5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Performansi Jaringan Internet
Internet merupakan jaringan global yang terdiri dari orang, komputer, dan informasi elektronik yang terhubung dari seluruh dunia oleh protokol umum untuk berkomunikasi satu sama lain (Max & Stickle, 1997). Diperkirakan internet terdiri atas jutaan web server, mengandung milliaran halaman web yang dilihat oleh milliaran pengguna internet di seluruh dunia. Aplikasi yang beraneka ragam mensyaratkan yang berbeda-beda pula. Misalnya, pengiriman data sangat peka pada distorsi tetapi kurang peka pada tundaan, sebaliknya komunikasi suara sangat peka pada tundaan tetapi kurang peka pada distorsi. Performansi jaringan merujuk ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu sistem komunikasi (Alwayn & Vivick, 2002). Kemampuan menyediakan jaminan performansi dan diferensiasi layanan dalam network sering diacu dengan istilah Quality of Service (QoS). ITU, dalam rekomendasi E.800 (Rosen, 2001) mendefinisikan QoS sebagai pengaruh kolektif atas performansi layanan yang menentukan tingkat kepuasan pemakai layanan. QoS Forum mendefinisikan QoS sebagai ukuran kolektif atas tingkat layanan yang disampaikan kepelanggan, ditandai dengan beberapa kriteria yang meliputi availabilitas, error, performance, response time dan throughput, sambungan atau transmisi yang hilang akibat kongesti, waktu setup, dan kecepatan deteksi dan koreksi kesalahan.Umumnya QoS dikaji dalam kerangka pengoptimalan kapasitas network untuk berbagai jenis layanan, tanpa terus menerus menambah dimensi network 2.8. Quality of Service (QoS).
Universitas Sumatera Utara
6
Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat karakteristik kuantitatif yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan kualitas tertentu. Kinerja jaringan dievaluasi berdasarkan parameter-parameter kualitas layanan, yaitu delay, jitter, Packet Loss dan throughput.
2.2
Quality of Service
Quality of Service (QoS) merupakan kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan. (TIPHON, 1998). QoS dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan baik atau buruknya kinerja suatu jaringan internet. Kualitas suatu jaringan dinyatakan dalam QoS. QoS merupakan istilah umum untuk menyatakan efek dari kualitas layanan secara keseluruhan dari sudut pandang user. (Riyasa et al, 2012). QoS biasanya digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut performansi yang telah dispesifikasikan dan biasanya diasosiasikan dengan suatu servis. Pada jaringan berbasis IP, IP QoS mengacu pada performansi dari paketpaket IP yang lewat melalui satu atau lebih jaringan. QoS didesain untuk membantu pengguna akhir menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa mendapatkan performansi yang handal dari aplikasiaplikasi berbasis jaringan. QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada lalu lintas jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda. QoS merupakan suatu tantangan yang cukup besar dalam jaringan berbasis IP dan internet secara keseluruhan. (Gheorghe & Lucian, 2006). QoS adalah teknologi yang diterapkan pada jaringan Wide Area Network (WAN) yang memungkinkan administrator jaringan untuk dapat menangani berbagai efek akibat terjadinya kemacetan (congestion) pada lalu lintas aliran paket di dalam jaringan. Parameter QoS adalah Bandwidth, throughput, delay/latency, jitter, dan Packet Loss. QoS dibutuhkan untuk meminimalkan Packet Loss, delay, latency dan delay variation (jitter), menyakinkan performance, mixing paket data dan suara pada jaringan yang padat, dan dapat mengoptimalkan queues untuk memprioritaskan layanan misalnya traffic voice, traffic shaping/buffering pada jaringan WAN.
Universitas Sumatera Utara
7
2.3
Bandwidth
Bandwidth adalah kapasitas atau besaran yang menunjukkan seberapa banyak data yang dapat dilewatkan dalam koneksi melalui sebuah network dalam suatu waktu tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu
dinyatakan
disediakan oleh
dengan
satuan bit
per
second (bps). Bandwidth internet
Internet Service provider (ISP)
dengan jumlah tertentu
tergantung sewa pelanggan (Kustanto, 2008). Dengan QoS dapat diatur agar user tidak menghabiskan bandwidth yang disediakan oleh provider.
Istilah bandwidth
muncul dari bidang teknik elektro, dimana bandwidth mempresentasikan jarak keseluruhan atau jangkauan diantara sinyal tertinggi dan terendah pada kanal (band) komunikasi. Pada dasarnya bandwidth mempresentasikan kapasitas dari koneksi, semakin tinggi kapasitas, maka umumnya akan diikuti oleh kinerja yang lebih baik, meskipun kinerja keseluruhan juga tergantung pada faktor-faktor lain, misalnya latency yaitu waktu tunda antara masa sebuah perangkat meminta akses ke jaringan dan masa perangkat itu member izin untuk melakukan transmisi. Terdapat dua jenis bandwidth, yaitu: 1.
Digital Bandwidth, adalah jumlah atau volume data yang dapat dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi dalam satuan bits per second tanpa distorsi.
2.
Analog Bandwidth, adalah perbedaan antara frekuensi
terendah
dengan
frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang diukur dalam satuan Hertz (Hz) atau siklus per detik, yang menentukan berapa banyak informasi yang bisa ditransimisikan dalam satu saat.
