Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 985-1010 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender Tamita Putri Islami, Khairulyadi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah Email :
[email protected] ABSTRAK
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suami terhadap istri terjadi karena adanya ketidaksetaraan kekuasaan dalam keluarga.Ketidaksetaraan kekuasaan yang terwujud dalam pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana relasi gender mempengaruhi KDRT oleh suami terhadap istri. Penelitian ini menggunakan Teori Struktural Fungsional serta Metode Deskriptif Kualitatif.Terdapat sepuluh informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini.Enam diantaranya berstatus sebagai korban KDRT, sedangkan empat informan kunci lainnya terdiri dari tokoh masyarakat Kabupaten Aceh Utara.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri mengalami berbagai bentuk KDRT yaitu kekerasan dalam bentuk fisik, psikis, seksual dan ekonomi serta pembagian peran di ruma tidak setara.Penyebab KDRT oleh suami terhadap istri yaitu karena suami merasa berkuasa atas istri, istri tidak menjalankan fungsi sesuai perannya, adanya orang ketiga.Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh relasi kuasa yang tidak setara terhadap KDRT oleh suami terhadap istri.
Kata Kunci :Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Relasi gender
Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei2017: 985-1010
985
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP ABSTRACT Domestic Violence by Husbands against Wives According to the Perspective Gender Relations Domestic violence by husbands against wives happens due to the inequality of rule in the family. Inequality of power embodied in the division of roles between men and women is influenced by the prevailing norms in society. The purpose of this study is to explain how the gender relations influence domestic violence by husband against wives. This research uses StructuralFunctional Theory and Qualitative Descriptive Methods. There are ten informants who participated in this study. Six of them have status as victims of domestic violence, while four other key informants consisting of community figure in North Aceh District. Data in this study were collected by interview and documentation. The results showed that the wife suffered various forms of domestic violence physical, psychological, sexual and economic neglect, anddivision of roles in the home is not equivalent. There are 3 (three) causes of domestic violence by husbands against wives: (1) the husband felt over his wife, (2) the wife does not execute her function of various roles, (3) the presence of third party. As conclusion, there is influence of unequal power relations to domestic violence by husband against wives.
Keywords: Domestic violence, gender relations.
PENDAHULUAN Salah satu indikator permasalahan sosial yang berdampak negatif adalah kekerasan dalam rumah tangga (Muniarti, 2004).Keluarga yang adalah surga bagi anggotanya dalam memperoleh kasih sayang dan dukungan, saat ini telah dihalangi oleh adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menurut Asbianto (dalam Marlia, 2007) merupakan suatu bentuk penganiayaan (abuse) secara fisik maupun secara emosional ataupun Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
986
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP psikologis yang merupakan suatu cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah tangga. Dalam catatan tahunan yang dirilis oleh Komisi Nasional Perempuan, sepanjang tahun 2015 terdapat 321.752 kasus kekerasan yang di alami oleh perempuan di Indonesia. Disebutkan pula bahwa kekerasan dalam rumah tangga dalam bentuk fisik menjadi kekerasan yang paling dominan terjadi.Umumnya kekerasan dilakukan oleh kaum yang secara sosial di anggap kuat (suami), terhadap kaum yang secara sosial di anggap lemah. Maraknya kekerasan terhadap perempuan juga terjadi di Aceh. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh pada tahun 2015 dinyatakan bahwa dalam kurun waktu 2013-2015, telah terjadi sedikitnya 1489 kasus kekerasan terhadap perempuan di 23 Kabupaen/kota di provinsi Aceh. Disebutkan pula bahwa kekerasan yang paling dominan di alami perempuan adalah kekerasan dalam bentuk fisik yaitu 346 kasus. Kekerasan dalam rumah tangga yang di alami perempuan pada umumnya berhubungan dengan kekerasan berbasis gender. Fakih (2008) menyatakan bahwa kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu disebabkan oleh bias gender yang disebut sebagai gender related violence. Pada dasarnya kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuasaan dan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Fakih (2008), Johan Galtung dalam (Liere, 2010) juga menyatakan bahwa kekerasan bentuk apapun pasti melibatkan dua relasi yang tidak setara.Kekerasan dimulai karena adanya relasi kasta dalam hubungan antar manusia.Ketika posisi suami dan istri dalam sebuah hubungan masih timpang, maka hubungan tersebut rentan terjadi kekerasan. Bentuk relasi vertikal selama ini dipercaya sebagai kodrat dan dikukuhkan oleh budaya dan agama (Muniarti, 2004). Lebih jauh Muniarti melihat fenomena Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
987
