Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
ANALISIS HUKUM PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR (Studi Penetapan No. 03/Pid.Sus-Anak/2015/PN.RAP) Oleh: ABDUL HAKIM Dosen Tetap STIH Labuhanbatu
ABSTRAK Konsep diversi adalah konsep untuk mengalihkan suatu kasus dari proses formal ke proses informal. Proses pengalihan untuk memberikan perlindungan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum. Jenis penelitian tesis adalah penelitian hukum normatif. Penelitian bertujuan mengkaji pengaturan hukum terkait diversi dalam Perma Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam pelaksanaan Diversi di Pengadilan Negeri Rantauprapat, secara internal juga mengalami hambatan yaitu pemahaman yang belum mendalam terhadap isi dari Perma Nomor 4 Tahun 2014, sehingga hal tersebut akan menjadi kesulitan. hambatan secara eksternal salah satunya adalah kerjasama instansi lain terkait penerapan Diversi. Pelaksanaan diversi yang dilakukan di Pengadilan Negeri Rantauprapat. Sanksi Penal, pada Penetapan No. 03/Pid.Sus-Anak/2015/PN.RAP, menetapkan anak dikembalikan kepada orang tua, sesuai dengan kesepakatan Diversi. Sanski Non Penal, terjadi kesepakatan diversi yaitu para pihak melakukan perdamaian, bahwa anak beserta orang tua telah memberikan uang tunai kepada korban. Kata Kunci : Analisis, Diversi, Anak Pelaku.
I.
pendidikan, dimana ruang-ruang belajar
PENDAHULUAN
pada umumnya berisi anak-anak dari
1.1 LATAR BELAKANG
segala Komitmen
Negara
terhadap
Negara.”1
Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar
Implementasi komitmen Negara
tujuan
tersebut tampak direalisasikan secara
didirikannya Negara ini antara lain
lebih
untuk memajukan kesejahteraan umum
implisit,
kata
konsisten
Pemerintah
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara
eksplisit
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
bias dilihat dalam konstitusi dasar kita.
bahwa
secara
batang tubuh yang berbunyi: “Fakir
ada sejak berdirinya Negara ini. Hal itu
disebutkan
Anak
disebutkan dalam Pasal 34 pada bagian
perlindungan anak sesungguhnya telah
1945
usia.
mengintroduksikan
kesejahteraan
ketika tahun
1979
Indonesia Undang-Undang
tentang Kesejahteraan Anak, bersamaan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa didominasi konotasi anak karena mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
1
Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), Hal. 42.
khususnya, dilakukan melalui proses
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 1
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
dengan penetapan tahun 1979 sebagai
diterimanya
“Tahun Anak Internasional.”
pemasyarakatan.3
Ketika
Konvensi
(KHA)
dideklarasikan,
termasuk
Negara
Hak
Anak
Konsep
Indonesia
yang
ikut
di
lembaga
diversi
merupakan
konsep yang baru di Indonesia, awalnya
aktif
konsep diversi ini muncul dalam sebuah
membahas dan menyetujuinya. Tidak
wacana-wacana seminar yang sering
sampai satu tahun sejak ditetapkannya
diadakan. Berawal dari pengertian dan
KHA, Pemerintah Indonesia meratifikasi
pemahaman dari wacana seminar yang
melalui Kepres Nomor 36 tanggal 25
diadakan
Agustus
1990.
berarti
menumbuhkan semangat dan keinginan
Negara
secara
Internasional
untuk mengkaji dan memahami konsep
Meratifikasi, hukum
tentang
konsep
diversi
diversi tersebut.4
terikat untuk melaksanakan isi ratifikasi tersebut, yang tercermin dalam regulasi
Konsep diversi adalah konsep
yang disusun serta implementasinya.
untuk mengalihkan suatu kasus dari
Oleh karena itu, sejak tahun 1990
proses formal ke proses informal. Proses
Indonesia terikat secara hukum untuk
pengalihan ditujukan untuk memberikan
melaksanakan ketentuan yang termaktub
perlindungan
dalam Konvensi Hak Anak.2
berkonflik dengan hukum. Selanjutnya
Penjatuhan hukuman oleh hakim
secara
terhadap
intern
anak
kelembagaan
yang
masing-
bukanlah merupakan hal yang salah,
masing membicarakan kembali tentang
akan tetapi sebaiknya hakim menimbang
konsep
kembali apakah putusan hukuman yang
perlindungan
dijatuhkan
telah
memberikan
tindak
perlindungan
terhadap
anak,
intern yang dilakukan masing-masing
dan
diversi
dalam
terhadap
pidana.
Dari
memberikan anak
pelaku
diskusi-diskusi
memberikan manfaat. Pertanyaan ini
lembaga
muncul karena setelah anak selesai
membicarakan konsep diversi secara
menjalani hukumannya, dapatkah anak
luas sesama aparat penegak hukum yang
tersebut menjadi orang yang baik dan
terlibat dalam peradilan pidana terhadap
tidak melakukan tindakan kriminal lagi?
anak.
Mengingat
pembinaan
yang
telah
berkeinginan
untuk
Anak bukanlah untuk dihukum melainkan harus diberikan bimbingan dan pembinaan, sehingga bisa tumbuh 3
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, (Bandung: Refika Aditama, 2009), Hal. 12. 4 Ibid, Hal. 168.
2
Muhammad Joni, dkk., Tim Litigasi untuk Penghapusan Kriminalisasi Anak, (Jakarta: KPAI, 2009), Hal. 33
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 2
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
dan berkembang sebagai anak normal
peradilan
formal,
yang sehat dan cerdas sutuhnya. Anak
alternatif
bagi
adalah anugerah Tuhan sebagai calon
pendekatan keadilan restoratif maka,
generasi penerus bangsa yang masih
atas perkara anak
dalam masa perkembangan fisik dan
dengan hukum dapat dilakukan diversi
mental. Terkadang anak mengalami
demi kepentingan terbaik bagi anak
situasi
membuatnya
dengan
melakukan tindakan yang melanggar
korban.
sulit
yang
dan
memberikan
penyelesaian
dengan
yang berkonflik
mempertimbangkan
keadilan
hukum. Walaupun demikian, anak yang
Proses diversi dilakukan melalui
melanggar hukum tidaklah layak untuk
musyawarah dengan melibatkan anak
dihukum apalagi kemudian dimasukkan
dan orang tua/walinya, korban dan/atau
dalam penjara.5
orang
Dalam Undang-Undang Nomor
tua/walinya,
Pembimbing
Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Profesional
berdasarkan
Pidana Anak pada Pasal 1 butir (2) yaitu
keadilan restoratif.6 Selain itu juga,
diatur mengenai batas usia anak yang
dalam
berkonflik dengan hukum adalah anak
tersebut juga dapat melibatkan Tenaga
yang berumur 12 (dua belas) tahun tetapi
Kesejahteraan
belum berumur 18 (delapan belas) tahun
masyarakat.7
yang diduga melakukan tindak pidana.
Proses
hal
diperlukan,
pendekatan
musyawarah
Sosial,
diversi
dan/atau
sendiri
wajib
memperhatikan:8
Hal tersebut berbeda dengan UndangUndang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
a) Kepentingan korban;
Pengadilan Anak sebagaimana diatur di
b) Kesejahteraan dan tanggung jawab
dalam Pasal 1 butir (1) yaitu Anak
anak;
adalah orang yang dalam perkara Anak
c) Penghindaran stigma negatif;
Nakal telah mencapai umur 8 (delapan)
d) Penghindaran pembalasan;
tahun tetapi belum mencapai umur 18
e) Keharmonisan masyarakat; dan
(delapan belas) tahun dan belum pernah
f) Kepatutan,
kawin.
kesusilaan,
dan
ketertiban umum. Oleh karena itu tidak semua
Menyikapi
perkara anak yang berkonflik dengan
fenomena
diversi
terhadap anak seperti uraian diatas,
hukum harus diselesaikan melalui jalur
6 Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Sistem Peradilan Anak. 7 Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Sistem Peradilan Anak. 8 Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak
5
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum; Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Hal. 1
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 3
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
empiris.9
Mahkamah Agung pada akhirnya juga
dan
mengeluarkan
Mahkamah
normatif,
Agung (Perma) Nomor 4 Tahun 2014
terhadap :
tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi
a. asas-asas
hukum
seperti
dalam Sistem Peradilan Pidana Anak.
misalnya
penelitian
terhadap
Maka setelah Perma ini diterbitkan
kaedah-kaedah
sudah seharunya seluruh Pengadilan di
hidup
Indonesia wajib menerapkan diversi
Penelitian terhadap asas hukum
terhadap anak.
ini meliputi :
Peraturan
Penelitian
meliputi
hukum
penelitian
hukum
didalam
yang
masyarakat.
