ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS Oleh: Sulistio Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera biasanya disebut kupu-kupu (Butterflies) atau ngengat untuk Moth (Ngengat). Kupu-kupu menyukai daerah tepian aliran sungai dikarenakan daerah tersebut memiliki kelembaban yang bagus untuk reproduksi kupu-kupu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemelimpahan dan pola distribusi kupu-kupu di Tepian sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observatif dengan teknik transek yaitu berjalan sepanjang jalur penelitian, dengan daerah pengamatan terbagi menjadi 3 zona antara lain zona vegetasi, zona dermaga dan zona pemukiman penduduk, dimana setiap zona dengan ukuran panjang kawasan 500 m dan lebar kawasan 50 m yang dibagi menjadi 5 area. Populasi penelitian adalah semua spesies kupu-kupu yang terdapat di Tepian Sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Sampel penelitian adalah kupu-kupu yang tertangkap dengan jaring serangga diameter 40 cm dan mata jaring 1 mm. Hasil penelitian diperoleh 12 spesies kupu-kupu merujuk pada Borror (1992). Kemelimpahan yang dimiliki tergolong sedang dengan pola distribusi mengelompok untuk seluruh spesies. Kupu-kupu yang memiliki Nilai Penting tertinggi adalah spesies Junonina orithya dengan nilai 24,05, sedangkan kupu-kupu dengan Nilai Penting terendah dimiliki spesies Acraea violae Fab dan Neptis clinioides L dengan nilai 13,23.
Kata kunci : Kemelimpahan, Pola distribusi Spesies kupu-kupu, Tepian Sungai PENDAHULUAN Keberadaan kupu-kupu tidak terlepas dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir. Kerusakan alam seperti berubahnya fungsi areal hutan, sawah, dan perkebunan yang
62
menjadi habitat bagi kupu-kupu, dapat menyebabkan penurunan jumlah maupun species kupu-kupu di alam. Kupu-kupu menyukai daerah tepian aliran sungai dikarenakan daerah tersebut memiliki kelembaban yang bagus untuk reproduksi dari kupukupu. Dalam tingkat kelembaban yang sesuai telur Kupu-kupu akan menetas, sehingga kupu-kupu cenderung menyukai daerah aliran sungai. Habitat kupu-kupu ditandai dengan tersedianya tumbuhan inang pakan larva yaitu tumbuhan tempat kupu-kupu meletakkan telur-telurnya serta tumbuhan bunga yang mengandung nektar bagi kupu-kupu. Apabila kedua tumbuhan inang ini tersedia pada lingkungan tersebut, maka habitat
tersebut
memungkinkan
kupu-kupu
dapat
melangsungkan
kehidupannya dari generasi ke generasi. Bila hanya salah satu tumbuhan inang saja yang tersedia, maka kupu-kupu tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Apalagi kalau kedua tumbuhan inangnya tidak ada (Soekardi, 2007). Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, membuat semakin banyaknya pembukaan lahan yang dilakukan baik untuk tempat tinggal maupun penyediaan sumber makanan. Hal ini membuat semakin berkurangnya vegetasi sehingga mengakibatkan semakin berkurangnya habitat bagi kupu-kupu. Pembukaan lahan untuk tempat tinggal, perluasan lahan pertanian hingga perkebunan secara tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan kupu-kupu. Hasil penelitian Faturrahman (2005) tentang Inventarisasi Jenis Kupukupu
di Desa Padang Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut
menemukan 10 species. Penelitian Megawati (2003) tentang Inventarisasi Jenis Kupu-kupu
(ordo
Lepidoptera) di Gunung Sebatung Desa
Gedambaan ditemukan 12 species. Hasil penelitian Rahayu (2012) tentang Species Kupu-kupu di Kawasan Pesisir Pantai Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut terdapat enam familia terdiri atas
Nymphalidae,
Lychanidae,
Danaide,
Pieridae,
Papilionidae,
Hesperidae. Hasil penelitian Miyanti (2012) tentang inventarisasi species
63
kupu-kupu di Perkebunan Jeruk Desa Damit Kecamatan Batu Ampat Kabupaten Tanah Laut, terdapat 15 species yang termasuk dalam 4 familia yaitu familia Papilionidae yaitu species Papilio demoleus L., Papilio polytes C., Papilio memnon L., Papilio aegeus Don., Papilio polyxenes L., dan Papilio sp. familiaa Pieridae yaitu species Eurema hecabe Hub., Catopsilia scylla dan Appias libythea, familia Nymphalidae yaitu species Acraea violae Fab, Elymnias hypermnestra, Hypolimnas missipus dan Neptis clinioides L., dan familia Danaidae yaitu species Danaus eryx Fab., dan Danaus melanippus But.. Species yang paling banyak dijumpai adalah kupu-kupu dari species Papilio polytes C. dengan jumlah 90 ekor dan yang paling sedikit adalah species Neptis clinioides L. dengan jumlah 2 ekor. Berdasarkan hasil survei di tepian sungai Kapuas ditemukan keberadaan kupu-kupu. Keberadaan kupu-kupu di sekitar tepian sungai Kapuas membantu dalam proses penyerbukan bunga bagi jenis tumbuhan yang ada di sepanjang tepian sungai Kapuas seperti vegetasi hutan rawa Penelitian
mengenai
kerapatan
dan
pola
distribusi
kupu-kupu
sebelumnya belum pernah dilakukan di tepian sungai Kapuas. Oleh sebab itu
maka
peneliti
merasa
perlu
diadakannya
penelitian
tentang
“Kemelimpahan dan Pola Distribusi kupu-kupu yang di tepian sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas.”