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP kekerasan dalam keluarga sebagai akibat dari proses kebudayaan patriarki. Masyarakat yang menganut budaya ini menyakini bahwa laki-laki adalah superior yang diberi kekuasaan yang tidak terbatas, dan perempuan inferior, sehingga terjadi pembenaran terhadap laki-laki dan menguasai dan mengontrol perempuan. Pada masyarakat Aceh yang cenderung patriarki, laki-laki memiliki kekuasaan yang lebih besar dan kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, sedangkan perempuan diperlakukan sebagai objek yang dapat dikuasai (Rachman, 2001:394).Di dalam budaya patriarki, terdapat pembedaan peran antara suami dan istri.Suami berperan pada sektor publik yang mencari nafkah (produksi), sedangkan istri berperan pada sektor domestik mengatur urusan kerumahtanggaan, mengasuh dan mengurus anak (reproduksi).Peran publik yang di anggap lebih bernilai dibandingkan peran domestik ini menyebabkan laki-laki merasa berkuasa (dominan) atas perempuan. (Liere, 2010:48)
Kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri merupakan dampak dari melanggar norma yang ada. Di dalam masyarakat telah ditentukan batas kepantasan dan melabelkan peran-peran stereotipe bagi laki-laki dan perempuan.Apa yang ditentukan oleh masyarakat ini sudah berjalan berabadabad lamanya, dan dianggap kodrat yang tidak bisa berubah, oleh sebab itu seseorang bisa eksis dan di anggap benar apabila mengikuti batas-batas dan labellabel sosial yang berlaku. Sebaliknya, seseorang akan merasa bersalah dan dipersalahkan apabila keluar dari batas-batas dan label-label sosial tersebut.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
988
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, yang berakibat timbulya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga pada umumnya berhubungan dengan kekerasan berbasis gender (gender based violence). Bentuk kejahatan ini merupakan bentuk diskriminasi yang menghalangi perempuan untuk mendapatkan hak-hak kebebasannya karena pertalian hubungan dengan seorang laki-laki, tindak kekerasan ini dapat berupa kekerasan domestik dan kejutan yang berdalih kehormatan.Kekerasan kategori ini muncul akibat pemposisian perempuan sebagai pihak yang menjadi tanggungan dan mendapat perlindungan dari seorang pelindung laki-laki, pertama ayahnya kemudian suaminya (Djanna, 2007). Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk sekaligus dilembagakan secara sosial.Dalam hal ini, masyarakat menentukan batas kepantasan dan melabelkan peran-peran stereotipe bagi laki-laki dan perempuan. Apa yang ditentukan oleh masyarakat ini sudah berjalan berabad-abad lamanya, dan di anggap kodrat yang tidak bisa berubah, oleh sebab itu seseorang bisa eksis dan dianggap benar apabila mengikuti batas-batas dan label-label sosial yang berlaku. Sebaliknya, seseorang akan merasa bersalah dan dipersalakan apabila keluar dari batas-batas dan label-label sosial tersebut (Fakih, 2008) Salah satu bukti adanya ketidaksetaraan gender adalah banyaknya perempuan yang mengalami tindakan kekerasan. Kenyataan ini disebabkan oleh kurangnya penghargaan dan adanya batas-batas kepantasan yang diperlakukan secara diskriminatif terhadap perempuan sehingga perempuan dipandang tidak Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
989
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP lebih dari sekedar objek yang pantas diperlakukan sewenang-wenang (Fakih, 2008) Menurut Djannah (2007:20) terdapat sedikitnya enam faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri, yaitu: 1. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat; 2. Masyarakat masih membesarkan anak laki-laki dengan didikan yang bertumpukan pada kekuatan fisik, yaitu untuk menumbuhkan keyakinan bahwa mereka harus kuat dan berani serta tidak toleran; 3. Budaya yang mengkondisikan perempuan atau istri tergantung kepada laki-laki atau suami, khususnya secara ekonomi; 4. Persepsi tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang di anggap privat suami istri dan bukan sebagai persoalan sosial; 5. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama tentang penghormatan pada posisi suami, tentang aturan mendidik istri, dan tentang ajaran kepatuhan istri kepada suami; 6. Kondisi kepribadian dan psikologis suami yang tidak stabil dan tidak benar. Keluarga Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama (Murdiyatmoko, 2007).Para sosiolog berpendapat bahwa asal-usul pengelompokkan keluarga bermula dari peristiwa perkawinan.Akan tetapi asalusul keluarga dapat pula terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan status yang berbeda, kemudian mereka tinggal bersama dan memiliki anak. Dalam keluarga di atur hubungan antara anggota keluarga sehingga tiap anggota mempunyai peran dan fungsi yang jelas.Contohnya, seorang ayah sebagai kepala keluarga sekaligus bertanggungjawab untuk menghidupkan keluarganya, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
990
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP ibu sebagai pengatur, pengurus, dan pendidik anak. Keluarga inti biasanya disebut sebagai rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai tempat dan proses pergaulan hidup. (Waluya, 2007) Suatu keluarga inti dianggap sistem sosial karena memiliki unsur-unsur sosial yang meliputi kepercayaan, perasaan, tujuan, kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan, dan fasilitas (Waluya, 2007). Jika unsur-unsur tersebut diterapkan pada keluarga inti, akan dijumpai keadaan sebagai berikut: a. Adanya kepercayaan bahwa terbentuknya keluarga inti merupakan kodrat yang Maha Pencipta; b. Adanya perasaan-perasaan tertentu pada diri setiap anggota keluarga batih, yang berwujud rasa saling mencintai, saling menghargai, atau rasa saling bersaing; c. Tujuan hidup, yaitu bahwa keluarga inti merupakan suatu wadah manusia mengalami proses sosialisasi dan mendapatkan jaminan ketentraman jiwanya; d.
