1
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah ((arachis hypogaea L.) Pada Berbagai Pengolahan Tanah Dan Waktu Penyiangan Yang Berbeda Tahriji Sarlin, Faujan Zakaria, Wawan Pembengo ABSTRAK SARLIN TAHRIJI. NIM. 613409014. Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah (arachis hypogaea L.) Pada Berbagai Pengolahan Tanah Dan Waktu Penyiangan Yang Berbeda. Dibawah bimbingan Fauzan Zakaria sebagai pembimbing I dan Wawan Pembengo sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai pengolahan tanah,waktu penyiangan dan interaksi terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Botungobungo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, dimulai bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. Penelitian ini menggunakan metode rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dalam kelompok dari dua faktor yakni berbagai pengolahan tanah dan waktu penyiangan yang berbeda. berbagai Pengolahan tanah sebagai petak utama terdiri atas tiga taraf pengolahan tanah yakni kontrol (tanpa pengolahan tanah) , olah tanah 1 x dengan cangkul , olah tanah tanah 2 x dengan cangkul atau olah tanah sempurna. Waktu penyiangan ditempatkan sebagai anak petak yang terdiri dari 3 taraf waktu penyiangan yakni : kontrol (tanpa penyiangan) , disiangi 2 minggu setelah tanam , disiangi 4 minggu setelah tanam. Dengan demikian diperoleh sembilan kombinasi perlakuan, tiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sebagai kelompok sehingga seluruhnya terdapat 27 petak penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa berbagai pengolahan tanah berpengaruh nyata pada prosentase polong berisi yaitu pada olah tanah 2x dengan cangkul sebesar 84 % dan tidak berpengarh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot 100 biji kering dan hasil biji kering perpetak. Waktu penyiangan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun prosentase polong berisi, bobot 100 biji kering dan hasil biji kering perpetak. Interaksi antara macam pengolahan tanah dan waktu penyiangan tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, prosentase polong berisi, bobot 100 biji kering dan hasil biji kering perpetak. Kata kunci : pengolahan tanah, waktu penyiangan, kacang tanah.
2
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kacang tanah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebutuhan konsumsi dunia. Salah satu kacang yang telah dibudidayakan secara luas di indonesia adalah kacang tanah (Arachis hypogaea. L). Kacang tanah berasal dari benua Amerika dan telah dibudidayakan oleh bangsa Indian Maya dan Inca sejak abad ke - 15. Lahan pertanian di Gorontalo Utara seebagian besar digunakan oleh masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai lahan sawah dan ladang, dengan tanaman utama padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Walaupun distribusi lahan yang ada dikabupaten Gorontalo Utara hanya sebesar 22,30 % atau seluas 367 ha untuk tanaman kacang tanah, akan tetapi kemauan masyarakat untuk membudidayakan tanaman kacang tanah sangat tinggi sehingga budidaya tanamann kacang tanah didaerah ini sangat potensial. Budidaya kacang tanah tidak luput dari sistem pengolahan tanah, pengolahan tanah pada setiap daerah berbeda-beda seperti halnya di daerah Gorontalo Utara yang cenderung menggunakan alat pengolahan tanah secara tradisional, yakni masih menggunakan cangkul dan bajak sapi dibandingkan dengan menggunakan bajak traktor (hand tractor). Pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah secara sempurna dapat menyebabkan terbentuknya struktur primer sehingga tanah menjadi padat dan terhambatnya pertumbuhan akar dan meningkatkan kehilangan bahan organik karena tanah lebih mudah tererosi (Rosalyne , 2010). Menurunnya kadar air tanah, menurunnya kandungan fauna tanah yang sangat berguna bagi proses biologi tanah dan pada akhirnya menurunkan kesuburan tanah (Rosalyne 2010). Penyiangan dua kali, 2 dan 4 MST secara nyata dapat meningkatkan pertumbuhan kacang bogor dengan hasil biji kering per petak sebesar 1559,37 gram (Turmudi dan Suprijono, 2003). Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh selalu dicabut, disiangi, dan bahkan dibakar. Sebenarnya bila dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan meningkatkan produktivitas lahan. Tujuan 1. Uuntuk mengetahui berbagai pengolahan tanah tertentu berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. 1. Untuk mengetahui waktu penyiangan tertentu berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. 2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara berbagai pengolahan tanah dan waktu penyiangan yang berbeda pada kombinasi tertentu akan berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah.
