48
6 AKTIVITAS DAN FASILITAS
6.1 Aktivitas PPI
Perkembangan aktivitas kepelabuhanan di PPI Cituis didasarkan kepada fungsi pelabuhan perikanan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada pasal 41A ayat 2. Pasal ini mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan lingkungan. Aktivitas yang dimaksud antara lain: 1) Pelayanan administrasi tambat dan labuh kapal perikanan PPI Cituis memiliki kolam pelabuhan yang terbentuk secara alami karena merupakan bagian dari sungai. Tempat ini digunakan kapal-kapal perikanan untuk bertambat dan berlabuh. Di PPI Cituis terdapat dermaga yang seharusnya digunakan kapal-kapal perikanan untuk bersandar, berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapannya akan tetapi dermaga tersebut digunakan juga untuk bersandarnya kapal penumpang yang akan pergi ke Pulau. Jumlah rata-rata kapal ikan yang berlabuh di PPI Cituis sekitar 300 unit per harinya. Banyaknya kapal yang bertambat dan berlabuh menyebabkan kolam pelabuhan menjadi sempit dan terbatasnya ruang gerak kapal. Kapal yang akan mendaratkan hasil tangkapan harus mengantri dan kesulitan untuk keluar kembali melaut. Kondisi kolam pelabuhan di PPI Cituis sangat sempit dan kurang dalam. Kedalaman kolam hanya 1,25 m yang disebabkan oleh pendangkalan yang menyebabkan kapal-kapal besar (5-20 GT) kesulitan untuk bertambat dan berlabuh di pelabuhan. Kapal yang masuk ke PPI Cituis diperiksa oleh pihak syahbandar terutama kapal pendatang. Pemeriksaan dilakukan terhadap dokumen kapal, barang-barang muatan, Surat Persetujuan Berlayar, Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), Surat Penangkapan Ikan (SPI), Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) dan Pass Biru. Fasilitas yang digunakan oleh kapal yang bersandar dan berlabuh di PPI Cituis antara lain dermaga dan kolam pelabuhan. Adapun alat bantu yang digunakan yaitu tali tambang yang diikatkan pada bambu-bambu yang sengaja ditanam di kolam pelabuhan yang dangkal.
49
2) Pelayanan bongkar muat Kapal yang melakukan kegiatan bongkar muat di dermaga sebanyak 8 unit/hari (9,52%), namun sebagian besar dilakukan di tepi kolam pelabuhan yaitu sebanyak 76 unit/hari (90,48%). Kapal yang bertambat tidak lain untuk membongkar hasil tangkapan, memuat perbekalan (solar, es, air tawar dan konsumsi nelayan) maupun untuk beristirahat. Kapal ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya dimulai pada pukul 06.00 WIB. Ikan yang didaratkan tidak semuanya dilelang di TPI. Proporsi ikan yang dilelang sebesar 45% dan ikan yang tidak dilelang sebesar 55%. Ikan yang akan dilelang dibawa ke TPI sedangkan ikan yang tidak dilelang telah dipesan oleh nelayan pengumpul atau “nelayan box” sebelum ikan tersebut didaratkan. Nelayan yang menjual hasil tangkapannya ke nelayan box bukan merupakan anggota KUD Mina Samudera sebaliknya nelayan yang melelang hasil tangkapannya di TPI merupakan anggota KUD Mina Samudera. Nelayan yang menjual hasil tangkapan ke nelayan box adalah nelayan pancing ulur dan rampus. Proses pendaratan meliputi pembongkaran dan pengangkutan ikan ke TPI. Sebelumnya ikan telah disortir di atas kapal. Ikan-ikan yang didaratkan berasal dari kapal ikan lokal maupun pendatang. Setelah kapal merapat di kolam pelabuhan, nelayan langsung membongkar hasil tangkapannya dari palkah ke dalam keranjang. Ikan tersebut dimasukkan dengan menggunakan tangan atau serok. Keranjang yang telah dipenuhi ikan dibawa ke TPI dengan tenaga manusia. Jumlah kapal rata-rata yang berlabuh di PPI Cituis setiap harinya sekitar 300 unit. Banyaknya jumlah kapal tersebut mengakibatkan kesulitan untuk bertambat dan berlabuh. Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar hasil tangkapan bervariasi. Rata-rata nelayan gardan membongkar hasil tangkapannya selama 6-7 jam untuk rata-rata 1.300 kg dan untuk nelayan rampus dan pancing ulur selama 1-2 jam untuk rata-rata 700 kg. Kendala yang dihadapi kapal ikan yang akan membongkar hasil tangkapan adalah banyaknya kapal di kolam pelabuhan dan dangkalnya kolam pelabuhan yang menyebabkan proses bongkar muat terganggu. Kapal mempersiapkan perbekalan melaut di tepi kolam pelabuhan. Perbekalan tersebut antara lain kebutuhan es, air bersih, solar dan konsumsi. Kebutuhan es diperoleh dari bakul dengan harga Rp 13.000,00/balok. Es tersebut digunakan