Setiap keluarga inti diatur ole kaidah-kaidah yang mengatur timbal balik antar anggotanya mempunyai kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat;
e. Anggota-anggota keluarga inti, misalnya suami dan istri sebagai ayah dan ibu, mempunyai kekuasaan yang menjadi salah satu dasar bagi pengawasan proses hubungan kekeluargaan; f. Setiap anggota keluarga inti mempunyai posisi sosial tertentu dalam hubunan kekeluargaan, kekerabatan, ataupun dengan pihak luar; g. Lazimnya sanksi-sanksi positif ataupun negatif diterapkan dalam keluarga tersebut bagi mereka yang patuh serta mereka yang menyeleweng; h. Biasanya ada fasilitas untuk mencapai tujuan berkeluarga. Misalnya, sarana untuk mencapai proses sosialisasi. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
991
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
Jurn
a
h M ah
wa sis
lmia lI
FISIP Fungsi Keluarga Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.Fungsi disini mengacu pada peran individu yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban.Mengetahui fungsi keluarga yang sangat penting sebab dari sinilah struktur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis.Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga (Hidayati, 2006:59). Pasangan hidup yang telah berumah tangga dan membentuk keluarga batih pada dasarnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Fungsi biologis Fungsi biologis, berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual suami istri.Keluarga adalah lembaga pokok yang secara absah memberikan uang bagi pengaturan
dan
pengorganisasian
kepuasan
seksual.Kelangsungan
sebuah
keluarga, banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam menjalani fungsi biologis ini. Apabila salah satu pasangan kemudian tidak berhasil menjalankan fungsi biologisnya, dimungkinkan akan terjadinya gngguan dalam keluarga yang biasanya berujung pada kekerasan dalam rumah tangga, perceraian dan poligami.
b. Fungsi sosialisasi anak Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka.
c. Fungsi afeksi Kebutuhan kasih sayang ini merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seseorang.Banyak orang yang tidak menikah sungguh bahagia, sehat dan berguna, tetapi orang yang tidak pernah dicintai jarang bahagia, sehat, dan berguna.Oleh
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
992
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP karena itulah, kebutuhan kasih sayang sangat diharapkan bisa diperankan oleh keluarga.
d. Fungsi edukatif Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia.Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan seseorang anak mulai dari bayi, belajar jalan-jalan, hingga mampu berjalan.Semuanya diajari oleh keluarga.
e. Fungsi religious Dewasa ini, dalam masyarakat fungsi keluarga semakin berkembang, diantaranya fungsi keagamaan yang mendorong dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya menjadi insan-insan agama yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Fungsi protektif Kelurga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya.Fungsi bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif.Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologi bagi seluruh anggotanya.
g. Fungsi rekreatif Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreatif dijalankan untuk mencari hiburan.
