!"#$%&%'(#)*+'%,-.)/.)0#/+#"-.(1) 2'"#/)/(#)2(#3(#$(#)04,5.&(-.) *"6.7(&(#)*"/",(#8 Bambang Widjajanto Komisi Pemberantasan Korupsi
9$"#/()!"46(:(-(#8 0;)!"#$%&%'(#) *+'%,-.)/(#) 2(#3(#$(#8
00;)<(46('(#)/(#) *"="#/"'%#$(#) *+'%,-.)/.) 0#/+#"-.()8
000;)2(#3(#$(#) !"46"'(#3(-(#) *+'%,-.)-%/%3) ,(#/(#$)>!08
0?;)*"-.4,%5(#) /(#)@('(#8
!"#$%&%'(#)*+'%,-.)/.)0#/+#"-.(8 • Saat ini terdapat beberapa alternatif survei dan pengukuran tentang tingkat korupsi di berbagai negara di dunia, dengan fokus dan metode survei atau perhitungan yang beragam. (Worlwide Governance Index-Control of Corruption (WGICOC); Global Corruption Barometer (GCB); Bribe Payer Index; Political and Economic Risk Consultancy (PERC) dll) • CPI merupakan salah satu alat ukur yang populer yang menilai dan memeringkat negara berdasarkan persepsi tingkat korupsi . Indeks ini menggunakan kombinasi dari beberapa survei dan penilaian mengenai korupsi yang dikumpulkan dari beberapa sumber terpercaya. • Di Indonesia sendiri terdapat pengukuran yang terkait korupsi (langsung/tidak langsung) diantaranya Survei Integritas (KPK); Survei Perilaku Anti Korupsi (BPS); Indonesia Governance Index (Kemitraan); Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (TI Indonesia).
!"#$%&%'(#)*+'%,-.)/(#)2(#3(#$(##A(8
• Beragam cara dan metode digunakan untuk mengukur korupsi, namun demikian pertanyaan penting yang perlu diajukan disini adalah apakah korupsi bisa diukur secara empiris? dan apakah yang selama ini yang sudah ada sudah cukup valid dalam menggambarkan korupsi? Terlepas dari itu semua masing-masing pendekatan memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. • Pengukuran dengan metode indikator input dan dengan indikator output cenderung menghasilkan ukuran berbeda (ada time lag), contoh lain penggunaan pendekatan berdasarkan Indikator output yang diperoleh melalui persepsi umumnya bersifat sulit untuk berubah. • Korupsi merupakan permasalahan yang kompleks sehingga satu angka tidak akan mampu menjelaskan kondisi secara lengkap. Penggunaan Indeks atau pengukuran secara bersama dapat membantu melihat permasalahan secara komperhensif.
00;)<(46('(#)/(#) *"="#/"'%#$(#)*+'%,-.)/.) 0#/+#"-.()BCDEFBCDG) 8 Prespektif Pengukuran yang Ada di Indonesia
@%'H".)0#3"$'.3(-)I(A(#(#)!%65.&)BCDG) J@&(5()CFDCK8 N8 O8
L;GM8
L;GD8
L;N8
O;BB8
L8 P8
0#/"&-)0#3"$'.3(-8
G8
!"#$(5(4(#)8
E8
!+3"#-.8
B8 D8 C8
BCDD8
BCDB8
BCDE8
BCDG8
!"'&"46(#$(#)0#/"&-)0#3"$'.3(-)/.)*"4"#3"'.(#QI"46($()BCDDFBCDG) R"4.5.&.)*"="#/"'%#$(#)R"#.#$&(38
@%'H".)!"'.5(&%)9#3.)*+'%,-.)J@!9*K)8 • Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2013 sebesar 3,63 dari skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan IPAK tahun 2012 (3,55). • Meski demikian kenaikan ini belum merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti korupsi. • (Catatan: nilai indeks 0 –1,25 sangat permisif terhadap korupsi, 1,26 - 2,50 permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76 – 5,00 sangat anti korupsi)
@%46"'1)S!@)JBCDEK8 0#/"&-)!"'.5(&%)9#3.)*+'%,-.)0#/+#"-.()BCDB)T)BCDE)>"#/"'%#$)R"#.#$&(38
0#/+#"-.()<+H"'#(#=")0#/"U)J0<0K8
@%46"'1)*"4.3'((#)JBCDGK8
•
IGI 2012 menunjukkan kualitas tata kelola tingkat provinsi lebih tinggi daripada tahun 2008. Skor rata-rata 5,1 pada tahun 2008 menjadi 5,7 pada tahun 2012, naik 0,6 poin indeks. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tata kelola sebenarnya membaik dan dapat dijadikan modal untuk bergerak ke arah yang lebih substantif yaitu pemerataan kesejahteraan.
