PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata) MELALUI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI *) Oleh: 1) Lun Kai , Mohamad Ikbal Bahua 2), Fitria S Jamin3)**) ABSTRAK LUN KAI. 613 409 105. Pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Vigna radiata) Melalui pemberian pupuk kotoran sapi. Di bimbing oleh Moh. Ikbal Bahua sebagai pembimbing I dan Fitriah S. Jamin sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan mengetahui pertumbuhan kacang hijau pada perlakuan pupuk organik kotoran sapi dan mengetahui produksi kacang hijau pada perlakuan pupuk organik kotoran sapi. Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini di mulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari empat perlakuan dan masing-masing diulang tiga kali. Perlakuannya yaitu : (1) tanpa pupuk (kontrol), (2) 1,5 ton/ha (3) 3,5 ton/ha, (4) 5,5, ton/ha. Data hasil penelitian di analisis dengan menggunakan analisis of varians (ANOVA) dan di lanjutkan dengan uji BNT jika terdapat pengaruh perlakuan pupuk organik kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan Pemberian pupuk organik kotoran sapi pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau memberikan pengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 60 HST yang tertinggi 72,10 cm dan pengaruh nyata pada jumlah polong setiap tangkai dengan hasil terbesar mencapai 77,67 polong, panjang polong yang tertinggi 8,34 cm dan produksi polong persampel tanaamn yang tertinggi 9,33 (g). Perlakuan pupuk rganik kotoran sapi terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau yaitu terdapat pada perlakuan P2 dengan dosis 3,5 ton/ha kg. Kata Kunci: Pupuk Organik Kotoran Sapi, Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau. PENDAHULUAN Kacang hijau (Vigna radiata) adalah jenis tanaman yang termasuk polong-polongan berbiji dari suku Leguminoseae yang berarti kacang-kacangan. Pengembangan kacang hijau harus disesuaikan dengan pola tanam setempat, penanaman kacang hijau ditanam pada musim kemarau setelah tanaman utama, yaitu padi gogo dan jagung. Tantangan pengembangan kacang hijau dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya: keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif luas, anggapan petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau di lahan kering dan mempertahankan kualitas lahan untuk berproduksi lebih lanjut. Menurut Andrianto dan Indrianto (Liza Khairani, 2008), hampir semua negara di dunia membutuhkan kacang hijau untuk berbagai macam keperluan, yang dibutuhkan sekarang adalah peran dari petani produsen kacang hijau dalam memanfaatkan peluang
*) Seminar Usulan Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UNG **) 1)Mahasiswa, 2)Dosen Pembimbing I, 3)Dosen Pembimbing II tersebut.Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat diubah menjadi hara tersedia bagi tanaman. 1
Kebutuhan akan kacang hijau yang organik sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat, sementara para petani hampir semua tanaman pangan yang di tanam menggunakan pupuk anorganik, jarang sekali petani menggunakan pupuk organik. Oleh karena itu penelitian pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Vigna radiata) melalui pemberian organik kotoran sapi perlu dilakukan sebagai salah satu informasi teknologi pemupukan yang dapat diterapkan oleh petani dalam menunjang program ketahanan pangan yang berkelanjutan dan merubah pola fikir petani ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini di mulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dar lima perlakuan dan tiga ulangan. Adapun lima perlakuannya yaitu : P0 = Tanpa Pupuk, P1 = 1,5 Ton/Ha, P2 = 3,5 Ton/Ha, P3 = 5,5 Ton/Ha Lahan merupakan media utama yang akan digunakan oleh peneliti. Dengan memperhatikan media tanam yang lokasinya strategis sangat berpengaruh untuk kesuksesan peneliti. Setelah mendapatkan lokasi yang strategis maka dilakukan pengolahan tanah, pengolahan dilakukan dengan cara dibajak sampai kedalama ± 25 cm dan