38 tingkat pendidikan tertinggi petani karet mencapai perguruan tinggi (1%). Usia produktif dan tingkat pendidikan berpengaruh dalam respon inovasi teknologi. Selain itu juga, hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah penelitian potensi pengembangan komoditas karet di masa datang memiliki peluang yang cukup menjanjikan, bila didasarkan pada usia petani saat ini. Pengalaman petani karet di Provinsi Jambi dalam usaha tani sudah tinggi yaitu sekitar 10 sampai 20 tahun (62%). Pengalaman dalam usaha tani juga diperlukan dalam respon inovasi teknologi. Pengalaman petani dalam usaha tani karet di Provinsi Jambi sangat terkait dengan awal mulanya dibudidayakan tanaman karet yaitu sekitar 1910-an. Faktor umur, pendidikan, dan pengalaman berusaha tani mempunyai peranan penting bagi petani dalam mengembangkan usaha taninya baik dari segi produksi maupun produktivitas. Sebab dalam usia produktif, tingkat pendidikan dan pengalaman yang memadai, petani akan lebih rasional dalam mengambil keputusan untuk memilih jenis komoditas dan skala usahanya.
6 ANALISIS STRUCTURE, CONDUCT, PERFORMANCE (SCP) PASAR KARET RAKYAT Bab 6 membahas sistem pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi dengan pendekatan structure, conduct, performance (SCP). Struktur pasar yang dianalisis yaitu pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan hambatan masuk pasar. Analisis perilaku dilakukan secara deskriptif terkait dengan aktivitas pemasaran, penentuan harga serta kerjasama antar lembaga pemasaran. Analisis kinerja pasar mencakup marjin pemasaran, farmer share, dan integrasi pasar vertikal. Setiap analisis akan dijelaskan secara sistematis terkait dengan tujuan penelitian serta akan di jelaskan hubungan antar variabel struktur, perilaku dan kinerja dalam menentukan pola pembentukan harga dan kaitannya dengan efisiensi pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi.
Analisis Struktur Pasar (Market Structure) Analisis struktur pasar bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat persaingan yang terjadi dalam pasar karet rakyat di Provinsi Jambi. Identifikasi dilakukan menggunakan analisis pangsa pasar, hambatan masuk pasar dan konsentrasi pasar. Melalui analisis tersebut akan dapat diamati bentuk pasar yang terjadi dalam pasar karet rakyat di Provinsi Jambi. Pangsa pasar dianalisis dengan menggunakan persentase penjualan suatu perusahaan pengolah (eksportir) dengan total penjualan seluruh perusahaan, konsentrasi pasar dianalisis dengan menggunakan konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar (CR4) dan hambatan masuk pasar dianalisis menggunakan Minumum Efficiency Scale (MES). Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pasar Pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi sebagian besar ditujukan pada pasar ekspor dalam bentuk SIR 20 dan SIR 10, karet dari petani berbentuk bokar (bahan olahan karet rakyat) dipasarkan hingga pabrik Crumb rubber sebagai
39 pabrik pengolah dan eksportir kemudian pabrik akan mengolah bokar dari petani menjadi SIR 20 dan SIR 10 untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri dan dalam negeri. Selama tahun 2012 ekspor karet yang berasal dari Provinsi Jambi mencapai 290 ton dan sebagian besar (63.78 persen) diekspor ke negara Jepang, China dan Amerika Serikat. (Disperindagkop Provinsi Jambi 2012). Besarnya volume karet yang dipasarkan ke pasar dunia menunjukkan bahwa eksportir memiliki peran strategis dalam pasar karet di Provinsi Jambi. Saat ini jumlah perusahaan pengolah yang melakukan perdagangan karet ke luar negeri (eksportir) sebanyak 10 unit. Perhitungan pangsa pasar perusahaan diperoleh melalui data realisasi rata-rata penjualan karet per bulan di empat perusahaan karet terbesar terhadap total penjualan karet di Provinsi Jambi. Pada tabel 7 terlihat nilai pangsa pasar pada setiap pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi. Tabel 7 Pangsa pasar dan konsentrasi pasar 10 pabrik crumb di Provinsi Jambi Rata-rata Volume Pangsa pasar Nama Perusahaan Penjualan Karet CR4 (w) (kg/bulan) PT Djambi Waras 10 266 340 0.3124 PT Aneka Bumi Pratama 7 730 100 0.2352 0.7570 PT Remco 3 464 420 0.1054 PT Megasawindo Perkasa 3 415 600 0.1039 PT Batanghari Tembesi 2 160 900 0.0658 PT Hoktong 1 876 000 0.0571 PT Angkasa Raya DJambi 0.0527 1 731 940 PT Anugerah Bungo Lestari 0.0497 1 632 960 PT Golden Energi 463 680 0.0142 PTPN VI 120 960 0.0037 Jumlah 32 862 900 1.0000 Hasil analisis konsentrasi pasar (CR4) menunjukkan bahwa terdapat empat perusahaan terbesar yang menguasai 75.70 persen dari total penjualan karet di Provinsi Jambi. Artinya tingkat persaingan perusahaan ekspor karet di Provinsi Jambi terkonsentrasi dengan tingkat persaingan kecil hal ini dikarenakan terdapat 4 (empat) perusahaan terbesar yang menguasai penjualan karet di Provinsi Jambi. Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara 60 hingga 80 persen artinya industri semakin terkonsentrasi dan semakin sedikit jumlah produsen yang berada di pasar maka tingkat persaingan kecil, sedangkan semakin rendah rasio konsentrasi pasar artinya konsentrasi pasar yang rendah dan persaingan lebih tinggi (Jaya, 2001). Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pasar karet rakyat di Provinsi Jambi cenderung berada dalam struktur pasar oligopoli ditingkat pabrik dan petani menghadapi pasar oligopsoni. Kohls dan Uhl (2002) menyatakan bahwa apabila CR4 perusahaan terbesar lebih dari 50 persen, maka struktur pasar cenderung berada pada kondisi pasar oligopoli. Pasar oligopoli merupakan bentuk pasar dengan beberapa penjual dalam suatu industri yang memiliki persaingan yakni persaingan harga dan nonharga untuk memperoleh konsumen (Baye, 2010). Konsekuensi bagi petani dalam menghadapi struktur pasar oligopsoni adalah petani cenderung sebagai penerima harga (price taker) dan posisi tawar petani
