UNIVE ERSITAS INDONESI I IA
ANALIS SIS PRAK KTIK KLIINIK KE EPERAWA ATAN KE KESEHAT TAN MAS SYARAK KAT PER RKOTAAN N PADA NY. H DE ENGAN KANK KER PAY YUDARA DISERT TAI FRAK KTUR KO OMPRES SI THOR RAKAL IIX–X DI LANTAI L 5 BEDAH H RSPAD G GATOT SOEBRO S OTO
KARYA K IILMIAH AKHIR NERS N
EK KA AYU NO OFYANI 1106129 9663
FAKULTA F AS ILMU KEPERAW K WATAN PROG GRAM PRO OFESI NER RS DEPO OK JULI 2014
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
UNIVE ERSITAS INDONESI I IA
ANALIS SIS PRAK KTIK KLIINIK KE EPERAWA ATAN KE KESEHAT TAN MAS SYARAK KAT PER RKOTAAN N PADA NY. H DE ENGAN KANK KER PAY YUDARA DISERT TAI FRAK KTUR KO OMPRES SI THOR RAKAL IIX–X DI LANTAI L 5 BEDAH H RSPAD G GATOT SOEBRO S OTO
KARYA K IILMIAH AKHIR NERS N Diaajukan seba agai salah ssatu syarat untuk mem mperoleh ggelar Ners
EK KA AYU NO OFYANI 1106129 9663
FAKULTA F AS ILMU KEPERAW K WATAN PROG GRAM PRO OFESI NER RS DEPO OK JULI 2014
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Maha besar Allah SWT yang menggenggam segala ketentuan di dunia ini, tiada buah pemikiran yang terwujud kecuali Allah yang membukakan, tiada kekuatan yang dimiliki kecuali Allah SWT yang memberikan, sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Ny. H dengan Kanker Payudara disertai Fraktur Kompresi Thorakal IX - X di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto” dapat di selesaikan.
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir Ners Program Profesi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan di kemudian hari dan dapat memberika manfaat bagi pembacanya. Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, seta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.
Ibu Dra. Juniati Sahar, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
2.
Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An., IBCLC selaku ketua Program Studi dan Koordinator Program Profesi Tahun Ajaran 2013-2014 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3.
Bapak Masfuri, S.Kp., MN selaku pembimbing dalam mata ajar KKMP Peminatan KMB serta pembimbing penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, bimbingan dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan memberikan pengarahan hingga akhir penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
iv Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
4.
Ibu Ns. Merri Silaban, S.Kep selaku kepala ruangan di lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto sekaligus pembimbing klinik yang telah memberikan banyak bimbingan dan pembelajaran.
5.
Ibu Etty Rekawati, S.Kp., MKM, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
6.
Seluruh kakak - kakak perawat di lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto yang telah memberikan bimbingan selama proses praktik klinik.
7.
Ibunda tercinta Almh. Muji Rahayu, S.Pd, dan Ayahanda tercinta Ayut Sopyan Juanda, S.Pd, serta Ibu Ida Farida yang senantiasa memberikan doa, semangat dan motivasi selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
8.
Suami tercinta Embang Wira Putra, SE, yang selalu menemani dengan penuh kesabaran dalam memberikan semangat, motivasi dan doa selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
9.
Sahabat Dian Andriyani Am.Kep yang selalu memberikan semangat.
10. Keluarga besar di Cileungsi, Yogyakarta dan Garut yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan doa dan semangat.
11. Teman - teman Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, khususnya Ekstensi angkatan 2011 dan teman - teman program profesi ners 2013-2014 yang telah berjuang bersama-sama selama ini.
v Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa dalam penyusunana tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, segala kritik, saran serta masukan dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan penyusunan tugas akhir ini. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, 10 Juli 2014
Eka Ayu Nofyani
vi Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Eka Ayu Nofyani
NPM
: 1106129663
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Judul
: Analisis
Praktik
Klinik
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Ny. H dengan Kanker Payudara disertai Fraktur Kompresi Thorakal IX - X di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto
Kanker payudara sering terjadi risiko metastasis ke paru, pleura dan tulang belakang. Metastase kanker payudara ketulang belakang menimbulkan rasa nyeri dan penurunan pergerakan yang menyebabkan ketidaknyamanan dan hambatan pada aktivitas klien. Asuhan keperawatan yang di berikan kepada klien dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan klien dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan meningkatkan rentang gerak yang dapat mempertahankan kekuatan otot. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas manajemen nyeri dan latihan rentang gerak. Hasil yang ditunjukkan setelah dilakukan implementasi keperawatan memperlihatkan adanya penurunan skala nyeri dan latihan pergerakan dapat mencegah kekakuan otot. Intervensi keperawatan yang tepat dan berkesinambungan yang di lakukan kepada klien dapat menurunkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan.
Kata kunci : kanker payudara, teknik relaksasi nafas dalam, rentang gerak
viii
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Name
: Eka Ayu Nofyani
NPM
: 1106129663
Study Program
: Nursing
Title
: The Analysis of Clinical Practice on Urban Health Nursing Care to Mrs. H with Cancer Mammae and Compression Fractures Thoracic IX-X at 5th Floor Surgery Ward Gatot Soebroto Army Central Hospital
Breast cancer can be metastasis to other organ, especially lung, pleuritic space, and also spinal cord. When the cancer cell invaded to the spinal cord it will caused pain and decreased range of motion. In the and, it will lead to two nursing diagnosis which are uncomfortable and impaired physical activity. Nursing intervention to increase the comfortable and prevent muscle contracture are breathing relaxation technique and range of motion exercise. The purpose of this paper is to identify the effectiveness of breathing relaxation technique and range of motion exercise to promote comfort and for pain management. The evaluations for the intervention are the pain is managed well characterized by the decrease of the pain scale and the increase of range of motion. In conclusion, nursing intervention that gives continuously to the client can prevent the complication and promote the comfort.
Keywords : Breast cancer, breathing relaxation technique, range of motion exercise.
ix
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ......... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... ......... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ......... iii KATA PENGANTAR ........................................................................... ......... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............. ......... vii ABSTRAK ............................................................................................. ......... viii ABSTRACT ........................................................................................... ......... ix DAFTAR ISI .......................................................................................... ......... x DAFTAR TABEL .................................................................................. ......... xii
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... . 1 1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................. .... . 5 1.2.1 Tujuan Umum ................................................................... ......... 5 1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................... ......... 5 1.3 Manfaat Penulisan ....................................................................... ......... 6
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .......................... ......... 7 2.2 Kanker Payudara ........................................................................ ......... 8 2.2.1 Definisi Kanker Payudara ................................................. ......... 8 2.2.2 Etiologi .............................................................................. ......... 8 2.2.3 Faktor-faktor Resiko ......................................................... ......... 9 2.2.4 Tanda dan Gejala ............................................................... ......... 10 2.2.5 Patofisiologi ..................................................................... ......... 11 2.2.6 Distribusi dan Klasifkasi Kanker Payudara ...................... ......... 11 2.2.7 Pentahapan Kanker Payudara ............................................ ......... 14 2.2.8 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kanker Payudara ........... 15 2.2.9 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... .......... 19 2.3 Metastasis Kanker Payudara ke Tulang Belakang dan Paru-paru ....... . 20 x Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
2.4 Penatalaksanaan Nyeri ................................................................ ......... 22 2.4.1 Definisi Nyeri .................................................................. ......... 22 2.4.2 Tipe Nyeri ....................................................................... ......... 22 2.4.3 Manajemen Nyeri ............................................................ ......... 23 2.5 Teknik Rentang Gerak Sendi ...................................................... ......... 24
3. TINJAUAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. ......... 25 3.1.1 Data Diri Klien ................................................................ ......... 25 3.1.2 Anamnesa ........................................................................ ......... 25 3.1.3 Kebutuhan Dasar ............................................................. ......... 26 3.1.4 Terapi Medis ................................................................... ......... 32 3.1.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................. ......... 32 3.2 Analisa Data ................................................................................. ......... 36 3.3.Masalah Keperawatan ................................................................. ......... 40 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan .................................................... ......... 40 3.5 Implementasi dan Evaluasi Tindakan .......................................... ......... 46
4. ANALISIS SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktik .................................................................... ......... 63 4.2 Analisis Masalah Kesehatan dengan Konsep Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan .................................................................... ......... 64 4.3 Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Payudara disertai Fraktur Kompresi Thorakal IX dan X ........................... ......... 66 4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah ................................................. ......... 71
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................. ......... 72 5.2 Saran ............................................................................................ ......... 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... ........ 74
xi Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penentuan Klasifikasi Berdasarkan TNM .............................. ....... 12 Tabel 2.2 Definisi TNM Berdasarkan Newton ...................................... ....... 13 Tabel 3.1 Daftar Terapi Medis pada Klien Ny. H .................................. ....... 32 Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada Ny. H ....................... ....... 35 Tabel 3.3 Analisa Data pada Klien Ny. H .............................................. ....... 36
xii Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan yang muncul secara global diseluruh dunia. Meningkatnya jumlah penduduk tersebut berdampak terhadap masalah kesehatan di dunia terutama di Indonesia yang merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan. Timbulnya masalah kesehatan diantaranya udara di daerah perkotaan banyak dipenuhi asap kendaraan bermotor, pemukiman kumuh yang tidak sehat, minimnya sanitasi dan ketersediaan air bersih serta perubahan gaya hidup menjadikan penyakit kanker salah satu penyakit yang tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Menurut data World Health Organization’s International Agency for Research on Cancer (IARC) dalam empat tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kematian penduduk di dunia akibat penyakit kanker yang cukup tajam. Kepala International Agency for Research on Cancer (IARC) Dr. David Forman yang dikutip dari Zeenews pada 16 Desember 2013 mengatakan peningkatan jumlah kematian tersebut terjadi dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Angka kematian global selama empat tahun terakhir akibat penyakit kanker payudara terjadi peningkatan yang cukup tajam dari 12,7 juta pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta pada tahun 2012 dan lebih dari setengahnya berasal dari negara berkembang. Sebanyak 1,7 juta wanita di diagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2012. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dengan insiden yang relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Di Amerika Serikat di perkirakan 175.000 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
2
wanita di diagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang diantaranya meninggal setiap tahun (George.al, 2008). Kanker merupakan salah satu penyakit degeneratif (non infeksi) yang banyak terjadi di dunia terutama di perkotaan. Di Indonesia kanker payudara menempati urutan pertama setelah kanker leher rahim. Perubahan gaya hidup dan kurangnya perawatan medis yang canggih menjadi salah satu faktor penyebab tingginya jumlah kematian penderita kanker payudara. Jika peningkatan tersebut tidak dikendalikan diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta orang meninggal karena kanker pada tahun 2030. Untuk memenuhi pelayanan kearah kesatuan upaya peningkatan (promotive), pemulihan