3
METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Botungobungo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2013. Ketinggian tempat berada pada 0 - 1800 meter dari permukaan laut dengan tipe hujan rata-rata bulanan minimum adalah 32.77 mm terjadi pada bulan September dan maksimum terjadi pada bulan mei. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas kancil, pupuk Ponska, dan herbisida Supremo. Alat-alat yang digunakan pada penelitian yaitu cangkul, meteran, tugal, hand sprayer, papan sampel perlakuan, tali rapia, timbangan, kamera (dokumentasi) kalkulator dan alat tulis menulis. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah dalam kelompok, dari 2 faktor yakni berbagai pengolahan tanah dan waktu penyiangan yang berbeda tanaman kacang tanah. Pengolahan tanah sebagai petak utama yang terdiri atas 3 taraf pengolahan tanah yakni : T0 = Kontrol (Tanpa olah tanah) T1 = Olah tanah 1 x dengan cangkul T2 = Olah tanah 2 x dengan cangkul Waktu penyiangan ditempatkan sebagai anak petak yang terdiri dari 3 taraf waktu penyiangan yakni : W0 = Kontrol ( Tanpa penyiangan) W1 = Disiangi 2 minggu setelah tanam W2 = Disiangi 4 minggu setelah tanam. Tiap kombinasi perlakuan di ulang 3 kali sebagai kelompok, sehingga seluruhnya terdapat 27 satuan atau petak penelitian yang berukuran 3.5 m x 3 m. Prosedur Penelitian 1. Pengolahan tanah Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pebersihan gulma dan pengolahan tanah untuk menentukan letak percobaan yang akan digunakan untuk menanam kacang tanah. Pengolahan tanah yang dilakukan ada tiga macam yakni tanpa olah tanah, pengolahan tanah 1 kali dengan cangkul dan pengolahan tanah 2 kali dengan cangkul. Untuk pengolahan tanah, tanpa olah tanah yaitu hanya dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman, untuk pengolahan tanah 1 kali dengan cangkul, tanah dicangkul 1 kali pada seluruh lahan dan sisa tanaman atau gulma di biarkan berada di lahan, sedangkan untuk pengolahan tanah 2 kali dengan cangkul, tanah di cangkul 2 kali pada seluruh lahan dengan pembalikan satu kali dan pengemburan satu kali dan sisa gulma atau tanaman dibersihkan dari lahan sehingga keadaan lahan menjadi bersih. Setelah pengolahan tanah dibuatlah petak
4
penelitian yang berukuran 3.5 m x 3 m yang seluruhnya terdapat 27 satuan atau petak penelitian. 1. Penanaman Pertama-tama dalam tiap petakan dibuat lubang tanam sedalam ± 3 cm dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm serta ditanam benih 1 biji/lubang dengan cara di tugal. Bersamaan dengan waktu penanaman diberikan pupuk secara larikan bedampingan dengan letak lubang tanam. 2. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan terhadap gulma dan hama penyakit. Penyiangan gulma dilakukan mulai 2 minggu setelah tanam (MST), 4 minggu setelah tanam (MST) Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida sebanyak 2 kali dalam seminggu dimulai dari minggu ketiga sampai tanaman berumur 10 minggu setelah tanam (MST). Parameter Yang di Amati 1. Tinggi tanaman di ukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh (ujung batang) diamati pada umur 2,4,6,8 dan saat panen serta dinyatakan dalam centi meter (cm) 2. Jumlah daun ; di hitung dari semua jumlah daun yang terbentuk di amati pada umur 2,4,6, 8 dan saat panen serta dinyatakan dalam satuan helai. 3. Bobot 100 biji kering; di hitung dari 100 biji kering serta dinyatakan dalam satuan gram (g) 4. persentase polong berisi di hitung dari semua polong yang terbentuk diamati saat panen serta dinyatakan dalam satuan persen (%) 5. Hasil polong kering perpetak dan konpersinya kedalam ton per hektar (ton/ha). 