40 lemah (bargaining position) yakni petani tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga jual karet yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuprin (2009) dalam pasar karet di Kabupaten Kapuas dan Giroh et al. (2010) dalam pasar karet alam di Nigeria yang menunjukkan bahwa adanya dominasi pelaku pemasaran yang menentukan harga dan petani cenderung sebagai penerima harga (price taker). Analisis pangsa pasar perusahaan dapat dilihat juga melalui nilai HHI (Herfindahl-Hirschman Index). Baye (2010) menyatakan bahwa nilai HHI dapat dihitung dengan menggunakan jumlah total kuadrat pangsa pasar (market share) dari perusahan yang berada pada suatu industri. Pada tabel 8 terlihat nilai HHI (Herfindahl-Hirschman Index) pada pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi. Tabel 8 Herfindahl-Hirschman Index (HHI) pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi Tahun 2012 Rata-rata Volume Pangsa pasar Nama Perusahaan Penjualan Karet (w) (kg/bulan) PT Djambi Waras 10 266 340 0.3124 PT Aneka Bumi Pratama 7 730 100 0.2352 PT Remco 3 464 420 0.1054 PT Megasawindo Perkasa 3 415 600 0.1039 PT Batanghari Tembesi 2 160 900 0.0658 PT Hoktong 1 876 000 0.0571 PT Angkasa Raya DJambi 0.0527 1 731 940 PT Anugerah Bungo Lestari 0.0497 1 632 960 PT Golden Energi 463 680 0.0142 PTPN VI 120 960 0.0037 Jumlah 32 862 900 1.0000 HHI=10000Σwi2 1 878 Berdasarkan Tabel 8 nilai HHI pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi bernilai 1 878. Baye (2010) mengemukakan bahwa nilai HHI berada diantara 0 10 000. Jika nilai HHI sama dengan 0, maka terdapat perusahaan-perusahaan dalam industri yang sangat kecil. Namun, jika nilai HHI diatas 0 hingga 10 000 mengindikasikan bahwa pangsa pasarnya bernilai 1. Artinya CR4 berada pada sedikit persaingan antara produsen dan konsumen (pasar terkonsentrasi). Hal ini sesuai dengan kesimpulan pada analisis CR4 bahwa pasar karet di Provinsi Jambi menghadapi pasar dengan tingkat persaingan yang kecil dengan konsentrasi tinggi. Hambatan Masuk Pasar Perusahaan dalam suatu industri memiliki kekuatan tersendiri sehingga mampu bertahan menghadapi pesaing baru yang akan masuk pada suatu industri tersebut. Setiap perusahaan baru memiliki peluang dan kesempatan untuk bersaing. Persaingan yang terjadi merupakan persaingan alami yang potensial. Namun, perusahaan tersebut menghadapi hambatan pasar yang ada sehingga menimbulkan penurunan kesempatan atau mempengaruhi cepat atau lambat masuknya perusahaan baru dalam suatu pasar. Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyak pesaing bermunculan untuk bersaing mencapai target yang diinginkan.
41 Analisis hambatan masuk pasar bertujuan untuk melihat banyaknya lembaga pemasaran yang dapat masuk untuk bersaing merebut pangsa pasar. Hambatan masuk pasar hal yang dimungkinkan terjadi dalam suatu struktur pasar. Adanya kesempatan dan peluang dalam melakukan bisnis memungkinkan banyak perusahaan baru yang masuk untuk menguasai pasar. Masuknya lembaga pemasaran baru akan menimbulkan pesaing sekaligus ancaman bagi lembaga pemasaran yang sudah ada. Hambatan masuk pasar dapat dihitung menggunakan MES (Minimum Efficiency Scale). Nilai MES diperoleh dari volume penjualan karet oleh perusahaan terbesar di Provinsi Jambi terhadap total penjualan karet di Provinsi Jambi. Artinya bila nilai MES > 10 % mengindikasikan terdapat hambatan masuk pasar bagi perusahaan baru (Jaya, 2001). Pada tabel 9 terlihat perkembangan nilai MES (Minimum Efficiency Scale) selama kurun waktu 2007 sampai 2012. Tabel 9 Nilai MES (Minimum Efficiency Scale) pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi Tahun 2007-2012 (%) Tahun MESa (%) Keterangan 2007 28.72 Ada hambatan masuk 2008 31.34 Ada hambatan masuk 2009 30.27 Ada hambatan masuk 2010 29.64 Ada hambatan masuk 2011 29.13 Ada hambatan masuk 2012 31.24 Ada hambatan masuk Rata-rata 29.92 a Persentase penjualan karet terbesar dari suatu perusahaan terhadap total penjualan karet di Provinsi Jambi Berdasarkan Tabel 9 Nilai MES cenderung berfluktuatif selama lima tahun karena PT. DJambi Waras sebagai perusahaan terbesar di Provinsi Jambi tahun 2007 hingga 20102 menghasilkan produksi karet yang fluktuatif sehingga menghasilkan MES yang fluktuatif pula. Hambatan masuk terbesar yaitu 28.72 persen dan pada tahun 2012 sebesar 30.41 persen. Fluktuasi nilai MES terjadi karena adanya perubahan jumlah penjualan karet yang dilakukan oleh perusahaan. walaupun demikian, nilai MES yang terlihat lebih besar dari 10 persen. Nilai ratarata MES dari tahun 2007 hingga 2012 mencapai 29.92 artinya nilai MES lebih dari 10 persen. Hal ini mengindikasikan adanya hambatan masuk dalam perdagangan karet di tingkat perusahaan pengolah (eksportir). Artinya angka tersebut merupakan indikator output minimal bagi pesaing baru untuk bersaing dalam industri crumb rubber di Provinsi Jambi. Bagi perusahaan, tingginya hambatan masuk pasar antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu oleh besarnya modal yang dibutuhkan, kerjasama antar perusaaan dan jaringan rantai pasok bahan baku yang kuat dengan pedagang pengumpul dan petani.