h. Fungi ekonomis Keluarga adalah unit primer yang memproduksi kebutuhan ekonomi.Bagi sebagian keluarga, keadaan seperti sebuah pabrik, masing-masing bekerja sesuai dengan tugasnya.Keluarga diposisiskan sebagai tempat bekerja bagi para anggotanya yang dewasa ini sudah berubah.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
993
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP i. Fungsi penentuan status Dalam
sebuah
keluarga,
seseorang
menerima
serangkaian
status
berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya.Status/kedudukan adalah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi kelompo dalam hubungannya dengan kelompok lainnya.Status tidak bisa dipisahkan dari peran.Peran adalah perilaku yang sangat diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Pembagian Peran dalam Keluarga Peran serta fungsi baik perempuan dan laki-laki berbeda.Dalam masyarakat, secara nyata fungsi perempuan yaitu dapat melahirkan anak sehingga mempunyai konsekuensi untuk bisa merawat, menyusui, mengasuh, memberikan kasih sayang dengan perasaan keibuan. Sementara fungsi laki-laki sebagai pencari nafkah karena mempunyai kondisi fisik yang kuat, sehingga bisa digunakan untuk bekerja lebih berat jika dibandingkan dengan perempuan (Lestari, 2011) Pembagian fungsi tersebut pada akhirnya akan menumbuhkan pembagian kerja secara generalisasi, meskipun antara keduanya itu (fungsi dan pembagian kerja) sebenarnya mempunyai perbedaan yang jelas. Hal ini dapat kita ketahui, bahwa fungsi itu merupakan potensi yang dimiliki manusia yang tidak akan berubah dan sama untuk setiap manusia, sedangkan pembagian kerja lebih mengarah pada keterampilan individu dan tergantung pada pelakunya. Pembagian kerja secara generalisasi seperti itu, sebenarnya membuat posisi perempuan kadang kala tidak menguntungkan, karena perempuan berkewajiban untuk bekerja di dalam rumah tangga, kemudian laki-laki berkewajiban bekerja di luar rumah (Lestari, 2011) Lebih lanjut (dalam Lestari, 2011), kondisi semacam ini telah disadari oleh para perempuan karena mereka mengetahui bahwa masyarakat mengharapkan perubahan tersebut dapat terlihat melalui peran perempuan menjadi istri dan ibu, dan hingga beberapa waktu yang lalu bahkan sampai sekarangpun nilai-nilai yang Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
994
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP mengharuskan perempuan mengurus rumah tangga, masih dipegang teguh oleh berbagai masyarakat. Pembagian secara generalisasi telah mengakar pada masyarakat, meskipun pada saat ini telah mengalami perubahan sedikit demi sedikit pada sebagian kecil masyarakat, namun masih kelihatan dengan jelas. Perubahan tersebut dapat terlihat melalui peran laki-laki dan perempuan dalam suatu rumah tangga yang keduanya antara suami dan istri sama-sama bekerja di luar rumah mencari nafkah untuk kehidupan keluarganya (Lestari, 2011) Pada keluarga dengan pengetahuan dan pendidikan cukup tinggi, laki-laki sebagai suami, karena istrinya merangkap bekerja di dalam rumah tangga dan di luar rumah hanya untuk membantu beban suami dalam mencari nafkah, maka suami sebisa mungkin berupaya membantu tugas istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kondisi tersebut bisa terjadi karena dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, dimungkinkan lebih bisa mencerna dan dapat menerima nilai-nilai baru pada aspek-aspek kehidupan yang dirasa perlu untuk memperbaiki situasi dan kondisi tentang kehidupan sebelumnya (Lestari, 2011)
Namun keterlibatan suami di dalam mengerjakan tugas rumah tangga seperti memasak, mencuci piring, memcuci pakaian, menyapu lantai, memandikan anak, dan sebagainya masih di anggap tidak lazim.Masyarakat masih menganggap hal tersebut sebagai pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat setempat. Di dalam masyarakat yang masih kental dengan pengkotakkotakan pekerjaan secara seksual, suami dan istri harus menyesuaikan dan bahkan berpegang teguh pada nilai dan norma yang ada dalam masyarakat (Lestari, 2011).
Realitanya, bahwa dalam kehidupan masyarakat terdapat budaya yang menampilkan mana fungsi yang pantas bagi perempuan dan laki-laki.Image yang dibangun masyarakat tersebut cenderung menguntungkan laki-laki dibandingkan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
995
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP perempuan. Laki-laki diberi image sebagai sosok yang kuat, tidak cengeng, kokoh, handal, cerdas, dan sebagainya (Lestari, 2011)
Pembagian peran dan fungsi antara suami dan istri terjadi akibat dari adanya kenyataan bahwa dalam kehidupan masyarakat berkembang adanya kepercayaan gender melalui individu-individu yang mempunyai persepsi dan interpretasi yang tidak sama antara satu orang dengan orang lainnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman, dan suatu pengetahuan, sehingga menghasilkan anggapan-anggapan mengenai citra perempuan dan laki-laki yang berbeda-beda (Lestari, 2011)
Megawangi (dalam Tombokan, 2001:6) mengkategorikan konsep peran gender yang ada pada keluarga di dalam suatu masyarakat menjadi tiga, yaitu : 1) Tradisional, dimana istri hanya berperan dalam keluarga tanpa dibantu suami; 2) Semi egaliter, dimana suami dan isteri sama-sama berperan dalam keluarga dan masyarakat tetapi yang lebih dominan berperan dalam keluarga adalah istri; 3) Egaliter, dimana terdapat kesetaraan peran sama rata antara suami dan isteri dalam keluarga dan masyarakat.