pencegahan (rehabilitative)
(preventive), yang
penyembuhan
bersifat
(curative),
menyeluruh,
terpadu
dan dan
berkesinambungan (Baradero, 2008). Menurut Kemenkes RI, di Indonesia prevalensi tumor atau kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk dan merupakan penyebab kematian nomor tujuh (5,7 %) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal dan diabetes melitus (Riskesdas, 2007). Sedangkan menurut data World Health Organization’s (WHO) tahun 2010 penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler. Kesadaran dan pengetahuan akan bahaya kanker payudara pada wanita masih kurang terutama untuk pemeriksaan dini. Wanita yang terdiagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang spesifik. Hal ini menunjukkan bahwa setiap wanita dianggap berisiko untuk mengalami kanker payudara dan mempunyai risiko kematian terbanyak akibat penyakit kanker. Meskipun belum ada data penyebab spesifik kanker payudara, namun banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan tingginya kejadian kanker di
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
3
Indonesia. Prevalensi merokok sebesar 23,7 %, obesitas pada usia 15 tahun pada laki-laki sebesar 13,9 % dan pada wanita sebesar 23, 8 %, kurang mengkonsumsi buah dan sayur sebesar 93,6 %, mengkonsumsi makanan yang diawetkan sebesar 6,3 %, mengkonsumsi makanan berlemak sebesar 12,8 %, makanan dengan penyedap 77,8 % dan kurang aktifitas fisik sebesar 48,2 % (Riskesdas, 2007). Dalam menurunkan risiko terjadinya kanker payudara, pemerintah melakukan berbagai upaya pencegahan baik primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer dilakukan dengan promosi, edukasi, pola hidup sehat dan pencegahan faktor resiko kanker serta pengkajian dan pengembangan vaksin. Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini dan pengobatan segara, sedangkan pencegahan tersier dengan pengobatan komprehensif dan perawatan paliatif. Pemerintah berusaha menghilangkan kendala tersebut dengan meningkatkan kampanye dan advokasi yang terus menerus dalam mengupayakan penurunan kasus melalui deteksi dini kanker (Bambang, 2010). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kejadian kanker payudara masih cukup tinggi. Kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia yaitu sebesar 16,85 % dengan angka kejadian 26 per 100.000 wanita. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan dokumentasi di lantai 5 bedah RSPAD Gatot Soebroto mengenai data 10 penyakit terbesar, angka kejadian kanker payudara selama bulan Maret hingga Mei 2014 di dapatkan sebanyak 19 pasien dengan kanker payudara dan diantaranya mengalami fraktur kompresi akibat metastase ke area tulang belakang dengan mengalami gangguan mobilisasi. Pasien dengan diagnosis kanker payudara yang disertai dengan fraktur kompresi tulang belakang memiliki risiko tinggi terhadap dekubitus akibat tirah baring yang lama karena keterbatasan mobilisasi. Penyebaran kanker payudara pada tulang belakang dapat menimbulkan nyeri lokal pada tulang
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
4
dan gangguan pada sistem neurovaskular. Insiden metastase pada tulang belum dapat diketahui secara pasti, hal ini berdasarkan asal sel tumor sekitar 80 % penyebaran ke tulang disebabkan oleh keganasan primer payudara, paru, prostat dan ginjal. Penyebaran ini ditemukan lebih banyak di tulang belakang dari pada di ekstremitas. Pada wanita, 70 % metastase pada tulang belakang disebabkan oleh kanker payudara dimana hasil pemeriksaan menunjukkan 66 % dari penderita kanker payudara disertai adanya metastase tulang belakang. Adanya proses metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi rapuh dan berisiko untuk mengalami fraktur. Daerah yang sering mengalami fraktur yautu tulang panjang pada ekstremitas atas dan bawah serta vertebra. Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medula spinalis menjadi terdesak. Hal ini tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese pada ekstremitas, gangguan miksi dan mati rasa disekitar abdomen. Klien akan mengalami kelemahan otot pada kedua ekstremitas dan pasien sulit untuk mobilisasi dengan baik. Peran perawat sebagai edukator dan pemberi asuhan keperawatan sangat diperlukan dalam upaya pencegahan kelemahan otot dan rasa nyeri yang dialami selama perawatan di rumah sakit. Asuhan keperawatan mandiri dengan teknik relaksasi dan teknik rentang gerak perlu diperhatikan oleh perawat dan diharapkan mampu mengatasi masalah keperawatan utama serta mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit kanker payudara. Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan atau telah rusaknya jaringan. Nyeri merupakan hal yang sangat kompleks, dengan gejala multidimensi yang ditentukan tidak saja oleh kerusakan jaringan dan nosiseptif, tetapi juga oleh aspek kepercayaan seseorang, pengalaman nyeri, kondisi psikis, motivasi, serta lingkungan sekitarnya. Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan nonfarmakaologis. Menangani nyeri secara
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
5
farmakologis dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik. Sedangkan tindakan nonfarmakologis dapat diberikan dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan metode yang dapat dilakukan terutama pada pasien yang mengalami nyeri, merupakan latihan pernafasan yang menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri, ansietas dan ketegangan otot. Teknik relaksasi, perlu diajarkan bebarapa kali agar mencapai hasil yang optimal.
1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah akhir ini untuk menganalisis asuhan keperawatan yang berkaitan dengan masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan pada kasus kanker payudara yang mengalami metastasis ke tulang belakang di lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto.
1.2.2 Tujuan Khusus Penulisan ini bertujuan untuk : a. Menganalisis masalah kesehatan masyarakat perkotaan dengan kanker payudara disertai fraktur kompresi thorakal IX dan X di ruang bedah lantai 5 RSPAD Gatot Soebroto. b. Membuat perencanaan dan menganalisis aplikasi asuhan keperawatan pada pasien Ny. H dengan kanker payudara disertai fraktur kompresi thorakal IX dan X di ruang bedah lantai 5 RSPAD Gatot Soebroto. c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi teknik intervensi nonfarmakologi dengan menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri pada pasien Ny. H dengan kanker payudara di sertai fraktur kompresi thorakal IX dan X di ruang bedah lantai 5 RSPAD Gatot Soebroto.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
6
1.3 Manfaat Penulisan Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien. Perawat sebagai edukator dan care giver diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan kanker payudara disertai fraktur kompresi metastasis ke tulang belakang. Peran perawat sebagai edukator dalam hal ini terkait pengetahuan dapat memberikan pendidikan kesehatan yang disampaikan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit kanker payudara yang disertai fraktur kompresi. Peran perawat sebagai care giver dalam hal ini terkait asuhan keperawatan dengan memberikan informasi kepada pasien dan keluarga terkait manajemen nyeri yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan teknik mobilisasi dengan memberikan latihan rentang gerak dan sebagai pencegahan terhadap pasien agar tidak terjadi dekubitus.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Meningkatnya laju urbanisasi menyebabkan timbulnya masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2009 tercatat lebih dari 43 persen penduduk Indonesia tinggal diperkotaan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga lebih dari 60 persen pada tahun 2016 (Kemenkes, 2012). Pada tahun 2013 jumlah penduduk di provinsi DKI Jakarta mencapai 9,6 juta jiwa dengan luas wilayah 661.520 Km² (Prov. DKI Jakarta, 2013). Kondisi di wilayah perkotaan yang padat penduduk menciptakan masalah baru dalam bidang kesehatan yang berdampak pada produktifitas masyarakat. Dampak terkait masalah kesehatan di perkotaan adalah masalah air bersih dan sanitasi lingkungan. Masalah kesehatan diperkotan yang terjadi pada umumnya berkaitan dengan faktor lingkungan seperti pencemaran udara, pencemaran air, limbah industri, kurangnya sanitasi dan kebersihan air. Pertumbuhan masyarakat di daerah perkotaan membuat penduduk yang semakin padat dan memaksa masyarakat harus mampu beradaptasi dengan lingkungan itu sendiri. Adaptasi ini dapat mengubah perilaku masyarakat juga dapat mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat. Salah satu perubahan gaya hidup yang terjadi di daerah perkotaan adalah terkait kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan cepat saji, mengandung penyedap rasa, berlemak, dan kolesterol yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit termasuk kanker. Faktor risiko terjadinya kanker yaitu kegemukan, usia, wanita yang tidak melahirkan dan tidak menyusui, dan aktivitas yang kurang. Selain itu juga, orang dengan indeks massa tubuh yang tinggi, menggunakan kontrasepsi hormonal yang lama cenderung memiliki faktor resiko terkena kanker (Smeltzer & Bare, 2002). Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan memiliki sasaran khusus yaitu masyarakat perkotaan khususnya populasi yang berisiko dan rentan akan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
8
masalah
kesehatan
akibat
kesenjangan
lingkungan
dan
psikososial.
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan turut melibatkan masyarakat dalam proses pencapaian tujuan melalui proses keperawatan yang diberikan secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berisiko dan rentan sebagai satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
2.2 Kanker Payudara 2.2.1 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara merupakan sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda dan pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak terkontrol, sel-sel kanker dapat menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa terdapat di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Erik T., 2005). Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang bersifat ganas akibat timbulnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal dipayudara bisa bersal dari kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf (Sjamsuhidajat & De Jong, 2004). Sedangkan menurut Price (2005), kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada kaum wanita (di luar kanker kulit) dan memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara.
2.2.2 Etiologi Menurut Smeltzer & Bare (2002), penyebab kanker payudara masih belum jelas, tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, namun serangkaian faktor genetik, hormonal dan kejadian penunjang dapat menyebabkab sel kanker. Kanker payudara dapat terjadi karena adanya pertumbuhan sel abnormal dan tidak terkontrol di payudara. Peningkatan jumlah sel yang tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
9
disebut tumor atau kanker. Tidak semua tumor bersifat kanker, tumor yang bersifat kanker disebut tumor ganas, sedangkan yang bukan kanker disebut tumor jinak. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong, sel tumor jinak tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh penderita. Sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh melewati aliran darah maupun sistem getah bening. Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru yang akhirnya membentuk sekumpulan sel tumor ganas atau kanker baru (metastasis).
2.2.3 Faktor-faktor Resiko 1. Riwayat keluarga dan gen terkait kanker payudara merupakan salah satu faktor resiko terutama jika terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara seperti ayah atau ibu, saudara perempuan ayah atau ibu, kakak atau adik, mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar terhadap terjadinya kanker payudara (Dennis, 2009). 2. Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas. Perubahan mutasi gen BRCA-1 atau BRCA-2 dengan perubahan mutasi 50-90% dapat meningkatkan resiko kanker payudara dan memungkinkan perkembangan kanker payudara sebelum usia 50 tahun (Lewis, 2007 dalam Monika 2012). 3. Riwayat reproduksi dengan usia yang relatif muda yaitu kurang dari 12 tahun terutama saat pertama kali mengalami menstruasi dan usia setelah 50 tahun yaitu untuk wanita yang telah menopause. Angka kejadian kanker payudara dibawah usia 25 tahun hanya sedikit dan meningkat secara bertahap hingga usia 60 tahun (Lewis, 2007). Selain itu, wanita yang melahirkan anak pertama diatas usia 35 tahun, wanita yang belum
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
10
pernah melahirkan anak, wanita yang tidak menyusui dan wanita yang lama masa menyusui dapat meningkatkan angka kejadian payudara (Rasjidi, 2010) 4. Wanita
yang
menggunakan
terapi
sulih
hormon
(TSH)
dapat
meningkatkan resiko kanker payudara dan terjadi peningkatan resiko sebesar 2,3% setipa tahun pada wanita yang menggunakan TSH. Wanita yang menggunakan obat kontrasepsi hormonal yang lama atau lebih dari 5 tahun dan penggunaan terapi estrogen dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kanker payudara. 5. Wanita yang mengalami kegemukan (obesitas) dan seseorang yang mempunyai gaya hidup diet tinggi lemak mempunyai resiko 2 kali lebih besar dari yang tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak, riwayat mengkomsumsi alkohol dengan minum 2 kali sehari atau lebih dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh dan berisiko mengalami kanker payudara 50-70%, riwayat merokok dan stres hebat.
