ABSTRAK PENGARUH INVESTASI PEMERINTAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya) Disusun oleh WINDA ISMAYANTI 113403185 Pembimbing H. Maman Suherman S.E., M.M., Ak., C.A., Rd. Neneng Rina S.E., M.M., Ak., C.A., Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Investasi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah Pemerintahan Kota Tasikmalaya. (2) Hubungan investasi dan pertumbuhan ekonomi, (3) Pengaruh investasi secara parsial terhadap pendapatan asli daerah, (4) Pengaruh pertumbuhan ekonomi secara parsial terhadap pendapatan asli daerah, (5) Pengaruh investasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan terhadap pendapatan asli daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif analitis dengan pendekatan survey. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yang diperoleh langsung dari Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tasikmalaya dan Badan Pengelola Keuangan dan Barang Daerah Kota Tasikmalaya, sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur/buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Alat analisis yang digunakan adalah Path Analysis (AnalisisJalur) dengan skala pengukuran rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Investasi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah Kota Tasikmalaya senantiasa mengalami peningkatan setiap tahunnya. (2) Investasi tidak berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. (3) Secara parsial investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah. (4) Secara parsial pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah. (5) Secara simultan investasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah, dengan demikian semakin besar investasi dan pertumbuhan ekonomi maka tingkat pendapatan asli daerah pun meningkat.
Kata Kunci : Investasi Pemerintah , Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah
PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya undang-undang nomor 32 dan 33 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka pemerintah pusat mendapat kewenangan dari pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya dibawah pimpinan Bapak Syarif Hidayat yang menjabat sebagai Walikota Tasikmalaya pada saat itu mengeluarkan peraturan daerah (Perda) No 17 tahun 2008 tentang penyertaan modal pemerintah Kota Tasikmalaya kepada Bank Jabar Banten (BJB) dan Koperasi Baitul Maalwat Tamwil (BMT). Kemudian setelah dilantiknya kembali Walikota terpilih periode berikutnya Bapak Budi Budiman pemerintah Kota Tasikmalaya mengeluarkan kembali peraturan daerah (perda) No 8 tahun 2013 tentang penetapan modal dasar dan penyertaan modal kepada Bank Prekreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al.Madinah dan PD.Pasar Resik. Menurut peraturan daerah (perda) tersebut pemerintah Kota Tasikmalaya melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan mendayagunakan aset daerah dalam rangka menciptakan lapangan usaha, lapangan kerja dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasayang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.Pertumbuhan ekonomi yang optimal, stabil dan efisien merupakan salah satu elemen yang tercakup dalam sasaran pembangunan ekonomi.Pembangunan ekonomi dengan dimensi kontinuitas dan berkeadilan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan berkelanjutan serta merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan dengan dua pilar lainnya yaitu pembangunan sosial dan lingkungan. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan perekonomian di suatu daerah diperlukan indikator makro yang biasa digunakan salah satunya yaitu dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).Di Kota Tasikmalaya sendiri pertumbuhan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas dari aktivitas ekonomi di Kota Tasikmalaya secara perlahan mengalami peningkatan.Dengan mengoptimumkan kapasitas perekonomian diharapkan pembangunan ekonomi mampu menyerap masyarakat sebagai tenaga kerja, menciptakan nilai tambah yang tinggi sehingga terwujud kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, pemerintah juga dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan investasi publik.Keputusan investasi publik diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan.Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek jangka panjang sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek. Kesalahan dalam melakukan pengambilan keputusan investasi tidak saja akan berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya. Investasi menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan No.6 (PSAP 06) adalah asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, deviden, dan
royalty, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini bentuk investasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya diantaranya investasi dalam bentuk penyertaan modal yang dilakukan kepada salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berada di wilayah Kota Tasikmalaya seperti Bank Jabar Banten (BJB) , Bank Al-Madinah dan PD Pasar Resik. Dalam struktur pendapatan daerah terdapat salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.Pengelolaan atau kekayaan daerah yang dipisahkan menjadi sangat penting ketika pemerintah daerah berusaha meningkatkan pendapatannya untuk membiayai pelayanan publik yang outcome nya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.Namun, pada kenyataannnya hasil yang diperoleh dari aset yang dipisahkan ini sangat minimum sehingga investasi yang dilakukan secara terus menerus justru hanya menjadi beban dan tidak memberikan kontribusi apa-apa terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
LANDASAN TEORI Investasi Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan No.06 (PSAP 06) tentang Akuntansi Investasi menyatakan bahwa: “Investasi merupakan asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, deviden, dan royalty, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.” Sementara menurut Undang-Undang No.1 Tahun 2008 tentang investasi pemerintah bahwa: “Investasi pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan atau manfaat lainnya.” Pengertian investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 13 adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti : bunga, royalty, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Menurut Sunariyah (2003:4) investasi ialah penanaman modal untuk satu ataupun lebih aktiva yang dimiliki dan juga biasanya berjangka waktu lama dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Dari berbagai pendapat mengenai definisi investasi diatas, penulis berpendapat terdapat suatu kesamaan pendapat tentang investasi dimana investasi merupakan penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis dimasa yang akan datang. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sadono Sukirno (2010:423) pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah.