diratakan dengan cangkul serta dibuat drainase untuk mencegah genangan air ketika turun hujan. Selanjutnya sehari setelah pengolahan tanah maka dilakukan pembuatan bedeng dengan ukuran 3×2 m, dibuat empat bedeng disetiap ulangan. Tiap bedeng ada 64 rumpun tanaman dengan jarak 30×20 cm tanam dengan luas lahan seluruh 86 m. Persiapan penanaman pada penelitian ini lebih dahulu diawali dengan pemilihan benih, benih yang digunakan adalah Vima 1. Penanaman dapat dilakukan dengan cara ditugal sedalam 4-5 cm dari permukaan tanah, setiap lubang tanam diisi 1 butir kemudiana lubang tanam ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan pada penelitian kacang hijau menggunakan pupuk organik kotoran sapi dengan dosis yang berbeda diberikan dengan cara dihamburkan di setiap perlakuan. Pupuk diberikan satu minggu sebelum tanam, dengan tujuan agar pupuk kotoran sapi tercamur sempura dengan tanah. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 . Takaran Pupuk organik kotoran sapi diberikan pada setiap perlakuan (gram) Perlakuan Organik kotoran sapi Kg/ha
Takaran Pupuk Organik kotoran sapi satu minggu sebelum tanam
Tanpa pupuk
-
1,5
900
3,5
2,100
5,5 3,300 Pemeliharaan terdiri dari penyulaman, penyiraman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu, tujuan penyulaman untuk menggantikan tanaman yang layu, mati tidak tumbuh. Penyiraman setiap pagi dan sore hari sesuai dengan kondisi tanah dan curah hujan, sedangkan penyiangan setiap hari apabila ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman dan untuk pembumbunan seminggu sekali tujuan dari pembumbunan agar tanah menjadi gembur serta menutupi perakaran, sehingga tidak mudah rebah pada saat tanaman sudah mulai tinggi. Panen dapat dilakukan bila polong tiap-tiap tanaman sudah kering berwarna coklat atau hitam. Pemanenan di lakukan pada saat kacag hijau berumur 60 HST. Variabel yang Diamati :1. Pengamatan Tinggi Tanaman (Cm) 2
2. Jumlah polong setiap tangkai (Polong, 3. Panjang PolonG, 4. Tanaman (g)
Produksi
Persample
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian 1. Tinggi Tanaman Pertumbuhan tanaman pada awal penanaman di lapangan menunjukan respon tumbuh tinggi tanaman yang cukup baik dengan tersedianya kebutuhan air. Dari hasil pengamatan tinggi tanaman rekapitulasi F hit pada umur 30 hari setelah tanam ditidak berpengaruh nyata pada perlakuan pupuk dan kelompok sehingga tidak dilakukan uji lanjut BNT, sedangkan pada umur 60 hari setelah tanam berpengaruh nyata pada taraf α=5%. Pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 60 HST pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tetinggi sebesar 72,10 cm dan perlakuan pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk. Tabel 2.Rata-rata pertumbuhan tinggi Kacang hijau selama pengamatan Rataan Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Cm) Perlakuan Pupuk Kandang Ton/ha 30 HST 60 HST tn 37,67* b Tanpa pupuk 18,53 1,5 20,80 42,00 ab 3,5 31,93 72,10 a 5,5 24,27 59,33 ab BNT 5% 13,33 B. Jumlah Polong setiap Tangkai (Polong) Hasil pengamatan pertumbuahan dan produksi kacang hijau pada indikator jumlah polong setiap tangkai rekapitulasi F hit pada umur 60 HST berpengaruh nyata taraf α=5% pada perlakuan pupuk sehingga dilakukan uji lanjut BNT jumlah polong setiap tangakai pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tertinggi sebesar 77,67 polong dan perlakuan pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk. Tabel 3. Jumlah Polong setiap Tangkai Perlakuan pupuk Kandang Ton/ha
Jumlah polong setiap tangkai 39,67* b 46,00 ab 77,67 a 61,67 ab 19,37
Tanpa pupuk 1,5 3,5 5,5 BNT 5%
C. Panjang Polong (Cm) Hasil pengamatan pertumbuahan dan produksi kacang hijau pada indikator panjang polong rekapitulasi F hit pada umur 60 HST berpengaruh nyata taraf α=5% pada perlakuan pupuk sehingga dilakukan uji lanjut BNT, panjang polong pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tertinggi sebesar 8,34 cm dan perlakuan pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk.