Melihat uraian diatas dapat dikaji
1) Asas hukum Regulatif (yang
bagaimana peran analisis penerapan
sejajar dengan pembedaan
diversi terhadap anak yang melakukan
menjadi asas hukum umum
tindak pidana pencurian sepeda motor di
dan asas hukum khusus)
Pengadilan Negeri Rantauprapat.
2) Asas hukum Konstitutif. b. Penelitian terhadap sistematik
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana
hukum yaitu dilakukan dengan
pengaturan
hukum
menelaah pengertian dasar dari
terkait diversi dalam Perma Nomor 4 Tahun
2014
tentang
hukum
Pedoman
dalam
c. Penelitian terhadap sinkronisasi
Peradilan Pidana Anak? hambatan
terdapat
peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan Diversi dalam Sistem
2. Bagaimana
yang
hukum dalam
yaitu
bertujuan
pelaksanaan diversi yang dilakukan
penelitian
ini
mengungkapkan
kenyataan sampai sejauh mana
di Pengadilan Negeri Rantauprapat,
suatu
dan upaya apa yang dilakukan dalam
perundang-undangan
tertentu serasi secara vertikal dan
mengatasi hambatan tersebut?
horizontal, apabila perundang-
3. Bagaimana kebijakan hukum diversi
undangan
pelaku anak pencurian sepeda motor
tersebut
adalah
sederajat dan termasuk bidang
studi kasus di Pengadilan Negeri
yang sama.
Rantauprapat?
d. Penelitian perbandingan hukum yaitu merupakan penelitian yang
1.3 Metode Penelitian
menemukan dan mencari adanya
1. Spesifikasi Penelitian 9
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjauan singkat, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta, halaman 12-13, dikutip dari Ediwarman, Metodologi Penelitian, Hal 24
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitian hukum normatif
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 4
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
perbedaan-perbedaan yang ada
Dimulai
berbagai sistem hukum.
menganalisa
e. Penelitian sejarah hukum yaitu berusaha
untuk
dengan
cara
peraturan-peraturan
tentang perlindungan anak dalam
mengadakan
hubungannya
dengan
analisis
identifikasi terhadap tahap-tahap
penerapan diversi terhadap anak
perkembangan-perkembangan
pelaku
hukum yang dapat dipersempit
sepeda motor untuk memperoleh
ruang
data sekunder. Dimulai dengan cara
lingkupnya
sejarah
menjadi
perundang-undangan
tindak
pidana
menganalisa
yang penting adalah kegiatan
peraturan-peraturan
tentang perlindungan anak.
ilmiah untuk mencoba menyusun
3. Lokasi,
Populasi
pentahapan
perkembangan
Penelitian
hukum
perkembangan
a. Lokasi Penelitian
atau
perundang-undangan. Jadi digunakan
penelitian
yang
penelitian
di
pada
bahwasanya
terbesar di Sumatera Utara dan
masyarakat.
hukum
dilakukan
merupakan salah satu Pengadilan
banyak menangani perkara anak.
Penelitian terhadap asas hukum ini Asas
lokasi
Pengadilan Negeri Rantauprapat
terhadap kaedah-kaedah hukum yang
meliputi
ini
didasarkan
hukum seperti misalnya penelitian
didalam
Sampel
Pengadilan Negeri Rantauprapat,
ini
adalah penelitian terhadap asas-asas
hidup
dan
Pemilihan
penelitian dalam
pencurian
b. Populasi
Regulatif
Populasi
(yang sejajar dengan pembedaan
keseluruhan
menjadi asas hukum umum dan asas
atau
merupakan himpunan
objek dengan ciri yang sama10.
hukum khusus) dan Asas hukum
Populasi dapat berupa himpunan
Konstitutif.
orang, benda(hidup atau mati), kejadian,
2. Metode Pendekatan
kasus-kasus,
waktu
Berdasarkan pada masalah
atau tempat dengan sifat atau ciri
yang telah diutarakan sebelumnya
yang sama. Adapun populasi
diatas, maka metode pendekatan
adalah keseluruhan perkara anak
yang digunakan dalam tulisan ini
dalam
penerapan
adalah metode yuridis normatif yang
terhadap
anak pelaku tindak
didukung oleh yuridis empiris untuk
diversi
10
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Hrafindo Persada, Jakarta, 1997, Hal. 121
mendapatkan data primer.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 5
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
pidana pencurian sepeda motor di
Pengadilan
Langkah-langkah
Negeri
yang
ditempuh dalam penelitian ini terdiri
Rantauprapat yaitu berjumlah 3
dari 3 (tiga) tahapan, meliputi : Pertama, Tahap Persiapan.
(tiga). c. Sampel Penelitian
Pada tahap ini penulisan memulai
Penentuan dalam sampel
mengumpulkan data sekunder yang
ini adalah 40 (empat puluh)
kemudian
informan
yang
penyusunan dan pengajuan usulan
wilayah
hukum
diambil
dari
Pengadilan
dilanjutkan
penelitian.
Setelah
dengan
itu,
untuk
Negeri Rantauprapat.
selanjutnya dikonsultasikan untuk
4. Alat pengumpulan data
penyempurnaan, serta menyusun alat
Adapun alat pengumpul data
penelitian
dalam penelitian hukum normatif
penelitian.
penelitian
terhadap
pengurusan
Kedua,
merupakan penelitian kepustakaan yaitu
dan
data
Tahap
izin
Penelitian.
Tahap selanjutnya, dibagi tahapan
sekunder:11
ini menjadi 2 (dua) lagi yang
a. Bahan-bahan hukum primeir
bertujuan untuk memfokuskan dan
1. UUD 1945
menceritakan hal-hal yang penulisan
2. Undang-Undang
Tentang
teliti, tahapan ini meliputi :
Perlindungan Anak.
(1) Tahapan
b. Bahan-bahan hukum sekunder yaitu
bahan-bahan
berhubungan hukum
dengan
primeir
membantu
dan
menganalisa
memahami
bahan
lapangan,
sebagai langkah awal dilakukan
yang
dengan penentuan responden dan
bahan
pengumpulan
data
primer.
dapat
Pengumpulan
data
primer
dan
dengan
hukum
cara
berdasarkan
primeir.
wawancara pedoman
wawancara yang telah disusun
c. Bahan hukum tertier yaitu bahanbahan
penelitian
yang
dan
memberikan
disiapkan
Kemudian
sebelumnya.
dilakukan
juga
informasi tentang bahan primer
pengumpulan data sekunder yang
dan sekunder.
ada pada lembaga hukum yang
5. Prosedur
pengambilan
berkaitan dengan penelitian ini.
dan
(2) Tahapan penelitian kepustakaan,
pengumpulan data
penelitian ini dilakukan untuk 11
memperoleh data sekunder yang
Ediwarman, Op.Cit, Hal. 111
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 6
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
meliputi bahan hukum primer,
menekankan pada aspek pencarian
bahan hukum
makna
sekunder, dan
dibalik
emprisitas
dari
bahan hukum tersier. Data yang
realitas sosial sehingga pemahaman
diperoleh
sebagai
mendalam akan realitas sosial akan
dasar teori untuk menganalisis
sangat diperhatikan, dan metode ini
data primer yang diperoleh dari
akan
penelitian lapangan.
pernyataan-pernyataan
digunakan
Ketiga, Tahap penyelesaian.
menghasilkan
yang
dihasilkan
data
berupa
atau
data
berupa
data
Pada tahapan ini, dianalisis data
deskriptif mengenai subjek yang
primer yang diperoleh dari penelitian
diteliti13.
lapangan dengan data sekunder yang diperoleh
dari
penelitian II. PENGATURAN
kepustakaan. Selanjutnya, penulis membuat
laporan
awal.
TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
dikonsultasikan kepada pembimbing.
data
2.1 Peraturan
dilakukan
Sebagaimana
berangkat
dari
paradigma
positivism,
dimana
setiap
Diversi
Dalam
Peradilan
Peraturan Mahkamah Agung ini lahir berdasarkan Pasal 5 sampai Pasal 14,
kesatuan
Pasal 29, Pasal 42 dan Pasal 52 ayat (2) sampai dengan ayat (6) Undang-Undang
secara mendalam, terlebih realitas
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
sosial dipahami sebagai realitas yang
Peradilan
majemuk12.