Analisis Perilaku Pasar (Market Conduct) Perilaku pasar karet rakyat di Provinsi Jambi dianalisis secara deskriptif. Analisis perilaku pasar akan menggambarkan perilaku setiap lembaga pemasaran
42 dalam menghadapi struktur pasar yang ada. Adapun elemen yang terdapat dalam perilaku pasar meliputi lembaga dan praktek fungsi pemasaran yang didalamnya akan terlihat kondisi kerjasama antar lembaga pemasaran, saluran pemasaran, mekanisme penentuan harga dan sistem pemasaran. Lembaga dan Praktek Fungsi Pemasaran Lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang melakukan kegiatan atau fungsi pemasaran sehingga produk atau jasa akan berpindah dari produsen ke konsumen. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi meliputi petani, pedagang pegumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar Provinsi, pasar lelang karet, dan pabrik pengolah karet (crumb rubber). a. Petani merupakan pemilik produk hasil panen yang siap dijual. Petani dalam penelitian ini bukan hanya sebagai pemilik lahan saja tetapi juga petani penyadap yang menyadap batang karet orang lain dengan sistem bagi hasil maupun sistem upahan. b. Pedagang pengumpul desa atau tauke desa merupakan pedagang yang mengumpulkan bokar (bahan olahan karet) dari petani. Pedagang pengumpul desa hanya mengumpulkan bokar dalam satu desa dan kemudian menjualnya ke lembaga pemasaran lain yaitu ke pasar lelang karet atau ke pedagang besar Provinsi. Lembaga pemasaran ini berdomisili di daerah penelitian. c. Pedagang pengumpul kecamatan atau tauke kecamatan merupakan pedagang yang mengumpulkan bokar dari petani yang berada di beberapa desa dalam kecamatan yang sama. Pedagang pengumul kecamatan memiliki cakupan pemasaran yang lebih besar dari pedagang pengumpul desa. Lembaga pemasaran ini menjual bokar dari petani ke pedagang besar Provinsi. d. Pedagang besar Provinsi merupakan pedagang yang memperoleh bokar dari berbagai pedagang di dalam Provinsi Jambi. Penjual biasanya langsung mendatangi pedagang besar Provinsi dalam transaksi jual beli. Lembaga pemasaran ini merupakan kaki tangan pabrik atau orang yang dipercaya oleh pabrik untuk menyuplai bahan baku dari petani. Lembaga ini memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dari pada pedagang lainnya. e. Pasar lelang karet merupakan sarana bertemunya petani dan pedagang atau pabrikan secara langsung dimana pembentukan harga yang terjadi dilakukan secara transparan tanpa ada kolusi antar pelaku usaha dan tanpa tekanan dari pihak manapun. Pelaku pasar lelang meliputi penjual, pembeli, panitia lelang, lembaga penjamin, perbankan. Pihak penjual dapat meliputi petani produsen individu skala besar, kelompok tani, koperasi/KUD. Sedangkan pihak pembeli dapat meliputi pedagang pengumpul tingkat kabupaten, pedagang pengumpul antar daerah, maupun pabrik crumb rubber. f. Pabrik crumb rubber (Eksportir). Perusahaan atau lembaga yang mengolah bokar dari petani menjadi SIR 20 atau SIR 10 serta memasarkannya ke negara konsumen. Lembaga ini memperoleh bahan baku dari kelompok tani, pedagang pengumpul maupun dari pasar lelang karet. Setiap lembaga pemasaran mampu menciptaan nilai secara spesifik untuk produk dan jasa yang ditawarkan (Levens 2010). Penciptaan nilai ini dapat dilakukan melalui fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan
43 penjualan), fungsi fisik (pengolahan, transportasi/pengangkutan dan penyimpanan) dan funngsi fasilitas (standardisasi, pennanggulangan risiko, pembiayaan dan informasi pasar) (Kohls dan Uhl 2002). Adapun fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran karet rakyat akan dijelasakan berikut: Petani Karet Petani karet merupakan pemilik bokar hasil panen yang siap dijual. Petani dalam penelitian ini bukan hanya sebagai pemilik lahan tetapi juga petani penyadap yang menyadap batang karet orang lain dengan sistem bagi hasil maupun sistem upahan. Rata-rata petani karet mengolola tanaman karet sebanyak 500-1500 pohon. Semakin tinggi tingkat ekonomi petani karet maka total luas lahan tanam karet akan semakin tinggi dan jumlah tanaman karet akan semakin banyak, begitu sebaliknya. Kebun karet dikelola baik secara intensif maupun non intensif. Budidaya intensif yakni pengelolaan kebun karet dengan memperhatikan kebersihan kebun karet yang dikelola sedangkan budidaya non intensif yaitu kebun karet yang dikelola secara agroforestri (hutan karet) dengan membiarkan tanaman lain tumbuh bersama pada satu lahan. Para petani karet di Provinsi Jambi saat ini masih banyak yang menggunakan bibit karet cabutan, anakan liar, atau hasil semaian karet dari pohon karet alam yang dibudidayakan sebelumnya. Meskipun demikian, bibit karet unggul sebenarnya sudah dikenal luas oleh petani. Bibit karet unggul dihasilkan dengan teknik okulasi antara batang atas dengan batang bawah yang tumbuh dari karet-karet karet pilihan. Okulasi dilakukan untuk mendapatkan bibit karet berkualitas tinggi. Batang atas dianjurkan berasal dari karet klon PB260, IRR118, RRIC100 dan batang bawah dapat menggunakan bibit dari karet karet klon PB20, GT1, dan RRIC100 yang diambil dari pohon berumur lebih dari 10 tahun. Perawatan secara rutin dalam pertumbuhan tanaman karet seperti pemangkasan, pemupukan, pengairan atau penyiraman, dan pengobatan kurang dilakukan oleh petani. Untuk ketiga kecamatan yang diamati, perawatan petani terhadap tanaman karet bervariasi. Kecamatan Pelepat dan Kecamatan Bajubang kegiatan perawatan masih relatif rendah, terutama pada pemupukan dan pengobatan. Sedangkan beberapa desa di Kecamatan Muarabulian sudah melakukan proses perawatan yang baik. Petani karet di Provinsi Jambi sebagian besar menyadap batang karet setiap hari dan mencetak bokar 4-7 hari sekali. Penanganan pasca panen karet dan kualitas bokar dijual oleh petani di Provinsi Jambi dipengaruhi oleh tingkat ekonomi petani. Petani yang tingkat ekonominya kurang, akan melakukan penjualan dengan segera mungkin setelah panen dilakukan, hal ini akan berakibat pada rendahnya pendapatan yang diperoleh petani karena KKK masih tergolong rendah. Petani karet yang berada di Provinsi Jambi menjual bokar kepada beberapa alternatif pemasaran diantaranya pasar lelang karet pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, dan pabrik. Harga karet tergantung pada perlakukan yang telah dilakukan oleh petani karet dan kepada siapa petani menjual bokarnya. Bahan olah karet rakyat atau lateks asalan yang berkembang didaerah sentra produksi karet di Provinsi Jambi adalah bentuk slab tebal (ojol). Ada beberapa cara pengolahan slab yang biasa dilakukan petani yaitu pembekuan slab dengan cuka para, pembekuan slab dengan Pupuk P dan pembekuan slab
