I.
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu obyek penelitian yang diteliti melalui sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi Haidar dan Mimi Martini, 1996). B. Metode Pengambilan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan daerah sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive
yaitu
pengambilan
data
berdasarkan
kesengajaan
(Soekartawi, 1995). Penentuan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten yang memiliki berbagai jenis hasil olahan produk pertanian seperti tempe, tahu, kerupuk, emping mlinjo, marneng jagung, dan salah satunya adalah jenang. Berikut ini merupakan jumlah usaha industri jenang di Kabupaten Sukoharjo: Tabel 3. Jumlah Usaha Industri Jenang di Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo pada Tahun 2014 No.
Jumlah Usaha (unit) 31 30 61
Kecamatan
1. Sukoharjo 2. Tawangsari Jumlah Total
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 124 95 219
Sumber : Disperindagkop dan PM Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 Dari 12 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo terdapat 2 sentra industri jenang yaitu di Kecamatan Sukoharjo dan di Kecamatan Tawangsari. Sentra industri jenang di Kecamatan Tawangsari terletak di Desa Tangkisan dan di Kecamatan Sukoharjo terletak di Desa Kenep. 29
30
Jumlah unit usaha masing-masing di Kecamatan Sukoharjo berjumlah 31 unit dan di Kecamatan Tawangsari berjumlah 30 unit. Desa Kenep dan Desa Tangkisan adalah daerah sampel yang diambil dalam penelitian ini karena merupakan sentra industri jenang krasikan di Kabupaten Sukoharjo. Selain itu kedua lokasi tersebut terletak berdekatan sehingga hampir memiliki kesamaan dari segi kegiatan usahanya. 2. Metode Penentuan Populasi Penentuan daerah sampel pada penelitian ini juga dilakukan secara purposive. Dalam purposive, maka pemilihan kelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekartawi, 1995). Populasi dalam penelitian ini adalah produsen jenang yang memproduksi jenang krasikan dan berada di Desa Tangkisan Kecamatan Tawangsari dan Desa
Kenep
Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo. Hal ini karena sebagian besar pengusaha jenang di Desa Tangkisan dan Desa Kenep memproduksi jenang krasikan. 3. Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam dalam penentuan responden menggunakan metode sensus, yaitu dengan mendata seluruh anggota populasi. Caranya adalah dengan melakukan pendataan identitas seluruh pengusaha jenang yang memproduksi jenang krasikan di Desa Tangkisan Kecamatan Tawangsari dan Desa
Kenep
Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo. Produsen yang dijadikan responden merupakan produsen yang memproduksi jenang krasikan. Responden yang diambil berdasarkan hasil survey di lapang yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Industri pembuatan jenang krasikan merupakan usaha yang memproduksi jenang menggunakan bahan baku utama gula jawa yang berasal dari nira kelapa. Produsen Jenang Krasikan yang ada pada saat penelitian adalah responden yang diambil dalam penelitian ini. Dimana responden yang diperoleh dalam penelitian
31
ini berjumlah 27 orang, 21 orang merupakan pengusaha dari Desa Tangkisan dan 6 orang dari Desa Kenep. C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data Primer merupakan data yang diperoleh dari responden yang cara memperolehnya dengan menggunakan beberapa cara bantu misalnya kuisioner, wawancara, serta observasi. Data yang akan diambil diantaranya adalah identitas responden, penerimaan usaha jenang krasikan, dan risiko usaha jenang krasikan serta data-data lain yang menunjang tujuan penelitian mengenai usaha jenang krasikan tingkat rumah tangga dan kecil. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari responden dan data tersebut sudah diolah. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara mengutip data laporan, penelitian maupun dokumen serta arsip yang dimiliki oleh suatu instansi pemerintah atau lembaga-lembaga terkait. Lembaga yang terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sukoharjo, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Sukoharjo, Kantor Kecamatan Tawangsari, Kantor Kecamatan Sukoharjo, Kantor Kelurahan Kenep dan Kantor Kelurahan Tangkisan. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana dan murah dalam mengumpulkan data. Ketepatan data yang diperoleh tergantung dari kemampuan responden dalam mengingat informasi yang ditanyakan dan kesediaan mereka untuk menjawab jujur. Apabila suatu informasi atau peristiwa mudah terlupakan, maka sebaiknya wawancara terhadap responden dilakukan secara bertahap pada saat peristiwa itu masih segar dalam ingatan mereka (Soekartawi, et al 1986).
