Drajat Armono
A.
Penelitian Dasar atau Murni Jenis penelitian ini bertujuan sebagai pengujian atau membentuk teori baru yang bukan ditujukan untuk menerapkan hasil-hasil temuannya. Penelitian ini diharapkan untuk mencari pengetahuan demi kepentingan pengetahuan itu sendiri.
B.
Penelitian Terapan atau Pengembangan Jenis penelitian ini untuk melakukan penerapan teori dalam rangka memecahkan suatu masalah dan pengujian teori untuk menilai kegunaan teori itu sendiri. Salah satu kegiatannya adalah penelitian tindakan yaitu mencari dan mengidentifikasi masalah lokal untuk menggeneralisasi hasilnya.
Riset sejarah menghendaki data yang bersumber dari data primer yaitu dokumen dan peninggalan (historis). Sumber data sekunder dapat dipakai bila data primer tidak ditemukan. Pusat perhatian sejarah dalam membuat laporan penelitian diarahkan pada masalah mekanis dokumentasi, masalah logis pemilihan dan penyusunan topik, dan masalah filosofi penafsirannya.
Penelitian sejarah akan dimulai apabila peneliti telah mengidentifikasi suatu pertanyaan penelitian dan kemudian merumuskannya. Karena kecenderungan mengevaluasi peristiwa dan tokoh masa lampau dari sudut standar dan kebudayaan, peneliti dihadapkan pada masalah perspektif sejarah. Pada akhirnya tugas penulisan data sejarah diarahkan pada beberapa aspek seperti penguasaan bahan, pembuatan bagan, seni, narasi, dan dramatisasi.
Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers, 1978). Metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya proses riset (Gay, 1976).
Menurut Consuelo:1988, riset dengan metode deskriptif terdiri atas beberapa hal sbb: 1.
Studi Kasus Jenis penelitian ini adalah penelitian rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya. Keuntungan riset ini dapat menjawab mengapa suatu keadaan dapat terjadi dan peneliti dapat menemukan hubungan antar faktor. Kelemahan riset ini adalah relatif sulitnya digeneralisasikan dengan keadaan yang berlaku umum.
2.
Survei Digunakan untuk mengukur gejala yang ada tanpa harus menyelidiki mengapa gejala tersebut muncul, sehingga tidak terlalu perlu memperhitungkan hubungan antar variabel, karena metode ini hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah daripada menguji suatu hipotesis. Survei dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling.
3.
a)
b)
Riset Pengembangan Berguna untuk memperoleh informasi tentang perkembangan suatu obyek tertentu dalam jangka waktu tertentu, misal penelitian tentang metode pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan. Ada 2 cara dalam riset pengembangan ini: Metode Longitudinal Mempelajari sampel peserta pada jangka waktu yang panjang. Semisal penelitian terhadap sekelompok mahasiswa sejak semester pertama sampai semester akhir masa kuliah sebagai obyek penelitian. Metode Cross-sectional Mempelajari sampel dari berbagai strata pada saat yang sama. Misal mengambil sampel mahasiswa dari tiap semester yang ada untuk dijadikan bahan penelitian. Metode ini dapat membantu metode longitudinal
4.
Riset Lanjutan (Follow-up study) Riset ini biasanya dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui perkembangan lanjutan dari suatu obyek setelah diberikan perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu.
5.
Riset Dokumen (Content Analysis) Secara umum metode yang dipakai untuk meliput pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen adalah analisis dokumen atau analisis isi.
6.
Riset Kecenderungan (Trend Analysis) Metode yang paling sesuai untuk penelitian yang bertujuan melihat kondisi yang akan datang dengan melakukan proyeksi atau ramalan (forecast) adalah dengan cara analisis kecenderungan.
7.
Riset Korelasi (Correlational Study) Penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Peneliti dapat mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas (independen) terhadap variabel terikatnya (dependen) serta besarnya arah hubungan yang terjadi.
Desain sebuah eksperimen merupakan langkahlangkah lengkap yang diambil sebelum eksperimen dilakukan supaya data yang diperlukan dapat diperoleh sehingga analisis menjadi obyektif. Variabel bebas (independen) dijadikan sebagai variabel eksperimen, variabel penyebab atau variabel perlakuan yang karakteristiknya diyakini dapat menghasilkan perbedaan. Sedangkan variabel terikat (dependen) atau variabel akibat merupakan hasil suatu penelitian.
Prinsip dasar dalam desain ini adalah replikasi, randomisasi, dan kontrol lokal. Replikasi merupakan ulangan eksperimen agar menghasilkan taksiran yang lebih baik. Randomisasi memungkinkan peneliti untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya dengan anggapan soal independensi sebagai suatu kenyataan, ini berarti pengacakan tidak menjamin terjadinya independensi melainkan hanya memperkecil korelasi antar pengamatan.
Kontrol lokal merupakan langkah-langkah yang berbentuk penyeimbangan, pengkotakan, pemblokan dan pengelompokkan unit-unit eksperimen yang digunakan dalam desain. Pada akhirnya Ary (1972) meringkas konsep eksperimentasi kedalam 3 karakteristik, yaitu: a) Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi b) Semua variabel, kecuali variabel terikat, adalah konstan. c) Pengaruh pemanipulasian variabel bebas atas variabel terikat dapat diamati atau diukur.
