5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi baik buruknya kondisi sanitasi dan higienitas di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti, disebabkan oleh adanya beberapa aktivitas, seperti pengangkutan ikan dari dermaga ke tempat pelelangan ikan (TPI), pelelangan ikan dan pengangkutan ikan di TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang, dan pengolah ikan. Faktor-faktor yang diduga berpotensi mempengaruhi sanitasi tempat pelelangan ikan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 11 Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sanitasi di TPI Aktivitas di TPI 1) Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI
2) Pelelangan ikan
Faktor yang berpotensi mempengaruhi sanitasi a. Cara pengangkutan yang belum benar; b. Kesadaran para kuli angkut yang masih rendah dalam menjaga sanitasi; c. Pengangkatan ikan pada saat sebelum dan sesudah ditimbang. a. Cara penempatan ikan yang tidak benar; b. Banyaknya orang yang membuang sampah di lantai TPI; c. Banyak orang yang meludah sembarangan; d. Jumlah hasil tangkapan yang dijual; e. Pemindahan ikan setelah pelelangan selesai; f. Frekuensi pencucian keranjang belum teratur; g. Keranjang yang digunakan rusak dan belum diperbaiki; h. Kesadaran para pemenang lelang dan kuli angkut tentang sanitasi masih rendah. a. Cara pendistribusian yang belum benar b. Kesadaran pihak pelaku pendistribusian yang rendah: pedagang angkutan, usaha angkutan
3) Pengangkutan ikan di TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang, dan pengolah ikan Sumber: Data primer penelitian, 2011
60
Pada proses pengangkutanikan dari TPI ke dermaga yang tidak benar, mengakibatkan ikan mudah rusak dan menurun kualitasnya. Keranjang ikan dipindahkan dari atas gerobak dorong atau trolly dengan sedikit bantingan. Bantingan ini menyebabkan ikan-ikan berjatuhan, terutama dari keranjangkeranjang yang terisi penuh. Setelah itu keranjang ikan diatur di lantai TPI, dengan cara diseret menggunakan pengait oleh para pekerja dan kuli angkut. Cara ini dapat mengakibatkan rusaknya keranjang dan juga dapat merusak ikan di dalamnya karena saling berbenturan (Gambar 7).
Gambar 7 Penarikan keranjang yang berisi ikan dengan cara diseret di lantai TPI PPSNZJ tahun 2011. Menurut Departemen Pertanian (1997) vide Rusmali (2007), wadah yang berisi ikan saat dipindahkan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas lantai. Sebaliknya yang terlihat di PPS Nizam Zachman Jakarta pemindahan ikan di lantai TPI masih diseret. Penarikan keranjang ikan menghasilkan limbah potongan tubuh ikan, darah dan lendir ikan yang tercecer. Limbah ikan dihasilkan karena kerja buruh angkut yang ceroboh dan terburu-buru, sehingga sebagian kecil ikan dan potongan tubuh ikan tercecer. Darah dan lendir ikan yang tercecer juga terjadi karena selama ikan berada di TPI tidak dilakukan pencucian. Pencucian hanya dilakukan pada saat ikan didaratkan dari kapal dan air yang digunakan untuk mencuci ikan diambil dari kolam pelabuhan yang kotor, padahal sudah dipasang peraturan untuk tidak mencuci ikan dengan air yang kotor. Namun, tetap saja ada beberapa pelaku aktivitas yang melakukan pelanggaran.
