperbedaan individual dalam banyak segi dan bidang diantaranya, perbedaan intelegensi,
kemampuan
dalam
kognitif
dan
bahasa,
perkembangan
kepribadian, dan perkembangan fisik anak. Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Haruman, 2007: 1), mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret . Menurut Nasution (1992: 43), masa keserasian bersekolah dapat diperinci menjadi dua fase yaitu: 1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, umur 6,0 atau 7,0 sampai umur 9,0 atau 10,0. 2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu umur 9,0 atau 10,0 sampai kirakira umur 12,0 atau 13,0. Menurut Sumantri dan Permana (2001: 10-11), masa usia sekolah dasar (sekitar 6;0
12;0) merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan
fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak sekolah dasar secara umum sebagaimana dikemukakan Basset dkk berikut ini: (1) mereka secara ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang kua dan tertarik pada dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, (2) mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (3) mereka suka mengatur dir inya untuk
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usahausaha baru, (4) mereka bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan, (5) mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, (6) mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Dari siswa kelas V SD antara lain: (1) berusia antara 11 sampai 12 tahun, (2) berada pada fase operasional konkrit, (3) Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, (4) senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (6) suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, (6) terdorong untuk berprestasi, belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, (7) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya, (8) telah mampu berpikir logis, fleksibel, mengorganisasi dalam aplikasi terhadap benda konkrit, (9) anak aktif bergerak dan mempunyai perhatian yang besar pada lingkungannya, (10) tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagal b. Pembelajaran Matematika SD 1) Pengertian Matematika Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga kebenaran antar konsep dalam Matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Wahyudi, 2008: 3).
bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan Ruseffendi, 1992: 28).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Berdasarkan pengertian Matematika yang sudah dikemukakan di atas dapat disimpulkan Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak yang dibangun melalui proses penalaran deduktif serta membutuhkan penalaran logika untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasainya.
2) Karakteristik Matematika Nesher (dalam Uno, Hamzah dan Kuadrat, Masri, 2009: 109) mengonsepsikan karakteristik Matematika terletak pada kekhususannya dalam mengomunikasikan ide Matematika melalui bahasa numerik. Dengan bahasa numerik, memungkinkan seseorang dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan sifat kekuantitatifan dari Matematika tersebut, dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyikapi suatu masalah. Itulah sebabnya Matematika selalu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak dalam memecahkan masalah. Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan Matematika, karena ilmu Matematika memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistematis. Di samping itu, Matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja Matematika dilalui secara berurut yang meliputi tahap observasi, menebak, menguji hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan teorema-teorema.
3) Tujuan Pelajaran Matematika Dalam Tim Penyusun Kurikulum 2004, tujuan pembelajaran Matematika adalah: (1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkosistensi; (2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
(3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan alasan. Wahyudi (2008: 3) mengatakan tujuan pembelajaran Matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
4) Fungsi Mata Pelajaran Matematika Dalam Tim Penyusun Kurikulum 2004, Matematika berfungsi untuk
mengembangkan
kemampuan
bernalar
melalui
kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Menurut Wahyudi (2008: 3) mengatakan Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model Matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Jadi
fungsi
pelajaran
Matematika
dapat
membantu
mengembangkan kemampuan bernalar dan sebagai alat komunikasi dalam menjelaskan suatu gagasan ataupun suatu konsep.
5) Ruang Lingkup Matematika Kurikulum
adalah
seperangkat
rencana
dan
pengaturan
mengenaitujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikantertentu (BSNP, 2006). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusundan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi KTSP adalah
kurikulum
operasional
yang
disusun,
dikembangkan,
dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Menurut KTSP ruang lingkup Matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar (2006), meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran serta pengolahan data. Bilangan membahas tentang kaedah konsep simbolisasi lambang bilangan dan perhitungan dasar sederhana yang banyak melibatkan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Geometri dan pengukuran lebih fokus membelajarkan siswa tentang konsep ruang dan ukurannya dengan perhitungan dasar yang sederhana menggunakan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Sedangkan Pengolahan data lebih banyak membahas tentang hakekat data, cara mengolah dan membaca data berdaasrkan kaidah rasional dan ilmiah menggunakan data-data konkrit dan data
manipulatif.
Penggunaan
media
dari
konkrit
ke
absatrak
mempertimbangkan tingkatan kelas dan daya nalar siswa. Semakin tinggi tingkatan siswa maka penggunaan media di arahkan ke semi abstrak (manipulatif) sampai tingkatan abstrak. Demikian juga semakin tinggi daya nalar logis siswa maka semakin berani bagi guru menggunakan media yang semi abstrak sampai abstrak.
6) Pengertian Pembelajaran Matematika di SD Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK (2004), matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya seudah diterima, sehingga keterkaitan anatar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Sedangkan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK (2004), agar mudah dipahami siswa, proses penalaran induksi dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Sedangkan dalam kurikulum Matematika KTSP 2006 (2006 : 416) dijabarkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Proses pembelajaran pada kurikulum KTSP dapat dilihat pada saran-saran pembelajaran. Pembelajaran diharapkan
memfokuskan
mengembangkan penyelidikan
rekayasa
pada berpikir
aktivitas
belajar
siswa
(guidedreinvention),
untuk
melakukan
dan menghasilkan suatu temuan (discovery activity).
Pendekatan pembelajaran matematika memfokuskan pada
pemecahan
masalah. Suatu masalah tidak harus mempunyai solusi tunggal, tetapi dapat terbuka dengan berbagai cara. Saran-saran pada proses pembelajaran tersebut memberikan signal bahwa pembelajaran matematika pada kurikulum KTSP menggunakan pijakan konstruktivisme. Berdasarkan paparan kurikulum KBK (2004) dan kurikulum KTSP (2006) dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika sebaiknya berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar Matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar Matematika. Pembelajaran Matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika dan siswa belajar memecahkan masalah sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga disimpulkan, pembelajaran matematika SD adalah pembelajaran yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya. Peserta didik memiliki posisi sentral mempunyai makna bahwa kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
7) Langkah Pembelajaran Matematika di SD Menurut Heruman (2008: 2-3) langkah-langkah pembelajaran matematika SD sebagai berikut: a) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep) Yaitu pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubuungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru Matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa. b) Pemahaman Konsep Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami
suatu konsep Matematika.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih mmerupakan lanjutan dari penanaman konsep. c) Pembinaan Keterampilan Yaitu
pembelajaran
lanjutan
dari penanaman konsep
dan
pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas
dua
pengertian.
Pertama,
merupakan
kelanjutan
dari
pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
c. Sifat-sifat Bangun Datar 1) Pengertian Bangun Datar Bangun datar dalam matematika disebut bangun geometri. Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung (Imam Roji, dalam Ferdian 2010). Bangun datar dapat didefinisikan oleh Hambali sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Ferdian 2010). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.
2) Silabus Matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar Kelas V Standar Kompetensi Dasar Indikator Kompetensi 6. Memahami 6.1Mengidentifikasi 6.1.1 Mengidentifikasi sifatsifat-sifat dan sifat-sifat bangun sifat bangun datar (persegi, hubungan antar datar peersegi panjang, segitiga, bangun trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran, elips)
6.5 Meyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
6.5.1 Menyelesaikan masalah tentang bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran)
commit to user
Materi Pokok Sifat-sifat bangun datar (persegi, peersegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran, elips) Contoh permasalahan tentang bangun datar (persegi, peersegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
3) Materi Sifat-sifat Bangun Datar pada Kelas V a) Persegi Persegi adaah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi: Semua sisinya sama panjang dan sisi yang berhadapan sama panjang Keempat sudutnya siku-siku Memiliki dua diagonal yang sama panjang Sudut-sudutnya dibagi sama besar oleh diagonalnya Keliling Persegi Keliling persegi adalah jumlah panjang sebuah sisi-sisinya Keliling: s+s+s+s Luas persegi Luas persegi adalah kuadrat panjang sisinya Luas
:s×s
b) Persegi Panjang Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta keempat sudutnya siku-siku.
Sifat persegi panjang: Sisi yang berhadapan sama besar atau sejajar Keempat sudutnya siku-siku Memiliki dua diagonal yang sama panjang dan saling berpotongan dititik pusat Keliling persegi panjang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Keliling adalah jarak total yang mengelilingi bangun terrsebut Keliling:2(p+l) Luas persegi panjang Luas adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permuukaan bangun datar Luas : p×l
c) Segitiga Segitiga siku-siku dapat dibentuk dari sebuah persegi panjang dengan menarik salah satu garis diagonalnya. Perhatikan gambar berikut:
Bidang ABCD adalah persegi panjang. Dengan menarik diagonal AC, akan terbentuk dua segitiga siku-siku yang sama dan sebangun (konruen)
1.
Segitiga Siku-Siku Segitiga siku-siku mempunyai dua sisi siku-siku yang mengapit sudut sikusiku dan satu sisi miring (hypotenusa)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
-ciri: AB dan BC sebagai sisi siku-siku, AC sebagai hypotenusa dan sudut ABC atau sudut B adalah sudut siku-siku (= 90°) Dalam sebuah segitiga siku-siku, hypotenusa selalu terletak di depan sudut siku-siku. 2. Segitiga Sama Kaki Dua buah segitiga siku-siku yang kongruen dapat membentuk sebuah segitiga sama kaki dengan mengimpitkan salah satu sisi siku-siku yang sama panjang dari kedua segitiga tersebut.
Perhatikan gambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
-siku yang kongruen. Sisi BD adalah sisi sikusegitiga sama kaki dengan sisi AD=DC. Di dalam segitiga sama kaki terdapat : Dua sisi yang sama panjang, sisi tersebut sering disebut kaki segitiga. Dua sudut yang sama besar yaitu sudut yang berhadapan dengan sisi yang panjangnya sama. Satu sumbu simetri. Segitiga sama kaki merupakan bangun simetri lipat dan dapat menempati bingkainya dalam dua cara.
Dari gambar disamping terlihat bahwa : CD sebagai sumbu simetri A pindah ke B; B pindah ke A dan C tetap. AC pindah ke BC, maka AC=BC. CAB pindah ke
ABC maka
CAB =
ABC
3. Segitiga Sama Sisi Tiga buah garis lurus yang sama panjang dapt membentuk sebuah segitiga sama sisi dengan cara mempertemukan setiap ujung garis satu sama lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Gambar (i) di atas menunjukkan gambar t iga garis lurus yang sama panjang, yaitu AB= BC=CA. Apabila ujung-ujung ketiga garis tersebut saling dipertemukan, A dengan A, B dengan B, dan C dengan C, maka akan terbentuk segitiga sama sisi ABC seperti terlihat pada gambar (ii) di atas Di dalam segitiga sama sisi terdapat : Tiga sisi yang sama panjang. Tiga sudut yang sama besar. Tiga sumbu simetri
d) Trapesium
Trapesium adalah segi empat yang masing-masing hanya memiliki sepasang sisi berhadapan sejajar.
1.Sifat-sifat trapesium Jumlah sudut yang berdekatan diantara dua sisi sejajar adalah 180
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Keliling trapesium Keliling trapesium adalah jumlah sisi alas, atap, dan kaki-kakinya. Maka kelilingnya adalah : K = alas
1.
atap kaki1
kaki2
Macam-macam trapesium :
1) Trapesium sembarang, yaitu trapesium yang keempat sisinya tidak sama panjang.
2) Trapesium sama kaki, yaitu trapesium yang memiliki dua sisi yang sama panjang.
3) Trapesium siku-siku, yaitu trapesium yang salah satu sudutnya sikusiku.
e) Jajar Genjang Jajar genjang adalah segi empat dengan kekhususan ,yaitu sisi yang berhadapan sama panjang,tetapi sudutnya bukan siku-siku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Sifat-sifat jajar genjang: Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar Sudut-sudut yang berhadapan sama besar Memiliki dua diagonal yang berpotongan disatu titik dan saling membagi dua sama besar Jumlah sudut yang berdekatan 180 derajat Memiliki simetri putar tingkat 2 dan tidak memiliki simetri lipat
Keliling jajar genjang Keliling: m + n + m + n Luas jajar genjang Luas jajar genjang adalah hasil kali antara panjang sisi alas dengan tinggi Luas : a × t
f) Layang-layang Layang-layang adalah segi empat yang dibentuk oleh kedua segitiga sama kaki dengan alas sama pajang dan berhimpit.
Sifat-sifat layang-layang: Dua pasang sisi yan berdekatan sama panjang Sepasang sudut yang berhadapan sama besar Salah satu diadonalnya merupakan sumbu simetri Salah satu siagonalnya membagi layang-layang menjadi dua sama panjang dan kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus Keliling layang-layang Keliling
layang-layang
adalah
jumlah
Keliling = 2x+2y Luas layang-layang Luas
= ½×D1×D
commit to user
panjang
semua
sisinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
g) Belah ketupat Belah ketupat adalah bangun yng dibentuk dari dua segitiga sama kaki
Sifat-sifat belah ketupat: Semua sisi belah ketupat sama panjang Diagonalnya merupakan sumbu simetri Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan berpotongan tegak lurus Belah ketupat dapat menepati bingkainya menurut 4 cara Keliling belah ketupat Keliling belah ketupat adalah jumlah panjang semua sisi-sisinya Keliling(s+s+s+s) Luas belah ketupat Luas : (1/2× AD× BC) h) Lingkaran Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran dengan titik pusat (P) sama panjang. P : titik pusat lingkaran
P
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Sifat-sifatnya: Lingkaran merupakan kurva tertutup sederhana beraturan. Jumlah derajat lingkaran sebesar 360 . Lingkaran mempunyai 1 titik pusat. Mempunyai simetri lipat dan simetri putar yang jumlahnya tidak terhingga. Istilah-istilah dalam lingkaran : Penjelasan: 1. Diameter lingkaran (d) yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada busur lingkaran melalui titik pusat lingkaran. 2. Jari-jari lingkaran (r) yaitu ruas garis yang menghubungkan titik pada busur lingkaran dengan titik pusat lingkaran. 3.
Tali busur yaitu garis yang menghubungkan dua titik pada busur lingkaran dan tidak melewati titik pusat lingkaran.
4. Busur yaitu bagian lingkaran yang dibagi oleh tali busur. 5. Juring yaitu daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh 2 jari-jari maupun busur lingkaran. 6. Susut pusat yaitu sudut yang dibentuk oleh 2 buah jari-jari.
Rumus Hubungan Diameter (d) dan Jari-Jari (r)
Diameter (d) = 2 x jari-jari
d. Pembelajaran Matematika Di SD a) Konsep Belajar (1) Pengertian Belajar
Menurut Gagne belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan (Riyanto, 2008: 5). Sedangkan pendapat Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Sagala, 2003: 13). Skiner (1958) menyatakan belajar adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif (Sagala, 2003: 14). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dimana manusia berubah perilakunya akibat suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.
(2) Tujuan Belajar Suprijono (2007: 5) mengemukakan bahwa tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan krearif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik menghidupi suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
(3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya. Akan tetapi menurut Suryabrata (2004: 233) faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua yaitu: 1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar (faktor nonsosial dan sosial) 2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar (faktor fisiologis dan psikologis).
b) Pengertian Hasil Belajar Matematika
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku. Menurut Blomm
ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Romiszowski, hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan
(inputs).
Masukan
berupa
bermacam-macam
informasi
sedangkan keluarannya berupa perbuatan atau kinerja (perfomance) (Abddurahman, 2003: 38). Sejalan dengan pendapat Killer (dalam Abddurahman, 2003: 38) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informas. Selain itu, Abin Syamsudin (dalam R.Conny Semiawan, 1999: 245) Hasil belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi. Hal yang sama tentang hasil belajar juga dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom (dalam Mulyono Abdurrahman,
suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang mencakup ranah kognitif, ranah efektif dan ran mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan memecahkan masalah. Hasil ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Hasil ranah psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otak. Sedangkan peneliti mendefinisikan matematika sebagai suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak yang dibangun melalui proses penalaran deduktif serta membutuhkan penalaran logika untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah seluruh kecakapan atau kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
belajar dan pengalaman belajarnya yaitu ditunjukkan adanya suatu perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku serta bisa juga kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman sebagai wujud dari perubahan tingkah laku siswa dari sebelum menerima pengalaman yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor, yang dibangun melalui proses deduktif serta membutuhkan penalaran logika dalam memahami, menguasai, dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut
Suryabrata
(2004:
233)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu: (1) Faktor nonsosial dalam belajar, misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, tempat, alat-alat dan sebagainya. (2) Faktor sosial dalam belajar, yaitu: faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. (3) Faktor fisiologis dalam belajar (keadaan jasmani) (4) Faktor psikologi dalam belajar. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu siswa (faktor psikologis dan fisiologis) dan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri (lingkungan sosial dan lingkungan non sosial).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
2. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
Menurut Akhmad Sudrajat (2008), pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Berdasarkan pendapat pendapat itu, pendekatan adalah cara yang dijadikan sebagai sudut pandang atau titik tolak yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran itu dapat berhasil dan mencapai tujuan yang diinginkan, dengan cara mengaktifkan peserta didik atau menjadikan peserta didik sebagai pusat dalam pembelajaran itu (student center).
b. Pengertian Pendekatan Kontekstual Johnson (2008) menyatakan pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa (dalam Rusman, 2010: 187). Menurut Muslich (2007: 41) contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehariBerdasarkan paparan di atas, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Karakteristik Pendekatan Kontekstual Berdasarkan pengertian pembelajaran CTL, menurut Zahorik (dalam Sagala, 2003: 93) ada lima elemen belajar yang kontruktivistik yang harus diperhatikan
dalam
pembelajaran
kontekstual
yaitu:
(1)
Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge); (2) Pemerolehan pengetahuan baru (Acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya; (3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan kepada orang lainagar dapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, dan konsep direvisi dan dikembangkan; (4)
Mempraktekan
pengetahuan
dan
pengalaman
tersebut
( applying
knowledge); dan (5) Melakukan refleksi ( reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
d. Prinsip Pendekatan Kontekstuanal Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru menurut Rusman (2010: 193) yaitu:: 1)
Konstruktivisme (construktivimisme), konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
mengingat pengetahuan. Dalam hal ini tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: a) dalam pandangan konstruktivis, ih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2)
Bertanya (questioning), dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (4) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (5) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (6) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, (7) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Questioning dapat diterapkan pada hampir semua aktivitas belajar, antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga dapat diterapkan ketika siswa berdiskusi, bekerja kelompok, ketika siswa menemui kesulitan, siswa mengamati, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu akan mendorong kepada siswa untuk bertanya.
3)
Menemukan (inquiry), merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
kemudian disimpulkan. Langkah- langkah dalam kegiatan inkuiri yaitu (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, contohnya bisa dilakukan dengan membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung, mengamati dan mengumpulkan data sebanyakbanyaknya dari sumber atau objek yang diamati, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, guru, atau audience yang lain. Melalui contoh kegiatan sebagai berikut: karya siswa disampaikan kepada teman sekelas atau kepada orang banyak untuk mendapatkan masukan, bertanya jawab dengan teman sehingga memunculkan ide-ide baru, melakukan refleksi, dan menempel atau memajangkan hasil karya siswa.
4)
Masyarakat belajar (learning community), adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.
5)
Pemodelan (modeling), dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik. Dalam pembelajaran berbasis CTL, guru bukanlah satu-satunya model, guru merancang model pembelajaran dengan melibatkan siswa juga dalam proses pembelajarannya.
6)
Refleksi (Reflection), yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Pada akhir pembelajaran guru supaya menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi, adapun realisasinya adalah; pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
7)
Penilaian sebenarnya (authentic assessment),prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu
siswa
agar
mampu
mempelajari
sesuatu,
bukan
pada
diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa. KarakteristikAutentic Assesment: (a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, (b) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (c) yang diukur ketrampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (d) berkesinambungan, (e) dapat digunakan sebagai feed back.
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual Menurut Muslich (2010: 49), kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual dapat ditujukan berupa kombinasi kegiatan dari kegiatan-kegiatan berikut ini: 1) Pembelajaran berbasis masalah yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya sebagai konteks bagi siswa untuk belajar kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan untuk memperoleh konsep utama dari suatu pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
2) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Dalam konteks ini penugasan yang diberikan oleh gurumemberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas. 3) Memberikan aktivitas kelompok. Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. 4) Membuat aktivitas belajar mandiri. Peserta didik mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi yang sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. 5) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat. Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. 6) Menerapkan penilaian autentik yang dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.
f. Peranan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Pendekatan Kontekstual Dalam proses pembelajaran Kontekstual, setiap Guru memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Oleh karena itu, menurut Wina Sanjaya (2009: 262-263) ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan pendekatan kontekstual yaitu: 1) Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak guru tetapi guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perekembangannya. 2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka adalah memecahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, peran guru adalah memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa. 3) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian, peran guru adalah membantu agar siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya. 4) Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian peran guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi
g. Langkah langkah dalam Pembelajaran Pendekatan Kontekstual Secara sederhana langkah penerapan Kontekstual dalam kelas secara garis besar menurut Rusman (2010: 199) adalah : 1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegitan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. 2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan 3) Mengembangkan sikap ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan 4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dengan kelompok-kelompok) 5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7) Melakuakn penilaian secara obyektif. Berdasarkan paparan di atas maka peneliti menentukan langkahlangkah dalam pembelajaran Kontekstual sebagai berikut : 1) Menentukan materi dan masalah sebelum pembelajaran (penentuan materi dan masalah yang akan diselesaikan dalam pembelajaran).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
2) Memberikan penanaman, pengarahan, dan motivasi kepada siswa bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka mengkonstruksi atau mendapatkan sendiri suatu pengetahuan atau konsep dengan pengalaman yang mereka dapat sendiri (Konstruktivisme). 3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ataupun sebaliknya guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Untuk membangkitkan respon siswa (Bertanya). 4) Menggerakkan
siswa
untuk
membentuk
kelompok
dalam
kelas.