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observatif, metode observatif yang dipakai adalah teknik transek yaitu dengan berjalan sejajar sepanjang jalur penelitian di sepanjang tepian sungai Kapuas kemudian mengambil sampel yang akan diteliti. Daerah pengamatan dibagi menjadi 3 zona pengamatan yaitu zona vegetasi, dermaga dan pemukiman penduduk dengan masing-masing luas sebesar 500 m x 50 m. Diantara kedua zona di batasi daerah pemisah sebesar 200 m x 50 m. Didalam setiap zona pengamatan vegetasi, dermaga dan pemukiman penduduk
64
terdapat 5 stasiun daerah penelitian yang digunakan berukuran panjang 50 m dan lebar 50 m. Sedangkan untuk zona pemisah tidak diambil sampel pengamatan dikarenakan daerah tersebut dijadikan daerah pemisah antara zona yang satu dengan yang lain. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali di setiap zona dengan berjalan bolak balik menyusuri sepanjang jalur (transek) kemudian menangkap dan mencatat jumlah spesies yang ditemukan di zona tersebut. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Anemometer, digunakan untuk mengukur kecepatan angin (m/s). 2. Higrometer, digunakan untuk mengukur kelembaban udara (%). 3. Lux meter, digunakan untuk mengukur intensitas cahaya (Lux). 4. Termometer batang, digunakan untuk mengukur suhu udara di lingkungan kawasan penelitian (0C). 5. Lup,
digunakan
untuk
mengamati
morfologi
kupu-kupu
hasil
penangkapan. 6. Rol meter, digunakan untuk mengukur luas area penelitian (m). 7. Kertas label, untuk memberikan label pada sampel hasil penelitian yang didapatkan. 8. Kamera digital, digunakan untuk membuat dokumentasi penelitian. 9. Kertas milimeter blok, digunakan menghitung panjang sayap kupukupu. 10. Plastik, digunakan untuk menyimpan sampel kupu-kupu yang ditemukan. 11. Jaring serangga dengan diameter 40 cm dan ukuran mata jaring 1 mm yang digunakan untuk menangkap kupu-kupu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian spesies kupu-kupu di Tepian Sungai Kapuas kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas diperoleh 13 spesies seperti pada Tabel 1, 2 dan 3.
65
Berdasarkan hasil penelitian di Tepian Sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas, ditemukan 12 spesies kupukupu. Berikut adalah spesies-spesies yang ditemukan di seluruh zona pada tiap pengamatan
Tabel 1. Spesies Kupu-kupu Yang Ditemukan di Seluruh Zona ∑ Individu dalam zona No
Nama Spesies
Vegetasi
Dermaga
Pemukiman penduduk
Total spesies
1
Acraea violae Fab.
11
12
6
29
2
Appias libythea
34
32
21
87
3
Catopsilia pyranthe L.
33
13
21
67
4
Danaus melanippus But.
29
12
10
51
5
Elymnias hypermnestra
14
9
10
33
6
Eurema hecabe Hub.
14
18
9
41
7
Hypolimnas bolina L.
19
20
17
56
8
Junonia hedonia Fab.
11
17
11
39
9
Junonina orithya.
36
39
18
93
10
Neptis clinioides L.
15
7
7
29
11
Papilio demoleus L.