32
2. Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung pada lokasi penelitian. Menurut Sanusi (2011) observasi merupakan cara pengumpulan data melalui proses pencatatan perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individuindividu yang diteliti. Observasi meliputi segala hal yang menyangkut aktivitas atau kondisi perilaku maupun nonperilaku. 3. Pencatatan Metode ini dilakukan dengan cara mencatat informasi, baik yang berupa jawaban dari wawancara, maupun dokumen dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. E. Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Biaya, penerimaan, dan keuntungan dari usaha pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan dan Desa Kenep, Kabupaten Sukoharjo. a. Nilai total biaya pada usaha pembuatan jenang krasikan adalah seluruh biaya yang dipergunakan dalam kegiatan usaha. Biaya yang dipergunakan dalam analisis penelitian ini adalah biaya eksplisit dan biaya implisit. Menurut Gilarso (1991) Biaya eksplisit merupakan biaya yang secara nyata dipergunakan dalam kegiatan usaha, misalnya biaya untuk sarana produksi, biaya tenaga kerja luar dan biaya lain-lain yang meliputi biaya transportasi dan biaya pemasaran. Sedangkan biaya implisit merupakan biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya produksi. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : TC = TCE + TCI Keterangan : TC
= Total Cost/ Total biaya usaha industri jenang krasikan (Rp)
33
TCE
= Total Cost Explisit/ Total biaya eksplisit usaha industri jenang krasikan (Rp)
TCI
= Total Cost Implisit/ Total biaya implisit usaha industri jenang krasikan (Rp)
b. Untuk mengetahui penerimaan dari usaha pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan dan Desa Kenep, Kabupaten Sukoharjo adalah dengan mengalikan jumlah produk jenang krasikan yang di produksi dengan harga jenang krasikan per satuan produk. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : TR = Q X P Keterangan : TR
= Total Revenue/ Penerimaan total usaha pembuatan jenang krasikan (Rp)
Q
= Quantity/ Jumlah jenang krasikan (Bungkus)
P
= Price/ Harga jenang krasikan per bungkus (Rp)
c. Menurut Soekartawi (1994), keuntungan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan total biaya. Metode perhitungan keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan dan Desa Kenep, Kabupaten Sukoharjo secara matematis dirumuskan sebagai berikut : π = TR – TC Keterangan : π
= Keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan (Rp)
TR
= Total Revenue/ Penerimaan total usaha pembuatan jenang krasikan (Rp)
TC
= Total Cost/ Biaya total usaha pembuatan jenang krasikan (Rp)
2. Profitabilitas Industri Jenang Krasikan merupakan industri berskala kecil dan rumah tangga. Oleh karena itu perhitungan tingkat profitabilitasnya dengan membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya
34
total yang telah dikeluarkan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Profitabilitas =
TC
× 100%
Keterangan : π
= Keuntungan
TC
= Biaya total
Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah : Profitabilitas > 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan mengalami BEP (impas) Profitabilitas < 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan tidak menguntungkan. 3. Efisiensi Usaha Efisiensi usaha pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan Kecamatan Tawangsari
dan Desa
Kenep
Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo yang telah dijalankan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan R/C rasio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dengan biaya. Perhitungan efisiensi industri pembuatan jenang krasikan dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya penerimaan usaha pembuatan jenang krasikan dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Efisiensi =
TR TC
Keterangan : TR = Penerimaan total usaha pembuatan jenang krasikan (Rp) TC = Biaya total usaha pembuatan jenang krasikan (Rp)
35
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan Kecamatan Tawangsari dan Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut : Jika R/C > 1 berarti usaha pembuatan jenang krasikan yang dijalankan sudah efisien R/C = 1 berarti usaha pembuatan jenang krasikan belum dijalankan secara efisien atau usaha mencapai titik impas R/C < 1 berarti usaha pembuatan jenang krasikan yang dijalankan tidak efisien. 4. Risiko Usaha Besarnya risiko usaha pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan Kecamatan Tawangsari dan Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan. Menurut Hernanto (1991), koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung produsen dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi ini menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung
oleh
produsen
semakin
besar
dibandingkan
dengan
keuntungannya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : CV =
V E
Keterangan : CV
= Koefisien variasi usaha pembuatan jenang krasikan
V
= Simpangan baku usaha pembuatan jenang krasikan (Rp)
E
= Keuntungan rata-rata usaha pembuatan jenang krasikan (Rp) Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keuntungan rata-
rata usaha pembuatan jenang krasikan dan simpangan bakunya, yang dirumuskan sebagai berikut : E=
36
Keterangan : E
= Keuntungan rata-rata usaha pembuatan jenang krasikan (Rp)
Ei
= Keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan yang diterima produsen (Rp)
N
= Jumlah pengusaha jenang krasikan (orang) Selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan
metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu : V=
V
2
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:
V2 = Keterangan : V2 = Ragam n
= Jumlah pengusaha jenang krasikan (orang)
E = Keuntungan rata-rata usaha pembuatan jenang krasikan (Rp) Ei = Keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan yang diterima produsen (Rp) Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh produsen. Untuk mengetahui batas bawah keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan digunakan rumus : L = E – 2V Keterangan : L = Batas bawah keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan (Rp) E = Keuntungan rata-rata usaha pembuatan jenang krasikan (Rp) V = Simpangan baku usaha pembuatan jenang krasikan (Rp) Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko usaha pembuatan jenang krasikan yang harus ditanggung produsen semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa produsen usaha pembuatan jenang krasikan akan selalu
37
terhindar dari kerugian dan nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh produsen usaha pembuatan jenang krasikan (Hernanto, 1991).