ABSTRAK MISWANTO, NIM : 108121011 Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Harga Diri (Self Esteem) Siswa di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.2012. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap harga diri (self esteem) siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 1 Batang Kuis”?. Penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap harga diri (self esteem) siswa kelas XI IPS2 di SMA Negeri 1 Batang Kuis”. Penelitina ini dilaksanakan pada bulan pertengahan Juni sampai dengan pertengahan Agustus 2012. tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bantang Kuis. Jalan Pancasila, Kecamanatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Populasi adalah keseluruhan siswa kelas XI IPS2 yang berjumlah 38 siswa. Sample penelitian ini berjumlah 10 siswa yang mempunyai harga diri (self esteem) rendah yang ditentukan secara purposive sampling (penarikan sampel secara sengaja) atau rekomendasi data dari guru BK (konselor). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket Harga diri (self esteem). Angket di uji coba harga diri (self esteem) sebanyak 54 butir pertanyaan yang diberikan kepada seluruh siswa kelas IX IPS2 yang berjumlah 38 siswa. Angket harga diri (self esteem) yang valid sebanyak 30 butir pertanyaan yang akan diberikan kepada 10 siswa yang mendapatkan perlakuan (Bimbingan Kleompok). Teknik analisis data menggunakan uji beda (uji t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan harga diri (self esteem) yang rendah dengan pemberian layanan bimbingan kelompok di peroleh nilai rata-rata Pre-test = 81,9 dan Standard Deviasi (SD) = 7,20 sedangkan nilai rata-rata Post-test = 102,1 dan Standard Deviasi (SD) = 6,54 dengan demikian pemberian layanan bimbingan kelompok terhadap harga diri (self esteem) siswa dapat mengubah harga diri (self esteem) yang lebih baik. Dari hasil hipotesis dengan harga t tabel pada N-1 = N-10 pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh sebesar 1,83, maka t hitung > ttabel = (11,41 > 1,83) tersebut dikatakan Ha diterima dan Ho ditolak dapat dinyatakan bahwa “ Ada pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan kelompok terhadap harga diri (self esteem) siswa kelas IX IPS2 Di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompok mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga diri (self esteem) siswa kelas IX IPS 2 Di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013
A. Latarbelakang Masalah Didalam dunia pendidikan saat ini terjadi kesadaran akan pentingnya penerimaan atas diri. Salah satunya adalah menghargai diri sendiri. Dalam hidup ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan atau kekurangan seperti : kesalahan dalam berbicara, dalam bertingkah laku dan sebagainya, yang membuat kecewa dan menjadikan kita kurang menghargai diri sendiri. Berkaitan dengan pemikiran di atas tampak bahwa pendidikan akan pentingnya membentuk martabat dan harga diri tinggi yang sesuai dengan tuntutan lingkungan disekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gea dkk (2003:106) bahwa “suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak membiarkan diri siswa itu terlantar dan menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain”.
Ini menjelaskan bagaimana siswa bersikap untuk
menghormati dan menjaga diri sendiri, agar siswa tidak terlantar dan menjadi beban teman sebayanya. Terpenuhinya kebutuhan harga diri pada siswa akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa mampu dan perasaan berguna. Sebaliknya, terhambatnya pemenuhan kebutuhan akan harga diri itu akan menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu dan rasa tak berguna yang menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keraguan dan keputusasaan dalam menghadapi tuntutan-tuntutan hidupnya serta memiliki penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam kaitanya dengan orang lain. Pembentukan harga diri remaja terjadi dalam konteks social yang meliputi kelompok teman sebaya, keluarga, masyarakat setempat siswa itu hidup, maka dalam proses pembentukannya remaja akan selalu bersinggungan dengan situasi-situasi social yang tentu saja mengharuskan remaja untuk menghargai dirinya, dengan menghargai dirinya, remaja dapat mengenal, memahami dan menerima dirinya sendiri serta lingkungannya. Namun pada kenyataannya ketika penulis melakukan observasi di SMA Negeri 1 Batang Kuis penulis sering menemukan masalah harga diri yang rendah pada diri siswa di sekolah yang ditampilkan dalam bentuk perilaku seperti: rendah diri, rasa