15
10
9
34
12
Parthenos Sylvia
9
18
6
33
240
207
145
592
Jumlah
Tabel 2. Famili kupu-kupu yang ditemukan No
Genus
Spesies
1
Danaidae
Danaus melanippus But.
2
Lycaenidae
Junonia hedonia Fab. Acraea violae Fab. Elymnias hypermnestra
3
Nymphalidae
Hypolimnas bolina L. Junonina orithya. Neptis clinioides L. Parthenos Sylvia
4
Papilionidae
Papilio demoleus L.
66
Appias libythea 5
Catopsilia pyranthe L.
Pieridae
Eurema hecabe Hub.
Tabel 3. Kemelimpahan Kupu-Kupu Yang Ditemukan Diseluruh Zona No
Nama Spesies
NP
Pi ln Pi
1
Acraea violae Fab.
13,23
0,111
2
Appias libythea
23.03
0.160
3
Catopsilia pyranthe L.
19,65
0,155
4
Danaus melanippus But.
16,95
0,092
5
Elymnias hypermnestra
13,91
0,118
6
Eurema hecabe Hub.
15,26
0,131
7
Hypolimnas bolina L.
17,79
0,147
8
Junonia hedonia Fab.
14,92
0,128
9
Junonina orithya.
24,05
0,160
10
Neptis clinioides L.
13,23
0,111
11
Papilio demoleus L.
14,08
0,120
12
Parthenos Sylvia
13,91
0,118
200
H’ 1,552
Jumlah
Keterangan : Kupu-kupu yang memiliki Nilai Penting tertinggi adalah spesies Junonina orithya dengan nilai 24,05, sedangkan kupu-kupu dengan Nilai Penting terendah dimiliki spesies Acraea violae Fab dan Neptis clinioides L dengan nilai 13,23.
Tabel 4. Pola Distribusi Kupu-Kupu Yang Ditemukan Diseluruh Zona No
Spesies
Varian
Pola distribusi
1
Acraea violae Fab.
1,17
Mengelompok
2
Appias libythea
1,08
Mengelompok
3
Catopsilia pyranthe L.
1,27
Mengelompok
4
Danaus melanippus But.
1,37
Mengelompok
5
Elymnias hypermnestra
1,18
Mengelompok
6
Eurema hecabe Hub.
1,91
Mengelompok
67
7
Hypolimnas bolina L.
1,08
Mengelompok
8
Junonia hedonia Fab.
1,14
Mengelompok
9
Junonina orithya.
1,14
Mengelompok
10
Neptis clinioides L.
1,28
Mengelompok
11
Papilio demoleus L.
1,15
Mengelompok
12
Parthenos sylvia
1,40
Mengelompok
Keterangan : Seluruh spesies kupu-kupu memiliki pola distribusi mengelompok Tabel 5. Parameter Lingkungan Zona No
Parameter dan Satuannya
Vegetasi
Dermaga
Pemukiman Penduduk
1
Suhu udara (oC)
30-34
30-34
30-34
2
Kelembaban udara (%)
64-78
62-75
62-74
3,04-7,45
4,07-8,18
5,62-8,03
0-1,73
0,62-2,21
0,62-2,14
Intensitas cahaya 3
(K.Lux)
4
Kecepatan angin (m/s)
PEMBAHASAN Kemelimpahan Kupu-kupu Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas diketahui bahwa kemelimpahan spesies memiliki tingkat kemelimpahan yang tergolong sedang. Spesies
yang
di dapatkan
berjumlah
12
spesies,
apabila
dibandingkan dengan penelitian lain yang berjudul Spesies Kupu-kupu di Kawasan Pesisir Pantai Tangkisung kecamatan Tangkisung Kabupaten Tanah Laut jumlah kupu-kupu yang ditemukan 15 spesies. Jumlah kupukupu yang ditemukan lebih sedikit hal ini dikarenakan jarak pengamatan
68
yang berbeda. Pada penelitian di Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas jarak yang di amati hanya 1500 m, sedangkan pada penelitian di Kawasan Pesisir Pantai Tangkisung kecamatan Tangkisung jarak yang digunakan 3700 m. Perbedaan jarak yang cukup jauh sekitar 2200 m hal ini membuat spesies yang ditemukan lebih sedikit. Apabila dibandingkan alat penelitian yang digunakan tidak jauh berbeda karena alat penelitian yang digunakan yaitu jarring insect. Spesies Junonina orithya memiliki nilai penting tertinggi dengan nilai 24,05, hal ini dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaannya adalah faktor makanan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu seperti nektar dan digunakan untuk kupu-kupu untuk meletakkan telur. Hal ini terlihat
pada saat pengamatan dimana pada saat pengamatan
terdapat rerumputan, selain itu juga ditemukan spesies Cassia alata dan Ixora glandiflora. Vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili: Arecaceae, Gramineae, Verbenaceae dan Moraceae (Vane et al. 1984). Induk kupu-kupu memerlukan tumbuhan yang cocok bagi pakan larvanya. Tumbuhan inang sebagai pakan larva kupu-kupu antara lain Asystasia intrusa, Cassia alata, Piper aduncum, Ricinus communis, Michelia champaca, Cassiasiamea, Cleome rutidosperma,
dan Persia
americana. Larva kupu-kupu termasuk herbivora spesialis yang hanya dapat memakan daun tumbuhan spesies tertentu. Bahkan, kebanyakan spesies kupu-kupu termasuk monofagus yang hanya dapat memakan satu spesies tumbuhan saja, tetapi ada juga larva kupu-kupu yang dapat memakan
beberapa
spesies
tumbuhan
tertentu.
