ABG (Arjuna Baru Gede) Suasana ramah terlihat sore itu di lapangan militer Hastinapura, cerah ceria terlihat di wajah para Pandawa, Samiaji atau Puntadewa selaku pertama Pandawa memimpin adik-adiknya untuk les privat kepada Profesor Durna. Inilah keseharian para Pandawa mengarungi waktu demi waktu, belajar ilmu kemiliteran, merancang strategi perang secara individu maupun team work. Mereka adalah penerus Presiden Hastinapura, Bapak Pandu Dewanata, mengemban tugas besar untuk memimpin Hastinapura nantinya, meskipun umurnya masih belasan tahun, namun mereka sudah menjadi teladan para kawula muda. Arjuna atau Permadi adalah penengah Pandawa, ia lahir setelah kelahiran Puntadewa dan Bratasena atau Bimasena, dan ia mempunyai adik tiri yang sangat ia sayangi, Nakula dan Sadewa. Wajah tampannya sudah terpancar sejak ia lahir, kharismanya terbentuk dari titisan Batara Indra. Saat
bayi pun telah menjadi idola para asisten wanita Kepresidenan, sungguh luar biasa sosok Arjuna ini. Ia terlahir dari rahim ibunda Dewi Kunti, ibu Negara Hastinapura, istri Presiden Pandu yang pertama. Masa kanak-kanaknya diluangkan untuk belajar menembak, hobinya itu menjadikan dirinya sang jogo tembak, diantara Pandawa lainya. Sejak kecil pula ia gemar berpetualang, layaknya si bolang, ia senang bermain di hutan, meskipun hanya sebatas hutan di wilayah dekat Istana Hastinapura, karena sang putra presiden ini belum diizinkan untuk keluar jauh dari wilayah istana negara. Namun pengalamanya itu terbawa sampai besar, ialah lelaki petualang, bukan sekedar berpetualang dari hutan ke hutan, namun juga gemar berpetualang dari hati ke hati perempuan, dari satu air mata ke air mata perempuan lainya, inilah dia sang calon playboy berkharisma, Arjuna sang penakluk! *** Pagi itu suasana Negera Hastinapura sangat cerah, Sang Bapak Presiden Pandu Dewabata tengah
bersiap-siap akan bertolak ke Negera Mandura, mempererat hubungan diplomatik dengan Negera pimpinan Bapak Basudewa. Istri pertama Pandu, Dewi Kunti tengah menyiapkan pakaian kerjanya, berupa jas hitam, kemeja putih, lengkap dengan dasi dan peralatan kantor lainnya. Sedang istri kedua Pandu, Dewi Madrim sibuk mempersiapkan sarapan pagi untuk Pandu, meskipun banyak asisten kepresidenan, namun kedua istri Pandu ini lebih senang melayani suaminya dengan tangganya sendiri, inilah wujud kecintaan dan ketulusan dua wanita elegan ini. Seusai sarapan dan persiapan lain-lain, sopir kepresidenan telah tiba di depan Istana membawa mobil mewah berwarna hitam khas milik Pandu, ia lebih senang berpergian keluar negeri tanpa pengawal. Pandu pun bergegas menuju mobil, lalu datanglah putra ke tiga Pandu, Arjuna yang telah rapi, rambutnya disisir klimis, pakainya pun begitu, ia tampak sudah beranjak besar, ketampanannya semakin membuat lutut para wanita yang melihatnya lemas, kharismanya jelas membuat wanita yang melihatnya berkeringat, sungguh
perpaduan aura Batara Indra dan Pandu Dewanata sangat kental pada diri Arjuna. Ternyata Pandu mengajak anak ketiganya itu ke Mandura bertepatan dengan liburan sekolah tengah semester. Karena kedekatan Arjuna dengan Narayana atau Kresna, yang setiap Pak Basudewa berkunjung ke Hastinapura pasti mengajak kedua anak Laki-lakinya, Baladewa dan Kresna. Sehingga Kresna dan Arjuna menjadi akrab. Ini kesempatan untuk Arjuna yang baru pertama kalinya akan berkunjung ke tempat Kresna. Sedangkan Pandawa yang lain, memilih tetap tinggal di Hastinapura untuk menuntut ilmu ekstrakulikuler dengan Profesor Durna. Di sepanjang jalan, Arjuna melihat beberapa gadis-gadis cantik seumuranya, ada rasa tertarik dalam batin Arjuna, jiwa kelaki-lakianya akan asmara mulai tumbuh, meskipun ia masih terdaftar sebagai siswa SMP kelas sembilan. (yaelah dasar calon Playboy, masih kecil aja udah suka main lirik :p)