tak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu dan rasa tak berguna yang menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keraguan dan keputusasaan. Layanan bimbingan kelompok diperkirakan sangat tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling untuk diberikan kepada siswa yang memiliki perilaku harga diri yang masih rendah, baik itu di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat oleh Sukardi dan Kusmawati (2008:10), bahwa layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Dengan layanan bimbingan kelompok ini, siswa diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya khususnya masalah didalam dirinya yaitu harga diri. Berdasarkan masalah di atas maka penulis merasa penting untuk menjadikan masalah ini suatu penelitian ilmiah dengan menetapkan judul “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Kelas XI Di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah Didalam lingkungan pendidikan terutama di sekolah sangat banyak siswa yang mengalami masalah yaitu, melanggar peraturan sekolah seperti cabut, datang terlambat, tidak memakai simbol, berkelahi, tidak mengerjakan PR, harga diri (self esteem), tidak percaya diri, konsep diri, mencontek, tauran, merasa di asingkan dengan teman-temannya, melawan guru, mudah bosen dengan pelajaran, merokok, masalah keluarga, masalah ekonomi, motivasi, kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan otak/ intelektual (IQ), kecerdasan fisik (PQ), prestasi yang diraih, komunikasi, pemilihan jurusan (karier), gaya belajar, etika pergaulan, kecerdasan spritual (SQ), jarak tempuh rumah dengan sekolah, gaya belajar guru, udara, dan dan kurangnya bimbingan kelompok disekolah. Namun jika dikaji lebih dalam masih banyak faktor luar yang mempengaruhinya. Berdasarkan latar belakang masalah seperti diuraikan di atas, maka peneliti penting untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Layanan Bimbingan
Kelompok Untuk Meningkatkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013”.
C. Batasan Masalah Disebabkan berbagai keterbatasan yang dimiliki, baik waktu, dana, wawasan yang peneliti punyai serta untuk menghindari kesimpang-siuran dalam penelitian ini, maka penulis hanya membatasi permasalahan mengenai “Pengaruh layanan bimbingan kelompok dan harga diri siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis”.
D. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap harga diri (Self Esteem) siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis tahun ajaran 2012/2013 ?
E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap harga diri (Self Esteem) siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis tahun ajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang membacanya,
1. Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok termasuk menumbuhkan atau memperkembangkan suatu kelompok, misalnya membina suatu kerumunan menjadi suatu kelompok atau membina suatu kelompok yang tadinya kecil tidak mantap menjadi kelompok yang besar, kuat dan mantap. Dalam hal ini, kelompok merupakan wadah dimana di dalamnya diadakan upaya bimbingan dalam rangka membantu individu-individu yang memerlukan bantuan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hartinah (2009:7) “bimbingan kelompok adalah kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang sama”. Pengertian tersebut tidak secara langsung dan sengaja memanfaatkan dinamika kelompok yang tumbuh didalam kelompok tersebut membantu individu-individu yang bersangkutan. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Prayitno (1995:61) “bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”. Prayitno lebih menekankan dinamika kelompok sebagai wahana mencapai tujuan kegiatan bimbingan dan konseling yang muncul pada bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok. Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sukardi dan Kusmawati (2008:10), “Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan”. Hastuti (2012:548), “mengatakan bahwa bimbingan adalah bukan suatu himpunan individu-individu yang karena satu atau lain alasan tergabung bersama, melainkan suatu satuan/unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu berkumpul, saling tergantung pada proses bekerja sama, dan mendapat kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang tergabung dalam satuan itu”. Bimbingan kelompok menekankan bahwa kegiatan bimbingan kelompok lebih pada proses berinteraksi dan berkomunikasi yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang di sebut kelompok sehingga mendapatkan kepuasan pribadi.