6. NJD Gulma; Gulma yang tumbuh di areal pertanaman kacang tanah di amati dengan melakukan pengambilan sampel sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Selanjutnya populasi dan jenis gulma yang di peroleh di hitung berdasarkan perhitungan nilai NJD (Nisbah Jumlah Dominansi) dengan rumus yang di kembangkan oleh (Pandia 2011) sebagai berikut: Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu spesies tertentu dalam petak KM spesies tertentu Kerapatan Relatif(KR) = x 100 % Jumlah KM Seluruh Spesies Frekuensi Mutlak (FM) = Jumlah Petak yang memiliki spesies tertentu Frekuensi Relatif(FR) = x 100 % KR + FR NJD = 2 Analisis data Data hasil penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis of variance (ANOVA). Jika F hitung lebih besar dari F table maka akan dilakukan uji lanjut BNT (beda nyata terkecil pada taraf uji 5%)
5
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nisbah Jumlah Dominansi Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan waktu panen terdapat berbagai jenis gulma pada tanaman kacang tanah. Gulma yang tumbuh sebelum penyiangan dan saat panen didominasi oleh C. rotundus, A. houstonianum dan C. Hirta. . Tabel 1. Nisbah Jumlah Dominansi JENIS GULMA
Cyperus rotundus hyptis suaveolens Mimosa invisa Phyllanthus Niruri Axonopus compressus Digitaria sanguinalis Clidemia hirta ageratum houstonianum euphorbia hirta Amaranthus spinosus physalis angulata malvastrum coromandelianum
SAAT PANEN
14 HST
28 HST
80,76
8,91
58,69
83,11 41,45 82,62 68,07 55,73 52,08 94,44 59,60 89,15 85,91 93,46
15,35 19,10 84,72 28,72 37,72 41,16 56,59 51,68 59,08 62,95 68,29
47,63 43,23 58,22 43,64 58,26 40,80 55,20 20,95 45,27 30,38 27,30
Keterangan : NJD = Nisbah Jumlah Dominansi;
Dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis-jenis gulma yang tumbuh sebelum penyiangan 14 HST didominasi oleh A. houstonianum (NJD = 94,44 %), M. coromandelianum (NJD = 93,46 %), A. spinosus (NJD = 89,15 %), P. angulata (NJD = 85,91%), H. suaveolens ( NJD = 83,11 %), P. Niruri (NJD = 82,62%), dan C. rotundus (NJD = 80,76 %). Urutan dominasi ini mengalami pergeseran baik populasi jenis gulma maupun persentase dominannya berdasarkan identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan 28 HST dan bersamaan dengan waktu panen. Dimana sebelum penyiangan 28 HST didominasi oleh P. Niruri (NJD = 84,72 %), M. coromandelianum (NJD = 68,29 %), P. angulata (NJD = 62,95 %), A. spinosus (NJD = 59,08 %), dan A. houstonianum (NJD = 56,59 %), E. hirta (NJD = 51,68 %). Sedangkan hasil identifikasi yang dilakukan bersamaan dengan waktu panen didominasi oleh C. rotundus (NJD = 58,69 %), D. sanguinalis (NJD = 58,26 %), A. houstonianum (NJD = 55,20 %), H. suaveolens (NJD = 47,63 %), dan A. spinosus (NJD = 45,27 %). Sejalan dengan pertumbuhan kacang tanah, kondisi gulma pada areal tanaman kacang tanah mengalami perubahan yang cukup signifikan. M. coromandelianum (NJD = 93,46 %), yang lebih dominan dari P. Niruri (NJD = 82,62%) pada identifikasi sebelum dilakukan penyiangan mengalami pergeseran dengan bertambah banyaknya jenis gulma P. Niruri (NJD = 84,72%). Pergeseran juga terjadi pada C. rotundus yang mengalami
6