2.3.1 Manajemen Bandwidth Manajemen bandwidth adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk managemen dan mengoptimalkan berbagai jenis jaringan dengan menerapkan layanan QoS untuk menetapkan tipe-tipe lalu lintas jaringan. Maksud
dari
manajemen
bandwidth
adalah
bagaimana
menerapkan
pengalokasian atau pengaturan bandwidth dengan menggunakan sebuah PC Router. Manajemen bandwidth memberikan kemampuan untuk mengatur bandwidth jaringan
Universitas Sumatera Utara
8
dan memberikan level layanan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas sesuai dengan permintaan pelanggan. Istilah management bandwidth sering tertukarkan dengan istilah traffic control, yang dapat didefinisikan sebagai pemanajemenan yang tepat dari suatu bandwidth untuk mendukung kebutuhan atau keperluan aplikasi atau suatu layanan jaringan. Istilah bandwidth dapat didefinisikan sebagai kapasitas atau daya tampung suatu channel komunikasi (medium komunikasi) untuk dapat dilewati sejumlah traffic informasi atau data dalam satuan waktu tertentu. Pada umunya bandwidth dihitung dalam satuan bit, kbit atau bps (byte per second). Manajemen bandwidth yang tepat dapat menjadi salah satu metode dalam memberikan jaminan kualitas suatu layanan jaringan (QoS = Quality Of Services). (Stalling, 2007). Maksud dari management Bandwidth di mikrotik adalah bagaimana menerapkan manajemen atau pengaturan bandwidth dengan menggunakan sebuah komputer linux. Umumnya komputer mikrotik dapat digunakan sebagai gateway/router sehingga memungkinkan untuk mengatur traffic data atau mengmanagementkan bandwidth dari traffic data yang melewati komputer mikrotik tersebut untuk memberikan jaminan kualitas
akses
layanan
internet
bagi
komputer
dalam
jaringan
lokal
(Trimantaraningsih).
2.3.2 Menghitung Besar Bandwidth Konsep bandwidth tidak cukup untuk menjelaskan kecepatan jaringan dan apa yang terjadi di jaringan. Untuk itulah konsep Throughput muncul. Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang mendownload suatu file. Bandwidth adalah jumlah bit yang dapat dikirimkan dalam satu detik.
Berikut adalah rumus dari bandwidth: ∑
(2.1)
Sedangkan throughput walau pun memiliki satuan dan rumus yang sama dengan bandwidth, tetapi throughput lebih pada menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu dan pada kondisi dan jaringan internet tertentu yang digunakan untuk mendownload suatu file dengan ukuran tertentu.
Universitas Sumatera Utara
9
2.3.3 Blok Diagram Manajemen Bandwidth Manajemen bandwidth merupakan pengalokasian bandwidth untuk mendukung kebutuhan
aplikasi layanan
jaringan.
Manajemen bandwidth
diperlukan bagi
jaringan multi layanan dengan menerapkan layanan Quality of Service (QoS) yang menggambarkan tingkat pencapaian pada suatu sistem komunikasi data. (Stalling, 2007).
Filtering
Classifier
Buffer
Scheduler
Paket Input Data
Paket Output Data
Gambar 2.1 Blok Diagram Proses Aliran Sistem Manajemen Bandwidth Sumber (Saniya et al, 2013) 1) Filtering Filtering berfungsi untuk memfilter paket data berdasarkan alamat IP atau alamat port dan mengarahkan paket data ke tujuan yang benar. 2) Classifier Classifier bertugas untuk mengarahkan paket-paket yang datang ke kelas-kelas yang bersesuaian untuk mempermudah penanganan paket data menuju antrian atau buffer.
Pada classifier terdapat estimator yang bertugas mengestimasi
bandwidth yang digunakan oleh klasifikasi kelas. 3) Buffer Buffer merupakan tempat penyimpanan paket data sementara.
Buffer
menyesuaikan waktu dengan menerapkan teknik antrian. 4) Scheduler Scheduler bertugas untuk menentukan penjadwalan paket data yang akan dikirim ke tujuan dari tempat antrian atau buffer.