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, dan didalam kegiatan bimbingan kelompok individu saling berinteraksi, mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, sehingga individu dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan harga diri siswa yang rendah menjadi siswa yang mempunyai harga diri yang tinggi. 2. Pengertian Harga Diri Harga diri merupakan salah satu kebutuhan psikologis yang sangat dominan dalam menentukan tingkah laku manusia pada umumnya. Seseorang mempunyai kebutuhan akan penghargaan positif tentang dirinya, sehingga dapat memberi perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna, sekalipun orang tersebut memiliki kelemahan-kelemahan dan juga pernah mengalami kegagalan-kegagalan. Ketika kebutuhan ini tidak terpengaruh maka akan menjadi salah satu penghambat bagi keberhasilan seseorang. Didalam hidup ini kita semua pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan dan kekurangan seperti: kesalahan dalam berbicara, dalam bertingkah laku dan sebagainya, yang membuat kecewa dan menjadi kita kurang menghargai diri sendiri. Pandangan jelek terhadap diri sendiri, baik beralasan maupun tidak, akan tercermin dalam sikap terhadap orang-orang disekitar kita. Jika kita merasa tersiksa, misalnya karena kita merasakan suatu kekurangan, rasa penyesalan itu akan tertumpuk dalam hati kita, yang kemudian tersalurkan dalam bentuk permusuhan terhadap dunia luar. Sebaliknya, belajar untuk menghargai dan bersikap lebih ramah terhadap diri sendiri bisa menambah cinta kita kepada orang lain. Bila tak sanggup memecahkan persoalan-persoalan diri sendiri kita mulai membenci orang lain. Hasilnya adalah sebuah lingkaran setan yang akan menghancurkan diri sendiri, yaitu: benci diri sendiri, benci orang lain, akhirnya dibenci juga oleh orang lain. Hal ini ada hubungan erat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gea dkk (2003:106) bahwa “ suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak membiarkannya terlantar dan
menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain”. Harga diri adalah apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang diri saya sendiri bukanlah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Kita sendirilah yang terlebih dahulu harus menghargai diri sendiri. Karena dengan menghargai diri sendiri kita terpacu melakukan yang terbaik. Kalau kita semata-mata mengharapkannya datang dari orang lain (terlebih orang yang kita cintai dan puja), dan bila orang itu terlalu sibuk sehingga lupa memberi pujian, akan membuat kita kecewa. Buktikanlah terlebih dahulu pada diri sendiri bahwa kita memang menghargai diri sendiri, maka orang lain akan menghargainya juga. Karena itu, dianjurkan untuk memberikan penghargaan pada diri sendiri, dan penghargaan dari orang lain akan datang, dan meskipun tidak mendapat pujian dari orang lain, kita tidak menjadi kecewa. Yang perlu dilakukan adalah bersyukur karena kita mempunyai potensi, dan mempunyai banyak keberuntungan. Selain itu, katakan pada diri sendiri “ saya orang yang mempunyai untuk maju dan saya mempunyai impian. Dan setiap siswa pasti sedikit banyaknya mempunyai impian, maka dari itu harga diri bisa dikatakan sebagai nilai untuk mewujudkan impian seorang siswa. Sesuai dengan Goode (2005:75,76) yang mengatakan bahwa “harga diri adalah suatu perasaan yang kuat akan identitas pribadi, menggenggam rasa bangga akan diri kita sendiri berarti mengetahui bahwa kita berguna dan bernilai dalam kapasitas tertentu. Perasaan semacam itu merupakan bahan bakar yang seorang anak butuhkan untuk menghidupkan impian mereka, menghadapi tantangan, dan memastikan impian itu akan terwujud dalam hidup mereka. Bayangkan harga diri anak sebagai nilai yang mereka yakini tentang diri mereka sendiri. Harga diri adalah kombinasi dari sikap hormat diri dan sikap percaya diri yang memengaruhi segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan. Harga diri adalah kemampuan untuk percaya kepada diri sendiri, sesuatu yang tampak sebagai tugas sulit bagi orang muda dewasa ini. Siswa mengukur penampilan mereka dan menentukan serta melakukan pola tindak mereka sendiri, yang berlawanan dengan teladan yang diberikan orangtua. Selanjutnya harga diri dapat dipengaruhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat yang ada disekitarnya. Hal ini bisa dihubungkan dengan yang diungkapkan oleh Michener (dalam Rismaida 2007) bahwa “sumber-sumber terpenting dalam