Teori Struktural Fungsional Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
teori
struktural
fungsional.Teori yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcot Parsons ini sangat sederhana, yakni bagaimana memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang berkaitan (agama, pendidikan, struktur politik, sampai rumah tangga).Masing-masing secara terus-menerus mencari keseimbangan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
996
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP (equilibrium) dan harmoni.Adapun interelasi tejadi karena adanya konsensus. Halhal yang non-normatif dianggap akan melahirkan gejolak (Fakih, 2005).
Selanjutnya (dalam Fakih, 2005) di sebutkan bahwa teori fungsionalisme struktural menyoroti bagaimana terjadinya persoalan itu mengarah kepada pemikiran bagaimana gender dipermasalahkan.Teori ini memandang bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang salin berkaitan.
Dalam kaitannya dengan masalah relasi gender yang sedang penulis teliti dapat diartikan bahwa dalam struktur masyarakat telah menjadi suatu kesalahan fungsi atau penyimpangan struktur kehidupan masyarakat, sehingga terjadi gejolak. Gejolak itu adalah suatu gejala adanya kesalahan fungsi atau struktur kehidupan.Teori ini memandang bahwa laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari struktur nilai dalam kehidupan masyarakat (Asmaeny, 2006).
Teori ini memang tidak secara langsung dan khusus menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan, namun demikian akhirnya teori ini pun berkesimpulan perlu adanya pemilihan peran antara laki-laki dan perempuan dalam rangka terciptanya keteraturan sosial. Dengan pemeliharaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, pemilihan peran antara suami dan istri dalam keluarga inti akan melahirkan harmoni dan memberikan rasa tenang keduanya. Keluarga merupakan bagian penting dalam masyarakat, harmoni dan ketenangan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. (Asmaeny, 2006)
Talcott Parsonsberpendapat bahwa suami bekerja atau berkarir di luar rumah, sedangkan istri bekerja di dalam rumah tangganya merupakan pengaturan yang jelas yang memungkinkan tidak akan terjadinya persaingan antara suamiistri, karena persaingan suami-istri akan merusak keserasian kehidupan perkawinan (Pandu, 2006), oleh sebab itu teori ini berpendapat bahwa perempuan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
997
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP harus tinggal dalam kehidupan rumah tangga karena ini merupakan pengaturan yang paling baik dan berguna bagi keuntungan masyarakat secara keseluruhan. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Juliansyah, 2011). Creswell (1998) (dalam Juliansyah, 2011) menyatakan penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Juliansyah (2011) menyatakan bahwa Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlansung.Variabel yang diteliti bisa tunggal maupun lebih. Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Utara. Alasan di pilihnya Kabupaten Aceh Utara sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh, Kabupaten Aceh Utara dalam kurun waktu tiga tahun belakangan ini masuk ke dalam tiga besar wilayah dengan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan tertinggi di Aceh Subjek penelitian merupakan informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Bungin, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel yang ditetapkan dengan sengaja oleh penulis. Adapun subjek yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Enam orang perempuan (istri) korban kekerasan dalam rumah tangga 2. Berdomisili di kabupaten Aceh Utara Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
998
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP
Selain itu, untuk melihat secara normatif tentang relasi gender masyarakat, maka penelitian ini akan dilengkapi dengan pandangan maupun pendapat yang dikemukakan oleh para informan kunci. Adapun beberapa informan kunci yang dianggap mengetahui dalam kaitannya relasi gender dan kekerasan dalam ruma tana antara lain seperti : 1. Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama 2. Ketua Makama Adat Aceh 3. Pemimpin LBH APIK
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data dengan tujuan agar data-data yang dikumpulkan relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1) Wawancara Metode wawancara adalah suatu cara penambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan antara peneliti dengan informan untuk mendapatkan informasi (Maryaeni, 2005). Sejalan dengan yang disampaikan oleh Juliansyah (2011) bahwa wawancara merupakan salah satu teknik penumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara lansung dengan yang diwawancarai.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam. Juliansyah (2011) menyebutkan bahwa wawancara mendalam (in dept interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (interview guidelines). 2) Dokumentasi Metode
dokumentasi
dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan data dari dokumen-dokumen, tabel-tabel, catatan-catatan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
999
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP sebagainya, yang ada kaitannya dengan data yang diperlukan. Menurut Sanapiah Faisal (1990), dokumen itu adalah telaah sistematis atas catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data. Meskipun dokumen biasanya berisi kalimat tertulis atau tercetak, tetapi dokumen tidaklah terbatas, yaitu dapat berupa grafik, lukisan karton, foto, dan sebagainya.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis secara
