9
PEMBAHASAN UMUM Aktivitas perikanan tangkap cenderung mengikuti
aturan pengembangan umum
(common development pattern), yaitu seiring dengan ditemukannya sumberdaya perikanan, pada awalnya stok sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu dalam keadaan belum tereksploitasi sampai tereksploitasi sedikit (lightly exploited).
Kondisi ini bergerak kearah
berkembang (moderately exploited) oleh karena adanya teknologi penangkapan, infrastruktur, dan permintaan pasar yang menyebabkan meningkatnya tingkat upaya penangkapan dan produksi. Terus meningkatnya permintaan pasar menyebabkan semakin banyaknya pihak-pihak yang ingin terlibat dalam aktivitas perikanan tangkap pada sumberdaya tersebut yang ditandai dengan
semakin
terdorongnya
masyarakat
untuk
menginvestasikan
dananya
dalam
mengembangkan infrastruktur, pengucuran kredit, pengadaan armada penangkapan, dan industri pengolahan dan pemasaran menyebabkan tercapainya puncak produksi yaitu kondisi dimana sumberdaya tereksploitasi secara penuh (fully exploited). Karakteristik perikanan pantai di Indonesia, seperti juga di banyak negara berkembang lainnya di Asia Tenggara adalah kecenderungan pemanfaatan yang terus menerus yang mengarah pada semakin sedikit kondisi sumberdaya ikan dan sumberdaya manusia yang umumnya berpenghasilan rendah karena hasil tangkapan yang relatif kecil (Murdiyanto, 2004). Peningkatan tekanan penangkapan di wilayah pantai penyebabkan populasi ikan yang berukuran besar semakin menipis sehingga penangkapan menghasilkan ikan-ikan yang semakin kecil ukurannya dan muda usianya. Di tempat-tempat yang perikanannya tidak diatur secara tegas, kepemilikan dan kewenangan yang tidak jelas menyebabkan masyarakat nelayan pantai tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi sumberdaya ikan yang menjadi sumber mata pencahariannya.
Untuk melindungi potensi dan habitat sumberdaya ikan agar
kelestarian
sumberdaya ikan tetap lestari, maka perlu dilakukan suatu pengelolaan agar pemanfaatan sumberdaya ikan bisa mencapai titik optimum. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kontrol terhadap upaya penangkapan, jumlah produksi serta penentuan daerah penangkapan yang tepat. Pemanfaatan yang lestari adalah pemanfaatan sumberdaya ikan pada kondisi yang berimbang, yaitu tingkat pemanfaatannya tidak melebihi kemampuan sumberdaya ikan untuk memperbaharui diri. Tingkat pemanfaatan masing-masing sumberdaya ikan berbeda, tergantung pada besarnya masing-masing sumberdaya ikan di suatu perairan. Kemampuan sumberdaya ikan
untuk memperbaharui diri mereka melalui pertumbuhan dan rekrutmen sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Dalam hai ini antara lain tergantung pada pengadaaan sumberdaya
pangan, persaingan antar dan inter spesies, lingkungan yang sehat dan sesuai serta ada tidaknya predator.
Jika aktivitas penangkapan dilakukan dengan tidak dilakukan dengan hati-hati,
walaupun tidak melebihi daya dukung sumberdaya ikan, maka aktivitas penangkapan tersebut cepat atau lambat akan membahayakan kemampuan sumberdaya ikan dalam memperbaharui diri (Pauly, 1983). 9.1
Pola pengelolaan dan pemanfaatan berkelanjutan di Kota Tegal
sumberdaya
ikan
demersal
yang
Pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik memerlukan pembuatan model atau pola teoritis tentang populasi dan teori ekonomi. Secara teoritis agar kegiatan penangkapan ikan di suatu sumberdaya dapat berlangsung secara berkelanjutan atau lestari (sustainable) harus diupayakan agar laju penangkapan menghasilkan jumlah tangkapan yang seimbang dengan laju pertumbuhan stok ikan. Kajian teoritis tentang keseimbangan antara penangkapan dan stok ikan menghasilkan model-model penentuan produksi lestari. Model ini telah banyak berkembang dalam ilmu perikanan dan banyak dipakai dalam pengelolaan sampai saat ini. Banyak juga ketidakpuasan terhadap validsi model-model produksi lestari yang berkembang karena berbagai alasan seperti tidak menghitung fluktuasi jangka pendek dari populasi hasil tangkapan serta pengaruh sejumlah faktor perubahan alamiah yang mengganggu keseimbangan ekologi. Sustainable fisheries management erat kaitannya dengan aktivitas penangkapan yang bertanggung jawab (responsible fisheries). Aktivitas perikanan yang lestari merupakan aktivitas perikanan yang memenuhi persyaratan-persyaratan responsible fisheries, yaitu penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.