penurunan persentase dominannya meskipun gulma ini lebih mendominasi gulma lain. Hal ini disebabkan karena adanya kompetisi dengan tanaman kacang tanah maupun dengan gulma lain terhadap ruang tumbuh, penyerapan nutrisi dan sinar matahari. Dalam kondisi persaingan tersebut, beberapa gulma lain tidak mampu bertahan hidup sedangkan gulma lainnya yang dominan tetap tumbuh. Pada identifikasi yang dilakukan sebelum dilaksanakan penyiangan sampai pada saat panen menunjukkan bahwa gulma yang tumbuh didominasi oleh A. Houstonianum, P. Niruri, C. hirta di ikuti dengan C. rotundus (golongan teki). Gulma ini termasuk salah satu golongan teki yang hampir selalu ada di sekitar tanaman budidaya termasuk kacang tanah karena penyebarannya yang luas. Hal ini disebabkan karena C. rotundus merupakan gulma tahunan (perennial) yang menghasilkan bunga, buah dan biji lebih dari sekali dalam setahun . Gulma ini menyelesaikan siklus hidupnya bertahun-tahun. Tumbuhan perennial ialah kompetitor kuat, karena pembentukan akar yang luas dibanding tumbuhan annual dan biennial. 4.2. Tinggi Tanaman kacang tanah pada umur 2,4,6,8 MST dan saat panen Hasil pengamatan tinggi tanaman pada umur 2,4,6,8 MST, saat panen dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 3a sampai dengan 3e. Sidik ragam menunjukan bahwa pengolahan tanah, waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap komponen tinggi tanaman kacang tanah. Tabel 2. Rekapitulasi rata – rata tinggi tanaman (cm) pada umur 2,4,6,8 MST dan saat panen pada berbagai perlakuan pengolahan tanah dan waktu penyiangan. Tinggi tanaman (cm) Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Panen Pengolahan Tanah 28,96 Kontrol (Tot) tn tn tn 6,84 17,76 33,27 tn 37,65 tn Olah 1 x dengan 30,10 7,04 tn 18,17 tn 33,10 tn 37,98 tn tn Cangkul Olah 2 x dengan 63,29 15,55 tn 38,03 tn 70,73 tn 83,46 tn tn cangkul BNT 5 % Waktu Penyiangan Kontrol (tanpa 12,53 tn 31,39 tn 51,78 tn 57,93 tn 67,65 tn penyiangan) 7,09 tn 17,92 tn 29,79 tn 33,47 tn 38,39 tn disiangi 14 HST disiangi 28 HST
6,76 tn
19,11 tn
30,96 tn
33,88 tn
BNT 5 %
-
-
-
-
Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
38,47 tn menunjukan
7
Rata – rata tinggi tanaman kacang tanah pada umur 2,4,6,8 MST dan saat panen dan di sajikan pada tabel 2 diatas. Tabel 2 menunjukan rata – rata tinggi tanaman pada umur 2 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 15,55 cm dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 12,53 cm. Tinggi tanaman pada umur 4 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 38,03 cm dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 31,39 cm. Tinggi tanaman pada umur 6 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 63,29 cm dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 51,78 cm. Tinggi tanman pada umur 8 MST dan saat panen tertinggi diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 70,73 cm dan 83,46 cm dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 57,93 cm dan 67,65 cm. Hal ini disebabkan oleh faktor hujan dan penerimaan cahaya tidak efektif sehingga berbagai pengolahan tanah dan waktu penyiangan tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, walaupun tidak berbeda nyata menurut statistik akan tetapi olah tanah 2 x dengan cangkul lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah 1 x dengan cangkul dan tanpa olah tanah. Sedangkan waktu penyiangan didominasi oleh kontrol tanpa penyiangan yang mana kacang tanah lebih tinggi dibandingkan dengan yang disiangi 14 HST dan 28 HST ini di karenakan kacang tanah tumbuh bersama gulma sehingga tidak mudah roboh. Jumlah Daun Tanaman kacang tanah pada umur 2,4,6,8 MST dan saat panen Hasil pengamatan jumlah daun pada umur 2,4,6,8 MST, saat panen dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 4a sampai dengan 4e. Sidik ragam menunjukan bahwa pengolahan tanah, waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap komponen jumlah daun tanaman kacang tanah. Tabel 3. Rekapitulasi rata – rata jumlah daun (helai) pada umur 2,4,6,8 MST dan saat panen pada berbagai perlakuan pengolahan tanah dan waktu penyiangan. Jumlah Daun (helai) Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Panen Pengolahan Tanah Kontrol (Tot) 31,77 tn 31,92 tn 30,73 tn 35,60 tn 38,50 tn Olah 1 x dengan 25,06 tn 26,56 tn 25,56 tn 34,17 tn 38,73 tn cangkul Olah 2 x dengan 83,77 tn 88,27 tn 91,17 tn 119,58 tn 135,35 tn cangkul BNT 5 % Waktu Penyiangan Kontrol (tanpa penyiangan) 65,53 tn 68,79 tn 70,24 tn 90,75 tn 101,40 tn tn tn tn tn disiangi 14 HST 28,21 29,04 28,07 35,49 40,32 tn disiangi 28 HST 27,63 tn 29,25 tn 27,24 tn 35,00 tn 40,74 tn BNT 5 % -