Pembentukan dilakukan secara merata oleh guru. Dengan tujuan akan terjalin dan berkembangnnya ketrampilan siswa dalam berkomunikasi, dalam kelas. Yaitu dari siswa - diskusi kelompok, siswa - diskusi kelompok
diskusi kelas. Ataupun menjalin hubungan dengan orang-
orang yang berada di sekotar anak (Masyarakat Belajar). 5) Guru atau siswa ataupun guru bersama-sama siswa melakukan pemodelan misal dengan guru bersama siswa melakukan demonstrasi di depan kelas atau siswa melakukan, memberikan, dan memperagakan sesuatu di depan kelas (Pemodelan). 6) Melakukan inkuiri dalam pembelajaran yaitu dengan siswa melakukan percobaan dan observasi untuk menemukan pengetahuan, informasi, dan konsep itu ( Inkuiri). 7) Mengajak siswa bersama-sama melakukan refleksi atau melihat kembali apa yang telah mereka pelajari sekilas (Refleksi). 8) Melakukan penilaian sebenarnya yaitu guru menilai dari hasil pekerjaan siswa baik berupa hasil belajar siswa ataupun hasil karya siswa (Penilaian sebenarnya).
h. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual Menurut Nadhirin (2010), kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual yaitu: 1) Kelebihan Pendekatan Kontekstual a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. b) pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
2) Kekurangan Pendekatan Kontekstual a) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
B. Penelitian yang Relevan Pada penelitian yang relevan, sebelumnya pernah dilakukan oleh Tolib (2010) Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.Dengan judul
Penerapan pendekatan kontekstual untuk
meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Carul Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal tahun ajaran 2009-
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan dalam pembelajaran matematika pada siswa dan untukmengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD. Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh simpulan pada kondisi awal,nilai rerata kelas 55. Dengan pendekatan kontekstual pada siklus I nilai rerata kelas menjadi 65.Pada siklus II nilai rerata kelas menjadi 78. Dari keseluruhan siklus yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan dalam pemelajaran matematika.Setiap siklus membawa dampak positif kearah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Carul kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan olehTolib ini adalah strategi pembelajaran menerapkan pendekatan kontekstual dan mempunyai tujuan yang sama yaitu mengetahuikendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan penerapan pendekatan kontekstual. Sedangkan perbedaannya
terletak
pada Variabel terikatnya
yaitu
meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan sedangkan pada penelitin ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Subjeknya juga berbeda yaitu pada kelas IV sedangkan pada penelitian ini pada siswa kelas V. Dan untuk penelitian relevan yang ke dua dibuat oleh Berry Dwi Santi Kismawati (2010), Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Peningkatan kemampuan menghitung
pecahan melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Kedungwinong I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk: (1) Meningkatkan kemampuan menghitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Kedungwinong I, (2) Memaparkan cara penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika, (3) Memaparkan bagaimana cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika SD Negeri Kedungwinong I. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menghitung pecahan kelas IV SD Negeri Kedungwinong I, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas IV sebanyak 20 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan hanya 45%, siklus pertama 60%, siklus kedua 75% dan siklus ketiga 90% siswa belajar tuntas. Dan cara mengatasi kendala yang terjadi dalam penerapan pendekatan kontekstual ini adalah: (a) Pembentukan kerja kelompok dilakukan oleh siswa sendiri untuk mengatasi kurang membaurnya siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. (b) Penggantian model dengan siswa yang jarang maju kedepan kelas untuk mengatasi kurangnya perhatian siswa terhadap model yang ditampilkan. (c) Penambahan motivasi bagi guru untuk mengatasi ketidak beranian siswa dalam bertanya. Berdasarkan simpulan yang dibuat, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran Matematika melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menghitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Kedungwinong I tahun 2010. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Berry Dwi Santi Kismawati adalah strategi pembelajaran menerapkan pendekatan kontekstual. Sedangkan perbedaannya terletak pada Variabel terikatnya yaitu untuk kemampuan menghitung pecahan sedangkan pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran. Subjeknya juga berbeda yaitu pada kelas IV sedangkan pada penelitian ini pada siswa kelas V.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan hasil pengamatan, pendekatan yang digunakan oleh para guru pada umumnya di lapangan, merupakan pendekatan yang berpusat pada guru. Guru masih menyampaikan materi pelajaran matematika dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal atau drill and practice, prosedural, serta penggunaan rumus. Pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau sumber materi guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima materi. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa terhadap matematika. Menurut Nurhadi (2002), Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan strategi pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan anak sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rusman, 2010: 189). Sementara itu, Howey R, Keneth (2010) mendefinisikan CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun nyatabaik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama (Rusman, 2010: 190). Melalui pendekatan ini, memungkinkan terjadinya proses belajar yang di dalamnya siswa mengeksplorasikan pemahaman serta kemampuan akademiknya dalam berbagai variasi konteks, di dalam ataupun di luar kelas, untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun berkelompok yang disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari dalam peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar, nakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan seharidiharapkan agar siswa dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif), bahwa objek tidak langsung dari mempelajari matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah. Matematika bersifat aksiomatik, abstrak, formal, dan
deduktif.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pembelajaran masih banyak yang berorientasi pada target penguasaan materi, hanya dapat mengingat jangka pendek saja, tetapi gagal dalam
membekali anak untuk memecahkan suatu masalah
dalam kehidupan jangka panjang. Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam matematika merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum matematika belum tercapai secara optimal. Sehingga berdampak pada kualitas pembelajaran matematika siswa yang masih rendah .Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah ketepatan pendekatan yang digunakan. Berdasarkan paparan di atas, dengan perwujudan tujuh komponen pokok pendekatan kontekstual (bertanya/questioning, permodelan/modeling, masyarakat belajar/learning community, konstruktivisme/constructivism, menemukan/inquiry, penilaian sebenarnya/ authentic assessment, dan refleksi/reflection) yang dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SDN 2 Kenteng.
Dalam penelitian yang akan dilakukan dalam tiga siklus.
Sehingga dengan begitu diharapkan dengan penerapan pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan kualitaspembelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar yang dapat dilihat dari proses dan hasil belajar siswa kelas V sebagai tolak ukur peningkatan pembelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Pratindakan (Pembelajaran Konvensional)
Siswa Pasif
Tindakan (Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kontekstual)
Pascatindakan (Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kontekstual)
Siklus 1
Siswa Aktif
Hasil Belajar Rendah
Siklus 2
Siklus 3
Hasil Belajar Meningkat
Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan dalam penilitian ini sebagai berikut: Jika penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika yang dilaksanakan sesuai skenario pembelajaran dan sesuai dengan rencana, maka dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SDN 2 Kenteng
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
BAB III METODE PENELITIAN
Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kasihani Kasbolah, 2000: 14)
dinamis di mana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pe
A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen tahun ajaran 2011/2012 pada siswa kelas V, mata pelajaran Matematika semester II. Peneliti memilih sekolah tersebut karena SD Negeri 2 Kenteng merupakan tempat peneliti mengajar. SD Negeri 2 Kenteng beralamat di Kenteng terletak di tengah-tengah desa, Kondisi bangunan SD Negeri 2 Kenteng cukup kokoh dan kuat. Di sekolah ini terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang UKS, 1 ruang tamu, 1 ruang komputer, 1 ruang dapur dan 1 ruang gudang. 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semesterII bulan Januari sampai Juli Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada jam mengajar sehingga tidak mengganggu pelajaran lainnya. Adapun waktu penelitian tindakan kelas seperti pada tabel berikut:
commit 42 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Tabel 3.1. Tabel Waktu Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatanpenelitian 9
Bulan 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapanpenelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru kelas II b. Indentifikasi masalah bersama guru kelas II c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan 2. Pelaksanaantindakan a. Siklus I 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3 b. Siklus II 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3 c. Siklus III 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3 3. Analisis data danpelaporan a. Analisis data 3 siklus b. Menyusun laporan/skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan pengumpulan laporan Tahun
2011
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
B. Subjek Penelitian Dalam penelitian yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah seluruh siswa kelasV SD Negeri 2 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Jumlah seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Kenteng adalah 31 siswa dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan (terlampir pada lampiran 1 halaman 164).
C. Data dan Sumber Data
Supardi (2007: 129)
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan Skripsi ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut: 1. Guru Kelas V Dalam penelitian ini sumber data yang pertama adalah guru kelasV SD Negeri 2 Kenteng. Data dari guru kelas untuk mengetahui keadaan siswa dan kondisi pembelajaran yang dilakukan sebelum adanya tindakan penelitian yang dilakukan. 2. Siswa Pada penelitian ini melibatkan siswa kelas V SD Negeri 2 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen pada Tahun Ajaran 2011/2012. Data ini tentang seluruh kegiatan proses pembelajaran pada saat penggunaan pendekatan kontekstual dilaksanakan (terlampir pada lampiran 29 hal 191) 3. Guru SD Sebagai Teman Sejawat Penelitian ini juga melibatkan guru sebagai sumber data. Penggunaan data teman sejawat untuk mendapatkan data tentang hasil observasi kegiatan selama pembelajaran di kelas pada saat peneliti menerapkan pendekatan kontekstual. Dalam hal ini yang menjadi teman sejawat yaitu rekan guru yang diberi tugas oleh penulis untuk menjadi observer, sehingga tugasnya adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan peneliti saat menerapkan pendekatan kontekstual (terlampir pada lampiran 17 halaman 179).
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: a) Teknik Tes Padmono (2002: 7), tes adalah suatu cara untuk mengadakan pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang harus dilakukan subjek
sehingga
menghasilkan
informasi
tentang
performan
atau
penampilan perilaku tertentu yang dapat dibandingkan dengan skor standard atau dengan kelompoknya. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1998: 139), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat klain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Berdasarkan paparan di atas, tes adalah suatu cara untuk mengadakan pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang berupa serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang harus dilakukan subjek yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
sehinggamenghasilkan
informasi tentang
performan
atau
penampilan perilaku yang dapat dibandingkan dengan skor standard atau dengan kelompoknya.
b) Teknik Non Tes Teknik nontes dilakukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya telah terjadi selama proses pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh berupa data berupa perubahan-perubahan tingkah laku siswa pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
saat proses pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dari hasil instrumen non tes yang berupa : a. Wawancara
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mrlakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondenyang lebih mendalam dan jumlah
Sedangkan Lexy J Moleong (2007: 186), menyatakan
awancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu .
Sejalan dengan hal itu,
untuk menilai keadaan seseorang, misalnya mencari data latar belakang murid,
dibutuhkan untuk mengungkapkan data yang hanya dapat diungkapkan dengan kata-kata secara lisan oleh sumbernya. Data tentang sikap, pendapat, wawasan, dapat diungkapkan denagn teknik ini. Jadi, wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud tertentu proses memperoleh keterangan untuktujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antarasi penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara), sehingga dengan begitu peneliti dapat menilai keadaan seseorang. Wawancara dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Wawancara dilakukan pada 3 orang siswa yaitu 1 orang siswa yang memiliki prestasi tinggi, 1 siswa yang prestasinya cukup, dan 1 siswa yang nilainya rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
b. Observasi Menurut Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2009:145). Teknik observasi yang dilakukan teman sejawat yaitu ketika peneliti melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Dan observasi juga dilakukan oleh peneliti sebagai guru dalam mengamati siswa dalam proses pembelajaran untuk mengamati perubahan-perubahan tingkah laku siswa pada saat proses kegiatan pembelajaran tentang sifat-sifat bangundatar. Observasi dilakukan (terlampir pada lampiran 5 halaman 167). Dan sebagai pendukung hasil penelitian maka peneliti juga menggunakan dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 149), dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dengan menggunakan foto dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya
penelitian ini adalah pengambilan gambar dan benda-benda tertulis sebagai bukti (misal daftar nilai dari tahun yang lalu) terjadinya suatu peristiwa. Pengambilan gambar merupakan hasil pemotretan pada langkah proses pembelajaran. Dokumen yang diambil peneliti sebagai sumber data dari penelitian ini yaitu hasil belajar Matematika siswa dalam buku daftar nilai. Dokumen ini dimaksudkan untuk mencari tahu tentang keadaan siswa dalam pelajaran Matematika sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan teknik pengumpulan
data.
Berdasarkan teknik
yang
digunakan,
maka
alat
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a) Definisi Konsep dan Definisi Operasional Bogdan & Biklen (1982), berpendapat Analisis data kualitati fadalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007: 186). Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisis yang bersangkutan dalam sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap variabel ditentukan oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan. Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang penting dalam hubungannya dengan pengumpulan data, yaitu indikator empiris dan pengukuran. Untuk mengukur hal itu maka dibutuhkan instrumentyang akan digunakan dan disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang dipakai. Instrumen pengumpulan data dalam peneliti ini diperoleh dengan menjabarkan masing-masing variable penelitian yaitu penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dalam peningkatan kualitas pembelajaran matematika kedalam definisi konsep, definisi operasional, dan kisi-kisi instrumen. Melalui penjabaran itulah nantinya akan disusun instrumen-instrumen pengumpulan data.
b) PelaksanaanPembelajarandenganMenggunakanPendekatanKontekstual 1) DefinisiKonsep Pendekatan kontekstual
adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk mendorong agar siswa dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata (siswa menghubungkan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata) sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. . Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. 2) Definisi Operasional Operasional artinya jika akan diukur, aspek-aspek, sisi-sisi apa saja yang harus tercakup ke dalam konsep yang akan diteliti itu agar mudah diteliti (diukur). Dengan kata
-
(indikator) pengukur konsep itu Dalam bahasa metodologi penelitian sering dikaitkan dengan penelitian kuantiatif-positivistik (yang suka memandang segala sesutu bisa diukur atau harus bisa diukur). Data tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, dan wawancara yang didukung oleh dokumentasi. Observasi dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa lembar observasi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman wawancara. Sedangkan untuk mendukung dokumentasi dilakukan
dengan
fotografi atau kamera.
commit to user
menggunakan peralatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
a) Observasi Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh pengamat dan berisi aspek-aspek yang diamati dalam pelaksanaan pembelajaran saat menggunakan pendekatan kontekstual dan pernyataan tentang hasil pengamatan oleh pengamat. Aspek-aspek yang diamati dalam observasi tersebut adalah: (1) Persiapan (2) Pelaksanaan pendekatan kontekstual (3) Kegiatan dan responsiswa selama proses pembelajaran (4) Tindaklanjut/penilaian setelah pembelajaran. b) Wawancara Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden yaitu siswa utuk mengetahui respon mereka setelah guru menggunakan pendekatan
kontekstual.
Dan
wawancara
terhadap
peneliti
untuk
mengetahui kelemahan ataupun kekurangan agar dapat memperbaiki pada proses pembelajaran berikutnya (lembar wawancara terlampir pada lampiran 54 halaman 217). (1) Wawancara terhadap observer mencakup aspek-aspek berikut: Proses pembelajaran Kekurangan pada pembelajaran Saran observer terhadap pelaksanaan pembelajaran (2) Wawancara terhadap siswa mencakup aspek-aspek berikut: Kesan terhadap pelaksanaan pembelajaran Kesulitan-kesulitan yang dialami selama pembelajaran Pembelajaran yang mudah menyenangkan bagi siswa Harapan siswa terhadap pembelajaran yang disamapaikan guru 1) InstrumenTes Alat pengumpulan data yang digunakan
pada teknik tes ini yaitu
berupa soal-soal tes yang berkaitan dengan kompetensi dasar tentang sifat-sifat bangun datar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
2) InstrumenNonTes meliputi: Lembar wawancara Dalam wawancara ini digunakan instrumen pedoman wawancara yang berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai responden (terlampir pada lampiran 54 halaman 217). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur, yaitu pewawancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap materi sifat-sifat bangun datar dengan pendekatan kontekstual.
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Lembar Wawancara dengan Pendekatan kontekstual Aspek Tahapantahapan Metode Inkuiri
No. Item
Indikator Respon Siswa Penggunaan Metode Inkuiri 1. Keikutsertaan siswa dalam proses percobaan dan pengamatan 2. Pendapat / kesan siswa belajar di luar kelas 3. Penemuan siswa dalam proses pembelajaran 4. Keterlibatan siswa dalam diskusi 5. Kemampuan bertanya siswa 6. Pendapat siswa belajar dengan teman-temannya 7. Keterlibatan siswa dalam menarik kesimpulan 8. Kemandirian siswa dalam proses pembelajaran 9. Kesulitan/ kendala yang dihadapi siswa 10. Kesan siswa tehadap pembelajaran yang disampaiakan guru
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lembar Observasi Alat pengumpulan data dengan teknik observasi yang dilakukan oleh teman sejawat kepada peneliti ataupun oleh peneliti sebagai observer ialah dengan menggunakan lembar
observasi.
Lembar
pengamatan siswa
digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II,dan III. Dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
lembar pengamatan yang dilakukan teman sejawat sebagai observer kepada peneliti. Adapun kisi-kisi dari lembar
observasi guru dan siswa sebagai
berikut:
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Aspek Pendekatan Kontekstual Konstuktivisme
Bertanya
Inkuiri
Masyarakat Belajar
Pemodelan
Indikator
No. soal
a. Pengamatan b.Melakukan percobaan c.Menarik Kesimpulan d.Menyimpulkan dengan Kata-kata sendiri
1 1 1 1
a.Membuat pertanyaan b.Mengajukan Pertanyaan c.Memberikan tanggapan d.Menghargai pendapat orang lain
2 2 2 2
a.Merumuskan masalah b.Melakukan Percobaan dan Pengamatan c.Mengumpulkan data/hasil d.Membuat kesimpulan
3 3 3 3
a.Berdiskusi kelompok
4
b.Bekerjasama dengan kelompok atau antar kelompok c.Berkomunikasi dengan teman dalam kelompokatau antar kelompok d.Berkomunikasi dengan guru atau masyarakat sekitar
4
a.Memperagakan b.Mengoperasikan media/alat peraga c.Memanfaatkan sumber pembelajaran yang ada disekitarnya d.Ikut terlibat dalam peragaan dan pemodelan
5 5 5
commit to user
4 4
5
Ket.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Refleksi
Penilaian Sebenarnya
a. Refleksi hal-hal yang dirasa sulit bersama kelompoknya b.Menuliskan kritik dan saran dalam lembar evaluasi/LKS c. menyampaikan hal-hal yang belum dipahami siswa d.Shering / tanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami
6
a.Mengikuti Proses Evaluasi tertulis
7
b.Mengerjakan LKS c.Membuat hasil karya/hasil belajar (misal gambar persegi dalam mencari rumus keliling persegi) d.Mengumpulkan hasil karya/ hasil belajar (misal gambar persegi dalam mencari rumus)
7 7
6 6 6
7
Tabel 3.4. Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa Proses Pembelajaran Matematika Aspek Pengamatan
Sikap siswa dalam Pembelajaran
Soal Ket. No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Penilaian Memperhatikan penjelasan guru Aktif dalam bertanya Aktif dalam diskusi kelompok Aktif dalam percobaan dan pembelajaran Bekerjasama dalam kelompok Bertanggung jawab Mandiri Mampu mengungkapkan pendapat/argumentasi Mampu menyimpulkan sendiri Mampu menghargai pendapat orang lain
9 10
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Aspek Pendekatan Kontekstual Proses
Indikator a. Memfasilitasi
siswa
commit to user
dalam
proses
No. soal 1
Ket.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Konstruktivimisme dalam pembelajaran
Mendorong dan membantu siswa proses menemukan / Inquiry dalam pembelajaran
Mendorong siswa bertanya
pembelajaran (ruang, media, alat peraga, lingkungan, dlll) b. Membimbing siswa dalam proses konstruktivimisme pembelajaran matematika c. Memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya Sendiri dalam memahami suatu konsep d. Menyadarkan dan memotivasi siswa agar mau belajar menemukan sendiri tidak tergantung guru
belajar/ learning
Pemodelan(misal: memperagakan, mendemonstrasikan,
1
1
a. Siswa mengamati atau melakukan observasi b. Siswa mengumpulkan data-data c. Siswa menganalisis dan meyajikan hasil misal tulisan, gambar, laporan, atau karya lain d. Siswa mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada audience/ teman-temannya\
2
a. membangkitkan respon siswa untuk merespon pertanyaan dari guru / teman b. Menggali informasi siswa (tanya-jawab) c. Mengecek pemahaman siswa dalam proses belajar
3
d. Memfokuskan pembelajaran
Mengelola pembelajaran secara
1
perhatian
2
3 3
terhadap
3
a. membuat kelompok dalam kelas secara heterogen dalam pembagiannya b. mengaktifkan tiap kelompok dengan kegiatan-kegiatan proses belajar c. Membimbing dan memotivasi siswa untuk belajar kelompok, diskusi kelompok, antar kelompok ataupun diskusi kelas d. Terjalin komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru ataupun sebaliknya a. Guru memperagakan sesuatu di depan kelas b. Memberikan contoh
4
commit to user
siswa
2 2
4 4
4
5 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
memberi contoh) oleh guru Refleksi (pernyataan langsung tentang apa yang telah dipelajari / kesan dan saran siswa bisa secara langsung ataupun di bawah lembar evaluasi siswa) baik dari hasil belajar&proses pembelajaran Penilaian Sebenarnya (authentic assesment) : penilaian sebenarnya yang dilakukan oleh guru(penilaian hasil belajar, proses belajar, perfomance, dan hasil karya)
c. Melakukan Demonstrasi d. Mengikutsertakan keterlibatan siswa dalam pemodelan a. Pertanyaan umpan balik tentang penguasaan materi (tanya-jawab) b. Pertanyaan secara keseluruhan ke semua siswa (dengan cara siswa memberi saran dan kritik secara tertulis di bwah lembar evaluasi siswa) c. Mengadakan analisis hasil proses belajar dan hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai d. Melakukan program perencanaan unmtuk proses pembelajaran berikutnya
5 5
a. Melaksanakan penilaian terhadap proses belajar siswa dan menganalisis b. Melaksanakan evaluasi, penilaian hasil belajar, dan menganalisis c. Mengelola penialaian proses dan hasil belajar siswa d. Melakukan penialaian seceara berkelanjutan pada siklus berikutnya
7
6 6
6
6
7 7 7
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Indikator
No.Soal
Ketrampilan dalam membuka pelajaran
1
Ketrampilan penggunaan pendekatan kontekstual
2
Persiapan guru untuk mengajar (kelas, lingkungan belajar, siswa,materi,media/alat peraga) Ketrampilanpenggunaan alat peraga/ media
3
Pengaktifan dan penguasaan siswa pembelajaran Ketrampilan mengelola pembelajaran
5
dalam
Ketrampilan memberikan motivasi/penguatan
commit to user
proses
4
6 7
Ket
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Penguasaan dan kejelasan materi
8
Pelaksanaan prosedur/langkah pembelajaran
9
Ketrampilan menutup pelajaran
10
E. Validitas Data Untuk
memperoleh
validitas
data,
peneliti
menggunakan
teknik
triangulasi. Wiliam Wiersma (dalam Sugiyono, 2007: 273) mengemukakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini di artikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Moleong (2010:
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan Teknik triangulasi dalam penelitian ini melibatkan peneliti, teman sejawat, dan siswa.
F.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan didukung data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif hasilnya merupakan gambaran secara umum suatu keadaan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data tentang interaksi dalam proses pembelajaran, untuk menganalisis perubahan sikap dan perilaku. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil tes/evaluasi hasil belajar yang diperoleh dari nilai evaluasi dalam tiap siklus. Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan mencari nilai rata-rata hasil evaluasi dan persentase keberhasilan tiap siklus (tindakan). Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pendapat Miles dan Huberman yang diterjemahkan oleh Tjetjep (2007: 16), yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
muncul dari catatan-catatan lapangan. Data yang dihasilkan dari observer merupakan data yang masih mentah, untuk itu peneliti melakukan pemilihan data yang relevan dan bermakna untuk disajikan
dengan cara memilih data yang
pokok, memfokuskan data yang mengarah pada pemecahan masalah dan memilih data yang mampu menjawab permasalahan penelitian. Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada tahap ini peneliti mengajukan data yang telah direduksi ke dalam laporan secara sistematik untuk melihat gambaran data secara keseluruhan yang disajikan dalam bentuk naratif mengenai pengelolaan pelaksanaan tindakan kelas. Data yang telah diproses dengan langkah-langkah seperti di atas, kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yang berangkat dari hal-hal khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat kembali pada reduksi data maupun pada penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari permasalahan penelitian.
G. Indikator Kinerja/Kriteria Keberhasilan Indikator kinerja yang dimaksud di sini adalah merupakan uraian tentang petunjuk-petunjuk atau tanda-tanda yang diharapkan muncul sebagai wujud keberhasilan dalam melakukan tindakan. Adapun dengan penelitian tindakan kelas ini, penulis berharap akan terjadi peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar Matematika siswa khususnya pada pokok bahasan sifat-sifatbangundatar. Penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil apabila: 1. Guru telah melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual sehingga proses pembelajaran matematika dapat meningkat. 2. Meningkatnya kualitas belajar matematika yaitu dapat dilihat dari: a. Peningkatan 75% proses belajar siswadalam pembelajaran dengan tes hasil kerja siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
b. Terjadi 75% perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yaitu meningkatnya kerjasama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa dengan cara mengamati kegiatan belajar mengajar. c. Meningkatnya hasil belajar Matematika siswa. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika mencapai tingkatan penguasaan materi 80% tercapai sesuai dengan batas tuntas KKM dengan jumlah siswa 31.