50
nelayan untuk menjaga mutu dan kesegaran ikan. Kebutuhan air tawar diperoleh dari instalasi air tawar dan kebutuhan solar diperoleh dari SPDN yang dikelola KUD Mina Samudera. Harga satu liter solar adalah Rp 4.500,00. Kebutuhan solar untuk kapal dengan trip mingguan adalah 500 sampai 800 liter, sedangkan kapal dengan trip harian adalah 10-70 liter. Air tawar dan solar tersebut masing-masing dibawa menggunakan drum karena jaraknya cukup jauh dari kolam pelabuhan. 3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan Pelaksanaan pembinaan mutu di PPI Cituis dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pembinaan ini diberikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi nelayan dan para pengguna jasa pelabuhan. Melalui pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pengolah mengetahui jenis hasil tangkapan yang layak dan tidak layak dikonsumsi; tata cara pengolahan hasil perikanan yang memenuhi standar mutu dan keuntungan hasil perikanan yang bermutu tinggi. Pengolahan memegang peranan penting untuk memberikan nilai tambah pada ikan. Pengolahan ikan juga berfungsi agar harga ikan minimum dapat dipertahankan (tetap stabil), seperti saat musim ikan dimana harga ikan minimum menjadi murah dan saat paceklik harga ikan menjadi mahal (Sumiati, 2008). Jenis pengolahan hasil perikanan yang dilakukan di PPI Cituis adalah pengasinan. PPI Cituis terkenal dengan produk ikan segar dan ikan asin. Aktivitas pengolahan ikan dilakukan di sekitar TPI. Ikan-ikan yang diolah berasal dari ikan yang didaratkan oleh nelayan. Ikan yang diolah adalah ikan-ikan yang tidak laku terjual dan ikan yang kurang segar. Ikan tersebut antara lain ikan pepetek (Leiognathidae), kuniran (Upeneus sulphureus), teri (Stelophorus spp), selar (Caranx bucculentus), kurisi (Namipterus spp), bilis (Pollachius pollachius), tembang (Sardinella gibbosa), layur (Trichiurus lepturus), tongkol (Euthynnus affinis) dan beloso (Saurida spp). Hasil ikan olahan dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di Tangerang dan di luar kota seperti Pasar Cikokol, Kemis, Cikupa, Sepatan, Rangkas Bitung dan Tanah Tinggi. 4) Pemasaran dan distribusi ikan Menurut Kotler (1992), terdapat empat macam saluran pemasaran barang konsumsi dengan panjang yang berbeda yaitu saluran nol tingkat, satu tingkat, dua tingkat dan tiga tingkat. Saluran pemasaran di PPI Cituis terdiri atas saluran nol
51
tingkat, satu tingkat dan tiga tingkat (Gambar 6). Saluran pertama (nol tingkat), ikan hasil tangkapan langsung dijual oleh nelayan ke konsumen. Konsumen tersebut merupakan nelayan pengolah yang merupakan pelanggan. Saluran kedua (satu tingkat), ikan hasil tangkapan dijual ke bakul melalui proses lelang. Selanjutnya saluran ketiga (tiga tingkat), ikan hasil tangkapan dijual ke agen. Agen tersebut memperoleh ikannya dari TPI dan juga langsung dari nelayan. Ikan hasil tangkapan yang diperoleh dari nelayan merupakan ikan-ikan yang terlebih dahulu dipesan dan jumlahnya sedikit. Agen menjual ikan tersebut ke pedagang besar lalu dijual kembali ke pegadang kecil dan terakhir dijual ke konsumen. Gambar 6 di bawah ini menunjukkan bahwa saluran pemasaran terpendek adalah saluran pertama dimana pemasaran dilakukan oleh nelayan langsung ke konsumen sedangkan saluran pemasaran terpanjang adalah saluran ketiga yaitu pemasaran melalui TPI yang dijual ke agen.