3
Tabel 4. Panjang Polong Perlakuan pupuk Kandang Ton/ha
Panjang Polong 6,36* b 7,68 a 8,34 a 7,53 a 1,26
Tanpa pupuk 1,5 3,5 5,5 BNT 5%
C. Produksi Polong Persample Tanaman (g) Hasil pengamatan produksi kacang hijau pada indikator produksi persample tanaman yang diambel pada lima sampel tanaman rekapitulasi F hit pada saat panen berpengaruh nyata taraf α=5% pada perlakuan pupuk sehingga dilakukan uji lanjut BNT , produksi persample pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tertinggi sebesar 9,33 cm dan perlakuan pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk. Tabel 5. Produksi Persample Perlakuan pupuk Kandang Ton/ha
Produksi Persample 4,13* b 5,60 b 9,33 a 5,00 b 2,016
Tanpa pupuk 1,5 3,5 5,5 BNT 5%
4.1 Pembahasan penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu bagian pertumbuhan yang menunjukan adanya perubahan karakter agronomi suatu vairetas tanaman dan untuk menunjang pertumbuhan tersebut perlu ditambahan pupuk berupa pupuk kadang. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang bisa memperbaiki kesuburan tanah, selain itu pupuk kandang juga mempunyai unsur hara yang cukup untuk merangsang pertumbuhan tinggi tanaman dan mudah di resap oleh akar yang digunakan untuk proses penyusunan metabolisme di dalam tubuh tumbuhan. Banyaknya unsur hara di terkadung dalam pupuk kadang tergantung dari jenis hewan dan jenis makanan yang dimakan. Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 60 HST dan tidak berpengaruh nyata saat tanaman berumur 30 HST . Dari keempat perlakuan yang diberikan P3 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan tinggi tanaman mencapai 72,10 cm dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 37,67 cm. Dilihat dari data rataan tinggi tanaman kacang hijau penggunaan pupuk organik kotoran sapi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi yang cukup baik, selain itu penggunaan pupuk tersebut bisa mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimi. Adanya keragaan penampilan pertumbuhan tinggi tanaman yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aria Bara dan M. A. Chozin (2009), mengenai Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (zea mays l) di lahan kering, menyimpulkan Dosis pupuk 4
kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa pupuk kandang). Pada umur 2-6 MST, dosis pupuk kandang 15 ton/ha memberikan hasil yang berbeda terhadap tinggi tanaman namun pada dosis 5 dan 10 ton/ha, tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Pada umur 8 dan 9 MST, ketiga dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh berbeda tetapi nilai rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST (129.02 cm) di peroleh dari tanaman yang diberi pupuk kandang dengan dosis 15 ton/ha. Hasil penelitian Eny Widiyanti dan Maya Melati (2009), mengenai pengaruh residu pupuk kandang sapi dan guano terhadap produksi kedelai (glycine max (l.) merr) panen muda dengan budidaya organik. Perlakuan residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk berpengaruh tidak nyata pada peubah tinggi tanaman. Perlakuan residu pupuk guano berpengaruh cenderung nyata pada saat tanaman berumur 7 MST. Perlakuan residu pupuk guano dengan dosis 108 kg/ha menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk guano lainnya pada setiap minggu. Tinggi tanaman kedelai dengan budidaya konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman kedelai pada semua perlakuan residu pupuk kandang dan residu pupuk guano. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ikmal (2009), dengan judul Respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) Terhadap pemberian pupuk kandang kotoran sapi, berdasarkan hasil penelitiannya pengamtan dan daftar sidik ragam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 35 HST dengan dosis optimum 13,98 kg/plot dengan tinggi tanaman sebesar 54,38 cm. Secara teoritis pendapat Rivaie (Ikmal, 2009) menjelaskan bahwa biasanya pemberian pupuk kandang sapi selalu diikuti peningkatan hasil tanaman. Pengingkatan hasil tanaman tersebut tergantung pada beberapa faktor , seperti tingkat kematangan pupuk kandang sapi sendiri, sifat-sifat tanah, cara aplikasi, dan sebagainya. Pengaruh dari pupuk kandang sapi terhadap hasil tanaman dapat disebabkan oleh pengaruh yang menguntungkan terhadap sifatsifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sejalan dengan pendapat Mulyani dan Kartasapoetra (Ikmal, 2009) bahwa penggunaan pupuk kandang sapi yang diberikan secara teratur kedala tanah dapat meningkatkan daya menahan air, sehigga terbentuk air tanah yang bermanfaat, karena akan memudahkan akar-akar tanaman menyerap unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangannya. 