ABSTRACT
INFLUENCE OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP , LEVERAGE, AND RETURN ON ASSETS (ROA) ON DIVIDEND POLICY (Census on Manufacturing sectors listed on the Stock Exchange)
Compiled by : HANINDITA KESUMADEVI 103403058
Guided by: Dr. Jajang Badruzaman, SE., M.Si., Ak., CA. Rani Rahman, SE., M.Ak
This study aims to determine (1) how institutional ownership, leverage, return on assets (ROA) and dividend policy (2) how the influence of institutional ownership, leverage, and return on assets (ROA) partially on dividend policy (3) how to influence institutional ownership, leverage, and return on assets (ROA) simultaneously on dividend policy. In carrying out this study the authors used a method of analysis with descriptive research approach to the census of manufacturing sector companies listed in Indonesia Stock Exchange. The data used are secondary data from published financial statements listed in the Indonesia Stock Exchange. Data collection methods used in this study is a nonparticipant observation. The study population was 23 at the manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange who perform the dividend policy in 2013 draft data analysis used is multiple regression (multiple regression analysis). The results showed that: (1) In partial amount of institutional ownership is significant effect on dividend policy, leverage partially insignificant effect on dividend policy, and ROA significant effect on dividend policy (2)
simultaneously institutional ownership, leverage, and return on assets (ROA) significant effect on dividend policy.
Keywords: institutional ownership, leverage, return on assets (ROA), dividend Policy
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana institusional ownership, leverage, Return on Asset (ROA) dan kebijakan dividen (2) bagaimana pengaruh institusional ownership, leverage, dan Return on Asset (ROA) secara parsial terhadap kebijakan dividen (3) bagaimana pengaruh institusional ownership, leverage, dan Return on Asset (ROA) secara simultan terhadap kebijakan dividen. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisa dengan pendekatan sensus pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan publikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan. Populasi penelitian adalah 23 perusahaan yang pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan kebijakan dividen pada tahun 2013. Rancangan analisis data yang digunakan adalah regresi berganda (multiple regression analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara parsial besarnya institusional ownership berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, leverage secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (2) secara simultan institusional ownership, leverage, dan return on asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Kata kunci : institusional ownership, leverage, Return on Asset (ROA), kebijakan dividen
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan masing –masing yang ingin dicapai.
Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Keuntungan tersebut dapat diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan maupun kegiatan insidental perusahaan. Untuk memenuhi target perusahaan, perusahaan juga mengharapkan bantuan dana dari pihak eksternal untuk mendukung kegiatan perusahaan. Pihak eksternal yang dimaksud adalah kreditur dan investor. Pihak eksternal tersebut, mengharapkan pula feed back dari perusahaan. Dividen yang diberikan oleh perusahaan diharapkan oleh investor sedangkan kreditur mengaharapkan bunga. Tujuan investor menanamkan dananya kepada perusahaan adalah untuk mendapatkan pengembalian atau return, yang berupa dividen maupun dalam bentuk capital gain. Pembagian dividen oleh perusahaan menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan tesebut, selain itu befungsi untuk memaksimalkan harga saham perusahaan. Dengan adanya pembagian dividen oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap telah memenuhi kewajibannya kepada investor. Apabila dividen yang diberikan perusahaan tinggi, maka diaggap perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Kebijakan pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan, secara tersirat diatur dalam konflik keagenan antara manajemen (agent) dan pemegang saham (principal). Kebijakan pembayaran dividen merupakan salah satu keputusan penting yang dilakukan oleh perusahaan, karena berkaitan dengan rencana investasi perusahaan di masa yang akan datang. Rencana investasi yang dimaksudkan mengenai jumlah laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen dan jumlah laba bersih yang akan diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan. Fama dan French (1998) dalam Hasnawati (2005), menyatakan bahwa keputusan perusahaan tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan yang dilakukan dengan hati –hati dan tetap, karena keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan akan berdampak terhadap nilai perusahaan. Keputusan keuangan yang
harus dipertimbangkan dengan baik adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Dari
sisi
investor,
dividen
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi peningkatan pemberian dana di pasar modal. Implementasi keputusan investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan internal (internal financing) dan sumber pendanaan eksternal (ekstenal financing). Keputusan pendanaan berkaitan dengan penentuan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Dalam perspektif manajerial, inti dari fungsi pendanaan adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Sedangkan kebijakan dividen bekaitan dengan kebijakan mengenai seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan akan didistribusikan kepada pemegang saham. Dikutip dari Dewi (2011; 41) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan yaitu struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan mengambarkan presentase kepemilikan perusahaan. Dalam suatu perusahaan, ada dua jenis shareholder yaitu affiliated shareholder dan non affiliated shareholder. Non affiliated shareholder merupakan pemegang saham yang tidak terkait langsung dengan kegiatan perusahaan, seperti kepemilikan saham oleh institusi dan individu. Sedangkan affiliated shareholder merupakan pemegang saham yang terkait langsung dengan aktivitas perusahaan, seperti manager dan blockholder. Salah satu struktur kepemilikan yang cukup besar dalam sebuah perusahaan
adalah
kepemilikan
institusional.