Ketersediaan
sumberdaya tumbuhan sebagai pakan kupu-kupu dan larvanya membuat mikrohabitat yang sesuai bagi kehidupan kupu-kupu (Soekardi, 2007). Namun pada saat pengamatan tidak dilakukan pengamatan larva kupukupu hal ini dikarenakan peneliti hanya mengamati kupu-kupu yang beukuran dewasa.
69
Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk serta tidak terpolusi oleh pestisida, asap dan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, maka kupu-kupu dari
kelompok
serangga
terhadap perubahan ekologis.
merupakan
salah
yang dipergunakan
satu
spesies
sebagai
indiktor
Semakin beragam jenis kupu-kupu di
suatu tempat menandakan kondisi lingkungan di wilayah tersebut masih baik (Odum, 1993). Kemelimpahan terendah dimiliki oleh spesies Neptis clinioides dengan nilai penting 13,23. Menurut Woodhall (1997), larva kupu-kupu akan memakan tanaman-tanaman yang khas, di mana setiap kupu-kupu memiliki tanaman pangan yang berbeda. Kupu-kupu dari genus neptis memiliki larva yang memakan makanan dari familia Fabaceae (polongpolongan), Euphorbiaceae (kastuba-kastubaan), dan Combretaceae. Pada saat pengamatan di daerah dermaga cenderung didominasi oleh familia Gramineae, hal ini memungkinkan spesies tersebut sangat jarang sekali ditemukan keberadaannya. Selain itu faktor yang mempengaruhi keberadaan spesies tersebut seperti keberadaan predator kupu-kupu tersebut. Menurut Suhara (2009) salah satu faktor yang mempengaruhi adalah adanya organisme lain termasuk
predator
yang
mengancam
kupu-kupu, ataupun tumbuhan perdu maupun pohon yang digunakan oleh kupu-kupu sebagai tempat perlindungan, baik pada waktu hujan ataupun pendinginan tubuh dari sengatan matahari panas, maupun dari serangan predator itu sendiri. Predator seperti laba- laba dan biawak merupakan pemangsa yang ditemukan di daerah penelitian yang memangsa kupu-kupu di habitatnya. Kemelimpahan terendah juga dimilki Acraea violae dengan nilai penting 13,23. Keberadaan sumber tanaman pangan untuk larva diduga mempengaruhi jumlah dari spesies Acraea violae Fab, sehingga membuat spesies ini sangat jarang sekali ditemukan di stasiun pemukiman penduduk. Menurut Suhara (2009), kerusakan habitat oleh manusia merupakan
faktor
penting
dan
70
merupakan
penyebab
terhadap
menurunnya populasi atau bahkan menyebabkan punahnya kupu-kupu. Kerusakan habitat oleh manusia dapat berupa penebangan pohon sehingga menggangu kelembaban, dimana kelembaban berpengaruh pada kelangsungan hidup dan distribusi dari kupu-kupu yang memerlukan kelembaban udara cukup tinggi untuk hidup dan berkembang biak. Pengambilan daun dan buah serta ranting kayu yang tidak terseleksi menyebabkan kekurangan pakan terhadap larva kupu-kupu,
atau
mungkin menginjak tumbuhan bawah dimana telur dan larva kupukupu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang dilakukan masyarakat setempat seperti pembangunan rumah untuk tempat tinggal. Keanekaragaman (indeks diversitas) dari seluruh zona pengamatan tergolong sedang. Keanekaragaman spesies kupu-kupu berhubungan erat dengan faktor lingkungannya.