Nelayan
TPI/Bakul
Agen
Konsumen
Pedagang besar
Pedagang kecil
Keterangan: Saluran pertama (nol tingkat) Saluran kedua (satu tingkat) Saluran ketiga (tiga tingkat) Sumber: Hasil wawancara, 2009
Gambar 6 Saluran pemasaran ikan di PPI Cituis. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Cituis dipasarkan melalui pelelangan ikan. Agar mendapatkan harga jual yang tinggi hasil tangkapan yang dilelang harus memiliki kualitas yang baik dan segar. Harga jual tersebut akan berpengaruh pada pendapatan nelayan. Proses pelelangan ikan di PPI Cituis (Gambar 7) adalah sebagai berikut: a) Nelayan pemilik yang telah memperoleh hasil tangkapan melaporkan jumlah hasil tangkapannya kepada KUD Mina Samudera. Sebagai pengelola TPI,
52
KUD Mina Samudera mempertemukan antara nelayan pemilik dengan bakul (peserta lelang). Kegiatan lelang hanya diikuti oleh anggota koperasi yang aktif. Dalam kegiatan pelelangan ikan, pihak yang ikut serta dalam kegiatan tersebut antara lain juru lelang, juru bakul dan nelayan pemilik. Kegiatan lelang diawali dengan pengumuman dari juru lelang yang menyebutkan jenis, ukuran, berat dan nama pemilik ikan. Selama kegiatan tersebut, juru lelang memimpin proses lelang hingga menunggu pemenang lelang dengan harga penawaran tertinggi. Proses lelang berakhir apabila telah ditetapkan nama pemenang lelang (bakul). b) Setelah diumumkan nama pemenang lelang, maka nelayan pemilik dan pemenang lelang mengambil karcis yang disediakan oleh KUD. Pada karcis tersebut tercantum nama nelayan, nama pemenang lelang (bakul), berat dan jenis ikan serta jumlah harga yang harus dibayar oleh pemenang lelang. Pemenang lelang dan nelayan pemilik mengisi form pelelangan. Pemerintah Daerah menetapkan besarnya retribusi jasa pelelangan sesuai dengan Perda No. 18-19 Tahun 2002 yaitu sebesar 2% kepada nelayan pemilik dan 3% kepada pemenang lelang. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa berdasarkan kesepakatan antara nelayan, bakul dan KUD Mina Samudera maka nelayan pemilik harus menambah retribusi sebesar 3% yang digunakan sebagai tabungan dana paceklik dan biaya sosial (biaya pengobatan apabila mengalami kecelakaan dan pesta rakyat tahunan). Pemenang lelang (bakul) juga harus menambah retribusi sebesar 2% yang digunakan sebagai tabungan. Dengan demikian retribusi yang diterima oleh TPI dari nelayan dan pedagang masing-masing sebesar 5%. Setelah kedua belah pihak sepakat, maka dilakukan transaksi pembayaran di kasir kantor TPI dengan disaksikan oleh pihak KUD. Selanjutnya uang hasil pelelangan diserahkan kepada bendahara KUD Mina samudera. c) Pemenang lelang sering menumpuk ikan yang dibeli di lantai gedung TPI untuk menunggu konsumen yang membeli ikan-ikan tersebut.
53
Gambar 7 Proses pelelangan ikan di TPI. Kegiatan lelang di PPI Cituis dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00 WIB, 10.00 WIB dan 13.00 WIB. Proses pelelangan ikan di PPI Cituis secara teknis telah terlaksana dengan lancar. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses lelang adalah cara penempatan ikan, kebersihan lantai TPI dan penanganan ikan. Ikan-ikan yang dilelang hanya diletakkan di atas lantai yang kotor sehingga menyebabkan kualitas dan harga ikan turun. Pemberian es yang kurang juga menjadi penyebab turunnya kualitas dan harga ikan. Ikan yang dijual melalui proses lelang selanjutnya didistribusikan ke daerah pemasaran di Kabupaten Tangerang (Pasar Pakuhaji, Karawaci, Baru Tangerang, Cikokol, Sepatan, Mauk, Kampung Melayu, Kota Bumi dan Tanah Tinggi); Banten; Pasar Caringin (Bandung); Pasar Carefour dan sebagian dipasarkan ke agen-agen sekitar gedung TPI. Daerah yang menjadi tujuan utama distribusi adalah Karawaci. Jenis ikan segar yang dominan didistribusikan antara lain ikan kuwe (Caranx spp), ikan selar (Caranx bucculentus), ikan pepetek (Leiognathidae), ikan pari (Trigonidae), ikan kurisi (Nemipterus), ikan tiga waja (Johnius dussumieri) dan ikan biji nangka (Upeneus sulphureus). Ikan-ikan tersebut dimasukkan ke dalam box berpendingin ukuran 40 kg dan diberi penanganan dengan cara pemberian es sehingga dapat memperlambat proses kemunduran mutu ikan. Pendistribusian ikan dilakukan melalui jalur darat dengan menggunakan mobil pick up berpendingin dan motor yang mampu membawa hasil tangkapan sampai 200 kg.