61
Sebelum pelelangan dimulai, para peserta lelang bebas keluar masuk TPI dengan alasan ingin melihat-lihat terlebih dahulu ikan yang ingin dibeli. Saat mereka masuk dan melihat-lihat di dalam gedung TPI tidak jarang ada yang meludah dan membuang puntung rokok sembarangan di lantai TPI. Peraturan tentang larangan merokok dan meludah sembarangan tidak ditempel dengan alasan bahwa dulu sudah ditempel dengan baik, namun masih banyak pengguna maupun pengunjung yang tidak menghiraukan. Tidak adanya peraturan dan pengawasan yang baik tentang hal ini menyebabkan pelanggaran tersebut masih saja terus berulang setiap kali proses pelelangan berlangsung. Saat pelelangan berlangsung, juru lelang akan berkeliling dekat dengan keranjang ikan yang akan dijual. Pengurus kapal yang mengawasi proses pelelangan berdiri di atas keranjang ikan yang akan dijual. Tidak jarang ada ikanikan yang ikut terinjak saat pengurus kapal tersebut berpindah dari satu keranjang ke keranjang yang lain. Begitu juga dengan para peserta lelang lainnya seperti pedagang dan pengolah ikan yang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan (Gambar 8)
Gambar 8 Peserta lelang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan di TPI PPSNZJ tahun 2011 Berbagai permasalahanyang timbul berkaitan dengan peningkatan jumlah pengunjung di pasar pelelangan ikan Tsukiji antara lain masalah pengelolaan sanitasi seperti masalah pengendalian suhu yang disebabkan oleh masuk dan keluarnya sejumlah besar orang yang tidak berwenang, dan permasalahan dengan
62
pengunjung yang menghambat aktivitas pelelangan ikan, terutama pada kegiatan lelang yang diselenggarakan pagi hari di kawasan tuna grosir. Berdasarkan alasan ini, pengunjung yang tidak berkepentingan di pasar Tsukiji saat ini tidak diizinkan untuk memasuki kawasan tuna grosir. Pengunjung yang berkepentingan di pasar Tsukiji diperbolehkan masuk dengan syarat diminta untuk sangat berhati-hati dan waspada saat mereka melakukan kunjungan ke pasar Tsukiji. Hal ini bertujuan untuk mencegah segala jenis hambatan dalam kegiatan perdagangan dan untuk menjamin keamanan pangan bagi konsuumen. Keranjang-keranjang ikan yang telah dijual akan dipisahkan ke tempat masing-masing, sesuai kesepakatan antara kuli angkut dengan pemenang lelang. Pemindahan keranjang dilakukan dengan cara diseret kembali. Setelah itu, ikanikan dalam keranjang yang berada di TPI dipindahkan ke dalam keranjangkeranjang lain yang dibawa oleh masing-masing pemenang lelang. Saat ikan-ikan dipindahkan, banyak ikan yang berjatuhan karena kecerobohan kuli angkut yang terburu-buru. Ukuran keranjang TPI dan keranjang pemenang tidak selalu sama dimana keranjang pemenang lelang ada yang ukurannya lebih kecil dari ukuran keranjang TPI. Oleh karena itu, pada saat keranjang ikan sudah penuh maka kuli angkut akan meratakannya dengan menggunakan kaki. Hal ini menunjukan bahwa penanganan ikan yang dilakukan masih kurang baik. Frekuensi pencucian keranjangsetelah proses penjualan ikan berlangsung tidak dilakukan secara rutin. Keranjang ikan yang digunakan hanya dicuci sekitar satu bulan sekali menggunakan air bersih saja tanpa menggunakan desinfektan sehingga masih ada sisa-sisa lendir dan darah ikan yang menempel pada keranjang ikan. Keranjang/trays yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan juga dalam kondisi rusak dan belum diperbaiki. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran para pemenang lelang dan kuli angkut tentang pentingnya sanitasi dan higienitas dalam penanganan hasil tangkapan. Persiapan ikan sebelum didistribusikan juga masih kurang baik. Hal ini terlihat pada saat ikan menunggu untuk diangkut dari TPI ke perusahaan atau pedagang, ikan tidak ditutup dan tidak diberikan es untuk tetap mempertahankan mutu ikan (Gambar 9). Kondisi ini dapat mempercepat kemunduran mutu ikan dan mempercepat proses pembusukan ikan. Meskipun jarak dari TPI ke
63
perusahaan atau pedagang (pasar grosir atau pasar pengecer ikan) jaraknya tidak terlalu jauh, keranjang ikan seharusnya ditutup dan diberi es agar kualitas ikan tetap terjaga.