Aktivitas perikanan dikatakan lestari jika konsistensi
kemampuan sumberdaya perikanan untuk pulih kembali terpelihara setiap saat tanpa mengabaikan stabilitas tangkapan sekarang. Dengan kata lain aktivitas perikanan lestari adalah sangat memperhatikan keinginan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan sekaligus menjaga kelestariannya. Pengelolaan sumberdaya ikan memerlukan ilmu dinamika populasi yang mengkaji secara kuantitatif
sekurang-kurangnya
faktor-faktor
rekruitmen,
pertumbuhan,
mortalitas
dan
pendugaan ukuran stok. Kegiatan mempunyai cakupan yang cukup luas yang tidak hanya terbatas pada faktor hasil tangkapansaja tetapi juga mencangkup masalah nelayan dan alat 163
tangkap. Oleh sebab itu, maka pengelolaan perikanan tangkap harus mempertimbangkan reaksi komponen nelayan penangkap ikan dan memprediksi segala hal penting dan berarti bagi nelayan seperti nilai kuantitatif yang berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh nelayan. Nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan perlu dikaji sebagai indeks untuk menentukan tingkat pendapatan nelayan. Estimasi nilai tersebut akan terasa penting karena dapat memberikan suatu gambaran tentang apakah kegiatan perikanan yang ada masih dapat memberikan pendapatan bagi nelayan secara wajar atau tidak. Pola pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (lestari) ini harus diterapkan pada sumberdaya yang statusnya sudah fully exploited. Jika hal ini diabaikan, cepat atau lambat, sumberdaya perikanan akan menjadi lebih tangkap (over exploited) dan bahkan turun drastis oleh karena tidak terkontrolnya tingkat pemanfaatan yang melebihi daya dukung sumberdaya perikanan tersebut. Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab terdahulu, maka pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang berkelanjutan di Kota Tegal pada gambar berikit (Gambar 38).
Pola pemanfaatan yang disajikan pada Gambar 38 tersebut adalah
berdasarkan beberapa kajian dengan menggunakan beberapa metode seperti yang sudah dibahas pada bab-bab terdahulu, diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih lengkap dan lebih jelas tentang kondisi perikanan demersal tersebut serta diharapkan dapat memberikan solusi yang sebaiknya dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan demersal agar tetap berkelanjutan.
Alat tangkap yang dominan menangkap ikan demersal adalah jaring arad (359 unit) dan jaring dogol (347 unit). Produktivitas alat tangkap arad sebesar 43,83 kg/unit, dan untuk dogol/cantrang sebesar 6.351,48
MSY dan upaya optimum : manyung : 293.514kg/th ; 7.656 trip/th) ; pepetek (1.474.107kg/th ; 6.740 trip/th) ; tiga waja : 317.439 kg/th ; 6.342 trip/th) ; beloso (147.937 kg/th ; 7.509 trip/th) ; pari (183.718 kg/th ; 7.767trip/th) ; kuniran : 239.723 kg/th ; 7.656 trip/th) ; cumi-cumi (26.450 kg/th ;6.866 trip/th) ; udang : 56.146 kg/th ; 22.334 trip/th),
Produksi dan Tngkt Pmntan Thn. 2005: manyung (31.937 kg; 10,88%), pepetek (921.320 kg; 62,50%), tigawaja (204.965 kg; 64,57%), beloso (153.725 kg; 103,91%), pari (191.454 kg; 104,21%), kuniran (174.281 kg ; 72,70%), cumi-cumi (17.530 kg; 66,28 %) udang ( 32.160 kg ; 57,28 %), ikan
Dari perhitungan IMP ikan demersal dapat ditangkap sepanjang tahun. Musim puncaknya : manyung (Des.), pepetek (Sept.), tigawaja (Sept.), beloso (Des.), pari (Nop.), kuniran (Des.), cumi-cumi (Des.), udang (Jan.), ikan demersal (Nop.). Musim paceklik, : manyung (Maret), pepetek (Jan.), tigawaja (Jan.), beloso (Jan.), pari (Jan.), kuniran (Jan.), cumi-cumi (Feb.), udang ikan (Nop.), ikan demeral (Feb.)