Pidana
Anak
wajib
mengupayakan Diversi pada tingkat
Metode penelitian kualitatif yang
Sistem
Adapun dalam konsiderannya,
aspek
alamiah yang perlu diinterpretasi
metode
Agung
Pidana Anak.
post
dalam realitas sosial dilihat secara satu
Mahkamah
2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan
dikemukakan
Widoyoko bahwa metode kualitatif
adalah
DALAM
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
dengan model analisis kualitatif.
sebagai
DIVERSI
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.
6. Analisis Data
holistik
TERKAIT
DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4
Setelah
selesai, disusun laporan akhir dan
Analisis
HUKUM
penyidikan,
bersifat
penuntutan,
dan
pemeriksaan perkara Anak di Pengadilan
interaktif, yaitu metode yang lebih
12
13
M. Edy Sentosa JK, Metode-Metode Penelitian, http//theglobalgenerations.blogspot.com/, diakses pada tanggal 10 April 2015
Milles dan Hubberman. Analisis Data Kualitatif : Buku tentang Sumber Data-Data Baru, Universitas Indonesia Press, 1992, Hal. 15-20.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 7
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
dengan
mengutamakan
pendekatan
Pasal diatas menunjukkan bahwa
Keadilan Restoraif.
diversi adalah wajib bagi anak dibawah
Undang-undang
Nomor
11
umur dan hakim wajib mengupayakan
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Diversi dengan pidana penjara dibawah
Pidana Anak belum mengatur secara
7 (tujuh) tahun sebagaimana diterangkan
jelas tentang tata cara belum mengatur
didalam Pasal 2 dan Pasal 3, maka
secara jelas tentang tata cara dan tahapan
Peraturan Mahkamah Agung ini secara
proses
Berdasarkan
tegas diversi wajib dilakukan sehingga
pertimbangan pada huruf a dan b maka
menjadi pedoman bagi peradilan anak di
perlu menetapkan Peraturan Mahkamah
bawah lingkup Mahkamah Agung.
diversi.
Agung
Republik
Indonesia
tentang
Perma ini juga mengatur tentang
Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam
pelaksanaan
Sistem Peradilan Pidana Anak.
dimulai
Adapun di dalam Perma ini
diversi
dari
di
Pengadilan,
persiapan
diversi,
sebagaimana diuraikan di dalam Pasal 4
diatur kewajiban diversi, sebagaimana
:
diuraikan didalam Pasal 2 dan Pasal 3
(1) Setelah menerima Penetapan Ketua
yaitu:
Pengadilan untuk menangani perkara
Pasal 2:
yang
Diversi diberlakukan terhadap anak yang
Hakim
telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi
Hari Musyawarah Diversi.
belum berumur 18 (delapan belas) tahun
wajib
diupayakan
mengeluarkan
(2) Penetapan
Hakim
Diversi
Penetapan
sebagaimana
atau telah berumur 12 (dua belas) tahun
dimaksud pada ayat (1) memuat
meskipun pernah kawin tetapi belum
perintah kepada penuntut umum
berumur 18 (delapan belas) tahun, yang
yang melimpahkan perkara untuk
diduga melakukan tindak pidana.
menghadirkan :
Pasal 3:
a. Anak dan orang tua/Wali atau
Hakim
anak
wajib
Diversi
dalam
hal
mengupayakan anak
Pendampingnya;
didakwa
b. Korban
melakukan tindak pidana yang diancam
dan/atau
orang
tua/Walinya;
dengan pidana penjara dibawah 7 (tujuh)
c. Pembimbing Kemasyarakatan;
tahun atau lebih dalam bentuk surat
d. Pekerja Sosial Profesional;
dakwaan
e. Perwakilan masyarakat; dan
kumulatif
subsidiaritas, maupun
alternative, kombinasi
f. Pihak-pihak terkait lainnya yang
(gabungan).
dipandang perlu untuk dilibatkan dalam Musyawarah Diversi. Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 8
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
(3) Penetapan
Hakim
sebagaimana
a. Anak untuk didengar keterangan
dimaksud pada ayat (1) dan (2)
perihal dakwaan.
mencantumkan hari, tanggal, dan
b. Orang
tua/Wali
waktu serta tempat dilaksanakannya
menyampaikan
Musyawarah Diversi.
berkaitan
Uraian Pasal diatas menerangkan
untuk
hal-hal
dengan
yang
perbuatan
Anak dan bentuk penyelesaian
tentang bagaiamana persiapan diversi di
yang diharapkan.
Pengadilan, adapun tahapan tersebut
c. Korban/Anak Korban/Orangtua/
juga mengikutsertakan pihak-pihak yang
Wali untuk memberi tanggapan
berkepentingan mulai dari anak, Pekerja
dan bentuk penyelesaian yang
Sosial Profesional hingga perwakilan
diharapkan.
masyarakat, sehingga proses diversi
(5) Pekerja
Sosial
Profesional
dapat menghasilakn keputusan yang baik
memberikan
bagi
keadaan sosial Anak Korban serta
kepentingan
anak.
Kemudian
informasi
tentang
diuraikan tahapan musyawarah Diversi
memberikan
sebagaimana tertuang dalam Pasal 5
memperoleh penyelesaian.
yaitu:
saran
untuk
(6) Bila dipandang perlu, Fasilitator
(1) Musyawarah Diversi dibuka oleh Fasilitator
Diversi
Diversi dapat memanggil perwakilan
dengan
masyarakat maupun pihak lain untuk
perkenalan para pihak yang hadir,
memberikan
informasi
menyampaikan maksud dan tujuan
mendukung penyelesaian.
untuk
musyawarah diversi, serta tata tertib
(7) Bila dipandang perlu, Fasilitator
musyawarah untuk disepakati oleh
Diversi dapat melakukan pertamuan
para pihak yang hadir.
terpisah
(2) Fasilitator Diversi menjelaskan tugas
menjelaskan
musyawarah ke dalam kesepakatan
ringkasan dakwaan dan Pembimbing Kemasyarakatan
Diversi.
memberikan
informasi
tentang
perilaku
keadaan
sosial
anak saran
(9) Dalam
dan
Diversi
menyusun
diversi,
Fasilitator
kesepakatan Diversi
serta
memperhatikan dan mengarahkan
untuk
agar kesepakatan tidak bertentangan
memperoleh penyelesaian. (4) Fasilitator
para
(8) Fasilitator Diversi menuangkan hasil
Diversi
memberikan
dengan
pihak.
Fasilitator Diversi. (3) Fasilitator
(Kaukus)
dengan hukum, agama, kepatutan wajib
masyarakat
memberikan kesempatan kepada:
setempat,
kesusilaan;
atau memuat hal-hal yang tidak Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 9
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
dapat
dilaksanakan
Anak;
atau
Pemasyarakatan, Hakim melanjutkan
memuat itikad baik.
pemeriksaan perkara sesuai dengan
Kemudian diatur pula tentang kesepakatan
Diversi,
hukum acara peradilan pidana Anak.
sebagaimana
(2) Dalam menjatuhkan putusan, Hakim
dijelaskan di dalam Pasal 6 yaitu :
wajib
(1) Musyawarah Diversi dicatat dalam
pelaksanaan sebagian Kesepakatan
Berita
Acara
Diversi
ditandatangani Diversi
oleh
dan
dan
Diversi sebagaimana tersebut dalam
Fasilitator
Panitera/
ayat (1).
Panitera
Pasal 8 :
Pengganti.
Fasilitator Diversi tidak dapat dikenai
(2) Kesepakatan diversi ditandatangai
pertanggungjawaban
oleh para pihak dan dilaporkan kepada
Ketua
Pengadilan
Pengadilan
Penetapan berdasarkan
pidana
maupun
perdata atas isi Kesepakatan Diversi.
oleh
Lahirnya Peraturan Mahkamah
Fasilitator Diversi. (3) Ketua
mempertimbangkan
Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang mengeluarkan
Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam
Kesepakatan
Diversi
Sistema Peradilan Pidana Anak adalah
kesepakatan
Diversi
untuk menghasilkan upaya terbaik bagi
sebagaimana dimaksud pada ayat
kepentingan
anak
melalui
Diversi.
(2).