Gambar 9 Pengangkutan dari TPI ke perusahaan, pedagang dan atau ke pengolah ikan tanpa menggunakan es dan penutup di PPSNZJ tahun 2011. Menurut Junianto (2003) vide Lubis et al., (2009), bahwa salah satu ketentuan penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan menuju hinterland adalah penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat, agar tingkat kesegarannya dapat dipertahankan. Selanjutnya menurut Clucas dan Ward (1996) vide Lubis et al (2009), bahwa hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI atau ke hinterland: pengontrolan suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin; penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat; memperkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan; menghindari sengatan langsung sinar matahari pada tubuh ikan dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan. Pada saat pelelangan berlangsung masih terdapat beberapa kekurangan mengenai kebersihan dari para pelaku lelang seperti membuang sampah sembarangan di lantai TPI, sehingga pada saat pengamatan masih terlihat adanya sampah di lantai TPI seperti puntung rokok dan sampah plastik. Selain itu, pada saat pelelangan ikan berlangsung masih terdapat ceceran darah dan lendir yang menggenangi lantai TPI, potongan-potongan ikan yang berceceran, asap rokok yang mengepul dalam ruangan dan orang-orang yang meludah sembarangan di dalam ruangan. Saat proses pelelangan berlangsung, kerap kali para pelaku lelang
64
duduk di atas keranjang (trays) yang berisi ikan dan meletakkan kakinya pada keranjang yang sudah berisi ikan, sehingga terjadi perpindahan kotoran dari sendal pelaku lelang ke keranjang ikan (Gambar 10).
Gambar 10 Para pelaku lelang duduk dan meletakkan kaki diatas keranjang/trays di TPI PPSNZJ tahun 2011. Dalam penerapan SSOP di pelabuhan perikanan, orang yang tidak berkepentingan, seharusnya dilarang masuk ke TPI. Selain itu, sebelum masuk ke TPI diharuskan mencuci tangan dan kaki (sepatu) ke dalam bak berisi air yang mengandung chlorine. Alangkah lebih baiknya, apabila orang-orang yang masuk ke TPI mengganti sepatunya dengan sepatu boot khusus yang disediakan oleh pihak TPI, untuk mencegah masuknya kuman atau bakteri yang terdapat pada sepatu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kualitas ikan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan penyakit (Menai, 2007).
5.2 Kondisi Fisik dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan PPS Nizam Zachman Jakarta Kondisi tempat pelelangan ikan (TPI) di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikatakan kurang higienis. Hal ini menjadi salah satu kendala mengingat peran TPI sebagai sarana awal dalam menjaga kualitas ikan yang didaratkan di pelabuhan.
65
Berdasarkan data statistik tahunan PPSNZJ, ikan yang dibongkar di TPI terdiri dari 40% bermutu jelek, 24% bermutu sedang dan 36% bermutu baik. Rendahnya mutu ikan di TPI disebabkan oleh beberapa faktor antara lain seperti penanganan ikan di atas kapal yang kurang baik karena pemilik atau anak buah kapal (ABK) lebih mengutamakan kuantitas dibadingkan dengan kualitas; bangunan TPI secara teknis sudah tidak layak lagi (sekitar 29 tahun), lantai bangunan tidak rata dan pecah-pecah, sedangkan atapnya sudah banyak yang bocor; serta fasilitas yang terdapat di TPI seperti timbangan, trays dan lantai TPI dinilai kurang bersih dan higienis (PPSNZJ, 2008).
5.2.1
Kondisi fisik tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta Menurut
keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
No.
KEP.
01/MEN/2007 (DKP, 2007), tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, terdapat beberapa persyaratan tempat pelelangan ikan (TPI). Persyaratan untuk kondisi fisik dan fasilitas tempat pelelangan ikan yang baik adalah: tempat pelelangan ikan harus terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan; mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene; dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai; mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan; dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas; mempunyai fasilitas pasokan air tawar dan atau air laut bersih yang cukup; mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk menampung hasil perikanan yang tidak layak untuk dimakan; harus mempunyai ruang pendingin yang dapat dikunci untuk menyimpan produk perikanan dan mempunyai fasilitas wadah untuk produk yang tidak layak konsumsi pada tempat yang diberi tanda;serta mempunyai tempat khusus untuk unit pengendalian keamanan hasil perikanan.