2.4
Throughput
Throughput merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui bandwidth yang benar-benar diterima oleh client atau jumlah data yang diterima dalam keadaan baik terhadap waktu total transmisi yang dibutuhkan dari sumber ke penerima. (Priyambudi & Henri, 2013). Throughput, adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang download suatu file. (Park, 2005). Walau pun memiliki satuan dan rumus yang sama
Universitas Sumatera Utara
10
dengan bandwidth, tetapi throughput lebih pada menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu dan pada kondisi dan jaringan internet tertentu yang digunakan untuk mendownload suatu file dengan ukuran tertentu. Berikut adalah formula pembanding throughput dengan bandwidth:
(2.2)
Throughput adalah ukuran dari kecepatan dimana data dapat dikirim melewati jaringan dalam bit per second (bps). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Kemampuan throughput dalam menopang hardware (perangkat keras) disebut dengan bandwidth. Throughput adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui banyaknya jumlah data yang diterima dalam keadaan baik yang ditransmisikan dari sumber data ke penerima (Schwartz, & Mischa, 1987). ( [
) (
)
(2.3)
]
Dimana: (
) ( ) ( )
= konstanta perbandingan Hasil perhitungan throughput kemudian dibagi dengan kecepatan yang ditawarkan oleh operator dan dikalikan dengan 100% untuk mengetahui besarnya persentase nilai throughput yang sebenarnya yang didapatkan pelanggan jika dibandingkan dengan kecepatan yang ditawarkan. Persentase nilai throughput dirumuskan dalam persamaan berikut: ( )
(2.4)
Universitas Sumatera Utara
11
Dimana = Throughput = Kecepatan yang ditawarkan oleh operator
2.5
Delay atau Latency
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Titik-titik ini dapat berupa perangkat komputer, atau perangkat jaringan lainnya seperti router, modem dan sebagainya yang dilewati oleh paket informasi. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama. Delay dari pengirim ke penerima pada dasarnya tersusun atas hardware latency, delay akses, dan delay transmisi. (Park, 2005). Delay yang paling sering dialami oleh lalu lintas jaringan yang lewat adalah delay transmisi. Untuk aplikasi aplikasi suara dan video interaktif, kemunculan dari delay akan mengakibatkan sistem seperti tak merespon. Delay end-to-end ditentukan berdasarkan arsitektur sistem dan merupakan penjumlahan delay yang ada dalam perjalanan paket dari host sumber ke host tujuan penjumlahan delay dari host ke sumber adalah sebagai berikut (ITU-T, 2001): 1. Delay enkapsulasi Delay enkapsulasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses pemaketan data sebelum dikirim ke host tujuan. 2. Delay transmisi Delay transmisi adalah waktu yang dibutuhkan untuk meletakkan sebuah paket multimedia ke media transmisi. 3. Delay propagasi Delay propagasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk merambatkan paket multimedia melalui media transmisi dari server ke client. 4. Delay antrian Delay antrian adalah waktu di mana paket data berada dalam antrian untuk diproses oleh server, lamanya waktu antrian bergantung pada kecepatan saluran dan kondisi antrian.
Universitas Sumatera Utara
12
5. Delay dekapsulasi Delay dekapsulasi adalah waktu yang digunakan paket data dalam pelepasan header. Delay end-to-end dapat dituliskan seperti rumus berikut ini: +
+
+
(2.5)
Dimana: = delay jaringan (ms) = delay enkapsulasi (ms) = Delay transmisi (ms) = Delay propagasi (ms) = Delay Antrian (ms) = Delay dekapsulasi (ms)
2.6
Packet Loss
Packet Loss merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya jumlah paket yang hilang atau tidak sampai ke tujuan ketika melakukan pengiriman data dari sumber ke tujuan. (ITU-T. 2001). Semakin kecil nilai Packet Loss dalam suatu jaringan maka semakin baik pula kinerja yang dimiliki jaringan tersebut. Packet Loss merupakan penyebab utama pelemahan audio dan video pada multimedia streaming maupun pelemahan proses download dan upload data atau file. Paket hilang dapat disebabkan oleh pembuangan paket di jaringan (network Lost) atau pembuangan paket di gateway/terminal sampai kedatangan terakhir (late Lost). Network Lost secara normal disebabkan kemacetan (router buffer overflow), perubahan rute secara seketika, kegagalan link, dan Losty link seperti saluran nirkabel. Kemacetan atau kongesti pada jaringan merupakan penyebab utama dari paket hilang (ITU-T G.114, 2000). Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama buffer akan penuh dan data baru tidak akan diterima. Packet Loss (kehilangan paket data pada proses transmisi) dan desequencing merupakan masalah yang berhubungan dengan kebutuhan bandwidth, namun lebih dipengaruhi oleh stabilitas rute yang dilewati data pada jaringan, metode
Universitas Sumatera Utara
13
antrian yang efisien, pengaturan pada router, dan penggunaan kontrol terhadap kongesti (kelebihan beban data) pada jaringan (Patih, 2012) Packet Loss dapat dihitung dengan rumus : ( )
(2.6)
Keterangan: NPacket Loss = jumlah paket multimedia yang hilang (paket) Npaket = jumlah paket multimedia rata-rata (paket)
2.7
Teknologi Code Division Multiple Access
Pada saat ini sistem selular juga telah memasuki generasi ketiga dimana telepon mobile tidak hanya untuk komunikasi suara, melainkan juga untuk mengakses data (internet mobile). Hal ini menuntut jaringan sistem telekomunikasi yang dibangun harus mampu melayani komunikasi data dengan kecepatan yang tinggi. Untuk bisa membangun suatu jaringan atau infrastuktur yang dapat melayani pelanggan dengan kualitas yang baik diperlukan perencanaan yang baik pula sehingga nilai investasi yang ditanamkan bisa optimal. Dalam suatu perencanaan sistem selular, spektrum frekuensi merupakan salah satu faktor yang harus mendapat perhatian karena selama ini alokasi frekuensi untuk suatu sistem selular sangat terbatas. Salah satu metoda akses yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan frekuensi sehingga lebih banyak kapasitas, lebih baik kualitas, dan dapat mendukung kebutuhan komunikasi generasi ketiga adalah Code Division Multiple Access (Sustika, 2013). Aplikasi teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) awalnya hanya untuk keperluan militer tetapi karena adanya perkembangan dalam sistem teknologi telekomunikasi dan karena ada beberapa kelebihan yang ada pada teknik CDMA maka teknologi ini diterapkan secara komersial. Teknologi CDMA menggunakan lebar pita 1,25 MHz kanal trafik. Pada sistem ini dibedakan dengan cara memberikan setiap pengguna satu kode yang berbeda satu sama lain dan menyebarkan setiap kode tersebut keseluruh pita frekuensi sehingga tidak ada bagian waktu dan setiap pengguna menggunakan semua pita frekuensi pada satu waktu oleh karena itu pengguna bertumpukan antara satu dengan yang lain namun masing–masing
Universitas Sumatera Utara
14
mempunyai pita yang berbeda yang dapat memisahkan antara pengguna satu dengan pengguna yang lainnya (Prasetya, 2007). Beberapa keunggulan sistem CDMA: 1. Pembangkitan kode sinyal sangat mudah 2. Tidak ada sinkronisasi antar pengguna 3. Meningkatkan kualitas suara dan kapasitas sel 4. Tahan terhadap interferensi frekuensi lain 5. Tidak dapat disadap sehingga keamanan dalam berkomunikasi terjaga.