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periodeke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena factor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.Dengan demikian perkembangan ekonomi selalu lebih lambat dari potensinya. Menurut Simon Kuznet (dalam Subandi,2014:89) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi bagi penduduknya. Definisi ini memiliki tiga komponen utama, yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan factor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional, sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis khususnya persamaan penjualan, sebagai dasar pembuatan proyeksi, dan sebagai perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral serta regional. Adapun rumus laju pertumbuhan ekonomi, yaitu:
Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan”. Menurut penjelasan dari UU No 33 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Sedangkan menurut Abdul Halim (2012) mengatakan bahwa: “Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. (Abdul Halim, Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta Selatan: Salemba Empat).
Dari beberapa pengertian pendapatan asli daerah menurut para ahli diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerimaan asli daerah merupakan semua pnerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang digunakan untuk membiayai keperluan daerah dalam pelaksanaan roda pemerintahan . Kerangka Pemikiran Menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan No.6 (PSAP 06) Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, deviden dan royalty, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, dengan indikator akumulasi penyertaan modal. Selain adanya investasi pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana menurut Sadono Sukirno (2010:423) pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah, dengan indikatornya jumlah akumulasi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) . Peran dan dukungan investasi begitu penting terhadap kelanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebab sejumlah proyek infrastruktur membutuhkan dukungan dana yang besar, bukan hanya infrastruktur ekonomi tetapi juga infrastruktur di bidang sosial dan kehidupan bermasyarakat.Semakin tinggi tingkat investasi atau penyertaan modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Mardiasmo,2009). Menurut UU No 23 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dengan indikator total penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah dan lain-lain PAD yang sah. Dari indikator tersebut pajak daerah dan retribusi daerah merupakan komponen terbesar PAD tetapi untuk kepentingan jangka pendek pungutan yang berupa retribusi lebih optimal dibanding pajak sebab pada kenyataannya retribusi lebih berhubungan langsung dengan masyarakat, masyarakat tidak akan membayar retribusi apabila kualitas dan kuantitas pelayanan publik tidak mengalami peningkatan (Mardiasmo,2009). Peningkatan PAD merupakan akibat dari pertumbuhan ekomoni (Saragih, 2003).Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD yang besar. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang besar Kota Tasikmalaya menggali dana dari investasi yang ada dan menggali setiap potensi yang ada di daerahnya. Selain itu hasil dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan juga berpengaruh terhadap peningkatan PAD.Dimana investasi yang dilakukan pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi, investasi dapat dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Pendapatan asli daerah merupakan sumber dana yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan daerah.
Seperti yang dikemukakan oleh Harrod Domar dalam bukunya (Subandi. 2014:57) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa apabila pemerintah ingin mempertahankan pertumbuhan ekonomi maka investasi di bidang usaha produktif harus diperbesar agar tingkat pendapatan perkapita meningkat.Sedangkan kurangnya investasi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di daerah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif. Kemudian dalam peraturan daerah (perda)No 17 tahun 2008 pemerintah Kota Tasikmalaya khususnya melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan mendayagunakan aset daerah dalam rangka menciptakan lapangan usaha, lapangan kerja dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bertitik tolak dari judul penelitian yaitu “Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pendapatan Asli Daerah”, maka berikut digambarkan paradigma penelitian beserta indikator setiap variabel penelitian, baik indikator variabel independen yaitu Investasi (X1) dan Pertumbuhan Ekonomi (X2) maupun variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah (Y). Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriftif analisis dengan pendekatan survey. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2014:24) : “Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat mendeskripsikan, membuktikan, mengembangkan dan menemukan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran. Menurut Sugiyono (2014: 36) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan suatu prosedur dalam pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Investasi
Konsep Investasi adalah asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
Indikator Jumlah akumulasi penyertaan modal
Ukuran Rupiah
Skala Rasio
pelayanan kepada masyarakat. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan No.6 (PSAP 06) Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sadono Sukirno:2010)
Akumulasi PDRB
Rupiah
Rasio
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. (UU No 33 Tahun 2004)
Total penerimaan pajak daerah, retribusi, bagian laba usaha daerah dan lain-lain PAD yang sah.