perkembangan harga diri adalah pengalaman dalam keluarga, umpan balik terhadap performance dan perbandingan sosial”. Dalam keluarga khususnya orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan anak, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi karena akan mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi remaja, akibatnya remaja tersebut akan merasa gembira, harmonis dan menjadi orang yang produktif. Sehingga bisa belajar dengan baik. Sebaliknya, jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka tidak ada kepuasan dalam hidup remaja, dia akan merasa frustrasi, pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya menjadi terhambat dan terhalang sehingga menjadi orang yang merasa tidak berarti dalam hidupnya. Remaja yang mengikuti impian mereka sering kali bertentangan dengan nilainilai yang dianut masyarakat dan dengan demikian harus percaya kepada diri mereka sendiri ketika dukungan dari pihak luar tidak diperoleh. Terpenuhinya kebutuhan harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa mampu dan perasaan berguna. Sebaliknya, terhambatnya pemenuhan kebutuhan akan harga diri itu akan menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu dan rasa tak berguna yang menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keraguan dan keputusasaan dalam menghadapi tuntutan-tuntutan hidupnya serta memiliki penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam kaitanya dengan orang lain. Selanjutnya Field (2003:13) mengatakan bahwa “harga diri adalah pikiran yang penuh benci-diri yang menghasilkan luar biasa banyak perasaan yang opresif, misalnya rasa bersalah, malu, panas hati, amanah, dan rasa takut”. Perasaan seperti itu membuat kita menciptakan kehidupan yang rumit dan membingungkan bagi diri sendiri, penuh dengan penimpaan kesalahan dan hukuman. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa harga diri merupakan salah satu kebutuhan yang harus dikembangkan agar individu tersebut mampu hidup dan patut berbahagia dalam menghadapi kehidupan dengan penuh kayakinan, kebajikan dan optimisme, yang akan membantu untuk mencapai tujuannya, sehingga dukungan sosial sangat dibutuhkan. Pada umumnya setiap orang membutuhkan panghargaan positif tentang dirinya sehingga dapat memberikan
perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu, dan berguna sekalipun memiliki kelemahan dan pernah mengalami kegagalan. 3. Ciri-Ciri Harga Diri Ciri-ciri harga diri dapat dibagi menjadi 2 bagian diantaranya yaitu: Harga diri rendah dan harga diri tinggi. (1) Harga Diri Rendah. Menurut Gea dkk (2003:109) bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai harga diri rendah yaitu: (a) Menuntut cinta dan kekaguman terlalu banyak dari orang lain, (b) Gila kesempatan dan berharap terlalu banyak pada dirinya, (c) Terlalu takut mengalami kekalahan dan kegagalan, (d) Terlalu dihantui kesuksesan orang lain, (e) Menghindari tanggung jawab dengan menyatakan telah gagal, dan (f) Terlalu peka perasaan. Sedangkan Samadi (dalam Rismaida 2007) menyatakan bahwa harga diri yang rendah adalah: (a) Menyepelekan potensi-potensi diri dan berkata “saya tidak bisa mengerjakan pekerjaan ini”, (b) Merasa bahwa orang lain tidak menghargai dirinya, (c) Merasa tidak mampu. Tidak ada ketenangan dan merasa tertinggal dari pekerjaan-pekerjaannya, (d) Mudah dipengaruhi oleh orang lain, (e) Lari dari kondisi-kondisi yang mengawatirkan, dan (f) Menyalahkan orang lain atas kelemahan dirinya. (2). Harga Diri Tinggi. Menurut Samadi (dalam Rismaida 2007) bahwa Ciriciri harga diri yang tinggi adalah: (a) Mandiri dalam hal-hal seperti memanfaatkan waktu, uang, keterampilan, pakaian dan hal-hal lain sejenisnya ia memilih dan mengambil keputusan sendiri, (b) Bertanggung jawab. Berbuat dengan tenang dan cepat. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari, (c) Bangga pada kemajuan dirinya, (d) Menunjukkan emosi dan perasaan dirinya mampu tertawa, menjerit, menangis dan menampakkan rasa cinta dengan sendirinya, dan (e) Mampu menghadapi kegagalan dan mampu membicarakan hal-hal yang menyebabkan kegagalannya. Sedangkan Baron dan Byrne ( 2003:176-178) juga mengemukakan bahwa “Ciri-ciri harga diri adalah: selalu menampilkan tubuh yang ideal seperti “berpakaian dengan baik dan rapi”, kemampuan akademik yang baik, memandang dirinya selalu menguntungkan, selalu mengevaluasi diri yang lebih positif”. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Coopersmith (dalam Rismaida, 2007) bahwa “Ciri-ciri harga diri yang tinggi yaitu : aktif, ekspresif, cenderung sukses dalam bidang akademis dan
