ABSTRACT
DWI ASTUTY HANDAYANI. Capacity Strengthening of Mosque-Youth Institution For Youth Social Skill Improvement (Case at Mosque-Youth Group of Miftahul Huda, Bandung City). Supervised by SARWITITI S. AGUNG and NELSON ARITONANG. One of the human resources quality improvement program was done by communicational and collaborational skill who also known as social skill improvement. The mosque-youth institution of Miftahul Huda - KURMA- who contribute on young moslem empowerment program have not get an important potition yet on improving social skill member of group. The objectives of this research were 1) to identified KURMAs capacities, 2) to explore social skills which grow in KURMA 3) to formulate strategy of social skills improvement with member of groups participate. Data were collected by participative observation, indept interview and Focus Group Discussion (FGD). The figure of mosque-youth institution capacity were carried out by using descriptive analysis, strategy for institution strengthening were analyzed by SWOT, and institution strengthening program were formulated by FGD. The research generated some program for KURMA's strengthening program: 1) Strengthening group program to improve togetherness among member of group, 2) Fund raising program, 3) Basic Learning Leadershp program, and 4) Knowledge and skill improvement program, as a short term strategy; Qurban saving management program as a long term strategy. Controlling and evaluating will also needed to know progress report of the programs. Keywords: strengthening member of mosque-youth group, capacity building, social skill.
DWI ASTUTY HANDAYANI. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Remaja Masjid Dalam Upaya Peningkatan Kecakapan Sosial (Social Skill) Remaja (Kasus Kelompok Remaja Masjid Miftahul Huda, Kota Bandung). Dibimbing oleh SARWITITI S. AGUNG sebagai Ketua dan NELSON ARITONANG sebagai anggota Komisi Pembimbing. Salah satu tujuan pembangunan saat ini adalah pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). World Bank (2006) melihat bahwa pengembangan kualitas SDM melalui kaum muda atau remaja merupakan tantangan khusus untuk menyelamatkan generasi muda dari rantai kemiskinan yang selama ini ada. Latihan praktis yang menggabungkan keterampilan bekerja dan bertingkah laku menjadi pilihan yang dapat diarnbil sehingga remaja menjadi lebih bebas untuk bergerak. Intervensi pekejaan sosial dalam strategi pemberdayaan masyarakat dilakukan pada beberapa aspek seperti peningkatan kemampuan dasar (komunikasi, kepercayaan din, motivasi, kemandirian, dll), peningkatan interaksi sosial, penciptaan relasi sosial, pengembangan jaringan kerja, mobilisasi sumber sosial, dan peningkatan integrasi sosial. Pengembangan pada aspek komunikasi dan kerjasama dikenal sebagai lecakapan sosial. Hasil pemetaan sosial menunjukkan, Kebon Want memiliki komposisi penduduk remaja yang cukup besar, yaitu 32,37 persen dari total penduduk sebanyak 16.205 jiwa. Besamya potensi remaja di kelurahan ini pada gilirannya memunculkan bentuk-bentuk kelembagaan remaja yang tumbuh dan berkembang guna memenuhi tuntutan berbagai keinginan dan kebutuhan remaja baik pada bidang keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan, olahraga, ekonomi, dan sebagainya. Di bidang keagamaan, kelompok remaja masjid menjadi alternatif pembinaan remaja muslim yang diperlukan lingkungan dengan mayoritas penduduk beragama Islam tersebut. Berdasarkan penelusuran lapangan, dari 12 masjid dan mushola yang ada, 2 kelompok remaja masjid terlihat menonjol keberadaannya. Kelompok remaja masjid Miftahul Huda yang dikenal dengan nama KURMA menjadi pilihan kajian karena perkembangan kelembagaannya yang menarik untuk diteliti lebih lanjut berkaitan dengan regenerasi Madrasah dan cara remaja KURMA bertahan di tengah lingkungan masyarakat yang cukup sarat dengan permasalaban remaja. Hingga saat ini KURMA terus eksis dalam kegiatan Mushola dan Madrasah terutarna dalam kegiatan pengajaran Madrasah. Keberadaan para remaja ini sesungguhnya cukup banyak memberi kontribusi pada keberlangsungan Madrasah dan pemberdayaan remaja di sekitamya, namun dengan cara apa dan bagaimana metode pengembangan kemampuan komunikasi dan kerjasama yang terbangun di antara sesama anggota maupun anggota remaja dengan pihak lain belum jelas terlihat.