Kelemahan akses multiganda pembagi kode CDMA: a. Untuk penerimaan yang besar, kesalahan sinkronisasi dari urutan kode yang dibangkitkan dan urutan kode yang diterima sangat kecil. b. Daya yang diterima oleh stasiun utama dari pengguna dekat lebih tinggi dibandingkan dengan daya yang diterima dari pengguna yang lokasinya jauh. c. Pengguna yang dekat dengan stasiun utama akan membangkitkan interferensi yang besar bagi pengguna yang jauh dari stasiun utama sehingga menyulitkan penerimaan sinyal. Efek jauh dekat ini dapat dicegah dengan menerapkan algoritma pengontrolan daya sehingga daya rata–rata sinyal pengguna diterima oleh stasiun utama dengan daya rata–rata yang sama, tetapi pengontrolan daya sulit dilakukan kerena adanya waktu tunda arus balik, estimasi daya yang kurang sempurna pada stasiun bergerak dan kesalahan kanal bias mundur
CDMA adalah salah satu teknik akses jamak yang membedakan satu pengguna dengan pengguna lain berdasarkan kode-kode unik yang digunakan dalam proses pengkodean (encoding). CDMA berbasis pada teknik spread spectrum, yaitu metoda yang menebarkan sinyal informasi dalam bandwidth transmisi yang jauh lebih lebar sehingga rapat spektral daya transmisi menjadi lebih rendah daripada spektral daya informasi asal. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 2.2 (Priyanto & Tonda, 1997).
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 2.2 Prinsip dasar penyebaran sinyal DS-CDMA
2.7.1 Arsitektur Jaringan Sistem Telekomunikasi Selular CDMA Arsitektur jaringan sistem selular CDMA dapat digambarkan secara sederhana pada gambar 2.3 (Budianto & Setyo, 2001)
Gambar 2.3 Arsitektur jaringan sistem selular CDMA
SCBS-408L,
Base
Transceiver
Station
(BTS)
di
jaringan,
berfungsi
menghubungkan CDMA 2000 1X dengan Mobile Station (MS) di bawah kendali Base Station Controller ( BSC). SCBS-408L menghubungkan mobile station melalui
Universitas Sumatera Utara
16
udara, dan mendukung IS-2000 dengan Common Air Interface (CAI). Dengan kata lain, SCBS-408L menyediakan suatu layanan dengan standar IS-2000. SCBS-408L menggunakan teknologi ATM untuk berkomunikasi dengan BSC. Protokol komunikasi ATM menambahkan addressed overhead bit pada setiap pesan agar penggunaan link terbatas dapat secara efisien. Selain itu, SCBS-408L menggunakan link E1/T1 dengan BSC, dengan demikian semua sinyal kendali dan sinyal traffic diproses dengan stabil dan cepat, maka SCBS-408L dapat menyediakan jaringan yang lebih dapat diandalkan.
2.7.2 Kapasitas Sistem CDMA Dalam sistem CDMA, setiap pengguna dibedakan dengan kode-kode yang unik, sehingga pengguna dapat melakukan panggilan dalam band frekuensi yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. Meskipun demikian tidak berarti jumlah pelanggan yang bisa melakukan panggilan secara bersamaan dalam sistem CDMA menjadi tidak terbatas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas maksimum pada sistem CDMA, diantaranya adalah faktor interferensi pada reverse link, faktor pembebanan dari sel lain, sektorisasi antena, dan deteksi terhadap aktivitas suara. Pada umumnya setiap vendor penyedia infrastruktur telah menyatakan besar jumlah kanal maksimum yang dapat disediakan dalam satu sinyal pembawa (1,25 MHz). Kapasitas trafik tergantung pada jumlah kanal, sektorisasi antena, dan grade of service (GOS) yang ditawarkan. Grade of service menyatakan besarnya probabilitas panggilan yang ditolak pada jam sibuk. (Rappaport & Theodore, 1996). Dilihat dari sisi teknis, teknik CDMA memberikan lebih banyak kanal komunikasi untuk tiap satuan waktu dibandingkan
teknik FDMA dan TDMA.