54
5) Pengumpulan data hasil tangkapan dan hasil perikanan lainnya Proses pengumpulan data hasil tangkapan dan hasil perikanan lainnya hanya melalui proses lelang ikan di TPI. Pengumpulan data hasil perikanan dan hasil perikanan lainnya dilakukan oleh KUD Mina Samudera. Data hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Cituis tercatat di KUD Mina Samudera dan merupakan data ikan yang dilelang di TPI. Ikan yang didaratkan di PPI Cituis tidak semuanya dilelang ke TPI. Proporsi ikan yang dilelang adalah 45% dan yang tidak dilelang adalah 55%. Ikan yang akan dilelang dibawa ke TPI sedangkan ikan yang tidak dilelang sudah dibeli oleh nelayan pengumpul atau “nelayan box”. Ikan tersebut telah dipesan sebelum ikan didaratkan. Adanya nelayan box tersebut, pihak pelabuhan hanya dapat memantau dan menganjurkan agar ikan yang tidak dilelang agar dilelang di TPI. Namun anjuran tersebut tidak dihiraukan oleh nelayan. Pihak pelabuhan tidak melakukan pengumpulan data ikan yang dijual di nelayan box. Nelayan yang menjual hasil tangkapannya ke nelayan box tidak dilaksanakan di TPI karena nelayan tersebut bukan merupakan anggota KUD Mina Samudera. Nelayan yang melelang hasil tangkapannya sebagian besar (45%) merupakan anggota KUD Mina Samudera. 6) Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan Kualitas sumberdaya nelayan di PPI Cituis dikategorikan rendah. Rata-rata tingkat pendidikannya adalah Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingkat pendidikan ABK dan nelayan pemilik berbeda. ABK rata-rata merupakan lulusan SD sedangkan nelayan pemilik lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Melihat kondisi pendidikan nelayan yang rendah, pihak pelabuhan melaksanakan penyuluhan dan pengembangan kepada masyarakat nelayan. Penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan ini diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dalam kegiatan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan ini, nelayan memperoleh pengetahuan tentang cara menangkap ikan yang baik dan benar; alat tangkap yang produktif dan yang dilarang; cara penanganan hasil tangkapan dan teknologi penangkapan yang efisien dan efektif. Selain penyuluhan, dilakukan pelatihan-pelatihan yang
55
dimaksudkan nelayan mengerti apa yang diberikan oleh pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. 7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan Kegiatan operasional kapal perikanan di PPI Cituis selama delapan tahun terakhir mengalami peningkatan. Dahulu, nelayan menangkap ikan dengan fishing ground yang tidak jauh dari pelabuhan (fishing base). Namun sekarang nelayan menangkap ikan sampai ke daerah luar pulau Jawa, yaitu Lampung dan sekitar Pulau Sumatera. Teknologi dalam menangkap ikan pun meningkat. Nelayan telah menggunakan fish finder untuk mempermudah menemukan daerah penangkapan ikan. Penggunaan fish finder ini dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. Namun nelayan harus mengeluarkan dana operasional yang tinggi untuk menangkap ikan dengan jarak jauh. Operasional kapal perikanan terdiri atas kegiatan pendaratan hasil tangkapan dan pemenuhan perbekalan melaut. Kegiatan pendaratan hasil tangkapan selama delapan tahun terakhir yaitu tahun 2001-2008 dapat dilihat dari frekuensi kunjungan kapal di PPI Cituis. Sejak tahun 2001-2008, jumlah kapal yang masuk ke PPI Cituis mengalami peningkatan. Jumlah kapal yang masuk ke pelabuhan tahun 2008 hampir dua kali jumlah kapal yang masuk ke pelabuhan tahun 2001. Semakin meningkatnya jumlah kapal yang masuk ke pelabuhan menunjukkan bahwa nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan tersebut puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan. Hal ini juga mempengaruhi produksi hasil tangkapan di PPI Cituis. Dalam satu hari, proses pendaratan hasil tangkapan sebagian kecil (9,52% atau 8 unit kapal) dilakukan di dermaga dan sebagian besar (90,48% atau 76 unit kapal) dilakukan di pinggiran kolam pelabuhan. Terganggunya kegiatan pendaratan ikan ini disebabkan terbatasnya luas kolam pelabuhan, banyaknya jumlah kapal yang berlabuh dan bertambat tidak sebanding dengan panjangnya dermaga bongkar muat. Sistem pendaratan ikan di PPI Cituis adalah dengan metode antrian dimana kapal yang pertama datang dapat melakukan proses pendaratan ikan. Namun karena banyak nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pinggir kolam, maka tidak terjadi antrian yang panjang. Pembongkaran hasil tangkapan dilakukan harian dan mingguan. Nelayan harian melakukan pembongkaran di dermaga dan sebagian besar di pinggir kolam,
56
sedangkan nelayan mingguan (gardan), dalam sehari hanya ada dua kapal yang dapat melakukan bongkar muat dan kapal lainnya harus mengantri dihari berikutnya. Proses pengantrian ini mempengaruhi kualitas hasil tangkapan. Oleh karena itu, nelayan dengan trip mingguan harus menyediakan jumlah es lebih banyak. Sarana yang digunakan untuk melakukan proses pendaratan ikan antara lain keranjang, ember plastik dan papan luncur. Tenaga kerja yang melakukan kegiatan bongkar ikan adalah ABK. Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan di PPI Cituis berbeda-beda untuk tiap kapal. Aktivitas pembongkaran untuk trip harian dilakukan selama 1-2 jam, sedangkan untuk nelayan mingguan dilakukan selama 6-7 jam. Semakin banyak jumlah hasil tangkapan yang didaratkan, maka proses pembongkaran ikan juga semakin lama. Kegiatan pemenuhan perbekalan melaut melalui pengisian bakan bakar, air tawar, es dan konsumsi nelayan. Nelayan mengisi kebutuhan solar di SPDN (23,90%) dan sebagian besar (76,10%) membeli di bakul. Rata-rata nelayan yang membeli solar di SPDN adalah anggota dari KUD Mina Samudera, namun nelayan yang bukan anggota juga ada yang membeli di SPDN. Sementara itu, untuk pembelian solar di SPDN harus dilakukan secara tunai sehingga banyak nelayan yang membeli solar di bakul yang dapat dibayar secara kredit. Nelayan yang membeli solar di bakul disebabkan kekurangan dana untuk melaut. Nelayan tersebut membeli solar dengan cara berhutang dan dibayar setelah mendapatkan keuntungan dari hasil tangkapan yang didaratkan. Selain itu, jumlah kapasitas solar di SPDN tidak dapat memenuhi kebutuhan solar semua unit penangkapan ikan di PPI Cituis. Kebutuhan air tawar untuk melaut, nelayan dapatkan dari instalasi air tawar yang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Selain itu ada juga nelayan yang membeli air tawar di bakul-bakul. Nelayan membeli es di depot sekitar pelabuhan. Harga satu balok es sekitar Rp 12.000,00 sampai Rp 13.000,00. Depot es tersebut berjumlah 4 unit yang tersebar di sekitar pelabuhan. Kebutuhan konsumsi nelayan untuk melaut diperoleh dari warung-warung atau kedai pesisir yang ada di pelabuhan. 8) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan Potensi sumberdaya perikanan di laut sangat berlimpah, sehingga banyak nelayan yang memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan cara melakukan
57
penangkapan ikan. Semakin tinggi aktivitas penangkapan ikan maka sumberdaya ikan dapat cepat habis, sehingga perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan. Selama delapan tahun terakhir, pihak pelabuhan tidak melakukan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa nelayan dibebaskan untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya dan dibebaskan menangkap ikan di daerah fishing ground manapun sesuai dengan kemampuan masing-masing. Selama ini belum pernah terjadi illegal fishing karena belum ada data yang menyebutkan bahwa nelayan PPI Cituis melakukan kegiatan penangkapan yang dilarang. Namun saat ini keadaan terumbu karang di sekitar Pulau Seribu telah menjadi rusak. Sehingga pihak pelabuhan harus melakukan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan. 9) Pelaksanaan kesyahbandaran Syahbandar merupakan pejabat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan Laut. Syahbandar memiliki fungsi, tugas dan wewenang. Syahbandar memiliki fungsi keselamatan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Bab XI Syahbandar Pasal 208 antara lain mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan; mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran; mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan, mengawasi kegiatan pekerjaan bawah air dan salvage; mengawasi kegiatan penundaan kapal; mengawasi pemanduan; mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan beracun, mengawasi pengisian bahan bakar; mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang; mengawasi pengerukan dan reklamasi; mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan, melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan;
memimpin
penanggulangan
pencemaran
dan
pemadaman
kebakaran di pelabuhan dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim. Wewenang syahbandar tercantum pada pasal 209 yaitu mengkoordinir seluruh kegiatan pemerintahan di pelabuhan; memeriksa dan menyimpan surat, dokumen dan warta kapal; menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan; melakukan
pemeriksaan
kapal;
menebitkan
Surat
Persetujuan
Berlayar;
58
melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal; menahan kapal atas perintah pengadilan dan melaksanakan sijil awak kapal. Berdasarkan fungsi, tugas dan wewenang syahbandar yang tercantum pada Undang-Undang No. 17 tentang Pelayaran Bab XI Syahbandar, syahbandar di PPI Cituis belum bekerja secara optimal. Fungsi, tugas dan wewenang yang dilaksanakan adalah memeriksa kapal pendatang, Surat Persetujuan Berlayar, Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), Surat Penangkapan Ikan (SPI), Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), Pass Biru dan barang-barang muatan serta mengurus perizinan kapal penangkap ikan yang beroperasi. Namun sebagian besar (75%) kapal penangkap ikan tidak memiliki Surat Persetujuan Berlayar, SIUP, SPI, SIKPI dan Pass Biru. Kapal tersebut melakukan operasi penangkapan ikan tanpa memiliki surat izin penangkapan yang syah dari syahbandar. Kapal yang memiliki Pass Biru, SIUP dan SIB/Surat Persetujuan Berlayar sekitar 25% dari total kapal yang ada di PPI Cituis. Penyebab masih banyaknya kapal yang tidak memiliki Pass Biru, SIUP dan SIB/Surat Persetujuan Berlayar karena biaya dan proses pengurusan yang berbelit-belit. Cara pengurusan Surat Persetujuan Berlayar, Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Penangkapan Ikan (SPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) terdapat pada Lampiran 11. Selama delapan tahun terakhir, pihak syahbandar tidak mengawasi keselamatan dan keamanan nelayan saat melaut. 10) Pelaksanaan fungsi karantina ikan; Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Cituis adalah ikan segar. Ikan-ikan tersebut dijual dalam bentuk ikan segar dan ikan olahan. Ikan itu dipasarkan dan didistribusikan ke daerah lokal, sehinggga tidak dilaksanakan fungsi karantina ikan untuk diekpor. 11) Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan Pelaksanaan publikasi hasil riset kelautan dan perikanan di PPI Cituis belum dilaksanakan. Informasi kelautan dan perikanan kepada nelayan hanya dari penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang.