2.2.4 Tanda dan Gejala Kanker payudara pada tahap dini tidak menimbulkan keluhan. Tanda dan gejala yang dirasakan pada stadium dini adalah adanya benjolan utuh keras, biasa di kuadran atas bagian dalam, dibawah ketiak dan tidak beraturan, serta tidak terasa nyeri. Memasuki stadium lanjut benjolan yang keras tersebut semakin membesar, benjolan tidak dapat bergerak (terfiksasi) dan lama kelamaan terjadi perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam atau tarikan kedalam pada areola payudara (nipple retraction). Selain itu juga terjadi edema dan keriput seperti kulit jeruk (“peant d’ orange), pengelupasan papilla payudara serta keluar cairan abnormal dari puting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal ibu tidak sedang hamil atau menyusui. Saat dilakukan pemeriksaan diagnostik berupa mammografi di temukan lesi pada payudara.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
11
2.2.5 Patofisiologi Proses terjadinya kanker terjadi karena perubahan struktur sel yang terjadi pada sistem duktal. Pada tahap awal terjadi proses hiperplasia sel dengan perkembangan sel atipik. Perkembangan abnormal sel kanker akan menggangu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan masuk dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal. Proses ini membutuhkan waktu tujuh tahun untuk dapat bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi masa yang cukup besar dan dapat diraba kira-kira berdiameter satu cm. Pada ukuran tersebut kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis dan tumbuh secara terus menerus dan sulit untuk dikendalikan. Kanker payudara menyebar ke jaringan disekitarnya melalui aliran darah dan saluran limfe (Price, 2005)
2.2.6 Distribusi dan Klasifkasi Kanker Payudara Dari seluruh kanker payudara, sekitar 50 % tumbuh pada kuadran lateral atas, 10% ketiga kuadran lain dan 20 % sub areolar. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan yang disebut dengan mammografi. Klasifikasi kanker payudara menurut Robbins & Cotran (2006) dikategorikan dalam dua bagian yaitu: 1. Kanker payudara non invasif (non infiltratif) Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu yaitu penghubung antara alveolus kelenjar yang memproduksi susu dan puting payudara. Hal ini disebut 'Ductal Carcinoma In Situ' (DCIS), dimana kanker belum menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu. Kanker payudara non invasif meliputi: - Karsinoma intraduktal - Karsinoma intraduktal dengan penyakit paget - Karsinoma lobuler insitu
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
12
2. Kanker payudara invasif (infiltratif) Kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastasis) kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar limpa dan lainnya melalui peredaran darah. Kanker payudara invasif meliputi: - Karsinoma intraduktal invasif - Karsinoma duktal denganpenyakit paget - Karsinoma lobuler invasif - Karsinoma medule - Karsinoma koloid - Karsinoma tubular - Karsinoma kista adenoid - Karsinoma apokrin - Karsinoma papiler skuamosa
Penentuan tingkat keganasan kanker payudara menggunakan stadium TNM dengan penentuan klinis dan hispatologik. Union Internationale Contre le Cancer (UICC) merumuskan sistem TNM yaitu T adalah tumor primer, N adalah nodus (kelenjar getah bening) dan M adalah metastasis. Klasifikasi berdasarkan TNM (tumor, nodus dan metastasis) menurut Newton (2009) yaitu: Tabel 2.1 Penentuan klasifikasi berdasarkan TNM Stadium
T (Tumor)
N (Nodus)
M (Metastasis)
Stadium IA
T1
N0
M0
Stadium IB
T2
N0
M0
Stadium IIA
T2
N1
M0
Stadium IIB
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
Stadium IIIA
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
13
Stadium IIIB Stadium IV
T3
N2
M0
T apapun
N3
M0
T4
N apapun
M0
T apapun
N apapun
M1
Tabel 2.2 Definisi TNM berdasarkan Newton (2009) TNM
Keterangan
Tumor primer (T): TX
Kondisi tumor yang utama yang tidak dapat dikaji
T0
Tidak ada bukti keberadaan tumor primer
T1
Tumor kurang dari 3 cm, disekeliling paru atau viseral pleura
T2
Tumor yang diikuti berbagai macam perubahan dengan ukuran lebih dari 3 cm telah menginvasi bronkus, 2 cm atau lebih ke arah distal ke karina dan menginvasi viseral pleura
T3
Ukuran tumor meluas dan menginvasi langsung area dinding dada, diafragma, mediastinal pleura, parietal perikardium atau tumor berada di bronkus berukurankurang dari 2 cm distal ke karina tanpa menginvasi karina disertai dengan atelektasis atau obstruksi akibat pneumoni
T4
Tumor sangat luas ukurannya, diikuti invasi pada mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakhea, esofagus, tulang belakang, karina, penyebaran tumor pada beberapa lobus paru, atau tumor memicu efusi pleura
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
14
Kelenjar getah bening regional (N): NX
Area invasi sel pada nodus limfe tidak dapat dikaji
N0
Tidak ada metastasis tumor pada area nodus limfe
N1
Metastasis ke kelenjar ipsilateral peribronchial atau pada nodus limfe termasuk di dalamnya penyebaran langsung sel tumor utama
N2
Metastasis
ke
kelenjar
ipsilateral
yang
mediatinal atau pada nodus limfe subkarinal N3
Metastasis
pada
kontralateral
mediastinal,
kontralateral hilar, ipsilateral atau kontralateral scalene atau nodus limfe supraclavicular Metastasis jauh (M): Mx
Jarak penyebaran tidak diketahui
M0
Tidak ada metastasis jauh
M1
Metastasis jauh ke organ lain termasuk penyebaran nodul tumor pada lobus yang berbeda
2.2.7 Pentahapan Kanker Payudara Pentahapan kanker menurut Smeltzer & Bare, (2002) : 1. Stadium I (stadium dini) Besarnya tumor tidak lebih dari 2 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase)
pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini,
kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
15
2. Stadium II Tumor sudah lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan kemungkinan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. 3. Stadium III Tumor sudah cukup besar yaitu lebih dari 5 cm, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin. 4. Stadium IV Tumor berukuran lebih dari 5 cm, nodus limfe normal atau kankerosa dan metastase jauh.
2.2.8 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kanker Payudara Penanganan dan pengobatan penyakit kanker payudara tergantung dari tipe dan stadium yang dialami penderita. Pada umumnya seseorang baru diketahui menderita penyakit kanker payudara setelah menginjak stadiun lanjut yang cukup parah, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau rasa malu sehingga terlambat untuk diperiksakan ke dokter atas kelainan yang dihadapinya.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
16
1. Pembedahan Pada kanker payudara yang diketahui sejak dini maka pembedahan adalah tindakan yang tepat. Dokter akan mengangkat benjolan serta area kecil sekitarnya yang lalu menggantikannya dengan jaringan otot lain (lumpectomy). Secara garis besar, ada 3 tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara diantaranya: a. Mastektomi 1) Mastektomi Radikal Operasi pengangkatan sebagian dari payudara (lumpectomy). Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. 2) Mastektomi Total Operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak. 3) Mastektomi radikal modifikasi Operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
2. Non Pembedahan Selain pembedahan terdapat beberapa cara pengobatan kanker payudara: a. Penyinaran atau terapi radiasi Proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
17
Radiasi merupakan salah satu standar pengobatan kanker disamping pengobatan kanker lainnya, yaitu pembedahan dan kemoterapi. Radiasi menggunakan energi pengion dan non pengion. Contoh dari energi pengion yaitu: Sinar X (Roentgen), sinar ɤ (Co60). Sedangkan energi non pengion seperti menggunakan panas (Hyperthermi) menggunakan sumber energi seperti USG atau microwave untuk memanaskan sel-sel kanker untuk suhu tinggi. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa hipertermia dapat membuat beberapa sel kanker lebih
sensitif
terhadap
radiasi.
(http://www.breastcancer.org/treatment/radiation/how_works). Pengobatan dengan radiasi dapat diberikan sendiri atau dapat juga dilakukan secara kombinasi, baik dengan pembedahan maupun kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker dan stadium. Tindakan untuk membunuh sel tumor, memperkecil ukuran tumor, mengurangi nyeri dan obstruksi. Beberapa tipe radiasi: 1) Radiasi Eksternal Radiasi eksternal adalah jenis yang paling umum dari radiasi, biasanya diberikan setelah tindakan lumpektomi dan mastektomi. Radiasi dianjurkan setelah mastektomi dengan kanker lebih besar dari 5 cm atau bila kanker ditemukan di kelenjar getah bening dan digunakan untuk mengobati kanker yang telah menyebar ke daerah lain seperti ke tulang dan otak. Radiasi diberikan selama 5 hari dalam seminggu, selama 5 sampai 7 minggu. 2) Radiasi Internal Metode ini kurang
umum digunakan pada pemberian radiasi.
Radiasi internal biasanya menggunakan potongan - potongan kecil bahan radioaktif yang ditempatkan disekitar kanker.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
18
3) Radiasi Intraoperatif Terapi radiasi intraoperatif diberikan selama operasi lumpectomy setelah pengobatan kanker. Setelah pasien dinyatakan selesai menjalani terapi radiasi, maka dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan radiasi yang diberikan. Evaluasi dapat meliputi, respon pengobatan, toleransi pasien dan efek samping.
b. Terapi Hormonal Terapi hormonal di kenal sebagai terapi anti-estrogen yang sistem kerjanya memblok kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara. Sebagian besar kejadian dan perkembangan kanker payudara memiliki kaitan dengan hormon melalui pemeriksaan estrogen (ER) dan progesteron (PR). Pasien dengan pemeriksaan positif termasuk kanker payudara tipe bergantung hormon, hasil terapi hormonal baik, pasien dengan hasil tes negatif termasuk kanker payudara tidak bergantung hormon.
c. Kemoterapi Merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Kombinasi yang sering danjurkan disebut Cyclofosfamid Adriamycin Fluoracil (CAF) meliputi siklofosfamid (Cytoxan), Adriamycin, Fluoracil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen yang diberikan selama 3-6 bulan. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
19
d. Pengobatan Herceptin Terapi biologi yang dikenal efektif melawan HER2 - positive pada wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III dan IV dengan penyebaran.