Keanekaragaman yang sedang dapat
dikarenakan beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan. Faktor iklim sangat mempengaruhi kemelimpahan kupu-kupu, salah satunya adalah faktor kelembaban. Kelembaban udara pada kisaran antara 64% sampai 78% pada stasiun vegetasi, 62%-75 pada stasiun dermaga, 62%-74% pada stasiun pemukiman penduduk. Jumar (1997), menjelaskan bahwa kecepatan angin biasanya berperan dalam membantu penyebaran
serangga
diantaranya
kupu-kupu
dan
mempengaruhi
kandungan air yang tentunya juga berhubungan dengan kelembaban udara,
dimana
kelembaban
udara
merupakan
faktor
fisik
yang
mempengaruhi distribusi, kegiatan maupun perkembangan serangga contohnya kupu-kupu. Pada stasiun vegetasi intensitas cahaya berkisar antara 3,04 K.Lux–7,45 K.Lux, pada stasiun dermaga intensitas cahaya 4,07 K.Lux – 8,18 K.Lux sedangkan stasiun pemukiman penduduk 5,62 K.Lux – 8,03 K.Lux. Menurut Soekardi (2007), kupu-kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari. Pada malam hari, kupukupu akan beristirahat dan berlindung di bawah daun pepohonan. Kegiatan terbang dimulai sekitar pukul 6.00 pagi hari, pada saat itu kupu-
71
kupu terbang dalam jarak pendek dan hinggap, merentangkan sayapnya menanti sinar matahari pagi. Makin siang, kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan aktivitas mencari makan ataupun bereproduksi. Berdasarkan hasil pengukuran parameter di tepian Sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas untuk suhu berkisar antara 30° C sampai 34° C untuk ketiga stasiun yang diamati. Connors (2002), menjelaskan bahwa kupu-kupu berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuh mereka sebelum mereka terbang, dimana sayap mereka menyerap sinar matahari. Kupu-kupu paling aktif pada saat terpanas dari hari, tetapi dalam suhu lebih dari 37 o C maka mereka akan mencari naungan. Menurut Michael (1994), suhu udara berhubungan dengan intensitas cahaya yang sangat mempengaruhi kegiatan vital suatu organisme. Menurut Jumar (1997), kisaran suhu yang efektif bagi serangga adalah suhu minimum 15o C, suhu optimum 25o C dan suhu maksimum 45o C. Kecepatan
angin
pada
stasiun
vegetasi
antara
0-1,73m/s,
kecepatan angin pada stasiun dermaga memiliki kisaran 0,62-2,21, sedangkan untuk stasiun pemukiman penduduk memiliki kisaran 0,622,14. Jumar (1997), umumnya tidak ditemukan kupu-kupu terbang dalam angin kencang, meskipun selama penerbangan migrasi beberapa spesies mereka mampu melakukan penerbangan karena berbagai faktor. Kisaran kecepatan angin tergolong angin teduh pada kisaran 1,6-3,3 m/s yang sesuai faktor lingkungan yang di perlukan kupu-kupu untuk dapat hidup dan berkembang biak.
Pola Distribusi kupu-kupu Michael (1994) menyatakan bahwa struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Salah satu penyebaran dinamakan penyebaran berumpun,
72
dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Dari hasil yang didapatkan pada saat penelitian diketahui bahwa kupu-kupu yang diperoleh memiliki pola distribusi yang sama yakni mengelompok. Suhara (2009) menyatakan bahwa kelembaban adalah salah satu faktor iklim yang sangat penting bagi kupu-kupu. Pada umumnya kupu-kupu menyukai habitat yang mempunyai kelembaban tinggi, seperti lokasi-lokasi yang berada dipinggir sungai yang jernih atau di bawah tegakan pohon sekitar gua yang lembab karena berair. Sejumlah besar genus dari Catopsilia dan Colias dapat ditemukan beterbangan
di
sekitar
daerah
lembab
(Smart,
1975),
hal
ini
memungkinkan pola distribusi dari spesies luas dikarenakan kelembaban yang tinggi di daerah pengamatan. Larva kupu-kupu ini memakan tanaman dari Loranthus dan Dendropthoe atau sejenis tanaman parasit yang hidup di pohon (Carter, 1992). Menurut Suhara (2009), semakin tinggi kelimpahan makanan, akan menyebabkan pula ketersedian pakan larva semakin banyak. Sedangkan distribusi pakan akan berpengaruh kepada ketersediaan ruang dalam mencari pakan dan sekaligus berpengaruh terhadap sebaran jenis kupu-kupu. Kebersihan lingkungan habitat
kupu-kupu
adalah
merupakan
salah
satu
faktor
yang
berpengaruh terhadap kehadiran kupu-kupu tersebut di suatu tempat. Membuang sampah sembarangan, akan mengundang serangga lain datang kesitu, dan secara tidak langsung akan mengundang pula predator kupu-kupu untuk datang ke tempat tersebut. Ketersediaan sumber makanan juga membuat pola distribusi yang dimiliki mengelompok. Menurut Soekardi (2007), larva kupu-kupu termasuk herbivora spesialis yang hanya dapat memakan daun tumbuhan spesies tertentu. Kebanyakan spesies kupu-kupu termasuk monofagus yang hanya dapat memakan satu spesies tumbuhan saja, tetapi ada juga larva kupu-kupu yang dapat memakan beberapa spesies tumbuhan tertentu.