8
Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
menunjukan
Rata – rata jumlah daun tanaman kacang tanah pada umur 2,4,6,8 MST dan saat panen di sajikan pada tabel 3 diatas. Tabel 3 menunjukan rata – rata jumlah daun pada umur 2 MST terbanyak diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 83,77 dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 65,53. Jumlah daun pada umur 4 MST terbanyak diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 88,27 dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 68,79. Jumlah daun pada umur 6 MST terbanyak diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 91,17 dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 70,24. Jumlah daun pada umur 8 MST dan saat panen terbanyak diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 119,58 dan 135,35 dan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 90,75 dan 101,40. Hal ini disebabkan oleh faktor hujan dan penerimaan cahaya tidak efektif serta banyaknya air yag diserap tanaman terlalu banyak dapat membuat daun kacang tanah berguguran sehingga berbagai pengolahan tanah dan waktu penyiangan tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun tanaman kacang tanah, walaupun tidak berbeda nyata menurut statistik akan tetapi olah tanah 2 x dengan cangkul lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah 1 x dengan cangkul dan tanpa olah tanah. Sedangkan waktu penyiangan didominasi oleh kontrol tanpa penyiangan yang mana kacang tanah lebih tinggi dibandingkan dengan yang disiangi 14 HST dan 28 HST ini di karenakan kacang tanah tumbuh bersama gulma serta tanah yang tidak gembur sehingga air yang masuk dalam tanah pun sedikit. Presentase Polong Berisi Hasil pengamatan prosentase polong berisi dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 5. Sidik ragam menunjukan bahwa pengolahan tanah memberikan pengaruh nyata terhadap komponen prosentase polong berisi. Tabel 4. Rekapitulasi rata – rata prosentase polong berisi pada berbagai perlakuan pengolahan tanah dan waktu penyiangan. Perlakuan Pengolahan Tanah Kontrol (Tot) Olah 1 x dengan Cangkul Olah 2 x dengan Cangkul (olah sempurna) BNT 5 % Waktu Penyiangan Kontrol (tanpa penyiangan)
Presentase Polong Berisi (%) 75,83a 83,17a 83,50b 6,72 79,44 tn
disiangi 14 HST
82,22 tn
disiangi 28 HST
78,89 tn
Keterangan : angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
9
Rata – rata prosentase polong berisi saat panen dan hasil uji BNT 5 % disajikan pada tabel 4 diatas. Tabel 4 menunjukan rata – rata prosentase polong berisi tertinggi diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 83,50 % dan perlakuan disiangi 14 HST yaitu 82,22 %. Prosentase polong berisi terendah diperoleh pada perlakuan tanpa olah tanah yaitu 75,83 % dan perlakuan tanpa disiangi yaitu 79,44 %. Hal ini disebabkan olah tanah 2 x dengan cangkul atau olah tanah sempurna tanaman sangat efisien untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah khususnya pada presentase polong berisi, dengan meningkatnya jumlah pori makro, aerasi menjadi lebih baik dan merangsang pertumbuhan serta perkembangan akar sehingga tanaman dapat menyerap