KURMA, serta merurnuskan strategi yang tepat bersama-sama anggota kelompok untuk meningkatkan kecakapan sosial anggota. Pendekatan kajian ini adalah kualitatif dengan keterlibatan masyarakat secara partisipatif. Teknik pengumpdan data melahi studi dokurnentasi, observasi kegiatan melalui pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, dan diskusi terfokus yang dikenal dengan Focus Group Discussion (FGD). Hasil kajian menunjukkan bahwa potensi sumberdaya KURMA yang utama saat ini adalah sumber daya manusia yaitu para remaja masjid itu sendiri, keberadaan mereka yang berjumlah 18 orang dengan 4 remaja yang aktif dan rutin dalam kegiatan Madrasah sangat membantu keberlansungan kegiatan belajar mengajar di Madrasah Mifda, sedangkan 14 orang anggota sisanya lebih aktif dalam kegiatan besar keagamaan yang diselenggarakan Mushola dan Madrasah Mifda. Sarana dan infrastruktur seperti ruangan, bangunan, alat kantor serta sarana pendukung lain untuk menjalankan kegiatan KURMA masih menggunakan sarana Mushola dan Madrasah ataupun diupayakan secara swadaya oleh anggota. Dalam aspek kepemimpinan, pengambilan keputusan terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan KURMA maupun subkegiatan Mushoia danhladrasah yang dibebankan kepada KURA masih cukup banyak didominasi oleh kepemimpinan pihak-pihak di luar KURMA yaitu oleh pengurus Mushola dan Madrasah. Dominasi terjadi karena kurangnya konsistensi kegiatan KURMA serta lemahnya kepemimpinan internal kelompok. Ketua sejauh ini hanya berfungsi sebagai simboi dan tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan kelompok sendiri. Dalam aspek perencanaan kegiatan, partisipasi anggota belum berjalan maksimal. Meski seluruh anggota sudah dilibatkan dalam proses perencanaan, anggota yang tidak rutin mengikuti kegiatan kelompok dan hanya aktif pada kegiatan yang bersifat insidentil lebih mengambil posisi sebagai pengikut hasil keputusan rapat dan bergerak sebagai pelaksana kegiatan. Kondisi ini baik langsung maupun tidak langsung berakibat pada pelaksanaan kegiatan. Tanggungjawab remaja dalam penyelesaian pekerjaan menjadi kurang. Kepatuhan anggota lebih besar kepada pengurus Mushola dan Madrasah daripada ketua kelompok atau koordinator kegtatan di dalam kelompok sendiri. Aspek lain yang berpengamh pada kapasitas kelembagaan adalah hubungan dengan pihak luar, dimana hubungan yang tejalin diantara KURMA dengan kelompok remaja lain lebih banyak terbangun karena adanya kerjasama penyelenggaraan kegiatan keagamaan diantara Mushola atau Masjid di lingkungan Mifda. Hasil kajian yang berkaitan dengan kecakapan komunikasi menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kecakapan komunikasi empati mulai turnbuh dan berkembang terutama pada anggota yang &if dalam kegiatan-kegiatan kelompok atau kegiatan Mushola dan Madrasah. Anggota mulai mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan yang dimiliki kepada orang lain, belajar mencari solusi, menghargai pendapat orang lain dalam diskusi, serta menghargai dan memberi dukungan bagi anggota kelompok yang terkena musibah. Kenlarnpuan ini terbangun terutama karena intensitas pertemuan anggota yang aktif dalam kegiatan kelompok, Mushola dan Madrasah cukup tinggi sehingga
mendorong anggota cukup waktu mengenal karakter pribadi anggota lain. Berbeda halnya dengan anggota yang kurang aktif. Kecakapan komunikasi empati dalam kelompok belurn berkembang secara maksimal. Karena tidak berpartisipasi aktif pada proses pengambilan keputusan dalam rapat internal, maka kornitmen melaksanakan kegiatan, tingkat kepercayaan, dan penghargaan terhadap koordinator kegiatan pun menjadi kurang. Kecakapan bekerjasama anggota kelompok berkembang bersamaan dengan berkembangnya kecakapan anggota membangun komunikasi dalam penyelesaian kegiatan. Kerjasama antaranggota berkembang diantaranya dalam ha1 pembagian waktu pelaksanaan tugas pengumpulan dana zakat, pengolahan dan pembagian daging qurban, pengaturan dan perlengkapan sholat pada kegiatan hari raya, serta penyelenggaraan