kualitatif.Penelitian
kualitatif
digunakan
karena
beberapa
pertimbangan.Pertama, menyesuaikan metode penelitian lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan.Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan isri korban kekerasan dalam ruma tana (Saifuddin, 1999) Menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002), aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, terdiri dari empat alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: pengumpulan data, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (verification), keempat hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data diperoleh dari berbagai sumber data.Data primer diperoleh melalui teknik wawancara mendalam, dan data sekunder diperoleh dari literatur, artikel dan tulisan ilmiah yang relevan dengan topik penelitian. 2) Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1000
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 3) Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2005) menyatakan “ The most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”. Adapun yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 4) Penarikan Simpulan dan Verifikasi Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2005) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan dapat berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.Akan tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1001
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan replikasi dalam satuan data yang lain.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relasi gender dengan kekerasan dalam rumah tangga oleh suami terhadap istri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi gender yang tidak setara mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga oleh suami terhadap istri. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Johan Galtung dalam (Liere, 2010) bahwa kekerasan bentuk apapun pasti melibatkan dua relasi yang tidak setara.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa adanya kasta dalam relasi yan terbangun antara suami dan istri.Kasta tersebut terwujud dalam pembagian peran antara keduanya.Pada keluarga tradisional seperti yang peneliti teliti, pembagian peran masih dibagi secara seksual, laki-laki diberikan peran produktif seperti mencari nafkah, dan perempuan diarahkan untuk berperan dalam urusan reproduktif dan kerumahtanggaan.
Pembagian peran dalam keluarga seperti itu terkait erat dengan norma yang telah disosialisasikan sebagai hak dan kewajiban untuk masing-masing jenis kelamin. Dari sudut pandang sosiologis, pembedaan peran antara perempuan dan laki-laki merupakan implikasi dari konstruksi sosial dalam lingkungan yang patriarkhis (male oriented).Dalam lingkungan yang patriarkhis terdapat hal-hal normatif atau yang semestinya dan sepatutnya dikerjakan perempuan dan lakilaki. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1002
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Pembagian peran antara suami dan istri menurut Parsons dan Bales (dalam Meawani, 2014) yaitu peran suami yang diharapkan melakukan pekerjaan yang bersifat instrumental.Peran instrumental adalah peran yang berorientasi pada pekerjaan untuk memperoleh nafkah.Sedangkan peran istri yang diharapkan adalah melakukan peran ekspresif.Peran tersebut berorientasi pada emosi manusia serta hubungannya dengan orang lain.
Pada keluarga tradisional, norma untuk tugas suami adalah mencari nafkah dan tugas istri adalah menyediakan makanan untuk suami dan anak-anak, dan menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, karena suami telah bekerja untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya. Suami menganggap dirinya berkuasa atas hak untuk disenangkan, dipatuhi, diurus kebutuhannya oleh istrinya.Istri juga bertugas untuk memberikan kepuasan seksual kepada suami.Adalah hak suami untuk mendapatkan kepuasan dari istrinya.
Jika melihat pembagian peran antara suami dan isri dalam melakukan tugas rumah tangga, maka peranan istri (normatif: melakukan semua tugas rumah tangga) adalah tidak dapat dikesampingkan, sehingga hal ini sering disebut dengan beban ganda. Beban ganda merupakan beban kerja berlipat ganda yang harus dipikul oleh perempuan ketika ia juga memilih untuk bekerja di luar rumah di waktu bersamaan.
Dalam hal ini istri tidak hanya saja bekerja secara profesional di ruang publik, akan tetapi ia juga harus mengurus rumah tangga, memasak, mencuci, mengurus anak-anak, dan memenuhi kebutuhan emosional suaminya serta melakukan tugas reproduksi. Permasalahan beban ganda merupakan tantangan utama yang dialami oleh setiap wanita bekerja yang
sudah menikah dan
mempunyai anak.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1003
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pembagian peran antara suami dan istri ditentukan oleh suami.Pembagian peran seperti ini merupakan karakteristik dari keluarga tradisional.Suami dalam keluarga tradisional memiliki pandangan peran gender lama, memiliki kepercayaan bahwa suami dan istri tidak setara.Keluarga tradisional memiliki struktur pembagian peran yang kaku, karena memandang bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang tidak setara sehingga suami tidak lazim untuk terlibat dalam kegiatan rumah tangga.