164
Open Access
1. Hasil analisis finansial dan kelayakan usaha untuk saat ini : - Jaring Arad ; NPV (Rp. -3.645.358,-), Net B/C ratio (1,06), IRR (19%) ,Payback Peroid (43 bulan) - Jaring Dogol: NPV (Rp. 143.444.652,-), Net B/C ratio (0,94), IRR (40 %) , Payback Peroid (43 bln) 2. Jumlah Produksi (dogol dan arad) pada kondisi Aktual : 1.727.372 kg; MSY : 2.429.360 kg; MEY : 1.433.772 kg dan Open Acces : 2.238.441 kg 3. Jumlah Upaya (dogol dan arad) pada kondisi Aktual : 10.096 trip ; MSY : 6.952 trip ; MEY : 5.003 trip dan Open Acces : 2.501 trip 4. Jumlah unit Penangkapan Yang Layak Dioperasikan - Dogol : Pada kondisi MSY : 26 ; MEY : 35 dan Open Acces : 18 - Arad : Pada kondisi MSY : 74 ; MEY : 33 dan Open Acces : 66
Pengaturan penangkapan ikan demersal
- Pengurangan dan pengaturan pengoperasian jaring arad dan dogol sesuai dengan musim penangkapan. ikan demersal
- Perbaikan selektivitas penangkapan arad dan dogol - Perluasaan daerah penangkapan lain, untuk meningkatkan produksi - Penggunaan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan seperti tramel net, rawai dll. - Reposisi mata pencaharian - Relokasi nelayan
Gambar 40 Pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan demersal yang berkelanjutan . 9.2
Strategi pengelolaan dan berkelanjutan di Kota Tegal
pemanfaatan
sumberdaya
ikan
demersal
yang
Seperti telah diketahui bersama bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya ikan demersal, banyak aktifitas yang dilakukan oleh nelayan, pengusaha/pemilik kapal, pedagang dan lain sebagainya. Tentunya berbagai kepentingan ini kerap kali menimbulkan masalah. Masalah ini
165
dapat menjadi potensi konflik bagi masyarakat nelayan bila tidak ada kesepahaman dalam pemanfaatan sumberdaya ikan demersal.
Oleh karenanya keterpaduan yang sinergis amat
diperlukan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan demersal ini. Dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya ikan demersal secara terpadu, maka keterpaduan dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaannya dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya ikan demersal. Keterpaduan biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan mengoptimalkan antara kepentingan untuk memelihara lingkungan, keterlibatan masyarakat dan pembangunan ekonomi dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan nelayan. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan secara terpadu adalah: (1) Pemaanfaatan sumberdaya ikan demersal harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat nelayan, (2) Penyadaran masyarakat bahwa banyak kepentingan yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan demersal tersebut, (3) Pemanfaatan sumberdaya ikan demersal harus dilakukan dengan basis pemanfaatan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan, (4) Para stakeholder yang terlibat langsung dalam pemanfaatan sumberdaya ikan demersal ini harus memiliki pandangan yang sama dalam keterpaduan pengelolaan sumberdaya ikan demersal. Dengan kata lain pemanfaatan sumberdaya ikan demersal tidak dapat dilakukan secara terpisah sendiri-sendiri tanpa adanya suatu keterpaduan. Komponen penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal adalah pengendalian terhadap jumlah hasil tangkapan dan pengontrolan terhadap ukuran ikan yang ditangkap. Kedua hal tersebut dapat diatasi dengan cara (1) membatasi jumlah hasil tangkapan, (2) pengaturan jumlah dan jenis alat tangkap yang dioperasikan, (3) pengaturan hak akses ke daerah penangkapan, (4) penetapan minimum mesh size alat tangkap dan (5) menentukan jenis teknologi penangkapan yang tepat. Kondisi aktual pada tahun 2005, jumlah alat tangkap arad dan dogol/cantrang, masingmasing sebanyak 359 unit arad dan 347 unit dogol/cantrang. Jumlah unit penangkapan ikan yang dioperasikan saat ini sudah sangat melebihi kapasitas potensi sumberdaya ikan demersal di perairan Kota Tegal dan sekitarnya.