kehidupan sosialnya, dalam suatu diskusi aktif (dengan berbicara yang santun) dan mau menerima kritik dan perbedaan pendapat, mempunyai perhatian yang cukup terhadap lingkungannya, percaya diri, mempunyai tingkat kecemasan yang negatif rendah. Dari beberapa pendapat tentang harga diri tinggi diatas bisa diambil suatu kesimpulan bahwa anak yang mempunyai harga diri tinggi mempunyai ciri-ciri: mampu menghargai diri sendiri, mandiri, bertanggung jawab, aktif dalam diskusi, disenangi orang banyak, mau menerima kritik ketika berbeda pendapat, selalu sakses dalam bidang akademik, percaya diri, mempunyai perhatian yang cukup terhadap lingkungannya, menampilkan tubuh yang ideal dengan “berpakaian dengan baik dan rapi”, mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, mampu menghadapi kegagalan dan mampu membicarakan hal-hal yang menyebabkan kegagalannya,
4. Hipotesis Berdasarkan pembatasan dan rumusan masalah terdahulu, maka hipotesis digunakan adalah: “Ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap harga diri siswa kelas XI di SMA negeri 1 batang kuis tahun ajaran 2012/2013.
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Kuasi Eksperimen yaitu penulis mengadakan penelitian langsung ke sekolah untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dengan memberikan angket atau pertanyaan kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan siswa yang dapat dijadikan sebagai objek penelitian atau sebagai tempat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS2 di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 40 siswa. 2. Sampel Penelitian Peneliti hanya dapat meneliti 10 siswa dalam satu kelas yang berjumlah 40 siswa. Menurut Prayitno (2004:309) mengatakan bahwa “standar pelaksanaan
bimbingan kelompok yang efektif dalam satu kelompok sedang adalah berjumlah (615 siswa)”. Sampel penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas XI IPS 2 yang memiliki masalah harga diri rendah. Menurut Dewi (2010:74) mengatakan bahwa “Purposive Sampling (penarikan sampel secara sengaja) adalah teknik penarikan sampel berdasarkan pendapat peneliti bahwa responden akan memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, pengambilan sampel berdasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian yaitu siswa yang mempunyai masalah harga diri rendah.
C. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah disain Pre-test dan Post-test Group yang polanya adalah sebagai berikut:
O1 X O 2 (Arikunto: 2010:124) Di dalam disain observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperiment dan sesudah eksperiment.
O1 = Observasi dilakukan sebelum eksperiment (pre-test) X = Perlakuan Bimbingan Kelompok
O2 = Observasi setelah eksperiment (post-test group) D. Langkah-langkah Penelitian Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan Pre-test dengan membagikan angket sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok 2. Melakukan bimbingan kelompok selama lima kali pertemuan dengan topik bahasan yang berbeda 3. melakukan observasi pada anggota kelompok disetiap pertemuan sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok 4. Melakukan post-test group dengan cara membagikan angket yang sama setelah diberikan layanan bimbingan kelompok
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Setelah mengidentifikasi variabel penelitian, maka dapat dirumuskan defenisi operasional variabel penelitian sebagai berikut: 1. Layanan bimbingan kelompok (X) adalah proses bantuan kepada siswa khususnya dalam mengembangkan harga diri tinggi dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah membentuk harga diri tinggi. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok melalui empat tahap yaitu pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran. Bentuk layanan bimbingan kelompok yang peneliti lakukan adalah bentuk topik tugas karena masalah yang akan dibicarakan ditentukan oleh pimpinan kelompok. Dalam pelakasanaan bimbingan kelompok terdiri dari satu kelompok yang beranggotakan 10 orang siswa yang diberikan perlakuan. Layanan bimbingan kelompok dilakukan setiap minggu sebanyak satu kali selama empat minggu dengan frekuensi waktu 45 menit. Perlakuan dilakukan diluar jam sekolah. 2. Harga Diri (Y) adalah penilaian yang dibuat oleh individu tentang dirinya yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan. Penilaian tersebut menunjukkan sejauh mana individu menganggap dirinya mampu, berarti, berhasil dan berharga. Dengan indikatornya: Mandiri, bertanggung jawab, bangga pada kemajuan dirinya, mampu menghadapi kegagalan, mampu menghargai diri sendiri, aktif dalam diskusi, percaya diri, disenangi orang banyak.