H. Prosedur Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan guru sebagai peneliti. Tujuan utama penilitian bentuk ini tidak lain adalah untuk meningkatkan praktek pembelajaran di kelas yang melibatkan guru secara langsung dalam keseluruhan tindakan. Tahapan
kegiatan
dalam
pelaksanaan
penelitian
tindakan
ini
menggunakan model Kemmis dan Taggart (Kasihani Kasbolah E.S, 2001: 10) yang meliputi 4 tahap yaitu: a. Perencanaan Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan. Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih muda untuk mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu b. Pelaksanaan/tindakan Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
langsung dalam pelaiksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas. c. Observasi/pengamatan Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul. d. Refleksi. Refleksi disini meliputi kegiatan : analisi, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat dilaksanakan dalam sekali
pertemuan
karena
hasil
refleksi
membutuhkan
waktu
untuk
melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.Tahapan tersebut dapatdigambarkan pada sistem spiral yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan seperti gambar di bawah ini: Keterangan Gambar: Menunjukan bahwa pertama, sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu harus direncanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Gambar 3.1Model Penelitian Suharsimi Arikunto (Sumber: Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2009: 16) Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 siklus. Yang dilaksanakan selama Standar Kompetensinya yaitu Memahami sifat-sifat dan hubungan antar bangun dan Kompetensi Dasar dalam penelitian ini meliputi: Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datardan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana. Berikut ini merupakan tahap-tahap penelitian yang direncanakan oleh peneliti:
1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Rencana tindakan merupakan tindakan operasional yang direncanakan untuk memperbaiki, meningkatkan, atau merubah perilaku, sikap atau khususnya peningkatan belajar. Rencana merupakan tindakan yang tersusun untuk memperbaiki situasi, mengubah, atau meningkatkan yang dilaksanakan secara khas yang mempunyai prospektif dan memandang kedepan. Rencana kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ialah: (1) melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan nanti. Materi
pokok
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
sifat-
sifatbangundatar, (2) menyusun jadwal penelitian, (3) menentukan observer, (4) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sifat-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
sifatbangundatar, (5) menyusun lembar kegiatan siswa tentang pelaksanaan pendekatan
kontekstual
tentang
sifat-sifatbangundatar,
(6)
menyusun
Instrumen tes dan non tes meliputi: Lembar evaluasi, pedoman observasi kinerja, dan pedoman wawancara tentang sifat-sifatbangundatar, (7) menyusun rancangan evaluasi program. Table 3.7.Pelaksanaan Siklus I dapat di lihat sesuai kurikulum di bawah ini: Standar Kompetensi Dasar Kompetensi 6. Memahami 6.1Mengidentifikasi sifat-sifat dan sifat-sifat bangun hubungan datar antar bangun 6.5 Meyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
Indikator
Materi Pokok
6.1.1Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (persegi, peersegi panjang) 6.5.1 Menyelesaikan masalah tentang bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga)
Sifat-sifat bangun datar (persegi, peersegi panjang, Contoh permasalahan tentang bangun datar (persegi, peersegi panjang, segitiga,)
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktek secara cermat dan bijaksana. Praktek dilakukan berdasarkan gagasan dalam tindakan dan tindakan digunakan sebagai dasar atau pijakan untuk pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang didasari keinginan untuk memperbaiki, mengubah, dan meningkatkan keadaan. Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran pendektan kontekstual dalam materi tentang sifat-sifat segitiga, persegi, dan persegi panjang sebagai berikut: 1) tahap persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa, menanyakan keadaan siswa, memancing siswa menyampaikan hambatan yang dialaminya saat pro ses pembelajaran saat proses pembelajaran matematika dan menumbuhkan respon siswa pada pembelajaran, 2) tahap pelaksanaan yaitu berupa tahap melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
kegiatan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat segitiga, persegi, dan persegi panjang dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam I siklus akan diadakan selama 3 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Pada siklus I pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah tentang segitiga. Pada pertemuan yang ke-2 materi tentangpersegi dan pertemuan ketiga tetang persegi panjang. Secara umum, tahap pelaksanaan siklus I ini meliputi beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan yang hendak dilakukan, (2) guru memberi petunjuk terhadap siswa tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut berjalan lancar, (3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan diskusi dalam proses pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar, (4) masingmasing kelompok melakukan percobaan/penemuan, (5) kelompok juga melakukan diskusi dan pengamatan, (6) siswa mengamati kejadian-kejadian yang ada di lingkungan, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja mereka. c. Tahap Observasi Observasi
atau
pengamatan
memiliki
fungsi
untuk
mendokumentasikan berbagai pengaruh tindakan yang terkait. Pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh berbagai keterangan yang digunakan untuk langkah-langkah yang akan datang. Hasil pengamatan yang cermat akan memberikan masukan
yang
digunakan pada
langkah
refleksi untuk
memperbaiki tindakan atau mempertahankan tindakan.Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dan terhadap hasil tes. Observasi dilaksanakan terhadap peneliti atau guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar, juga observasi terhadap siswa pada waktu mengikuti pembelajaran Matematika dengan pendekatan kontekstual. Hasil observasi digunakan untuk mengadakan refleksi dan menyusun tindakan berikutnya. d. Tahap Refleksi Tahap refleksi merupakan kegiatan mengingat dan menerangkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
strategis yang terjadi setelah proses siklus I dilaksanakan. Refleksi mempertimbangkan ragam pandangan yang mungkin ada pada situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Refleksi dilakukan dengan dibantu dan atau dilakukan oleh seluruh anggota peneliti melalui diskusi. Refleksi ini memiliki sifat evaluatif, sebab melalui refleksi seluruh anggota penelitian menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai harapan atau belum, apakah tindakan perlu diadakan atau tidak.
2. Siklus II Tahap pelaksanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I.Materi pelajaran yang dipelajari pada siklus II adalah kelanjutan dari materi yang dipelajari pada siklus I. a. Tahap Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus I. Perencanaan pada siklus II dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran atau kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus II. Pelaksanaan Siklus II dapat di lihat sesuai kurikulum di bawah ini: Tabel 3.8.KurikulumPelaksanaanSiklus II Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
6. Memahami 6.1Mengidentifikasi sifat- 6.1.1Mengidentifikasi sifat-sifat sifat bangun datar sifat-sifat dan bangun datar hubungan 6.5 Meyelesaikan masalah (trapesium, jajar antar yang berkaitan genjang) bangun dengan bangun datar dan bangun ruang 6.5.1 Menyelesaikan sederhana masalah tentang bangun datar (trapesium, jajar genjang)
commit to user
Materi Pokok Sifat-sifat bangun datar (trapesium, jajar genjang) Contoh permasalah an tentang bangun datar (trapesium,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
jajar genjang) b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada intinya sama seperti pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran atau kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran pendektan kontekstual dalam materi sifat-sifat bangun datar sebagai berikut: 1) tahap persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa, menanyakan keadaan siswa, memancing siswa menyampaikan hambatan yang dialaminya saat proses pembelajaran saat proses pembelajaran matematika dan menumbuhkan respon siswa pada pembelajaran, 2)tahap pelaksanaan yaitu berupa tahap melakukan kegiatan pembelajaran matematika tentang jajargenjang, belah ketupat, dan layanglayang dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam siklus II akan diadakan selama 3 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Hanya saja materi yang berbeda tetapi masih menggunakan pendekatan Kontekstual. Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, untuk pertemuan pertama yaitu tentang jajar genjang, pertemuan ke-2 yaitu tentang belah ketupatdan pertemuan ke-3 tentang layang-layang. Secara umum, tahap pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I meliputi beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan yang hendak dilakukan, (2) guru memberi petunjuk terhadap siswa tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut berjalan lancar, (3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan diskusi dalam proses
pembelajaran (4)
masing-masing
kelompok melakukan percobaan/ penemuan, (5) kelompok juga melakukan diskusi dan pengamatan, (6) siswa mengamati kejadian-kejadian yang ada di lingkungan, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
c. Tahap Observasi Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti melibatkan rekan sejawat (guru) sebagai observer. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mengumpulkan data tentang proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus I berlangsung. Observasi yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus I yaitu dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan mengisi instrumen pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga perubahanperubahan dan kemajuan-kemajuan yang dialami dapat diamati dengan jelas.Sehingga dapat terlihat perbedaan atau peningkatan serta kekurangan yang terjadi pada siklus I. d. Tahap Refleksi Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan proses dan hasil dari siklus I dengan siklus II apakah ada peningkatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual pada mata pelajaran matematika bangun datar kelas V yang dapat dilihat pada hasil belajar
siswa selama pembelajaran.
Serta proses pembelajaran yang
berlangsung yang dapat dilihat dari hasil observasi.
3. Siklus III
Tahap pelaksanaan pada siklus III didasarkan pada hasil refleksi siklus I dan siklus II. Sehingga pada siklus III ini diharapkan pelaksanaan pembelajaran akan lebih baik dari pada siklus I dan siklus II. Materi pelajaran yang dipelajari pada siklus II adalah kelanjutan dari materi yang dipelajari pada siklus I. a. Tahap Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus IIIpada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Perencanaan pada siklus III dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran atau kekurangankekurangan yang ada pada siklus I dan siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Tabel.3.9 KurikulumPelaksanaan Siklus III Standar Kompetensi 6.
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
Memahami 6.1Mengidentifikasi 6.1.1 Mengidentifikasi Sifat-sifat sifat-sifat sifat-sifat bangun sifat-sifat bangun datar dan datar bangun datar (belah hubungan (belah ketupat, ketupat, antar layang-layang, layangbangun dan lingkaran) layang, dan lingkaran) 6.5 Meyelesaikan 6.5.1 Menyelesaikan Contoh masalah masalah permasalahan yang tentang tentang berkaitan bangun datar bangun datar dengan (belah ketupat, (belah bangun datar layang-layang, ketupat, dan bangun dan lingkaran) layangruang layang, dan sederhana lingkaran)
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus III pada intinya sama seperti pada siklus I dan siklus II.Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran pendekatan kontekstual dalam materi sifat-sifat bangun datar sebagai berikut: 1) tahap persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa, menanyakan keadaan siswa, memancing siswa menyampaikan hambatan yang dialaminya saat proses pembelajaran saat proses pembelajaran matematika dan menumbuhkan respon siswa pada pembelajaran, 2)tahap pelaksanaan yaitu berupa tahap melakukan kegiatan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam siklus III akan diadakan selama 2 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Untuk pertemuan pertama yaitu trapesium. Dan pada pertemuan ke-2 yaitu lingkaran. Secara umum, tahap pelaksanaan siklus III tidak jauh berbeda dengan siklus I meliputi beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan yang hendak dilakukan, (2) guru memberi petunjuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
terhadap siswa tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut berjalan lancar, (3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan diskusi dalam proses pembelajaran sifat -sifat bangun datar, (4) masing-masing kelompok melakukan percobaan/ penemuan, (5) kelompok juga melakukan diskusi dan pengamatan, (6) siswa mengamati kejadian-kejadian yang ada di lingkungan, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja mereka. c. Tahap Observasi Kegiatan observasi pada siklus IIIdilakukan pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti melibatkan rekan sejawat (guru) sebagai observer. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mengumpulkan data tentang proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus III berlangsung. Observasi yang dilakukan pada siklus III pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus III yaitu dilakukan selama pembelajaran berlangsung de ngan mengisi instrumen pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga perubahanperubahan dan kemajuan-kemajuan yang dialami dapat diamati dengan jelas. Sehingga dapat terlihat perbedaan atau peningkatan serta kekurangan yang terjadi pada siklus I, II dan III. d. Tahap Refleksi Refleksi pada siklus III digunakan untuk mengetahui kualitas pembelajaran matematika tentang bangun datar pada siswa kelas V. Yang dapat dilihat dari proses dan hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajarn dengan pendekatan kontekstual sebagai tolak ukur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan Sesuai rencana, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng secara geografis terletak di tengah-tengah desa, jauh dari keramaian sehingga sangat baik untuk proses pembelajaran. Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng mempunyai 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang tamu, 1 ruang kantor, 1 ruang kepala sekolah, dan 1 ruang Komputer. Subjek penelitian yang telah ditetapkan pada penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng yang berjumlah 31 siswa. Siswa di kelas ini terdiri dari13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Penelitian ini didahului dengan mencari data atau dokumen tahun pelajaran yang lalu tentang rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar. Setelah itu, dilakukan dialog serta observasi pada guru atau teman sejawat untuk mencari penyebab mengapa siswa kurang paham yang berdampak pada hasil belajar yang rendah pada materi tentang sifat-sifat bangun datar. Penelitian ini dilakukan karenaberbagai faktor, salah satu diantaranya adalah rendahnya rata-rata nilai mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa kelas V. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa penyebab, di antaranya perhatian siswa terhadap pembelajaran Matematika masih rendah, guru dalam mengajar cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan pelajaran Matematika. Oleh karena itu, penyajian kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi baik pada pendekatan, model maupun media pembelajaran dapat menimbulkan kejenuhan siswa terhadap materi dan kegiatan pembelajaran. Selain itu juga, guru kurang melibatkan dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa cepat merasa bosan dan kurang memahami
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
materi pelajaran yang dipelajari. Siswa juga tidak diberi kesempatan belajar sendiri secara aktif, kreatif, dan inovatif serta menyenangkan karena siswa sebagai objek belajar masih pasif dalam pembelajaran. Data kondisi awal dalam penelitian ini diperoleh dari nilai ulangan harian kelas V khususnya pada materi tentang sifat-sifat bangun datar rataratanya 56, untuk ulangan tengah semester II (UTS) nilai rata-ratanya 59, dan nilai UAS rata-ratanya 65. Berdasarkan data di samping dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar masih di bawah KKM yang telah ditentukan. Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam pelajaran Matematika khususnya Kompetensi Dasar tentang bangun datar, maka sebelum melaksanakan siklus I, terlebih dahulu diadakan tes awal pada tanggal 2 April 2012. Tes awal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam memahami tentang sifat-sifat bangun datar. Melalui hasil tes awal ini akan dijadikan pijakan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya. Tes awal ini dilakukan dengan cara guru memberikan beberapa soal tertulis untuk dijawab secara individu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (lembar tes awal terlampir pada lampiran 3 halaman 165).Dari hasil itu dapat dipaparkan hasil tes awal di bawah ini: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Awal
1. 2.
75 64
Jumlah Siswa 85 6 74 13
3.
53
63
No
Nilai
3
Persentase
Kriteria
19,35% 41,94%
Tuntas Belum tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
9,67%
4.
42
52
1
3,23%
5.
31
41
2
6.45%
6.
20
30
6
16,06%
7. 9-10 Jumlah = 1805
31
100%
commit to user
Keterangan Rata-rata =1805 31 = 58,23 Sebagian besar siswa belum tuntas / belum memenuhi KKM
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 4.2. Hasil Nilai Tes Awal No
Hasil Tes Awal
Keterangan
1.
Rata-rata
58,32
2.
Nilai Tertinggi
75
3.
Nilai Terendah
15
Rata-rata masih di bawah KKM
Untuk persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar pada tes awal dapat dilihat pada tebel di bawah ini :
Tabel 4.3. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar pada Tes Awal No
Nilai
Jumlah Siswa
Persen
Keterangan
1.
75
100
6
19,35%
Tuntas
2.
0
74
25
80,65%
Belum Tuntas
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa masih sangat rendah, karena hampir semua siswa belum memenuhi batasan ketuntasan hasil belajar. Sebanyak 25 siswa atau 80,65% dari jumlah siswa masih belum tuntas. Sedangkan hanya ada 6 siswa atau 19,35% dari jumlah siswa yang tuntas. Berdasarkan tabel 4.3 dapat digambarkan pada grafik histogram di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Frekuensi
13
12 10 8 6
6
6 4
3 2
2 1 19,5 30,5
41,5 52,5
63,5
74,5
Gambar 4.1. Diagram Histogram Hasil Nilai Tes Awal
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar grafik di atas dapat digambarkan bahwa, nilai siswa yang memenuhi KKM atau telah tuntas berada di antara 75-85. hanya 6 anak atau 19,35%. Tetapi, masih ada 25 anak yang masih berada dibawah KKM sehingga mereka belum tuntas yaitu yang mendapatkan nilai 64-74 sebanyak 13 anak atau 41,94% , nilai antara 53-63 sebanyak 3 anak atau 9,67%, sedangkan nilai antara 42
52 hanya 1 anak atau 3,23%,
nilai antara 31-41 sebanyak 2 anak atau 6,45%, dan nilai antara 20-30 sebanyak 4 anak atau 12,90 %. Karena kemampuan yang dimiliki oleh anak berbeda-beda dalam menerima materi pelajaran, maka guru perlu melakukan suatu strategi yang sesuai dengan pembelajaran yang akan dilakukan agar dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan pre-tes maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan studi awal ini belum optimal sehingga perlu adanya tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
pendekatan pembelajaran kontekstual. Sedangkan jumlah nilai, nilai rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Dari tabel di atas dapat dibuat grafik pada gambar di bawah ini :
Tuntas; 19,35% Tidak Tuntas; 80,65%
Gambar 4.2. Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Awal
Dari pelaksanaan tes awal tersebut, sehingga diperoleh data bahwa siswa yang tuntas atau memenuhi KKM adalah sebanyak 6 siswa atau 19,35% dan siswa yang belum tuntas berjumlah 25 siswa atau 80,65%. Dari paparan tersebut dapat terlihat bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng masih banyak yang paham pada materi bangun datar.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Siklus 1 merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan menerapkan pendakatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng. Tindakan siklus 1 dilakukan setelah siswa mengikuti tindakan kegiatan awal. Dalam kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang ditemukan setelah melakukan tes awal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Pada tes awal ditemukan masalah bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang bangun datar nilainya masih rendah dan masih banyak yang belum tuntas atau masih banyak yang belum memenuhi KKM yaitu 80,65% atau 25 siswa belum tuntas dari jumlah siswa 31 anak. Sehingga untuk memecahkan masalah di atas, maka diadakannya tindakan
siklus
dengan
menerapkan
pendekatan
konekstual
dalam
pembelajaran Matematika tentang bangun datar. Deskripsi pelaksanaan tindakan penelitian selama 3 (tiga) kali
siklus dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Siklus I Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa tahapan yang dilakukan sebagai prosedur awal penelitian. Hal-hal yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP terlampir pada lampiran 71 halaman 242), membuat lembar observasi untuk guru (terlampir pada lampiran 40 halaman 203) dan siswa (terlampir pada lampiran 29 halaman 191), meminta ijin ke Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng untuk melaksanakan penelitian(surat ijin terlampir pada lampiran 88 halaman), menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer, menyiapkan media yang diperlukan, menyiapkan sarana serta prasarana dan menata ruangan kelas agar kelas nyaman bagi anak dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Siklus I Setelah melaksanakan tahap perencanaan selesai, maka dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan selam 3 (tiga) kali pertemuan. Untuk setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu dua jam pelajaran dengan durasi waktu 70 menit. Pada tiap pertemuan terbagi menjadi tiga tahapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
yaitu kegiatan awal selama 10 menit, kegiatan inti selama 45 menit, dan kegiatan akhir selama 15 menit. Pada
prinsinya
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
pendekatan kontekstual pada Siklus I adalah sama dalam langkahlangkah pembelajarannya, yang membedakan dari pelaksanaan tiap pertemuan adalah materi yang disampaikan antara lain pertemuan pertama tentang segitiga yang dilaksanakan pada hari senin, 9 April 2012 pada jam pelajaran pertama (07.30
08.40), pertemuan kedua tentang
persegi yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 April 2012 pada pertemuan pertama (07.30
08.40), dan pertemuan ketiga tentang
persegi panjang yang dilaksanakan pada hari senin, 23 April 2012 pada jam pelajaran pertama (07.30
08.40).
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal dilakukan selama 10 menit yang bertujuan untuk mengkondisikan siswa maupun kelas supaya dalam kegiatan pelakasanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pada kegiatan awal ini meliputi: berdoa, orientasi, apersepsi, motivasi, dan acuan untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilik siswa sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (a) Siswa membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 5-6 siswa. (b) Siswa melakukan pengamatan terhadap benda yang berbentuk bangun datar (pertemuan pertama tentang segitiga, pertemuan kedua tentang persegi, dan pertemuan ketiga tentang persegi panjang) di luar kelas. (c) Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat macam-macam segitiga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
(2) Elaborasi Pertemuan pertama -
Siswa menggambar segitiga pada kertas asturo dengan berbagai ukuran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat di LKS.
-
Siswa membuat macam-macam segitiga pada kertas asturo lalu memotongnya.
-
Siswa mengidentifikasi sifat-sifat segitiga bersama kelompoknya
-
Siswa menentukan sifat-sifat segitiga
-
Siswa
secara
diskusi
kelompok
mengisiskan
data hasil
pengamatan pada tabel pengamatan LKS -
Siswa shering dengan guru tentang hasil pengamatan mereka
-
Siswa bersama kelompoknya berlatih menyelesaikan masalah berupa soal cerita tentang segitiga.
Pertemuan kedua -
Siswa menggambar persegi pada kertas asturo dengan berbagai ukuran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat di LKS.
-
Siswa membuat macam-macam persegi pada kertas asturo lalu memotongnya.
-
Siswa mengidentifikasi sifat-sifat persegi bersama kelompoknya
-
Siswa menentukan sifat-sifat persegi
-
Siswa
secara
diskusi
kelompok
mengisiskan data hasil
pengamatan pada tabel pengamatan LKS -
Siswa shering dengan guru tentang hasil pengamatan mereka
-
Siswa bersama kelompoknya berlatih menyelesaikan masalah berupa soal cerita tentang persegi.
Pertemuan ketiga -
Siswa menggambar persegi panjang pada kertas asturo dengan berbagai ukuran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat di LKS.
-
Siswa membuat macam-macam persegi panjang pada kertas asturo lalu memotongnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
-
Siswa mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang bersama kelompoknya
-
Siswa menentukan sifat-sifat persegi panjang
-
Siswa
secara
diskusi
kelompok
mengisiskan data
hasil
pengamatan pada tabel pengamatan LKS -
Siswa shering dengan guru tentang hasil pengamatan mereka
-
Siswa bersama kelompoknya berlatih menyelesaikan masalah berupa soal cerita tentang persegi panjang.
(3) Konfirmasi Dalam tahap konfirmasi, kegiatan siswa dan guru adalah menyimpulkan hasil diskusi dan penemuan tentang sifat-sifat bangun datar (pertemuan pertama tentang segitiga,pertemuan kedua tentang persegi, dan pertemuan ketiga tentang persegi panjang). Proses refleksi terjadi di lingkup kecil atau refleksi dalam kelompok masing-masing. Refleksi kelompok dilakukan dengan cara mendiskusikan dalam kelompok setelah siswa melakukan percobaan dan pengamatan. - Siswa secara bergantian, perwakilan tiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi dari tiap kelompok asal masing-masing. - Siswa menanggapi hasil kerja kelompok lain, dengan memberikan pertanyaan, saran dan kritik. - Siswa bersama-sama guru membahas hasil dari diskusi masingmasing kelompok. - Siswa bersama guru menilai kelompok mana yang menjadi kelompok terbaik. Bagi kelompok yang dianggap paling baik dalam melakukan kegiatan proses belajar dan mengkomunikasikan hasil diskusi, maka kelompok itu yang akan menjadi pemenang dan menjadi kelompok terbaik. - Siswa mengumpulkan hasil diskusi dan hasil kerja mereka (LKS) kepada guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
c) Kegiatan Akhir Kemudian merefleksikan bersama-sama baik dari hasil kerja kelompok, hasil evaluasi, hasil karya siswa, LKS maupun kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Siswa bersama guru menentukan kelompok yang paling dianggap baik dan memberikan penghargaan. Dalam menentukan kelompok yang terbaik guru juga berdasarkan penilaian kinerja kelompok. Penghargaan itu berupa tanda bintang dan piagam penghargaan pada kelompok terbaik. Dan antar kelompok akan saling berkompetisi secara suportif. Dengan harapan melalui penghargaan itu, kelompok lain dapat termotivasi agar lebih baik dan tercipta kondisi kelas yang kompetitif.