Pendekatan eksperimental relatif sulit atau tidak bisa diterapkan dalam semua riset atau pada obyek-obyek tertentu. Maka dari itu dalam riset perlu dicari pendekatan lain yaitu Ex Post Facto yang berarti “setelah kejadian”. Penelitian ini berjalan dengan cara menentukan akibat, baru kemudian menemukan sebab. Menurut Kerlinger (1976) penelitian ini merupakan pencarian empirik yang sistematik dimana tidak dapat mengontrol variabel bebasnya karena peristiwa telah terjadi atau karena sifatnya yang tidak dapat dimanipulasi.
Jika dibandingkan dengan riset eksperimen, riset ex post facto pada mulanya mengamati akibat dan kemudian baru mencoba menentukan sebab, sedang dalam penelitian eksperimen pada mulanya menciptakan sebab, yaitu dengan secara sengaja menciptakan kelompok berbeda dan kemudian mengamati akibat perbedaan tersebut pada variabel terikat.
Pertimbangan dalam proses riset eksperimen, pengacakan, pengontrolan dengan ketat terhadap variabel, dan lain-lain adalah tepat, akan tetapi pengontrolan yang ketat ini bisa saja gagal dikarenakan ketidakmampuan peneliti dalam mempertimbangkan obyek penelitian. Oleh karena riset yang menyangkut kehidupan manusia harus dicari metodenya yang lebih tepat. Metode baru tersebut adalah Metode Partisipatoris
Riset dengan metode partisipatoris memiliki beberapa prinsip yang harus dipenuhi, antara lain mempunyai implikasi ideologis, memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, melibatkan semua partisipan yang terlibat dalam riset. Partisipan sadar bahwa proses riset menyangkut keseluruhan pengalaman masyarakat, dimana kebutuhan masyarakat dibangun dan kesadaran serta kesepakatan masyarakat ditingkatkan. Partisipan juga harus melihat proses riset sebagai sebuah dialog yang rutin dan berkesinambungan.
Untuk menerapkan metode riset dalam praktek diperlukan suatu desain riset yang sesuai dengan kondisi serta seimbang dalam hal kedalaman dan keluasan riset yang akan dilakukan. Desain riset merupakan semua proses yang diperlukan dalam hal perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1.
2. a.
Desain dalam Merencanakan Penelitian Bertujuan untuk melaksanakan penelitian sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam hal pengujian hipotesis maupun dalam hal kesimpulan Desain dalam Melaksanakan Penelitian Desain Sampel Diperlukan desain sampel yang representatif sesuai dengan tujuan penelitian, dan pemilihan tekniknya tergantung pada inferensi statistik yang akan dibuat.
b.
c.
Desain Instrumen Instrumen atau alat untuk mengumpulkan data perlu dievaluasi terlebih dahulu sehingga data yang akan didapat tetap cocok dengan apa yang dibutuhkan. Desain Analisis Jika hipotesis telah didesain dengan baik, maka desain analisis secara paralel dapat dikembangkan, sehingga hipotesis akan baik jika konsisten dengan analisis yang akan dibuat.
d.
Desain Administratif Laporan tertulis hasil riset hendaknya telah didesain sesuai dengan standar yang berlaku umum.
Terbagi atas 3 jenis: 1. Desain Eksploratori Desain riset ini dapat dikatakan sebagai langkah pertama yang diharapkan dapat dipakai untuk merumuskan persoalan dimana pemecahannya dapat memakai jenis riset yang lain. 2. Desain Deskriptif Desain ini bertujuan untuk menguraikan sifat/karakteristik suatu fenomena tertentu. Dalam desain ini sebisa mungkin jangan terlalu membuat kesimpulan yang terlalu jauh atas data yang ada karena tujuan dari desain ini hanya mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan biasanya langsung digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan-keputusan.
3.
Desain Kausal Berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Sifat hubungan yang mungkin terjadi diantara variabelvariabel ini ada 3 yaitu: simetris, asimetris, dan timbal balik. Dikatakan simetris jika dua variabel berfluktuasi secara bersamaan. Hubungan timbal balik terjadi bilamana dua variabel mempengaruhi atau memperkuat satu sama lain. Hubungan asimetris adalah hubungan yang terjadi akibat variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Analisis hubungan asimetris inilah yang sering digunakan dalam bidang akuntansi.
Rancangan riset yang baik tetap merupakan perpaduan dari keduanya karena saling melengkapi. Penelitian kualitatif umumnya relatif sulit diberi pembenaran secara matematis karena lebih condong kepada penyampaian perasaan atau wawasan yang datanya diambil berdasar sampel. Meskipun demikian, riset kualitatif bisa menyediakan informasi penting yang kemudian dapat dijelajahi lebih lanjut melalui riset kuantitatif.
Riset kualitatif menggunakan data yang bukan dalam bentuk skala rasio, tetapi dalam bentuk skala nominal, ordinal, ataupun interval yang kesemuanya dapat dikategorikan, sehingga apa yang akan disamakan maupun dibedakan dari yang akan diperbandingkan menjadi jelas untuk dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam riset, karena memang inilah bagian terpenting dari riset jenis ini.
Informasi riset kualitatif dalam bidang akuntansi dapat digunakan untuk menjernihkan isu sebelum dilakukan riset kuantitatif. Riset kuantitatif lebih berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang kokoh. Informasi kuantitatif dalam bidang akuntansi dapat digunakan semisal untuk menetapkan tingkat penggunaan dana dari suatu kegiatan usaha.