kegiatan Romadhon bagi siswa Madrasah. Meski demikian, masih terasa a& kekurangsolidan terutama pada sisi penyelesaian tugas yang terjadi karena kurangnya pemahaman tugas pokok dan fimgsi masing-masing anggota. Akibatnya, kegiatan cenderung dilakukan dengan meraba-raba dan seringkali tumpangtindih satu sama lain. Posisi sebagai tenaga bantu menjadikan remaja bergerak kurang koordinasi dan tidak memiliki kontrol terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Analisis kapasitas kelembagaan KURMA yang dilakukan melalui teknis SWOT bersama anggota dalam kegiatan FGD berhasil mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mempengaruhi kelompok. Kekuatan KURMA yaitu: kesiapan remaja untuk ikutserta dalam kegiatan-kegiatan rutin dan besar yang diadakan Mushola, keinginan untuk ikutserta dalam kegiatankegiatan rutin dan besar yang diadakan Madrasah, timbulnya kemampuan merencanakan kegiatan secara mandiri, timbulnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain untuk mengutarakan pendapat, timbulnya kemampuan bekerjasama dalam penyelesaian kegiatan, dan kemampuan merekrut remaja sekitar untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan. Kelemahan KURMA yang berhasil diidentifikasi yaitu: kurangnya komunikasi antaranggota, kurangnya kekompakan untuk bekerjasama dalam penyelesaian pekerjaan, kurangnya tanggungiawab untuk hadir dalam pertemuan tepat waktu, pertemuan yang tidak dilaksanakan secara konsisten, kurangnya pemahaman akan visi dan misi, kurangnya pengetahuan anggota (pengajar) dalam metode pengajaran bagi siswa Madrasah, kurangnya improvisasi dan kreativitas anggota, ketiadaan sarana milik kelompok, aktivitas di luar KURMA masingmasing anggota berbeda-beda, ketiadaan dana untuk menunjang kegiatan, lemahnya faktor kepemimpinan internal, serta adrninistrasi/kearsipan yang tidak tersusun rapi. Pelnang yang berasal dari luar KURMA yang berhasil diidentifikasi yaitu: adanya dukungan moril orangtua untuk ikutserta &lam KURMA, dukungan sarana bagi kegiatan KURMA dan Mushola dan Madrasah berupa penyedikesediaan mendampingi setiap kegiatan KURMA, dukungan masyarakat sekitar Mushola baik moril maupun sarana, berkembangnya jejaring dan kerjasama dengan kelompok remaja lain, terbukanya program pengembangan remaja dan pemuda oleh Disdik Kota Bandung, serta kesiapan aparat setempat untuk
mengakomodir kebutuhan kelompok remaja. Sedangkan ancaman yang berasal dari luar KURMA yang berhasil diidentifikasi yaitu: ketiadaan dukungan dana dari orangtua, masyarakat, serta pihak donor lain, ketiadaan dukungan langsung dari Pemerintah dan aparat setempat herupa dana bantuan untuk pengembangan program remaja, kurangnya sosialisasi program pengembangan remaja di tingkat bawah, serta dorninasi pengambilan keputusan oleh pihak luar. Proses penyusunan program penguatan kelembagaan remaja masjid ini dihasilkan melalui FGD, diawali dengan mengidentifikasi potensi kelompok dan menganalisisnya melalui analisis SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di dalam kelompok remaja KURMA, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rancangan program jangka pendek clan jangka : panjang. Rancangan program jangka pendek terdiri dari 1) Program penguatan kelompok untuk meningkatkan kebersamaan antaranggota, terdiri dari 3 subkegiatan yaitu kegiatan obrolan ringan, nonton bermanfaat, dan pelaksanaan kegiatan outbondlhiking; 2) Program penggalangan dana bagi kegiatan KURMA, yang terdiri dari 3 subkegiatan yaitu penarikan dana kepada orangtua clan masyarakat, penarikan dana tidak wajib ke anggota, dan iuran wajib anggota; 3) Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK); 4) Program peningkatan pengetahuan dan keterampilan remaja anggota, terdiri dari 2 suhkegiatan yaitu program peningkatan pengetahuan pengajaran Madrasah, dan pelatihan wiraswasta. Rancangan program jangka panjang yaitu Program pengelolaan tabungan qurban, dan Program Monitoring dan Evaluasi (Monev). Kata kunci: penguatan kapasitas kelembagaa, penguatan kapasitas, kecakapan sosial,