Kepemilikan
institusional
merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga merupakan sarana untuk memonitor manajemen (Djakman dan Machmud, 2008). Investor institusional dapat meminta manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial dalam laporan tahunannya untuk
transparansi kepada stakeholders dan untuk menaikkan nilai perusahaan melalui mekanisme pasar modal sehingga mempengaruhi harga saham perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan membuat kontrol eksternal terhadap perusahaan menjadi semakin ketat terhadap para manajer sehingga dapat menekan biaya agensi (agency cost). Besar kecilnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan juga tergantung dari masing- masing kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan serta pertimbangan beberapa faktor. Nuringsih (2005) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah tingkat hutang leverage. Perusahaan akan cendeung menahan labanya apabila hutang tinggi dan menggunakan laba tersebut untuk melunasi hutang terlebih dahulu, sehingga perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan menggunakan laba tersebut untuk melunasi hutang terlebih dahulu, sehingga perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi cenderung membagikan dividen dalam jumlah yang kecil. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan yang diperoleh setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Apabila profitabilitas perusahaan baik maka para stakeholder yang terdiri dari kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Sehingga semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan maka semakin tinggi dividen yang dihasilkan oleh perusahaan. ROA dan ROE merupakan contoh proyeksi dari rasio profitabilitas. ROA (Return On Asset) yaitu merupakan perbandingan laba bersih dengan jumlah aktiva perusahaan sedangkan ROE (Return on Equity) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang akan diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit (Wirjolukito et al, 2003). Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak
membayar dividen. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar.
1.2.
Tujuan penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah yang diungkapkan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui institusional ownership, leverage, Return on Asset (ROA) dan kebijakan dividen pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Untuk mengetahui pengaruh institusional ownership, leverage, dan Return on Asset (ROA) secara parsial terhadap kebijakan dividen pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI. 3. Untuk mengetahui pengaruh institusional ownership, leverage, dan Return on Asset (ROA) secara simultan terhadap kebijakan dividen pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Institusional Ownership Menurut Veronica da Litama (2005) Kepemilikan pihak luar atau kepemilikan institusional (institusional ownership) adalah : “Kepemilikan saham oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank dana pensiun dan investment banking”. Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan- perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi- institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
2.1.2. Leverage Debt to total assets ratio merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) maupun hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. DAR, maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan dengan total aktivanya. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan utang/ financial leverage yang tinggi (Mamduh, 2008). Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. 2.1.3.
Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam
menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan perusahaan. ROA mengukur keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba (Harrison , 2013 : 265). Return
on
assets
(ROA)
menunjukkan
efektivitas
perusahaan
memanfaatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Semakin tinggi rasio, maka makin profitable perusahaan secara relatif. .Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen adalah merupakan
sebagian dari laba bersih yang
diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan.
2.1.4. Kebijakan Dividen Pengertian Dividen Dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investors (Riyanto, 2001 : 265). Dividen ini akan diberikan jika telah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Nur Hidayati (2006) Dividen adalah : “Distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain , surat atau bukti lain yang mnyatakan utang perusahaan dan saham kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik”. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan nilai bersih setelah dikurangi pajak dan laba ditahan untuk cadangan perusahaan, yang berupa aliran kas, aktiva lain, surat dan bentuk lain yang menyatakan utang perusahaan dan saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sesuai denga proporsi yang dimiliki pemilik atau investor.