Dalam masyarakat dengan budaya patriarkhi bukan suatu hal yang lazim laki-laki ikut membantu tugas-tugas kerumahtanggaan yang ada.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa suami enggan untuk terlibat dalam pekerjaan rumah tangga.Suami menganggap pekerjaan rumah tangga adalah kewajiban seorang istri.Dalam keluarga modern, pembagian peran antara suami dan istri lebih bersifat egaliter.Suami dalam keluarga modern memiliki kepercayaan bahwa lakilaki dan perempuan adalah setara sehingga suami bersedia ikut terlibat dalam pekerjaan rumah tangga.
Berbeda halnya dengan keluarga tradisional yang peneliti teliti.Dalam keluarga tradisional, keterlibatan suami dalam pekerjaan rumatangga sangat kecil bahkan tidak ada.Hal ini dipengaruhi oleh pandangan normatif yang berlaku dalam masyarakat.Secara normatif masyarakat menganggap bahwa perempuan lah yang bertugas memasak, menyapu, mencuci pirin, mengasuh, merawat dan membesarkan anak.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan pula, pembagian peran domestik publik yang ketat dan kaku, sebagai hasil dari konstruksi budaya berbaur dengan agama, menyebabkan relasi kuasa menjadi timpang.Suami mempunyai peran yang lebih dominan, status yang lebih tinggi dan kekuasaan lebih besar, sehingga ketika istri di anggap melanggar peranan konvensionalnya, istri dapat diperlakukan secara kasar. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1004
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri mengalami semua jenis kekerasan dalam rumah tangga yaitu kekerasan dalam bentuk fisik, psikis, seksual dan penelantaran ekonomi. Penelitian ini juga menemukan bawa faktor-faktor yang menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga oleh suami terhadap istri yaitu: 1. Suami merasa berkuasa, sehingga istri harus menuruti apapun yang dilakukan oleh suami; 2. Istri di anggap tidak menjalankan fungsi sesuai perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga yan baik; 3. Adanya faktor orang ketiga. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Djannah (2007) bahwa setidaknya ada enam faktor yang menyebabkan suami melakukan kekerasan terhadap istri, yaitu: 1. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat; 2. Masyarakat masih membesarkan anak laki-laki dengan didikan yang bertumpukan pada kekuatan fisik, yaitu untuk menumbuhkan keyakinan bahwa mereka harus kuat dan berani serta tidak toleran; 3. Budaya yang mengkondisikan perempuan atau istri tergantung kepada laki-laki atau suami, khususnya secara ekonomi; 4. Persepsi tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang di anggap privat suami istri dan bukan sebagai persoalan sosial; 5. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama tentang penghormatan pada posisi suami, tentang aturan mendidik istri, dan tentang ajaran kepatuhan istri kepada suami; 6. Kondisi kepribadian dan psikologis suami yang tidak stabil dan tidak benar. Semua faktor-faktor pemicu tindakan kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga terjadi dikarenakan masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1005
Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP patriarki dominasi laki-laki atas perempuan. Dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya patriarki seperti di Aceh, laki-laki adalah superior dan perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan. Hal ini menjadikan perempuan tersubordinasi. Di samping itu, terdapat interpretasi yang keliru terhadap stereotipi gender yang tersosialisasi amat lama dimana perempuan di anggap lemah, sedangkan laki-laki umumnya lebih kuat. Sejalan dengan yang disampaikan Rachman (2001) bahwa menguasai atau memukul istri sebenarnya merupakan manifestasi dari sifat superior laki laki terhadap perempuan.
Kecenderungan tindak kekerasan dalam rumah tangga terjadinya karena faktor dukungan sosial dan kultur (budaya) dimana istri di persepsikan orang nomor dua dan bisa diperlakukan dengan cara apa saja. Hal ini muncul karena transformasi pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu, istri harus menuruti kata suami, bila istri mendebat suami, al ini membuka peluan suami melakukan kekerasan teradap istri (Racman, 2001).