44 secara alami. Namun dari hasil pengamatan pembekuan slab dengan pupuk P sudah mulai berkurang karena kelangkaan pupuk dan harga pupuk yang mahal. Apabila dilihat dari kualitas slab yang di produksi yakni dengan semua komponen mutu yaitu: KKK, Po, PRI, kadar abu, dan kadar kotoran masih belum memenuhi persyaratan mutu. Pada tabel 10 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh petani responden. Tabel 10 Fungsi-fungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat petani Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Penjualan PPD/PPKec/PLK/Pabrik Fungsi Fisik Transportasi Penyimpanan Fungsi Fasilitas Penanggungan resiko/susut Pembiayaan PPD/PPKec Informasi Pasar PPD/PPKec/PLK/Pabrik Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa PPKec = Pedagang pengumpul kecamatan PLK = Pasar lelang karet Pasar Lelang Karet Pasar lelang dibentuk untuk melakukan kontrol terhadap harga yang ditetapkan oleh tauke atau pedagang pengumpul yang membeli karet dari petani secara langsung. Melalui pasar lelang, harga bahan olahan karet (bokar) dibeli dari petani berdasarkan kualitas karet yang diproduksi. Harga yang ditentukan oleh pasar lelang biasanya lebih besar dari harga beli tauke atau pedagang pengumpul yang ada di desa atau kecamatan. Namun, kondisi dilapangan masih banyak petani yang menjual karetnya pada pedagang pengumpul yaitu sebesar 31.77 persen. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu keterikatan hutang atau pinjaman, proses jual beli yang mudah dan keparcayaan pada pedagang pengumpul walaupun harga jual lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar lelang. Pada tabel 11 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pasar lelang karet. Tabel 11 Fungsi-fungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pasar lelang karet Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Pembelian Petani/PPD Penjualan Pabrik Fungsi Fisik Transportasi Penyimpanan Fungsi Fasilitas Penanggungan resiko/susut Perbankan Pembiayaan Petani/PPD/Pabrik Informasi Pasar Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa
45 Pasar lelang dapat meningkatkan mutu karet petani, mengurangi fluktuasi harga yang terjadi (elastisitas) dan memberikan pengaruh pendapatan petani produsen di sekitar pasar lelang karet. Harga Karet melalui pedagang pengumpul ditentukan secara sepihak oleh pedagang berdasarkan penilaian kadar karet kering (KKK), tanpa adanya perbandingan harga dan mutu sebagai pedoman. Kondisi tersebut meyebabkan posisi tawar petani lemah serta petani cenderung berada pada kondisi price taker (menerima harga). Pada lokasi penelitian terdapat 3 (tiga) pasar lelang karet (PLK) dan telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi yaitu PLK Desa Panerokan, PLK Desa Ladang Peris dan PLK Kecamatan Pelepat. Pertama pasar lelang karet di Pasar lelang di Desa penerokan. PLK ini didirikan pada tahun 1989 yang dikelola oleh KUD Berdikari yang berada di desa tersebut. Pasar lelang penerokan beroperasi setiap hari rabu pada dua minggu sekali. Rata-rata volume perdagangan karet di PLK Desa Panerokan yaitu 8-10 ton perlelang. Kedua, PLK Desa Ladang Peris didirikan pada tahun 2004 yang dikelola oleh pengurus pasar lelang bekerja sama dengan dua kelompok tani yaitu kelompok tani Sido Dadi dan kelompok tani Karya Abadi. Setiap anggota dari kelompok tani tersebut dianjurkan untuk menjual ke PLK ladang peris sehingga pasar lelang ini memiliki petani tetap yang menjual karet. PLK Ladang Peris ini beroperasi dua minggu sekali pada hari senin. Pasar ini beroperasi seminggu setelah pasar lelang di Desa Penerokan. Rata-rata volume perdagangan karet di PLK Desa Ladang Peris yaitu 10-12 ton perlelang. Ketiga, PLK Kecamatan Senamat didirikan pada tahun 2003 yang dikelola oleh pengurus pasar lelang dan diketuai oleh manajer pasar lelang. Pasar lelang ini merupakan pasar lelang terbesar di Provinsi Jambi dan memiliki menajemen pengelolaan yang baik sehingga peserta lelang bukan hanya berasal dari Kecamatan Pelepat saja tetapi juga dari luar Kabupaten bahkan luar Provinsi Jambi. PLK ini beroperasi dua minggu sekali pada hari rabu. Rata-rata volume perdagangan karet di PLK Senamat yaitu 50-60 ton perlelang. Pemasaran pada PLK dilakukan secara terbuka dengan sebagai berikut, masing-masing pabrik sebagai calon pembeli menetapkan harga bokar yang ditawarkan petani. Kemudian setelah semua calon pembeli menetapkan masing-masing harga untuk bokar petani, petani berhak memilih harga jual bokar dengan penawaran tertinggi sehingga petani dapat memperoleh pedapatan yang lebih baik. Pada satu kali perdagangan di PLK biasanya dihadiri oleh 4-5 pabrik yang menawarkan harga bokar sesuai dengan harga jual yang ditentukan pabrik dan kualitas bokar yang diperdagangkan.Untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh langsung dari pabrik maupun Dinas Perdagangan Provinsi Jambi Adapun sistem pembayaran yang diterapkan pada PLK dari utusan pabrik sebagai pembeli kepada petani sebagai penjual adalah pembayaran secara tunai. Pedagang Pengumpul Desa Pedagang pengumpul desa menghubungkan petani karet dengan pedagangpedagang tingkat selanjutnya. Pedagang pengumpul desa mengumpulkan bokar dari petani yang berada di lingkungan desanya dan sekitar desanya. Pedagang pengumpul desa umumnya bertempat tinggal di lokasi desa yang sama atau bahkan bisa datang dari desa sekitar. Beberapa pedagang pengumpul desa yang terdapat di Provinsi Jambi juga berprofesi sebagai petani. Petani tersebut
46 merupakan petani yang mempunyai modal cukup dalam melakukan kegiatan usaha ini. Pada tabel 12 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa. Tabel 12 Fungsi-fungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pedagang pengumpul desa Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Pembelian Petani Penjualan PLK/PBProvinsi Fungsi Fisik Transportasi Penyimpanan Fungsi Fasilitas Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Perbankan Informasi Pasar Petani/PLK/PBProvinsi Keterangan: PPKec = Pedagang pengumpul kecamatan PLK = Pasar lelang karet PB Provinsi = Pedagang besar Provinsi Pedagang pengumpul desa tidak melakukan pengolahan sehingga bokar yang dibeli dari petani hanya disimpan sebelum dijual kembali pada lembaga pemasaran berikutnya. Pada saat musim hujan pedagang pengumpul desa memerlukan modal yang besar untuk membeli bokar dari petani karena pada musim ini bokar yang dihasilkan relatif lebih banyak dari biasanya. Beberapa pedagang pengumpul desa melakukan peminjaman kepada pihak perbankan maupun kepada pedagang dengan tingkat yang lebih besar. Pedagang pengumpul desa memperoleh informasi pasar dari pasar lelang, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul tingkat kabupaten dan pedagang besar. Informasi yang diterima diantaranya mengenai perkembangan harga jual dan juga kualitas bokar. Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang pengumpul kecamatan adalah pedagang yang menampung penjualan bokar masih dalam lingkup satu kecamatan. Sama seperti dengan pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan merupakan anggota rantai pasok karet rakyat yang berperan penting. Transaksi pembelian bokar dapat dilakukan di tempat pengumpul yang lingkupnya lebih kecil dengan mendatangi langsung atau menunggu di rumah pedagang. Sebagian besar pedagang pengumpul kecamatan sudah mempunyai pedagang pengumpul lingkup lebih kecil yang menjadi langganan. Setiap pedagang pengumpul kecamatan memberikan harga yang berbeda tergantung dari kualitas bokar yang dijual. Begitu juga penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul kecamatan ke pedagang berikutnya yang sesuai dengan kualitas bokar. Pada tabel 13 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kecamatan.