Kondisi jumlah unit penangkapan ikan yang sudah
melebihi kapasitas tersebut maka perlu segera dilakukan pengelolaan yang baik agar potensi
166
sumberdaya ikan demersal yang ada tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan dimasa-masa mendatang. Pengelolaan sumberdaya ikan yang baik memerlukan suatu pola pemanfaatan yang sesuai agar aktivitas penangkapan ikan dapat terus berlangsung dan berkelanjutan. Demikian halnya dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal di perairan Tegal dan sekitarnya, agar tetap lestari sumberdaya ikan demersal, maka harus dilakukan pengaturan sebagai berikut : 1.
Pengurangan dan pengaturan pengoperasian jaring arad dan dogol sesuai dengan musim penangkapan ikan demersal . Jumlah unit penangkapan ikan demersal yang ideal diopesarikan adalah : - Dogol : Pada kondisi MSY : 26 ; MEY : 35 dan Open Access : 18 - Arad
: Pada kondisi MSY : 74 ; MEY : 33 dan Open Access : 66
Pengurangan dan pengaturan pengoperasian jaring diharapkan akan berdampak pada pemulihan kondisi sumberdaya ikan demersal. Memang hal ini sulit untuk dilakukan mengingat jumlah alat tangkap arad dan dogol yang dioperasikan jumlahnya sudah cenderung banyak (kondisi aktual jumlah arad sebanyak 359 unit dan dogol 347 unit). Pengurangan yang sebaiknya dilakukan adalah dengan membeli kembali alat tangkap arad tersebut dari nelayan atau menukarkannya dengan alat tangkap lain yang lebih ramah lingkungan seperti trammel net, pancing dll, serta tidak memberikan perpanjangan izin penangkapan. Dengan adanya kenaikan BBM pada bulan Oktober 2005 yang besarnya lebih dari dua kali dari harga semula, menjadikan biaya operasi penangkapan menjadi semakin tinggi yang berakibat pada kerugian usaha penangkapan dengan arad dan semakin kecilnya tingkat keuntungan pada perikanan dogol/cantrang, bisa dijadikan moment yang penting untuk menyadarkan kepada para nelayan terhadap pentingnya menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Penggunaan alat
tangkap yang ramah lingkungan dan dengan jumlah yang sesuai dengan daya dukung potensinya akan menjadikan kondisi sumberdaya ikan demersal menjadi seimbang dan berkelanjutan. 2.
Perbaikan selektivitas penangkapan arad dan dogol. Perbaikan selektivitas ini bisa meliputi penambahan alat By-cath Excluder Device (BED), yang bertujuan agar ikan non target dapat meloloskan diri, tidak ikut tertangkap atau dengan memperbesar
167
ukuran mata jaring, terutama di bagian kantong, sehingga ikan juvenil atau ikan yang berukuran kecil tidak ikut tertangkap. 3.
Perluasaan daerah penangkapan lain, untuk meningkatkan produksi.
Hal ini
dimungkinkan terutama untuk unit penangkapan dogol/cantrang. Unit penangkapan dogol/cantrang memungkinkan untuk menjangkau perairan yang lebih jauh karena pada umumnya pada saat ini sudah menggunakan kapal yang berukuran cukup besar (> 15 GT). 4.
Penggunaan alat tangkap lain yang lebih ramah lingkungan seperti tramel net, rawai, agar keragaman hasil tangkapan ikan unggulan/ekonomis penting lainnya (seperti cucut, kerapu, dll).
5. Reposisi mata pencaharian. Pengurangan unit penangkapan arad dan dogol/cantrang yang sesuai dengan kondisi potensi sumberdaya ikan demersal di perairan Tegal dan sekitarnya akan mengakibatkan banyak (reposisi mata pencaharian).
nelayan
harus dicarikan
alternatif
lain
Alternatifnya bisa dengan berpindah dengan
menggunakan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan atau dengan memberikan alternatif mata pencaharian baru seperti menjadi pedangan atau sektor yang lainnya.