•
Hasil IGI di 34 Kabupaten/kota dengan menggunakan 126 indikator menunjukkan kinerja tata kelola pemerintahan di tingkat kabupaten/ kota, sayangnya, tergolong buruk (ratarata 4,92 dari skala 1 -10). Hal ini membuktikan bahwa baik pemerintah dan masyarakatbelum bersama-sama secara optimal melakukan refleksi dan berinteraksi guna membangun daerah.
0#/+#"-.()<+H"'#(#=")0#/"U8
V+'5W./")<+H"'#(#=")0#/"U)JVSK8
@%46"'1:X,1QQ.#Y+;W+'5/6(#&;+'$Q$+H"'#(#="QW$.Q,/YQ=DCB;,/Y8
000;)2(#3(#$(#) !"46"'(#3(-(#)*+'%,-.8 sudut pandang Indeks Persepsi Korupsi (CPI)
!"'6(#/.#$(#)@%46"')Z(3()>!08 !"#
$%&'()#
*+,-./-*0#
*+,1./-10#
D8
0>[<8
PC8
PC8
B8
V\]8
EM8
GE8
E8
0RZ8
GB8
GD8
G8
208
EE8
F8
P8
<08
BB8
EB8
L8
S])JS20K8
EL8
EL8
O8
!\[>8
BG8
BG8
N8
V^!8
BE8
BN8
M8
\0_8
BD8
BD8
@%'H"A1)M8
@%'H"A1)N8
04,5.&(-.)["-,+#)*"6.7(&(#)/(#)0#3"'H"#-.) !"46"'(#3(-(#)*+'%,-.)8 !"#
$%&'().2343.#
$5"). *+,1#
6")%789.:3;<.. 29%5%)#
=(&3;<5%. 6(4()3;<3;# 6(7(;49;<3 ;.>43&3#
D8
0>[<)J0#3"'#(3.+#(5)>+%#3'A)[.-&) <%./"K8
PC) *+'%,-.),+5.3.&)/(#) J-(4(K)8 &+'%,-.)6.-#.-;)8 D; !'(&3.&-%(,3"'&(.3) "&-,+'F.4,+'`8 B; *+#3'+5,"'/($(#$(#`)8 E; !"#.5(.(#,(7(&`8 G; ^(-(,"#$(4(#(#`) /(#8 P; !"'&'"/.3(#;)8
*!*`) *"4"#3"'.(#) !"'/($(#$(#`) !.:(&)6.-#.-`) *"4"#3"'.(#) *"%(#$(#`)a^*) /55;8
B8
V\])JV+'5/)\=+#+4.=)]+'%4K 88
GE) *+'%,-.)6"'6"#3%&8 J#(.&) D; @%(,)%#3%&)"&-,+'F /')EMK8 .4,+'`8 B; !"5(A(#(#),%65.&) /(-('`)!(7(&3(:%#(#`)8 E; *+#3'(&,%65.&F ,"'.b.#(#`)/(#8 G; !"46"5.(#),%3%-(#) ,"#$(/.5(#;8
*!*`))I*!!`) *"4"#&"%`) a46%/-4(#`) R(:&(4(:) 9$%#$`) *"4"#,(#)/55;8
*!*)4"4.5.&.) 6(3(-(#)/(5(4) 4"#$(#$(#.)) &+'%,-.)/.) ,.:(&)-W(-3() J6.-#.-K8
04,5.&(-.)["-,+#)*"6.7(&(#)/(#) 0#3"'H"#-.)!"46"'(#3(-(#)*+'%,-.)8 !"#
$%&'().2343.#
$5"). *+,1#
6")%789.:3;<.. 29%5%)#
=(&3;<5%. 6(7(;49;<3;. >43&3#
E8
0RZ8
GD8
*+'%,-.)/(#)!"#A%(,(# 88 *!*`)*",+5.-.(#`) *"7(&-((#)/55;8
G8
20)J2'(#-,('"#=A) 0#3"'#(3.+#(5K 88 8
F8
*+'%,-.)6"'6"#3%&) *!*`)*",+5.-.(#`) ,"'4.#3((#)(3(%) *"7(&-((#)/55;8 ,"#"'.4((#)-%(,)/(#) 8 ,"#A(5(:$%#((#) -%46"'/(A(),%65.&) %#3%&&","#3.#$(#,'.6(/.;) 88
P8
<0)J<5+6(5)0#-.$:3)K 88 8
EB)J#(.&)/') BBK8
*+'%,-.)6.-#.-3"'&(.3) /"#$(#),"'.b.#(#`)
L8
S20)JS"'3"5-4(##) ]+%#/(3.+#) 2'(#-Y+'4(3.+#)0#/"UK 88 8
EL)J-(4(K8
8 *!*`)*",+5.-.(#`) D; !"#"$(&(#)c%&%4)/(#8 *"7(&-((#`).#-3(#-.) B; \Y"&3.d3(-)_,(A() 3"'&(.3)/55;8 !"46"'(#3(-(#)*+'%,-.8 8 88 8
*!*`).#-3(#-.) 88 3"'&(.3)/55;8 8
6(4()3;<3;#
Z.)-"&3+') *":%3(#(#`) ,"'3(46(#$(#`) .4,+')/($.#$8
04,5.&(-.)["-,+#)*"6.7(&(#)/(#)0#3"'H"#-.)!"46"'(#3(-(#)*+'%,-.)8
! "#
$%&'().2343.#
$5"). *+,1#
6")%789.:3;<..29%5%)#