66
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada saat melakukan penelitian, secara fisik tempat pelelangan ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikatakan sudah kurang layak pakai. Hal ini dapat dilihat dari kondisi gedung pelelangan ikan dan beberapa fasilitas yang sudah rusak. Kondisi fisik lantai TPI licin (Gambar 11a) dan rusak/berlubang (Gambar 11b) sehingga bisa menambah akumulasi kekotoran di TPI dan menyebabkan lantai TPI sulit untuk dibersihkan karena kotoran yang dihasilkan dari proses pemasaran ikan menempel pada lantai TPI yang rusak dan berlubang tersebut.
a
b
Gambar 11 Kondisi lantai TPI yang licin (a) dan berlubang (b) di PPSNZJ tahun 2011. Konstruksi lantai gedung TPI PPS Nizam Zachman Jakarta terbuat dari semen. Lantai TPI memiliki kemiringan 20 ke arah saluran pembuangan; sesuai Lubis (2009b). Hal ini dimaksudkan agar air yang terdapat pada lantai TPI dapat mengalir ke saluran pembuangan sehingga tidak terjadi genangan di lantai TPI. Lubis (2009b), mengatakan bahwa tempat pelelangan ikan harus mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene. Selanjutnya dapat dilihat bahwa pada gedung pelelangan ikan, terdapat tiang dan atap TPI yang berkarat dan banyak cat yang rontok sehingga bisa menambah kontaminasi terhadap hasil tangkapan yang dijual di TPI (Gambar 12a dan 12b). Beberapa fasilitas seperti lampu penerangan hanya ada satu sampai dua buah yang
67
hidup, dinding/tembok TPI dalam keadaan rusak/berlubang dan berlumut (Gambar 13).
a
b
Gambar 12 Kondisi atap TPI yang berkarat (a) dan berlubang (b) di PPSNZJ tahun 2011. Menurut
keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
No.
KEP.
01/MEN/2007 (DKP, 2007), tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, disebutkan bahwa tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan kebersihan dan higiene dan harus mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan. Selanjutnya dikatakan juga bahwa tempat pelelangan ikan harus terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan.
Gambar 13 Dinding TPI yang rusak, kotor, dan berlumut di PPSNZJ tahun 2011.
68
Penanganan sampah, limbah dan peralatan dinilai masih kurang baik, di lokasi TPI dan lingkungan masih terdapat sampah berserakan. Tempat sampah yang tersedia di TPI hanya satu buah dan dalam kondisi rusak. Pada saat pengamatan terlihat bahwa sampah yang sudah disimpan pada tempatnya berserakan, hal ini dikarenakan kondisi fisik tempat sampah yang sudah rusak (Gambar 14).
Gambar 14 Kondisi tempat sampah di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2011. Sampah jika tidak diurus dan dikelola dengan baik dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah yang menumpuk dan membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat mengganggu kesehatan manusia serta mengganggu estetika lingkungan karena terkontaminasi pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung (Anonim 2006). Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat pembuangan sampah: pisahkan sampah kering/non organik dengan sampah basah/organik dalam wadah plastik; tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin, dan lain sebagainya; hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung, tikus, kucing, semut, dan lain-lain;buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap; tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah dijangkau petugas kebersihan; serta jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan orang lain.
69
Saluran pembuangan yang berada di sekitar TPI dinilai kurang lancar dan terjadi penyumbatan akibat adanya sampah padat seperti bungkus dan puntung rokok, plastik dan potongan-potogan ikan yang menggenang di dalam saluran tersebut (Gambar 15).
Gambar 15 Kondisi saluran pembuangan air/limbah dari proses pelelangan ikan di PPSNZJ tahun 2011 Sanitasi adalah bagian dari sistem pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga, sisa-sisa proses industri, pertanian, peternakan, perikanan, dan rumah sakit (sektor kesehatan). Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah dengan baik terutama limbah cair (Anonim 2008). Fasilitas kran air bersih di TPI jumlahnya sangat terbatas dan dalam kondisi kurang baik (Gambar 16a), sehingga menghambat para pelaku aktivitas pelelangan dalam menjaga kebersihan. Air yang tersedia di TPI bisa dikatakan dapat terkontaminasi, hal ini dapat dilihat dari selang air di TPI yang tergeletak di lantai (tidak dilengkapi dengan gantungan) (Gambar 16b). Kondisi selang air dalam keadaan kurang baik (bocor).