Rupiah
Rasio
Jenis Data Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pendapatan Asli Daerah” adalah sumber primer dan sumber sekunder. 1. Sumber Primer Menurut Sugiyono (2014:223) sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 2. Sumber Sekunder Menurut Sugiyono (2014:223) sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Prosedur Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan Studi Kepustakaan (LibraryResearch) .Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian secara langsung guna memperoleh data primer yang diperlukan dalam kaitannya dengan penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data primer adalah sebagai berikut: a. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti.
b. Dokumen, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentik tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. 2. Penelitian kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.
Hasil Penelitian Investasi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Investasi atau penyertaan modal merupakan setiap usaha penyertaan modal daerah pada suatu badan usaha untuk memperoleh manfaat ekonomis atau manfaat sosial di masa yang akan datang. Dalam hal ini pemerintah Kota Tasikmalaya melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal kepada PT. Bank Jabar Banten, BPRS Al.Madinah dan PD Pasar Resik.Yang mana sumber investasi itu sendiri dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)sesuai dengan peraturan daerah (perda) yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya. Adapun data besarnya investasi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya periode 2004-2013 dapat disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Investasi (Penyertaan Modal) Pemerintah Kota Tasikmalaya Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penyertaan Modal Kepada Bank Jabar Banten ( uang ) Bank Jabar Banten ( uang ) Bank Jabar Banten ( uang ) Bank Jabar Banten ( uang ) BPRS Al.Madinah ( uang ) PD.Pasar Resik ( uang ) BPRS Al.Madinah ( uang ) BPRS Al.Madinah ( uang ) BPRS Al.Madinah ( barang ) PD.Pasar Resik ( uang ) PD.Pasar Resik ( barang )
Jumlah (Rp) 3.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 750.000.000,00 1.000.000.000,00 750.000.000,00 1.806.000.000,00 4.106.669.000,00 51.539.744.922,48
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Barang Daerah (BPKBD) Kota Tasikmalaya Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat besarnya jumlah investasi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya pada tahun 2004 sebesar Rp. 3.000.000.000,. tahun 2006, 2007, 2009, 2010 sebesar Rp.2.000.000.000., tahun 2011 sebesar Rp. 750.000.000., tahun 2012 sebesar Rp. 1.000.000.000., dan tahun 2013 sebesar Rp.58.202.413.922,48., sedangkan pada tahun 2005 dan 2008 tidak ada investasi atau penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Tasikmalaya karena disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah dan peraturan daerah yang menaunginya.
Pertumbuhan Ekonomi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah, dengan indikatornya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Adapun besarnya pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya dari tahun 2004-2013 dapat disajikan pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 PDRB Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
PDRB a.d.h Konstan (Rp) 2.833.366,58 2.947.228,42 3.097.968,38 3.283.255,81 3.470.241,90 3.668.628,20 3.878.723,40 4.104.241,73 4.345.851,46 4.603.148,79
Kenaikan/Penurunan 113.861,84 150.739,96 185.287,43 186.986,09 198.386,30 210.095,20 225.518,33 241.609,73 257.297,33
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tasikmalaya Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat besarnya jumlah pertumbuhan ekonomi di Kota Tasikmalaya selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun karena adanya peningkatan dari berbagai sektor lapangan usaha dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat. Pendapatan Asli Daerah di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Untuk mengetahui pendapatan asli daerah di Pemerintahan Kota Tasikmalaya periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 disajikan pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (Rp) 31.519.058.438,32 39.701.490.534,00 52.424.364.986,09 63.674.850.261,75 63.849.140.718,00 78.470.802.125,00 103.256.955.070,00 110.369.865.905,03 148.483.453.226,63 172.544.946.144,44
Kenaikan / Penurunan 8.182.432.095,68 12.722.874.452,09 11.250.485.275,66 174.290.456,25 14.621.661.407,00 24.786.152.945,00 7.112.910.835,03 38.113.587.321,60 24.061.492.917,81
Sumber: Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Tasikmalaya Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tasikmalaya dari tahun 2004 sampai dengan 2013 senantiasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar Rp. 38.113.587.321,60., bila dibandingkan dengan tahun 2013.