2.2. Kerangka Pemikiran Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor secara public. Kesemua infomasi tersebut dipengaruhi oleh sikap dan perilaku para investor akan penanaman saham dan kebijakan pembagian dividen yang akan mereka peroleh kelak atas saham yang mereka tanamkan pada suatu perusahaan. Kepemilikan pihak luar (institusional ownership) merupakan persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi, yaitu kepemilikan individu atas nama perorangan di atas 5 persen (Sartika, 2013). Dengan adanya kepemilikan institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain dalam suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, meningkatkan dividend payout ratio (DPR) sehingga tidak tersedia banyak free cash. Pembagian dividen oleh perusahaan menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan tersebut, selain itu berfungsi untuk memaksimalkan harga saham perusahaan.
Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya- upaya pengawasan yang lebih intensif. Penelitian Putri dan Nasir (2006) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional bepengaruh tehadap kebijakan deviden karena semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan sehingga mengurangi kos keagenan dan perusahaan cenderung membagikan dividen yang rendah. Semakin
besar
kepemilikan
institusional
maka
semakin
efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan untuk menjalankan aktivitas perusahaan dengan pembiayaan hutang. Menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal. Pendanaan utang akan mengurangi konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Menambah utang dapat mengurangi masalah keagenan karena dua alasan. Pertama, dengan meningkatnya utang maka akan semakin kecil porsi saham yang harus dijual perusahaan. Semakin kecil nilai saham yang beredar maka semakin kecil masalah agensi yang timbul antara manajer dan pemegang saham. Kedua, dengan semakin besar utang perusahaan maka semakin kecil dana “menganggur” yang dapat dipakai manajer untuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang perlu. Semakin besar utang maka perusahaan harus mencadangkan lebih banyak kas untuk membayar bunga dari utang tersebut dan juga untuk mengangsur pokok utang. Hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan yang diperoleh setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Apabila profitabilitas perusahaan baik maka para stakeholder yang terdiri dari kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari
penjualan dan investasi perusahaan. ROA dan ROE merupakan contoh proksi dari rasio profitabilitas, ROA (Return On Asset) yaitu merupakan perbandingan laba bersih dengan jumlah aktiva Perusahaan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang ,1997). Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
2.3. Hipotesis H1
= Institusional ownership, leverage, Return on Asset (ROA) dan kebijakan dividen pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI.
H2
= Institusional ownership, leverage, dan Return on Asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI.
H3
= Institusional ownership, leverage, dan Return on Asset (ROA) secara simultan
berpengaruh
terhadap
kebijakan
dividen
pada
sektor
Manufaktur yang terdaftar di BEI.
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia dengan variabel penelitiannya yaitu institusional ownership, leverage, ROA dan kebijakan dividen. Data diperoleh dari Pojok Bursa Tasikmalaya yang beralamat di jalan Siliwangi No.21 Kota Tasikmalaya.
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsungnya poses penelitian agar memberikan informasi yang mutakhir (Gay dalam Sunyoto, 2013 : 31). Metode sensus adalah cara pengumpulan data jika seluruh elemen populasi diteliti satu persatu, hasilnya merupakan data yang sebenarnya yang disebut parameter (Suprapto, 2004:61). 2.3.1. Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat variabel yang terdiri dari satu variabel terikat (dependent) dan tiga variabel bebas (independent)
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Independent Institusional Ownership (X1)
Leverage (X2)
ROA (Return on Assets) (X3)
Definisi Variabel
Persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi, yaitu kepemilikan individu atas nama perorangan di atas 5 persen (Sartika, 2013). Proposi aset yang dibiayai oleh utang. (Brealey, 2008 : 76)
Indikator
Ukuran
Skala
Total penyertaan atas modal pada suatu perusahaan
Persentase
Rasio
DAR (Debt to Asset Ratio) ;
Persentase
Rasio
Persentase
Rasio
Perbandingan kewajiban dengan total asset. Pengembalian atas aset, Perbandingan mengukur keberhasilan antara laba bersih perusahaan dalam setelah pajak menggunakan aset untuk (earning after tax) menghasilkan laba terhadap total asset
Variabel Dependent Y = Kebijakan Dividen (dividend policy)
(Harrison, et. al,. 2013 : 265).
yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan.