Setibanya
di
sana,
rombongan
Presiden
Hastinapura ini disambut meriah oleh pejabat tinggi Negara Mandura. Begitupun Kresna yang antusias menyambut kedatangan sahabatnya itu. Selagi Pandu menjalankan tugasnya sebagai presiden, mempererat hubungan diplomatik dengan para pejabat tinggi Negera Mandura, membahas mengenai kerjasama di bidang hukum, ekonomi, sosial, budaya, politik dan lain sebagainya, Arjuna asyik bermain bersama Kresna dan Baladewa, berkeliling menikmati keindahan Negera Mandura. Setiap jengkal mereka lewati penuh canda, saling bercerita berbagi pengalaman. Arjuna yang masih SMP, banyak mendapat wejangan dari Kresna yang tahun ini memasuki kelas 10 di sebuah SMA favorit di Mandura. Namun saat itu Baladewa yang sudah menjadi mahasiswa semester empat, harus pulang terlebih dahulu karena banyak tugas kuliah. Di
tengah
perjalanan,
Arjuna
melihat
segerombolan gadis sebayanya sedang bermain bola bekel di sebuah saung megah dekat sawah milik Pemerintah Mandura. Arjuna melambatkan jalanya, ia
memandangi seorang gadis berkulit putih, hidung mancung dan
berambut panjang lurus teruai, ia
menduga apakah itu adik perempuan Kresna yang bernama
Sumbadra?
Namun
kalau
dilihat
dari
pakaiannya yang sederhana, hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek biasa, rasanya tidak mungkin seorang putri Presiden Mandura adalah gadis tersebut. Sembari
terus
menduga-duga,
Arjuna
terus
memandangi gadis itu, sampai-sampai Kresna yang tengah bercerita panjang lebar tidak didengarnya. Kresna yang tak sadar, telah berada di depan Arjuna beberapa jengkal, saat ia menenggok ke arah Arjuna, sobatnya itu sudah tidak berada di sampingnya lagi. “Jun..!” teriak Kresna. “Lo liatin apa sih? Gue lagi cerita malah lo tinggalin.” tanya Kresna. “Eh, sory bro..” jawab Arjuna sambil terus memandangi gadis itu. (Dasar calon playboy, ganjen banget matanya masa -_-)
Kresna menoleh ke arah gadis yang sedang dipandangi Arjuna. “Hmmm, dasar.. lo mau kenalan sama cewe-cewe itu?” tegas Kresna. “Eh itu yang kulitnya putih, pakai kaos warna pink siapa? Adek lo?” tanya Arjuna. “oh itu, itu Larasati, anak paman Antangopa?” jawab Kresna. “Hah? Serius? Terus adek lo mana? Si Sumbadra?” tanya Arjuna penasaran. “Itu yang disebelahnya.” tunjuk Kresna ke arah gadis berkulit sawo matang, hidung pesek dan rambut pendek. Arjuna pun kaget, ia mengira bahwa Larasati itulah Sumbadra. Kemudian mereka pun mendekati sekumpulan anak gadis sebaya Arjuna yang sedang bermain bola bekel. Mereka saling berkenalan, Arjuna sangat antusias berkenalan dengan Larasati, sedangkan Sumbadra yang baru pertama kali melihat Arjuna seketika itu terkesan dengan ketampanan anak ke tiga orang nomor satu di Hastina itu. Sumbadra merasa detak jantungnya melemah saat tangannya berjabat
dengan tangan Arjuna, matanya tak sedikitpun lepas dari pandangan yang ia arahkan ke wajah Arjuna. Namun Arjuna hanya biasa saja, (serius belagu banget lho! _-) tak sedikitpun membalas tatapan kode dari Sumbadra, ia justru mendekati Larasati dan banyak bertanya tentang Larasati. (Kepo banget! -_-).