59
12) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari Di sekitar PPI Cituis tidak terdapat daerah wisata bahari, sehingga pihak pelabuhan tidak melaksanakan pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari. Pihak pelabuhan hanya melakukan pemantauan di sekitar pelabuhan. 13) Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan dan ketertiban, kebakaran dan pencemaran) Lingkungan di sekitar daerah pelabuhan terlihat kurang baik. Dilihat dari faktor kebersihan, masih banyak sampah yang terapung di kolam pelabuhan. Keadaan kolam pelabuhan sangat kotor dan banyak sampah. Banyak nelayan yang membuang sampah dan limbah kapal ke kolam pelabuhan. Selain itu, di sekitar TPI masih banyak pedagang yang membuang potongan-potongan ikan dan air pencucian di sekitar TPI. Di sekitar pelabuhan jarang ditemukan tempat sampah, sehingga banyak nelayan dan pengguna jasa pelabuhan yang membuang sampah sembarangan. Keamanan dan ketertiban di PPI Cituis masih dapat dikendalikan. Namun untuk ketidaktertiban dalam melakukan kegiatan bongkar ikan masih terjadi karena nelayan melakukan bongkar ikan di pinggir kolam. Selama delapan tahun terakhir belum pernah terjadi kebakaran, karena pihak pelabuhan selalu memantau keadaan dan keselamatan di pelabuhan. Pencemaran di sekitar pelabuhan terjadi di kolam pelabuhan, TPI dan tempat pengolahan ikan asin. Di sekitar TPI, banyak pedagang dan pengguna TPI yang membuang air bekas pencucian ikan sembarangan sehingga terjadi penggenangan air di sekitar TPI. Selain itu para pengolah ikan membuang air bekas perendaman ikan di sekitar pelabuhan sehingga terjadi pencemaran air dan menimbulkan bau tidak sedap. Terjadinya beberapa peristiwa di atas, pihak pelabuhan sering melakukan peneguran dan himbauan agar selalu menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban, mencegah kebakaran dan pencemaran. Namun nelayan, pedagang dan pengguna jasa pelabuhan tidak menghiraukan teguran dan himbauan pihak pelabuhan. Nelayan, pedagang dan pengguna jasa pelabuhan tersebut masih membuang sampah dan limbah di kolam pelabuhan, membuang air bekas perendaman di sembarang tempat, tidak tertib dalam melakukan aktivitas pembongkaran ikan dan membuang sisa potongan ikan dan air bekas pencucian ikan di TPI.
60
6.2 Fasilitas PPI
Tingkat operasional suatu pelabuhan perikanan dipengaruhi oleh fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan tersebut. Fasilitas tersebut digunakan untuk melaksanakan segala aktivitas di pelabuhan. Fasilitas yang dimiliki PPI Cituis terdiri dari fasilitas pokok, fungsional dan tambahan. Penjelasan dari masingmasing fasilitas di PPI Cituis adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas Pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan yang berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok yang dimiliki PPI Cituis antara lain dermaga, kolam pelabuhan, breakwater dan mercusuar. (a) Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut (Lubis, 2006). Dermaga di PPI Cituis dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang. Dermaga tersebut memiliki kondisi yang sempit namun dalam keadaan baik (Gambar 8). Fasilitas pokok ini terbuat dari kayu dengan panjang 25,82 m dan lebar 7,96 m. Jarak dermaga ke TPI cukup jauh. Jauhnya jarak dermaga dengan TPI menyebabkan proses pengangkutan hasil tangkapan terganggu. Dermaga tersebut merupakan dermaga transportasi yang digunakan oleh kapal pengangkut penumpang untuk bersandar dan mengantarkan penumpangnya ke Pulau Tidung, Pulau Panggang, Pulau Pari, Pulau Pancang atau Pulau Payung. Nelayan melakukan kegiatan bongkar muat hasil tangkapan di tepi kolam pelabuhan yang dangkal dan dekat dengan TPI. Penyebab nelayan melakukan kegiatan bongkar di tepi perairan karena nelayan memilih tempat yang lebih dekat dengan TPI untuk melakukan kegiatan bongkar hasil tangkapan. Selain itu karena dermaga di PPI Cituis digunakan oleh kapal pengangkut penumpang menyebabkan jumlah kapal yang melakukan bongkar muat di dermaga rata-rata hanya 8 kapal setiap harinya.
61
Gambar 8 Dermaga pendaratan di PPI Cituis. (b) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan berfungsi sebagai alur pelayaran dan sebagai kolam putar (Lubis, 2006). Kolam pelabuhan PPI Cituis yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang merupakan bagian dari sungai yang memiliki luas 25.000 m2 dengan ukuran panjang 1000 m dan lebar 25 m (Gambar 9). Kedalaman kolam PPI Cituis hanya 1,25 m karena terjadi pendangkalan sehingga kapal-kapal berukuran 5-20 GT sulit bertambat dan berlabuh di kolam pelabuhan. Banyaknya jumlah kapal yang berlabuh di dermaga mengakibatkan kolam pelabuhan menjadi sempit sehingga kapal kesulitan untuk memutar (turning basin). Selain itu kapal yang melakukan bongkar harus antri sehingga ruang gerak kapal yang akan berlayar menjadi terbatas. Kondisi kolam PPI Cituis dalam keadaan kotor dan banyak sampah.
Gambar 9 Kolam PPI Cituis.
62
(c) Breawater Breakwater PPI Cituis dikelola oleh KUD Mina Samudera.
Fasilitas ini
berjumlah 3 buah dengan ukuran panjang masing-masing 500 m dan lebar 1,5 m. Breakwater ini terbuat dari tumpukan batu-batu dan berfungsi untuk melindungi daerah sekitar pantai pelabuhan dari pengaruh gelombang laut. Kondisi breakwater dalam keadaan baik (Gambar 10).