Penentuan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan (Weston, et. al,. 1997 : 125).
DPR (Dividend Payot Ratio) ; proporsi laba yang dibayar sebagai dividen. Perbandingan dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham
Persentase
2.3.2. Teknik Pengumpulan Data 2.3.2.1.
Jenis Data Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan
publikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. Data sekunder ialah data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian (Sunyoto, 2013 : 10). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap catatancatatan dan laporan-laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati atau dalam pembuatan laporan tersebut (Sugiyono, 2012:139) 2.3.2.2.
Populasi Sasaran Pada penelitian ini, populasi penelitian adalah 23 perusahaan yang pada
sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan kriteria : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menbagikan dividen selama periode pengamatan.
Rasio
2. Perusahaan tesebut mencantumkan proposi kepemilikan saham institusi selama periode pengamatan.
Code ADRO BRAM UNVR MERK HRUM INAI IKBI KLBF SMGR ROTI INCO AALI KAEF ALMI ASII ITMG INDF SMCB SMSM GGRM ULTJ MAYOR UNTR
Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Indo Kordsa Tbk. PT. Unilever Indonesia Tbk. PT. Merck Tbk. Harum Energy Tbk. Indal Aluminium Industry Tbk. Sumi Indo Kabel Tbk Kalbe Farma Tbk. [S] PT. Semen Indonesia Tbk. PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk. Vale Indonesia Tbk. Astra Agro Lestari Tbk. PT. Kimia Farma Tbk PT Alumindo Light Metal Industry Tbk Astra International Tbk. Indo Tambangraya Megah Tbk. PT Indofood Sukses Makmur Tbk Holcim Indonesia Tbk. Selamat Sempurna Tbk. [S] Gudang Garam Tbk. PT. Ultrajaya Milk Tbk. PT Mayora Indah Tbk United Tractors Tbk.
Sumber : Pojok Bursa Universitas Siliwangi 3.3 Teknis Analisis Data 3.4.1. Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis) Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda (multiple regression analysis). Tujuan analisis regresi ini untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) tehadap variabel terikat (Y) karena pengukuran pengaruh antar variabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3, …, Xn) menggunakan analisis regresi linier berganda (Sunyoto, 2013 : 47). Persamaan estimasi regresi linear berganda sebagai berikut
: Dividend Payout Ratio : Konstanta : Koefisien regresi dari setiap variabel independen : Institusional ownership : Debt to Total Asset : Return on Asset : Error term (variabel lain di luar penelitian)
3.4.2. 3.4.2.1.
Uji Hipotesis Analisis (Koefisien Determinasi R2) Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. 3.4.2.2.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Pengujian ini melibatkan semua variabel bebas terhadap variabel terikat
dalam menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama – sama. Pengujian secara simultan menggunakan distribusi F yaitu membandingkan antara F hitung (F rasio) dengan F tabel. Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5% , terima H0 jikaangka signifikansi lebih kecil dari α = 5% (Sunyoto, 2013 : 54). Rumus uji signifikansi koefisien korelasi ganda:
3.4.2.3.
Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) Rumus uji korelasi parsial :
t hitung dibandingkan denga t tabel. Nilai t tabel dicari dengan dk = n-1.
H0 : β1= β2 = β3 = 0, diduga variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. H1 : β1 ≠ 0, diduga variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5%, terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5%.
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
3.4.3. Pengujian Asumsi Klasik 3.4.3.1.
Normalitas Menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada
persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi nomal atau berdistribusi tidak normal. 3.4.3.2.
Multikolinearitas Untuk menguji keeratan hubungan antarvariabel bebas melalui besaran
koefisien (r). Untuk mendeteksi multikolinearitas : 1. Matrik korelasi antar variabel variabel independen (termasuk variabel
kontrol), 2. Nilai tolerance. Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang
dibenarkan secara statitsik (α) 3. Variance inflation factor (VIF) atau fakor inflasi penyimpangan baku kuadrat.