70
a
b
Gambar 16 Kondisi kran air di TPI (a) dan selang air (b) yang tergeletak di lantai (tanpa gantungan) di PPSNZJ tahun 2011. TPI PPS Nizam Zachman Jakarta sebenarnya memiliki fasilitas bak pencuci keranjang/trays yang disediakan untuk mencuci keranjang ikan yang digunakan, akan tetapi bak pencuci keranjang ini sudah tidak berfungsi karena pencucian keranjang hanya dilakukan sekitar satu bulan sekali dan tidak dicuci di bak pencuci keranjang, melainkan langsung dicuci di kran yang ada di TPI (Gambar 17).
Gambar 17 Kondisi bak pencucian keranjang (trays) yang sudah tidak digunakan di TPI PPSNZJ tahun 2011. Keranjang/trays di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dalam kondisi rusak dan banyak kotoran dari lendir dan darah ikan yang mengering dan menempel
71
pada sela-sela keranjang. Trays tidak dicuci secara rutin setiap kali setelah selesai lelang atau setelah digunakan. Trays merupakan wadah/tempat untuk menyimpan hasil tangkapan berupa keranjang yang memiliki bentuk seperti balok (Gambar 18). Pengadaan trays merupakan wewenang dari Koperasi Mina Muara Makmur dengan cara disewakan, yang berada dibawah pengawasan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Koperasi Mina Muara Makmur menyediakan trays dengan jumlah 300 unit dan biasanya trays yang disewakan setiap harinya mencapai 250 unit. Harga sewa untuk trays yaitu sebesar Rp 1.500,00 per unit per hari.
Gambar 18 Kondisi keranjang/trays yang kotor dan rusak di PPSNZJ tahun 2011. Menurut Pane (2008), untuk meningkatkan mutu dan sanitasi di pelabuhan perikanan, diperlukan suatu basket yang mampu sekaligus memberi pengaruh positif terhadap mutu ikan dan sanitasi. Selain itu, Lubis (2005) menyebutkan adalah penting perawatan fasilitas, termasuk basket; seharusnya dibersihkan menggunakan air bersih, diberi desinfektan atau menggunakan air panas tekanan tinggi. Alat angkut hasil tangkapan lainnya yang biasa digunakan oleh nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu blong. Blong merupakan alat angkut hasil tangkapan yang memiliki bentuk silinder (Gambar 19). Sama halnya dengan trays, pengadaan blong juga merupakan wewenang dari Koperasi Mina Muara Makmur yang berada dibawah pengawasan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Jumlah blong
72
yang disediakan yaitu sebanyak 200 unit yang setiap harinya mencapai 100 unit blong yang disewakan dengan harga Rp 2.000,00 per unit per hari.
Gambar 19 Kondisi blong di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2011.
Beberapa peralatan yang digunakan di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki permukaan yang tidak tahan karat, seperti timbangan yang digunakan terlihat sudah berkarat. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor ketidakbersihan pada produk perikanan yang akan dijual jika karat pada timbangan tersebut menempel pada produk perikanan. Timbangan yang biasa digunakan masih tergolong manual (Gambar 20).
Gambar 20 Kondisi timbangan yang berkarat di TPI PPSNZJ tahun 2011.
73
Menurut
keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
No.
KEP.
01/MEN/2007 (DKP, 2007), tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, peralatan dan perlengkapan yang berhubungan langsung dengan ikan harus terbuat dari bahan tahan karat, tidak menyerap air, mudahdibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi sesuatu apapun terhadapbahan baku yang sedang diolah maupun produk akhir serta dirancang sesuai persyaratan sanitasi. Trays dan blong yang berisi hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak biasanya diangkut dengan menggunakan trolly. Trolly ini merupakan kerangka besi beroda kecil yang disediakan oleh Koperasi Mina Muara Makmur sekaligus sebagai fasilitas tambahan di TPI (Gambar 21). Koperasi tersebut menyediakan sepuluh trolly untuk mempermudah aktivitas pendistribusian ikan yang ada di dalam trays maupun blong. Sama halnya dengan timbangan, trolly yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan tersebut memiliki permukaan yang tidak tahan karat.