Perma ini apabila dianalisis dengan teori dapat
sistem hukum (legal system) yang
mengembalikan Kesepakatan Diversi
dikemukakan oleh Lawrence Friedman.
untuk diperbaiki oleh Fasilitator
Menurut Friedman, sistem hukum (legal
Diversi apabila tidak memenuhi
system) memiliki cakupan yang luas dari
syarat sebagaimana dimaksud dalam
hukum itu sendiri. Kata “hukum” sering
Pasal 5 ayat (9), selambat-lambatnya
hanya
dalam waktu tiga hari.
peraturan. Padahal menurut Friedman
(4) Ketua
Pengadilan
(5) Setalah menerima penetapan dari Ketua
Pengadilan
sistem
mengacu
hukum
pada
aturan
membedakan
dan
antara
sebagaimana
aturan dan peraturan, struktur, serta
dimaksud pada ayat (3), Hakim
lembaga dan proses yang ada dalam
menerbitkan penetapan penghentian
sistem itu. Bekerjanya hukum dalam
pemeriksaan perkara.
suatu sistem ditentukan oleh tiga unsur, yaitu struktur hukum (legal structure),
Pasal 7: (1) Dalam hal Kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan sepenuhnya oleh para pihak
berdasarkan
Balai Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 10
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
substansi hukum (legal substance), dan
the book), tetapi juga mencakup hukum
budaya hukum (legal culture).14
yang hidup di masyarakat (the living
Struktur hukum (legal structure) merupakan
kerangka
berpikir
law). Bila dihubungkan dengan Perma
yang
ini maka Perma ini telah mengakomodir
memberikan defenisi dan bentuk bagi
kepentingan
terbaik
anak,
sehingga
bekerjanya sistem yang ada dengan
Perma ini dapat dijadikan pedoman oleh
batasan yang telah ditentukan. Jadi
Hakim di Pengadilan seluruh Indonesia. Budaya hukum (legal culture)
struktur hukum dapat dikatakan sebagai institusi yang menjalankan penegakan
merupakan
hukum dengan segala proses yang ada di
hukum
dalamnya.
masyarakat ini meliputi kepercayaan,
Dalam
sistem
peradilan
pidana (criminal justice system) struktur hukum
structure)
(legal
sikap
dan
nilai-nilai,
manusia
sistem
ide-ide
terhadap
hukum.
serta
Sikap
harapan
yang
masyarakat terhadap hukum dan sistem
menjalankan proses peradilan pidana
hukum. Budaya hukum juga merupakan
adalah
kekuatan
kepolisian,
kejaksaan,
dan
lembaga
kehakiman,
sosial
bagaimana
yang
hukum
disalahgunakan.
Budaya
dengan
dapat
mempunyai peranan yang besar dalam
disimpulan secara struktur hukum dalam
sistem hukum, tanpa budaya hukum
hal ini Mahkamah Agung ikut berperan
(legal culture) maka sistem hukum
dalam upaya terbaik bagi kepentingan
(legal
anak melalui diversi.
kekuatannnya, seperti ikan mati yang
ini
Substansi
maka
system)
akan
kehilangan
(legal
terdampar di keranjangnya, bukan ikan
substance) merupakan aturan, norma
hidup yang berenang di lautan (without
dan pola perilaku manusia yang berada
legal culture, the legal system is meet-as
di dalam sistem hukum. Substansi
dead fish lying in a basket, not a living
hukum (legal substance) berarti produk
fish
yang dihasilkan oleh orang yang berada
dihubungkan dengan Perma ini maka
di dalam sistem hukum itu, baik berupa
Perma ini juga ikut membentuk dan
keputusan
dikeluarkan
memberikan pemahaman yang sama
maupun aturan-aturan baru mau disusun.
didalam masyarakat tentang kepentingan
Substansi hukum (legal substance) tidak
Diversi bagi anak sebagai upaya terbaik
hanya pada hukum yang tertulis (law in
bagi anak.
yang
hukum
(legal
culture)
pemasyarakatan. Jadi bila dihubungkan Perma
hukum
menentukan
telah
swimming
in
its
sea).
Bila
2.2 Pengaturan Hukum Terkait Diversi 14
Dalam Undang-Undang Nomor 11
Marlina, Op.Cit, Hal. 14.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 11
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
Tahun
2012
Tentang
g. Pembinaan dan pembimbingan anak
Sistem
h. Proprosional
Peradilan Pidana Anak. Undang-undang
ini
dalam
i. Perampasan
kemerdekaan
dan
konsiderannya dikarenakan bahwa anak
pembinaan sebagai upaya terakhir;
merupakan amanah dan karunia Tuhan
dan
Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan
martabat
sebagai
j. Penghindaran pembalasan.
manusia
Berikutnya
mengenai
sistem
anak
yang
seutuhnya. Untuk menjaga harkat dan
peradilan
martabatnya, anak berhak mendapatkan
mengedapankan
pelindungan
sebagaimana diterangkan dalam Pasal 5
pelindungan
khusus, hukum
terutama
dalam
sistem
(1) Sistem
Undang-Undang Nomor 3 Tahun
karena
belum
secara
(2) Sistem
masyarakat
berhadapan
komprehensif
dengan
Anak
Wajib
Peradilan
Pidana
Anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
memberikan pelindungan kepada anak yang
Peradilan
Restoratif
tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum
restoratif
mengutamakan pendekatan Keadilan
1997 tentang Pengadilan Anak sudah
kebutuhan
keadilan
yaitu:
peradilan.
dan
pidana
a. Penyidikan
hukum
dan
penuntutan
pidana Anak yang dilaksanakan
sehingga perlu diganti dengan undang-
sesuai
dengan
undang baru;
peraturan
perundang-undangan,
Berikut ini hal yang penting
kecuali ditentukan lain dalam
dalam penelitian ini adalah mengenai asas
dalam
undang-undang
ketentuan
Undang-Undang ini;
ini
b. Persidangan
Anak
yang
sebagaimana diatur didalam Pasal 2
dilakukan oleh pengadilan di
yaitu:
lingkungan peradilan umum; dan Sistem peradilan pidana anak
c. Pembinaan,
pembimbingan,
yang dilaksanakan berdasarkan asas:
pengawasan,
a. Perlindungan;
pendampingan
b. Keadilan
pelaksanaan pidana atau tindakan
c. Nondiskriminasi
dan setelah menjalani pidana
d. Kepentingan terbaik bagi anak
atau tindakan.
e. Penghargaan terhadap pendapat anak
(3) Dalam
f. Kelangsungan hidup dan tumbuh
Sistem
dan/atau selama
Peradilan
proses
Pidana
Anak sebagaimana dimaksud pada
kembang anak; Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 12
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
ayat (2) huruf a dan huruf b wajib
Pembimbing Kemasyarakatan, dan
diupayakan Diversi.
Pekerja
Berikut
ini
diuraikan
pasal
Sosial
Profesional
berdasarkan pendekatan Keaadilan
mengenai Diversi dalam UU RI Nomor
Restoratif;
11 tahun 2012 sebagaimana diatur di
(2) Dalam hal diperlukan, musyawarah
dalam Pasal 6, pasal 7 dan Pasal 8 yaitu:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 6:
dapat
Diversi bertujuan:
Kesejahteraan
a.
masyarakat.
Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
b.
c.
(3) Proses
proses peradilan;
a. Kepentingan korban; Anak
dari
e.
Mendorong
masyarakat
dan/atau
Diversi
memperhatikan:
Menghindarkan
Tenaga
Sosial,
Menyelesaikan perkara Anak di luar
b. Kesejahteraan
perampasan kemerdekaan; d.
melibatkan
dan
wajib
tanggung
jawab Anak; untuk
c. Penghindaran stigma negatif;
berpartisipasi; dan
d. Penghindaran pembalasan;
Menanamkan rasa tanggugng jawab
e. Keharmonisan masyarakat; dan
kepada Anak.
f. Kepatutan,
Pasal 7: (1) Proses
kesusilaan,
dan
ketertiban umum. tingkat
penyidikan,
Berikut ini diuraikan Pasal yang
penuntutan, dan pemeriksaan perkara
penting
Anak di pengadilan negeri wajib
terkait Diversi adalah Pasal 11 yaitu:
diupayakan Diversi;
Hasil
(2) Diversi sebagaimana dimaksud pada
dalam
Undang-Undang
kesepakatan
Diversi
ini
dapat
berbentuk, antara lain;
ayat (1) dilaksanakan dalam hal
a. Perdamaian dengan atau tanpa ganti
tindak pidana yang dilakukan:
kerugian;
a. Diancam dengan pidana penjara
b. Penyerahan kembali kepada orang
di bawah 7 (tujuh) tahun; dan
tua/Wali;
b. Bukan merupakan pengulangan
c. Keikutsertaan dalam pendidikan atau
tindak pidana.
pelatihan di lembaga pendidikan atau
Pasal 8:
LPKS paling lama 3 (tiga) bulan;
(1) Proses Diversi dilakukan melalui
dan
musyawarah
dengan
melibatkan
d. Pelayanan masyarakat.
Anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau
orang
Uraian pasal diatas menerangkan
tua/walinya,
bahwa hasil dari Diversi dimulai dari
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 13
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
perdamaian sampai dengan pelayanan
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
masyarakat, sehingga ruh dari undang-
Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana
undang
Anak,
ini
yaitu
mengedepankan
sehingga
hal
tersebut
akan
menjadi kesulitan.15
kepentingan dan Perlindungan hukum bagi anak yang terlibat dalam perkara
Uraian tersebut bila dianalisis
pidana dapat terwujud secara maksimal
dengan teori sistem hukum yaitu pada
dan anak tersebut dapat kembali ke
budaya
masyarakat secara normal tanpa adanya
merupakan
cap/stigma selaku pelaku kejahatan,
hukum
yang mana hal tersebut sejalan dengan
masyarakat ini meliputi kepercayaan,
pasal 19 UU RI Nomor 11 tahun 2012
nilai-nilai,
yang berbunyi: ayat (1) Identitas Anak,
masyarakat terhadap hukum dan sistem
Anak Korban, dan / atau Anak Saksi
hukum. Budaya hukum juga merupakan
wajib dirahasiakan dalam pemberitaan di
kekuatan
media cetak ataupun elektronik. Ayat (2)
bagaimana
Identitas sebagaimana dimaksud pada
Budaya
ayat (1) meliputi nama Anak, nama
mempunyai peranan yang besar dalam
Anak Korban, nama Anak Saksi, nama
sistem hukum, tanpa budaya hukum
orang tua, alamat, wajah, dan hal lain
(legal culture) maka sistem hukum
yang dapat mengungkapkan jati diri
(legal
Anak, Anak Korban, dan / atau Anak
kekuatannnya, seperti ikan mati yang
Saksi.
terdampar di keranjangnya, bukan ikan
(legal
culture)
manusia
terhadap
hukum sikap
dan
sistem
ide-ide
sosial
serta
yang
hukum
Sikap
harapan
menentukan
disalahgunakan.
hukum
system)
hukum.
(legal
akan
culture)
kehilangan
hidup yang berenang di lautan (without legal culture, the legal system is meet-as
III. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN DI
dead fish lying in a basket, not a living
NEGERI
fish swimming in its sea). Maka dapat
RANTAUPRAPAT, DAN UPAYA YANG
dikatakan bahwa pemahaman masih
DILAKUKAN DALAM MENGATASI
menjadi kendala, maka dari itu lahirlah
HAMBATAN
Perma ini sehingga menjadi acuan bagi
3.1 Hambatan Internal
para hakim atau fasilitator Diversi di
DIVERSI
YANG
DILAKUKAN
PENGADILAN
Dalam pelaksanaan diversi di
Pengadilan seluruh Indonesia.
Pengadilan Negeri Rantauprapat, secara
3.2 Hambatan Eksternal
internal juga mengalami hambatan yaitu pemahaman
yang
belum
mendalam
15
Wawancara dengan Jhonson F.E. Sirait, selaku Hakim di Pengadilan Negeri Rantauprapat, pada tanggal 20 Agustus 2015.
terhadap isi dari Perma Nomor 4 Tahun
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 14
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
Dalam pelaksanaan diversi di
instansi lain yang belum berjalan dengan
Pengadilan Negeri Rantauprapat, secara
baik adalah upaya sosialisasi secara
eksternal juga mengalami hambatan
berkesinambungan,
yaitu :16
Penyidik saat ini juga sering melakukan
a. Pemahaman masyarakat dan aparat
koordinasi dengan pihak Pengadilan
Diversi masihlah kurang. masyarakat
terutama
dari
4.3 Peran
masih
masyarakat
minim
Diversi
dalam
Penegakan
Hukum
yang
Penegakan hukum merupakan
menjadi korban. c. Kerjasama
pihak
terkait Diversi terhadap anak.18
penegak hukum lainnya terhadap
b. Peran
bahkan
bagian sangat penting dibicarakan bila
instansi
lain
terkait
ingin menjawab bagaimana diversi dapat
penerapan Diversi belum berjalan
memberikan jaminan penegakan hukum
dengan baik.
bagi masyarakat baik korban, pelaku dan masyarakat. Penegakan hukum yang
IV. Upaya
Mnegatasi
Pelaksanaan
Hambatan
Diversi
di
dalam
Dalam
bahasa
adalah
law
enforcement dan dalam bahasa Belanda
Pengadilan
Negeri Rantauprapat.
rechstoepassing,
4.1 Upaya Internal
merupakan
Upaya yang dilakukan terkait
rechtshandhaving
kewajiban
dari
seluruh
masyarakat untuk mentaati hukum yang diberlakukan.19
pemahaman yang belum mendalam di Pengadilan Negeri Rantauprapat adalah
Tujuan dari penegakan hukum
pihak Pengadilan melakukan sosialisasi
adalah untuk membangun kepercayaan
kepada para Hakim tentang Diversi dan
masyarakat
Perma Nomor 4 Tahun 2014 tentang
dengan menunjukkan bahwa hukum
Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam
secara luas rnemperdulikan harapan
Sistem Peradilan Pidana Anak.17
masyarakat, dan bujukan serta ajakan
Upaya
umum
terhadap
hukum
untuk mematuhinya. Menurut Wesley
4.2 Upaya Eksternal
16
Inggris
yang
dilakukan
Cragg penggunaan kekuasaan hukum
Pengadilan Negeri Rantauprapat terkait
yang
pemahaman dan peran serta masyarakat
prinsip
yang
mengarahkan usaha penegakan hukum
masih
minim
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri 20 Agustus 2015. 17 Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri 20 Agustus 2015.
dan
kerjasama
dan
Jhonson F.E. Sirait, selaku Rantauprapat, pada tanggal
minimum yang
mengurangi
merupakan
sebuah
penting
dalam
usaha
penggunaan
18
Wawancara dengan Jhonson F.E. Sirait, selaku Hakim di Pengadilan Negeri Rantauprapat, pada tanggal 20 Agustus 2015 19 Ibid, Hal. 17.
Jhonson F.E. Sirait, selaku Rantauprapat, pada tanggal
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 15
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
kekuatan hukum merupakan hal yang
petugas dalam menentukan keputusan,
penting
karena
menggeser
sifat
seseorang
kekerasan
sering
akan tetapi inti dari konsep diversi yaitu
asli
moral
mengalihkan anak dari proses formal ke
yang
Pemaksaan
dari
menerimanya.
(coercion)
informal.
dapat
Diversi merupakan jalan orang
mengacaukan moral dan jiwa seseorang
untuk dikeluarkan dari sistem peradilan
dan merangsangnya untuk kehilangan
pidana tapi diskresi dapat melakukan
sikap kerelaan menerima aturan hukum
dua hal yaitu tindakan memasukan atau
yang ada.20
mengeluarkan seseorang dari sistim
Pelaksanaan
berupaya
peradilan pidana. Kita harus dapat
kekuatan
membedakan antara diskresi dengan
hukum dan berusaha menyelesaikan dan
diskriminasi dan pembedaan. Sistem
mengakhiri
konflik.
peradilan dengan diskriminasi ditujukan
Penggunaan jalan penghukuman sebagai
untuk hal yang positif begitu juga
usaha paling akhir penyelesaian konflik
dengan petugas yang melakukannya
oleh pemerintah dalam memastikan
dalam hal yang positif juga. Untuk
ketaatan
menjadikannya
mengurangi
diversi
penggunaan
pertikaian
kepada
atau
hukum.