Pembahasan Investasi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa perkembangan investasi dalam bentuk penyertaan modal di Pemerintahan Kota Tasikmalaya selama periode 2004 sampai dengan 2013 cenderung mengalami perubahan disetiap tahunnya. Untuk memperjelasnya penulis uraikan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2004 investasi dalam bentuk penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Tasikmalaya sebesar Rp. 3.000.000.000., kepada Bank Jabar Banten yang menambah pendapatan asli daerah untuk menumbuh kembangkan Pemerintah Kota Tasikmalaya. 2. Pada tahun 2005 dan 2008 pemerintah daerah Kota Tasikmalaya tidak melakukan investasi hal ini dikarenakan kondisi kemampuan keuangan daerah pada saat itu yang tidak memungkinkan untuk melakukan investai serta kebijakan dalam peraturan daerah yang tidak menganggarkan anggaran untuk investasi pada tahun tersebut. 3. Pada tahun 2006, 2007 dan 2009 investasi dalam bentuk penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004 karena kebijakan pemerintah daerah yang menyertakan modalnya kepada Bank Jabar Banten sebesar Rp. 2.000.000.000., untuk memperoleh deviden atas investasi yang termasuk ke dalam kekayaan hasil daerah yang dipisahkan. 4. Pada tahun 2010 pemerintah daerah Kota Tasikmalaya melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal sebesar Rp. 2.000.000.000., kepada BPRD Al.Madinah yang digunakan sebagai modal dasar. 5. Pada tahun 2011 pemerintah daerah Kota Tasikmalaya melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal sebesar Rp. 750.000.000., kepada PD Pasar Resik yang digunakan untuk menumbuh kembangkan usaha daerah. 6. Pada tahun 2012 pemerintah Kota Tasikmalaya kembali melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal kepada BPRS Al.Madinah sebesar Rp. 1.000.000.000., yang masih digunakan sebagai modal dasar. 7. Pada tahun 2013 sesuai dengan Misi Kota Tasikmalaya pada Fokus Pembangunan tahun 2013-2015 meningkatkan kapasitas dan kualitas infrastruktur daerah maka pemerintah Kota Tasikmalaya melakukan investasi secara besar-besarkan kepada sektor-sektor produktif yang berada di Kota Tasikmalaya seperti penyertaan modal kepada BPRS Al.Madinah dalam bentuk uang sebesar Rp. 750.000.000., dan dalam bentuk barang sebesar Rp. 1.806.000.000., serta penyertaan modal dalam bentuk uang kepada PD Pasar Resik sebesar Rp. 4.106.669.000., dan dalam bentuk barang sebesar Rp. 51.539.744.922,48 dengan rincian sesuai peraturan daerah nomor 8 tahun 2013. Sejalan dengan perkembangannya, investasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya sering mengalami kenaikan atau penurunan jumlah alokasi penyertaan modal dan tidak setiap tahun melakukan investasi hal tersebut dikarenakan pemerintah Kota Tasikmalaya menyesuaikan anggaran untuk investasi sesuai dengan kemampuan keuangan daerah pada tahun sebelumnya, juga atas pertimbangan lain-lain yang dilakukan oleh Walikota Tasikmalaya yang dituangkan ke dalam peraturan daerah (perda) No.17 tahun 2008 dan No.8 tahun 2013 tentang penyertaan modal.
Pertumbuhan Ekonomi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Pertumbuhan ekonomi dengan indikator PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2004 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan dengan laju ekonomi yang cenderung mengalami perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahunnya. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2004-2005 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2004 sebesar Rp. 2.833.366,58 dan tahun 2005 sebesar Rp. 2.947.228,42 dengan selisih sebesar Rp. 113.861,84. 2. Pada tahun 2005-2006 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.947.228,42 dan tahun 2006 sebesar Rp. 3.097.968,38 dengan selisih sebesar Rp. 150.739,96. 3. Pada tahun 2006-2007 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2006 sebesar Rp. 3.097.968,38 dan tahun 2007 sebesar Rp. 3.283.255,81 dengan selisih sebesar Rp. 185.287,43. 4. Pada tahun 2007-2008 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2007 sebesar Rp. 3.283.255,81 dan tahun 2008 sebesar Rp. 3.470.241,90 dengan selisih sebesar Rp. 186.986,09. 5. Pada tahun 2008-2009 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2008 sebesar Rp. 3.470.241,90 dan tahun 2009 sebesar Rp. 3.668.628,20 dengan selisih sebesar Rp. 198.386,30. 