Indikator untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika besaran korelasi matrik antar variabel independen >0,90, nilai tolerance ≤0,10, dan nilai VIF ≥10.
3.4.3.3.
Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson (DW Test). 3.4.3.4.
Heteroskedastisitas Untuk menguji sama atau tidaknya varian dari residual observasi yang satu
dengan yang lain. Persamaan regresi yang baik jika residualnya mempunyai varian yang sama atau homoskedastisitas. Analisis uji asumsi heteroskedastisitas melalui gafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X = Y hasil pediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Berdasarkan data penelitian yang telah diolah menggunakan software SPSS Versi 17.0 diperoleh bahwa nilai asymp.sig sebesar 0,870 lebih besar dari nilai α (0,05), berarti data penelitian bersifat normal. 2. Uji Multikolineritas Uji multikolineritas ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri dari dua atau lebih variabel independen untuk menemukan adanya korelasi hubungan antar variabel bebas. Berdasarkan data penelitian yang telah diolah menggunakan software SPSS versi 17.00 diperoleh nilai VIF sebesar 1,012, artinya tidak terjadi multikolineritas karena VIF lebih besar daripada 0,10 (1,012
> 0,60), berarti data penelitian bebas dari penyimangan asumsi klasik multikolineritas 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Berdasarkan data penelitian yang telah diolah menggunakan software SPSS versi 17.00 diperoleh nilai hitung Durbin-Watson sebesar 2,228, artinya tidak terjadi autokorelasi karena nilai hitung Durbin-Watson lebih besar daripada nilai t tabel (2,228 > 1,256). 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi perbedaan varian dari residual, dari obervasi yang satu dengan observasi yang lainya. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombanggelombang. Berdasarkan data penelitian yang telah diolah menggunakan software SPSS versi 17.00 diperoleh sebaran data menyebar, maka data penelitian lolos dari terjadinya heteroskedastisitas
4.1.2. Institusional Ownership pada Sektor Manufaktur di BEI Kepemilikan pihak luar atau kepemilikan institusional (Institusional ownership) menunjukkan presentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi dan kepemilikan oleh blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama perorangan di atas 5 persen tetapi tidak termasuk golongan kepemilikan insider. Institusional ownership yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Indal Alumunium Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Semen Indonesia Tbk, PT. Astra Agro Lestari Tbk, PT. Kimia Farma, PT. Astra Internasional Tbk, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT Mayora Indah Tbk, dan PT. United Tractors Tbk yaitu sebesar 100%, sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan PT. Nippon Indosari Tbk yaitu sebesar 19,0%.
4.1.3. Leverage pada Sektor Manufaktur di BEI Rasio total utang terhadap total aktiva. Debt to total assets ratio merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) maupun hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Leverage yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh perusahaan Indal Alumunium Tbk yaitu sebesar 0,84%, sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan Harum Energy Tbk yaitu sebesar 0,21%. 4.1.4. ROA pada Sektor Manufaktur di BEI ROA mengukur keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba. ROA merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak terhadap total asset. Return on assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan memanfaatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Return On Asset yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh perusahaan PT. Merck Tbk yaitu sebesar 0,25%, sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan Indo Kordsa yaitu sebesar 0,01%.
4.2.
Pembahasan
4.2.1.1. Pengaruh Institusional Ownership Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh koefisien korelasi untuk variabel X1 (Institusional Ownership) terhadap variabel Y (Kebijakan Dividen) sebesar 0,492 dan koefisien determinasi sebesar 0,242, berarti bahwa 24,2 % variabilitas dari variabel Y (kebijakan dividen) dapat diterangkan (dipengaruhi) oleh variabel X1 (institusional ownership). Institusional ownership memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen sebesar 24,2%, artinya bahwa semakin tinggi institusional ownership, maka akan semakin baik pula kebijakan dividen yang diperoleh perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung > ttabel maka dengan koefisien korelasi = 0,492, diperoleh nilai thitung sebesar 2,461 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai ttabel dengan df = 23-2 = 21 sebesar 2,080, sehingga thitung > ttabel (2,461 < 2,080), maka menolak Ho atau dengan kata lain institusional ownership secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Adanya pengaruh yang positif ini mendukung hasil penelitian Chasanah (2008). Dalam penelitiannya, Chasanah (2008) menyatakan bahwa dengan adanya kepemilikan saham oleh institusi menyebabkan pengawasan terhadap manajemen perusahaan menjadi lebih tinggi. Manajemen akan menunjukkan kinerja yang baik yang akan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Kenaikan kuntungan ini akan berdampak pada peningkatan dividen.