73
PENUTUP Penelitian tentang kemelimpahan dan pola distibusi kupu-kupu di tepian sungai Kapuas kelurahan selat tengah kecamatan selat kabupaten Kapuas, terdapat 12 spesies yang ditemukan yaitu Danaus melanippus, Papilio demoleus L, Neptis clinioides L, Eurema hecabe Hub, Junonina orithya, Appias libythea, Acraea violae Fab, Catopsilia pyranthe L, Parthenos
sylvia,
Elymnias
hypermnestra,
Junonia
hedonia
Fab,
Hypolimnas bolina L. Kupu-kupu yang memiliki Nilai Penting tertinggi adalah spesies Junonina orithya dengan nilai 24,05, sedangkan kupu-kupu dengan Nilai Penting terendah dimiliki spesies Acraea violae Fab dan Neptis clinioides L dengan nilai 13,23. Pola distribusi mengelompok untuk seluruh spesies yang ditemukan diseluruh zona pengamatan
DAFTAR PUSTAKA Amir, M, W.A. Noerdjito dan S. Kahono. 2003. Serangga taman nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat: Kupu (Lepidoptera). BCP – JICA. Bogor Borror, Donald., Triplehorn, Charles A., Johnson, Norman F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarata: UGM press. Braby, Michael F. 2004. The Complete Field Guide to Butterflies of Australia. National Library. Australia. Carter, David. 1992. Butterfies And Moths. Dorling Kindslay Limited. London. Connors, John. 2002. Butterflies in your backyard. North Carolina State University. Carolina. Faturrahman. 2005. Inventarisasi Jenis Kupu-kupu di Desa Padang Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah laut. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Banjarbaru
74
McNaughton, S.J. dan Larry L. Wolf. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Megawati, E. 2003. Inventarisasi Jenis Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera) di Gunung Sebatung Desa Gedambaan Kecamatan Pulau laut Utara Kabupaten Kota baru. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI. Press. Jakarta. Miyanti, Deni. 2012. inventarisasi species kupu-kupu di Perkebunan Jeruk Desa Damit Kecamatan Batu Ampat Kabupaten Tanah Laut. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. UGM Press, Yogyakarta. Rahayu, Devy Dwi. 2012. Spesies Kupu-Kupu Di Kawasan Pesisir Pantai Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Soekardi, Herawati. 2007. Kupu-kupu di Kampus Unila. Universitas Lampung, Lampung. Smart, Paul. 1975. The Illustrated Encyclopedia of The Butterfly Word . Crescent Suhara,
2009a. Ngengat Dan Kupu-kupu. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. 2009b. Ornitophtera goliath Si Cantik dari Papua. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Van Hoeve, W.1996. Serangga (ensiklopedi Indonesia seri fauna ). PT Ichtiar Baru Van Hoeve., Jakarta Vane,
R.I., Wright and P.R. Ackery. 1984. The Biology of Butterflies, Symposium of the Royal Entomological Society of London Number 11. Academic Press. London.
Wijayanto, Agustinus. 2000. Keragaman dan penyebaran jenis Kupu-Kupu Lepidoptera di Beberapa Ketinggian Daerah Aliran Sungai Kawasan Penyangga cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari.
75
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cendrawasih manokwari. (Tidak dipublikasikan) Woodhall, Steve. 1997. Field Guide to Butterflies of South Africa. Struik.
76