6. Pada tahun 2009-2010 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2009 sebesar Rp. 3.668.628,20 dan tahun 2010 sebesar Rp. 3.878.723,40 dengan selisih sebesar Rp. 210.095,20. 7. Pada tahun 2010-2011 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.878.723,40 dan tahun 2011 sebesar Rp. 4.104.241,73 dengan selisih sebesar Rp. 225.518,33. 8. Pada tahun 2011-2012 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2011 sebesar Rp. 4.104.241,73 dan tahun 2012 sebesar Rp. 4.345.851,46 dengan selisih sebesar Rp. 241.609,73. 9. Pada tahun 2012-2013 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari selisih pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2012 sebesar Rp. 4.345.851,46 dan tahun 2013 sebesar Rp. 4.603.148,79 dengan selisih sebesar Rp. 257.297,33. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal tersebut dikarenakan peningkatn di sektor tersier (perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, persewaan dan jasa-jasa lainnya) lebih besar dibanding dengan sektor primer dan sekunder (pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan, listrik, gas dan bangunan). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2010:423) bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Pendapatan Asli Daerah di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Dari hasil penelitian, bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Tasikmalaya setiap tahun terjadi fluktuasi peningkatan dan penurunan. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2004 penerimaan Pendapatan Asli Daerah mencapai Rp. 31.519.058.438,42., 2. Pada tahun 2005 persentase pertumbuhan pendapatan meningkat sebesar 5,80% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp. 39.701.490.534,00., Hal ini terjadi karena adanya peningkatan di sektor retribusi daerah. 3. Pada tahun 2006 persentase pertumbuhan pendapatan meningkat sebesar 9,02% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp. 52.424.364.986,09., Hal ini terjadi karena adanya peningkatan di sektor retribusi daerah. 4. Pada tahun 2007 persentase pertumbuhan pendapatan menurun sebesar 7,98% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp. 63.674.850.261,75., Hal ini terjadi karena ada pergantian kepemimpinan yang menyebabkan kebijakan berubah sehingga sektor lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) sah mengalami penurunan drastis. 5. Pada tahun 2008 persentase pertumbuhan pendapatan menurun sebesar 0,12% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp.63.849.140.718,00., Hal ini terjadi karena adanya penurunan pendapatan di sektor retribusi daerah sementara sektor pajak daerah mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu besar. 6. Pada tahun 2009 persentase pertumbuhan pendapatan meningkat sebesar 10,37% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp. 78.470.802.125,00., Hal ini terjadi karena sektor pajak daerah semakin meningkat. 7. Pada tahun 2010 persentase pertumbuhan pendapatan meningkat sebesar 17,58% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp.103.256.955.070,00., Hal ini terjadi karena adanya peningkatan di sektor lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah sementara sektor pajak daerah mengalami penurunan. 8. Pada tahun 2011 persentase pertumbuhan pendapatan menurun sebesar 5,04% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp. 110.369.865.905,03., Hal ini terjadi karena sektor retribusi daerah semakin menurun drastis. 9. Pada tahun 2012 persentase pertumbuhan pendapatan meningkat sebesar 27,03% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp. 148.483.453.226,63., Hal ini terjadi karena adanya peningkatan besar di sektor lain-lain PAD yang sah di pos dana bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi. 10. Pada tahun 2013 persentase pertumbuhan pendapatan menurun sebesar 17,06% dengan pencapaian realisasi sebesar Rp. 172.544.946.144,44., Hal ini terjadi karena adanya penurunan di sektor lain-lain PAD yang sah sebagai sektor terbesar dalam komponen pendapatan asli daerah. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan yang cukup besar pada tahun 2012, hal ini dikarenakan pemerintah mengalami peningkatan pendapatan asli daerah di sektor lain-lain PAD yang sah di pos dana bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi dan pajak daerah.
Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya, maka dilakukan uji statistik koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini akan menentukan pengaruh antara variabel X1 (investasi) dengan variabel X2 (Pertumbuhan Ekonomi). Berdasarkan hasil analisis yang menggunakan bantuan program SPSS diperoleh seperti gambar 4.1 berikut: X1 X2 = 0,548 Gambar 4.1 Struktur Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi Hasil pengolahan data dan analisis yang dapat dilihat pada lampiran menunjukkan bahwa nilai korelasi antara X1 dan X2 sebesar 0,548 dengan arah positif yang menunjukkan besarnya hubungan atau korelasi antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa investasi (X1) dengan pertumbuhan ekonomi (X2) mempunyai hubungan yang positif sebesar 0,548 bisa dilihat dalam lampiran dan memiliki nilai signifikasi sebesar 0,101. Namun karena 0,101 > 0,05 berarti terima Ho dan tolak Ha artinya bahwa investasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan namun tidak signifikan. Hal ini terjadi karena dari segi nominal jumlah yang diinvestasikan dalam penyertaan modal masih belum maksimal sehingga investasi yang dilakukan sering kali hanya menjadi biaya hangus. Kemudian infasi yang sulit dikendalikan pada tahun 2005 dan 2008 sebesar 20,83% dan 12,07% menyebabkan kondisi keuangan pemerintah Kota Tasikmalaya tidak stabil sehingga pertumbuhan ekonomi terhambat. Pengaruh Investasi Secara Parsial Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Pengaruh investasi terhadap pendapatan asli daerah dapat dilihat dari indikator yang digunakan. Koefisien Beta ( ) untuk investasi (X1) terhadap pendapatan asli daerah (Y) sebesar 0,131 bisa dilihat dalam lampiran Regression dan koefisien determinasi sebesar 0,017161 yang berarti bahwa hanya 1,7161% variabilitas dari pendapatan asli daerah (Y). Artinya investasi hanya mempengaruhi sebesar 1,7161% terhadap pendapatan asli daerah, hal ini terjadi karena kecilnya dana investasi atau penyertaan modal kepada Bank Jabar Banten dan BPRS Al.Madinah serta hasil atau manfaat dari investasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2013 belum dapat dirasakan langsung oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada saat itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunariyah (2003:4) bahwa investasi adalah penanaman modal untuk satu ataupun lebih aktiva yang dimiliki dan juga biasanya berjangka waktu lama dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat di masa-masa yang akan datang. Sedangkan untuk menguji pengaruh investasi terhadap pendapatan asli daerah maka digunakan uji t. Hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antar kedua variabel yaitu investasi sebagai variabel independen dengan pendapatan asli daerah sebagai variabel dependen. Berdasarkan program SPSS yang terdapat dalam tabel coefficient, diperoleh nilai thitung sebesar 1,890 kemudian thitung ini dibandingkan dengan ttabel pada degree of freedom (df) n-2 = 8 dan = 0,05 diperoleh nilai ttabel sebesar 2,306. Ternyata thitung
lebih kecil dari ttabel (1,890<2,306) atau dengan melihat tingkat signifikasi pada kolon Sig. diperoleh 0,101 nilai tersebut lebih dari nilai (0,05). Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak.Dengan ditolaknya Ha bahwa investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Dilihat dari hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara variabel independen yaitu investasi dengan pendapatan asli daerah sebagai variabel dependen hal ini dikarenakan dana investasi atau penyertaan modal masih belum siginifikan. Yaitu disebabkan oleh kecilnya dana investasi atau penyertaan modal tahun-tahun lalu kepada Bank Jabar Banten dan BPRS Al.Madinah serta manfaat dari investasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2013 belum dapat dirasakan, sehingga investasi atau penyertaan modal belum bisa memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Secara Parsial Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Untuk melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan asli daerah dapat dilihat dari indikator yang mempengaruhinya. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, pengaruh pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap pendapatan asli daerah (Y) diperlihatkan oleh koefisien beta ( )sebesar 0,910 sedangkan koefisien determinasi sebesar 0,8281 atau sebesar 82,81% yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi terhadap pendapatan asli daerah sebesar 82,81%. Untuk pengujian secara parsial antara pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap pendapatan asli daerah (Y) dapat dilihat dari perhitungan SPSS untuk analisis jalur. Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung>ttabel , maka dengan koefisien beta ( ) sebesar 0,910 diperoleh thitung sebesar 13,146 dengan mengambil taraf signifikasi 5% maka nilai ttabel2,306. Sehingga thitung > ttabel (13,146>2,306) maka tolak Ho dan terima Ha atau dengan kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragih,2003 yang menyatakan bahwa peningkatan pendapatan asli daerah merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi. Dengan pernyataan ini pemerintah Kota Tasikmalaya harus lebih berkonsentrasi untuk terus menggali kekuatan sektor-sektor ekonomi yang produktif.Dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Afri Hidayat (2009) yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi secara signifikan mempengaruhi variabel pendapatan asli daerah (PAD). Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Secara Simultan Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Pemerintahan Kota Tasikmalaya Pengaruh besarnya investasi (X1) dan pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap pendapatan asli daerah (Y) dapat dilihat dari indikator yang digunakan masingmasing variabel, dengan menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis).Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan.Pengujian hipotesis secara simultan tersebut menggunakan uji F, yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara signifikan antara besarnya investasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan asli daerah, dimana hasil dan pengolahan data melalui SPSS versi 21.0.