2.2.9 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi: Morfologi sel darah, Laju Endap Darah (LED), Test fal marker (CEA) dalam serum atau plasma, serta pemeriksaan sitologis. 2. Test diagnostik a. Non invasif 1) Mammografi Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi
atau
terpalpasi
atipikal
menjadi
gambar,
dapat
menemukan lesi yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut dengan ketepatan sekitar 80 %. 2) Ultrasonografi Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan disekitarnya. 3) MRI Tumor payudara mengandung densitas mikrovaskular (MVD) yang abnormal. MRI payudara dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis kanker payudara stadium dini. 4) Ro thorak
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
20
b. Invasif 1) Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan pembedahan 2) Aspirasi biopsy (FNAB) 3) Dengan aspirasi jarum halus , sifat massa dibedakan antar kistik atau padat 4) True cut / Care biopsi 5) Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsi mamografi untuk memandu jarum pada massa 6) Insisi dan eksisi biopsi Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara froxen section. 2.3 Metastasis Kanker Payudara ke Tulang Belakang dan Paru-paru Penyebaran sel kanker primer terjadi melalui tiga mekanisme yaitu, penyebaran langsung ekspansi, melalui aliran vena, emboli tumor yang menyebar melalui sirkulasi darah. Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel - sel kanker keluar dari tempat asalnya (primary site) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel - sel kanker dapat keluar dari suatu tumor primer menjadi ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran darah ataupun aliran limfe. Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung. Apabila sel kanker melalui aliran limfe, maka sel - sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel berjalan melalui peredaran darah, maka sel - sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru (Robbins & Cotran, 2006). Tulang merupakan salah satu organ tubuh yang selalu tumbuh dan mengganti sel-sel yang rusak yang membuatnya menjadi media yang baik bagi pertumbuhan sel-sel kanker. Selain itu, tulang juga memproduksi senyawa yang
menyuburkan
pertumbuhan
sel
kanker
sehingga
membuat
pertumbuhannya semakin cepat. Sel-sel kanker dapat menyebar atau bermetastasis pada tulang manapun di dalam tubuh penderita kanker Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
21
payudara. Namun, sel kanker cenderung menyebar ke tulang punggung, tulang pinggul, tulang rusuk, tulang lengan atas, dan tulang paha. Tempattempat tersebut dipilih sel kanker karena memiliki persedian darah paling banyak (Nureni, 2013). Tulang belakang merupakan salah satu organ yang dapat mengalami proses penyebaran atau metastasis karena sel kanker. Kemungkinan metastasis sel kanker pada tulang dapat mencapai 33 % (Vincent, 2008). Kelenjar payudara di persarafi oleh nervus interkostal ke 2-6 dan 3-4 dari pleksus servikalis. Fraktur kompresi berkaitan erat dengan proses metastasis kanker payudara dan merupakan salah satu penyebab paling umum dari nyeri tulang punggung. Fraktur kompresi yang paling sering terjadi karena osteoporosis atau karena trauma pada tulang punggung yang disebabkan oleh cidera. Pada pasien osteoporosis atau pada pasien dengan tumor primer atau penyakit metastasis yang melibatkan vertebra thoraks. Perburukan akibat dari metastasis kanker payudara dapat berdampak pada kelumpuhan pada pasien. Fraktur kompresi vertebra thoraks dapat di perburuk karena inspirasi dalam, batuk dan setiap gerakan pada tulang punggung. Palpasi vertebra dapat menimbulkan nyeri dan spasme refreks otot paraspinal tulang belakang. Kerusakan saraf tulang belakang dapat menyebabkan ileus perut sehingga terjadi splinting otot paraspinal. Kegagalan dalam pengobatan dapat mengakibatkan hipoventilasi, atelektasis dan pneumonia. Kanker payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya melalui saluran limfe dan aliran darah. Pada kanker payudara metastasis yang sering terjadi adalah ke paru, pleura dan tulang. Manifestasi metastasis dapat berupa nodul yang disebut “coin lesion” atau efusi pleura (Page, 2004). Adanya riwayat pasien menderita ca. mammae sebelumnya, batuk produktif yang lama, sesak napas, dan penurunan berat badan dapat disebabkan oleh keganasan (Bahar, 2008).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
22
2.4 Penatalaksanaan Nyeri 2.4.1 Definisi Nyeri Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau menggambarkan suatu istilah kerusakan (Brunner and Suddarth, 2002). 2.4.2 Tipe Nyeri 1. Nyeri Akut Nyeri akut di akibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri jaringan. Nyeri jenis ini biasanya awitannya datang tiba-tiba, seperti setelah trauma atau pembedahan dan mungkin menyertai kecemasan atau distres emosional. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera sudah terjadi. Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan Penyebab nyeri yang paling sering adalah tindakan diagnosa dan pengobatan serta dalam beberapa kejadian jarang menjadi kronis.
2. Nyeri kronik (non maligna) Nyeri kronik terjadi secara konstan dan intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik sulit untuk menentukan awitannya dan dapat menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor kejiwaan. Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama (lebih dari enam bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap pengobatan.
3. Nyeri yang berhubungan dengan kanker Nyeri pada penderita kanker dapat terjadi secara akut atau kronik. Nyeri kanker dihasilkan dari keadaan dimana timbul ketakutan akan kematian dan terdiagnosis sebagai pasien kanker dan dapat langsung di kaitkan dengan infiltrasi tulang dengan sel tumor atau kompresi saraf. Sebagian
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
23
besar nyeri yang timbul sebagai akibat dari pengobatan kanker seperti pembedahan atau radiasi. 2.4.3 Manajemen Nyeri Nyeri yaitu pengalaman sangat tidak
menyenangkan yang dirasakan
seseorang terhadap stimulus tertentu. (Kozier, 2004). Sedangkan manajemen nyeri suatu upaya untuk mengurangi nyeri ketingkat yang lebih rendah yang dapat dirasakan oleh pasien. 1. Guided Imagery Metoda ini menggunakan memori tentang peristiwa-peristiwa yang menyenangkan bagi seseorang atau mengembangkan pemikiranpemikiran untuk mengurangi nyeri.
2. Teknik Relaksasi Ketegangan otot, kecemasan, dan nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman. Masing-masing perasaan secara individu dapat memperhebat perasaan yang lain dan menciptakan suatu siklus hebat. Teknik relaksasi dapat membantu memutuskan siklus ini. Teknik ini meliputi meditasi, yoga, musik, dan ritual keagamaan. Penggunaan teknik relaksasi tidak menyiratkan bahwa nyeri itu tidak nyata, tetapi hanya membantu menurunkan ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan nyeri sedemikian rupa sehingga tidak bertambah buruk.
3. Distraksi Metoda ini berfokus pada perhatian seseorang atas sesuatu selain dari nyeri. Teknik ini paling efektif untuk nyeri yang dirasakan sesaat saja, sebagai contoh, injeksi dan pengambilan darah. Alat yang biasa digunakan adalah menggunakan kaset atau lagu pilihan sebagai pengiring dengan memastikan lingkungan yang tenang, damai dan memiliki suhu yang memberikan kenyamanan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
24
2.5 Teknik Rentang Gerak Sendi ROM (Range of Motion) adalah pergerakan maksimum yang mungkin dilakukan oleh sendi (Kozier, 2004). Sedangkan latihan ROM adalah latihanlatihan
yang
diberikan
untuk
mempertahankan
fungsi
sendi
dan
meningkatkan fungsi sendi yang berkurang karena proses penyakit, kecelakaan atau tidak digunakan. Latihan ROM ini bertujuan untuk : a. Mempertahankan fungsi mobilisasi sendi b. Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang karena proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan. c. Mencegah komplikasi dari immobilisasi seperti atropi otot, dan kontraktur. d. Mempersiapkan latihan lebih lanjut. Indikasi dalam dilakukannya ROM (Range of Motion) adalah sebagai berikut: a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran b. Kelemahan otot c. Fase rehabilitasi fisik d. Klien dengan tirah baring lama
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
25
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan 3.1.1 Data Diri Klien Nama Klien
: Ny. H
Usia
: 29 tahun
Tanggal lahir
: 14 Februari 1985
No. Rekam Medis
: 43.57.35
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Diagnosis medis
: Kanker Payudara, Fraktur Kompresi Thorakal IX dan X
Tanggal pengkajian
: 29 Mei 2014
Sumber informasi
: Klien, keluarga dan rekam medis
3.1.2 Anamnesa 1. Keluhan Utama Pasien Klien mengatakan terdapat benjolan pada payudara sebelah kiri dan merasakan nyeri yang menyebar ke daerah pinggang dan tulang belakang. Keluhan di rasakan sejak 3 bulan yang lalu. Kaki dan tangan kiri terasa lemas dan sulit digerakkan. Klien sudah lama merasakan nyeri dan semenjak sebulan terakhir pasien tidak mampu untuk duduk karena nyeri yang dirasakan. Keluarga klien mengatakan, saat ini pasien tidak nafsu makan karena merasakan mual, klien mengatakan berat badannya menurun. Klien saat ini sedang menjalani terapi radiasi hari ke 6 dan akan menjalani terapi radiasi selama 20 hari. Terapi radiasi dilakukan satu kali perhari, tempat radiasi di tengah antara payudara kanan dan kiri.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
26
2. Alasan Masuk Rumah Sakit Keluarga klien mengatakan sebelum klien di rujuk ke RSPAD Gatot Soebroto, klien pernah dirawat di RS Dustira Bandung sekitar sebulan yang lalu (April 2014). Klien di diagnosis kanker payudara dan sudah menyebar ke tulang belakang. Keluarga klien mengatakan, klien mengeluh pusing, terdapat benjolan yang ada di payudara sebelah kiri dan terasa nyeri yang menyebar ke tulang belakang.
3. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan tidak pernah menderita tumor jinak payudara sebelumnya, tidak pernah mengalami trauma pada payudara dan tidak pernah operasi. Usia menarche pertama kali pada usia 13 tahun dengan siklus menstruasi teratur 1 kali perbulan selama ± 7 hari. Klien mengatakan telah memiliki 3 orang anak yang lahir dengan normal, jarak usia antara anak pertama, kedua dan ketiga masing-masing sekitar 2 tahun dengan anak pertama lahir saat klien berusia 22 tahun. Riwayat pemberian ASI pada anak pertama dan kedua berjalan dengan baik, air ASI yang keluar banyak dan menyusui sampai usia 1,5 tahun. Namun pada saat anak yang ketiga, tidak ada produksi air ASI pada payudara kiri. Setelah anak yang ketiga berhenti menyusu, klien mulai merasakan ada benjolan di payuadara kiri, yang semakin lama semakin membesar dan terasa nyeri. Klien mengatakan memiliki riwayat KB yaitu mengkonsumsi obat kontrasepsi oral. Klien juga mengatakan tidak ada riwayat penyakit kanker di keluarga, sedangkan riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, asma, jantung dan ginjal disangkal oleh klien.
3.1.3 Kebutuhan Dasar 1. Aktivitas dan Istirahat Sebelum di rawat di rumah sakit, klien beraktifitas secara mandiri dan semua kegiatan atau pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri. Klien
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
27
merupakan salah seorang pegawai di salah satu bank swasta di Bandung dan bekerja di bagian administrasi. Ayah klien mengatakan, sebelum sakit klien seorang yang aktif, dan mempunyai banyak teman. Aktivitas di waktu senggang dipergunakan untuk mengobrol dan berkumpul dengan keluarga serta mengajari dan mendampingi anak-anaknya belajar. Klien mengatakan tidak memiliki gangguan pola tidur sebelumnya, waktu untuk istirahat tidur sekitar 5-6 jam perhari mulai pukul 22.00 WIB hingga 04.00 WIB. Semenjak klien jatuh sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga, klien diharuskan bed rest karena penyakit kanker payudara disertai fraktur kompresi yang di alaminya. Kesimpulan hasil bone scan menunjukkan adanya gambaran osteoblastik yang disebabkan oleh suatu proses metastase pada tulang. Aktivitas klien mengalami perubahan, semua aktivitas dan kebutuhan dasar klien di bantu oleh suami dan ayahnya. Klien tampak merasakan nyeri pada tulang belakang dan tidak dapat duduk sehingga pola istirahat klien tidak menentu dan sering terjaga saat sedang tidur. Klien terobservasi tertidur saat perawat mengajak mengobrol dengan klien. Suami klien mengatakan, klien masih bisa bergerak merubah posisi miring ke kanan dan ke kiri secara perlahanlahan.
2. Sirkulasi Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit darah tinggi dan penyakit jantung. Klien tidak merasakan kebas, kesemutan pada ekstremitas. Tidak tampak edema periorbital, edema ekstremitas dan tidak ada perubahan frekuensi atau jumlah urin. Tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 88 x / menit, suhu 36,5 °C, frekuensi pernafasan 24 x / menit, tidak ada distensi vena jugularis, pengisisian kapiler pada kuku ekstremitas < 3 detik, ekstremitas teraba hangat dengan pulsasi ekstremitas bawah kuat dan teratur. Membran mukosa oral agak kering dan berwarna pink, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Tidak
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
28
ada bunyi jantung yang abnormal, bunyi jantung S1 & S2, irama reguler, kualitas kuat, tidak ada murmur dan gallop.
3. Pernapasan Saat dilakukan pengkajian, klien tidak mengeluh sesak dan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas pernafasan. Frekuensi pernafasan 24 x / menit dan teratur, bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Klien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat merokok ataupun penyakit paru seperti bronkhitis dan tuberkulosis.