Berdasarkan pengukuran data dari CDMA Development Group, diketahui bahwa kapasitas suara 1X mencapai hampir dua kali lipat dari IS-95 dan melampaui teknologi 3G lainnya. Simulasi yang dilakukan pada lebar pita 5 MHz dan 10 MHz juga menunjukkan bahwa kapasitas suara CDMA2000 melampaui WCDMA dan hampir 3 kali lebih banyak dari GSM.
Universitas Sumatera Utara
17
Faktor yang tak kalah penting adalah layanan data. Dengan layanan data yang memadai, maka penurunan Average Revenue Per User (ARPU) akibat berkurangnya pemakaian layanan suara dapat diantisipasi. Layanan data juga dapat memberikan pengaruh langsung pada peningkatan ARPU secara keseluruhan. Kapasitas atau jumlah pelanggan yang bisa ditransmit secara simultan pada sistem CDMA dibatasi oleh besarnya interfensi yang terjadi pada pengguna. Pada kenyataannya, kapasitas dari sel CDMA tergantung pada beberapa faktur seperti demodulasi penerima, ketelitian power control, interferensi user lain pada sel yang sama maupun yang berdekatan serta thermal noise. Untuk menghitung besarnya kapasitas sistem CDMA, sebagai permulaan akan ditinjau satu sel dimana thermal noise diabaikan. Sistem CDMA merupakan sistem digital, maka perbandingan antara daya dan interferensi dinyatakan dengan Eb/No (energy per bit to noise power density) (Arif, 2012).
2.7.3 Perkembangan Teknologi CDMA Sejak pertama kali dibuat teknologi komunikasi seluler berbasis CDMA sudah banyak pengembangan yang dilakukan yang mengantar CDMA menjadi salah satu teknologi yang paling handal dan kompetitif. Tidak seperti konsep pendahulunya yaitu FDMA dan TDMA yang mengalokasikan frekuensi tertentu (ditambah alokasi slot waktu untuk TDMA) dalam proses transmisi data, pada CDMA data dibagi menjadi potongan-potongan kecil, kemudian disebar sehingga menduduki banyak frekuensi diskrit dalam jangkauan tertentu. Proses penyebaran (spreading) ini dilakukan menggunakan spreading code untuk menyebar data sebelum transmisi dilakukan. Tiap potongan data yang tersebar memiliki kode unik yang disebut Pseudo Random Noise Code atau disebut juga PN Code untuk mengidentifikasi tiap sinyal yang dikirim. Pada bagian penerima, digunakan correlator untuk menyusun data yang tersebar itu sesuai dengan susunannya semula berdasarkan PN Code-nya. Pada proses ini digunakan bandpass filter untuk memilih sinyal yang akan digunakan. Sinyal yang diinginkan akan dinaikkan dayanya sedangkan sinyal yang tidak diinginkan akan dianggap sebagai noise.
Universitas Sumatera Utara
18
Berdasarkan spesifikasi teknisnya, ITU-T menggolongkan varian CDMA mulai dari CDMA 2000 1X sebagai teknologi 3G. ITU-T tidak memberikan pengakuan resmi terhadap istilah seperti “2,5G”, “3,5G”, dan “4G” karena belum adanya standar baku mengenai istilah itu walaupun sering digunakan sebagai istilah dagang. Tabel 2.1 Data Varian CDMA Teknologi
Downlink
Uplink
CDMA One
9.6 kbps
9.6 kbps
CDMA2000 1X
144 kbps
144 kbps
CDMA 2000 1X EVDO
2.5 Mbps
0.15 Mbps
CDMA2000 1X EVDV (EV-DO Rev.A)
3.10 Mbps
1.80 Mbps
CDMA 2000 3X (EVDO Rev.B)
9.3 Mbps
3.6 Mbps
Sumber: (Wisanggeni et al, 2008) Berdasarkan data dari CDMA Development Group (CDG), sampai pada bulan Desember tahun 2007, terdapat 431.100.000 pelanggan CDMA di dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara yang dilayani oleh 70 perusahaan operator. Jumlah ini terus bertambah dan memiliki nilai tingkat pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2000, yaitu sebesar 27%. Jumlah ini terlihat kontras jika dibandingkan dengan jumlah pelanggan jaringan seluler berbasis GSM yang mencapai 2.881.123.146 (termasuk pelanggan W-CDMA) berdasarkan data dari GSM Association pada akhir kuartal keempat tahun 2007. Namun, jika dicermati lebih jauh dalam kaitannya dengan penetrasi jaringan 3G, terdapat selisih nilai persentase yang signifikan antara pengguna layanan 3G jaringan CDMA dengan jaringan GSM. Tercatat sampai akhir tahun 2007 terdapat 417.500.000 pelanggan 1X dan EV-DO atau 97,26% dari total pelanggan CDMA dimana 90.534.000 diantaranya sudah menggunakan EV-DO. Di sisi lain, terdapat 196.063.100 pelanggan W-CDMA atau hanya sebesar 7,3% dari total pelanggan GSM.