Pengaruh secara simultan diperoleh sebesar 0,970 artinya investasi dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama meningkat, maka pendapatan asli daerah akan dipengaruhi keduanya. Dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai Fhitung sebesar 145,403 dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel dengan mengambil taraf signifikasi sebesar 5% maka dari tabel distribusi F-Snedector diperoleh df1 = k-1 (3-1) = 2; df2 = n-k (10-3) = 7 dengan hasil sebesar 4,74 artinya ( 145,403 > 4,74 ) atau dengan kata lain investasi (X1) dan pertumbuhan ekonomi (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah (Y) sebesar keofisien determinasi 0,970 atau 97%. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut (investasi dan pertumbuhan ekonomi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Semakin tinggi tingkat investasi dan pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan asli daerah yang diperoleh Pemerintah Kota Tasikmalaya.Secara lengkap pengaruh antara variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y dapat dilihat sebagai berikut : yx1 = 0,131 X1 X1X2
X2
= 0,548 yx2 = 0,910
Y
v
= 0,024085
Gambar Nilai Koefisien Jalur Antara Variabel X1, X2 dengan Y
Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel, yang disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Formula Untuk Mencari Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Variabel Penelitian No. 1.
2.
Pengaruh langsung
Pengaruh tidak langsung
Total pengaruh
A+B
0,01716 0,065327 0,082488
Y X1 Y =
(0,131)2 (0,131).(0,548).(0,910) Total pengaruh X1 terhadap Y Y X2 Y = ( (0,910)2 (0,131).(0,548).(0,910) Total pengaruh X2 terhadap Y Total pengaruh X1,X2 terhadap Y Pengaruh Residu Total Pengaruh X1, X2, terhadap Y
A (
( D+E C+F 100% - G
0,828100 0,065327 0,893427 0,975915 0,024085 1,00
B C D E F G H
Tabel 4.5 tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi jalur variabel investasi (X1) terhadap pendapatan asli daerah (Y) adalah sebesar 0,131. Dengan demikian pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y adalah sebesar 0,017161 yang berarti bahwa hanya 1,7161% variabilitas dari pendapatan asli daerah (Y). Artinya investasi mempengaruhi hanya sebesar 1,7161% terhadap pendapatan asli daerah, hal ini terjadi karena kecilnya dana investasi atau penyertaan modal kepada Bank Jabar Banten dan BPRS Al.Madinah serta hasil atau manfaat dari investasi besar-besaran
yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2013 belum dapat dirasakan langsung oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada saat itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunariyah (2003:4) bahwa investasi adalah penanaman modal untuk satu ataupun lebih aktiva yang dimiliki dan juga biasanya berjangka waktu lama dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat di masa-masa yang akan datang. Koefisien jalur pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap pendapatan asli daerah (Y) adalah sebesar 0,910.Dengan demikian pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y adalah sebesar 0,828100 yang artinya bahwa pengaruh langsung pertumbuhan ekonomi memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragih,2003 yang menyatakan bahwa peningkatan pendapatan asli daerah merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi. Dengan pernyataan ini pemerintah Kota Tasikmalaya harus lebih berkonsentrasi untuk terus menggali kekuatan sektor-sektor ekonomi yang produktif.Dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Afri Hidayat (2009) yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi secara signifikan mempengaruhi variabel pendapatan asli daerah (PAD). Koefisien korelasi investasi (X1) dengan pertumbuhan ekonomi (X2) adalah sebesar 0,548 artinya hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi tidak terlalu kuat atau dengan melihat koefisien korelasi dengan tingkat hubungan sedang artinya pada saat investasi dan pertumbuhan ekonomi naik belum tentu dana itu bisa mencukupi pendapatan asli daerah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harrod-Domar dalam bukunya (Subandi. 2014:57) bahwa apabila pemerintah ingin mempertahankan petumbuhan ekonomi maka investasi dibidang usaha produktif harus diperbesar agar tingkat pendapatan per kapita meningkat. Total pengaruh X1, X2 terhadap Y merupakan pengaruh secara simultan antara variabel X1, X2 terhadap Y adalah sebesar 0,975915 atau sebesar 97,59% yaitu investasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah artinya apabila investasi dan pertumbuhan ekonomi besar maka dana itu bisa mencukupi pendapatan asli daerah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 17 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa tujuan investasi atau penyertaan modal adalah meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah dan mendayagunakan aset daerah dalam rangka menciptakan lapangan usaha, lapangan kerja dan peningkatan pendapatan asli daerah. Sedangkan faktor residu atau faktor lain yang mempengaruhi pendapatan asli daerah yang tidak masuk dalam penelitian adalah sebesar 0,024085. Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan asli daerah yang tidak masuk dalam penelitian seperti inflasi, jumlah penduduk, peraturan daerah dll. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang diperolehdari Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya (DISPENDA), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tasikmalaya (BAPPEDA) dan Badan Pengelola Keuangan dan Barang Daerah Kota Tasikmalaya (BPKBD) mengenai Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pendapatan Asli Daerah tahun 2004-2013, maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak setiap tahun melakukan investasi hal tersebut dikarenakan kondisi keuangan pada tahun-tahun tertentu yang tidak
2.