Gambar 10 Breakwater. (d) Alat bantu navigasi Alat bantu navigasi yang terdapat di PPI Cituis adalah mercusuar yang terletak di dekat ujung pantai. Mercusuar ini berukuran tinggi 12 m dan berjumlah 1 buah (Gambar 11). Mercusuar ini dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang dan berfungsi untuk memberitahu dan membimbing kapal agar terhindar dari bahaya (seperti karang dan pendangkalan) serta memberi penerangan saat malam hari ketika kapal mendekati pelabuhan. Namun kondisi mercusuar saat ini dalam keadaan rusak dan tidak berfungsi
Gambar 11 Mercusuar PPI Cituis.
63
2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan (Lubis, 2006). Fasilitas fungsional yang ada di PPI Cituis antara lain TPI, tempat penjemuran ikan, bengkel, instalasi air tawar, instalasi listrik, Solar Packed Dealer Nelayan, tempat pengolahan ikan dan depot es. (a) Tempat pelelangan Ikan (TPI) Gedung TPI dikelola oleh KUD Mina Samudera dengan luas bangunan 290,62 m2. Di dalam gedung TPI terdapat kantor, ruang peralatan, tempat kasir, mushola, toilet, ruang juru tulis dan ruang lelang (Gambar 12). Perbandingan antara ruang lelang dengan gedung lelang adalah 71:100. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi TPI bersih namun kondisi di sekitarnya kotor dan terdapat genangan air. Selain itu konstruksi lantai TPI dibuat tidak miring. Meskipun demikian, faktor kebersihan di TPI selalu dijaga oleh petugas TPI. Petugas membersihkan lantai TPI 2 kali sehari, yaitu pukul 12.00 dan 17.00 setelah proses lelang selesai.
Gambar 12 Aktivitas penjualan ikan di TPI Cituis. Alat-alat yang ada di TPI PPI Cituis antara lain basket, microphone, toa, timbangan, meja tulis, alat tulis, kursi, komputer, ember, fiber, styrofoam dan box ikan. Kegiatan lelang di PPI Cituis aktif dilakukan setiap harinya. Kegiatan lelang dilaksanakan 3 kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00 WIB, 10.00 WIB dan 13.00 WIB. Dalam proses pengembangan di PPI Cituis, gedung TPI akan dipindahkan
64
ke dekat pantai agar proses pengangkutan hasil tangkapan lebih mudah karena jaraknya lebih dekat dengan dermaga. (b) Tempat penjemuran ikan PPI Cituis memiliki areal untuk menjemur ikan dengan luas 4000 m2. Areal ini digunakan untuk menjemur ikan olahan. Tempat penjemuran ini dikelola oleh KUD Mina Samudera. Kondisi tempat penjemuran ikan digenangi air sehingga sering menimbulkan bau busuk (Gambar 13).
Gambar 13 Tempat penjemuran ikan. (c) Bengkel Bengkel yang terdapat di PPI Cituis berfungsi dan dikelola oleh perseorangan (Gambar 14). Kondisi bengkel dalam keadaan baik dan dilengkapi dengan alatalat yang cukup lengkap. Bengkel tersebut terletak di pinggir jalan utama PPI Cituis dengan luas 20 m2. Fungsi dari bengkel ini adalah untuk memperbaiki mesin kapal. Rata-rata mesin kapal yang diperbaiki adalah kapal motor berukuran <20 GT.
Gambar 14 Bengkel.
65
(d) Instalasi air tawar Instalasi air tawar di PPI Cituis berfungsi dan kondisinya dalam keadaan baik. Instalasi air ini dikelola oleh KUD Mina Samudera yang lokasinya berdekatan dengan areal penjemuran ikan. Instalasi air tesebut terdiri dari 1 tangki dengan sumber air berasal dari sumur yang memiliki kapasitas 20 liter/drum (Gambar 15). Air tawar digunakan untuk kegiatan pelelangan seperti mencuci lantai TPI dan mencuci ikan, kegiatan perbekalan, mandi dan mencuci.
Gambar 15 Instalasi air tawar. (e) Instalasi listrik Listrik yang ada di PPI Cituis bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kapasitas daya listrik yaitu 1.300 watt. Kondisi instalasi listrik dalam keadaan baik namun terkadang di PPI Cituis terjadi pemadaman listrik. (f) Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) Stasiun bahan bakar di PPI Cituis dikenal dengan SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan). SPDN di PPI Cituis yang dikelola oleh KUD Mina Samudera memiliki 2 unit tangki dan 25 drum (Gambar 16). Kapasitas dari tangki adalah 8000 liter/tangki dan 220 liter/drum. Solar dipasok dari Pertamina Cilegon dengan frekuensi pengiriman kurang lebih 6 kali dalam sebulan. Dalam
setiap
pengiriman, volume solar yang dikirim sama dengan kapasitas dari tangki yaitu 16.000 liter atau dua tangki. Peralatan yang terdapat di SPDN antara lain mesin alkon (digunakan untuk menyedot solar dari tangki ke tangki), dispenser (untuk mengecor solar) dan gerobak (untuk mengangkut solar ke dermaga). Kondisi SPDN berfungsi dalam keadaan baik.