4.1.2 Jumlah Polong setiap Tangkai Pengamatan secara kualitatif di lapangan menunjukan bahwa polong yag dihasilkan yaitu besar dan berisi, tapi jumlah cabang yang tumbuh belum tentu semua mampu meghasilkan buah atau polong. Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong setiap tangkai. Dari keempat perlakuan yang diberikan P3 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan jumlah polong mencapai 77,67 polong dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 39,67 polong. Adanya keragaan penampilan pertumbuhan jumlah polong setiap tangkai yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Hal ini terlihat bahwa pada usur hara yang dikandung oleh kotran sapi, hara tersedia cukup untuk pertumbuhan tanaman Kacang hijau baik vegetatif maupun generatif. Akibatnya ukuran polong pada yang menggunakan kotoran sapi, kacang hijau lebih besar dibandingkan ukuran polong pada perlakuan tanpa pupuk sama sekali. Searah dengan penelitian yang lakukan oleh Ikmal (2009), dengan berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah polong per tanaman sampe, pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman sampel dengan optimum sebesar 17,70 kg/plot denga jumlah plong per tanaman sebesar 221,55 polong. Hasil penelitian Munif Ghulamahdi dan Nuraeni (2009), dalam penelitianya yang benrjudul Pengaruh genotip dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan 5
produksi kedelai, menyatakan bahwa dosis pupuk kandang nyata mempengaruhi jumlah polong isi per tanaman, tetapi tidak nyata mempengaruhi bobot basah bimas per petak, bobot basah biomas per tanaman, bobot basah polong per petak, dan bobot basah polong per tanaman. Dosis pupuk kandang nyata meningkatkan jumlah polong isi per tanaman. Jumlah polng isi per tanaman tertinggi diperoleh pada dosis pupuk kandang 2 ton/ha, tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 1 dan 4 ton/ha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh La Ode Samuli at al.,(2012) tentang produksi kedelai (glycine max l. merrill) pada berbagai dosis bokashi kotoran sapi di Sulawesi Tengah menyimpulkan Pemberian bokashi kotoran sapi mampu meningkatkan jumlah cabang produktif dan jumlah polong pada tanaman kedelai, hal ini disebabkan karena bokashi kotoran sapi selain memperbaiki kondisi tanah juga mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga pada dosis 10 t ha-1 memberikan hasil yang terbaik. Unsur phospat yang terdapat pada bokashi kotoran sapi mampu mempercepat pendewasaan tanaman sehingga pada dosis B2 memberikan jumlah cabang produkktif dan jumlah poling yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bokashi kotoran sapi pada berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang produktif, jumlah polong, jumlah polong hampa, bobot 100 biji kering dan produksi total yang tertinggi. Indikasi ini menunjukkan bahwa pemberian bokasi kotoran sapi didalam tanah, dapat memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah, dan optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani oleh Nasir ( La Ode Samuli at al. 2012). Secara teoritis menurut Harjadi (Pardono, 2009) tingkat tanggapan tanaman terhadap pupuk sebagian berhubungan dengan kapasitas produksi dari tanah yang ditentukan oleh ketersediaan hara dan kondisi tanah dalam jangka panjang. Tanaman yang ditanam pada tanah-tanah berkapasitas produksi rendah biasanya menunjukkan respon secara nyata pada pemupukan tingkatan rendah daripada pada tanah-tanah berkapasitas produksi tinggi. Sitompul dan Guritno (Pardono, 2009) menambahkan bahwa berat segar tanaman selain ditentukan ukuran organ-organ tanaman yang dipengaruhi oleh banyaknya timbunan fotosintat hasil fotosintesis juga ditentukan oleh kadar air dari bagian-bagian tanaman itu sendiri yang diserap oleh akar. Oleh sebab itu adanya perbedaan hasil berat segar brangkasan dimungkinkan juga dipengaruhi oleh kandungan air dalam organ tanaman. Pendapat Rinsema (Pardono, 2009) bahwa dengan pemberian pupuk yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu pemupukan, dan cara pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman baik kualitas maupun kuantitas. 