6. Relokasi nelayan ke daerah lain yang kondisi sumberdaya perikanannya masih berkembang dan masyarakat setempat dapat menerimanya.
Sebaiknya kondisi
sumberdaya perikanannya tidak jauh berbeda sehingga nelayan yang direlokasai dapat secepatnya menyesuaikan diri dan dapat melakukan aktivitasnya sesuai dengan ketrampilan yang dimilikinya. Sebagai langkah awal yang harus dilakukan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal di perairan Tegal agar berkelanjutan adalah dengan melakukan pengurangan unit penangkapan arad dan memperluas daerah penangkapan bagi unit penangkapan dogol/cantrang. Jumlah unit penangkapan arad dan dogol/cantrang yang ada saat ini sudah melebihi kapasitas sumberdaya perikanan demersal yang ada pada perairan Kota Tegal, sehingga tidak menguntungkan lagi.
Pengurangan ini dapat dilakukan dengan cara yang
168
persuasif dan dengan cara pengalihan pada teknologi penangkapan ikan lainnya yang lebih ramah lingkungan, terutama untuk penangkapan arad.
Para nelayan arad sebaiknya diberi
mengarahan agar kembali mengoperasikan jaring trammel net. Jaring trammel net memiliki target penangkapan yang sama dengan jaring arad, yakni ditujukan untuk menangkap udang. Memang kalau dilihat dari faktor produktivitas alat tangkapnya, jaring arad memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap trammel net. Namun apabila dibandingkan dari sudut keramah lingkungannya, maka jaring trammel net jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan jaring arad. Unit penangkapan dogol/cantrang, dapat dilakukan perluasan daerah penangkapan ikan, karena kondisi kapalnya memungkinkan untuk menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh dan lebih luas. Hal ini dimungkinkan dengan telah selesainya pembangunan pelabuhan perikanan Tegalsari yang memungkinkan kapal-kapal ikan berukuran gros tonase yang cukup besar (yang memiliki draft kapal kurang dari 2 meter) dapat bersandar dan membongkar hasil tangkapannya di kolam pelabuhan perikanan tersebut. Kecenderungan jumlah hasil tangkapan yang terus menurun, membuat para jurangan dan memilik kapal dogol/cantrang memperbesar unit penangkapannya sehingga dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih luar dan lebih jauh. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang berkelanjutan di Kota Tegal tersebut dapat juga dilakukan dengan
meningkatkan kualitas sarana produksi dalam
rangka untuk dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih luas, dan pengoptimalan fungsi pelabuhan perikanan.
Peningkatan kualitas sarana produksi perikanan tangkap
dengan
menggunakan armada penangkapan yang lebih besar sehingga memiliki kemampuan untuk menjangkau daerah penangkapan ikan yang lebih jauh; memiliki kapasitas palka ikan yang lebih besar sehingga dapat menampung hasil tangkapan yang lebih banyak; dan penggunaan alat tangkap yang lebih produktif tapi selektif (ramah lingkungan) sehingga dapat meningkatkan produktifitas dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya ikan dan kelestarian usaha penangkapan; dan pengolahan pasca panen dengan melakukan pengembangan industriindustri yang berbasiskan perikanan. Pengembangan industri pengolahan pada awalnya secara selektif (terutama terkait dengan peningkatan kapasitas produksi perikanan tangkap seperti pembangunan pabrik es, cold storage, dan lain-lain). Selain itu, peningkatan kualitas sarana/prasarana produksi perikanan terkait dengan tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Pemilihan jenis dan bentuk introduksi
169
teknologi perlu mempertimbangkan kondisi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal, karena introduksi teknologi disamping dapat memberikan dampak positif terhadap produktifitas, tetapi terkadang memberikan dampak negatif karena penggunaan teknologi maju memberikan peluang tergesernya peran tenaga kerja manusia dalam proses produksi tersebut. Apabila tingkat pengangguran begitu tinggi, maka alternatif teknologi tepat guna dan padat karya mungkin dapat menjadi alternatif, tetapi apabila tingkat pengangguran tergolong rendah, maka pengenalan teknologi-teknologi yang lebih efisien dapat menjadi pertimbangan. Bentuk teknologi yang relatif aman untuk dikembangkan adalah teknologi-teknologi yang bersifat ramah lingkungan. Teknologi jenis ini dapat digunakan pada skala usaha mana saja maupun dalam kondisi ketenagakerjaan dengan tingkat pengangguran maupun rendah dengan sama efektifnya.