3.
4.
5.
memungkinkan pemerintah untuk melakukan investasi sementara investasi terbesar yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya terjadi pada tahun 2013. Kemudian pertumbuhan ekonomi di Pemerintahan Kota Tasikmalaya setiap tahun mengalami peningkatan positif hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan aktivitas ekonomi di Kota Tasikmalaya. Sementara pendapatan asli daerah Kota Tasikmalaya senantiasa mengalami kenaikan dan penuruan tergantung dari situasi dan kondisi ekonomi serta politik yang terjadi setiap tahunnya. Peningkatan pendapatan asli daerah terbesar di Pemerintahan Kota Tasikmalaya terjadi pada tahun 2012 hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan pendapatan di sector dana bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi. Investasi berhubungan tidak kuat dengan pertumbuhan ekonomi, apabila pemerintah ingin mempertahankan petumbuhan ekonomi maka investasi dibidang usaha produktif harus diperbesar agar tingkat pendapatan per kapita meningkat. Investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah hal ini disebabkan karena hasil atau manfaat dari investasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun 2013 belum dapat dirasakan langsung oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada saat itu. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Peningkatan infrastruktur dan prasarana seperti pembangunan mall, hotel, restoran, sarana hiburan, perbaikan fasilitas pasar-pasar yang ada di Kota Tasikmalaya dan lain-lain mendorong penunjang pendapatan asli daerah. Karena aktivitas ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi) meningkat maka kebutuhan masyarakat pun meningkat dan pajak serta retribusi yang diterima pemerintah pun meningkat. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat maka semakin tinggi pula kemampuan orang untuk membayar pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah. Investasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah, dengan demikian semakin besar investasi dan pertumbuhan ekonomi maka tingkat pendapatan asli daerah pun meningkat.
Saran Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan Pemerintah Kota Tasikmalaya dimasa yang akan dating dalam rangka meingkatkan kualitas pelayanan public dan mewujudkan visi misi Kota Tasikmalaya. Adapun saran yang penulis sarankan antara lain: 1. Bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya Pemerintah daerah diharapkan lebih meningkatkan kembali investasi atau penyertaan modalnya di sektor-sektor usaha produktif agar kualitas pelayanan public lebih meningkat. Dan lebih menggali lagi potensi – potensi ekonomi yang ada di daerah seperti mengembangkan usaha produktif atau hasil karya daerah agar bias menjadi produk unggulan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama, disarankan agar tidak menggunakan variable investasi sebagai variable independen, lebih baik coba gunakan variabel lain yang lebih berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi dan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi.
Juga untuk yang menggunakan variable pertumbuhan ekonomi disarankan melakukan penelitiannya tidak hanya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) saja dikarenakan proses pengolahan data pertumbuhan ekonomi seluruhnya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). DAFTAR PUSTAKA Afrizal Fitrah. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2011.Sulawesi Selatan: Universitas Hasanudin. ____________. 2012. Buku Saku PDRB Kecamatan dan Arah Kebijakan Pembangunan Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya: Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Tasikmalaya. ____________. 2013. Data Pokok Pemerintah Kota Tasikmalaya Jilid I Data Indikator Pembangunan Kota Tasikmalaya 2013. Tasikmalaya: Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Tasikmalaya. ____________. 2013. Data Pokok Pemerintah Kota Tasikmalaya Jilid II PDRB Per Kecamatan Kota Tasikmalaya 2013. Tasikmalaya: Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Tasikmalaya. ____________. 2014. Profil Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya: Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya. Fauzyni Wulan. 2013. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak/Bukan Pajak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2011. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Halim Abdul, Muhammad Syam Kusufi . 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntani Keuangan Daerah Edisi 4.Jakarta Selatan: Salemba Empat. Halim Abdul, Yanuar E Restianto, I Wayan Karman. 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Halim Abdul, Muhammad Iqbal. 2012. Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Hidayah Afri. 2009. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Posisi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: CV Andi Offset. Mursyidi. 2013. Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. Nordiawan Deddi, Ayuningtyas Hertianti. 2010. Edisi 2 Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Riduwan, Engkos Achmad Kuncoro. 2012. Cara Mudah Menggunakan dan Memakai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta. Samuelson, Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Bandung: Ghali Indonesia. Subandi. 2014. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukirno Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Panji Putu Ngurah. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi. Bali: Universitas Udayana.