Gambar 21 Trolly yang digunakan untuk mengangkut trays dan blong di TPI PPSNZJ tahun 2011. Selama diangkut dengan trolly ikan tidak ditutupi sehingga terkena sinar matahari langsung dan polusi udara. Departemen Pertanian (1997) vide (Rusmali, 2004) menyatakan selama proses pengangkutan ikan, agar terhindar dari sinar matahari langsung maka sebaiknya ikan diangkut melalui tempat teduh atau ditutupi. Namun yang terlihat di PPSNZJ, ikan yang diangkut dengan trolly
74
menuju TPI tidak ditutupi sehingga terkena sinar matahari langsung, yang akan berdampak kepada penurunan mutu ikan yang akan dijual di TPI. Melihat kondisi fisik bangunan TPI yang sudah memprihatinkan, dimana sudah banyak mengalami kerusakan maka bangunan TPI akan diperbaiki dan direlokasi mendekati kearah dermaga barat pelabuhan dengan volume sebesar 3.350 m2. Tujuan dari relokasi pembangunan TPI lebih dekat jaraknya ke dermaga barat adalah untuk memudahkan dan mempercepat dalam pengangkutan hasil tangkapaan dari dermaga ke TPI. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola pelabuhan, bangunan TPI yang akan dibuat terdiri dari dua lantai, lantai pertama direncanakan sebagai tempat untuk kegiatan pelelangan dan lantai dua sebagai tempat pengolahan ikan, bangunan TPI tersebut akan dilengkapi dengan kanopi (penutup) disepanjang jalur dermaga ke TPI sehingga ikan yang turun dari kapal yang akan masuk ke TPI tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Menurut Bahrum (2010), usia bangunan TPI Muara Baru sudah melebihi dua puluh tahun dan tidak pernah direnovasi. Akibatnya, fisik bangunan berupa atap mengalami kebocoran dan lantai sebagian ada yang retak-retak. Bangunan TPI dibangun pada tahun 1984, jadi bangunan tersebut memang usianya sudah tua. Lokasi TPI dan kantor akan dipindahkan ke arah Timur atau sekitar lokasi dermaga transit. Menurut bagian Pemasaran Perum PPSJ Cabang Jakarta, rencananya tahun 2011 akandimulai pembangunan gedung TPI yang baru berikut kantor di lokasi dermaga transit sebelah timur pelabuhan Samudera Jakarta.
5.2.2 Pengelolaan tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta Penyelenggaraan pelaksanaan penjualan ikan di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta dikelola oleh koperasi primer perikanan yang ditunjuk langsung oleh Gubernur DKI Jakarta. Koperasi pimer perikanan adalah koperasi primer perikanan yang bergerak dibidang perikanan dan beranggotakan para nelayan, pedagang dan pengolah ikan. Gubernur menunjuk koperasi primer perikanan sebagai penyelenggara pelelangan ikan berdasarkan usulan Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta. Koperasi yang telah
75
ditunjuk sebagai penyelenggara pelelangan ikan wajib menyelenggarakan penjualan ikan yang ditetapkan dalam jangka waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang. Perpanjangan jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan ditetapkan oleh Gubernur dan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pada saat proses penjualan ikan berlangsung, sebenarnya aktivitas penjualan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta penjualan ikan dengan sistem opow. Sistem opow adalah sistem pelelangan ikan dimana ikan yang didaratkan dibeli oleh pemilik kapal, lalu akan dijual kembali ke pihak-pihak tertentu, dengan kata lain ikan yang didaratkan sudah ditentukan pemiliknya. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang retribusi daerah, disebutkan mengenai retribusi yang diambil dalam pemakaian tempat pelelangan ikan. Ikan segar, beku, hidup ataupun ikan dalam kondisi kering yang diproduksi lokal, akan dikenakan retribusi kepada nelayan dan pedagang sebesar 5% dari harga transaksi (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011). Pemasaran ikan diadakan setiap hari pada jam-jam tertentu yang diatur oleh kepala pelelangan sesuai dengan kebutuhan. Pemasaran ikan dapat dimulai apabila memenuhi persyaratan, sepertiikan telah terkumpul dalam ruangan lelang lengkap dengan catatan berat, jenis, dan pemilik ikan; dihadiri sekurangkurangnya 3 orang calon pembeli yang memenuhi persyaratan; dan setelah persyaratan tersebut terpenuhi maka juru lelang wajib mengumumkan lelang akan dimulai. Pemasaran ikan dilakukan sesuai dengan urutan yang ditentukan oleh kepala pelelangan dan setiap calon pembeli pengikut lelang diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan penawaran. Pemasaran ikan dilaksanakan dengan sistem penawaran meningkat untuk mencapai harga penawaran tertinggi. Sebelum proses penjualan ikan dimulai, penjual ikan berkewajiban untuk melaporkan kedatangan kapalnya kepada pihak TPI; membongkar ikan dari kapal dengan disaksikan oleh pengawas bongkar ikan; menyerahkan ikan yang akan dijual kepada juru timbang untuk dilakukan penimbangan; menyerahkan ikan
76
yang akan dijual kepada juru lelang; dan mencocokan kembali hasil penjualan ikan kepada juru buku setelah diadakan proses penjualan ikan. Jenis ikan yang dijual di TPI PPSNZJ hanyalah jenis-jenis ikan selain tuna meliputi ikan layang, cumi-cumi, tenggiri, cucut, kembung, udang, gindara, lemadang, kakap batu dan manyung, setelah dijual ikan-ikan tersebut dipasarkan ke luar daerah dan pasar lokal. Jenis ikan tuna tidak dijual terlebih dahulu, melainkan langsung masuk ke perusahaan yang ada di Tuna Landing Centre (TLC) untuk tujuan ekspor, kecuali untuk tuna lokal (reject) yang melalui lelang sampel terlebih dahulu sebelum masuk ke perusahaan.Namun transaksi penjualan ikan tetap tercatat datanya di TPI Muara Makmur berdasarkan laporan dari pihak perusahaan, sehingga TPI memperoleh retribusi dari nilai transaksi tersebut. Setelah ikan dibongkar dan diturunkan ke dermaga, selanjutnya ikan diangkut ke tempat tujuan berbeda. Ikan yang diturunkan dari kapal tradisional langsung diangkut menuju TPI, sedangkan ikan yang diturunkan dari kapal tuna langsung diangkut masuk ke dalam tempat penanganan ikan milik perusahaan yang ada di TLC. Persiapan ikan yang dilakukan setelah ikan diturunkan dari kapal tradisional, yaitu ikan yang telah disortir per keranjang disusun di lantai dermaga. Sebelum diangkut ke TPI, ikan dicuci dengan menggunakan air kolam pelabuhan di atas lantai dermaga. Air tersebut diambil oleh ABK dari kolam pelabuhan dengan menggunakan ember yang diikat dengan tali. Tempat pengambilan air berada di pinggir dermaga, dekat dengan kapal yang sedang mendaratkan ikan. Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Gambar 22. Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI menggunakan gerobak dorong atau trolly. Setiap pengangkutan membutuhkan waktu sekitar lima menit, tergantung pada jarak yang ditempuh dari tempat pembongkaran. Secara keseluruhan proses pengangkutan akan selesai bila sudah tidak ada lagi ikan yang diturunkan. Jarak terjauh dari tempat pembongkaran ke TPI sekitar 50 m. Setiap trolly yang digunakan untuk mengangkut trays bisa diisi 2-3 trays, selama diangkut dengan trolly ikan tidak menggunakan penutup sehingga terkena sinar matahari langsung dan polusi udara. Jumlah buruh yang mengangkut hasil tangkapan ke TPI untuk setiap kapal adalah 3 sampai 5 orang secara bergantian.