47 Tabel 13 Fungsi-fungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pedagang pengumpul kecamatan Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Pembelian Petani Penjualan PBProvinsi Fungsi Fisik Transportasi Penyimpanan Fungsi Fasilitas Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Perbankan Informasi Pasar Petani/PBProvinsi Keterangan: PB Provinsi = Pedagang besar Provinsi Pedagang pengumpul kecamatan menggunakan mobil pick up dalam mengumpulkan bokar dengan mendatangi langsung penjualnya. Bokar ditampung, sehingga terkumpul dalam jumlah banyak sebelum dijual. Pedagang pengumpul kecamatan melakukan penyimpanan pada gudang yang dimiliki sendiri. Pedagang pengumpul kecamatan juga memerlukan modal dalam melakukan pembelian bokar dari pengumpul yang lebih kecil. Selain berasaldari modal sendiri, pinjaman modal juga berasal dari perbankan yang memiliki prosedur tidak rumit. Keperluan utama pengumpul dengan pihak perbankan terkait dengan kredit yang digunakan sebagai sumber dana bagi peningkatan investasi dan modal dagang. Untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh dari pengumpul yang lingkup kecil, pedagang pengumpul tingkat kabupaten maupun pedagang besar, serta dari mekanisme pasar yang terjadi. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan oleh pedagang pengumpul kecamatan terhadap pedagang pengumpul sebelumnya adalah pembayaran tunai. Pedagang Besar Provinsi Pedagang besar Provinsi menampung penjualan dalam lingkup satu Provinsi. Transaksi pembelian bokar biasanya dilakukan di tempat pengumpul yang lingkupnya lebih kecil dengan mendatangi langsung atau beberapa petani yang mendatangi langsung ke gudang pedagang besar Provinsi. Pedagang besar Provinsi biasanya sudah mempunyai jaringan pemasaran yang tertata dengan baik dan pedagang pengumpul lingkup lebih kecil yang sudah menjadi langganan. Pedagang besar Provinsi menggunakan mobil truk untuk mempermudah kegiatan pembelian dan penjualan. Pedagang besar Provinsi melakukan penyimpanan pada gudang yang dimiliki sendiri untuk menampung bokar, sehingga terkumpul dalam jumlah banyak sebelum dijual. Pada proses pengangkutan bokar ke pabrik yang terletak tidak jauh dari lokasi besar Provinsi. Walaupun mendapat dukungan dana dari hubungan kemitraan dengan pabrik, pedagang besar Provinsi masih melakukan peminjaman modal, diantaranya berasal dari perbankan untuk meningkatkan jangkauan pasar. Untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh dari pedagang pengumpul yang lingkup lebih sempit, pabrik serta dari mekanisme pasar yang terjadi. Adanya hubungan yang sangat kuat terjadi pada pedagang besar Provinsi dengan pabrik, hal ini terlihat dari cukup tersedianya informasi harga yang diperoleh, disamping itu terdapat jalinan kerjasama antara
48 lembaga pemasaran tersebut dalam permodalan. Pada tabel 14 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang besar Provinsi. Tabel 14 Fungsi-fungsi pemasaran dan kerjasama Provinsi Fungsi pemasaran Keterangan Fungsi Pertukaran Pembelian Penjualan Fungsi Fisik Transportasi Penyimpanan Fungsi Fasilitas Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Informasi Pasar Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa PPKec = Pedagang pengumpul kecamatan
di tingkat pedagang besar Kerjasama PPD/PPKec Pabrik Perbankan PPD/PPKec/Pabrik
Pabrik Crumb Rubber Karet remah (crumb rubber) adalah bahan olahan karet (bokar) yang diproses melalui tahap peremahan. Bahan olahan karet sendiri adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis). Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan karet remah dibedakan menjadi bahan baku lateks dan bahan baku karet rakyat yang bermutu rendah. Bahan baku yang berasal dari lateks diolah menjadi koagulum dan lump. Pabrik karet remah (crumb rubber) ada yang mengolah karet remah dengan bahan koagulum lateks atau lateks yang telah mengalami proses koagulasi. Bahan baku yang paling dominan adalah lump karena pengolahan karet remah (crumb rubber) bertujuan untuk mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang bermutu tinggi. Produksi karet di Provinsi Jambi masih sebatas menjadi crumb rubber (karet remah) atau bahan baku industri karet. Pembeli produk ini adalah sebagian besar adalah perusahaan ban seperti Goodyear, Michelin, dan Bridgestone dari luar negeri. Dengan demikian, orientasi pasar perusahaan karet di Provinsi Jambi didominasi ekspor dengan negara tujuan adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, Brazil dan beberapa negara di Eropa. Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh dilengkapi oleh beberapa fasilitas seperti alat pengukur KKK dan beberapa alat angkut seperti colt pick up, colt diesel, dan fusho. Saat ini yang menjadi pembeli utama adalah pabrik dalam ban dalam negeri (25 persen) dan pabrik ban eropa (70 persen). Pasokan bahan baku pada pabrik crumb rubber diperoleh melalui pedagang pengumpul di berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Jambi dan petani karet yang secara langsung menjual ke pabrik yang tergabung dalam kelompok tani baik dengan kontrak kemitraan maupun non kemitraan. Pada tabel 15 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pabrik crumb rubber.