Universitas Sumatera Utara
19
Perbandingan ini tidak dibuat untuk menyatakan bahwa jumlah pengguna layanan 3G CDMA akan terus diatas W-CDMA, melainkan untuk menerangkan bahwa berdasarkan data ini, terlihat bahwa operator-operator CDMA memiliki kemudahan dalam melakukan transisi dari 2G ke 3G. 2.7.4 Fitur Penting CDMA Beberapa fitur berikut merupakan faktor pendukung penting yang dapat menjadi penentu dari diterimanya CDMA sebagai teknologi komunikasi utama di masyarakat terutama dalam menentukan teknologi 3G yang akan dituju saat proses transisi dari teknologi 2G. Data yang dikirimkan pada proses transmisi pada CDMA akan dibagi menjadi data diskrit berupa potongan-potongan kecil yang akan disebar pada rentang frekuensi pembawa (carrier) tertentu . Dikarenakan penyebaran data untuk beberapa kanal yang berbeda tetap dilakukan pada rentang frekuensi yang sama, maka tidak diperlukan adanya alokasi frekuensi pada tiap sel pada jaringan CDMA . Sejak diciptakannya standar IS-95 atau CDMAOne, digunakan Radio Transmission Technology
(RTT)
dengan bandwidth
sebesar 1,25 MHz untuk
frekuensi 1900 MHz dan 1,23 MHz untuk frekuensi 800 MHz sebagai lebar kanal radio yang digunakan untuk mengirim sinyal suara dan data dari mobile station ke base station (forward link) dan sebaliknya (reverse link). Penggunaan lebar kanal radio yang relatif kecil ini membuat pengalokasian spektrum menjadi lebih efisien. Lebar pita ini tidak berubah setidaknya sampai EVDO Rev.B (Wisanggeni, 2008). Dilihat dari sisi teknis, teknik CDMA memberikan lebih banyak kanal komunikasi untuk tiap satuan waktu dibandingkan teknik FDMA dan TDMA. Berdasarkan pengukuran data dari CDMA Development Group, diketahui bahwa kapasitas suara 1X mencapai hampir dua kali lipat dari IS-95 dan melampaui teknologi 3G lainnya. Simulasi yang dilakukan pada lebar pita 5 MHz dan 10 MHz juga menunjukkan bahwa kapasitas suara CDMA2000 melampaui WCDMA dan hampir 3 kali lebih banyak dari GSM (CDMA, 2005). Faktor yang tak kalah penting adalah layanan data. Dengan layanan data yang memadai, maka penurunan average revenue per user (ARPU) akibat berkurangnya pemakaian layanan suara dapat diantisipasi. Layanan data juga dapat memberikan pengaruh langsung pada peningkatan ARPU secara keseluruhan. Kesuksesan EV-DO
Universitas Sumatera Utara
20
dalam penyediaan layanan data pita lebar dapat dicermati dari statistik ARPU operator KDDI.
2.8
Penelitian Terkait
Berdasarkan spesifikasi teknisnya, teknologi komunikasi seluler berbasis CDMA dapat memenuhi semua persyaratan yang diperlukan sebagai solusi bagi penyediaan akses suara dan data yang berkualitas dan sebagai teknologi pilihan bagi pengembangan jaringan 3G. Melalui data di lapangan dan simulasi yang dilakukan, diketahui pula bahwa secara teknis, performa CDMA 2000 1X dan EV-DO mampu melampaui jaringan yang berbasis GSM dan WCDMA. Beberapa karakteristik pada CDMA juga membuat proses evolusi menuju teknologi selanjutnya menjadi lebih mudah dilakukan. Teknologi seluler berbasis CDMA memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia khususnya di daerah dengan kondisi geografis yang sulit (Wisanggeni et al, 2008). Dari hasil analisa dan perhitungan arus pembicaraan dengan akses multiganda pembagi kode (CDMA) pada SCBS_408L yang dilakukan oleh Prasetya dan Rachmawati (2007), maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Dalam analisa ini tingkat dropcall tinggi hal ini diakibatkan karena masalah area cakupan. Bila semua BTS bekerja dengan daya maksimal, maka akan terjadi overlap yang sangat besar antar sitenya sehingga diperlukan adanya pengurangan radius cakupan untuk masing-masing BTS.
2.
Pengurangan radius cakupan ini dilakukan dengan melakukan penurunan daya pancar untuk masing-masing BTS.
Menurut Afdhal et al, (2010), pengaturan bandwidth dengan Mikrotik mampu memberikan hasil yang lebih baik, dibandingkan dengan jaringan yang tidak menggunakan Mikrotik. Dari pengujian dengan membagi bandwidth sama rata dapat diketahui bahwa dengan penggunaan
Mikrotik client dapat menerima bandwidth
15,8% lebih baik dibandingkan tidak menggunakan Mikrotik. Dengan membagi bandwidth berbeda dapat diketahui bahwa penggunaan Mikrotik, client dapat menerima bandwidth 17,5% lebih baik dibandingkan tidak menggunakan Mikrotik. Berdasarkan perhitungan standar deviasi dapat diketahui bahwa
pengaturan
Universitas Sumatera Utara
21
pemakaian bandwidth dengan menggunakan Mikrotik lebih kecil, artinya proses pertukaran data lebih stabil bila dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan
Mikrotik.