c. Observasi Siklus I Observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk memantau proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar serta dampak perbaikan yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang diamati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkahlangkah perbaikan Observasi yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus I
yang meliputi 3 kali
pertemuan dengan materi (pertemuan pertama tentang segitiga,pertemuan kedua tentang persegi, dan pertemuan ketiga persegi panjang) yang berbeda tetapi masih menerapkan pendekatan Kontekstual. Serta pengamatan terhadap hasil belajar siswa setelah melakukan evaluasi siklus I yang akan dibandingkan dengan tes kemampuan awal siswa sebelum dilakukan tindakan sehingga dapat melihat perubahan sebelum diadakannya tindakan dan setelah menerapkan pendekatan Kontekstual. Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non tes dilakukan berupa hasil observasi, wawancara, serta didukung dokumentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Sedangkan data tes berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir siklus I. Hasil observasi dapat dilakukan dengan mengamati dari data sebagai berikut:
1) Hasil Non Tes ( Proses) Siklus I Hasil penelitian non tes pada siklus I didapatkan dari hasil observasi siswa (saat proses pembelajaran dan percobaan), dan wawancara. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini:
a) Hasil Observasi Kinerja Siswa dan Guru Hasil observasi siswa dan guru dalam penelitian ini diperoleh dari 3 teman sejawat sebagai observer yang dilakukan pada siklus I selama 3 kali pertemuan. Observer mengamati guru sebagai peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dan siswa sebagai objek belajar saat pelaksanaan tindakan. Pengambilan
data
observasi
dilakukan
selama
proses
pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi, dan persegi panjang) pada siswa kelas V SDN 2 Kenteng Kecamatan Sempor. Hasil observasi ini juga membahas tentang hasil kerja kelompok siswa sebagai kelompok yang terbaik. Yang didapat dari pengamatan guru dan juga pendapat siswa. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat respon perilaku siswa dalam menerima atau mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Dan mengamati tingkahlaku guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil observasi siswa dan guru meliputi :
(1) Aspek Pengamatan pada Saat Proses Pembelajaran Matematika Perlunya pelaksanaan observasi pada berlangsungnya proses pembelajaran matematika untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses belajar serta untuk mengetahui pelaksanaan tindakan pada saat mengelola pemebelajaran oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Untuk pengamatan pada siswa saat proses pembelajaran objek sasaran pengamatan yang pertama yaitu mengamati siswa yang meliputi 10 perilaku siswa baik positif maupun negatif yang muncul dalam proses pembelajaran berlangsung. Adapun
objek
sasaran
observasi
tersebut
adalah
(a)
memperhatikan penjelasan guru, (b) aktif dalam bertanya, (c) aktif dalam diskusi kelompok, (d) bekerjasama dalam kelompok, (e) aktif dalam percobaan dan pembelajaran, (f) kemampuan berkomunikasi, (g) bertanggung jawab, (h) mandiri, (i) percaya diri/ berani mengemukakan pendapat, (j) menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan skala penilaian proses pada siklus I pertemuan ke-1, 2, dan 3 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan: Proses Pembelajaran Pada Siklus I Pertemuan ke-1 ) Siswa Kelas V Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
-rata
tase
77-80 73-76 69-72
10 19
12 17
11 18
11 18
35,48% 58,06%
65-68 61-64
-
-
-
-
-
57-60
2
2
2
2
6,46%
Kriteria
keterangan
Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa:
Cukup Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Rata-rata = 2260 31 = 72,90 Berkategori cukup baik
Berdasarkantabel 4.4 hasil observasi siswa pada saat proses pembelajaran siklus I pertemuan 1, secara keseluruhan siswa dalam kategori cukup baik dalam proses pembelajaran. Siswa sudah cukup baik dalam mengikuti proses pembelajaran dan memperhatikan guru dengan baik serta mengikuti semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh guru. Sekitar 11 siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik atau 35,48% dan sebanyak 18 siswa atau 58,06% dengan kategori cukup baik dalam proses pembelajaran, dan masih ada 6,46% atau sebanyak 2 siswa yang masih kurang baik dalam mengikuti proses pembelajaran. Tetapi, berdasarkan hasil pengamatan masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: (a) Kurang antusiasme siswa dalam kegiatan belajar misal: siswa masih kurang antusias dalam bertanya baik kepada guru, teman atau antar kelompok. (b) Siswa malu bertanya sehingga hanya terjadi komunikasi searah. (c) Siswa masih kurang percaya diri dan malu-malu dalam menyampaikan pendapat mereka jadi terkesan saat berdiskusi hanya siswa tertentu yang aktif bertanya ataupun menjawab dan merespon. Walaupun secara keseluruhan siswa sudah aktif dan asyik belajar dengan kelompok masing-masing untuk saling membantu memahami materi pembelajaran. Menyelesaikan berkomunikasi mengembangkan
yang
menjadi
tanggungjawabnya.Keterampilan
siswa secara keseluruhan baik, siswa telah mampu komunikasi
dan
masyarakat
belajar
di
dalam
kelompoknya ataupun antar kelompok. (d) Hanya saja pada pertemuan 1 ini siswa masih malu dan belum terbiasa melakukan pengamatan di luar kelas dan mencari informasi dari masyarakat ataupun orang-orang yang ada di lingkungan sekitar. (e) Masih adanya keegoisan pada beberapa siswa dalam kelompok masingmasing (f) Ada beberapa siswa yang asyik bermain dan mengobrol sendiri dengan temannya dan tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pada pengamatan proses pembelajaran siklus I pertemuan yang ke-2 dilaksanakan pada tanggal 16 April2012 oleh 3 orang teman sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
mengamati aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari tiap pertemuan dengan menerapkan pendekatan Kontekstual. Pada pertemuan ke dua ini, materinya tentang persegi panjang. Melalui pengamatan ini maka akan terdeskripsikan perilaku dan respon siswa saat mengikuti pembelajaran sehingga dapat terlihat peningkatan dan perbedaan dari pertemuan 1 dan pertemuan yang ke-2. Hasil
pengamatan
terhadap
proses
pembelajaran
dapat
dipaparkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Skor
pada Siklus I pertemuan ke-2)
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
85-90
2
4
3
3
9,67%
79-84 73-78
18 -
16 -
17 -
17 -
54,83% -
67-72
10
10
10
10
32,25%
61-66
-
-
-
-
55-60
1
1
1
1
3,25%
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2390 31 = 77,10 Berkategori cukup baik
Daritabel 4.5 dapat tergambarkan bahwa ada 3 anak atau 9,67% yang berkategori sangat baik dalam proses percobaan pada pertemuan ke-2 ini. Berkategori baik sebanyak 17 anak atau 54,83%, dan sebagian besar berkategori cukup baik yaitu sebanyak 10 anak atau 32,25% dan 1 anak berkategori kurang baik dalam mengikuti proses pemebelajaran. Pada pertemuan yang ke-2 ini siswa telah melakukan percobaan dengan baik mulai dari: menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan, memanipulasi, mengamati, dan menyimpulkan sendiri hasil percobaan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
pengamatan. Keegoisan siswa dalam kelompok, mereka saling bekerjasama dan kompak dalam melakukan percobaan. Siswa juga sudah bisa menggambarkan hasil percobaan dan pengamatan mereka. Hanya saja dalam persentasi hasil percobaan dan pengamatan di depan kelas siswa yang aktif hanya monoton, siswa rata-rata masih banyak yang malu bertanya. Hasil karya siswa yang dibuat secara kelompok di pajang bersamasama teman yang lain. Walaupun ada beberapa anggota kelompok yang masih cuek dalam proses belajar dengan kelompoknya Ada beberapa siswa yang kurang baik dalam mengiktu proses pembelajaran yaitu berbicara dan bermain sendiri dengan temannya sehingga kurang memperhatikan petunjuk dari guru dan kurang baik dalam mengikuti proses belajar dengan kelompoknya. Keterampilan berkomunikasi siswa dalam penyampain pendapat di diskusi kelas secara keseluruhan baik, tetatpi masih ada sebagian siswa yang masih malu-malu dan enggan untuk berpendapat. Pada pengamatan proses pembelajaran siklus I pertemuan yang ke-3 dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012 oleh 3 orang guru sebagai teman sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih mengamati aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari tiap pertemuan dengan menerapkan pendekatan Kontekstual. Pada pertemuan ke-3 ini. Melalui pengamatan ini maka akan terdeskripsikan perilaku dan respon siswa saat mengikuti pembelajaran sehingga dapat terlihat peningkatan dan perbedaan dari pertemuan 1 dan pertemuan yang ke-2. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dapat dipaparkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Skor penilaian
pada Siklus I pertemuan ke-3)
Observer 1
2
3
Rata
Presen-
rata
tase
commit to user
Kriteria
Keterangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
87-90
11
13
12
12
38,71%
83-86 79-82
17
15
16
16
51,61%
71-74
-
-
-
-
67-70
3
3
3
3
75-78
6,43%
Sangat Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2570 31 = 82,90 Berkategori baik
Dari tabel 4.6 dapat tergambarkan bahwa ada 12 anak atau 38,71% yang berkategori sangat baik dalam proses percobaan pada pertemuan ke-3 ini. Berkategori baik sebanyak 16 anak atau 51,61% berkategori baik dan yang berkategori cukup baik yaitu 3 anak atau 6,43%, siswa yang masih kurang baik dalam mengikuti pembelajaran itu bermain sendiri, mengganggu temannya, dan ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru dalam menerima pembelajaran serta masih ada beberapa siswa yang malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Pada siklus II ini sudah terlihat sebagian besar telah aktif dalam kelompok mereka masing-masing, pada saat harus berkomunikasi dengan teman-teman dalam kelompok, anatar kelompok, guru, dan masyarakat mereka juga sudah berani untuk melakukan komunikasi dengan orang-orang atau masyarakat yang ada di sekitar sekolah. Siswa sudah cukup baik dan aktif dalam proses pembelajaran dari pada pertemuan yang pertama dan kedua. Antusiasme siswa dalam mengikuti setiap langkah pembelajaran sudah mulaiterlihat. Hanya saja siswa yang aktif dalam bertanya sebagian besar anak laki-laki, siswa perempuan masih malumalu dalam bertanya dan mengungkapkan pendapatnya dalam persentasi dan diskusi kelas. Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses pembelajaran siklus I yaitu secara keseluruhan guru telah baik dalam mengelola pembelajaran,
tetapi
pembelajaran yaitu
masih
ada
beberapa
commit to user
kekurangan
guru
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
(a) Pada saat pembelajaran komponen Kontekstual pada siklus I belum muncul semua seperti refleksi (b) Kurangnya guru dalam memberikan motivasi bagi siswa (c) Selain itu juga guru kurang mengaktifan atau menggairahkan siswa dalam pembelajaran yaitu kurang lebih 70% siswa yang aktif. (d) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa kurang merespon pembelajaran. (e) Guru telah baik dan jelas dalam menyampaikan materi, hanya saja dalam menyampaikan langkah-langkah percobaan masih terlalu cepat. Oleh karena itu berdasarkan kekurangan dan masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I baik siswa dan guru akan diperbaiki pada siklus II.
b) Aspek Pengamatan dalam Proses Belajar (Komponen Pendekatan Kontekstual) Pada siklus I pertemuan ini observer juga mengamati proses belajar siswadengan langkah-langkah pendekatan kontekstual. Di dalam proses belajar
berlangsung muncul beberapa perilaku siswa yang akan
terdeskripsi saat proses belajar melalui observasi ini. Aspek-aspek
pengamatan
meliputi:
Konstruktivisme
(Pengamatan, melakukan percobaan ,menarik Kesimpulan, menyimpulkan dengan Kata-kata sendiri) , bertanya (Membuat pertanyaan, mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, menghargai pendapat orang lain), inkuiri (merumuskan masalah, melakukan perrcobaan dan pengamatan, mengumpulkan data/hasil, membuat kesimpulan), masayarakat belajar (berdiskusi kelompok, bekerjasama dengan kelompok atau anatar kelompok, berkomunikas dengan teman dalam kelompok atau antara kelompok, berkomunikasi dengan guru pemodelan
(memperagakan,
atau
masyarakat
sekitar),
mengoperasikan
media/alat
peraga,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
memanfaatkan sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya, ikut terlibat dalam peragaan dan pemodelan), Refleksi (merefleksi hal-hal yang dirasa sulit bersama kelompoknya, menuliskan kritik dan saran dalam lembar evaluasi/LKS, menyampaikan hal-hal yang belum dipahami siswa, shering / tanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami) Penilaian Sebenarnya (Mengikuti Proses Evaluasi tertulis, mengerjakan LKS, membuat hasil karya/hasil belajar (misal gambar persegi dalam mencari rumus keliling persegi), mengumpulkan hasil karya/ hasil belajar (misal gambar persegi dalam mencari rumus Hasil observasi dalam proses belajar (komponen kontekstual ) siklus I pertemuan ke-1 Sehingga dapat dipaparkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.7. Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Komponen Pendekatan Kontekstual ) pada Siklus I pertemuan ke-1 Skor
Observer
Rata-
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
-
-
-
-
-
25-26 23-24 21-22 19-20
8 8 13
8 8 13
8 8 13
8 8 13
25,80% 25,80% 41,93%
17-18
2
2
2
2
6,47%
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 647 31 = 20,87 Berkategori cukup baik
Berdasarkan tabel 4.7 dapat terlihat bahwa sebagian besar siswa sudah baik dan aktif dalam proses belajar yaitu sebanyak 16 anak atau 51,60%, untuk siswa yang benar-benar berkategori cukup baik sebanyak 13 anak atau 41,93%. Tetapi masih ada 2 siswa yang berkategori kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
baik atau 6,47% yang kurang baik dalam proses mengikuti langkahlangkah proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, mereka hanya diam, cuek, mengobrol dan bermain sendiri, tidak mengikuti proses percobaan dan pengamatan bersama-sama kompak dengan kelompoknya. Dalam proses belajar siklus I pertemuan ke-1 siswa masih terlihat canggung
dengan
teman-teman
kelompoknya,
masih
kurangnya
kemandirian siswa, masih ada beberapa komponen pendekatan kontekstual yang belum muncul. Antusiasme siswa masih kurang baik dalam merespon kegiatan pembelajaran, mereka terlihat belum terbiasa dengan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual yang dilakukan gurunya sehingga mereka masih merasa bingung dan tergantung dengan gurunya. Dalam proses hampir semua siswa ikut serta melakukan percobaan dan terlibat langsung dalam percobaan. Guru hanya sebagai pembimbing dan mengarahkan kegiatan itu, sehingga siswa aktif mencari sendiri. Tetapi, dalam pertemuan ke-1 ini siswa masih tergantung dengan guru, karena mereka belum melakukan percobaan sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah yang sesuai dengan LKS yang ada sehingga perlu adanya bimbingan guru. Setelah itu, siswa dengan antusias melakukan pengamatan terhadap benda-benda di sekitar yang berbentuk segitiga dalam kehidupan seharihari mereka. Dan mencatat pada buku dan LKS mereka, lalu menganalisis hasil pengamatan mereka sehingga tiap kelompok dapat menyimpulkan sendiri-sendiri. Siswa
putri
masih
malu-malu
dalam
menyampaikan
atau
mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi kelopok mereka masingmasing di depan kelas, sehingga terlihat anak laki-laki yang lebih berani dan aktif dalam persentasi itu. Untuk pertemuan yang ke-2 ini, objek pengamatan masih sama seperti pertemuan ke-1. Pada pengamatan ini observer juga mengamati proses belajar siswa khususnya komponen atau penerapan pendekatan kontekstual, tetapi percobaan dalam menemukan sifat-sifat bangun datar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
yang dilakukan pada siklus I pertemuan ke-2 berbeda yaitu persegi, sehingga diharapkan dapat terlihat beberapa perilaku siswa yang akan terdeskripsi saat proses belajar ke arah yang positif dan lebih baik. Hasil observasi dalam proses belajar (percobaan dan pengamatan) siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada. Sehingga dapat dipaparkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.8. Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Komponen pendekatan Kontekstual) pada Siklus I pertemuan ke-2 Skor Observer Rata- Presen- Kriteria Keterangan penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
-
-
-
-
-
25-26 23-24 21-22 19-20
1 12 11 7
1 12 11 7
1 12 11 7
1 12 11 7
3,22% 38,70% 35,48% 22,30%
17-18
-
-
-
-
-
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 679 31 = 21,90 Berkategori baik
Dari tabel 4.8 dapat tergambarkan bahwa ada 13 anak atau 41,92% yang berkategori baik dalam proses belajar yang menekankan pada langkanglangkah penerapan pendekatan kontekstual. pada pertemuan ke-2 ini. Berkategori baik sebanyak 11 anak atau 35,48%, dan berkategori cukup baik yaitu sebanyak 7 anak atau 13,33%. Siswa
telah
melaksanakan
proses
belajar
dalam
pendekatan
kontekstual dengan cukup baik, hanya saja masih ada sebagian siswa yang bingung dengan langkah-langkah pembelajaran yang ada, sehingga mereka terlihat pasif dan masih tergantung dengan gurunya sehingga ada beberapa siswa yang masih belum aktif melakukan percobaan, siswa juga masih ada yang malu-malu untuk bertanya, tetapi siswa bisa saling bekerjasama dan kompak dalam melakukan percobaan. Siswa juga sudah bisa menggambarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
hasil percobaan dan pengamatan mereka. Hanya saja dalam persentasi hasil percobaan dan pengamatan di depan kelas siswa yang aktif hanya monoton. Dalam tahap percobaan untuk mencari sifat-sifat bangun datar masih ada beberapa kelompok siswa yang kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran, aspek pemodelan yang seharusnya diperagakan oleh siswa hanya divariasi oleh siswa yang aktif saja dan monoton hanya siswa itu saja. Sedangkan yang lain masih terlihat pasif sebagai anggota. Untuk pertemuan yang ke-3 ini, observer juga mengamati proses belajar siswa khususnya komponen atau penerapan pendekatan kontekstual, tetapi percobaan dalam menemukan sifat-sifat yang dilakukan pada siklus I pertemuan ke-3 berbeda yaitu persegi panjang. Hasil observasi dalam siklus I pertemuan ke-3 ini dapat dilihat dan dipaparkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.9. Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Komponen pendekatan Kontekstual) pada Siklus I pertemuan ke-3 Skor Observer Rata Presen- Kriteria Keterangan penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
-
-
-
-
-
25-26 23-24 21-22 19-20
2 12 10 6
2 12 10 6
2 12 10 6
2 12 10 6
6,45% 38,70% 32,25% 19,35%
17-18
1
1
1
1
3,23%
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 683 31 = 22,03 Berkategori baik
Dari tabel 4.9 dapat tergambarkan bahwa ada 24 anak atau 77,40% yang berkategori baik dalam proses belajar yang menekankan pada langkahlangkah penerapan pendekatan kontekstual. pada pertemuan ke-2 ini. Berkategori cukup baik sebanyak 6 anak atau 19,35%, dan berkategori kurang baik yaitu sebanyak 1 anak atau 3,23%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Siswa
telah
melaksanakan
proses
belajar
dalam
pendekatan
kontekstual dengan baik, masih ada beberapa aspek yang belum muncul dalam komponen Kontekstual yaitu pemodelan pada siswa yang masih kurang aktif sehingga proses pembelajaran kurang efektif. Pada aspek konstruktivisme siswa juga masih tergantung dengan guru, siswa kurang serius dalam melakukan percobaan serta kurang menarik kesimpulan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dalam tahap percobaan untuk mencari sifat-sifat bangun datar masih ada beberapa kelompok siswa yang kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa masih bingung dalam menarik kesimpulan tentang pengamatan yang telah dilakukan, siswa masih malu-malu untuk bertanya, , siswa belum sepenuhnya melakukan kegiatan kelompok, aspek pemodelan yang seharusnya diperagakan oleh siswa hanya divariasi oleh siswa yang aktif saja dan monoton hanya siswa itu saja. Sedangkan yang lain masih terlihat pasif sebagai anggota. Sehingga untuk hasil pengamatan proses belajar siswa pada siklus I saat proses belajar yang meliputi saat melakukan percobaan dan pengamatan dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Saat Percobaan dan Pengamatan)
Tindakan Siklus I Rata-rata Skor
Pertemuan Ke-1
Pertemuan Ke-2
Pertemuan Ke-3
20,83
21,90
22,30
Dari tabel 4.10 dapat diuraikan bahwa proses belajar (komponen Kontekstual) siswa pada saat percobaan, pengamatan, dan diskusi kelompok siklus I yang dilaksanakan selama 3 (tiga) kali pertemuan mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 20,83, menjadi 21,90 dan pada pertemuan yang terakhir 22,30 berkategori baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Berdasarkan hasil pengamatan observer kepada guru, bahwa pada saat proses belajar siswa berlangsung observer mengamati guru pada komponenkomponen kontekstual dalam pembelajaran. Guru telah melaksanakan pembelajaran secara keseluruhan sudah baik. Guru kurang mengembangkan kemampuan komunikasi siswa. Kurangnya pengelolaan masing-masing kelompok. Selain itu, juga guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk bertanya kepada guru maupun kesesama teman dalam kelompoknya. Berdasarkan kekurangan itu, maka sebaiknya guru sebagai peneliti memperbaiki pada saat proses belajar berlangsung, serta menjadi motivator dan pembimbing yang baik untuk siswanya.
c) Hasil Wawancara Pada siklus I sasaran wawancara difokuskan pada tiga orang siswa yaitu seorang siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang, dan terendah dari hasil tes evaluasi siklus I. Dan tindak lanjut dari hasil pengamtan dan anecdotal record. Wawancara ini mengungkap lima butir pertanyaan sebagai berikut: (1) apakah kamu ikut melakukan percobaan dan pengamatan?, (2) bagaimana pendapatmu belajar di luar kelas, (3) apa saja yang kamu temukan dalam pengamatan dalam pembelajaran di kelas?, (4) apa kamu ikut berdiskusi dengan kelompokmu?, (5) apakah tadi kamu mengajukan pertanyaan pada guru atau temanmu?, (6) bagaimana pendapatmu dapat belajar bersama teman-temanmu?, (7) siapa saja yang menyimpulkan hasil pengamatan dan percobaan?, (8) apakah gurumu membantu kamu dalam (percobaan, pengamatan, dan diskusi)?, (9) adakah kesulitan/ kendala yang kamu hadapi saat (proses belajar) belajar bersama teman-temanmu dalam pembelajaran?, (10) bagaimana kesanmu terhadap pembelajaran yang disampaikan gurumu? Hasil wawancara dengan ketiga responden yang mewakili kategori nilai baik, sedang, dan kurang dapat dibaca pada uraian berikut: berdasarkan keterangan yang diberikan oleh para siswa ketiga siswa menyampaikan perasaan senang dan gembira. Kenyataan ini sangat relevan dengan respon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
yang terlihat dari sikap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan guru. Secara umum siswa menerima dan merespon positif terhadap pembelajaran guru. Siswa yang mendapat nilai tertinggi terlihat sangat semangat saat melakukan proses percobaan dan pengamatan tentang sifat-sifat bangun datar (pertemuan pertama tentang segitiga, pertemuan kedua tentang persegi dan pertemuan ketiga tentang persegi panjang). Sementara siswa yang mendapat nilai sedang, mempunyai respon yang biasa saja. Dia kurang antusias dalam pembelajaran yang disajikan gurunya. Siswa yang mendapat nilai rendah, terlihat tidak partisipatif karena dia hanya ribut dan mengobrol sendiri dengan temannya. Tidak mengikuti dengan baik dalam proses pembelajaran misal: dalam proses percobaan, pengamatan,dan diskusi kelas. Perubahan yang dilakukan guru yaitu menggunakan pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran biasnya (konvensional) menjadi lebih inovatif ternyata memberi manfaat bagi siswa, mereka terlihat senang dan antusias dalam proses pembelajaran. Menurut hasil wawancara, pembelajaran yang digunakan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual ternyata siswa merasa senang karena dengan pendekatan pembelajaran ini siswa dapat melakukan percobaan dan pengamatan langsung yaitu mulai dari menyiapkan, mencari, dan menemukan sendiri suatu konsep, pengetahuan, dan informasi sendiri. Anak-anak merasa tidak kesulitan dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena siswa masih dalam bimbingan guru dan bekerja secara kelompok jadi mereka bisa menyelesaikan dan memecahkan masalah bersama dengan kelompoknya. Hanya saja masih ada beberapa siswa yang masih merasa kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran Kontekstual. Berdasarkan hasil wawancara siswa lebih mudah paham dan mengerti terhadap suatu konsep atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru, karena siswa melakukan percobaan, pengamatan,
menemukan, diskusi, dan
menyimpulkan sendiri dengan bimbingan serta arahan dari guru sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
siswa lebih paham terhadap materi sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi dan persegi panjang).
2) Hasil Tes (Hasil Belajar) Siklus I Hasil tes ini adalah hasil yang berasal dari tes evaluasi pada siklus I tentang sifat-sifat bangun datar (pertemuan pertama tentang segitiga, pertemuan kedua tentang persegi dan pertemuan ketiga tentang persegi panjang) dapat dipaparkan pada tabel berikut :
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-1 No
Nilai
Jumlah
Persentase
Kriteria
Keterangan
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 1936 31 =62,45 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Siswa 1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
7 7 5
22,58% 22,58% 16,13%
4.
53-63
4
12,90%
5.
32-42
8
25,81%
31
100%
Jumlah = 1936
Dari tabel 4.11 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 17 siswa atau 54,84%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 14 siswa atau 45,16%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-2 No
Nilai
Jumlah
Persentase
Kriteria
Keterangan
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 2240 31 =72,26 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Siswa 1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
8 10 6
25,81% 32,26% 19,35%
4.
53-63
1
3,23%
5.
32-42
6
19,35%
31
100%
Jumlah = 2240
Dari tabel 4.12 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 13 siswa atau 41,93%.Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 18 siswa atau 58,07%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-3 No
Nilai
Jumlah
Persentase
Kriteria
Keterangan
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 2500 31 =80,64 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Siswa 1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
9 13 7
29,03% 41,94% 22,58%
4.
53-63
1
3,23%
5.
32-42
1
3,23%
31
100%
Jumlah = 2500
Dari tabel 4.13 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 9 siswa atau 29,04%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa atau 70,06%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus I N
Nilai
o
Pertemuan
Rata-
Persen-
2 8 10 6
3 9 13 7
rata
tase
8 10 6
25,80% 32,25% 19,35%
1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
1 7 7 5
4.