hara dan air dalam jumlah yang cukup. Pengolahan tanah sempurna yaitu diolah dua kali dengan pembalikan satu dan pengemburan satu kali dapat meningkatkan luas daun, bobot kering tanaman, bobot 100 biji kering dan pembuangaan (Cibro, 2008). Bobot 100 Biji Kering Hasil pengamatan bobot 100 biji kering dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 6. Sidik ragam menunjukan bahwa pengolahan tanah, waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap komponen bobot 100 biji kering. Tabel 5. Rekapitulasi rata – rata bobot 100 biji kering pada berbagai perlakuan pengolahan tanah dan waktu penyiangan. Perlakuan
Bobot 100 biji kering (g)
Pengolahan Tanah Kontrol (Tot) Olah 1 x dengan Cangkul Olah 2 x dengan Cangkul
25,17 tn 28,50 tn 31,33 tn
Waktu Penyiangan Kontrol (tanpa penyiangan) disiangi 14 HST disiangi 28 HST
27,89 tn 28,78 tn 28,67 tn
Keterangan : tn = tidak
nyata
Rata – rata bobot 100 biji kering di sajikan pada tabel 5 diatas. Tabel 5 menunjukan rata – rata bobot 100 biji kering tertinggi diperoleh pada perlakuan olah tanah 2 x dengan cangkul yaitu 31,33 gram dan perlakuan disiangi 14 HST yaitu 28,78 gram. Bobot 100 biji kering terendah diperoleh pada perlakuan tanpa olah tanah yaitu 25,17 gram dan perlakuan tanpa disiangi yaitu 27,89 gram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya air yang di serap oleh tanaman dari awal penanaman sampai masa pembungaan dan saat panen sehingga sangat berpengaruh pada peningkatan jumlah polong khususnya untuk bobot 100 biji kering, serta terjadinya kompetisi pengambilan unsur hara antara tanaman kacang
10
tanah dengan gulma yang tumbuh di areal pertanaman ataupun sedikitnya gulma yang tumbuh pada areal pertanaman kacang tanah sehingga tidak memberikan pengaruh nyata pada bobot 100 biji kering Hasil Biji Kering Per Petak Hasil pengamatan hasil biji kering perpetak dan sidik ragamnya di sajikan pada Lampiran 7. Sidik ragam menunjukan bahwa pengolahan tanah, waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap komponen hasil biji kering per petak. Tabel 6. Rekapitulasi rata – rata hasil biji kering per petak pada berbagai perlakuanpengolahan tanah dan waktu penyiangan. Perlakuan Pengolahan Tanah Kontrol (Tot) Olah 1 x dengan Cangkul Olah 2 x dengan Cangkul(olah sempurna) Waktu Penyiangan Kontrol (tanpa penyiangan) disiangi 14 HST disiangi 28 HST
Hasil biji kering per petak (g) 33,83 tn 44,67 tn 40,67 tn 36,22 tn 43,22 tn 37,22 tn
Keterangan : tn = tidak nyata
Rata – rata hasil biji kering per petak di sajikan pada tabel 6 diatas. Tabel 6 menunjukan rata – rata hasil biji kering per petak tertinggi diperoleh pada perlakuan olah tanah1 x cangkul yaitu 44,67 gram dan perlakuan disiangi 14 HST yaitu 43,22 gram. Hasil biji kering perpetak terendah diperoleh pada perlakuan tanpa olah tanah yaitu 33,83 gram dan perlakuan tanpa disiangi yaitu 36,22 gram. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan pada masa pertumbuhan sampai saat panen yang mana pada saat pembungaan kacang tanah banyak bunga kacang tanah berguguran karena air hujan dan karena kadar air yang ada didalam tanah terlalu banyak sehingga dapat menganggu proses pembentukan polong. Intensitas cahaya matahari yang rendah saat pembentukan ginofor sangat mempengaruh jumlah ginofor. Penyiangan tidak memberikan pengaruh nyata pada hasil biji kering hal Ini di duga kurangnya unsur hara yang ada didalam tanah serta adanya kompetisi antara satu sama lain tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara
11