4. Eliminasi Sebelum di rawat di rumah sakit, pola eliminisasi klien tidak mengalami gangguan. Pola buang air besar hampir setiap hari atau dua hari sekali. Namun selama dirawat pola eliminasi buang air besar klien tidak teratur dan hanya sedikit, hal ini karena klien tidak nafsu makan dan asupan makanan yang kurang. Buang air besar terakhir satu hari sebelum dilakukan pengkajian, konsistensi lembek dan agak encer, tidak ada pendarahan. Pola buang air kecil 5-6 kali per hari, karakter urin dan jumlah urin tidak dapat terkaji karena klien menggunakan diapers. Klien mengatakan masih dapat mengontrol pengeluaran urin.
5. Makanan dan Cairan Sebelum di rawat di rumah sakit pola makan klien baik, klien makan tiga kali sehari. Karena klien bekerja, klien sering makan makanan cepat saji (fast food), klien juga menyukai sayuran dan buah. Diit yang diberikan saat di rawat di rumah sakit adalah 30 kkal/KgBB/hari atau diit lunak 1600 kkal/ hari. Pola makan klien 3 kali sehari, namun tidak nafsu makan karena perutnya terasa mual dan terkadang muntah. Klien hanya makan energen atau minum susu yang di campur dengan beberapa keping biskuit regal. Suami klien mengatakan,
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
29
dalam satu hari klien dapat minum ± 4-6 gelas air putih dan dapat minum secara perlahan-lahan menggunakan sedotan. Berat badan klien sebelum sakit: ± 60 kg, berat badan saat dirawat ± 55 kg, dengan tinggi badan 150 cm. Berdasarkan berat badan dan tinggi badan nilai Index Massa Tubuh (IMT) klien adalah 24 kg/m² yang berarti status gizi klien masih dalam batas normal.
6. Kebersihan Diri Sebelum sakit, klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri. Selama masa perawatan kebutuhan kebersihan diri klien di bantu oleh perawat dan keluarga klien. Klien tampak bersih karena setiap pagi dan sore suami klien selalu mengelap badan klien dan di keramasi oleh ayah klien, serta pakaian klien selalu di ganti setiap hari. Oral hygiene dilakukan minimal satu kali dalam sehari dengan bantuan keluarga, mukosa dalam mulut lembab dan berwarna agak pucat.
7. Neurosensori Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan masaih bisa merasakan sentuhan di area ekstremitas atas dan bawah, tidak terasa kebas, tidak ada tremor, tidak ada deformitas, klien hanya mengeluh pusing. Keadaan status mental baik, kesadaran compos mentis, orientasi waktu, tempat, orang: baik, kesadaran compos mentis dengan GCS E4 M6 V5. Memori jamgka pendek dan jangka panjang klien masih baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
8. Muskuloskeletal Postur tubuh klien tidak dapat terkaji karena klien bed rest di tempat tidur. Klien Ny. H memiliki masalah dalam sistem muskuloskeletal. Klien tampak terbaring di tempat tidur dan tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki kiri secara maksimal. Hasil pengkajian motorik pada tungkai atas dan bawah didapatkan data pada ekstremitas atas sebelah kanan klien masih mampu merasakan genggaman, mengencangkan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
30
genggaman, menahan tarikan dan menarik lengan pemeriksa. Pada ekstremitas bawah sebelah kanan klien masih mampu melawan gravitasi dan menahan tekanan. Sedangkan pada ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri, klien mampu menahan gravitasi dengan mengangkat tangan dan kaki namun tidak dapat menahan tekanan. Kekuatan otot pada klien: 4 4 4 4 2 2 2 2 4444
2222
9. Nyeri dan Ketidaknyamanan Klien mengeluh nyeri pada payudara sebelah kiri, nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan skala 2 dan klien tidak terlalu merasakannya. Pengkajian nyeri pada klien dilakukan dengan teknik pengkajian PQRST. Provocatif factor dirasakan saat klien bergerak atau merubah posisi. Quality nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi terus menerus dan frekuensi terus menerus dengan skala nyeri 6. Region nyeri dirasakan menjalar di tulang belakang sampai ke ekstremitas bawah. Saverity nyeri menggunakan teknik relaksasai nafas dalam dan istirahat, saat dikaji skala nyeri 5. Timing adalah ritme durasi lama. Klien tampak menghilangkan rasa nyeri dengan menarik nafas dalam dan tampak mengerutkan muka.
10. Keamanan Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki sebelah kiri secara maksimal dan terasa lemas. Tonus otot kurang, range of motion kurang aktif. Klien tidak memiliki riwayat alergi makanan atau obat-obatan sebelumnya, klien tidak pernah mengalami kecelakaan, integritas kulit baik. Keluarga klien mengatakan di resepkan TLSO namun hanya sekali di gunakan karena tidak bisa duduk. Kesimpulan hasil bone scan menunjukkan adanya gambaran osteoblastik yang disebabkan oleh suatu proses metastase pada tulang. Berdasarkan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
31
hasil foto lumbosacral terlihat adanya fraktur kompresi thorakal IX dan X. Nilai Barthel Index sebelum sakit menunjukkan nilai 20 yaitu klien masih dapat beraktivitas secara mandiri. Pada saat masuk rumah sakit, nilai Barthel Index menunjukkan nilai 9 yaitu klien mempunyai ketergantungan sedang, namun pada saat perawatan di minggu pertama dan kedua, nilai Barthel Index klien menunjukkan nilai 8 yaitu klien mengalami imobilisasi dengan ketergantungan berat.
11. Seksualitas Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak laki-laki. Klien mengatakan tidak ada keluhan pada payudara sebelum di rawat di rumah sakit. Saat dilakukan pengkajian, terjadi perubahan pada bentuk payudara sebelah kiri, terdapat benjolan yang teraba keras sekitar ± 2 cm kenyal dan berbatas tegas.
12. Integritas Ego dan Interaksi Sosial Klien berstatus telah menikah dan memiliki 3 orang anak, hubungan klien dan keluarga sangat baik. Klien mengatakan pasrah dan menerima keadaan penyakitnya, ingin cepat sembuh dan segera pulang kerumah agar dapat bertemu dengan anaknya. Klien merasa menjadi sangat ketergantungan kepada perawat dan keluarga. Klien mengatakan terkadang klien merasa cemas penyakitnya tidak akan bisa sembuh dan selalu bertanya kepada perawat tentang kondisinya saat ini. Perawat memberikan semangat dan motivasi kepada klien untuk tetap menjalani tindakan pengobatan agar dapat sembuh dan bertemu dengan anakanaknya kembali. Klien tampak memiliki semangat untuk dapat sembuh, klien dan keluarga selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan kesembuhan dan jalan yang terbaik bagi klien.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
32
3.1.4 Terapi Medis Tabel 3.1 Daftar Terapi Medis pada Klien Ny. H Jenis terapi
Rute
Dosis
Radiasi Cobalt
1 kai perhari selama 20 hari
IVFD Ringer Laktat
8 jam = 20 tpm
IV
Inj. Ondansentron
2 x 8 mg
IV
Inj. Ranitidin
2 x 50 mg
IV
Inj. Tramadol
3 x 100 mg
IV
3.1.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Hasil Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan foto thoraks, tanggal 11 April 2014 di RS Dustira Bandung Hasil : Cor, sinus & diafragma dalam batas normal Pulmo : hili normal, corakan bronchovasculer normal, tidak tampak infiltrat Kesan : Tidak tampak KP / peneumonia dan tidak tampak kardiomegali b. Pemeriksaan biopsi, tanggal 22 April 2014 di RS Dustira Bandung Data klinis : Tumor mammae susp maligna dd TBC Makroskopik : Jaringan compang - camping kurang lebih 4 cc, coklat, kenyal Mikroskopik : Sediaan berasal dari payudara kiri menunjukkan sel-sel tumor ganas epitel yang tumbuh infiltrat pada stroma jaringan
ikat.
Sel
tumor
memiliki
inti
yang
pleomorfik, vesikuler, atau hiperkromatik dengan anak inti mencolok, mitosis ditemukan. Tidak di jumpai invasi limfovaskuler oleh sel tumor
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
33
Kesimpulan : “invasive ductal carsinoma” grade 2 mammae sinistra. Pada sediaan tidak dijumpai invasi limfovaskuler c. Pemeriksaan Foto Lumbosacral, tanggal 06 Mei 2014 di RSPAD Gatot Soebroto Hasil : Kelengkungan vertebra lumbal tampak melurus Kedudukan vertebra lumbal normal, tidak tampak listesis Tidak tampak pergeseran corpus vertebra Densitas tulang – tulang normal Tampak kompresi corpus vertebra Th 10 Tampak formasi sput minimal di sisi anterior corpus vertebra L1 s/d L5 Tidak tampak penyempitan celah diskus intervertebralis Jaringan lunak sekitar vertebra baik Kesan : Straight lumbalis Kompresi corpus vertebra Th 10 Spondylosis lumbalis d. Pemeriksaan Sidik Tulang (Bone Scan), tanggal 13 Mei 2014 di RSPAD Gatot Soebroto Hasil : Telah dilaksanakan pemeriksaan sidik tulang (whole body bone scanning) dengan menggunakan radiofarmaka Tc-99Mmdp, posisi AP dan PA Sintigram: Pencitraan dilaksanakan secara statik 3 jam pasca penyuntikkan radiofarmaka. Dengan pencitraan statik tampak distribusi radioaktivitas pada tulang yang meningkat patologis pada : - os parietal sinistra - os scapula sinistra - beberapa os costae bilateral - beberapa os vertebra thorakal sampai lumbal - sacroliac joint sinistra
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
34
- os ilium dextra - os sacrum - os pubis bilateral - proksimal os femur dextra Kesan : Gambaran osteoblastik demikian dapat disebabkan oleh suatu proses metastasis pada tulang Saran : Evaluasi 6 bulan kemudian e. Pemeriksaan MRI Thoracolumbal tanpa kontras, tanggal 29 Mei 2014 di RSPAD Gatot Soebroto Hasil : Lengkung corpus vertebra thoracolumbal normal Compresi dan deformitas corps Thorakal 10 tampak menonjol ke kanalis spinalis Intensitas bone marrow tampak heterogen dengan multipel lesi didalamnya yang tampak sampai ke pedicle Vertebra end plate reguler Intensitas diskus intervertebralis normal. Tebal diskus normal Potongan sagital tak tampak penonjolan diskus ke posterior, diskus L4-5 dan L5-S1 menonjol ringan ke posterior Tak tampak hipertropi ligamentum flavum maupun facel joint Conus medularis di level Th 12- L1 MR Mielogram. Tampak stenosis canalis spinalis level Th 10 Kesan:
Compresi corpus vertebra Th 10, komponen posterior menonjol ke kanalis spinalis Multipel lesi bone marrow thoracolumbal sampai sacrum Diskus intervertebralis infact Stenosis canalis spinalis level Th 10 ec suspect ec multipel mieloma
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
35
2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada Ny. H Tanggal Pemeriksaan 13 Mei 2014
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
13,6
12 - 16 g/dl
Hematokrit
36
37 - 47 %
Eritrosit
4,7
4,3-6,0 juta/ul
Leukosit
7670
4.800-10.800/ul
Trombosit
210 rb
150 - 400 rb/ul
LED
105
< 20 mm/jam
MCV
82
80 - 86 fL
MCH
29
27 - 32 pg
MCHC
35
32-36 g/dl
SGOT
66
0-35 u/l
SGPT
17
0-40 u/l
Ureum
63
20-50 mg/dl
Kreatinin
1,5
0,5-1,5 mg/dl
Glukosa Darah (Puasa)