Menurut Christianti (2006) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perangkat handset CDMA, yaitu: 1. Jaringan yang digunakan oleh operator Faktor jaringan cukup erat kaitannya dengan frekuensi dan jenis layanan CDMA, karena di Indonesia diberlakukan sistem pembagian frekuensi, sehingga tiap wilayah mempunyai frekuensi yang bisa sangat berbeda. 2. Kemampuan akses data Teknologi CDMA juga memiliki fasilitas akses data, seperti layanan koneksi internet, e-mail dan MMS. Sehingga bagi para pengguna GSM yang sering menggunakan layanan tersebut ingin bermigrasi ke CDMA. Pada tahun 1999, International Telecommunications Union (ITU) menetapkan CDMA sebagai basis dari sistem wireless 3G. Saat ini pelanggan CDMA di dunia mencapai lebih dari 180 juta orang.
Saniya et al (2013) menyarankan pada saat pengujian sistem manajemen bandwidth menggunakan koneksi internet yang stabil. Menganalisis performansi sistem manajemen bandwidth dengan prioritas port seperti untuk penggunaan video streaming, game online, VoIP pada masing-masing client. Menganalisis performansi sistem manajemen bandwidth dengan membandingkan kondisi jam sibuk dan jam tidak sibuk pada aplikasi layanan internet sesuai dengan kebutuhan client. Menganalisis performansi sistem manajemen bandwidth dengan menambahkan jumlah client. Kesimpulan dari analisis kualitas jaringan internet berbasis HSDPA pada wilayah urban di Kota Malang, yaitu: 1. Semakin tinggi gedung yang menjadi penghalang dalam propagasi gelombang, maka semakin besar nilai pathLost atau redaman propagasi yang didapatkan. 2. Semakin besar faktor utilisasi, maka semakin besar nilai delay jaringan atau delay end-to-end.
Universitas Sumatera Utara
22
3. Besarnya nilai delay end-to-end dari hasil perhitungan berdasarkan standar TIPHON memiliki kualitas sedang, sedangkan nilai delay end-to-end lebih dari 450 ms, sehingga memiliki kualitas buruk. Besarnya nilai delay end-to-end dari hasil pengukuran dengan menggunakan metode drive test berdasarkan standar TIPHON memiliki kualitas baik, sedangkan nilai delay end-to-end yang berada pada range 300 ms < tend-to-end < 450 ms, sehingga memiliki kualitas sedang. 4. Semakin besar nilai pathLost, maka semakin besar nilai probabilitas Packet Loss yang terjadi. Besarnya nilai probabilitas Packet Loss dari hasil perhitungan berdasarkan standar TIPHON untuk nilai pathLost 129,79 dB sampai dengan 138,68 dB berada pada range 0 % < F < 3 %, sehingga memiliki kualitas sangat baik, sedangkan untuk nilai pathLost 142,17 dB berada pada range 15 %< F < 25 %, sehingga memiliki kualitas sedang dan untuk nilai pathLost 142,74 dB memiliki nilai probabilitas Packet Loss lebih dari 25 %, sehingga memiliki kualitas buruk. 5. Besarnya
nilai
probabilitas
Packet
Loss
hasil
pengukuran
dengan
menggunakan metode drive test berdasarkan standar TIPHON memiliki kualitas sangat baik, sedangkan untuk nilai pathLost memiliki kualitas baik. 6. Semakin besar nilai pathLost, maka semakin kecilnilai throughput yang didapatkan. 7. Besarnya nilai throughput berdasarkan standar TIPHON dari hasil perhitungan untuk nilai pathLost 129,79 dB sampai dengan 138,68 dB memiliki kualitas sangat baik. Besarnya nilai throughput berdasarkan standar TIPHON dari hasil pengukuran dengan menggunakan metode drive test untuk nilai pathLost 129,79 dB sampai dengan 142,17 dB memiliki kualitas sangat baik (Riyasa et al, 2012). Dalam penelitian yang berjudul “Deskripsi Kualitas Layanan Jasa Akses Internet di Indonesia dari Sudut Pandang Penyelenggara Description of Internet Quality of Services (QoS) in Indonesia From the Providers’ Point of View” yang dilakukan oleh Ruth, 2013 menyimpulkan untuk parameter yang terkait kinerja layanan, tampaknya tidak cukup jika regulator mengandalkan laporan dari penyelenggara jasa. Belajar dari laporan kinerja operasi yang diberikan selama ini,
Universitas Sumatera Utara
23
ternyata akurasi data belum maksimal, seperti tidak semua informasi terisi dengan lengkap dan terdapat beberapa kesalahan dalam mengisi informasi yang diminta. Keterbatasan regulator untuk memeriksa laporan tersebut menyebabkan kinerja operator kurang terkontrol. Hal ini dapat diantisipasi dengan melakukan survey berkala kepada pengguna/pelanggan internet untuk menilai kualitas layanan yang dirasakan (Quality of Experience). Ruth juga menyarankan kualitas layanan (quality of service) jasa akses internet di Indonesia dapat ditingkatkan melalui pengaturan standar kualitas layanan penyelenggaraan jasa akses internet. Hal ini sangat diperlukan oleh melindungi kepentingan masyarakat, dan