F. Teknik Pengumpulan Data Tabel 1. Pemberian Skor Angket
NO.
PERTANYAAN POSITIF
PERTANYAAN NEGATIF
Skor
Keterangan
Skor
Keterangan
1.
4
Sangat Setuju
1
Sangat Setuju
2.
3
Setuju
2
Setuju
3.
2
Kurang Setuju
3
Kurang Setuju
4.
1
Tidak Setuju
4
Tidak Setuju
G. Uji Validitas Angket Uji validitas dilakukan untuk menentukan angket dengan menggunakan skor setiap butir dengan menggunakan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk pengujian validitas ini dilakukan dengan mengunakan teknik analisa data koefisien korelasi product moment yang dikemukakan oleh Person dalam buku (Arikunto, 2006:72) yaitu:
N X
rxy =
N XY X Y 2
X
2
N Y
2
Y
2
Keterangan: rxy
= Koefisien korelasi
N
= Jumlah responden
X
= skor responden untuk tiap item
Y
= Total skor tiap responden dari seluruh item
∑X
= Jumlah produk skor X
∑Y
= Jumlah produk skor Y
N
= Jumlah Siswa
∑XY
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
H. Uji Reliabilitas Angket Tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tepat walaupun diujikan berulang-ulang kali selalu menunjukkan ketetapan. Pertanyaan angket, reliabilitasnya dapat dihitung dengan mengguakan rumus yaitu:
r11
2 n S t pi qi = 2 St n 1
(Anas Sudjiono, 2006:254)
Keterangan: r 11
: Reliabilitas secara keseluruhan
p
: Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
∑pq
: Jumlah hasil perkalian antara p dan q
q
: Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
n
: Banyaknya item
St
2
: Standar deviasi dari test
I. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji t (t-test) yaitu untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok terhadap meningkatkan harga diri (self esteem). Adapun rumus teknik uji t yang digunakan adalah sebagai berikut: t
Md
x2d
N N 1
(Arikunto, 2010:349-350)
Keterangan:
Md
= Mean dari perbedaan pre test dengan pos-test
xd
= Deviasi masing-masing subjek (d-Md)
x d
= Jumlah kuadrat deviasi
N
= Subjek pada sample
d.b
= Ditentukan dengan N-1
2
PEMBAHASAN A. Data Pre-test Harga Diri Siswa Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan jumlah responden 10 orang terdapat skor terendah = 76 dan skor tertinggi = 92, dengan ratarata (M) = 81,90 dan Standard Deviasi (SD) = 7,20 B. Data post-test Harga Diri Siswa Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan jumlah responden 10 orang terdapat skor terendah = 93 dan skor tertinggi = 108, dengan rata-rata (M) = 102,1 dan Standard Deviasi (SD) = 61,54 C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan (t). Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 11,41, sedangkan harga t tabel d.b = n-1 = 9-1 pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh sebesar 1,83. Maka thitung > ttabel = ( 11,41 > 1,83 ). Maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok
terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013 dapat diterima. Dengan demikian dinyatakan pelaksanaan bimbingan kelompok mempunyai pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan harga diri (self esteem) siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013, Hal ini terlihat dari perolehan skor rata-rata harga diri (self esteem) pada saat pre-test sedangkan setelah dilakukannya bimbingan kelompok (post-test) diperoleh skor rata-rata harga diri (self esteem) di SMA Negeri 1 Batang Kuis = ( 11,41 > 1,83 ). D. Hasil Penelitian Pada awalnya peneliti mengambil data siswa/i dari konselor, tentang harga diri rendah dan harga diri tinggi, sehingga terdapat 10 siswa yang mempunyai harga diri rendah. Setelah mendapatkan data tersebut, peneliti menguji cobakan angket kepada kelas IX IPS2 yang berjumlah 38 siswa dan membandingkannya dengan data yang diberikan konselor, dengan data dari hasil angket. Dari data penyebaran angket terhadap 10 siswa yang temasuk kategori rendah yang merupakan sampel penelitian yang akan diberikan layanan bimbingan kelompok. Siswa yang bermasalah saja tetapi siswa yang mempunyai harga diri tinggi dapat dijadikan sampel pada bimbingan kelompok , sehingga suasana menjadi hangat. Peneliti memberikan angket harga diri (pre-test) kepada 10 siswa bimbingan kelompok, kemudian diperoleh rata-rata adalah 81,90 setelah dilakukan dengan perlakuan terhadap siswa (post test). Dari hasil pemberian post-test pada siswa/i yang mengikuti bimbingan kelompok nilai rata-rata adalah 102,1. Hal ini menunjukakan bahwa nilai rata-rata siswa yang diberikan bimbingan kelompok lebih tinggi dari pada nilai rata-rata siswa yang belum mendapatkan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan uji t pada siswa yang mengikuti bimbingan kelompok diperoleh dari perhitungan dengan t hitung = 11,41 > ttabel= 1,83. Yang berarti hipotesis yang di ajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan harga diri (self esteem) dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok. Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelaksanaan bimbingan kelompok dengan harga diri (self esteem) siswa di kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Batang Kuis. Maka peneliti mengadakan pengumpulan data dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada siswa kelas IX IPS 2 sebagai sampel.
Berdasarkan angket tersebut telah terbukti bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok mempunyai pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan harga diri (self esteem) siswa di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hartinah (2005 : 17 ) mengatakan bahwa “bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah”. Didukung oleh Winkel dan Hastuti (2012 : 547 ) mengatakan bahwa “Tujuan bimbingan kelompok yaitu supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggulanginya sendiri serta konsekuensi dari segala tindakannya. Sehingga bimbingan kelompok yang diberikan kepada siswa memiliki pengaruh yang tinggi untuk meningkatkan harga diri (self esteem) siswa. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yaitu pre-test mempunyai rata-rata (M) = 81,90 dan Standard Deviasi (SD) = 7,20, sedangkan post-test rata-rata (M) = 102,1 dan Standard Deviasi (SD) = 61,54. Sehingga diperoleh hipotesis thitung > ttabel = ( 11,41 > 1,83 ), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok terhadap perubahan harga diri (self esteem) yang rendah pada siswa di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2011/2012.
F. SARAN Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disarankan pada beberapa pihak,
antaranya 1.
Bagi pihak sekolah terutama guru pembimbing, hendaknya lebih memperhatikan harga diri (self esteem) siswa, salah satu caranya dengan mengadakan bimbingan kelompok.
2.
Guru pembimbing hendaknya mengadakan kegiatan menarik sehingga siswa dapat secara sekarela mengikuti kegiatan bimbingan kelompok yang diadakan.
3.
Untuk para siswa yang mempunyai harga diri (self esteem) rendah, hendaknya mau mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dan kegiatan yang diadakan sekolah untuk meningkatkan harga dirinya (self esteem).
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A Dan Supriyono, W. 2004. Psikologi Belajar (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Bumi Aksara. . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Baron & Byrne. 2003. Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Field, L. 2003. Self-Esteem for Women. Bandung: Kaifa. Gea, A, A, & Dkk. 2003. Character Building I Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: PT Gramedia. Goode, C, B. 2005. Optimizing Your Child’s Talent (Optimalkan Bakat Anak Anda). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelomok Gramedia. Hartina, S. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama. Prayitno Dan Amti, E. 2004. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. . 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. Posted. 2008. Sekilas Tentang Harga Diri, (Online), dalam (http://wild76.wordpress.com/2008/08/13/sekilas-tentang-harga-diri/, diakses 19 April 2012). Pervin, A, L, & Dkk. 2010. Psikologi Kepribadian Teori & Penelitian Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana. Rahmawati. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri, (Online), dalam (http://Library.usu.ac.id.2006, diakses 19 April 2012). Rismaida, F. 2007. Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Harga Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2006/2007. Medan: Universitas Negeri Medan. Skripsi tidak dipublikasikan. , diakses 19 April 2012). Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sukardi, D, K Dan Kusmawati, N. 2008. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Wibowo, M, E. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press. Winkel, W, S Dan Hastuti, S. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.