80
70-100 mg/dl
Glukosa Darah (2 jam
90
140 mg/dl
Hematologi
Kimia Klinik
PP) CRP Kuantitatif 20 Mei 2014
< 6 mg/l
Hematologi Hemoglobin
10,3
12 - 16 g/dl
Hematokrit
33
37 - 47 %
Eritrosit
3,8
4,3-6,0 juta/ul
Leukosit
5500
4.800-10.800/ul
Trombosit
327 rb
150 - 400 rb/ul
MCV
80
80 - 86 fL
MCH
27
27 - 32 pg
MCHC
34
32-36 g/dl
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
36
24 Mei 2014
30 Mei 2014
Hematologi Hemoglobin
9,6
12 - 16 g/dl
Hematokrit
29
37 - 47 %
Eritrosit
3,5
4,3-6,0 juta/ul
Leukosit
10200
4.800-10.800/ul
Trombosit
362 rb
150 - 400 rb/ul
MCV
81
80 - 86 fL
MCH
28
27 - 32 pg
MCHC
34
32-36 g/dl
Hemoglobin
10
12 - 16 g/dl
Hematokrit
31
37 - 47 %
Eritrosit
3,8
4,3-6,0 juta/ul
Leukosit
6820
4.800-10.800/ul
Trombosit
300 rb
150 - 400 rb/ul
MCV
81
80 - 86 fL
MCH
26
27 - 32 pg
MCHC
33
32-36 g/dl
Hematologi
3.2 Analisa Data Tabel 3.3 Analisa Data pada Klien Ny. H No. 1.
Data
Masalah Keperawatan Nyeri Kronik
Data Subjektif : - Klien mengatakan nyeri menyebar pada tulang belakang skala nyeri 6 (sedang), frekuensi lama, durasi lama, nyeri dirasakan terutama saat bergerak dan berubah posisi - Klien mengatakan nyeri pada payudara kiri skala nyeri 2, frekunsi hilang timbul - Klien menghilangkan rasa nyeri dengan menarik nafas dalam dan istirahat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
37
Data Objektif : - Klien tampak bed rest - TTV : TD: 140/90 mmHg, Nadi: 88x/menit, S: 36ºC, P: 24x/menit - P saat klien bergerak atau merubah posisi. Q nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi terus menerus dan frekuensi terus menerus dengan skala nyeri 6. R nyeri dirasakan menjalar di tulang belakang sampai ke ekstremitas bawah. S nyeri menggunakan teknik relaksasai nafas dalam dan istirahat, saat dikaji skala nyeri 5. T ritme durasi lama. - Klien tampak menghilangkan rasa nyeri dengan menarik nafas dalam dan tampak mengerutkan muka - Kesan foto lumbosacral dan MRI: Kompresi corpus vertebra Thorakal 10 2.
Data Subjektif :
Gangguan
- Klien mengatakan sulit menggerakkan tangan
Mobilitas Fisik
dan kaki kanannya karena terasa lemas - Suami klien mengatakan, klien harus dibantu saat akan miring kanan dan miring kiri - Keluarga klien mengatakan di resepkan TLSO namun hanya sekali di gunakan karena tidak bisa duduk Data Objektif : - Klien tampak bedrest - Klien tampak kesulitan untuk mengangkat tangan dan kakinya - Kelemahan otot pada tangan dan kaki kiri - Semua kebutuhan dasar klien selama di rawat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
38
dibantu oleh perawat dan keluarga - Kekuatan otot pada ekstremitas 4444 2222 4444 2222 ekstremitas atas kanan mampu merasakan genggaman, menahan
mengencangkan
tarikan
dan
genggaman,
menarik
lengan
pemeriksa. Ekstremitas bawah kanan klien mampu melawan gravitasi dan menahan tekanan. Ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri, klien mampu menahan gravitasi dengan mengangkat tangan dan kaki namun tidak dapat menahan tekanan. - Nilai Barthel Indeks 8 (ketergantungan berat) - Kesan foto lumbosacral dan MRI: Kompresi corpus vertebra Thorakal 10 3.
Data Subjektif :
Risiko Trauma
- Klien mengatakan nyeri yang menjalar ke
Spinal (lebih
tulang belakang hingga ke kaki
lanjut)
- Klien mengatakan masih bisa miring ke kiri dan ke kanan secara perlahan-lahan - Klien mengatakan saat ini semua aktivitas di bantu oleh perawat dan keluarga Data Objektif : - Klien tampak bed rest - Klien menggunakan TLSO - Kekuatan otot pada ekstremitas 4444 2222 4444 2222 ekstremitas atas kanan mampu merasakan genggaman,
mengencangkan
genggaman,
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
39
menahan
tarikan
dan
menarik
lengan
pemeriksa. Ekstremitas bawah kanan klien mampu melawan gravitasi dan menahan tekanan. Ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri, klien mampu menahan gravitasi dengan mengangkat tangan dan kaki namun tidak dapat menahan tekanan. - Nilai Barthel Indeks 8 (ketergantungan berat) - Kesan foto lumbosacral dan MRI: Kompresi corpus vertebra Thorakal 10 4.
Data Subjektif :
Risiko
- Klien mengatakan mual dan tidak nafsu
ketidakseimbangan
makan
nutrisi kurang dari
- Suami klien mengatakan, istrinya hanya
kebutuhan tubuh
makan sereal energen atau susu yang di campur dengan beberapa keping biskuit regal - Klien merasa berat badannya menurun, sebelum sakit BB ± 60 kg, saat di rawat BB 55 kg. - Klien merasa badannya menjadi kurus dan terasa lemas Data Objektif : - Klien tampak lemas - Klien tampak kurus - BB : 55 kg, TB : 150 cm, IMT: 24 kg/m² dengan status gizi normal - Diit lunak 1600 kkal/ hari - Klien sedang menjalani terapi radiasi hari ke 6, tempat radiasi di tengah antara payudara kanan dan kiri.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
40
3.3 Masalah Keperawatan Data-data yang didapatkan dari hasil pengkajian Ny. H dikelompokkan dalam analisa data. Hasil analisa data menunjukkan adanya beberapa masalah keperawatan pada kasus Ny. H, adapun diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah: 1. Nyeri kronik 2. Risiko Trauma Spinal (lebih lanjut) 3. Gangguan mobilitas fisik 4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri kronik Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam diharapkan
klien
mampu
menyatakan
dan
mengenali
munculnya nyeri, klien mampu mengontrol rasa nyeri, klien mampu melakukan cara mengontrol rasa nyeri Kriteria Hasil: 1) Klien mengatakan skala nyeri berkurang atau hilang 2) Ekspresi wajah tenang 3) Klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan benar 4) Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, Nadi : 60100 x/menit, Pernafasan : 16-20 x/menit, Suhu : 36-37 °C) Intervensi : 1) Observasi dan catat karakteristik nyeri, skala nyeri (0-10), frekuensi, faktor presipitasi nyeri, lokasi dan penyebaran nyeri. Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi
tentang
terjadinya
komplikasi
dan
ketidakefektifan intervensi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
41
2) Berikan
lingkungan
yang
kondusif
untuk
relaksasai
dengan
meredupkan lampu, mengurangi kebisingan, membatasai pengunjung, anjurkan klien untuk istirahat dengan posisi yang nyaman bagi klien Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks atau istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri 3) Anjurkan menggunakan teknik relaksasi napas dalam Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi oksigen ke seluruh jaringan serta dapat
memusatkan
kembali
perhatian
yang
dapat
meningkatkan koping 4) Mengukur tanda-tanda vital Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri 5) Kolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian analgetik Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga nyeri dapat tidak dipersepsikan
2. Resiko trauma spinal (lebih lanjut) Tujuan: Setelah dilakukan perawatan pre-operasi (3x24 jam) tidak terjadi cidera lebih lanjut pada tulang belakang Kriteria hasil: 1) Klien mampu mempertahankan kesejajaran yang tepat tanpa ada kerusakan tulang belakang lebih lanjut Intervensi : 1) Pertahankan bedrest dan imobilisasi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
42
Rasional: Imobilisasi mencegah kondisi instabilitas kolum vertebral dan membantu penyembuhan. Catatan: Traksi hanya digunakan untuk cidera servikal saja
2) Cek kepatenan tempat tidur dan posisi sejajar pada tulang belakang saat tidur Rasional: Kasur yang terlalu lembut dapat menyebabkan instabilitas tulang belakang atau kerusakan lebih lanjut 3) Reposisi berkala, minta bantuan staf lain untuk melakukan teknik log roll jika ingin mengubah posisi Rasional: Teknik Log roll meminimalkan posisi fleksi, putaran, strain, terutama pada klien cedera tulang belakang dengan kelemahan ekstremitas 4) Kolaborasi: persiapan (pembuatan) Thorakal Lumbal Sakral Orthosis Rasional: memberikan stabilitas dan menurunkan risiko dislokasi
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam diharapkan klien mampu mempertahankan posisi tubuh. Kriteria Hasil: 1) Klien dapat mempertahankan posisi tubuh dan tidak ada kontraktur pada kaki / foot drop 2) Klien dapat meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit atau kompensasi 3) Klien dapat melakukan Range Of Motion (ROM) yang memungkinkan melakukan aktivitas kembali
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
43
Intervensi : 1) Mengkaji fungsi motorik seperti melakukan gerakan mengangkat bahu, meregangkan jari-jari, menggenggam tangan atau melepas genggaman tangan Rasional : Mengevaluasi keadaan secara khusus. Pada beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi 2) Membantu melakukan latihan Range Of Motion (ROM) pada semua ekstremitas dan sendi dengan gerakan perlahan Rasional : Dapat meningkatkan sirkulasi, mempertahankan tonus otot dan mobilisasai sendi, meningkatkan mobilisasi sendi serta mencegah kontraktur dan atrofi otot 3) Memberikan bantalan atau meninggikan ekstremitas bawah untuk mengurangi risiko foot drop, kaji adanya edema pada kaki atau pergelangan tangan Rasional : Hilangnya tonus pembuluh darah dan gerakan otot dapat mengakibatkan bendungan darah dan vena akan menjadi statis di bagian bawah abdomen, ekstremitas bawah dan meningkatkan risiko terjadinya trombus 4) Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi Rasional : Mengurangi ketegangan otot atau kelelahan serta dapat mengurangi nyeri dan spasme otot 5) Observasi kulit setiap hari terutama pada daerah yang tertekan dan lakukan perawatan kulit dengan benar Rasional : Gangguan sirkulasi, hilangnya sensasi atau kelumpuhan merupakan risiko tinggi terjadinya luka akibat tekanan 6) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik (fisioterapi) dan dokter terkait pemberian tindakan Range Of Motion (ROM)
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
44
Rasional : Membantu dalam merencanakan dan melaksanakan latihan secara
individual
dan
mengidentifikasi
atau
mengembangkan alat-alat bantu untuk mempertahankan fungsi, mobilisasi dan kemandirian klien
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam diharapkan klien mampu menyatakan dapat makan tanpa adanya mual dan muntah serta adanya peningkatan nafsu makan. Kriteria Hasil: 1) Klien dapat menyatakan rasa nyaman pada perut (tidak ada mual dan muntah) 2) Menunjukkan berat badan yang stabil atau tidak ada penurunan berat badan 3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Intervensi : 1) Pantau asupan makanan setiap hari Rasional
:
Mengidentifikasi
kekuatan
atau
defisiensi
nutrisi
berdasarkan asupan makanan 2) Awasi terjadinya anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan terapi dan obat. Awasi frekuensi, volume dan konsistensi feses Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diit dan mengidentifikasi dalam peningkatan pemasukan nutrisi 3) Dorong dan berikan suasana yang nyaman untuk istirahat dan gunakan teknik relaksasi sebelum makan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
45
Rasional : Membantu menghemat tenaga dan menurunkan kebutuhan metabolik. Penggunaan teknik relaksasi dapat menurunkan rasa anoreksia, mual, muntah dan memungkinkan klien meningkatkan masukan oral 4) Menciptakan suasana makan yang menyenangkan, dorong klien untuk berbagi makanan bersama keluarga Rasional : Membuat kondisi makan lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan asupan nutrisi 5) Kolaborasi ke ahli gizi untuk penentuan kebutuhan diit Rasional : Memberikan perencanaan diit khusus untuk memenuhi kebutuhan klien dengan nutrisi yang adekuat 6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik Rasional : Terapi antiemetik dapat mengurangi rasa mual atau muntah 7) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti albumin, protein serum sesuai indikasi Rasional
:
Pemeriksaan
laboratorium
dapat
membantu
mengidentifikasi ketidakseimbangan nutrisi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
46
3.5
Implementasi dan Evaluasi Tindakan Nama Klien
: Ny. H
No. Rekam Medis : 43.57.35
Usia
: 29 tahun