4.2.1.2. Pengaruh Leverage Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (lampiran 2) diperoleh
koefisien
korelasi untuk variabel X2 (Leverage) terhadap variabel Y (Kebijakan Dividen) sebesar 0,262 dan koefisien determinasi sebesar 0,068, berarti bahwa 6,8 % variabilitas dari variabel Y (kebijakan dividen) dapat diterangkan (dipengaruhi) oleh variabel X2 (Leverage). Leverage memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen sebesar 6,8%, artinya bahwa semakin rendah leverage yang dihasilkan, maka akan semakin rendah pula kebijakan dividen yang diperoleh perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung > ttabel maka dengan koefisien korelasi = 0,262, diperoleh nilai thitung sebesar 1,181 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai ttabel dengan df = 23-2 = 21 sebesar 2,080, sehingga thitung < ttabel (1,181 < 2,080), maka menerima Ho atau dengan kata lain leverage secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kurniati (2007) mengindikasikan bahwa semakin besar proporsi hutang yang digunakan, maka
akan semakin besar pula jumlah kewajiban yang harus dibayar. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dibanding membagikan dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen akan semakin rendah, sehingga terdapat hubungan yang negatif antara leverage dengan kebijakan dividen. 4.2.1.3. Pengaruh Return On Asset Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (lampiran 2) diperoleh
koefisien
korelasi untuk variabel X3 (Return On Asset) terhadap variabel Y (Kebijakan Dividen) sebesar 0,512 dan koefisien determinasi sebesar 0,262, berarti bahwa 26,2 % variabilitas dari variabel Y (kebijakan dividen) dapat diterangkan (dipengaruhi) oleh variabel X3 (Return On Asset). Return On Asset memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen sebesar 26,2%, artinya bahwa semakin tinggi Return On Asset yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi pula kebijakan dividen yang diperoleh perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung > tabel maka dengan koefisien korelasi = 0,512, diperoleh nilai thitung sebesar 2,601 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai ttabel dengan df = 23-2 = 21 sebesar 2,080, sehingga thitung > ttabel (2,601 < 2,080), maka menolak Ho atau dengan kata lain Return On Asset secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini mendukung hasil penelitian Nurhasanah (2009) yang menyatakan semakin tinggi Return On Asset maka kemungkinan pembagian Dividen semakin besar. Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan membayar Dividen. Hal ini menunjukkan perusahaan selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba yang di bagi sebagai dividen dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham perusahaan.