66
Fungsi dari SPDN adalah untuk menyediakan kebutuhan solar bagi nelayan yang digunakan untuk mengoperasikan kapal penangkap ikan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu Rp 4.500,00/liter. Nelayan melakukan pembelian solar dengan cara tunai.
Gambar 16 Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) PPI Cituis. (g) Tempat pengolahan ikan Tempat pengolahan ikan di PPI Cituis berfungsi namun kondisinya kotor (Gambar 17). Tempat ini memiliki luas 90 m2 dan dikelola oleh perseorangan. Hasil tangkapan yang kurang segar dan tidak laku terjual diolah oleh pengolah untuk dijadikan ikan olahan, yaitu ikan asin.
Gambar 17 Tempat pengolahan ikan. (h) Depot es Depot es PPI Cituis berjumlah 4 unit dan dikelola oleh perseorangan. Ratarata setiap unitnya memiliki luas 20 m2 (Gambar 18). Fungsi depot es adalah untuk menyimpan es dan memenuhi kebutuhan es nelayan untuk melaut. Kondisi
67
depot es saat ini berfungsi dalam keadaan kurang layak. Kapasitas es yang dapat ditampung depot es adalah 420 balok es. Es tersebut dipasok dari Karawang.
Gambar 18 Depot es. 3) Fasilitas penunjang a) MCK PPI Cituis memiliki MCK sebanyak 30 buah yang tersebar di sekitar TPI dan kolam pelabuhan. MCK dikelola oleh perseorangan. Kondisi MCK berfungsi dan kondisinya dalam keadaan baik dan bersih karena lantainya telah dilengkapi keramik dan dibersihkan setiap hari (Gambar 19). Fasilitas penunjang ini digunakan untuk mandi, cuci dan kakus.
Gambar 19 Kamar mandi. b) Pos keamanan Pos keamanan di PPI Cituis berjumlah 1 unit yang digunakan untuk mengawasi dan menjaga keamanan di sekitar Pelabuhan. Pos tersebut terletak di dekat lepas pantai dengan kondisi baik tetapi belum berfungsi. Tempai ini dikelola oleh KUD Mina Samudera dengan luas sebesar 3 m2 (Gambar 20).
68
Gambar 20 Pos keamanan. c) Kedai pesisir Warung di PPI Cituis dikenal dengan kedai pesisir. Kedai ini dikelola oleh KUD Mina Samudera. Warung ini terletak di samping KUD Mina Samudera dan berfungsi dengan baik. Kedai pesisir ini menyediakan kebutuhan sehari-hari nelayan dan masyarakat di sekitar pelabuhan (Gambar 21).
Gambar 21 Kedai pesisir. d) Mesjid Mesjid yang terdapat di PPI Cituis berjumlah satu buah dan berfungsi dalam keadaan baik. Mesjid ini dimanfaatkan sebagai tempat beribadah oleh pengguna jasa pelabuhan dan masyarakat di sekitar pelabuhan. Luas bangunan mesjid adalah 300 m2 dan dapat menampung ±100 orang (Gambar 22).
69
Gambar 22 Mesjid. e) Kantor Syahbandar Kantor Syahbandar PPI Cituis dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan Laut Kabupaten Tangerang. Kantor ini terletak di dekat dermaga pelabuhan dengan luas 8 m2 (Gambar 23). Kondisi kantor syahbandar tidak layak digunakan karena rusak. Saat ini telah dibangun kantor syahbandar yang baru namun belum digunakan. Tugas dan wewenang syahbandar adalah memeriksa kapal pendatang, Surat Persetujuan Berlayar, Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), Surat penangkapan Ikan (SPI), Surat Penangkapan Ikan (SPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), Pass biru serta mengurus perizinan kapal penangkap ikan yang beroperasi. Namun, berdasarkan kenyataan di lapangan syahbandar PPI Cituis belum berfungsi dengan baik. Hal ini terlihat dari banyaknya kapal perikanan yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), Surat penangkapan Ikan (SPI), Surat Penangkapan Ikan (SPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI). Kapal tersebut bebas melakukan operasi penangkapan tanpa melapor kepada pihak syahbandar.
Gambar 23 Kantor Syahbandar PPI Cituis.
70
f)
Balai Pertemuan Nelayan (BPN). Balai Pertemuan nelayan (BPN) dimanfaatkan nelayan untuk pertemuan
seperti rapat dan pelatihan-pelatihan mengenai perikanan. Gedung ini terletak di dekat lepas pantai dan berdampingan dengan gedung TPI baru. Tempat ini dikelola oleh KUD Mina Samudera dengan luas 110 m2 dan dapat menampung ± 200 orang serta berfungsi dengan baik (Gambar 24).
Gambar 24 Balai Pertemuan nelayan (BPN). g) Tempat parkir Tempat parkir yang terdapat di PPI Cituis berfungsi dalam keadaan rusak. Areal ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan kendaraan para pengguna PPI. Areal parkir ini memiliki luas sebesar 400 m2. Tempat ini dikelola oleh KUD Mina Samudera (Gambar 25).
Gambar 25 Tempat parkir.