Tanggal Lahir
Diagnosa Medis
: Kanker Payudara disertai Fraktur Kompresi Thorakal IX dan X
Hari, Tanggal Jumat, 30 Mei 2014
Diagnosa Keperawatan Nyeri kronik
Implementasi 1. Mengkaji nyeri dan karakteristiknya
: 14 Februari 1985
Evaluasi S: 1. Klien mengatakan nyeri pada tulang belakang
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
dengan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, terasa
3. Berikan lingkungan yang kondusif
saat bergerak
4. Mengajarkan dan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
dan banyak orang
5. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3x100 mg (IV)
2. Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri 3. Klien mengatakan nyerinya berkurang setelah diberikan obat pengurang rasa nyeri O : 1. Klien tampak kesakitan saat berubah posisi dan tampak berhati-hati 2. Skala nyeri 5 3. Klien mampu melakukan teknik relaksasai nafas dalam untuk mengontrol / mengurangi nyeri 4. Tanda-tanda vital TD: 140/90 mmHg, Nadi: 90 x/menit, Suhu: 37 °C, P: 26 x/menit A : Nyeri kronik belum teratasi P :1. Observasi tanda-tanda vital 2. Observasi nyeri
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Paraf Eka Ayu Nofyani
47 3. Memotivasi klien untuk mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam 4. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 100 mg IV 5. Meminimalisir tindakan atau gerakan Gangguan fisik
mobilitas
1. Mengkaji fungsi motorik (meregangkan jari-jari,
S: 1. Klien mengatakan kaki dan tangan masih terasa
menggenggam tangan atau melepas genggaman
lemas, klien masih dapat menggenggam tangan
tangan
perawat secara perlahan
2. Melakukan latihan Range Of Motion (ROM) pada ekstremitas
2. Keluarga klien mengatakan kaki dan tangan kiri klien agak kaku dan sulit untuk di angkat,
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
hanya sedikit demi sedikit 3. Keluarga klien mengatakan klien selalu di
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
miringkan ke kiri dan ke kanan, tidak ada luka
5. Observasi kulit pada daerah yang tertekan
tekan di bagian punggung O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang latihan pergerakan sendi 2. TTV = TD: 130/90 mmHg, Nadi: 88x/menit, suhu: 36,8 °C, P:24x/menit 3. Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan benar 4.Tidak tampak luka tekan di punggung klien A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi P: 1. Observasi rentang gerak klien 2. Memberikan bantalan pada kaki untuk mencegah foot drop
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
48 3. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang pernah dipelajari 4. Observasi kulit pada daerah yang tertekan Risiko trauma spinal (lebih lanjut)
1. Pertahankan bedrest dan imobilisasi
S: 1. Klien mengatakan posisi selalu tidur karena
2. Cek kepatenan tempat tidur dan posisi sejajaran pada tulang belakang saat tidur serta memastikan side rail terpasang dengan baik 3. Menganjurkan
kesejajaran
nyeri muncul saat digerakan O: 1. Posisi semifowler dengan posisi kepala dan punggung sejajar, side rail tidak terpasang
kepala
dan
tulang
belakang
lengkap A: Klien masih dalam resiko cedera tulang belakang lebih lanjut P: 1. Buat jadwal berkala melakukan logroll dengan bantuan keluarga atau staf lain 2. Kolaborasi persiapan pembuatan TLSO
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Memantau asupan makanan klien hari ini 2. Mengawasi terjadinya anoreksia, mual, muntah 3. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan sesuai kemampuan 4. Memotivasi keluarga (suami dan ayah klien) untuk meningkatkan asupan makanan dengan menyediakan makan kesukaan klien dan makanan yang bervariasi 5. Memberi reinforcement positif atas motivasi klien dalam menghabiskan makanan 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik dan pemeriksaan laboratorium
S: 1. Klien mengatakan hari ini merasakan mual 2. Keluarga klien mengatakan klien minum susu ½ gelas dan air putih ¼ gelas dengan menggunakan sedotan, klien muntah apabila makan nasi O: 1. Klien tampak berbaring, lemas 2. Klien tampak disuapi makan oleh suaminya 3. Makanan yang dimakan susu ½ gelas dan air putih ¼ gelas dengan menggunakan sedotan, klien muntah apabila makan nasi 4. Terapi injeksi ranitidin 2 x 1 (IV) dan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
49 7. Kolaborasi ke ahli gizi untuk penentuan kebutuhan diit
ondancentron 3 x 80 mg (IV) 5. Berat badan klien sebelum sakit: ± 60 kg, berat badan saat dirawat: ± 55 kg, tinggi badan: 150 cm, IMT: 24 kg/m² dengan status gizi normal 6. Hb terakhir 10 g/dl (tanggal 30 Mei 2014). Albumin, protein serum belum ada pemeriksaan ulang A: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: 1. Berikan lingkungan yang nyaman saat waktu makan 2. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan, cemilan, buah-buahan yang disukai 3. Awasi terjadinya mual dan muntah 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
Sabtu, 31 Mei 2014
Nyeri kronik
1. Mengkaji nyeri dan karakteristiknya
S: 1. Klien mengatakan nyeri menjalar hingga ke
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
punggung, terutama saat berubah posisi, skala
3. Mendorong klien untuk melakukan teknik relaksasai
nyeri 4
nafas dalam
2. Klien mengatakan kaki dan tangan kiri sulit
4. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan dan cara mengatasi nyeri 5. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3x100 mg (IV)
digerakkan dan terasa lemas 3. Klien mengatakan saat ini nyeri sudah berkurang karena sudah diberi obat pengurang nyeri dan melakukan teknik relaksasi O: 1. Klien tampak lebih tenang dan berhati-hati dalam Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Eka Ayu Nofyani
50 merubah posisi 2. TTV = TD: 130/90 mmHg, Nadi: 88x/menit, suhu: 36,8 °C, P:24x/menit 3. Klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri A: Nyeri sedikit berkurang, namun masih perlu penanganan nyeri P: 1. Observasi nyeri 2. Beri lingkungan yang nyaman untuk klien 3. Memotivasi klien untuk mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam yang pernah dipelajari 4. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 100 mg IV Gangguan mobilitas fisik
1. Mengkaji fungsi motorik (meregangkan jari-jari,
S: 1. Klien mengatakan kaki dan tangan masih terasa
menggenggam tangan atau melepas genggaman
lemas, klien masih dapat menggenggam tangan
tangan
perawat secara perlahan
2. Melakukan latihan Range Of Motion (ROM) pada ekstremitas
2. Keluarga klien mengatakan kaki dan tangan kiri klien agak kaku dan sulit untuk di angkat,
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
hanya sedikit demi sedikit 3. Keluarga klien mengatakan klien selalu di
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
miringkan ke kiri dan ke kanan, tidak ada luka
5. Observasi kulit pada daerah yang tertekan
tekan di bagian punggung O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang latihan pergerakan sendi dibantu ayahnya Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
51 2. TTV = TD: 130/90 mmHg, Nadi: 88x/menit, suhu: 36,8 °C, P:24x/menit 3. Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan benar 4.Tidak tampak luka tekan di punggung klien A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi P: 1. Observasi rentang gerak klien 2. Memberikan bantalan pada kaki untuk mencegah foot drop 3. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang pernah dipelajari 4. Observasi kulit pada daerah yang tertekan Risiko trauma spinal (lebih lanjut)
1. Pertahankan bedrest dan imobilisasi 2.Cek kepatenan tempat tidur dan posisi sejajaran pada tulang belakang saat tidur serta memastikan side rail terpasang dengan baik 3. Menganjurkan kesejajaran kepala dan tulang belakang
S: 1. Klien mengatakan posisi selalu tidur karena nyeri muncul saat digerakan O: 1. Posisi semifowler dengan posisi kepala dan punggung sejajar, side rail tidak terpasang lengkap A: Klien masih dalam resiko cedera tulang belakang lebih lanjut P: 1. Buat jadual berkala melakukan logroll dengan bantuan keluarga atau staf lain
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Memantau asupan makanan klien hari ini 2. Mengawasi terjadinya anoreksia, mual, muntah 3. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan sesuai kemampuan
S: 1. Klien mengatakan hari ini tidak terlalu merasakan mual 2. Keluarga klien mengatakan klien hanya minum energen ± ¾ gelas, air putih ¼ gelas, klien
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
52 4. Memotivasi keluarga klien (suami dan ayah klien) untuk meningkatkan asupan makanan sesuai kemampuan
muntah apabila makan nasi O: 1. Klien tampak berbaring, lemas 2. Klien tampak kurus
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
3. Klien tampak disuapi makan oleh suaminya 4. Terapi injeksi ranitidin 2 x 1 (IV) dan
6. Kolaborasi ke ahli gizi untuk penentuan kebutuhan diit
ondancentron 3 x 80 mg (IV) A: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P: 1. Berikan lingkungan yang nyaman saat waktu makan 2. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan, cemilan, buah-buahan 3. Awasi terjadinya mual dan muntah 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
Senin, 2 Juni 2014
Nyeri kronik
1. Mengkaji nyeri dan karakteristiknya 2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 3. Mendorong klien untuk melakukan teknik relaksasai nafas dalam
nyeri, skala nyeri 3 2. Klien mengatakan kaki dan tangan masih terasa lemas
4. Memberikan posisi dan lingkungan yang nyaman untuk klien
3. Klien mengatakan saat ini nyeri sudah berkurang karena sudah melakukan teknik relaksasi ketika
5. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3x100 mg (IV)
S: 1. Klien mengatakan saat ini tidak terlalu merasakan
nyeri timbul 4. Keluarga klien mengatakan semalam klien bisa tidur walaupun hanya sebentar-sebentar O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Eka Ayu Nofyani
53 tertidur 2. TTV= TD: 130/80 mmHg, Nadi: 90x/menit, suhu: 37,3 °C, P: 24x/menit 3. Klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri A: Nyeri berkurang, namun masih perlu penanganan nyeri P: 1. Observasi nyeri 2. Beri lingkungan yang nyaman untuk klien 3. Memotivasi klien untuk mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam yang pernah dipelajari 4. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 100 mg IV Gangguan fisik
mobilitas 1. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi apabila terasa nyeri saat latihan 2. Mengobservasi tanda-tanda vital dan rentang gerak klien
S: 1. Klien mengatakan kaki dan tangan masih terasa lemas dan tidak terasa nyeri 2. Keluarga klien mengatakan kaki dan tangan kiri klien agak kaku dan sulit untuk di angkat,
3. Memberikan bantalan pada kaki untuk mencegah foot
hanya sedikit demi sedikit O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang
drop 4. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang pernah dipelajari
latihan pergerakan sendi dibantu oleh ayah klien 2. TTV= TD: 130/80 mmHg, Nadi: 90x/menit, suhu: 37,3 °C, P: 24x/menit 3. Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
54 dengan baik dan benar 4. Tidak tampak foot drop pada kaki A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi P: 1. Observasi rentang gerak klien 2. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang pernah dipelajari setiap hari 3.Mempertahankan bantalan kaki untuk mencegah foot drop Risiko trauma spinal (lebih lanjut)
1. Pertahankan bedrest dan imobilisasi 2.Cek kepatenan tempat tidur dan posisi sejajaran pada tulang belakang saat tidur serta memastikan side rail terpasang dengan baik 3. Menganjurkan kesejajaran kepala dan tulang belakang
S: 1. Klien mengatakan posisi selalu tidur karena nyeri muncul saat digerakan O: 1. Posisi semifowler dengan posisi kepala dan punggung sejajar, side rail tidak terpasang lengkap A: Klien masih dalam resiko cedera tulang belakang lebih lanjut P: 1. Buat jadwal berkala melakukan logroll dengan bantuan keluarga atau perawat