Jadi
adil
maka
memperbaiki kepercayaan masyarakat
hukum dan kebijakan yang dibuat harus
terhadap
pasti namun fleksibel.
hukum
merupakan
tujuan
dan
aturannya
dari
penegakan
Diskriminasi
hukum itu sendiri.
yang
bersifat
negatif akan terjadi bila tidak adanya
Pelaksanaan diversi melibatkan
aturan yang mengikat dan seragam.
semua aparat penegak hukum dari lini
Aturan
manapun. Diversi dilaksanakan pada
keseragamannya
semua tingkat proses peradilan pidana.
positif. Dua hal yang sulit untuk
Prosesnya dimulai dari permohonan
disatukan yaitu disatu sisi diskresi harus
suatu instansi atau lembaga pertama
seragam namun dilain pihak berusaha
yang melaporkan tindak pidana atau
untuk menggunakan kebijakan secara
korban
individu pada setiap kasus.
sendiri
pertimbangan
yang untuk
memberikan dilakukannya
yang
Diversi
mengikat untuk
tujuan
membedakan
dan yang
dengan
diversi. Adanya perbedaan pandangan
menitik beratkan sifat konsisten pada
dalam
yang
kasusnya berbeda dengan diskriminasi
ditangani tergantung dari sudut pandang
yang tidak berdasarkan hukum dan
setiap
permasalahan
menuniukan. 20
bersifat
Penggunaan
kriteria
pembedaan yang tidak sah.Kedua hal
Marlina, Op.Cit, Hal. 18.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 16
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
tersebut
dapat
dibedakan
dengan
PENGADILAN
keahlian petugas dalam pengalaman dan
RANTAUPRAPAT
latihan pelaksanaan diskresi. Pelatihan
5.1 Sanksi Penal
tentang diskresi dapat berjalan dalam
Istilah kebijakan berasal dari
sebuah cara negatif yang mengawali
bahasa Inggris “policy” atau bahasa
pembedaan yang tidak dibenarkan yaitu
Belanda “politiek”. Istilah ini dalam
berupa diskriminasi. Pada saat yang
bahasa Indonesia sering diterjemahkan
sama diskresi dapat juga dikatakan
dengan kata “politik”, oleh karena itu
sebagai
keadilan.
kebijakan hukum pidana biasa disebut
Tindakan terhadap pelanggar mungkin
juga politik hukum pidana. Menurut
dirasakan tidak sama pada saat yang
Soedarto, politik hukum adalah usaha
lain, karena alasan yang diambil petugas
untuk mewujudkan peraturan-peraturan
(subjektifitas) dalam membuat kebijakan
yang baik dengan situasi dan kondisi
belum tentu sama.
tertentu. Secara mendalam dikemukakan
perangsang
Konsep
rasa
untuk
membuat
juga bahwa politik hukum merupakan
kebijakan diversi merupakan sebuah
kebijakan
proses yang melibatkan faktor-faktor
perlengkapannya yang berwenang untuk
internal
penentu
menetapkan peraturan-peraturan yang di
kebijakan itu sendiri. Dalam sebuah
kehendaki dan di perkirakan dapat
kutipan putusan pengadilan dinyatakan
digunakan untuk mengekspresikan apa
bahwa
yang
dan
external
seseorang
hukuman
dari
dapat
adalah
diberikan
karena
untuk
dirinya
dapat
hilang
sama
negara
terkandung
melalui
dalam
alat-alat
masyarakat
dalam rangka mencapai apa yang di citacita kan.22
memastikan penyebab kejahatan pada sekali.
Kebijakan
kriminal,
menurut
Apabila dianggap penyebab tersebut
Sudarto,23 yang mengunakan istilah
sulit untuk dihilangkan maka boleh jadi
politik kriminal, adalah suatu usaha yang
seseorang
rasional
itu
harus
mendapatkan
dari
masyarakat
dalam
hukuman yang lama atau bahkan seumur
menanggulangi kejahatan. Definisi ini,
hidup.21
menurut Barda Nawawi Arief,24 diambil
V. KEBIJAKAN
HUKUM
22
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy, Pendekatan Integral Penal Policy dan Non-Penal dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, Hal. 66. 23 Sudarto, Hukum dan Hukumm Pidana, Alumni, Bandung, 1977, halaman 38. 24 Barda Nawawi Arief, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, Hal. 2.
DIVERSI
PELAKU ANAK PENCURIAN SEPEDA MOTOR
21
NEGERI
STUDI
KASUS
DI
Ibid, Hal. 20.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 17
Abdul Hakim
dari
ISSN Nomor 2337-7261
definisi
Marc
Ancel
yang
pembentukan opini masyarakat tentang
merumuskan criminal policy sebagai
kejahatan dan sosialisasi hukum melalui
“the rational organization of the control
mass media secara luas.26
of crime by society”.
Hukum pidana merupakan aturan
Pada kesempatan lain Sudarto25
hukum yang mengikatkan kepada suatu
pernah mengemukakan tiga pengertian
perbuatan yang memenuhi syarat-syarat
tentang kebijakan kriminal, yaitu: (1)
tertentu suatu akibat yang berupa pidana.
dalam arti sempit, yaitu keseluruhan asas
Pada
dan metode yang menjadi dasar reaksi
mempunyai
terhadap
perbuatan yang memenuhi syarat-syarat
pe-langgaran
hukum
yang
fungsi
dari
hukum
dua
hal
pidana
pokok
yaitu
tertentu dan pidana.27
berupa pidana; (2) dalam arti luas, yaitu keseluruhan
dasarnya
aparatur
Perbuatan
yang
memenuhi
penegak hukum, termasuk di dalamnya
syarat-syarat tertentu adalah perbuatan
cara kerja dari pengadilan dan polisi; (3)
yang
dalam arti paling luas, yaitu keseluruhan
memungkinkan
ke-bijakan,
melalui
pidana. Perbuatan demikian disebut
perundang-undangan dan badan-badan
perbuatan yang dapat dipidana. Sedang
resmi,
pidana adalah penderitaan yang sengaja
yang
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
dilakukan
orang,
adanya
kepada
yang
pemberian
menegakkan norma-norma sentral dari
dibebankan
orang
yang
masyarakat.
melakukan perbuatan yang memenuhi
Sebagai usaha penanggulangan
syarat-syarat tertentu. Sanksi pidana
kejahatan, kebijakan kriminal dapat
dalam KUHP diatur dalam Pasal 10
mengejawantah dalam berbagai bentuk.
yang terdiri dari pidana pokok meliputi
Pertama, yakni bersifat represif yang
pidana mati, penjara, kurungan dan
menggunakan sarana penal, yang sering
denda. Disamping pidana pokok ada
disebut sebagai sistem peradilan pidana
pidana tambahan yang boleh dijatuhkan
(criminal justice sistem. Dalam hal ini
bersama dengan pidana pokok. Pidana
secara luas sebenarnya mencakup pula
tambahan meliputi pencabutan hak-hak
proses
kriminalisasi.
Kedua,
yakni
tertentu,
berupa usaha-usaha prevention withaout
parampasan
barang-barang
tertentu, pengumuman putusan hakim.
punishment (tanpa menggunakan sarana penal),
dan
pendayagunaan
yang
ketiga,
adalah
usaha-usaha
26 Ibid, hal. 56. Lihat juga Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga RampaiHukum Pidana, Alumni, Bandung, 1992, Hal. 48. 27 Sudarto, Hukum Pidana I A, FH UNDIP, Semarang, 1975, Hal. 7.