=(&3;<5%. 6(7(;49;<3;. >43&3#
6(4()3;<3;#
O8
!\[>J!+5.3.=(5)(#/) \=+#+4.=)[.-&) >+#-%53(#=A88 8
BG)J-(4(K8 *+'%,-.)6.'+&'(-.)/(#)7(6(3(#) ,+5.3.&;)R"#$:.5(#$&(#) ,"'-",-.)&+'%,)/.8 D;I"46($(&",+5.-.(#`)8 B;!"'(/.5(#`)8 E;S"()=%&(.`)8 G;!"',(7(&(#`)8 P;I"46($(,"'.b.#(#`)8 L;0#-,"&3+'(3`)/(#8 O;R.5.3"'8
*!*`)*"7(&-((#`)) a46%/-4(#`) *"4"#,(#`) R(:&(4(:)9$%#$`) *"4"#,(#)/55;8 8
*!*)4"4.5.&.) &"3"'6(3(-(#)%#3%&) 4"#(#$(#.)&+'%,-.) /.)6./(#$)R.5.3"'8
N8
\0_)J\=+#+4.-3) 0#3"55.$"#3)_#.3K 88
BD)J3"3(,K8 D; !"#A(5(:$%#((#)/(#() ,%65.&)+5":),"7(6(3),%65.&) %#3%&)3%7%(#),'.6(/.)(3(%) ,('3(.),+5.3.&;8 B; 0#/","#/"#-.)5"46($() ,"4"'.&-()&"%(#$(#) #"$('(;)8 E; 0#/","#/"#-.)5"46($() ,"'(/.5(#;e8
*!*`)*"7(&-((#`) *",+5.-.(#)/55;8 8
0#/","#/"#-.) 5"46($(),"4"'.&-() &"%(#$(#)#"$('(;) Z(#)0#/","#/"#-.) 5"46($(),"'(/.5(#) 6%&(#)&"W"#(#$(#) *!*8
M8
V^!JV+'5/)^%-3.=") !'+7"=3K 88 8
BN)J#(.&) /')BEK8
*!*`)5"$.-5(3.Y`) g(3.+#(5)0#3"'-3)/55;8 8
!'(&3.&*+'%,-./.I"46($(8 D;\&-"&%3.Y`)8 B;f%/.&(3.Y`)8 E;I"$.-5(3.Y`)8 G;*",+5.-.(#`8 P;R.5.3"';)8
*!*)/(#)9'(:)*"6.7(&(#)a'$(#.-(-.8
@.-3"4)0#3"$'.3(-)g(-.+#(5)8
*"-.4,%5(#)/(#)@('(#)8 Dalam Upaya Perbaikan Skor CPI
*"-.4,%5(#)/(#)@('(#8
• Korupsi merupakan permasalahan yang kompleks sehingga satu angka tidak akan mampu menjelaskan kondisi secara lengkap. Penggunaan Indeks atau pengukuran secara bersama dapat membantu melihat permasalahan secara komperhensif. • Korupsi merupakan permasalahan bersama yang penyelesaiannya juga dilakukan secara bersama. ! KPK mengajukan pendekatan usulan SIN kepada Pemerintah untuk menjadi payung upaya bersama dan terintegrasi terkait pemberantasan (penindakan dan pencegahan) korupsi. • KPK masuk di sektor-sektor yang ternyata dapat meningkatkan skor indeks tapi perlu didukung berbagai lembaga lainnya. • Upaya peningkatan indeks CPI dapat dilakukan dengan melakukan intervensi pada sektor-sektor dan bidang yang diukur. Hal ini sekali lagi membutuhkan upaya dan tanggungjawab bersama dari segenap lembaga negara lain dan juga masyarakat.
2"'.4()*(-.:8 Sampai Berjumpa Kembali
Z(Y3(')!%-3(&(8 • Wijayanto dan Ridwan Zachrie, (2009) Korupsi Mengkorupsi Indonesia mengukur tingkat korupsi PT. Gramedia Utama, hal69 • Kemitraan (2014) Indonesia Governance Index: Menata Indonesia dari Daerah, Laporan Eksekutif IGI 2014. • Kemitraan (2012) Indonesia Governance Index Tantangan Tata Kelola Pemerintahan di 33 Provinsi. • KPK (2014) Survei Integritas Layanan Publik • BPS (2014) Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi Januari 2014 • http://info.worldbank.org/governance/wgi/pdf/c102.pdf