5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku
Pulau Gunung Api di utara P. Wetar ditutupi belukar dilihat dari utara (gbr. Kiri) dan dilihat dari barat (gbr. Kanan) (Foto: Lili Sarmili).(2001)
KETERANGAN UMUM Nama Lain
: G. Wetar
Lokasi a. Geografi Puncak
: 6o38' LS dan126o39.5' BT (Atlas Trop. Ned, 1938) Pulau
b. Administratif
: Gunungapi di Utara P. Wetar, Laut Banda
Ketinggian
: 282 m dml 5000 m dari dasar laut
Kota Terdekat
: -
Tipe Gunungapi
: Kerucut Strato
Pos Pengamatan
: -
SEJARAH LETUSAN 1512
Letusan di kawah pusat
1699
Letusan di kawah pusat
Setelah itu hanya kegiatan solfatara yang teramati.
GEOLOGI G. Wetar yang berada di P. Wetar merupakan pulau gunungapi yang pertama kali dikunjungi oleh Verbeek pada 1899. Verbeek menjelaskan bahwa gunungapi ini berupa kerucut sederhana dengan kawah di bagian baratnya terkoyak sehingga menjadi lapangan solfatara. Umumnya tersusun atas lava dan lava termuda mengalir ke arah baratdaya.
Lereng barat P. Gunung Api, tampak bidang abrasi setinggi 20-30 m yang memperlihatkan singkapan batuan andesit (Foto: Lili Sarmili). (2001)
Pulau ini dihuni sejumlah besar burung laut dan ditutupi belukar. Pada puncak sebelah barat teramati asap solfatara lemah. Pada beberapa tempat di sekeliling pulau tersebut dijumpai bidang abrasi setinggi 20-30 m. Lereng barat P. Gunung Api, tampak bidang abrasi setinggi 20-30 m yang memperlihatkan singkapan batuan andesit (Foto: Lili Sarmili). Walaupun tinggi gunungapi ini hanya 282 m di atas muka laut tetapi diduga merupakan gunungapi tertinggi di kawasan gugusan gunungapi Indonesia. Berdasarkan hasil echosounding di sekitar daerah itu, memperlihatkan bahwa gunungapi ini tumbuh setinggi 5000 m dari dasar laut. Selama pertumbuhan kerucutnya, dijumpai tiga jejak longsoran besar, yaitu pertama, di lereng baratlaut yang meninggalkan bidang longsoran selebar lk. 80 m mulai di bawah garis permukaan laut sampai melebihi garis kedalaman 200 m; kedua di lereng timur meninggalkan bidang longsoran mulai lereng atas sampai di bawah garis kedalaman 200 m dan ketiga pada lereng timur, meruntuhkan bibir kawah dan meninggalkan bidang longsoran sampai pada garis kedalaman 200 m menjadi bukaan kawah ke arah timur, tebal bidang longsor lk. 50 m yang dapat dilihat dari bidang lincir kontak antara lava dan piroklastika di atasnya. Dua dari ketiga bidang longsoran tersebut tidak mempengaruhi kondisi kawah gunungapi ini. Terjadinya longsoran ini kemungkinan akibat desakan lava dan tekanan air ke satu sektor dan faktor lainnya adalah kondisi stratigrafi pada kerucut gunungapi
ini, yaitu endapan piroklasti yang menindih lava, hal tersebut menjadi penyebab terjadinya longsoran besar.
Singkapan lava termuda dari Gunung Api di tepi pantai barat (foto : Lili Sarmili) (2001)
Setelah longsoran terjadi ke arah barat, leleran lava mengisi bidang longsoran tersebut berupa bongkahan lava berkomposisi andesit. Bagian masif lava tersebut dengan tebal lk. 6 m, alirannya mencapai laut sehingga membentuk seperti semenanjung. Hembusan solfatara terjadi di bibir dan dinding kawah bagian dalam sekurangnya lima titik hembusan. Lubang kawah sedalam lk. 40 m sebagian terisi oleh ujung leleran lava dan tampaknya leleran lava ini menghancurkan sebagian kubah lava yang terbentuk sebelumnya.
Petrografi Verbeek (1908) menganalisis dua contoh lava andesit yang di ambil dari pantai timur, terdiri atas andesit piroksen berbutir halus dengan fenokris plagioklas, hipersten, augit, biotit dan olivin mengandung picotit, magnetit dan apatit serta masadasar microlit piroksen, plagioklas, dan mineral bijih tidak berwarna sampai kecoklatan. Kuenen (1935) mengambil beberapa contoh andesit dari pantai barat berwarna abu-abu cerah sampai gelap atau kemerahan, terdiri atas basalt piroksen, umumnya
poros dengan fenokris putih dan gelap berdiameter beberapa milimeter. Salah satu contohnya kaya akan olivin sedangkan lainnya hanya dalam bentuk inclusi bersamaan dengan plagioklas, piroksen dan mineral bijih. Adakalanya hipersten lebih diminan dari pada augit dan biotit umumnya sebagai mineral sampingan.
Analisis mikrometrik memberikan hasil sebagai berikut (Kuenen, 1935) : Plagioklas Augit Hipersten Olivin Mineral bijih Biotit Masadasar
28 % 5 % 4 % 4 % 2 % 0,3% 56 %
Berdasarkan analisis Niggli, batuan Gunung Api ini merupakan magma dioritik normal dengan cenderung kearah magma tonalitik.
GEOKIMIA Hasil analisis kimia batuan dari salah satu contoh, sebagai berikut : SiO2 TiO2 P2O5 Al2O3 Fe2O3 FeO MnO MgO CaO Na2O K2O +H2O - H2O
56,23 0,35 0,39 18,66 3,80 2,43 0,11 3,39 7,89 2,89 2,76 1,03 0,16 ---------------100,09
si al fm c alk
= 165 = 32 = 30 = 25 = 13
k = 0,38 mg = 0,50 c/fm= 0,83 qz = + 13
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem Pemantauan G. Wetar tidak berpenghuni dan tidak ada Pos Pengamatan.
Peta Daerah Bahaya a. Daerah Bahaya gunungapi dapat dibagi 2, daerah bahaya dan daerah waspada meliputi daerah seluas lingkaran dengan jari-jari 3 km, berpusatkan puncak gunungapi, luas daerah in ilk. 28,3 km2. b. Daerah waspada meliputi daerah seluas lingkaran dengan jari- jari 5 km, daerah ini luasnya lk. 50 km2.
DAFTAR PUSTAKA Boerema, J., 1929, A new undersea volcano. Phys. Papers. Proc. IV Pac. Sci. Congr. IIB, Batavia 1929, p.919. Hardjawidjaksana, K., Lili Sarmiliand Kristianto, N.A., 2001, Offshore mineral resources map of Indonesia. Scale 1: 5.000.000. Pusat Pengembangan Geologi Kelautan.
Kuenen, PH. H., 1935, Contribution to the geology of the East Indies from the Snellius Expedition. Part I Volcanoes,Leid. Geol. Med, Deel VII, p.294-298. Kusumadinata, K., 1979. Data dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. Neumann van Padang, M., 1938, Ueber die unterseevulkane der erde. Ing. Nederl. Ind. Vol. 5, IV, Batavia 1938, p.80. Neumann van Padang, M., 1951, Catalogue of the active volcanoes of the world including solfatara fields. Part I, The International Volcanological Association, Napoli, Italia, p. 215-216. Verbeek, R.D.M., 1908, Mollukenverslag. Jaarb. Mijn. Nederl. Indie. Wet. Ged.