77
Pengangkutan ikan dari kapal tuna menuju tempat penanganan milik perusahaan dibedakan untuk tujuan ekspor langsung dan dilakukan pengolahan atau penanganan lebih lanjut. Ikan untuk tujuan ekspor, dari tempat penanganan di dermaga khusus kapal tuna diangkut dengan menggunakan truk kontainer berpendingin. Biasanya setelah pembongkaran ikan pada pagi hari, siang harinya ikan langsung diangkut ke bandara. Ikan yang akan diolah disimpan terlebih dahuluke cold storage pelabuhan atau cold storage milik perusahaan dengan menggunakan kendaraan truk atau pick up dengan atau tanpa pendingin.
Kapal Tuna LL TLC Didaratkan kapal Perikanan (Laut)
Kapal Angkut
Dermaga Kapal Non Tuna LL
Dari Kapal ke Kapal Tuna segar dan beku
Pelabuhan Udara Pelabuhan Laut
E K S P O R
Pengecer Tuna Lokal
Tempat Pelelangan Ikan/TPI
Ikan segar/beku
Dermaga
Lewat Truk (Darat)
Udang Segar/Beku
Ikan Segar
Prosesing & Pembekuan
Pusat Pemasaran Ikan
Pengecer
L O K A L
PENGEPAKAN
Keterangan:
= Proses = Jalur Distribusi = Kapal = Proses
= Tempat/gedung = Produk/barang = Orang
Sumber: Profil PPSNZJ, 2011 Gambar 22 Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.
78
Setelah ikan didaratkan, sebagian ikan dijual di TPI. Ikan dijual dengan sistem penawaran harga yang meningkat. Sebagian ikan lainnya diekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, tanpa melalui pelelangan sebelumnya. Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan pelelangan ikan dilakukan oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, meliputi tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan; bimbingan teknis usaha perikanan, pemasaran dan
mutu
hasil
perikanan;
meningkatkan
kesejahteraan
nelayan;
dan
meningkatkan kemampuan teknis penyelenggara pelelangan ikan di TPI serta dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, meliputi: mempersiapkan
dan
mengajukan
koperasi
primer
perikanan
untuk
menyelenggarakan pelelangan ikan; meningkatkan kemampuan organisasi, manajemen dan usaha koperasi; dan memfasilitasi permodalan, untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI. Berdasarkan peraturan yang ada pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta seharusnya membantu pihak pengelola TPI dalam mengawasi sanitasi dan mutu ikan pada setiap diadakannya penyelenggaraan pelelangan ikan. Mekanisme pemeliharaan sanitasi dan higienitas meliputi penyemprotan lantai lelang setiap hari, pencucian trays setiap selesai digunakan, pencucian lantai TPI dengan sabun non detergen setiap hari, dan pembersihan saluran air setiap hari. Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan meliputi pemantauan langsung di lapangan secara visual dan pengambilan sampel oleh petugas untuk diuji di laboratorium. Kegiatan pemantauan tersebut dilaksanakan oleh petugas TPI dan BPMPHPK (Badan Pengawas Mutu Produk Hasil Perikanan dan Kelautan) Provinsi DKI Jakarta. Pihak UPT juga bertugas memelihara dan merawat TPI beserta kelengkapannya meliputi penempatan trays di gudang setiap hari setelah digunakan, pemeliharaan pompa air dan sound system setiap selesai digunakan, serta pemeliharaan trolly dan timbangan setiap satu kali dalam satu minggu. Pada kenyataannya, pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta tidak menjalankan fungsinya secara optimal dalam hal menjaga sanitasi dan higienitas di TPI. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kebersihan di TPI, pencucian trays tidak dilakukan setiap hari atau setiap selesai digunakan, trays hanya dicuci setiap satu bulan sekali. Pencucian lantai TPI dilakukan setiap hari
79
pada saat sebelum dan sesudah proses penjualan/pemasaran namun tidak menggunakan desinfektan, pencucian lantai TPI hanya menggunakan air laut saja. Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan dilakukan langsung di lapangan secara visual, namun tidak dilakukan pengambilan sampel oleh petugas untuk diuji di laboratorium. Peralatan yang ada di TPI seperti trays, timbangan, trolly dan blong tidak disimpan di tempat khusus penyimpanan peralatan, melainkan disimpan sembarangan di sudut-sudut TPI.