4.2.1.4. Pengaruh Institusional Ownership, Leverage, Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (lampiran 2) diperoleh
koefisien
korelasi untuk variabel X (institusional ownership, leverage, dan Return On Asset) terhadap variabel Y (kebijakan dividen) sebesar 0,659 dan koefisien determinasi sebesar 0,434, berarti bahwa 43,4 % variabilitas dari variabel Y (kebijakan dividen) dapat diterangkan (dipengaruhi) oleh variabel X (institusional ownership, leverage dan Return On Asset). Institusional ownership, leverage dan Return On Asset memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen sebesar 43,4%, artinya bahwa semakin baik institusional ownership, leverage, dan Return On Asset yang dihasilkan perusahaan, maka akan semakin baik pula kebijakan dividen yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. Dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel
maka dengan
koefisien korelasi = 0,659, diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,853 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai Ftabel dengan df = 23-2-1 = 20 sebesar 3,10, sehingga Fhitung > Ftabel (4,853 > 3,10), maka menolak Ho atau dengan kata lain institusional ownership, leverage, dan Return On Asset secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut : 1. Institusional ownership yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Harum Energy Tbk, PT. Indal Alumunium Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Semen Padang Tbk, PT. Astra Agro Lestari Tbk, PT. Kimia Farma, PT. Astra Internasional Tbk, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk,
dan PT. United Tractors Tbk, sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan PT. Nippon Indosari Tbk. Leverage paling tinggi diperoleh oleh perusahaan Indal Alumunium Tbk, sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan Harum Energy Tbk. Dan kebijakan dividen yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh perusahaan Kalbe Farma Tbk, sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan. 2. Institusional ownership dan Return On Asset (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan leverage berpengaruh tidak signifikan, pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. 3. Institusional ownership, leverage, dan Return On Asset (ROA) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. 5.2.Saran Pada analisis yang telah dilakukan dan simpulan yang telah diperoleh maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya menguji kepemilikan institusional dan kinerja keuangan (likuiditas, leverage, profitabilitas) dalam kaitannya terhadap kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat diharapkan mempertimbangkan penambahan variabel seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, ukuran perusahaan. 2. Diharapkan kepada para investor lebih mempertimbangkan faktor faktor yang nantinya mendukung dan membantu pemegang saham dalam menilai sebuah perusahaan. Dari penelitian ini variabel kepemilikan manajerial, likuiditas, leverage, profitabilitas, dan kebijakan dividen guna membantu dalam meramalkan dan menilai perkembangan sebuah perusahaan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen tidak terbatas dari informasi internal dari perusahaan. Faktor eksternal juga mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Oleh sebab itu, disarankan bagi peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan faktor eksternal dari kondisi makro seperti tingkat suku bunga, PDB, inflasi, nilai tukar, dan lain-lain.
4. Penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun metode analisis yang digunakan, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode analisis yang berbeda seperti regresi logistik agar diketahui variabel-variabel bebas yang memberikan pengaruh paling besar terhadap variabel terikat.
DAFTAR PUSTAKA Ang. Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Bambang Riyanto. 2001. Dasar- Dasar Pembelajaan Perusahaan. Edisi Keempat Cetakan Ketujuuh. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Brealey A. Richard., Stewart C. Mers., Alan J. Marcus. 2008. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kelima. Alih bahasa oleh Bob Sabran MM. Jakarta : Penerbit Erlangga. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, buku I, edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Christianty Dewi, Sisca. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Vol. 10. No. 1. Jurnal Universitas Trisakti. Dewi Astuti. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Fees, Reeve, Warren. 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21. Jakarta : Penerbit Salemba. Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Harrison Jr, Walter T., Charles T. Horngren., C. William Thomas., Themin Suwardy. 2011. Akuntansi Keuangan Internatonal Financial Reporting Standards- IFRS .Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Ika Permanasari, Wien. 2010. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai Perusahaan. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Jensen, M.C and Meckling W.H. 1976. Theory of the firm : Managerial Behaviour, agency cost and ownership structure. Journal of Financial Economics, Vol. 76, pp. 305 – 360. Jumingan . 2006. Analisa Laporan Keuangan . Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Mello, Jeffrey A. 2002. Strategic Human Resources Management. Cincinnnati : Ohio, South- Western College Publishing. Noor Rachmad, Anggie. 2013. Pengaruh struktur kepemilikan, Leverage, dan Return on Asset (ROA)terhadap Kebijakan Dividen. Semarang. Univesitas Diponegoro. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kebijakan Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Studi 1995 – 1996: Jurnal Akuntansi Dan Keuangan , Juli Desember, Vol. 2 No 2 hal 103-123. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit : CV Alfabeta. Sunyoto, Danang. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Penerbit CAPS. Sunyoto, Danang. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung : Penerbit PT. Refika Aditama. Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Ekoinisia. Wahyuning, Kurniati. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi pada Perusahaan Textille/ Garments di BEJ). Tesis Program Studi Magister Sains Akuntansi. Universitas Diponegoro. Weston, J Fred., Thomas E Copeland. 1997. Manajemen Keuangan. Alih bahasa oleh Jaka Wasana & Kibranoko. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.