4.1.3 Panjang Polong Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong setiap tangkai. Dari keempat perlakuan yang diberikan P3 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan jumlah polong mencapai 8,34 cm dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 6,36 cm. Adanya keragaan penampilan pertumbuhan panjang polong yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Searah dengan hasil penelitian Pardono (2009) tentang Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.) di Kentingan Solo menyimpulkan bahwa Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, panjang polong, berat polong, berat brangkasan basah dan berat brangkasan kering menunjukkan pemupukan dengan air kencing sapi yang disemprotkan melalui daun pada setiap konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perlakuan pupuk kandang dari kotoran sapi menunjukkan adanya beda nyata pada semua peubah yang diamati. pupuk organik kotoran sapi (pupuk kandang) berpengaruh terhadap pertumbuhan 6
dan hasil tanaman kacang panjang. Hasil penelitian Mahyuddin (2006) dengan judul pengaruh residu fosfor dan bahan organik terhadap Ph H2O, KTK, Al-DD dan produksi kacang hijau setelah dua kali pertanaman padi pada lahan sawah tadah hujan di Sumatera Utara menyatakan bahwa hasil analisis menunjukan bahwa dosis fosfor dan pupuk kandang kotoran sapi serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata nyata terhadap panjang polong kacang hijau, namun ada kecenderungan bahwa dosis pupuk kandang sapi menghasilkan polong terpanjang diperoleh pada perlakuan O2 (6000 kg/ha) yaitu ( 3000 kg/ha dan perlakuan O0 (0 kg/ha) di duga panjang polong di pengaruh oleh sifat genetis tanaman. Secara teoritis penelitian ini sependapat dengan Budi Susilo Setaiawan (2010) pupuk kandang sapi mempunyai kandungan serat kasar tinggi, seperti selulosa. Hal ini ditandai dengan tingginya rasio C/N, di atas 40. Kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan tanaman sehingga pemberian harus dibatasi. Untuk menurunkan tingginya kandungan C, bisa dilakkan dengan pengomposan. Pupuk kandang sapi juga dikenal mengandung air yang banyak. Russel ( Desi Triyoga Ratri, 2003) juga menambahkan bahwa pemberian sodium karbonat pada kotoran sapi padat membunuh patogen E.cli dan benih-benih gulma yang tercampur dalam kotoran sapi. Sodium karbonta meningkatkan Ph kotoran sapi sehingga dapat meningkatkan aktifitas mikrba pengurai. Peningkatan mikroba pengurai mempercepat laju dekmposisi kotoran sapi. 4.1.3 Produksi Polong Persampel Tanaman (g) Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter produksi persampel tanaman. Dari keempat perlakuan yang diberikan P2 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan jumlah polong mencapai 9,33 g dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 4,13 g. Adanya keragaan produksi persampel tanaman yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Searah dengan penelitian Ikmal (2009), dengan judul Respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) Terhadap pemberian pupuk kandang kotoran sapi di Medan. Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah polong per tanaman sampel pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman sampel. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi paat optimum sebesar 17.70 kg/plot dengan jumlah perpolong tanaman sampel sebesar 221.55 plong. Secara teoritis sependapat Simatupang, et al.,(Panut Sahari, 2005) Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan kualitatifnya meliputi unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat, unsur hara dapat diserap tanaman, tanaman dapat menggunakan unsur hara yang diserap untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya (Indranada, 1986). Pemberian pupuk yang tepat jumlah akan memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil. Nasir ( La Ode Samuli at al. 2012) pemberian bokasi kotoran sapi didalam tanah, dapat memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah, dan optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
7