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengolahan tanah tidak memberikan pengaruh pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot 100 biji kering dan hasil biji kering perpetak, pengolahan tanah dengan perlakuan dua kali dengan cangkul memberikan pengaruh lebih baik terhadap presentase polong berisi yaitu 83,50 % . 2. Waktu penyiangan tidak memberikan pengaruh pada semua komponen pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah 3. Tidak terdapat interaksi pengolahan tanah dan waktu penyiangan Terhadap semua komponen pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengolahan tanah dan waktu penyiangan yang tepat guna untuk peningkatan produktivitas kacang tanah yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA BPS, 2010. Gororontalo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Tanaman Padi dan Palawija Provinsi Gorontalo. Burdiyono, M. 2012. Pemanfaatan serasah tebu sebagai mulsa terhadap pemadatan tanah akibat lintasan roda traktor pada PG. Takalar. Skripsi. Fakultas pertanian.Universitas Hasanudin. Makasar. Cibro, A. 2008. Respon beberapa varietas kacang tanah (arachis hypogaea l.) Terhadap pemakaian mikoriza Pada berbagai cara pengolahan tanah. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan. Fachruddin, L. 2000. Budidaya kacang-kacangan. Kanisius yogyakarta Haryatun, 2008. Teknik identifikasi jenis gulma dominan dan status ketersedlaan hara nitrogen, fosfor, dan kalium beberapa jenis gulma di lahan rawa lebak. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1, 2008. Mas’uda, S. 2008. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Kapasitas Source-Sink Pada Delapan Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)Skipsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Monandir, J. 1993. Ilmu gulma dalam sistem pertanian. Jakarta P.T Raja Grapindo Persada. Murrinie, E. D. 2004. Kajian Variasi Populasi Jagung dan Penyiangan dalam Sistem Tumpanggilir dengan Kacang Tanah. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
12
Murrinie, E. D. 2010. Analisis pertumbuhan tanaman kacang tanah dan Pergeseran komposisi gulma pada frekuensi Penyiangan dan jarak tanam yang berbeda. Fakultas Pertanian. Universitas Muria Kudus. Oentari.P.A, 2008. Pengaruh Pupuk Kalium Terhadap Kapasitas Source Sink Pada Enam Varietas Kacang tanah (Arachis hypogaea L.)Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pandia, A. J, 2011. Aplikasi herbisida dalam persiapan lahan dan frekuensi pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (jea mays L.) Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ratnapuri, I. 2008. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Lima Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rosalyne, 2010.Pengaruh pengolahan tanah terhadap keragaman dan kelimpahan gulma serta pertumbuhan dan produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda. Tesis. Fakultas pertanian.Universitas Sumatra Utara. Medan Simamora, L. 2006. Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung(zea mays. L)varietas dk3. Skripsi. Fakultas pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan. y Sufariandini, S. T, 1999. Pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai(Glicyne max. L) yang ditanam di Gawangan karet TBM-3 pada dua sistem pengolahan tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suprapto H.S, 2004. Bertanam kacang tanah. Penebar swadaya. Triyono, K. 2007. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan mulsa terhadap konservasi sumber daya tanah. Jurnal inovasi pertanian Vol. 6, No, 1. Turmudi, E, dan Eko Suprijono. 2003. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor pada berbagai tingkat kerapatan tanam dan frekuensi penyiangan. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.