didukung oleh pihak penyelenggara jasa. Pengaturan standar kualitas tersebut perlu dibedakan antara akses mobile dan fixed. Standar juga perlu mengatur parameter wajib yang harus dimiliki oleh operator dan dilaporkan secara berkala, serta parameter pengukuran yang dapat dilakukan oleh regulator untuk menguji performansi operator. Parameter kualitas layanan yang berkaitan dengan pelanggan, dapat merujuk pada standar ISO 9001 tentang quality management, untuk keamanan jaringan dapat merujuk pada standar ISO 27001. Selain itu, hasil monitoring pemerintah terhadap kinerja jaringan yang disediakan oleh para penyelenggara jasa akses internet sebaiknya dapat dipublikasikan kepada masyarakat untuk melindungi hak konsumen dan meningkatkan persaingan usaha. Dari seluruh percobaan terhadap empat parameter QoS, yaitu throughput, delay, jitter, Packet Loss yang dilakukan terhadap topologi yangsama, dapat diketahui bahwa kinerja dari routing protocol OSPF lebih baik dibandingkan dengan kinerja dari routing protocol RIP. Hal itu dapat dibuktikan dari adanya perbedaan hasil perhitungan throughput, delay, jitter, sedangkan untuk Packet Loss tidak terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut diketahui dari rata-rata setiap performance pada routing protocol RIP dan OSPF. Rata-rata tersebut diambil dari pengiriman paket dari node awal, yaitu node 0 sampai node destimation atau node 5 (Setiawan, & Sevani, 2012). Dari penelitian dan analisa data yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut (Patih, 2012): 1. Dari keempat codec tersebut codec ilbc yang stabil untuk digunakan komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Pemilihan jenis codec yang tepat perlu untuk meminimalisasi nilai QoS yang terjadi pada jaringan VoIP karena pemilihan codec sangat menentukan kualitas suara. 3. Penggunaan VPN dapat mencegah penyadapan pada VoIP. 4. Terbukti bahwa dengan menggunakan VoIP biaya telekomunikasi menjadi hemat. 5. Nilai throughput menggunakan VPN lebih besar dibandingkan tanpa VPN
Dari analisa yang dilakukan oleh Widhiatmoko, (2010) pada hasil penelitian performansi VoIP (Voice over Internet Protocol) dapat disimpulkan antara lain: 1. VoIP layak untuk di aplikasikan ke dalam jaringan WiMAX. 2. Secara keseluruhan nilai delay, jitter dan Packet Loss pada pengukuran baik dengan menggunakan codec G.711 maupun codec G.723.1 masih berada dalam kategori yang diperbolehkan untuk komunikasi VoIP. 3. Nilai throughput bergantung terhadap jenis modulasi yang digunakan, untuk nilai maksimal throughput bisa mencapai 2,8 Mbps untuk downlink dan 0,575 Mbps sedangkan persentase nilai throughput untuk downlink 83% dan untuk uplink adalah 17%. 4. Nilai Packet Loss terbesar terjadi di PT. Sinar Roda Kencana Mas, hal ini dikarenakan kondisi propagasi antara Base Station dan Subscriber Station adalah NLOS yang menyebabkan keutuhan paket banyak yang hilang karena pengaruh pantulan. 5. Selain kondisi propagasi antara Base Station dan Subscriber Station, nilai Signal Quality Index (SQI) berpengaruh terhadap nilai Signal to Noise Ratio (SNR). Nilai SNR yang diterima oleh Costumer Promises Equipment (CPE) menentukan jenis modulasi yang akan digunakan. Nilai SQI berpengaruh terhadap nilai Received Signal Strength Indicator (RSSI) yang diterima oleh CPE.
Widhiatmoko juga menyarankan pengukuran selanjutnya bisa digunakan standard IEEE 802.16e yang mampu mendukung tipe akses mobile.
Universitas Sumatera Utara
25
Putra (2010) melakukan penelitian “Performansi Layanan Video Conference Pada Jaringan Wide Area Network (WAN) Di Chevron Indonesia Company”. Dari hasil perhitungan dan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Teknologi Personal Video untuk video conference di Chevron Indonesia Company perlu dilakukan pengembangan terhadap nilay delay yang terjadi. 2. Berdasarkan rekomendasi Packet Loss dari TIPHON, maka teknologi Personal Video direkomendasikan untuk diaplikasikan. 3. Nilai MOS secara matematis mencapai 3,86. Sedangkan hasil MOS dengan metode kuesioner sebesar 3,75 Menurut standar ITU-T P800, kedua nilai ini dikategorikan C atau Acceptable. Kategori ini menjelaskan bahwa teknologi Personal Video akan mengalami sedikit gangguan, namun tidak mengganggu kerja dari layanan lainnya seperti IP telephony atau conference phone.
Dalam penelitian tersebut Putra juga menyarankan supaya dilakukan penelitian yang membandingkan dengan hasil perhitungan dan pengukuran pada jam-jam kantor yang relatif tidak sibuk, seperti saat istirahat, jam masuk atau pulang kantor.
Universitas Sumatera Utara