53-63
4
1
1
2
6,47%
5.
32-42
8
6
1
5
16,13%
31
31
31
31
100%
Jumlah = 2314
Kriteria
Keterangan
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 2314 31 =74,65 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Dari tabel 4.14 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 9 siswa atau 29,04%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa atau 70,06%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM. Walaupun telah terjadi peningkatan dari hasil tes awal dengan ratarata nilai 58,23 di mana sebagian besar siswa belum tuntas karena belum diadakannya perlakuan oleh peneliti dengan pendekatan kontekstual. Maka, setelah diadakannya penerapan pendekatan kontekstual pada siklus I ini telah mengalami peningkatan yaitu dengan rata-rata 74,65
atau sekitar
58,06% siswa kelas V telah tuntas dalam materi Sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi dan persegi panjang). Persentase dan kenaikan jumlah siswa ketuntasan belajar siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.15. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus I No
Nilai
Jumlah Siswa
Persen
Keterangan
1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
8 10 6
25,80% 32,25% 19,35%
Tuntas Tuntas Belum Tuntas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
4. 5.
53-63 32-42
2 5
6,47% 16,13%
Belum Tuntas Belum Tuntas
Dari tabel 4.15 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas berjumlah 13 siswa atau sekitar 41,94% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 18 siswa atau 58,06%. Apabila dibuat gambar grafik, dari tabel di atas maka dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Sudah Tuntas; 41,94% Belum Tuntas; 58,06%
Gambar 4.3. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
d. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan tentang hasil belajar siklus I, maka perbandingan presentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tiap pertemuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Belajar Siklus 1 Tiap Pertemuan No
Pertemuan
1
Ketuntasan Belajar Belum Tuntas
Peresntase
Tuntas
Presentase
Ke-1
17 siswa
54,83%
14 siswa
45,17%
2
Ke-2
13 siswa
41,94%
18 siswa
48,06%
3
Ke-3
9 siswa
29,03%
22 siswa
70,96%
Berdasarkan tabel 4.16 dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara pertemuan ke-1, ke-2 dan ke-3. Pada pertemuan pertama jumlah siswa yang belum tuntas adalah 17 siswa atau sekitar 54,83%, sedangkan yang tuntas adalah 14 siswa atau sekitar 45,17%. Pada pertemuan ke-2 jumlah siswa yang belum tuntas adalah 13 siswa atau sekitar 41,94%, sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 18 siswa atau sekitar 48,06%. Dan pada pertemuan yang ke-3 jumlah siswa yang belum tuntas meningkat menjadi 9 siswa atau sekitar 29,03, dan jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa atau sekitar 70,96%. Berdasarkan hasil pengamatan tentang hasil belajar siklus I, maka perbandingan presentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes awal dengan tes siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.17. Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes Awal dengan Siklus I
No
Tahap
1
Tes Awal
2
Siklus I
Belum Tuntas Jmlh Persentase Siswa 25 80,65% 18
58,06%
Tuntas Jmlh Siswa 6 13
Perse ntase 19,35 % 41,94 %
Ket
Berdasarkan tabel 4.17 dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara tes awal sebelum dilakukan tindakan dan hasil tes Matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V. Pada tes awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
yang telah tuntas atau memenuhi KKM hanya berjumlah 6 siswa atau sekitar 19,35%, setelah diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada akhir siklus I hasil belajarnya meningkat menjadi 41,94% atau sekitar 13 siswa. Sedangkan untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas pada tes awal adalah sebanyak 25 siswa atau sekitar 80,65%, pada siklus I setelah diterapkan pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau belum memenuhi KKM berkurang menjadi sebanyak 18 anak atau sekitar 58,06%. Berdasarkan hasil pengamatan dari observer dan pengamatan peneliti pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas, secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sudah berjalan cukup baik. Tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa. Berdasarkan lembar pengamatan terhadap siswa, dapat terlihat siswa lebih senang dan lebih aktif dalam proses pembelajaran serta lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Pada tiap tahap pelaksanaan siklus yang meliputi 7 komponen pendekatan kontekstual antara lain: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan. masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya, telah dilaksanakan dengan baik. Walaupun dalam pelaksanaan tindakan siklus I sudah cukup baik, tetapi masih belum sempurna dan masih belum terlaksana dengan optimal. Berdasarkan hasil pengamatan dari 3 observer masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan siklus 1 yaitu sebagai berikut: 1) Guru masih kurang terstruktur dan kurang jelas dalam menyampaikan langkah-langkah
sebelum
melaksanakan
proses
percobaan
dalam
pembelajaran. 2) Ada komponen Pendekatan kontekstual yang belum muncul yaitu yaitu komponen bertanya. Guru kurang membangkitkan gairah siswa untuk bertanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
3) Guru juga masih kurang memunculkan komponen refleksi pada akhir pembelajaran. Sehingga siswa masih kurang aktif dalam merefleksi serta menyimpulkan hasil pembelajaran. 4) Sebagian besar siswa masih canggung dan merasa malu untuk bertanya dan berbicara terutama mereka siswa perempuan dan siswa yang tergolong berkemampuan rendah. 5) Guru menimbulkan gairah dan motivasi pada siswa. Dan guru juga masih kurang memancing dan merespon siswa untuk menimbulkan rasa ingin tahu serta gairah pada siswa, sehingga siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran. 6) Pada siklus I ini masih ada beberapa siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM yang telah ditentukan, dan juga masih banyak kekurangan yang lain dari siklus I ini yaitu baik dari siswa maupun dari guru sebagai peneliti
dalam
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan kontekstual. Berdasarkan pengamatan observer melalui lembar observasi, dapat dijadikan masukan dan perbaikan bagi peneliti pada siklus berikutnya sebagai berikut: 1) Dalam pemberian pengarahan dalam langkah-langkah percobaan untuk menemukan sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi dan persegi panjang) yang akan dilakukan terlalu cepat dan tidak terstruktur. 2) Dalam penyampaian urutan pengisian LKS dan langkah-langkah dalam LKS, kurang diterima oleh siswa kurang jelas sehingga ada beberapa siswa bingung dalam mengisikan LKS 3) Siswa masih kurang antusias dan kurang aktif dalam kelas, karena guru kurang memberikan motivasi dan kurang memancing rasa ingin tahu siswa sehingga siswa masih canggung untuk bertanya maupun dalam mengemukakan pendapatnya. 4) Motivasi yang diberikan guru kurang kepada anak, baik secara verbal maupun non verbal. 5) Ada
beberapa
siswa
yang
masih
memperhatikan guru.
commit to user
ngobrol
sendiri
dan
tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Karena dalam pelaksanaan siklus I belum sepenuhnya berhasil maka peneliti akan melanjutkan tindakan siklus II selama 3 kali pertemuan seperti dengan siklus I hanya saja materi dan media yang digunakan berbeda tetapi masih tetap menggunakan pendekatan Kontekstual dalam pelaksanan proses pembelajaran. Sebelum
dilaksanakannya
siklus
II
ini
guru
sebagai
peneliti
mempertimbangkan dan melakukan koreksi diri terhadap hasil-hasil dari siklus I sebagai bahan perenungan agar pada pelaksanaan siklus II menjadi lebih baik dari sebelumnya. Yaitu dengan memperbaiki kekurangan guru dalam penelitian melalui masukan-masukan yang ada dari observer untuk segera diperbaiki dalam siklus II. Dengan harapan pada siklus II ini dapat dilaksanakan perbaikan sehingga dapat terjadi perubahan ke arah yang lebih baik dalam proses belajar sehingga dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa khusunya mata pelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar. Ada beberapa hal penting yang harus diperbaiki berdasarkan masukan observer yaitu dengan cara: (1) penyampaian dan pemberian petunjuk dalam langkahlangkah percobaan dilakukan dengan terstrukutur dan tidak terlalu cepat, (2) petunjuk pengisian LKS dijelaskan secara jelas, pelan, dan bahasa yang digunakan mudah dimengerti sehingga mudah dimengerti dan siswa tidak bingung dalam pengisian LKS, (3) guru membangkitkan gairah rasa ingin tau siswa dan memancing siswa untuk bertanya, (4) memberikan motivasi secara menyeluruh kepada siswa kelas V baik secara verbal dan non verbal, karena guru di kelas berperan sebagai motivator dan fasilitator, (5) guru harus lebih tegas dan memfokuskan lagi agar anak lebih memperhatikan dan mengikuti setiap tahap pembelajaran dengan baik.
2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Siklus II Pada perencanaan siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I. Hanya saja materi, percobaan, objek pengamatan, dan media yang digunakan berbeda. Selain itu, dalam merencanakan siklus II ini peneliti perlu memperhatikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
masukan-masukan dari observer sehingga akan memperbaiki kekurangan proses pembelajaran pada siklus I. Beberapa tahapan yang dilaksanakan sebelum dilaksanakannya tindakan siklus II ini diantaranya adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP siklus II terlampir pada lampiran 74 halaman ), menyusun LKS yang dalam penyampaian urutan lebih jelas sehingga dapat diterima dengan mudah diterima oleh siswa, membuat motivasi yang cukup sehingga siswa antusias dan lebih aktif dalam pembelajaran, menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer, dan menata ruangan agar nyaman bagi siswa dan menyiapkan semua media yang diperlukan.
b. Pelaksanaan Siklus II Setelah tahap perencanaan siklus II selesai, dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan siklus II ini sama dengan siklus I yaitu dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu selam 70 menit yaitu untuk kegiatan awal 10 menit, kegiatan inti 45 menit, dan kegiatan akhir 15 menit. Materi untuk Siklus I yaitu 7 Mei 2012, materi jajar genjang dilaksanakan pada hari senin, tanggal 30 April 2012 pelajaran pertama (07.30
08.40), materi belah ketupat
dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 Mei 2012 pada jam pertama, yaitu 07.30
08.40 dan materi layang-layang dilaksanakan pad hari senin tanggal
12 Mei 2012 pada jam pertama (07.30
08.40).
1) Pelaksanaan Pertemuan ke-1 Pelaksanaan siklus II untuk pertemuan yang pertama ini dilakasanakan di kelas V. Jumlah siswa yang hadir dalam Siklus I pertemuan 1 ini berjumlah 31 anak. Selain itu juga ada 3 teman observer yaitu tiga orang guru sebagai teman sejawat. Materi pada pertemuan ke-1 adalah jajar genjang yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 30 April 2012 pada jam 07.30
08.40.
Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal yang dilakukan selama 10 menit yang bertujuan untuk mempersiapkan semua yang diperlukan dalam proses pembelajaran seperti: ruangan kelas dibuat nyaman dan mempersiapkan mental siswa agar lebih siap dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
dilanjutkan dengan berceramah dan tanya jawab tentang cara membuat bangun datar (jajar genjang) bersama-sama siswa. Sama seperti siklus I pada kegiatan awal ini meliputi: berdoa, absensi, tes penjajagan yang berupa tanya jawab tentang materi yang akan disampaikan untuk mengetahui kemamapuan awal siswa, dan acuan untuk menggali dan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakasanakan. Kegiatan inti dilakukan selama 45 menit, untuk kegiatan inti terlebih dahulu membagi anak menjadi 6 kelompok secara merata baik seperti pada siklus I. Setelah siswa membentuk kelompok, guru mulai menerapkan Kontekstual
dalam
pembelajaran
yang
memiliki 7
komponen
yaitu
konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Pada kegiatan awal pembelajaran diawali dengan demonstrasi guru bersama siswa untuk melakukan demonstrasi tentang sifat bangun datar (jajar genjang). Demonstrasi itu adalah salah satu contoh pemodelan yang merupakan kompenen Kontekstual yang diterapkan dalam pembelajaran. Setelah semua kelompok mendapat LKS, terlebih dahulu guru memberikan pengarahan kepada siswa dalam melaksanakan percobaan. Kemudian berdasarkan
siswa
kelompoknya
mulai
melaksanakan
masing-masing.
percobaan
Dalam
sesuai
tahapan
ini
LKS guru
mengembangkan komponen Kontekstual yaitu pemodelan, masyarakat belajar, dan inkuiri. Guru hanya berperan membimbing, mengarahkan, dan fasilitator siswa dalam proses percobaan. Siswa bersama-sama dengan bimbingan gurunya berusaha mencari dan menemukan informasi, pengetahuan, konsep baru, atau ilmu dengan percobaan. Siswa belajar bersama dengan kelompok mereka untuk membangun konsep sendiri atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan yang mereka dapat. Siswa belajar dan menemukan sendiri melalui proses percobaan, pengamatan, dan diskusi dalam kelompoknya. Sehinga siswa aktif mencari dan menemukan sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Melalui proses percobaan dan pengamatan komponen Kontekstual inkuiri dapat dikembangkan yaitu di mana siswa mengalami, mencoba, mencari, dan menemukan sendiri suatu kensep pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Proses inkuiri bisa terjadi di kelas ataupun di luar kelas. Proses percobaan di kelas yaitu pada saat siswa bersama kelompoknya membuktikan. Siswa tidak hanya melakukan percobaan di dalam kelas tapi juga di luar kelas, untuk mencari benda-benda yang berbentuk jajar genjang yang berada di lingkungan sekolahnya. Pada saat siswa melakukan percobaan menggunkan alat dan bahan yang telah disiapkan maka terjadi proses belajar secara enactive, siswa memanipulasi secara langsung objek-objek itu berdasarkan langkahlangkah yang ada di LKS atau melihat peristiwa nyata secara langsung. Siswa melakukan percobaan tentang sifat-sifat bangun datar tentang jajar genjang di sekitar sekolah. Tahapan proses belajar berikutnya yaitu iconic siswa belajar dengan menggunakan alat dan bahan dalam percobaan sebagai perumpamaan. Dengan begitu siswa akan mengalami langsung dan memahami terhadap sifat-sifat bangun datar. Mereka mencoba dan memanipulasi alat dan bahan yang mereka bawa untuk menemukan sifat-sifat bangun datar (jajar genjang). Kegiatan proses pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual ini menyenangkan bagi siswadan siswa tidak akan merasa bosan. Pada proses inkuiri ini siswa melakukan percobaan dengan semangat, antusias, kerjasama dan kompak dengan kelompoknya. Dari percobaan itu siswa dapat menemukan dan membangun konsep sendiri. Proses percobaan di luar kelas dapat digambarkan dari hasil dokumentasi. Dalam percobaan ini siswa dapat berdiskusi langsung dengan sesama anggota kelompoknya, dari kelompok ke kelompok lainnya, dan atau dari kelompok kepada guru. Sehingga terjalin komunikasi dan masyarakat belajar yang baik di kelas itu. Komponen kontekstual masyarakat belajar dapat tergambarkan pada hasil dokumentasi. Melalui proses percobaan dan pengamatan dan tanya jawab siswa akan menemukan sendiri, menemukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
informasi sendiri dan akan mengkontruktivismekan ilmu yang mereka dapat dan didiskusikan bersama teman-temannya. Komponen kontekstual bertanya juga dapat dikembangkan pada pembelajaran ini. Guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa bersama kelompok masing-masing membahas dan mendiskusikan hasil percobaan dan pengamatan dengan kelompok masingmasing. Setelah proses diskusi selesai dilanjutkan dengan persentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas secara perwakilan, sedangkan kelompok yang memberi tanggapan terhadap persentasi temannya yang disertai tanya jawab agar kondisi kelas lebih aktif. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa mencatat kesimpulan dan hal-hal yang mereka anggap penting dengan kata-kata mereka sendiri ataupun menggambarkan proses yang telah mereka amati atau tahap proses belajar symbolic. Guru bersama siswa melaksanakan refleksi dari proses pembelajaran, untuk mengulang sekilas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Yaitu merefleksikan hasil LKS, hasil karya siswa, dan kuis bagi siswa. Dan merefleksikan kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan pada proses pembelajaran berikutnya dapat berjalan dengan lebih baik. Untuk mengetahui kemampuan daya serap siswa dalam pembelajaran maka diberikan kuis. Kuis dilakukan dengan cara setiap anak membuat pertanyaan sendiri lalu diacak dan temannya sendiri yang akan menjawab soal itu setelah itu yang menilai kebenaran jawaban adalah pembuat soal. Pada akhir pelajaran ditutup dengan berdoa bersama-sama.
2) PelaksanaanPertemuanke-2 Pelaksanaan tindakan untuk pertemuan yang ke-2 pada siklus II ini dilaksanakan di ruang kelas V dengan materi belah ketupat dari jam pelajaran pertama sampai dengan jam pelajaran ke-dua yaitu 07.30 08.40 WIB pada tanggal 7 Mei 2012. Jumlah siswa kelas V yang hadir dalam pelaksanaan pertemuan yang ke-2 ini berjumlah 31 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Pelaksanaan pada pertemuan 2 (dua) ini masih menerapkan pendekatan Kontekstual
seperti siklus I, tetapi hanya saja materi yang berbeda yaitu
tentang (belah ketupat). Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berdoa, absensi, tes penjajagan yang berupa tanya jawab untuk mengetahui kemamapuan awal siswa, dan acuan untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilik siswa sebelumnya dan guru menjelaskan tujuan dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa terilihat senang dan antusias. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan
inti,
diawali dengan
demonstrasi yang dilakukan guru bersama siswa di depan kelas yang berhubungan dengan membuat bangun datar tentang (belah ketupat) dan siswa yang lain mengamati demonstrasi tersebut. Demonstrasi adalah salah satu komponen Kontekstual pemodelan yang dikembangkan dalam pembelajaran ini. Setelah itu siswa bersama kelompok masing-masing menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan serta melaksanakan percobaan tentang ( belah ketupat)sesuai dengan petunjuk
yang ada di LKS, sedangkan guru
mengarahkan dan memfasilitator siswa dalam percobaan maupun proses pembelajaran. Dan siswa memanipulasi alat dan bahan yang mereka bawa sesuai dengan petunjuk yang ada. Proses belajar memanipulasi itu adalah salah satu tahapan proses belajar dari enactive. Siswa saling saling bekerjasama dalam kelompok masing-masing, dan saling bertukar pendapat antar kelompok sehingga terjalin situasi masyarakat belajar yang baik dalam kelas itu. Siswa melakukan
beberapa
percobaan yaitu
tentang
(belah ketupat)
untuk
menemukan sifat-sifat tentang tentang (belah ketupat) dan teman-teman satu kelompoknya mengamati. Percobaan tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di luar kelas pada saat siswa melakukan percobaan untuk menemukan (belah ketupat). Melalui percobaan itu siswa telah mengalami proses belajar iconic. Dengan begitu siswa akan mengalami dan menemukan sendiri suatu pengetahuan sehingga akan bermakna bagi anak. Siswa lalu kembali ke dalam kelas dan berkumpul dengan kelompok masing-masing untuk membahas dan merefleksikan hasil percobaan serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
pengamatan yang dilakukan sebelum dipresentasikan di depan kelas. Pada akhir kegiatan pembelajaran perwakilan dari beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dan siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan Sehingga dengan begitu siswa akan aktif dan tugas guru hanya membimbing serta mengarahkan. Setelah beberapa kelompok maju ke depan kelas maka siswa bersama-sama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan tentang (belah ketupat). Siswa dapat menyimpulkan dan mencatat hasil kesimpulan bersama dengan kata-kata sendiri. Sebelum
proses
pembelajaran
diakhiri
siswa
bersama
guru
melaksanakan refleksi sejenak tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan baik dari segi proses pelaksanaan pembelajaran maupun dari pemahaman materi yang telah disampaikan. Sehingga dapat mengetahui kekurangan atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa maka diadakan evaluasi pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat daya serap siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan pada akhir siklus II dengan materi tentang (belah ketupat) dan untuk kegiatan terakhir pembelajaran ditutup dengan berdoa.
3) PelaksanaanPertemuanke-3 Pada prinsipnya sama dalam pelaksanaan pertemuan ke-3 tahapan proses pembelajaran sama seperti pada siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Hanya saja materi yang disampaikan berbeda yaitu tentang layang-layang yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 14 Mei 2012 pada jam 07.30 08.40.