49 Tabel 15 Fungsi-fungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pabrik crumb rubber Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Pembelian Petani/PLK/PPD/PPKec Penjualan Ekspor/Domestik Fungsi Fisik Transportasi Penyimpanan Fungsi Fasilitas Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Perbankan Informasi Pasar Petani/PLK/PPD/PPKec/ Ekspor/Domestik Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa PPKec = Pedagang pengumpul kecamatan PLK = Pasar lelang karet Pedagang maupun petani sebagian besar secara langsung menjual bokar ke pabrik, tetapi pada saat waktu pasar lelang karet, utusan pihak pabrik langsung membeli bokar petani di pasar lelang karet tersebut. Pedagang maupun petani yang merupakan pemasok bahan baku biasanya merupakan mitra yang sudah bekerjasama sejak lama dan sudah memiliki ikatan hubungan yang cukup erat sehingga informasi yang diperoleh pedagang maupun petani yang menjual bokar ke pabrik mudah dan cepat. Walaupun mendapat dukungan dana dari hubungan kemitraan dengan buyer luar negeri, pabrik crumb rubber melakukan peminjaman modal, diantaranya berasal dari perbankan untuk meningkatkan jangkauan pasar. Untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh dari pedagang pengumpul yang lingkup lebih sempit, konsumen (buyer) serta dari mekanisme pasar yang terjadi. Adanya hubungan yang sangat kuat terjadi pada pabrik dan konsumen, hal ini terlihat dari cukup tersedianya informasi harga yang diperoleh, disamping itu terdapat jalinan kerjasama antara lembaga pemasaran tersebut dalam permodalan. Pada tabel 16 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang besar Provinsi. Mekanisme Penentuan Harga Secara teknis, penentuan harga karet berdasarkan pada tingkat kualitas karet yang dipasarkan. Kualitas karet meliputi KKK (kadar karet kering), jenis koagulan yang digunakan, dan kebersihan bokar yakni dengan tatal (kotoran kayu, daun dan sebagainya) atau tanpa tatal. Ditingkat eksportir penentuaan harga dilakukan melalui kontrak jual beli antara eksportir dan buyers dengan mengacu pada perkembangan harga pasar dunia yakni bursa perdagangan karet di Singapura Commodity Exchange (SICOM) atau Tokyo Commodity Exchange (TYCOM). Nilai kontrak ekspor biasanya berbasis FOB (free on board) yaitu barang diatas kapal di pelabuhan eksportir. Umumnya kesepakatan harga antara eksportir dengan buyer terjadi melalui sistem tawar-menawar. Selain itu kerjasama yang telah terjalin meningkatkan kepercayaan buyer terhadap nilai harga yang ditetapkan oleh eksportir. Penentuan harga karet ditingkat petani oleh pedagang pengumpul terlihat pada Tabel 16.
50 Tabel 16 Proses Penentuan Harga Karet pada Setiap Lembaga Pemasaran Proses penentuan Lembaga pemasaran Sumber informasi harga harga Petani Pedagang pengumpul, Ditentukan oleh petani lain pedagang pengumpul Pedagang pengumpul desa Pasar lelang karet, pabrik Ditentukan oleh pedagang besar Pedagang pengumpul Pabrik, pasar lokal Ditentukan oleh kecamatan pedagang besar Pedagang besar Provinsi Pabrik, pasar lokal Tawar-menawar, Ditentukan oleh pabrik Pasar lelang Pabrik dan pasar dunia Tawar-menawar Pabrik crumb rubber Pasar dunia, Buyer Tawar-menawar Menurut standar mutu bahan olah karet (SNI), mutu bokar dikatakan baik ditandai oleh: (1) Ketebalan 5 -15 cm; (2) Menggunakan koagulan asam semut/deorub; (3) Lama penyimpanan atau pengeringan rata-rata 2 minggu dengan tidak merendam bokar di dalam air; (4) Kadar Karet Kering (KKK) lebih dari 40 % dan; (5) Bokar tidak tercampur kotoran. Apabila dibandingkan bokar yang dihasilkan petani baik dari syarat-syarat konsistensi maupun kontaminasi dengan standar mutu bokar sesuai SNI tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mutu karet yang dihasilkan petani kurang baik dan petani memperoleh harga yang lebih baik. Pada umumnya kesepakatan harga antara eksportir dan importir terjadi melalui sistem tawar-menawar hal penting menjadi perhatian adalah pembentukan harga sangat dipengaruhi oleh kemampuan eksportir dalam melakukan negosisasi. Hal ini menunjukkan bahwa posisi tawar petani lemah dalam penentuan harga. Analisis Saluran Pemasaran Karet Rakyat Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk melihat perilaku setiap lembaga pemasaran dalam menentukan saluran yang digunakan dalam pemasaran karet. Saluran pemasaran merupakan suatu jaringan dari semua pihak yang terlibat dalam mengalirnya produk atau jasa dari produsen kepada konsumen (Levens, 2010). Saluran pemasaran digunakan karena produsen kekurangan sumberdaya untuk melakukan pemasaran langsung ke tangan konsumen (Levens, 2010). Saluran pemasaran yang dilalui oleh petani sejumlah 5 (lima) jenis saluran yang berbeda. Berdasarkan responden petani (n=100), pedagang pengumpul desa (n=11), pedagang pengumpul kecamatan (n=5), pedagang besar Provinsi (n=3) dapat digambarkan dalam saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang paling banyak dilalui oleh responden adalah saluran 1 sebanyak 40 persen. Saluran pemasaran yang paling sedikit dilalui adalah saluran 5 sebanyak 28 persen. Saluran 5 yakni petani langsung menjual ke pabrik. Saluran ini hanya dapat dilalui oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani dengan volume penjualan yang besar, mutu yang sesuai standar pabrik, adanya kontrak dengan pabrik dan memiliki fasilitas transportasi yang baik dalam pengangkutan. Saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi terlihat pada Gambar 11.
51 Petani 1
4 12%
20% PPDesa
40%
5
PPKec 3
2 36.36%
Pasar Lelang
63.64%
28%
PBProvinsi
Pabrik crumb rubber (Eksportir)
Konsumen Dalam Negeri
Konsumen Luar Negeri
Gambar 11 Saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi
Analisis Kinerja Pasar (Market Performance) Marjin Pemasaran Analisis marjin pemasaran bertujuan untuk melihat perbedaan harga di berbagai tingkat lembaga pemasarn. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat lembaga pemasaran dengan harga yang diterima petani (Tomek dan Robinson, 1990). Marjin disetiap lembaga pemasaran merupakan perbedaan antara harga jual dengan harga beli pada lembaga tertentu. Analisis marjin pemasaran dilakukan mulai dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar Provinsi, pasar lelang karet dan pabrik crumb rubber. Berdasarkan saluran pemasaran yang dilalui petani terlihat bahwa saluran 3 memiliki marjin pemasaran yang lebih tinggi sedangkan saluran 5 memiliki marjin pemasaran terkecil. Analisis farmer share bertujuan untuk melihat seberapa besar bagian harga yag diterima petani dengan harga di konsumen akhir. Farmer share merupakan perbedaan antara harga retail dan margin pemasaran (Kohls dan Uhl, 2002). Terdapat dua cara dalam menghitung farmer share yaitu marketing bill approach dan market basket approach. Marketing bill approach merupakan rasio dari nilai seluruh produksi petani terhadap nilai yang dibayarkan konsumen (Kohls dan Uhl, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di farmer share terbesar diperoleh perani pada saluran 5. Hal ini dikarenakan petani langsung menjual karet ke pabrik sehingga harga jual petani sama dengan harga beli pabrik. Sedangkan farmer share terkecil diperoleh petani pada saluran 3 yaitu sebesar 41.22 persen.