Teknologi yang relevan dalam memacu pertumbuhan produksi
perikanan dan pendapatan nelayan adalah teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas penangkapan ikan yaitu berupa memperbesar armada penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang lebih efisien dan produktif. Adanya peningkatan kapasitas armada penangkapan dan alat tangkap diharapkan dapat memacu peningkatan produktifitas nelayan karena kemungkinan melakukan penangkapan pada daerah penangkapan yang lebih jauh (dimana potensi sumberdaya ikan masih cukup berlimpah) menjadi sangat besar. Pada gilirannya pendapatan dan tingkat kesejahteraanpun akan meningkat secara signifikan. Selain unit penangkapan ikan (kapal, alat tangkap dan nelayan), komponen yang tidak kalah penting dalam perikanan tangkap adalah pelabuhan perikanan dan tempat pendaratan ikan. Kondisi pelabuhan perikanan serta fasilitas yang ada di dalamnya merupakan cerminan dari aktivitas usaha penangkapan ikan. Semakin meningkatnya aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan setempat dan pendatang, semakin diperlukannya fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang usaha penangkapan ikan. Namun demikian, banyak juga pelabuhan perikanan yang dibangun pemerintah belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Optimasi fungsi pelabuhan perikanan
bertujuan untuk meningkatkan fungsi-fungsi pelabuhan perikanan, bahwa pelabuhan perikanan berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuhnya kapal-kapal perikanan, tempat pendaratan hasil tangkapan, tempat memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan termasuk di dalamnya penyediaan perbekalan melaut (air tawar, es dan lain-lain) dan perbaikan dan pemeliharaan unit penangkapan ikan, pusat dan distribusi hasil tangkapan, pusat pembinaan mutu hasil tangkapan dan pusat penyuluhan perikanan.
Disamping untuk
170
menampung hasil tangkapan ikan dari laut, pelabuhan perikanan juga diarahkan untuk dapat menampung produk perikanan yang berasal dari hasil tangkapan ikan demersal. Hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah masalah pengendalian hasil tangkapan. Pengendalian hasil tangkapan dapat melindungi kondisi potensi sumberdaya ikan demersal. Namun demikian persoalan terbesar dalam pengendalian adalah masalah monitoring terhadap hasil tangkapan tersebut. Dorongan bagi nelayan untuk tidak melaporkan hasil tangkapannya cenderung akan menjadi tinggi apabila laporan hasil tangkapannya merupakan faktor yang dijadikan alat untuk membatasi atau mengatur untuk menangkap ikan demersal. Untuk itu maka diperlukan suatu kearifan pada semua pihak yang terkait sehingga timbul suatu kesadaran bersama bahwa kelestarian sumberdaya ikan demersal akan memberikan keuntungan bersama bagi semua pihak baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi mendatang. Kesadaran akan pentingnya menjaga kondisi potensi sumberdaya ikan demersal untuk kepentingan bersama tersebut memudahkan dalam pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. Persoalan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait. Untuk itu dibutuhkan partisipasi baik dari nelayan yang merupakan ujung tombak penangkapan ikan, juga para juragan dan pedagang serta konsumen lainnya. Semua pihak-pihak yang terkait memiliki peranannya masing-masing yang saling melengkapi.
Kesadaran seluruh anggota
masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya ikan demersal akan menjadikan sumberdayanya menjadi lestari. Untuk itu hendaknya partisipasi dari nelayan dan pihak-pihak terkait timbul melalui peningkatan kesadaran tentang pentingnya memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan sumberdaya ikan demersal guna kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Pendekatan pengelolaan perikanan yang dilakukan
berdasarkan partisipasi masyarakat merupakan kunci keberhasilan proses pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang berkelanjutan di perairan Tegal dan sekitarnya.
171