c. Observasi Siklus II Hasil observasi yang dilakukan pada siklus II yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus II yang meliputi 3 kali pertemuan dengan materi yaitu (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang ) yang masih menerapkan pendekatan kontekstual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
dan hasil belajar siswa setelah diadaknnya evaluasi pada akhir siklus II ataupun pada akhir pertemuan II dengan tujuan agar dapat membandingkan dan melihat perubahan dari hasil tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Sehingga dapat terlihat peningkatan hasil belajar siswa. Tes Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non tes dilakukan berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumen foto, sedangkan data tes dilakukan berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir siklus II. Hasil observasi dapat dilakukan dengan mengamati dari data sebagai berikut:
1) Observasi Non Tes ( Proses ) Siklus II Hasil penelitian non tes pada siklus II ini didapatkan dari hasil observasi siswa (saat proses pembelajaran dan percobaan), wawancara, dan di dukung dengan dokumen foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini: a) Hasil Observasi Siswa dan Guru Hasil observasi dalam siklus II ini adalah observasi terhadap siswa yang dilaksanakan oleh 3 orang guru sebagai teman sejawat yang dilakukan selama 3 kali pertemuan. Selain untuk siswa juga ada hasil observasi untuk guru sebagai peneliti yang diamati oleh 3 (tiga) orang pengamat. Untuk mengamati guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tidak hanya mengamati perilaku siswa pada saat proses pembelajaran dan proses belajar berlangsung tetapi hasil observasi ini juga meliputi pengamatan terhadap kinerja siswa dalam kelompoknya. Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran dan percobaan untuk menemukan sifat-sifat bangun datar pada siklus II yaitu tentang jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang yang akan diadakan selama 3 (tiga) kali pertemuan. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat respon perilaku siswa dalam menerima atau mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Dan untuk mengamati perilaku atau sikap guru pada saat proses pembelajaran. Yaitu meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
(1)AspekPengamatandalamProsesPembelajaran Masih sama seperti pada siklus II objek sasaran pengamatan yang pertama yaitu mengamati 10 perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah (a) memperhatikan penjelasan guru, (b) aktif dalam bertanya, (c) aktif dalam diskusi kelompok, (c) bekerjasama dalam kelompok, (d) aktif dalam percobaan dan pembelajaran, (e) kemampuan berkomunikasi, (f) bertanggung jawab, (g) mandiri, (h) percaya diri/ berani mengemukakan pendapat, (i) menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan skala penilaian proses pada siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.18. Ratat-rata Skor Penilaian Proses (Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-1 ) Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
92-100
3
1
2
2
38,71%
83-91 74-82
12 15
14 15
13 15
13 15
51,61%
56-64
1
1
1
1
Jumlah
31
31
31
31
65-73
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2620 31 = 84,5 Berkategori baik
100%
Berdasarkan tabel 4.18 hasil observasi terhadap proses pembelajaran dalam kategori baik. Siswa sudah baik dalam
mengikuti setiap proses
pembelajaran dan memperhatikan guru dengan baik. Ada sekitar 2 siswa atau sekitar 6,45% , dan 41,94% siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik atau 13. Sedangkan untuk siswa yang telah baik dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu sebanyak 15 siswa atau sekitar 48,38%. Dan masih ada beberapa 1 siswa dalam kategori cukup baik yaitu sekitar 3,23%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Pada siklus II pertemuan pertama ini, siswa mulai terdapat perubahan dari pada siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan siswa sudah antusias dalam bertanya baik kepada guru, teman atau antar kelompok dan semakin banyak siswa yang mengangkat tangannya untuk bertanya baik dalam proses pembelajaran maupun saat diskusi. Menurut hasil pengamatan observer sudah hampir semua siswa memperhatikan gurunya saat proses pembelajaran berlangsung. Kerjasama dalam kelompok juga sudah mulai terlihat, siswa dalam kelompoknya sudah mulai aktif dan tidak cuek. Secara keseluruhan semua siswa ikut melakukan percobaan dan pengamatan dengan baik sehingga dengan begitu siswa akan belajar mandiri akan mengkonstrukkan ilmu atau pengetahuan yang meraka dapat akan lebih bermakna.Siswa sudah mulai sadar dan tidak malu lagi untuk bertanya kepada guru maupun kepada teman. Sehingga kelas terlihat lebih aktif dari pada siklus I. Masing-masing kelompok juga telah bekerjasama dalam kelompok mereka masing-masing baik dalam percobaan, diskusi kelompok, maupun pada saat pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan tidak tampak keegoisan siswa, secara keseluruhan siswa telah kompak dengan kelompok masing-masing walaupun ada beberapa siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dengan guru memberikan kesempatan kepada kelompok masing-masing untuk melakukan percobaan maka dengan begitu siswa akan berlatih mandiri dan bertanggung jawab. Setelah pelaksanaan siklus II pada pertemuan pertama selesai lalu dilanjutkan pengamatan proses pembelajaran pada pertemuan yang ke-2 yang dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2012 yang dilakukan oleh 3 orang guru sebagai teman sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih mengamati aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari tiap pertemuan dengan menerapkan pendekatan konteksual. Pada pertemuan yang ke-2 ini hanya saja materinya yang berbeda yaitu tentang sifat belah ketupat. Dengan pengamatan ini maka akan terdeskripsikan perilaku dan respon siswa saat mengikuti pembelajaran sehingga dapat terlihat peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
dan perbedaan dari pertemuan 1 dan pertemuan yang ke-2 pada siklus II. Dapat dipaparkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.19. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Pengamatan Proses Pembelajaran siklus II pertemuan ke-2) Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
94-100
4
6
5
5
16,13%
87-93 80-86 73-79 66-72
16 10 1
14 10 1
15 10 1
15 10 1
48,39% 32,26% 3,22%
Jumlah
31
31
31
31
100%
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2730 31 = 88,10 Berkategori baik
Berdasarkan tabel 4.19, dapat terlihat bahwa proses belajar siswa pada saat pembelajaran siklus II pertemuan ke-2 sudah baik dan semua siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dari pada pertemuan yang pertama. Semua siswa memperhatikan dan mengikuti penjelasan dan pembelajaran dari guru dengan baik. Siswa masih sulit dalam menggambarkan bangun datar belah ketupat) pada pertemuan ke-2 siklus II ini. Dapat digambarkan tentang kategori perilaku siswa saat proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut : siswa berkategori sangat baik dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 5 anak atau sekitar 16,3%, sedangkan siswa yang berkategori baik dalam proses pembelajaran sebanyak 25 anak atau 80,65%, dan kategori cukup baik sebanyak 1 anak atau 3,22%. Hanya ada ada satu siswa yang masih masih kurang baik dalam mengikuti pembelajaran. Pada Siklus II pertemuan ke-3 ini proses pembelajaran dengan materi (belah ketupat) dapat berjalan dengan baik secara keseluruhan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
digambarkan melalui hasil observasi pada proses pembelajaran matematika seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.20. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus II pertemuan ke-3) Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
94-100
5
7
6
6
19,35%
87-93 80-86 73-79
20 6
18 6
19 6
19 6
61,30% 19,35%
66-72
-
-
-
-
-
Jumlah
31
31
31
31
100%
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2730 31 = 90 Berkategori baik
Berdasarkantabel 4.20 di atas, dapat digambarkan tentang kategori perilaku siswa saat proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut: siswa berkategori sangat baik dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 6 anak atau sekitar 19,35%, sedangkan siswa yang berkategori baik dalam proses pembelajaran sebanyak 19 anak atau 61,30%, dan kategori cukup baik sebanyak 6 anak atau 19,35%. Sebagian besar siswa telah baik dalam mengikuti proses pembelajaran maematika dengan baik Sehingga untuk hasil pengamatan proses pembelajaran siklus II dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.21. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Pembelajaran Siklus II Rata-rata Skor
Pertemuan Ke-1
Pertemuan Ke-2
Pertemuan Ke-3
84,5
88,10
90
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Dari tabel 4.21 di atas dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran siswa pada siklus II yang dilaksanakan selama 3 (tiga) kali pertemuan mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 84,5 menjadi 88,10 dan meningkat keaktifan siswa menjadi 90. Sudah terjadi perubahan perilaku siswa saat mengikuti proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Selain mengamati siswa sebagai objek pembelajaran, observer juga melakukan pengamatan terhadap guru sebagai peneliti pada saat proses pembelajaran. Sedangkan hasil observer
mengamati guru saat
proses
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
(1) Guru telah baik dalam membuka dan menutup pembelajaran (2) Komponen Pendekatan kontekstual sudah mulai dikembangkan semua, tetapi masih ada aspek konstrukivisme pada anak yang kurang muncul (3) Pemberian motivasi kurang menyeluruh, jangan hanya memberikan kepada anak tertentu saja (4) Materi telah disampaikan secara jelas (5) Terlalu cepat dalam menyampaikan langkah-langkah menemukan sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang) Secara keseluruhan guru telah sangat baik dalam proses pembelajaran dan mengelola kelas serta siswa pada saat pembelajaran. Keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran sudah mulai terlihat, siswa tidak lagi tergantung dengan gurunya sehingga siswa akan lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Walaupun masih ada beberapa siswa yang bermain sendiri dan pasif dalam pembelajara dan perhatian guru terhadap siswa sudah menyeluruh dan baik. Proses pembelajaran telah baik dari awal pembelajaran sampai akhir pelajaran. Pada siklus II ini lebih jelas dan lebih pelan dalam menyampaikan materi dan langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
(2)Aspek Pengamatan dalam Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Objek sasaran pengamatan yang kedua yaitu mengamati pada saat siswa melakukan proses belajar (percobaan dan pengamatan). Pada pengamatan ini dlikukan untuk mengetahui respon dan perilaku siswa saat melakukan percobaan pada proses pembelajaran. Pada siklus II ini observer akan mengamati proses belajar siswa selama tiga kali pertemuan dengan tujuan dapat melihat perubahan perilaku siswa yang akan terdeskripsi saat kegiatan menemukan sifat-sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang). Hasil observasi pada proses belajar siklus II pertemuan yang pertama ini dapat dipaparkan di bawah ini:
Tabel 4.22. Rata-rata Skor Penilaian Proses Pengamatan Pendekatan Kontekstual Siklus II Pertemuan ke-1 Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
-
-
-
-
-
25-26 23-24 21-22 19-20
3 19 7 2
3 19 7 2
3 19 7 2
3 19 7 2
9,68% 61,30% 22,58% 6,44%
17-18
-
-
-
-
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 715 31 = 23,06 Berkategori baik
Pada tebel 4.22 dapat dipaparkan bahwa sebagian besar siswa telah mengikuti proses belajar yang meliputi percobaan dan pengamatan dengan baik. Terdapat 3 siswa yang sangat baik dalam mengikuti proses pembelajaran atau sekitar 9,68 %. Siswa yang baik dalam proses pembelajaran dalam kelas yaitu sebanyak 26 anak atau 83,88%. Dan siswa yang berkategori cukup baik hanya 2 anak atau 6,44%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Dalam proses belajar ini, siswa sudah terlihat antusias dan merespon dengan baik kegiatan pembelajaran. Siswa telah mandiri dengan kelompoknya masing-masing telah melaksanakan kegiatan mulai dari meyiapkan alat dan bahan percobaan sampai melakukan percobaan sendiri sesuai dengan langkahlangkah dalam LKS dan pengarahan dari guru. Dari hasil kerja kelompok masing-masing, lalu perwakilan tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas. Tetapi sebagian besar yang aktif bertanya pada diskusi kelas ini adalah didominasi oleh siswa tertentu saja sedangkan siswa yang lain masih malu-malu, hanya ada beberapa yang aktif bertanya dan berpendapat. Untuk pertemuan yang ke 2 (dua) ini, objek pengamatan masih sama seperti pertemuan 1. Hasil observasi khusunya pada komponen pendekatan kontekstual pada siklus II pertemuan ke-2 ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.23.
Rata-rata Skor Penilaian Proses Kontekstual Siklus II Pertemuan ke-2
Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
-
-
-
-
-
25-26 23-24 21-22 19-20
4 19 7 1
4 19 7 1
4 19 7 1
4 19 7 1
9,68% 61,30% 22,58% 6,44%
17-18
-
-
-
-
Pengamatan
Pendekatan
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 715 31 = 23,06 Berkategori baik
Dari tabel 4.23 dapat tergambarkan bahwa ada 5 anak atau 16,7% yang berkategori sangat baik dalam proses percobaan dalam pengamatan pada pertemuan ke 2 ini. Berkategori baik sebanyak 24 anak atau 80%, dan hanya masih ada 1 siswa yang kurang baik dan aktif atau sekitar 3,33%. Tapi secara keseluruhan siswa telah aktif dalam proses percobaan dan pengamatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Dilanjutkan pada pertemuan yang ke 3 (tiga) ini, objek pengamatan masih sama seperti pertemuan 1 dan 2. Hasil observasi khusunya pada komponen pendekatan kontekstual pada siklus II pertemuan ke-3 ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.24.
Rata-rata Skor Penilaian Proses
Pengamatan
Pendekatan
Kontekstual Siklus II Pertemuan ke-3 Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
-
-
-
-
-
25-26 23-24 21-22 19-20
9 17 5 -
9 17 5 -
9 17 5 -
9 17 5 -
29,03% 54,84% 16,13% -
17-18
-
-
-
-
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 734 31 = 23,68 Berkategori baik
Dari tabel 4.24 dapat tergambarkan bahwa ada 9 anak atau 29,03% yang berkategori sangat baik dalam pembelajaran pada pertemuan ke 3 ini. Berkategori baik sebanyak 22 anak atau 70,97%, secara keseluruhan siswa telah aktif dalam setiap pembelajaran khususnya proses percobaan dan pengamatan yang terdapat komponen pedekaan kontekstual didalamnya. Siswa telah melakukan percobaan dan pengamatan dengan baik mulai dari: menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan, memanipulasi, mengamati, dan menyimpulkan sendiri hasil percobaan dan pengamatan. Setelah itu siswa melakukan pengamatan dilakukan di luar kelas tentang macam-macam bangun datar. Persentasi diskusi kelas dilakukan secara baik dan siswa mulai aktif, kondisi kelas sudah mulai hidup karena sebagian siswa sudah mulai aktif memberikan tanggapan terhadap hasil kelompok lain. Hasil karya siswa berupa contoh macam-macam bangun datar yang dibuat secara kelompok dan di pajang bersama-sama teman yang lain, sehingga untuk hasil pengamatan selama proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
belajar siswa (pada saat percobaan dan pengamatan) pada siklus II dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.25. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus II Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan ke-3 Rata-rata Skor
23,06
23,23
23,68
Dari tabel 4.25 di atas dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran siswa pada siklus I yang dilaksanakan selama3 (dua) kali pertemuan mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 23,06 menjadi 23,23 dan pada pertemuan ke 3 menjadi 23,68. Berdasarkan hasil di atas dapat terlihat bahwa siswa telah baik dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya pada komponen kontekstual. Selain itu, siswa juga sudah aktifa dalam proses pembelejaran. Siswa secara mandiri bersama-sama kelompokknya berusaha melakukan percobaan, pengamatan, lalu menyimpulkan sendiri hasil belajar mereka. Dan mengkomunikasikan di depan kelas. Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses belajar (percobaan dan pengamatan) yaitu meliputi beberapa objek pengamatan yang merupakan cara penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan ketiga observer (3 orang guru sebagai teman sejawat) kepada guru pada saat mendampingi proses belajar siswa siklus II pertemuan ke-1, 2, dan 3 dapat dipaparkan sebagai berikut: a) Secara keseluruhan guru sudah baik dala proses pembelajaran b) Komponen dalam pendekatan kontekstual sudah muncul, hanya saja guru masih kurang membangkitkan rasa ingin tahu (bertanya) siswa dalam proses pembelajaran c) Guru masih kurang menyeluruh dalam membimbing siswa dalam proses konstruktivisme.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
b) Hasil Wawancara Pada siklus II ini, masih sama seperti siklus I wawancara difokuskan pada tiga orang siswa yaitu seorang siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang, dan terendah. Selain itu juga, pertanyaan pada wawancara ini masih sama seperti pada siklus II. Dan tindak lanjut dari hasil pengamatan. Hasil wawancara dengan ketiga responden yang mewakili kategori nilai baik, sedang, dan kurang dapat dibaca pada paparan berikut: (1) Ketiga siswa merasa senang dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru (2) Siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran karena siswa bisa belajar bersama temannya, belajar di dalam kelas ataupun di luar kelas, serta dapat belajar sendiri melalui proses percobaan dan pengamatan (3) Menurut hasil wawancara dari ketiga siswa itu, mereka tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran karena sudah ada LKS sebagai petunjuk dan guru selalu memberikan bimbingan serta pengarahan kepada siswa. (4) Kesan dan respon siswa secara keseluruhan baik terhadapan proses pembelajaran guru yang menerapkan pendekatan kontekstual ini. menyenangkan dan siswa dapat lebih akrab dengan teman yang lain (5) Harapan siswa yaitu agar guru dalam menyampaikan materi lain atau mata pelajaran lain dengan metode-metode yang menarik dan tidak membosankan.
2) Hasil Tes ( Hasil Belajar) Siklus II Hasil tes ini adalah hasil dari evaluasi siklus II yang dilaksanakan pada akhir siklus II. Hasil tes ini akan mengukur kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang mereka pelajari selama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dengan hasil tes ini dapat tergambarkan kemamupan tiap siswa dalam menyerap materi atau konsep yang mereka pelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Hasil yang berasal dari tes evaluasi siklus II tentang bangun datar (pertemuan pertama tentang jajar genjang, pertemuan kedua tentang belah ketupat, dan pertemuan ketiga tentang layang-layang) dapat dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-1 No
Nilai
Jumlah
Persentase
Kriteria
Keterangan
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 2390 31 =77,10 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Siswa 1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
5 17 5
16,13% 54,84% 16,13%
4.
53-63
1
3,23%
5.
32-42
3
9,67%
31
100%
Jumlah = 2390
Dari tabel 4.26 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 9 siswa atau 29,04%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa atau 70,06%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM. Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-2 No
Nilai
Jumlah
Persentase
Kriteria
Keterangan
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 2445 31 =78,87 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Siswa 1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
6 18 4
19,35% 58,06% 12,90%
4.
53-63
1
3,23%
5.
32-42
2
12,46%
31
100%
Jumlah = 2445
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Dari tabel 4.27 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 7 siswa atau 28,59%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 24 siswa atau 70,41%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-3 No
Nilai
Jumlah
Persentase Kriteria Keterangan
Siswa 1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
7 19 3
22,58% 61,29% 9,68%
4.
53-63
1
3,23%
5.
32-42
1
3,23%
31
100%
Jumlah = 2525
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 2525 31 =81,45 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Dari tabel 4.28 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 5 siswa atau 16,14%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 26 siswa atau 83,86%. Hasil tersebut masih dibawah indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus II N Nilai
Pertemuan Rata
Persen-
o
tase
1 86-96 2 75-85 3 64-74
1 2 3 rata 5 6 7 6 17 18 19 18 5 4 3 4
19,35% 58,06% 12,90%
4 53-63
1
1
1
1
3,23%
5 32-42
3
2
1
2
6,46%
Jumlah = 2445
31
31 31
31
100%
commit to user
Kriteria
Keterangan
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Rata-rata = 2445 31 =78,87 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Berdasarkan tabel 4.29 diatas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 7 siswa atau 22,59%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 24 siswa atau 77,41%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM. Sehingga mereka sudah tuntas atau memenuhi KKM dalam materi sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang) sebanyak 24 siswa atau sekitar 77,41%. Tetapi, masih ada 7 anak sebanyak 22,59% Berdasarkan perbandingan dengan hasil evaluasi siklus I dengan rata-rata nilai 74,65 pada siklus II telah ada peningkatan yaitu dengan rata-rata nilai siswa 76,77 pada materi tentang sifat bangun datar(jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang) Untuk persentase dan kenaikan jumlah siswa ketuntasan belajar siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.30. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus II No
Nilai
Jumlah Siswa
Persen
Keterangan
1
0
74
7
22,59%
Belum Tuntas
2
75
100
24
77,41%
Tuntas
Jumlah
31
100%
Dari tabel 4.30 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan memenuhi KKM berjumlah 24 anak siswa atau sekitar 77,41%. dan jumlah siswa yang tidak tuntas 7 siswa atau 22,59%. Apabila dibuat gambar diagram, dari tabel di atas maka dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
;0
;0
Belum Tuntas; 22,59%
Tuntas; 77,41%
Gambar 4.4. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
d. RefleksiSiklusII Berdasarkan hasil pengamatan dari observer dan pengamatan peneliti pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas, secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah berjalan baik. Berdasarkan lembar pengamatan dan hasil wawancara terhadap siswa, sudah banyak siswa yang kelihatan senang, antusias, dan menunjukkan peningkatan aktifitas belajar dalam kegiatan pembelajaran serta lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran saat disampaikan dengan penerapan pendekatan kontekstual sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Kelebihan lain pada siklus II ini yaitu tahap-tahap pembelajaran dengan
menggunakan
pendekatan
pembelajaran
kontekstual
sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa. Pada tiap tahap pelaksanaan siklus yang meliputi 7 komponen pendekatan kontekstual antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
lain: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan. masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya, telah dilaksanakan dengan baik. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Untuk perbandingan persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.31. Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes awal, Siklus I dengan Siklus II Belum Tuntas Tuntas No Tahap Ket Jmlh Siswa Persentase Jmlh Siswa Persentase 1
Siklus II
7
22,59%
24
77,41%
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pelaksanaan tindakan siklus II ini telah dilaksanakan secara maksimal dan efektif serta dapat berhasil dengan baik. Karena secara umum siswa telah mencapai batas ketuntasan belajar yang telah ditentukan yaitu 75. Sedangkan hasil siklus II siswa yang telah tuntas dan di atas KKM sebanyak 24 anak atau sekitar 77,41%. Pada siklus II ini menurut observer secara umum guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan baik dan telah memperbaiki dan menghasilkan peningkatan proses dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pada siklus sebelumnya. Dengan demikian pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini pada materi tentang sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layanglayang) telah dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Karena telah sesuai dengan indikator-indikator kinerja yang telah direncanakan sebelumnya yaitu sebagai berikut: keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sebanyak 75%
siswa telah aktif,
respon siswa 75% telah
menunjukkan gairah belajar dalam mengikuti proses pembelajaran, dan terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dan peningkatan hasil belajar matematika tentang sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang) yaitu 77,41% siswa mencapai nilai tuntas minimal (KKM). Karena peneliti belum memenuhi 80% siswa tuntas atau memenuhi KKM maka peneliti melanjutkan pada Siklus III.
3. Deskripsi Siklus III a.
Perencanaan Siklus III Pada perencanaan siklus III ini tidak jauh berbeda dengan siklus I dan II. Hanya saja materi, percobaan, objek pengamatan, dan media yang digunakan berbeda. Selain itu, dalam merencanakan siklus III ini peneliti perlu memperhatikan masukan-masukan dari observer sehingga akan memperbaiki kekurangan proses pembelajaran pada siklus I. Dalam siklus III akan diadakan selama 2 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Untuk pertemuan pertama yaitu trapesium yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 Mei 2012 pada jam 07.30
08.40, pada pertemuan ke-2
yaitu lingkaran yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 28 Mei 2012 pada jam 07.30
08.40. Beberapa tahapan yang dilaksanakan sebelum
dilaksanakannya tindakan siklus III ini diantaranya adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP siklus III terlampir pada lampiran 76 halaman), membuat lembar observer, menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer, dan menata ruangan agar nyaman bagi siswa dan menyiapkan semua media yang diperlukan.
b.
Pelaksanaan Siklus III Setelah tahap perencanaan siklus III selesai, dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan siklus III ini tidak sama dengan siklus I dan II. Untuk siklus III dilakukan selama 2 (dua) kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu selam 70 menit yaitu untuk kegiatan awal 10 menit, kegiatan inti 45 menit, dan kegiatan akhir 15 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
1) Pelaksanaan Pertemuan ke-1 Pelaksanaan siklus III untuk pertemuan yang pertama ini dilakasanakan di kelas V pada hari senin tanggal 23 Mei 2012 dengan materi trapesium pada jam 07.30
08.40. Jumlah siswa yang hadir dalam
Siklus III pertemuan 1 ini berjumlah 31 anak. Selain itu juga ada 3 teman observer yaitu tiga teman guru sebagai teman sejawat. Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal yang dilakukan selama 10 menit yang bertujuan untuk mempersiapkan semua yang diperlukan dalam proses pembelajaran seperti: ruangan kelas dibuat nyaman dan mempersiapkan mental siswa agar lebih siap dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan. Dilanjutkan dengan berceramah dan tanya jawab tentang cara membuat bangun datar trapesium bersama-sama siswa. Sama seperti siklus I dan II pada kegiatan awal ini meliputi: berdoa, absensi, tes penjajagan yang berupa tanya jawab tentang materi yang akan disampaikan untuk mengetahui kemamapuan awal siswa, dan acuan untuk menggali dan
menghubungkan pengetahuan
yang
dimiliki
siswa
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakasanakan. Kegiatan inti dilakukan selama 45 menit, untuk kegiatan inti terlebih dahulu membagi anak menjadi 6 kelompok secara merata baik seperti pada siklus I dan II. Setelah siswa membentuk kelompok, guru mulai menerapkan Kontekstual dalam pembelajaran yang memiliki 7 komponen yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Pada kegiatan awal pembelajaran diawali dengan demonstrasi guru bersama siswa untuk melakukan demonstrasi tentang sifat bangun datar(trapesium). Demonstrasi itu adalah salah satu contoh pemodelan yang
merupakan
kompenen
Kontekstual
yang
diterapkan
dalam
pembelajaran. Setelah semua kelompok mendapat LKS, terlebih dahulu guru memberikan pengarahan kepada siswa dalam melaksanakan percobaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Kemudian siswa mulai melaksanakan percobaan sesuai LKS berdasarkan kelompoknya masing-masing. Dalam tahapan ini guru mengembangkan komponen Kontekstual yaitu pemodelan, masyarakat belajar, dan inkuiri. Guru hanya berperan membimbing, mengarahkan, dan fasilitator siswa dalam proses percobaan. Siswa bersama-sama dengan bimbingan gurunya berusaha mencari dan menemukan informasi, pengetahuan, konsep baru, atau ilmu dengan percobaan. Siswa belajar bersama dengan kelompok mereka untuk membangun konsep sendiri atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan yang mereka dapat. Siswa belajar dan menemukan sendiri melalui proses percobaan, pengamatan, dan diskusi dalam kelompoknya. Sehinga
siswa aktif
mencari dan menemukan sendiri. Melalui proses percobaan dan pengamatan komponen Kontekstual inkuiri dapat dikembangkan yaitu dimana siswa mengalami, mencoba, mencari, dan menemukan sendiri suatu kensep pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Proses inkuiri bisa terjadi di kelas ataupun di luar kelas. Proses percobaan di kelas yaitu pada saat siswa bersama kelompoknya membuktikan tentang sifat-sifat pada trapesium. Siswa tidak hanya melakukan percobaan di dalam kelas tapi juga di luar kelas, untuk mencari benda-benda yang berbentuk trapesium yang berada di lingkungan sekolahnya. Pada saat siswa melakukan percobaan menggunkan alat dan bahan yang telah disiapkan maka terjadi proses belajar secara enactive, siswa memanipulasi secara langsung objek-objek itu berdasarkan langkah-langkah yang ada di LKS atau melihat peristiwa nyata secara langsung. Siswa melakukan percobaan tentang sifat-sifat bangun datar tentang trapesium di sekitar sekolah. Tahapan proses belajar berikutnya yaitu iconic siswa belajar dengan menggunakan alat dan bahan dalam percobaan sebagai perumpamaan. Dengan begitu siswa akan mengalami langsung dan memahami terhadap sifat-sifat bangun datar (trapesium).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Mereka mencoba dan memanipulasi alat dan bahan yang mereka bawa untuk menemukan sifat-sifat bangun datar (trapesium). Kegiatan proses pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual ini menyenangkan bagi siswadan siswa tidak akan merasa bosan. Pada proses inkuiri ini siswa melakukan percobaan dengan semangat, antusias, kerjasama dan kompak dengan kelompoknya. Dari percobaan itu siswa dapat menemukan dan membangun konsep sendiri. Proses percobaan di luar kelas dapat digambarkan dari hasil dokumentasi. Dalam percobaan ini siswa dapat berdiskusi langsung dengan sesama anggota kelompoknya, dari kelompok ke kelompok lainnya, dan atau dari kelompok kepada guru. Sehingga terjalin komunikasi dan masyarakat belajar yang baik di kelas itu. Komponen kontekstual masyarakat belajar dapat tergambarkan pada hasil dokumentasi. Melalui proses percobaan dan pengamatan dan tanya jawab siswa akan menemukan
sendiri,
menemukan
informasi
sendiri
dan
akan
mengkontruktivismekan ilmu yang mereka dapat dan didiskusikan bersama teman-temannya. Komponen kontekstual bertanya juga dapat dikembangkan pada pembelajaran ini. Guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa bersama kelompok masing-masing membahas dan mendiskusikan hasil percobaan dan pengamatan dengan kelompok masing-masing. Setelah proses diskusi selesai dilanjutkan dengan persentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas secara perwakilan, sedangkan kelompok yang memberi tanggapan terhadap persentasi temannya yang disertai tanya jawab agar kondisi kelas lebih aktif. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa mencatat kesimpulan dan hal-hal yang mereka anggap penting dengan kata-kata mereka sendiri ataupun menggambarkan proses yang telah mereka amati atau tahap proses belajar symbolic. Guru
bersama
siswa
melaksanakan
refleksi
dari
proses
pembelajaran, untuk mengulang sekilas proses pembelajaran yang telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
dilakukan. Yaitu merefleksikan hasil LKS, hasil karya siswa, dan kuis bagi siswa. Dan merefleksikan kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan pada proses pembelajaran berikutnya dapat berjalan dengan lebih baik. Untuk mengetahui kemampuan daya serap siswa dalam pembelajaran maka diberikan kuis. Kuis dilakukan dengan cara setiap anak membuat pertanyaan sendiri lalu diacak dan temannya sendiri yang akan menjawab soal itu setelah itu yang menilai kebenaran jawaban adalah pembuat soal. Pada akhir pelajaran ditutup dengan berdoa bersama-sama.