52 Farmer share Berdasarkan saluran pemasaran yang dilalui petani, terlihat bahwa saluran tiga memiliki marjin pemasaran yang lebih tinggi sedangkan saluran lima memiliki marjin pemasaran terkecil. Total marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran tiga, yaitu sebesar Rp 13 330 per kilogram. Besarnya marjin yang dihasilkan untuk tiap saluran pemasaran yang ada ditentukan oleh panjang pendeknya rantai pemasaran dan banyak tidaknya lembaga-lembaga pemasaran yang terkait dalam saluran pemasaran tersebut. Biaya pemasaran yang paling tinggi pada jalur pemasaran karet rakyat yang ada diProvinsi Jambi ditanggung oleh saluran lima, yaitu sebesar Rp 1 510.75 per kilogram. Setiap masing-masing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya untuk pemasaran karet. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran tiga,yaitu sebesar Rp 10 764 per kilogram. Besarnya keuntungan tersebut disebabkan karena pada saluran tiga. Pada Tabel 17 terlihat perbedaan farmer share pada setiap lembaga pemasaran. Tabel 17 Farmer share pada saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi Harga (Rp/kg) Farmer share Saluran Petani Karet Eksportir (%) Saluran 1 11450 22680 50.49 Saluran 2 9600 22680 42.33 Saluran 3 9350 22680 41.22 Saluran 4 9500 22680 41.89 Saluran 5 12900 22680 56.88 Hasil penelitian menunjukkan bahwa di farmer share terbesar diperoleh petani pada saluran 5. Hal ini dikarenakan petani langsung menjual karet ke pabrik sehingga harga jual petani sama dengan harga beli pabrik. Sedangkan farmer share terkecil diperoleh petani pada saluran 3 yaitu sebesar 41.22 persen. Hal ini dikarenakan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran tersebut yakni pedagang pengumpul desa dan pedagang besar Provinsi. Saluran pemasaran yang memberikan manfaat lebih bagi petani yaitu saluran pemasaran 5 (lima). Besarnya total marjin pemasaran dan farmer share dipengaruhi oleh banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran karet pada saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi terlihat pada Tabel 18. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga mulai dari petani sampai pedagang pengumpul tingkat kabupaten pada proses pergerakan bokar Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 19. Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya. Sistem pemasaran secara teknis dikatakan semakin efisien apabila penyebaran rasio keuntungan dan biaya, serta marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran merata. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menyampaikan komoditas karet, yang meliputi biaya pengolahan, biaya transportasi, biaya penanggunga resiko (susut), biaya informasi dan lainnya.
53 Tabel 18 Marjin pemasaran dan farmer share pada pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi Unsur Marjin
Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3
Saluran 4
Saluran 5
Rp/Kg
Rp/Kg
Rp/Kg
Rp/Kg
Rp/Kg
Petani Karet Biaya Pemasaran
235
125
125
165.5
1375
11450
9600
9350
9500
12900
Harga Beli
9600
9350
Biaya Pemasaran
609.5
680
Harga Jual
11460
11670
Keuntungan
1250.5
1640
1860
2320
Harga Jual PP Desa
Marjin Pasar Lelang Karet Harga Beli
11450
11460
Biaya Pemasaran
489.5
565
Harga Jual
13900
13750
Keuntungan
960.5
1725
Marjin
1450
2290
PP Kecamatan Harga Beli
9500
Biaya Pemasaran
604.75
Harga Jual
11900
Keuntungan
1795.25
Marjin
2400
PB Provinsi Harga Beli
11670
11900
540
583.5
Harga Jual
13750
13550
Keuntungan
1540
1266.5
Marjin Pabrik Karet/Eksportir
2080
1850
Biaya Pemasaran
Harga Beli
12900
13750
13175
13550
12900
Biaya Pengolahan
1227
1237.5
1208
1350
1235
Biaya Pemasaran
134
135.75
138
140.5
135.75
Harga Jual
22680
22680
22680
22680
22680
Keuntungan
8419
7556.75
8159
7639.50
8409.25
Marjin
9780
8930
9505
9130
9780
11230
13080
13330
13380
9780
Total Marjin
54 Tabel 19 Biaya pemasaran karet yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tahun 2013 Jumlah biaya Setiap Lembaga Pemasaran (Rp/kg) Biaya Pemasaran PLKa PPD-PLKb PPD-PBc Penyimpanan 15 38 Transportasi 59.5 65 78 Bongkar muat 48 54.5 63 Penanggungan Resiko 289 307 336 Retribusi 57 53 49 Pembiayaan 64 84 Informasi Pasar 36 50 32 Jumlah 489.5 609.5 680 a
Pasar Lelang Karet bPedagang pengumpul desa-pasar lelang karet cPedagang pengumpul desa-pedagang besar Provinsi
Keuntungan pemasaran adalah selisih antara harga jual dengan harga beli yang telah ditambahkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Jika ditinjau dari marjin pemasaran, farmer share maka saluran lima relatif lebih efisien dibandingkan dengan saluran yang lainnya. Selain itu juga dapat dilihat dari harga yang diterima oleh petani karet yang paling besar di antara saluran lainnya yaitu sebesar Rp12 900 per kilogram dan dengan total biaya pemasaran yaitu Rp 1335.8 per kilogram karet pada saluran lima. Saluran 1 dan saluran 5 relatif efisien dibandingkan dengan saluran lainnya dilihat dari total biaya, marjin, dan farmer share. Perbandingan tersebut terlihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20 Harga jual, total biaya, marjin dan Farmer share pemasaran pada masing-masing pola saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi Saluran Hargaa Total Biaya Marjinb FSc pemasaran (Rp/Kg) (Rp/Kg) (%) (%) Saluran 1 11450 858.5 49.51 50.49 Saluran 2 9600 1435.25 57.67 42.33 Saluran 3 9350 1483 58.77 41.23 Saluran 4 9500 1494.3 58.11 41.89 Saluran 5 12900 1335.8 43.12 56.88 a
Di tingkat lembaga pemasaran akhir pada masing-masing saluran pemasaran bPersentase total marjin dari harga di tingkat lembaga pemasaran akhir pada masing-masing saluran pemasaran. c Farmer share
Analisis Integrasi pasar Vertikal Analisis integrasi pasar vertikal bertujuan untuk melihat seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada satu tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga lainnya. Bagaimana harga di pasar lokal dipengaruhi oleh harga di pasar acuan dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dengan harga pada saat ini. Perubahan harga pada pasar lokal dapat disebabkan oleh adanya perubahan marjin pada pasar lokal dan pasar acuan pada waktu yang sebelumnya (lag-time). Analisis integrasi pasar vertikal yang dianalisis yaitu integrasi jangka pendek dan integrasi jangka panjang. Analisis integrasi pasar menggunakan data time series selama Januari 2009-Agustus 2013 dengan jumlah observasi sejumlah 56 observasi. Analisis pertama yaitu hubungan