25
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, 1981, Bandung, Hal. 113.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 18
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
Hukum menetapkan apa yang
pembuat
undang-undang,
kepada
harus dilakukan dan apa yang boleh
pengadilan sebagai penerap undang-
dilakukan. Hukum menarik garis antara
undang serta kepada para penyelenggara
apa yang sesuai dengan hukum dan apa
atau
yang bersifat melawan hukum. Hukum
Kebijakan hukum pidana memerlukan
tidak
pendekatan yuridis normatif, pendekatan
membiarkan
perbuatan
yang
pelaksana
yuridis
menggarap secara intensif perbuatan
sosiologis, historis dan komparatif serta
yang bersifat melawan hukum, baik
pendekatan yang bersifat komprehensif
perbuatan yang bersifat melawan hukum
dari berbagai disiplin sosial lainnya. Sudarto
berupa
pengadilan.
bersifat melawan hukum, hukum akan
yang sungguh-sungguh terjadi (onrecht
faktual
putusan
pendekatan
berpendapat
bahwa
in actu), maupun perbuatan melawan
politik hukum adalah sebagai berikut :29
hukum yang mungkin akan terjadi
1. Usaha untuk mewujudkan peraturan-
(onrecht in potentie).28 Terjadinya
peraturan yang baik yang sesuai tindak
dengan keadaan dan situasi pada
pidana dalam masyarakat mencerminkan
suatu saat. Politik atau kebijakan
bahwa
hukum pidana berarti melakukan
korban
berbagai
demi
berjatuhan
dengan
kerugian
yang
korban
berbagai tidak
terus bentuk
pemilihan
untuk
menghasilkan
terelakkan.
perundang-undangan pidana yang
Kerugian yang timbul akibat kejahatan
adil dan berdaya guna di masa kini
tersebut dapat diderita oleh korban itu
maupun dimasa yang akan datang.
sendiri secara langsung, maupun oleh orang
lain
secara
tidak
2. Kebijakan
langsung,
dari
negara
melalui
badan-badan yang berwenang untuk
misalnya sanak saudara ataupun orang-
menetapkan
orang
yang dikehendaki yang diperkirakan
lain
yang
menggantungkan
hidupnya kepada korban.
bisa
Fungsi umum dan khusus hukum
peraturan-peraturan
digunakan
mengekspresikan
untuk apa
yang
pidana tersebut dapat dilaksanakan atau
terkandung dalam masyarakat dan
diwujudkan
dengan
membuat
suatu
untuk mencapai apa yang dicita-
kebijakan
hukum
pidana
yang
citakan.
memungkinkan peraturan hukum pidana
Dengan
positif dirumuskan secara lebih baik dan memberi
pedoman,
baik
perundang-undangan
pidana yang berkeadilan dan berdaya
kepada 29
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, Hal. 27.
28
Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981, Hal. 187.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 19
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
guna diharapkan dapat memberikan
e. Perwakilan masyarakat; dan
perlindungan pada masyarakat yang
f. Pihak-pihak terkait lainnya yang
pada
akhirnya
dapat
mencapai
dipandang perlu untuk dilibatkan
kesejahteraan masyarakat seperti yang
dalam Musyawarah Diversi.
dicita-citakan bangsa Indonesia yang
(3) Penetapan
Hakim
sebagaimana
tertuang dalam pembukaan Undang-
dimaksud pada ayat (1) dan (2)
Undang Dasar 1945.
mencantumkan hari, tanggal, dan
Pelaksanaan Pengadilan
Diversi
Negeri
di
waktu serta tempat dilaksanakannya
Rantauprapat
Musyawarah Diversi.
mengacu pada Peraturan Mahkamah
Kemudian
diuraikan
Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang
musyawarah
Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam
tertuang dalam Pasal 5 yaitu:
Sistem Peradilan Pidana Anak. Adapun
(1) Musyawarah Diversi dibuka oleh
pelaksanaan Negeri
Diversi
Rantauprapat
di
Pengadilan
sesuai
Diversi
tahapan
Fasilitator
dengan
sebagaimana
Diversi
dengan
perkenalan para pihak yang hadir,
Pasal 4 yaitu:30
menyampaikan maksud dan tujuan
(1) Setelah menerima Penetapan Ketua
musyawarah diversi, serta tata tertib
Pengadilan untuk menangani perkara
musyawarah untuk disepakati oleh
yang
para pihak yang hadir.
Hakim
wajib
diupayakan
mengeluarkan
Diversi
Penetapan
(2) Fasilitator Diversi menjelaskan tugas
Hari Musyawarah Diversi. (2) Penetapan
Hakim
Fasilitator Diversi.
sebagaimana
(3) Fasilitator
Diversi
menjelaskan
dimaksud pada ayat (1) memuat
ringkasan dakwaan dan Pembimbing
perintah kepada penuntut umum
Kemasyarakatan
yang melimpahkan perkara untuk
informasi
tentang
perilaku
menghadirkan :
keadaan
social
anak
a. Anak dan orang tua/Wali atau
memberikan
Pendampingnya; b. Korban
dan/atau
memberikan
saran
dan serta untuk
memperoleh penyelesaian. orang
(4) Fasilitator
tua/Walinya;
Diversi
wajib
memberikan kesempatan kepada:
c. Pembimbing Kemasyarakatan;
a. Anak untuk didengar keterangan
d. Pekerja Sosial Profesional;
perihal dakwaan. b. Orang
tua/Wali
menyampaikan
30
Wawancara dengan Jhonson F.E. Sirait, selaku Hakim di Pengadilan Negeri Rantauprapat, pada tanggal 20 Agustus 2015.
berkaitan
untuk
hal-hal
dengan
yang
perbuatan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 20
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
Anak dan bentuk penyelesaian
Ketua Pengadilan Negeri Rantauparapat.
yang diharapkan.
jumlah perkara anak dan perkara yang
c. Korban/Anak Korban/Orangtua/
dilakukan dengan upaya Diversi di
Wali untuk member tanggapan
Pengadilan
dan bentuk penyelesaian yang
adalah:31
diharapkan. (5) Pekerja
Sosial
memberikan
tentang
keadaan sosial Anak Korban serta memberikan
saran
untuk
Sumber : Pengadilan Negeri Rantauparapat 2015.
memperoleh penyelesaian. (6) Bila dipandang perlu, Fasilitator
Dalam penelitian ini juga akan dianalisis
Diversi dapat memanggil perwakilan
perkara anak yang dilakukan upaya
masyarakat maupun pihak lain untuk memberikan
informasi
Diversi, sebagaimana diuraikan dalam
untuk
Penetapan
mendukung penyelesaian.
dengan
Anak sebagai tersangka dalam
para
perkara ini adalah FAS, UMUR 15 (lima
pihak.
belas) tahun dan pendidikan terakhis SD
(8) Fasilitator Diversi menuangkan hasil
Kelas V (tidak tamat). Dalam kronologis
musyawarah ke dalam Kesepakata
perkaranya FAS bersama-sama Jeremiah
Diversi. (9) Dalam
menyusun
diversi,
Sianturi pada hari rabu tanggal 4
kesepakatan
Fasilitator
Februari 2015 sekira pukul 02.00 WIB
Diversi
atau setidak-tidaknya pada waktu lain
memperhatikan dan mengarahkan
dalam bulan Februari Tahun 2015,
agar kesepakatan tidak bertentangan
bertempat di Simpang Rumah Saksi
dengan hukum, agama, kepatutan masyarakat
setempat,
Korban Jalan Padat Karya Gang Sepakat
kesusilaan;
Lingkungan
atau memuat hal-hal yang tidak dapat
dilaksanakan
Anak;
atau
memuat itikad baik. Penunjukkan
Hakim
:
5.2 Kronologis Perkara
Diversi dapat melakukan pertamuan (Kaukus)
Nomor
03/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Rap.
(7) Bila dipandang perlu, Fasilitator
terpisah
Rantauprapat
Tabel 1 Jumlah Perkara Anak di Pengadilan Negeri Rantauparapat Tahun 2015 No Tahun Perkara Perkara Anak dengan Keseluruhan Diversi 1 2015 11 3
Profesional
informasi
Negeri
Aek
Tapa
Bakaran
Batu
Selatan
Kabupaten
Kelurahan
Kecamatan
Rantau
Labuhanbatu,
sebagai 31
Wawancara dengan Jhonson F.E. Sirait, selaku Hakim di Pengadilan Negeri Rantauprapat, pada tanggal 20 Agustus 2015.
Fasilitator Diversi di Pnegadilan Negeri Rantauprapat adalah kewenangan dari
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 21
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
mengambil
barang
sesuatu
social
yang
worker
and
child
welfare
seluruhnya atau sebagian kepunyaan
(kesejahteraan anak dan pekerja sosial),
orang
untuk
serta penggunaan hukum civil dan
dimiliki secara melawan hukum diwaktu
hukum administrasi (administrative &
malam
lain,
dengan
dalam
perkarangan
maksud
sebuah
rumah
atau
civil law).32
yang
ada
Kesepakatan Diversi
tertutup
rumahnya, yang dilakukan oleh orang
Pada hari Rabu Tanggal 25
yang ada disitu tidak diketahui atau tidak
Februari
dikehendaki oleh orang yang berhak
mediasi Pengadilan Negeri Rantauprapat
yang dilakukan oleh dua orang atau
di hadapan Fasilitator Diversi Jhonson
lebih dengan bersekutu.