2) PelaksanaanPertemuanke-2 Pelaksanaan tindakan untuk pertemuan yang ke-2 pada siklus III ini dilaksanakan di ruang kelas V pada hari senin tanggal 28 Mei 2012 dari jam pelajaran pertama sampai dengan jam pelajaran ke-dua yaitu 07.30 08.40 WIB dengan materi lingkaran. Jumlah siswa kelas V yang hadir dalam pelaksanaan pertemuan yang ke-2 ini berjumlah 31 siswa. Pelaksanaan pada pertemuan 2 (dua) ini masih menerapkan pendekatan Kontekstual seperti siklus I dan II, tetapi hanya saja materi yang berbeda yaitu tentang lingkaran. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berdoa, absensi, tes penjajagan yang berupa tanya jawab untuk mengetahui kemamapuan awal siswa, dan acuan untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dan guru menjelaskan tujuan dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa ter ilihat senang dan antusias. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan inti diawali dengan demonstrasi yang dilakukan guru bersama siswa di depan kelas yang berhubungan dalam membuat bangun datar lingkaran dan siswa yang lain mengamati demonstrasi tersebut. Siswa bersama kelompok masing-masing menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan serta melaksanakan percobaan tentang lingkaran sesuai dengan petunjuk yang ada di LKS, sedangkan guru mengarahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
dan memfasilitator siswa dalam percobaan maupun proses pembelajaran. Dan siswa memanipulasi alat dan bahan yang mereka bawa sesuai dengan petunjuk yang ada. Proses belajar memanipulasi itu adalah salah satu tahapan proses belajar dari enactive. Siswa saling saling bekerjasama dalam kelompok masing-masing, dan saling bertukar pendapat antar kelompok sehingga terjalin situasi masyarakat belajar yang baik dalam kelas itu. Siswa melakukan beberapa percobaan yaitu tentang lingkaran untuk menemukan sifat-sifat tentang tentang (lingkaran) dan teman-teman satu kelompoknya mengamati. Percobaan tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di luar kelas pada saat siswa melakukan percobaan untuk menemukan benda-benda yang berbentuk lingkaran. Melalui percobaan itu siswa telah mengalami proses belajar iconic. Dengan begitu siswa akan mengalami dan menemukan sendiri suatu pengetahuan sehingga akan bermakna bagi anak. Siswa lalu kembali ke dalam kelas dan berkumpul dengan kelompok masing-masing untuk membahas dan merefleksikan hasil percobaan serta pengamatan yang dilakukan sebelum dipresentasikan di depan kelas tentang lingkaran. Pada akhir kegiatan pembelajaran perwakilan dari beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dan siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan Sehingga dengan begitu siswa akan aktif dan tugas guru hanya membimbing serta mengarahkan. Setelah beberapa kelompok maju ke depan kelas maka siswa bersama-sama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan tentang lingkaran. Siswa dapat menyimpulkan dan mencatat hasil kesimpulan bersama dengan kata-kata sendiri. Sebelum proses pembelajaran diakhiri siswa bersama guru melaksanakan refleksi sejenak tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan baik dari segi proses pelaksanaan pembelajaran maupun dari pemahaman materi yang telah disampaikan. Sehingga dapat mengetahui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
kekurangan atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa maka diadakan evaluasi pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat daya serap siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan pada ak hir siklus III dengan materi tentang trapesium dan lingkaran. Dan untuk kegiatan terakhir pembelajaran ditutup dengan berdoa.
c.
Observasi Siklus III Hasil observasi yang dilakukan pada siklus III yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus III yang meliputi 2 kali pertemuan dengan materi yaitu trapesium dan lingkaran yang masih menerapkan pendekatan kontekstual dan hasil belajar siswa setelah diadaknnya evaluasi pada akhir siklus III ataupun
pada
akhir
pertemuan
III
dengan
tujuan
agar
dapat
membandingkan dan melihat perubahan dari hasil tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Sehingga dapat terlihat peningkatan hasil belajar siswa. Tes Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non tes dilakukan berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumen foto, sedangkan data tes dilakukan berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir siklus III. Hasil observasi dapat dilakukan dengan mengamati dari data sebagai berikut:
1) Observasi Non Tes ( Proses ) Siklus III Hasil penelitian non tes pada siklus II ini didapatkan dari hasil observasi siswa (saat proses pembelajaran dan percobaan), wawancara, dan di dukung dengan dokumen foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini: a) Hasil Observasi Siswa dan Guru Hasil observasi dalam siklus III ini adalah observasi terhadap siswa yang dilaksanakan oleh 3 teman sejawat sebagai observer yang dilakukan selama 2 kali pertemuan. Selain untuk siswa juga ada hasil observasi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
guru sebagi peneliti yang diamati oleh 3 (dua) orang pengamat. Untuk mengamati guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tidak hanya mengamati perilaku siswa pada saat proses pembelajaran dan proses belajar berlangsung tetapi hasil observasi ini juga meliputi pengamatan terhadap kinerja siswa dalam kelompoknya. Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran dan percobaan untuk menemukan sifat-sifat bangun datar pada siklus III yaitu tentang trapesium dan lingkaran. Yang akan diadakan selama 2 (dua) kali pertemuan. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat respon perilaku siswa dalam menerima atau mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan untuk mengamati perilaku atau sikap guru pada saat proses pembelajaran, yaitu meliputi : (1)AspekPengamatandalamProsesPembelajaran Masih sama seperti pada siklus III objek sasaran pengamatan yang pertama yaitu mengamati 10 perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah (a) memperhatikan penjelasan guru, (b) aktif dalam bertanya, (c) aktif dalam diskusi kelompok, (d) bekerjasama dalam kelompok, (e) aktif dalam percobaan dan pembelajaran, (f) kemampuan berkomunikasi, (g) bertanggung jawab, (h) mandiri, (i) percaya diri/ berani mengemukakan pendapat, (j) menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan skala penilaian proses pada siklus III pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Tabel 4.32. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Siklus III Pertemuan ke-1 ) Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
94-100
9
11
10
10
19,35%
87-93 80-86 73-79
18 -
16 -
17 -
17 -
61,30% 19,35%
66-72
4
4
4
4
-
Jumlah
31
31
31
31
100%
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2850 31 = 91,9 Berkategori baik
Berdasarkan table 4.32 hasil observasi terhadap proses pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa sudah baik dalam
mengikuti setiap proses
pembelajaran dan memperhatikan guru dengan baik. Ada sekitar 10 siswa atau sekitar 32,26% siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran, dan 21 anak atau sekitar 67,74% siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pada siklus III pertemuan pertama ini, siswa mulai terdapat perubahan dari pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, siswa sudah antusias dalam bertanya baik kepada guru, teman atau antar kelompok. Semakin banyak siswa untuk bertanya baik dalam proses pembelajaran maupun saat diskusi. Menurut hasil pengamatan observer sudah hampir semua siswa memperhatikan gurunya saat proses pembelajaran berlangsung. Kerjasama dalam kelompok juga sudah mulai terlihat, siswa dalam kelompoknya sudah mulai aktif dan tidak cuek. Secara keseluruhan semua siswa ikut melakukan percobaan dan pengamatan tentang trapesium dapat berjalan dengan baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
sehingga dengan begitu siswa akan belajar mandiri akan mengkonstrukkan ilmu atau pengetahuan yang meraka dapat akan lebih bermakna. Siswa sudah mulai sadar dan tidak malu lagi untuk bertanya kepada guru maupun kepada teman. Sehingga kelas terlihat lebih aktif dari pada siklus I dan II. Masingmasing kelompok juga telah bekerjasama dalam kelompok mereka masingmasing baik dalam percobaan, diskusi kelompok, maupun pada saat pengamatan. Pada siklus III ini tidak tampak keegoisan siswa, secara keseluruhan siswa telah bekerjasama dengan kelompok masing-masing walaupun ada beberapa siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dengan guru memberikan kesempatan kepada kelompok masing-masing untuk melakukan percobaan maka dengan begitu siswa akan berlatih mandiri dan bertanggung jawab. Setelah pelaksanaan siklus III pada pertemuan pertama selesai lalu dilanjutkan pengamatan proses pembelajaran pada pertemuan yang ke-2 yang dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2012 yang dilakukan oleh 3 orang teman sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih mengamati aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari tiap pertemuan dengan menerapkan pendekatan konteksual. Pada pertemuan yang ke-2 ini hanya saja materinya yang berbeda yaitu tentang sifat lingkaran. Hasil Observasi siswa siklus III pertemuan ke-2 dapat dipaparkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.33. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Siklus III pertemuan ke-2) Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
94-100
12
14
13
13
19,35%
87-93 80-86 73-79
16 -
14 -
15 -
15 -
61,30% 19,35%
commit to user
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
66-72
3
3
3
3
-
Jumlah
31
31
31
31
100%
Kurang Baik
Rata-rata = 2890 31 = 93,2 Berkategori baik
Berdasarkan tabel 4.33 dapat terlihat bahwa proses belajar siswa pada saat pembelajaran siklus III pertemuan ke-2 sudah baik dan semua siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dari pada pertemuan yang pertama. Semua siswa memperhatikan dan mengikuti penjelasan dan pembelajaran dari guru dengan baik. Siswa sudah bisa menggambarkan bangun datar (lingkaran) pada pertemuan ke-2 siklus III ini. Dari hasil pengamatan dapat digambarkan tentang kategori perilaku siswa saat proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut : siswa berkategori sangat baik dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 13 anak atau sekitar 41,93%, sedangkan siswa yang berkategori baik dalam proses pembelajaran sebanyak 18 anak atau 58,61%. Sehingga untuk hasil pengamatan proses pembelajaran siklus III dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.34. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Pembelajaran Siklu s III Siklus III Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Rata-rata Skor 91,9 93,2
Dari tabel 4.34 di atas dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran siswa pada siklus III yang dilaksanakan selama 2 (dua) kali pertemuan mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 91,9 keaktifan siswa meningkat menjadi 93,2. Perilaku siswa saat proses pembelajaran lebih baik. Selain mengamati siswa sebagai objek pembelajaran, observer juga melakukan pengamatan terhadap guru sebagai peneliti pada saat proses pembelajaran. Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
(1) Guru telah baik dalam menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (2) Hampir
semua
komponen
Pendekatan
kontekstual
sudah
mulai
dikembangkan pada anak (3) Pemberian motivasi sudah menyeluruh (4) Materi telah disampaikan secara jelas dan terperinci (5) Guru sudah lebih pelan dan jelas dalam menyampaikan materi
Secara keseluruhan guru sangat baik dalam proses pembelajaran dan mengelola kelas serta siswa pada saat pembelajaran. Siswa sudah aktif pada saat proses pembelajaran sudah mulai terlihat. Proses pembelajaran telah baik dari awal pembelajaran sampai akhir pelajaran. Pada siklus II ini lebih jelas dan lebih pelan dalam menyampaikan materi dan langkah-langkah dalam proses pembelajaran.Siswa sudah mulai aktif, mandiri, dan kreatif dalam proses pembelajaran.
(2) Aspek Pengamatan dalam Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Objek sasaran pengamatan yang kedua yaitu mengamati pada saat siswa melakukan proses belajar (percobaan dan pengamatan). Pada pengamatan ini dlikukan untuk mengetahui respon dan perilaku siswa saat melakukan percobaan pada proses pembelajaran. Aspek yang perlu diperhatikan dalam observasi ini yaitu pada komponen-komponen pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Pada siklus III ini observer akan mengamati proses belajar siswa selama tiga kali pertemuan dengan tujuan dapat melihat perubahan perilaku siswa yang akan terdeskripsi saat kegiatan menemukan sifat-sifat bangun datar (Trapesium dan lingkaran). Hasil observasi pada proses belajar siklus III pertemuan yang pertama ini dapat dipaparkan di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
Tabel 4.35. Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke-1
Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
4
4
4
4
12,92%
25-26
18
18
18
18
58,06%
23-24 21-22 19-20
7 1 1
7 1 1
7 1 1
7 1 1
22,58% 3,22% 3,22%
17-18
-
-
-
-
-
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 777 31 = 25,06 Berkategori baik
Pada tebel 4.35 dapat dipaparkan bahwa sebagian besar siswa telah mengikuti proses belajar yang meliputi percobaan dan pengamatan dengan baik. Terdapat 4 siswa yang sangat baik dalam mengikuti proses pembelajaran atau sekitar 12,92%. Siswa yang baik dalam proses pembelajaran dalam kelas yaitu sebanyak 26 anak atau 83,86%. Dan siswa yang berkategori cukup baik hanya 1 anak atau 3,22%. Dalam proses belajar ini, siswa sudah merespon dengan baik kegiatan pembelajaran. Hasil kerja kelompok masing-masing, secara perwakilan tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas. Sebagian besar siswa sudah aktif bertanya pada diskusi kelas ini. Hampir semua siswa sudah berani bertanya dan aktif dalam diskusi kelompok ataupun diskusi di kelasnya. Secara bergantian tiap kelompok mempersentasikan hasil kelompoknya dengan penuh semangat. Pada pertemuan ini komponen pendekatan kontekstual sudah hampir semua dikembangkan pada siswa yaitu terlihat dari siswa melakukan pecobaan dan pengamaan sendiri, menyimpulkan hasil diskusi sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
bersama kelompoknya, dan juga hampir semua siswa sudah berani bertanya baik dalam lingkup kelompok mereka ataupun dalam diskusi kelas. Untuk pertemuan yang ke 2 (dua) ini, objek pengamatan masih sama seperti pertemuan 1. Hasil observasi khusunya pada komponen pendekatan kontekstual pada siklus III pertemuan ke-2 ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.36 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke-2 Skor
Observer
Rata
Presen-
penilaian
1
2
3
rata
tase
27-28
10
10
10
10
32,26%
25-26 23-24 21-22 19-20
13 6 2 -
13 6 2 -
13 6 2 -
13 6 2 -
41,94% 19,37% 6,43% -
17-18
-
-
-
-
-
Kriteria
Keterangan
Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 782 31 = 25,23 Berkategori baik
Pada tebel 4.36 dapat dipaparkan bahwa sebagian besar siswa telah mengikuti proses belajar yang meliputi percobaan dan pengamatan dengan baik. Terdapat 10 siswa yang sangat baik dalam mengikuti proses pembelajaran atau sekitar 32,26%. Siswa yang baik dalam proses pembelajaran dalam kelas yaitu sebanyak 21 anak atau 83,88. Pada pertemuan siklus 3 ke-2 siswa sangat antusias dalam setiap proses belajar. Komponen pendekatan kontekstual hampir semua muncul. Mulai dari siswa mengkonstruktivismekan sendiri ilmu yang mereka dapat bersama teman-temannya, siswa sudah menemukan sifat-sifat bangun datar melalui proses pengamatan dan percobaan bersama kelompoknya, siswa juga dapat memasayarakat dengan baik dengan teman maupun gurunya. Serta aktif bertanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Persentasi diskusi kelas dilakukan secara baik dan siswa mulai aktif, kondisi kelas sudah mulai hidup karena sebagian siswa sudah mulai aktif memberikan tanggapan terhadap hasil kelompok lain. Sehingga untuk hasil pengamatan selama proses belajar siswa (pada saat percobaan dan pengamatan) pada siklus III dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.37. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Siklus III Rata-rata Skor
Pertemuan Ke-1 25,06
Pertemuan Ke-2 25,23
Dari tabel 4.37 dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran siswa pada siklus I yang dilaksanakan selama 2(dua) kali pertemuan mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 25,06 menjadi 25,23 pada pertemuan ke-2. Berdasarkan hasil di atas dapat terlihat bahwa siswa telah baik dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya pada komponen kontekstual. Selain itu, siswa juga sudah aktifa dalam proses pembelajaran. Siswa secara mandiri bersama-sama kelompokknya berusaha melakukan percobaan, pengamatan,
lalu menyimpulkan sendiri hasil belajar
mereka. Dan
mengkomunikasikan di depan kelas. Keterampilan sosial siswa (masyarakat belajar) sudah mulai nampak ketika siswa dapat berhubungan baik dengan teman, guru, serta orang-orang yang ada di sekitarnya. Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses belajar (percobaan dan pengamatan) yaitu meliputi beberapa objek pengamatan yang merupakan
cara
penerapan
pendekatan
kontekstual
dalam
proses
pembelajaran. Hasil pengamatan kedua observer (Kepala Sekolah dan 1 Teman sejawat) kepada guru pada saat mendampingi proses belajar siswa siklus III pertemuan ke-1 dan 2 dapat dipaparkan sebagai berikut: a)
Secara keseluruhan guru sudah baik dala proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
b) Komponen
dalam
pendekatan
kontekstual
sudah
muncul
dan
dikembangkan kepada siswa dengan baik d) Guru telah membimbing siswa dalam proses konstruktivisme dan proses belajar dengan baik.
c) Hasil Wawancara Pada siklus III ini, masih sama seperti siklus I dan II wawancara difokuskan pada tiga orang siswa yaitu seorang siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang, dan terendah. Selain itu juga, pertanyaan pada wawancara ini masih sama seperti pada siklus II dan tindak lanjut dari hasil pengamatan. Hasil wawancara dengan ketiga responden yang mewakili kategori nilai baik, sedang, dan kurang dapat dibaca pada paparan berikut: (1) Ketiga siswa merasa senang dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru karena tidak membosankan (2) Siswa bisa belajar sendiri bersama teman-temannya (3) Siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran karena siswa dapat belajar sendiri melalui proses percobaan dan pengamatan (6) Menurut hasil wawancara dari ketiga siswa itu, mereka tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran karena sudah ada LKS sebagai petunjuk dan guru selalu memberikan bimbingan serta pengarahan kepada siswa. Serta muda dipahami oleh kelompok diskusi. (7) Kesan dan respon siswa secara keseluruhan baik terhadapan proses pembelajaran guru sangat menyenangkan siswa dapat bermain tetapi smabil belajar, serta siswa juga bisa belajar langsung dari lingkungan sekitar (8) Harapan siswa yaitu agar guru dalam menyampaikan materi lain atau mata pelajaran lain dengan metode-metode yang menarik dan tidak membosankan. Sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
3) Hasil Tes ( Hasil Belajar) Siklus III Hasil tes ini adalah hasil dari evaluasi siklus III yang dilaksanakan pada akhir siklus III. Hasil tes ini akan mengukur kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang mereka pelajari selama pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan
kontekstual.Dengan
hasil
tes
ini
dapat
tergambarkan kemamupan tiap siswa dalam menyerap materi atau konsep yang mereka pelajari. Hasil yang berasal dari tes evaluasi siklus III tentang bangun datar (trapesium dan lingkaran.), dapat dipaparkan pada tabel berikut : Tabel 4.38. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke-1 No
Nilai
Jumlah
Persentase
Kriteria
Keterangan
Rata-rata = 2565 31 =82,74 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
Siswa 1. 2. 3.
91-100 83-90 75-82
7 8 14
22,58% 25,81% 45,16%
Tuntas Tuntas Tuntas
4.
67-74
1
3,23%
5.
20-66
1
3,23%
Belum Tuntas Belum Tuntas
31
100%
Jumlah = 2565
Dari tabel 4.38 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 2 siswa atau 6,46%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 29 siswa atau 93,54%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM. Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke-2 No
Nilai
Jumlah
Persentase
Kriteria
Keterangan
Rata-rata = 2655 31 =85,65 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi
Siswa 1. 2. 3.
91-100 83-90 75-82
9 8 12
26,04% 25,80% 38,70%
Tuntas Tuntas Tuntas
4.
67-74
1
3,23%
Belum Tuntas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
5.
20-66
Jumlah = 2655
1
3,23%
31
100%
Belum Tuntas
KKM
Dari tabel 4.39 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 2 siswa atau 6,46%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 29 siswa atau 93,54%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.40. Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus III No
Nilai
Pertemuan Rata
Persen-
Keterangan
Rata-rata = 2610 31 = 84,19 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2 9 8 12
rata
tase
8 8 13
25,80% 25,80% 41,94%
Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
1. 2. 3.
86-96 75-85 64-74
1 7 8 14
4.
53-63
1
1
1
3,23%
5.
32-42
1
1
1
3,23%
31
31
31
100%
Jumlah = 2610
Kriteria
Dari tabel 4.38 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM (belum tuntas) sebanyak 2 siswa atau 6,46%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 29 siswa atau 93,54%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM. Pada siklus III ini, persentase ketuntasan belajar dan jumlah siswa juga mengalami kenaikan yang cukup bagus. Persentase dan kenaikan jumlah siswa ketuntasan belajar siklus III dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
Tabel 4.41. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III No
Nilai
Jumlah Siswa
Persen
Keterangan Belum Tuntas
1
0
74
2
6,44%
2
75
100
29
93,56%.
31
100%
Jumlah
Tuntas
Dari 4.41 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan memenuhi KKM berjumlah 29 anak siswa atau sekitar 93,56% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 2 siswa atau 6,44%. Apabila dibuat gambar diagram, dari tabel di atas maka dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
;0 Belum Tuntas, 6.54%
Tuntas, 93.46 %
Gambar 4.5. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III
d. Refleksi Siklus III Berdasarkan hasil pengamatan dari observer dan pengamatan peneliti pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas, secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sudah berjalan baik. Berdasarkan lembar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
pengamatan dan hasil wawancara terhadap siswa, sudah banyak siswa yang kelihatan senang, antusias, dan menunjukkan peningkatan aktifitas belajar dalam kegiatan pembelajaran serta lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran saat disampaikan dengan penerapan pendekatan kontekstual sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Serta siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih mudah dan menyenangkan. Kelebihan lain pada siklus III ini yaitu tahap-tahap pembelajaran dengan
menggunakan
pendekatan
pembelajaran
kontekstual
sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa. Pada tiap tahap pelaksanaan siklus yang meliputi 7 komponen pendekatan kontekstual antara lain: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan. masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya, telah dilaksanakan dengan baik. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus III juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II, ketuntasan belajar siswa pada siklus III dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.42 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III N o 1
Belum Tuntas
Tuntas
Tahap Siklus III
Ket Jmlh Siswa
Persentase
Jmlh Siswa
Persentase
2
6,44%
29
93,56%
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pelaksanaan tindakan siklus III ini telah dilaksanakan secara maksimal dan efektif serta dapat berhasil dengan baik. Karena secara umum siswa telah mencapai batas ketuntasan belajar yang telah ditentukan yaitu 75. Sedangkan hasil siklus III siswa yang telah tuntas dan di atas KKM sebanyak 29 anak atau sekitar 93,56%. Pada siklus III ini menurut observer secara umum guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan baik. Dan telah memperbaiki dan menghasilkan peningkatan proses dan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pada siklus sebelumnya. Dengan demikian pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini pada materi tentang sifat bangun datar (Trapesium dan lingkaran.) telah dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Karena telah sesuai dengan indikator-indikator kinerja yang telah direncanakan sebelumnya yaitu sebagai berikut:
(1) keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
sebanyak 75% siswa telah aktif, (2) respon siswa 75% telah menunjukkan gairah belajar dalam mengikuti proses pembelajaran, dan terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dan peningkatan hasil belajar matematika tentang sifat bangun datar (Trapesium dan lingkaran) yaitu 93,56% siswa mencapai nilai tuntas minimal (KKM).