55 antara petani dengan pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pasar lelang karet dan pabrik analisis integrasi pasar jangka pendek dengan membandingkan koefisien b1 dengan koefisien b3 dalam model Ravallion yg dibangun. Sedangkan analisis integrasi pasar jangka panjang dilakukan dengan melihat nilai koefisien b2 dalam model. Analisis integrasi pasar vertikal setiap lembaga pemasaran terlihat pada Tabel 21. Hasil yag diperoleh yaitu pada jangka pendek dan jangka panjang terlihat bahwa petani memiliki integrasi yang lemah dengan pasar lelang karet namun tidak memiliki hubungan integrasi dengan pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan dan pabrik Hal ini ditunjukkan dengan nilai IMC yang tinggi. Artinya, perubahan harga karet di tingkat pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan dan pabrik pada waktu sebelumnya tidak mempengaruhi harga karet di tingkat petani pada saat ini. Tabel 21 Analisis integrasi pasar vertikal setiap lembaga pemasaran Jangka pendek Long panjang Pasar lokal Pasar acuan Nilai Makna Nilai Makna Tidak Tidak PPDesa 33.83 -0.04 Terintegrasi Terintegrasi Tidak Tidak PPKecamatan 41.05 -0.06 Terintegrasi Terintegrasi Petani Pasar Lelang 3.48 Lemah 0.67 Kuat Tidak Tidak Pabrik 23.59 -0.05 Terintegrasi Terintegrasi Pasar Lelang 3.96 Lemah 0.38 Lemah PPDesa PBProvinsi 3.07 Lemah 0.47 Lemah PPKec PBProvinsi 4.42 Lemah 0.81 Lemah PLK Pabrik Karet 1.93 Lemah 0.64 Kuat PBProvinsi Pabrik Karet 2.71 Lemah 0.84 Kuat
Pengaruh Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Terhadap Pembentukan Harga Karet di Tingkat Petani Analisis struktur pasar meunjukkan bahwa pasar karet ditingkat pabrik cenderung oligopoli sehingga petani menghadapi kondisi pasar oligopsoni pada pemasaran karet. Adanya hambatan masuk pasar menyebabkan terbatasnya jumlah pabrik baru untuk masuk kedalam pasar dan cakupan pasar yang cenderung dikuasai oleh beberapa pabrik besar. Pabrik yang memiliki kapasitas produksi yang cukup besar telah memiliki kerjasama yang baik pada setiap lembaga pemasaran. Hal tersebut menjadikan hambatan bagi perusahaan lain untuk masuk ke dalam pasar karet di Provinsi Jambi. Fakta lain menunjukkan bahwa rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar berada dalam kondisi pasar yang terkonsentrasi dengan tingkat persaingan kecil. Kondisi pasar yang tidak bersaing (oligopsoni) memungkinkan pabrik untuk melakukan kolusi dalam proses penentuan harga. Akibatnya penentuan harga karet didominasi oleh lembaga pemasaran yang memiliki daya tawar yang lebih tinggi. Harga karet tingkat pabrik memiliki pengaruh besar terhadap proses
56 penentuan harga karet di tingkat lembaga pemasaran berikutnya. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi petani karet. Bentuk struktur pasar oligopsoni dan adanya keterikatan permodalan yang dilakukan oleh petani dengan pedagang pengumpul menyebabkan kondisi tawar petani lemah dalam dalam proses penentuan harga dan petani tidak memiliki alternatif lain dalam menyalurkan bokar kepada pedagang pengumpul. Pada sistem pembayaran peinjaman dari pedagang pengumpul, petani akan melunasi pinjaman dengan hasil penjualan bokar oleh petani dan terdapat suatu kewajiban untuk menjual bokar kepada pedagang pengumpul tersebut. Sehingga petani cenderung sebagai penerima harga. Analisis kinerja diamati melalui analisis integrasi pasar vertikal jangka pendek dan jangka panjang pada berbagai level lembaga pemasaran. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan harga di tingkat konsumen (pabrik) pada waktu sebelumnya tidak ditransmisikan dengan baik ke tangan produsen (petani) pada saat ini. Hal ini berakibat pada petani yang tidak menerima perubahan harga karet di tingkat konsumen. Analisis integrasi pasar vertikal baik jangka pendek atau jangka panjang menyimpulkan bahwa petani cenderung sebagai penerima harga (price taker). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa informasi harga yang diterima petani belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya akses informasi atau adanya asymetri information yang terjadi pada pasar di setiap lembaga pemasaran. Selain itu adanya tekanan dari tingkat pemasaran yang lebih tinggi menjadikan harga yang diterima petani tidak terintegrasi dengan harga di pabrik sebagi konsumen akhir baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Implikasi Kebijakan terhadap peningkatan Posisi Tawar Petani Karet Rakyat di Provinsi Jambi Analisis sistem pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi dengan pendekatan structure, conduct dan performance (SCP) memperoleh hasil yaitu analisis struktur pasar menunjukkan bahwa pasar karet ditingkat pabrik karet (eksportir) bersifat oligopoli sehingga petani menghadapi pasar oligopsoni. Adanya kerjasama antar pedagang dan eksportir menyebabkan pedagang dan eksportir cenderung melakukan kolusi dalam proses penentuan harga. Hal ini menyebabkan penentuan harga karet akan didominasi oleh lembaga pemasaran yang memiliki daya tawar yang lebih tinggi. Bentuk struktur pasar oligopsoni dan adanya keterikatan permodalan yang dilakukan petani dengan pedagang pengumpul menyebabkan posisi tawar petani lemah dalam proses penentuan harga dan petani lebih memilih memasarkan karet melalui pedagang pengumpul. Kondisi pasar yang diharapkan untuk mencapai pasar yang efisien adalah adanya kekuatan tawar yang relatif sama antara pembeli (pedagang) dengan penjual (petani). Sehingga, perubaan harga yang terjadi di pasar karet secara agregat dapat di transfer ke tingkat petani. Salah satu alternatif untuk meningkatkan posisi tawat petani dalam proses penentuan harga yaitu melalui perbaikan mutu bokar yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan program pemberdayaan petani yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Sehingga perkembangan kebutuhan pasar segera di respon oleh petani. Kondisi struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar begitu pula sebaliknya. Perilaku