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1) Pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau saat berumur 60 HST mencapai 72,10 cm, ada pada perlakuan P2 dengan dosis 3,5 ton/ha. 2) Pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata pada produksi kacang hijau dengan parameter jumlah polong setiap tangkai yang tertinggi 77,67 polong , panjang polong yang tertinggi 8,34 dan produksi polong persampel tanaman yang tertinggi 9,33 g. 5.2 Saran 1. ) Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penggunaan pupuk organik kotoran sapi pada tanaman kacang hijau. 2. ) Aplikasi terbaik menggunakan pupuk organik kotoran sapi untuk tanaman kacang hijau dengan 3,5 ton/ha untuk wilayah gorontalo utara dan dapat diterapkan pada lahan pertanian untuk meningkatkan produksi. DAFTAR PUSTAKA Aria Bara, dan M. A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea Mays L) Di Lahan Kering. Skripsi : dipublikasikan. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35459/aria%20bara.pdf [ 6 Mei 2013] Budi Susilo Setaiawan dan Tim Penulis Etos IPB. 2010. Membuat Pupuk Kandang secara cepat. Penebar Swadaya. Depok. Desi Triyoga Ratri. 2003. Pengaruh Konsentrasi Larutan Pupuk Kandang Sapi Sebagai Pupuk Daun Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kedelai (Glycine max. (L) Merr). Makalah Seminar : dipublikasikan. Jurusan Budidaya pertanian. Fakultas Pertania. Institu Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16345/A03DTR.pdf?sequence =2 [ 6 Mei 2013]. Eny Widiyanti dan Maya Melati. 2009. Pengaruh residu pupuk kandang sapi dan guano terhadap produksi kedelai (glycine max (l.) Merr) panen muda dengan budidaya organik. Makalah Seminar : di Publikasikan. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35513/eny%20widiyanti.pdf?s equence=1 [ 6 Mei 2013]. Lingga dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta . Lingga dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. http://books.google.co.id/books?id=hmWug2ALR0sC&pg=PA19&dq=pupuk+anorga nik&hl=id&sa=X&ei=Nh9HT7kCuTOmAW5i8WNDg&ved=0CCsQ6AEwAA#v=on epage&q=pupuk%20anorganik&f=false [ 24 februari 2013 ].
8
La Ode Samuli at al. 2012. Produksi kedelai (glycine max l. Merrill) pada Berbagai dosis bokashi kotoran sapi. Skripsi : di publikasikan. Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Universitas Halueleo. Kendari. Sulawesi Tengara. http://faperta.unhalu.ac.id/berkala_gronomi/Fulltext/2012/BPA0102145.pdf [ 30 Juli 2013]
Liza Khairani. 2008. Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Phaeolus Radiatus L ) Pada Beberapa Komposisi Lumpur Kering Limbah Domestik Sebagai Media Tanam. Skripsi: dipublikasikan. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra utara. Medan [ 6 Maret 2013]. Marzuki, A. R. dan Soeprapto HS., 2004. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta. Tawakkal. 2009. Respons pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max. L) Terhadap pemberian pupuk kotoran sapi. Skripsi: dipublikasikan. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7591/1/09E00572.pdf [ 6 Mei 2013]. Panut Sahari. 2005. Pengaruh jenis dan dosis pupuk kandang Terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Krokot Landa (talinum triangulare willd.). Skripsi :di Publikasikan. Fakultas Peratanian. Univeritas Sebelas Maret. Surakarta. http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/1949052119800310019-15-1-SM.pdf [ 21 Juni 2013] Pardono. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.). Skripsi :di publikasikan. Jurusan Agronomi Fakultas. Pertanian Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Solo. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pengaruh%20pupuk%20kandang%20dan% 20pupuk%20cair%20terhadap%20pertumbuhan%20dan%20produksi%20tanaman%20 kacang%20panjang%20%28vigna%20sinensis%20l%. [25 Juli 2013] Purwono dan R. Hartono. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Bogor. http://books.google.co.id/books?id=1vqDykpqLzYC&pg=PA3&dq=budidaya+tanaman +kacang+hijau&hl=id&sa=X&ei=xg1FT4nnI8jMrQeB7bCuDw&ved=0CC0Q6AEwA A#v=onepage&q=budidaya%20tanaman%20kacang%20hijau&f=false [ 22 Maret 2013 ].
9
Rukmana, R., 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. Silvi syafrina. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Phaeolus Radiatus L ) pada Media Sub Soil Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik dan Pupuk Organik Cair. Skripsi : dipublikasikan. Jurusan BDP-Agronomi.Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7597/1/09E02913.pdf. [ 6 Maret 2013]. Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Kanisius : Jogjakarta. http://books.google.co.id/books?id=eXZ4joC3b4C&pg=PA19&dq=pupuk+organik& hl=id&sa=X&ei=jBdHT6_6L-2ZmQWgl CVDg&ved=0CCsQ6AEwAA#v=onepage&q=pupuk%20organik&f=false [24 Maret 2013].
10