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1.
Perbandingan Tes Awal dengan Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan tentang hasil belajar siklus I, maka perbandingan presentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes awal dengan tes siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.43. Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes Awal dengan Siklus I No
Tahap
Belum Tuntas Jmlh Siswa
1
Tes
Tuntas
Ket
Persentase
Jmlh Siswa
Persentase
25
80,65%
6
19,35%
18
58,06%
13
41,94%
Awal 2
Siklus I
Berdasarkan tabel 4.43 di atas dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara tes awal sebelum dilakukan tindakan dan hasil tes Matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V. Pada tes awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
yang telah tuntas atau memenuhi KKM hanya berjumlah 6 siswa atau sekitar 19,35%, setelah diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada akhir siklus I hasil belajarnya meningkat menjadi 41,94%
atau sekitar 13 siswa.
Sedangkan untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas pada tes awal adalah sebanyak 25 siswa atau sekitar 80,65%, pada siklus I setelah diterapkan pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau belum memenuhi KKM berkurang menjadi sebanyak 18 anak atau sekitar 58,06% Sehingga untuk perbandingan ketuntasan belajar siswa pada tes awal dan siklus I dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini: 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Belum tuntas Tuntas
Tes Awal
Siklus I
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes Awal dengan Siklus I
2. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Siklus II Untuk perbandingan persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes siklus I dengan tes siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.45 Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan BelajarSiklus I dengan Siklus II
No
Tahap
Belum Tuntas Jmlh Siswa Persentase
Tuntas Jmlh Siswa
Persentase
1
Siklus I
18
58,06%
13
41,94%
2
Siklus II
7
22,59%
24
77,41%
commit to user
Ket
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara siklus I dan hasil tes siklus II. Pada siklus I yang telah tuntas atau memenuhi KKM pada pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar hanya berjumlah 13 siswa atau sekitar 41,94%, setelah diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada akhir siklus II hasil belajarnya meningkat menjadi 77,41%
atau sekitar 24 siswa. Sedangkan
untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas pada siklus I adalah sebanyak 18 siswa atau sekitar 58,06%, pada siklus II setelah diterapkan pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau belum memenuhi KKM berkurang menjadi sebanyak 7 anak atau sekitar 22,59% Sehingga untuk perbandingan ketuntasan belajar siswa pada tes awal dan siklus I dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:
90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00%
Siklus I
40,00%
Siklus II
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 4.7 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II
3. Perbandingan Siklus II dengan Siklus III Untuk perbandingan persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes siklus II dengan tes siklus III dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
Tabel 4.45 Perbandingan Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus II dan Siklus III Belum Tuntas Tuntas No
Tahap
Jmlh Siswa
Persentase
Jmlh
Persentase
Ket
Siswa 1.
Siklus II
7
22,59%
24
77,41%
2.
Siklus
2
6,46%
29
93,54%
III
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pelaksanaan tindakan siklus III ini telah dilaksanakan secara maksimal dan efektif serta dapat berhasil dengan baik karena secara umum siswa telah mencapai batas ketuntasan belajar yang telah ditentukan yaitu 75. Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara siklus II dan hasil tes siklus III. Pada siklus II yang telah tuntas atau memenuhi KKM pada pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar berjumlah 24 siswa atau sekitar 77,41%, setelah diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada akhir siklus III hasil belajarnya meningkat menjadi 93,56% atau sekitar 29 siswa. Sedangkan untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas pada siklus II adalah sebanyak 7 siswa atau sekitar 22,59%, pada siklus III setelah diterapkan pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau belum memenuhi KKM berkurang menjadi sebanyak 2 anak atau sekitar 6,64%. Apabila dibuat gambar grafik, dari tabel di atas maka dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00%
Siklus II
40,00%
Siklus III
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Belum tuntas
Tuntas
Gambar 4.8 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar tes awal, siklusI, SiklusII, dan Siklus III
D. Pembahasan
Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama 3 siklus yang dilaksanakan sebanyak 8 (delapan) kali pertemuan, proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang
dilakukan
siswa
tentang
sifat-sifat
bangun
datar
mengalami
peningkatan. Adapun pembahasan hasil penelitian ini meliputi:
1)
Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Kontekstual dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Sifat-sifat datar pada Siswa Kelas V SDN 2 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen Penerapan pendekatan Kontekstual secara tepat dapat meningkatkan proses belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut: peneliti melaksanakan tindakan pada siklus I, II dan siklus III dengan menerapkan pendekatan Kontekstual pada mata pelajaran Matematika kelas V tentang sifat-sifat bangun datar. Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dengan menerapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
pendekatan Kontekstual yang di dalamnya terdapat 7 komponen Kontekstual yang akan dikembangkan. Proses belajar siswa meningkat secara baik karena peneliti telah menerapkan pendekatan Kontekstual secara tepat yaitu dengan menjalankan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Kontekstual dengan memperhatikan tahapan proses belajar enactive, iconic, dan symbolic yang di dalamnya terdapat pengembangan 7 komponen Kontekstual meliputi: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Langkah-langkah
pembelajaran
Kontekstual
secara
tepat
dapat
meningkatkan proses belajar siswa dengan memperhatikan: (1) menentukan materi dan masalah sebelum pembelajaran (penentuan materi dan masalah yang akan diselesaikan dalam pembelajaran), (2) komponen konstruktivisme (memberikan penanaman, pengarahan, dan motivasi kepada siswa bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka mengkonstruksi atau mendapatkan sendiri suatu pengetahuan atau konsep dengan pengalaman yang mereka dapat sendiri), (3) komponen bertanya (memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ataupun sebaliknya guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Untuk membangkitkan respon siswa), (4) komponen masyarakat belajar (menggerakkan siswa untuk membentuk kelompok dalam kelas. Pembentukan dilakukan secra merata oleh guru. Dengan tujuan akan terjalin dan berkembangnnya ketrampilan siswa dalam berkomunikasi, dalam kelas. Yaitu dari siswa - diskusi kelompok, siswa diskusi kelompok
diskusi kelas. Ataupun menjalin hubungan dengan orang-
orang yang berada di sekitar anak), (5) kompenen pemodelan (guru atau siswa ataupun guru bersama-sama siswa melakukan pemodelan misal dengan guru bersama siswa melakukan demonstrasi di depan kelas atau siswa melakukan, memberikan, dan memperagakan sesuatu di depan kelas), (6) komponen inkuiri (melakukan inkuiri dalam pembelajaran yaitu dengan siswa melakukan percobaan dan observasi untuk menemukan pengetahuan, informasi, dan konsep itu. Dilaksanakan di dalam ataupun di luar kelas), (7)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
komponen refleksi (mengajak siswa bersama-sama melakukan refleksi atau melihat kembali apa yang telah mereka pelajari sekilas), (8)
komponen
penilaian sebenarnya (melakukan penilaian sebenarnya yaitu guru menilai dari hasil pekerjaan siswa baik berupa hasil belajar siswa ataupun hasil karya siswa). Dan peningkatan
hasil proses belajar
siswa selama pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan Kontekstual dapat diuraikan sebagai berikut: untuk mengetahui peningkatan proses belajar siswa maka dilakukan pengamatan pada setiap kali pertemuan pada tiap siklus dilaksanakan. Observasi dilakukan oleh beberapa observer yang mengamati proses belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung, dapat digambarkan perubahan perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran sebagian besar siswa berkategori cukup baik yaitu belum semua siswa berantusias dengan pembelajaran karena belum terbiasa dengan pendekatan Kontekstual. Tetapi, siswa terlihat senang dengan pembelajaran guru, mereka terlihat lebih mandiri, dan terjalin komunikasi yang baik dengan kelompoknya. Walaupun, masih ada beberapa siswa yang bermain sendiri tetapi secara keseluruhan pembelajaran sudah cukup baik. Pada siklus I ini, siswa
masih
malu-malu
dan
canggung
untuk
bertanya
dan
mengkomunikasikan di depan kelas Proses belajar siswa secara keseluruhan sudah baik. Dari satu siklus ke siklus berikutnya telah mengalami perubahan. Perubahan sikap atau perilaku siswa
saat
mengikuti semua proses
pembelajaran
baik
pada saat
pembelajaran, percobaan, dan pengamatan. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hampir semua siswa berani untuk bertanya, mereka juga menjalin kerjasama yang baik dalam kelompok sehingga mereka dapat memecahkan dan menyelesaikan masalah dengan baik. Siswa juga dapat menyimpulkan sendiri ilmu yang mereka dapat bersama teman-temannya. Terlihat dari hasil pengamatan observer pada saat proses pembelajaran dan pada proses belajar (percobaan dan pengamatan) yang dilakukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
siswa, terlihat bahwa selama hasil observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa sudah aktif dalam setiap pertemuan dari siklus I samapai siklus III. Yaitu terbukti dengan rata-rata skor hasil observasi pada Siklus I pertemuan I 72,90 dari meningkat menjadi 77,10 pada pertemuan ke-2, dan 84,5 pada pertemuan ke-3. Setelah diadakan perbaiakan pada proses pembelajaran di siklus II meningkat menjadi 84,5 pada pertemuan pertama, menjadi 88,10 dan meningkat lagi pada pertemuan ke-3 menjadi rata-rata 90. Dari data itu, peneliti selalu memperbaiki proses pembelajaran dan dari kekurangan pada setiap pembelajaran. Pada siklus III siswa sudah hampir semua aktif dalam proses pembelajaran yaitu pada pertemuan ke-1 91,90. Berdasarkan data. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perilaku atau sikap siswa pada saat pembelajaran pada siklus I berkategori cukup baik. Siswa sudah cukup baik dalam proses pembelajaran saat guru menerapkan pendekatan kontekstual. Untuk siklus II diadakan 3 (tiga) kali pertemuan. Kenaikan dan perubahan yaitu rata-rata berkategori baik dalam mengikuti proses pembelajaran. Dan pada Siklus ke III juga siswa sudah aktif dan baik dalam proses pembelajaran. Hanya saja berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan mengganggu pembelajaran pada siklus I tetapi pada siklus yang ke-II siswa sudah menjadi aktif dalam pembelajaran. Observer tidak hanya mengamati perilaku siswa pada saat proses pembelajaran tetapi juga pada aspek atau pada saat siswa melakukan proses belajar di dalam maupun di luar kelas. Berdasarkan keterangan di atas maka hasil observasi terhadap proses belajar siswa khusunya (komponen pendekatan kontekstual) dapat digambarkan seperti grafik di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
30 25 20 Siklus I
15
Siklus II Siklus III
10 5 0 Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Hasil Observasi pada Proses belajar siswa (Komponen Pendekatan Kontekstual)
Berdasarkan grafik dan paparan di atas pengamatan tidak hanya difokuskan pada perilaku siswa saat proses pembelajaran saja. Tetapi observer juga melakukan pengamatan pada proses belajar siswa yaitu saat siswa melakukan proses percobaan dan pengamatan. Rata-rata skor siswa pada saat proses pembelajaran (melakukan percobaan dan pengamatan) siklus I yaitu pada saat pertemuan ke-1 rata-rata skornya 20,87 dengan kategori sebagian siswa cukup baik dalam proses pembelajaran dan untuk pertemuan yang ke-2 rata-rata skor siswa 21,90 berkategori baik dan menjadi 23,03 pada pertemuan ke-3. Sedangkan pada siklus ke-II rata-rata skornya 23,06 berkategori baik pada pertemuan yang ke-1 dan perubahan perilaku dan antusias serta keaktifan siswa pada pertemuan ke-2 naik menjadi 23,23 dan siswa mengalami perubahan keaktifan menjadi 23,68 pada pertemuan ke-3. Pada Siklus III peneliti melakukan perbaikan dari kekurangan yang terjadi pada siklus I dan II sehingga hasilnya dapat meningkat pada pertemuan ke-1 dari rata-rata 25,06 berkategori baik menjadi 25,23 pada pertemuan ke-2. Sehingga dengan proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
itu siswa diharapkan akan belajar lebih bermakna dan siswa akan lebih memahami pengetahuan atau materi yang disampaikan gurunya. Observasi tidak hanya dilakukan kepada siswa tetapi juga ke guru sebagai peneliti yang dilakukan oleh teman sejawat. Dari siklus I samapi siklus III, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mengalami pengingkatan menjadi sangat bagus. Guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik, materi yang disampaikan oleh guru dapat dimengerti guru, dalam menjelaskan langkah-langkah pengamatan dan percobaan guru sudah lebih lambat
dan
jelas.
Semua
komponen
pendekatan
kontekstual
dapat
dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan baik. Selain
itu,
berdasarkan
hasil
wawancara
dari
beberapa
siswa
menunjukkan bahwa siswa sangat senang dan lebih mudah paham saat guru mengajar dengan pendekatan Kontekstual. Siswa tidak merasa bosan dan menyenangkan. Berdasarkan hasil penilaian proses oleh observer, secara keseluruhan siswa sudah baik. Karena pembelajaran kontekstual dapat menghadirkan jalan terbaik untuk mencapai prestasi akademik yang unggul tetapi juga proses belajar dengan pembelajaran mandiri bagi siswa. Maka dengan harapan hasil belajar siswa akan meningkat dari pada sebelum diadakannya tindakan dan penerapan pendekatan kontekstual dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Sifat-sifat Bangun datar pada Siswa Kelas V SDN 2 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen Menurut Bahruddin dan Esa Nur Wahyuni
(2009: 37), hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Setelah dilaksanakannya tindakan melalui 3 (tiga) siklus selama 8 (kali) kali pertemuan hasil belajar siswa saat melaksanakan tes tertulis pada tes awal, tes siklus I, II dan tes siklus III mengalami peningkatan, walaupun ada beberapa siswa yang nilainya masih tetap bahkan ada beberapa siswa yang nilainya turun dari satu siklus ke siklus lainnya. Pada tes awal jumlah siswa yang belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
memenuhi KKM sebanyak 25 anak atau 80,65%, siswa yang tuntas hanya 6 anak atau sekitar 19,35% dengan rata-rata nilai 59,32 dan pada siklus I setelah diberikan perlakuan (guru menerapkan pendekatan kontekstual) rata-rata skor siswa menjadi 74,65, siswa yang belum tuntas sebanyak 18 anak atau sekitar 58,06%, siswa yang tuntas sebanyak 13 anak atau sekitar 41,94%, dan pada siklus II siswa yang tidak memenuhi KKM sebanyak hanya 7 siswa atau sekitar 22,59%, siswa tuntas sebanyak 24 anak atau sekitar 77,41% dengan rata-rata nilai 76,77.
Dan pada akhir siklus III yang dilaksanakan selama 2 kali
pertemuan rata-rata siswa meningkat menjadi 84,13, dengan siswa yang belum memenuhi KKM hanya 2 anak atau sekitar 6,44%, serta siswa yang tuntas sebanyak 29 anak atau sekitar 93,56%. Pada keterangan diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada setiap tindakan (siklus) mengalami peningkatan. Pada kondisi awal
jumlah nilai
secara keseluruhan, berjumlah 1805. Setelah diadakan tindakan pada sik lus I meningkat menjadi berjumlah 2314, pada siklus II menjadi 2380 dan pada siklus yang terakhir menjadi 2680. Rata-rata nilainya juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 58,23 menjadi 74,65 pada siklus I dan 76,77 pada siklus II, dan 85,13 pada siklus III. Jadi berdasarkan paparan-paparan di atas sesuai dengan pendapat Sugiyanto
(2008:
19-20),
bahwa
pembelajaran
kontekstual
adalah
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengalami dan bekerja mencari sendiri, bukan hanya transfer guru ke siswa. Sehingga pembelajaran itu akan lebih bermakna bagi siswa, tidak hanya melihat dari hasil belajar siswa saja tetapi juga pada peningkatan proses belajar siswa yang disertai dengan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik saat pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Dengan
penerapan
pendekatan
kontekstual
dalam
pembelajaran
matematika, sangat efektif dan baik bagi proses belajar siswa. Sehingga dengan pendekatan pembelajaran ini siswa akan menjadi lebih mandiri dan aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pemahaman terhadap materi pada siswa lebih meningkat sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
Sedangkan, masih adanya 2 (dua) siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM pada penelitian ini dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi. Setelah diadakannya pengamatan dan wawancara kepada anak itu, bahwa faktor internal yang mempengaruhi hasil belajarnya masih rendah karena rendahnya tingkat intelegensi anak itu dibuktikan dengan mereka berdua yang memiliki IQ di bawah rata-rata. Selain itu, untuk faktor eksternalnya adalah karena faktor lingkungan keluarga dan lingkungan bergaul anak yang tidak biak. Oleh karena itu, peneliti menganggap dengan adanya 2 (dua) siswa yang belum memenuhi KKM pada akhir siklus III ini tidak perlu diadakan tindak lanjut atau tidak perlu mengadakan siklus yang berikutnya. Karena untuk kedua siswa itu akan diadakan penangan secara khusus khusus agar proses belajar dan hasil belajarnya dapat lebih baik seperti temantemannya. Yaitu dengan memberikan bimbingan belajar secara khusus seperti: memberikan tambahan pelajaran bagi siswa yang belum mampu, mengadakan pendekatan secara individual, dan selalu memberikan motivasi kepada siswa tersebut, serta pendekatan pada keluarganya.
3) Kendala dan Solusi yang Dihadapi dalam Penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012 Setiap tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Kontekstual pasti terdapat beberapa kendala. Kendala tersebut merupakan suatu dampak dari adanya penelitian tindakan. Kendala pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Kontekstual juga relatif tergolong bukan suatu masalah yang besar, selama pada saat perencanaan semua dilakukan dengan persiapan yang baik dan mempertimabangkan dampak baik atau buruknya dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar serta kemampuan rata-rata peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
a. Kendala Penggunaan Pendekatan Kontekstual Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Kontekstual memiliki kendala sebagai berikut: 1) Dalam komponen Kontekstual (masyarakat belajar) siswa belum terbiasa mandiri. Banyak siswa yang masih suka mempercayakan pekerjaan kelompok kepada siswa yang dianggap paling bisa. 2) Dalam komponen bertanya, siswa masih malu-malu untuk bertanya. 3) Dalam melakukan proses inkuiri di luar kelas siswa sering asyik bermain sendiri. 4) Penggunaan media yang didemontrasikan olah guru terlalu kecil sehingga anak yang duduk di arisan paling belakang tidak bisa melihat dengan jelas. b. Cara Mengatasi Kendala Pada Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berikut adalah cara untuk mengatasi kendala yang muncul pada saat pembelajaran menggunakan pendekatan Kontekstual: 1) Pemberian tugas atau materi yang akan disampaikan hendaknya mudah dipahami, sehingga siswa akan mudah menangkap materi yang akan dibahas melalui pendekatan Kontekstual. 2) Dalam komponen kontektual (masyarakat belajar dan inkuiri), guru perlu memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. 3) Guru perlu menyediakan media yang besar sehingga dapat dilihat oleh siswa yang berada di urutan paling belakang khusunya pada saat siswa mengamati demontrasi yang dilakukan oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan secara tepat sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan 7 komponen kontekstual dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Dengan
menerapkan
pendekatan
kontekstual
dalam
pembelajaran
Matematika, dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang SifatSifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu siswa belum terbiasa mandiri, kurangnya media atau alat peraga yang berukuran lebih besar sehingga semua siswa dapat melihat, siswa merasa canggung untuk bertanya, dalam melakukan proses inkuiri di luar kelas siswa terkadang asyik bermain sendiri. Sedangkan solusi untuk masalah tersebut adalah Pemberian tugas atau materi yang akan disampaikan hendaknya mudah dipahami, guru perlu memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa, guru perlu menyediakan media yang besar sehingga dapat dilihat oleh siswa yang berada di urutan paling belakang khusunya pada saat siswa mengamati demontrasi yang dilakukan oleh guru.
B. Implikasi Hasil dari penelitian ini secara teoritis dan secara praktik perlu pembenahan. Kesimpulan ini secara teoritis dapat menggambarkan bahwa dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
melaksanakan pembelajaran matematika sebaiknya guru menerapkan pendekatan kontekstual. Sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa akan mencari dan belajar dengan mengalami secara langsung proses belajar yang disertai bimbingan guru sehingga dengan begitu siswa akan dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang mereka dapat ketika belajarmatematika dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar siswa sehingga pembelajaran akan lebih menarik, mudah dipahami, dan lebih bermakna bagi siswa. Secara praktis, penelitian ini dapatdijadikandasar dan salah satu pijakan bagi guru, terutama guru SD untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran, proses belajar dan hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran seperti ini akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Siswa akan bekerja dan mengalami sendiri dalam proses belajarnya bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa akan berlatih memecahkan masalah yang meraka hadapi, selain itu juga dapat mengembangkan keterampilan komunikasi siswa baik dengan teman-temannya, guru, dan masyarakat yang ada di sekitar mereka. Sehingga melalui pendekatan Kontekstual akan mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan, percobaan, inkuiri, dan pengalaman nyata yang dibangun oleh individu. Dengan demikian, hasil penelitian ini mempunyai implikasi
bahwa
dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran, proses belajar dan hasil belajar matematika.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini, ada beberapa saran sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
1. Untuk Guru a.
Penerapan pendekatan kontekstual dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, karena dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar.
b.
Pendekatan Kontekstual dapat dilakukan oleh semua guru, karena pendekatan kontekstual juga baik diterapkan pada mata pelajaran selain matematika.
2. Untuk Siswa a. Siswa dapat mengembangkan potensi siswa seperti kreativitas siswa, rasa ingin tahu siswa (bertanya), kemandirian siswa, kerja sama, dan keterampilan sosial siswa baik dengan teman, guru, maupun masyarakat. b. Sebaiknya siswa ikut berpartisipasi dan aktif setiap kegiatan dalam proses pembelajaran (melakukan pengamatan, kerja kelompok, mencari tahu, dan bertanya) agar lebih memahami materi yang disampaikan guru secara tidak langsung.
3. Untuk Sekolah a.
Pihak Sekolah hendaknya mengenalkan model-model pembelajaran dengan pendekatan yang lebih inovatif seperti pendekatan kontekstual dan lain-lain kepada guru, sehingga para guru dapat meningkatkan proses pembelajaran, proses belajar dan hasil belajar siswanya.
b.
Sebaiknya guru-guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dengan menyesuaikan mata pelajaran dan materinya dengan memperhatikan
langkah-langkah
pembelajaran
dengan
pendekatan
kontekstual. c.
Sekolah hendaknya selalu mendukung dan memfasilitasi guru dalam melaksanakan variasi dalam proses pembelajaran agar lebih inovatif agar dapat memperbaiki pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
4. Untuk Peneliti a. Sebaiknya peneliti lebih intensif dalam membimbing siswa pada saat proses inkuri (pengematan di luar kelas) karena siswa cenderung suka bermain. b. Dalam memberika tugas, sebaiknya perintah dan langkah-langkah pengerjaan harus jelas karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan dalam memahami perintah sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar: Jakarta. Rineka Cipta. Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Kelas V.Kebumen Disdikbud Fajar, A. (2005). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Ferdian. (2010). Pengertian Bangun Datar. http://bangundatar.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Desember 2010. Gunarsa, S D.(1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak.Jakarta: BPK Gunung Mulia Hadi.
(2011). Definisi Kualitas. Diaksestanggal 12 Januari 2012
http://definisikualitas.blog.com/html.
Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kurikulum Tingkat Satuan Pusat (KTSP). (2007). Kebumen. Disdikbud. Miles, Matthew B. & A. M. Huberman.(2007). Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Malang: PT Bumi Aksara. Moleong, L J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nadhirin.(2010).Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Kontekstual. http://nadhirin.blogspot.com.Diakses pada tanggal 28 Desember 2010. Nasution. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
Padmono. (2002). Evaluasi Pengajaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Riyani, C. (2006). KualitasPembelajaran.http://carapedia.com/html. Diaksestanggal 12 Januari 2012 Riyanto, Y. (2008). Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana Prenada Media Group. Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Bandung: PT Rajagrafindo Persada. Russeffendi. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud. Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suprijono, A. (2007). Cooperative teori dan Aplikasi PAIKEM.Jakarta: Rineka Cipta. Sudrajat, A. (2008). pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com . Diakses tanggal 15 Desember 2011 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumantri, M dan Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana. Supardi,dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Rajagrafindo Persada. Uno, H B & Kuadrat, M. (2009). MengelolaKecerdasandalamBelajar. Jakarta: Bumi Aksara. . (2008). Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Kebumen: FKIP UNS.
commit to user