Terkait dengan penemuan peneliti tentang adanya faktor orang ketiga sebagai pemicu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami yaitu istri di anggap tidak menjalankan fungsinya. (Zaldi, Suni & Muklis, 2013) menyatakan perselingkuhan terjadi karena ketidakpuasan pasangan baik yang berkenaan dengan hubungan biologis maupun yang berkenaan dengan sikap dan perbuatan. Konflik dan pertengkaran yang muncul berujung pada kekerasan.
KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana relasi gender mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga oleh suami terhadap istri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi kuasa yang tidak setara mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga oleh suami terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1006
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP istri. Ketidaksetaraan terlihat dari pembagian peran dalam pengambilan keputusan didominasi oleh suami, pengelolaan keuangan didominasi suami, pengasuhan anak didominasi oleh istri, dan pekerjaan kerumahtanggaan yang didominasi oleh istri, disamping istri juga berperan mencari nafkah. Adapun alasan suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga yaitu: 1) suami merasa berkuasa atas istri, 2) istri di anggap tidak menjalankan fungsi sesuai perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga yang baik, 3) adanya pihak ketiga. Hasil penelitian juga didapatkan bahwa istri mengalami semua bentuk kekerasan dalam rumah tangga yaitu kekerasan dalam bentuk fisik, psikis, seksual dan penelantaran ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Abdullah.(1997). Sangkaan Peran Gender. Yoyakarta: Pustaka belajar. Armenia, B. (2016). Perempuan Paling Banyak Laporkan Kasus KDRT. Diakses melalui www.cnnindonesia.com Asmaeny, A. (2006). Kesetaraan Budaya.Makassar: Yapma.
Gender
dalam
Perspektif
Sosial
Badan Pusat Statistik. (2015). Aceh Utara Dalam Angka 2015. Aceh Utara: Badan Pusat Statistik Bungin, B. (2005). Metodologi Studi Kuantitatif. Jakarta: Predana Media Djannah, F., Rustam., Nuraisah., Sitorus, M., & Batubara, C (2007). Kekerasan Terhadap Istri. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta Hadiati, M., & Soeroso. (2010). Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Dalam Perspektif Yuridis-Viktimologis. Jakarta: Sinar Grafika Hendi, S., & Ramdani, W. (2001).Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia. Hidayati, K. (2006). Ilmu Pengetahuan sosial untuk SMP dan MTs kelas VIII. Jakarta: Erlangga Komariah. (2015). Tradisi Ayam Anggrem: Studi Tentang Relasi Gender dalam Kehidupan Perkawinan Masyarakat Desa Tugu, Kabupaten Indramayu. Lestari, P. (2011). Prananan Status Perempuan dalam Sistem Sosial. Jurnal Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan. 5(1), 45-60 Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1007
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Liere, L.V. (2010). Memutus Rantai Kekerasan. Jakarta: Gunung Mulia. Mansour, F. (2005).Analisis Gender dan Transpormasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mansor, F. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maria, P. (2006). Perempuan dan Pelestarian Nilai Budaya.Tesis.Universitas Indonesia. Maryaeni.(2005). Metodologi Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara Marsana, W. 1995.Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Jhon Galtung, dalam Noeke Sri Wardana, Persepsi Masyarakat Bengkulu Tentang Kejahatan.Tesis. Universitas Diponegoro Semaran. Mulkan., A.M. (2002). Membongkar Praktik Kekerasan Menggagas Kultur Kekerasan. Yoyakarta: Sinergi Press Murdiatmoko, J. (2007). Sosiologi: Mengkaji dan Memahami Masyarakat. Bandung: Grafindo Media Pratama Musdah, M. (2014).Kemuliaan Perempuan dalam Islam. Jakarta: Megawati Institude Noor, J.S.E., M.M. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta. Kencana Prenada Media Group Nugraha, K.W. (2015) Relasi Gender dalam Keluarga Difabel Muslim: Kajian Sosiologi Gender Masyarakat Kelurahan Combongan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Rachman, T. (2007).Sosiologi: Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI. Jakarta: Ghalia Indonesia. Saifuddin, A. (1999). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sanapiah, F.(1990).Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi.Malang: Yayasan Asah, Asih dan Asuh. Soerjono, S. (2002).Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1008
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 230-247 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Sujarwa.(2001). Polemik Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suleeman, E. (2004). Hubungan-hubungan dalam Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif-Dasar Teori dan Terapannyadalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Suyanto, B., & Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Altenatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media. Umar, N. (2010). Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-qur’an. Jakarta: Dian Rakyat. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Taun 2004. (2006). Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Yoyakarta: Pustaka Yustisia.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami Terhadap Istri Menurut Perkspektif Relasi Ender (Tamita Putri Islami, Khairulyadi) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 985-1010
1009