F.E. Sirait dan pihak-pihak terkait dalam
Saksi
Korban
bertempat
di
ruang
Rojali
proses diversi perkara Anak, telah
Pulungan hendak tidur dan sebelum
dicapai kesepakatan diversi yang intinya
tidur saksi korban memeriksa becak
adalah
motor
berada
perdamaian, bahwa anak beserta orang
disebelah rumah saksi korban, dan
tua telah memberikan uang tunai sebesar
sekitar pukul 02.30 WIB saksi korban
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada
terbangun dan melihat becak motor saksi
korban guna untuk mengganti seksi/
korban sudah tidak ada ditempat.
body becak motor dan sisa kerugian Rp.
saksi
korban
5.3 Penetapan
Gontar
2015
yang
Pengadilan
pihak
melakukan
500.000,- (lima ratus ribu rupiah) akan
Negeri
dicicil orang tua anak sesuai dengan
Rantauprapat Pada
para
perkara
ini
Pengadilan
kemampuan.
Negeri Rantauprapat menetapkan anak
Proses diversi dilakukan dalam
dikembalikan kepada orang tua/walinya,
upaya melakukan kesempatan untuk
sesuai dengan kesepakatan Diversi.
mengeluarkan atau mengalihkan suatu kasus tergantung landasan hukum atau
5.4 Sanksi Non Penal Pendekatan non penal menurut Hoefnagels
adalah
kriteria yang ada dalam prakteknya. Di
pendekatan
lingkungan juga terlihat ada suatu model
tanpa
informal yang tidak meletakan kasus
pemidanaan
satu persatu secara formal (seperti polisi
(prevention without punshment), yaitu
memutuskan untuk tidak melanjutkan
antara lain perencanaan sarana mental
penyidikan, berpikir untuk berdamai).
pencegahan
kejahatan
menggunakan
sarana
masyarakat (community planning mental health), kesehatan mental masyarakat
32
G. Peter Hoefnagels, The Other Side of Criminology, An Inversion of The Concept of Crime, Kluwer, Deventer, Holland, 1972, Hal. 56-57
secara nasional (national mental health),
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 22
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
Keadaan ini merupakan satu tindakan
Sistem Peradilan Pidana Anak,
untuk
dalam konsiderannya, Peraturan
melakukan
pengembalian,
perubahan,
penyembuhan
pada
Mahkamah
Agung
ini
lahir
korban dan pertanggungjawaban pelaku.
berdasarkan Pasal 5 sampai Pasal
Secara
seperti
14, Pasal 29, Pasal 42 dan Pasal
pengorganisasian, kedudukan dan faktor
52 ayat (2) sampai dengan ayat
situasi juga relevan dalam pelaksanaan
(6) Undang-Undang Nomor 11
diversi. Isu kunci kemampuan sebuah
Tahun
organisasi dapat mengontrol perilaku
Peradilan Pidana Anak wajib
anggotanya dengan mengawasi jalannya
mengupayakan
aturan dan praktek pelaksanaannya agar
tingkat penyidikan, penuntutan,
tidak dipengaruhi oleh keinginan pribadi
dan pemeriksaan perkara Anak di
atau sebagian dari masyarakat dengan
Pengadilan
prioritas atau standar kemampuan
mengutamakan
konteks
variabel
2012
tentang
Sistem
Diversi
pada
dengan pendekatan
Keadilan Restoratif
VI. PENUTUP
2. Hambatan dalam pelaksanaan diversi
6.1 Kesimpulan 1. Pengaturan hukum terkait diversi
yang dilakukan di Pengadilan Negeri
dalam PERMA Nomor 4 Tahun
Rantauprapat,
2014.
dilakukan.
a. Undang-undang
upaya
yang
11
a. Dalam pelaksanaan Diversi di
Sistem
Pengadilan Negeri Rantauprapat,
Peradilan Pidana Anak belum
secara internal juga mengalami
mengatur secara jelas tentang
hambatan yaitu pemahaman yang
tata cara belum mengatur secara
belum mendalam terhadap isi
jelas
dan
dari Perma Nomor 4 Tahun 2014
tahapan proses diversi. Hadirnya
tentang Pedoman Pelaksanaan
PERMA ini diharapkan dapat
Diversi dalam Sistem Peradilan
membantu
Pidana
Tahun
2012
tentang
Nomor
serta
tentang
tata
cara
khususnya
Hakim
Anak,
sehingga
hal
sebagai fasilitator Diversi dalam
tersebut akan menjadi kesulitan.
upaya
hambatan secara eksternal salah
terbaik
kepada
anak
sebagai pelaku tindak pidana. b. Peraturan
adalah
kerjasama
Agung
instansi lain terkait penerapan
Republik Indonesia Nomor 4
Diversi belum berjalan dengan
Tahun 2014 Tentang Pedoman
baik.
Pelaksanaan
Mahkamah
satunya
Diversi
Dalam Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 23
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
b. Upaya yang dilakukan terkait pemahaman
yang
motor dan sisa kerugian Rp.
belum
500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
mendalam di Pengadilan Negeri
akan dicicil orang tua anak
Rantauprapat
sesuai dengan kemampuan.
adalah
pihak
Pengadilan melakukan sosialisasi kepada
para
Hakim
tentan
6.2 Saran
Diversi dan Perma Nomor 4
1. Peraturan Mahkamah Agung Nomor
Tahun 2014 tentang Pedoman
4 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan
Pelaksanaan Diversi dalam Sistem
Diversi
dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak. 3.
Peradilan
Pidana
Anak
perlu
Pelaksanaan diversi yang dilakukan
dilakukan sosialisasi baik secara
di Pengadilan Negeri Rantauprapat.
internal
a. Sanksi Penal, pada Penetapan
Mahkamah
Nomor.
maupun
eksternal
Agung,
sehingga
03/Pid.Sus-
masyarakat dapat berperan aktif
Anak/2015/PN.Rap, menetapkan
untuk mendukung Diversi sebagai
anak dikembalikan kepada orang
upaya terbaik demi kepentingan
tua/walinya,
anak.
sesuai
dengan
kesepakatan Diversi. b. Sanski
Non
Penal,
2. Mahkamah terjadi
Agung
Agung,
dan
Kejaksaan
Kepolisian
perlu
kesepakatan diversi yaitu Pada
melakukan MOU terkait Diversi
hari Rabu Tanggal 25 Februari
terhadap
2015 bertempat di ruang mediasi
penanganan anak dapat ditangani
Pengadilan Negeri Rantauprapat
secara komprehensif.
di hadapan Fasilitator Diversi
3. Pengadilan
anak,
Negeri
sehingga
Rantauprapat
Jhonson F.E. Sirait dan pihak-
perlu memperbanyak Hakim yang
pihak
memahami
diversi
terkait perkara
dalam Anak,
proses telah
sehingga
permasalahan Hakim
yang
Anak menjadi
dicapai kesepakatan diversi yang
Fasilitator Diversi dapat berhasil
intinya
melakukan Diversi tersebut.
adalah
para
pihak
melakukan perdamaian, bahwa DAFTAR PUSTAKA
anak beserta orang tua telah memberikan uang tunai sebesar
Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010)
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada
korban
guna
untuk
mengganti seksi/ body becak Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 24
Abdul Hakim
ISSN Nomor 2337-7261
Muhammad Joni, dkk., Tim Litigasi untuk Penghapusan Kriminalisasi Anak, (Jakarta: KPAI, 2009)
Baru, Universitas Indonesia Press, 1992, Wawancara dengan Jhonson F.E. Sirait, selaku Hakim di Pengadilan Negeri Rantauprapat, pada tanggal 20 Agustus 2015.
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, (Bandung: Refika Aditama, 2009),
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy, Pendekatan Integral Penal Policy dan Non-Penal dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008.
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum; Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) Soerjono
Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjauan singkat, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta,
Barda Nawawi Arief, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti,
Ediwarman, Metodologi Penelitian,
Sudarto,
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Hrafindo Persada, Jakarta, 1997,
Kapita Selekta Hukum Alumni, 1981, Bandung.
Pidana,
G. Peter Hoefnagels, The Other Side of Criminology, An Inversion of The Concept of Crime, Kluwer, Deventer, Holland, 1972,
M. Edy Sentosa JK, Metode-Metode Penelitian, http//theglobalgenerations.blogspot.c om/, diakses pada tanggal 10 April 2015
UU No 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak
Milles dan Hubberman. Analisis Data Kualitatif : Buku tentang Sumber Data-Data
Perma No 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam sistem peradilan pidana anak.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 25