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Memantau asupan makanan klien hari ini 2. Mengawasi terjadinya anoreksia, mual, muntah 3. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan sesuai kemampuan 4. Memotivasi suami klien untuk meningkatkan asupan makanan dengan menyediakan makan kesukaan klien
S: 1. Klien mengatakan hari ini merasakan mual 2. Keluarga klien mengatakan klien hanya minum energen ± ½ gelas, klien masih muntah apabila makan nasi 3. Klien mengatakan berat badannya turun sehingga terlihat kurus O: 1. Klien tampak berbaring, lemas
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
2. Klien tampak kurus Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
55 antiemetik
3. Klien tampak disuapi makan oleh suaminya 4. Terapi injeksi ranitidin 2 x 1 (IV) dan ondancentron 3 x 80 mg (IV) A: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P: 1. Berikan lingkungan yang nyaman saat waktu makan 2. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan, cemilan, buah-buahan yang disukai 3. Awasi terjadinya mual dan muntah 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
Selasa, 3 Juni 2014
Nyeri kronik
1. Mengkaji nyeri dan karakteristiknya 2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 3. Mendorong klien untuk melakukan teknik relaksasai nafas dalam
terutama saat bergerak, skala nyeri 6 2. Klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung dan kaki
4. Memberikan posisi dan lingkungan yang nyaman untuk klien
3. Klien mengatakan nyeri berkurang setelah di berikan obat pengurang nyeri
5. Memberi motivasi dan berdoa agar di beri kesembuhan oleh Tuhan YME 6. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3x100 mg (IV)
S: 1. Klien mengatakan saat ini masih merasakan nyeri,
4. Keluarga klien mengatakan semalam klien kurang tidur karena merasakan nyeri 5. Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak menahan nyeri dengan mencari posisi yang nyaman 2. TTV= TD: 160/90 mmHg, Nadi: 100x/menit, Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Eka Ayu Nofyani
56 suhu: 37,5 °C, P: 28x/menit 3. Klien tampak berat bernafas A: Nyeri belum teratasi, masih perlu penanganan nyeri P: 1. Observasi nyeri 2. Beri lingkungan yang nyaman untuk klien 3. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 100 mg IV dan pemberian terapi oksigen Gangguan fisik
mobilitas
1. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi apabila terasa nyeri saat latihan 2. Mengobservasi kemampuan rentang gerak klien 3. Memberikan bantalan pada kaki untuk mencegah
nyeri 2. Keluarga klien mengatakan, sering membantu klien untuk dilakukan latihan gerak dan klien mengatakan nyaman saat dilakukan miring
foot drop 4. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang pernah dipelajari 5. Memberikan lotion untuk mencegah luka tekan (dekubitus)
S: 1. Klien mengatakan kaki dan tangan tidak terasa
kanan dan kiri walaupun hanya sebentar 3. Suami klien mengatakan selalu menjaga kelembaban kulit terutama pada area yag tertekan O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang menggerak-gerakkan sendi tangan dan kakinya 2. Tidak ada luka di punggung klien 3. Tidak tampak foot drop pada kaki A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi P: 1. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang pernah dipelajari setiap hari 2. Mempertahankan bantalan kaki untuk mencegah foot drop 3. Mengobservasi daerah yang tertekan Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
57 Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Memantau asupan makanan klien hari ini 2. Mengawasi terjadinya anoreksia, mual, muntah 3. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan sesuai kemampuan 4. Memotivasi suami klien untuk meningkatkan asupan makanan dengan menyediakan makan kesukaan klien
S: 1. Klien mengatakan hari ini mual berkurang 2. Keluarga klien mengatakan klien hanya minum energen ±1 gelas dan ditambah sekeping biskuit regal 3. Klien mengatakan ingin berat badannya bertambah O: 1. Klien tampak berbaring, lemas (-)
5. Memberi reinforcement positif atas motivasi klien dalam menghabiskan makanan 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
2. Klien tampak disuapi makan oleh suaminya 3. Makanan habis 1 porsi (1 gelas energen ditambah biskiut regal) 4. Terapi injeksi ranitidin 2 x 1 (IV) dan ondancentron 3 x 80 mg (IV) A: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: 1. Berikan lingkungan yang nyaman saat waktu makan 2. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan, cemilan, buah-buahan yang disukai 3. Awasi terjadinya mual dan muntah 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
Rabu, 4 Juni 2014
Nyeri kronik
1. Mengkaji nyeri dan karakteristiknya
S: 1. Klien mengatakan saat ini nyeri sudah berkurang
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
setelah diberikan obat pengurang nyeri dan
3. Memotivasi klien untuk melakukan teknik relaksasai
melakukan teknik relaksasi ketika nyeri timbul,
nafas dalam
skala nyeri 4 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Eka Ayu Nofyani
58 4. Memberikan posisi dan lingkungan yang nyaman untuk klien
2. Klien mengatakan kaki dan tangan masih terasa lemas
5. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3x 100 mg (IV)
3. Keluarga klien mengatakan semalam klien bisa tidur walaupun hanya sebentar-sebentar O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang disuapi oleh suaminya 2. TTV= TD: 130/70 mmHg, Nadi: 84x/menit, suhu: 37 °C, P: 22x/menit 3. Klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan benar A: Nyeri berkurang, namun masih perlu penanganan nyeri P: 1. Observasi nyeri 2. Beri lingkungan yang nyaman untuk klien 3. Memotivasi klien untuk mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam yang pernah dipelajari 4. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 100 mg IV
Gangguan fisik
mobilitas
1.
Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi apabila terasa nyeri saat latihan
2. 3.
Memberikan bantalan pada kaki untuk mencegah
S: 1. Klien mengatakan telah melakukan perubahan posisi secara perlahan -lahan 2. Keluarga klien mengatakan klien dapat
foot drop
mengangkat tangan dan kaki kiri sedikit demi
Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang
sedikit
pernah dipelajari setiap hari
O: 1. Klien tampak tenang, rileks dan tidak merasakan Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
59 nyeri pada saat latihan 2. Tidak tampak foot drop pada kaki 3. Semua aktivitas klien di bantu oleh keluarga A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi P: 1. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak setiap hari 2. Mempertahankan bantalan kaki untuk mencegah foot drop 3.Kolaborasi dengan ahli terapi fisik (fisioterapi) dan dokter terkait pemberian tindakan Range Of Motion (ROM) Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1.
Memantau asupan makanan klien hari ini
2. Mengawasi terjadinya anoreksia, mual, muntah 3. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan sesuai kemampuan 4. Memotivasi keluarga ( suami dan ayah klien ) untuk meningkatkan asupan makanan dengan menyediakan makan kesukaan klien dan makanan yang bervariasi 5. Memberi reinforcement positif atas motivasi klien
S: 1. Klien mengatakan hari ini tidak merasakan mual 2. Keluarga klien mengatakan klien minum susu 1 gelas ditambah sekeping biskuit regal dan jeruk O: 1. Klien tampak berbaring, lemas 2. Klien tampak disuapi makan oleh suaminya 3. Makanan habis 1 porsi (1 gelas susu ditambah biskiut regal) dan jeruk 4. Terapi injeksi ranitidin 2 x 1 (IV) dan ondancentron 3 x 80 mg (IV)
dalam menghabiskan makanan 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
A: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: 1. Berikan lingkungan yang nyaman saat waktu makan Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
60 2. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan, cemilan, buah-buahan yang disukai 3. Awasi terjadinya mual dan muntah 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik Kamis, 5 Juni 2014
Nyeri kronik
1. Mengkaji nyeri dan karakteristiknya
S: 1. Klien mengatakan saat ini nyeri sudah berkurang
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
dengan melakukan teknik relaksasi ketika nyeri
3. Memotivasi klien untuk melakukan teknik relaksasai
timbul, skala nyeri 4
nafas dalam
2. Keluarga klien mengatakan klien tidur hanya
4. Memberikan posisi dan lingkungan yang nyaman untuk klien
3. Keluarga klien mengatakan selalu berdoa untuk
5. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3x 100 mg (IV)
sebentar dan sering terjaga kesembuhan klien O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang di ajak mengobrol oleh suami dan ayahnya 2. TTV= TD: 130/80 mmHg, Nadi: 84x/menit, suhu: 37 °C, P: 22x/menit 3. Klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan benar A: Nyeri berkurang, namun masih perlu penanganan nyeri P: 1. Memotivasi klien untuk mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam yang pernah dipelajari 2. Motivasi klien dengan berdoa 3. Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 100 mg IV Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Eka Ayu Nofyani
61 Gangguan fisik
mobilitas
1. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik
S: 1. Klien mengatakan terasa lebih rileks dan tidak
relaksasi apabila terasa nyeri saat latihan
merasakan nyeri pada saat latihan
2. Mengobservasi tanda-tanda vital dan rentang gerak
2. Keluarga klien mengatakan selalu melatih
klien
pergerakan sendi klien setiap hari
3. Memberikan bantalan pada kaki untuk mencegah foot
O: 1. Klien tampak berbaring dan tampak sedang latihan pergerakan sendi dibantu oleh ayah
drop 4. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang
klien
pernah dipelajari
2. TTV= TD: 130/80 mmHg, Nadi: 84x/menit, suhu: 37 °C, P: 22x/menit 3. Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan benar 4. Tidak tampak foot drop pada kaki A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi P: 1. Observasi rentang gerak klien 2. Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak yang pernah dipelajari setiap hari 3. Mempertahankan bantalan kaki untuk mencegah foot drop 4
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Memantau asupan makanan klien hari ini 2. Mengawasi terjadinya anoreksia, mual, muntah 3. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan sesuai kemampuan
Kolaborasi dengan ahli terapi fisik (fisioterapi) dan dokter terkait pemberian tindakan Range Of Motion (ROM)
S: 1. Klien mengatakan hari ini tidak merasakan mual 2. Keluarga klien mengatakan klien minum susu 1 gelas ditambah 2 keping biskuit regal dan jus ½ gelas
4. Memotivasi keluarga ( suami dan ayah klien) untuk Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
62 meningkatkan asupan makanan dengan menyediakan makan kesukaan klien dan makanan yang bervariasi 5. Memberi reinforcement positif atas motivasi klien dalam menghabiskan makanan Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
O: 1. Klien tampak berbaring, lemas 2. Klien tampak disuapi makan oleh suaminya 3. Makanan habis 1 porsi (1 gelas susu ditambah 2 keping biskiut regal) dan jus ½ gelas 4. Terapi injeksi ranitidin 2 x 1 (IV) dan ondancentron 3 x 80 mg (IV) A: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: 1. Berikan lingkungan yang nyaman saat waktu makan 2. Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan makanan, cemilan, buah-buahan yang disukai 3. Awasi terjadinya mual dan muntah 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antiemetik
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
63
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto merupakan rumah sakit rujukan tertinggi bagi seluruh TNI Angkatan Darat di Indonesia. RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit yang berada di bawah naungan Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. RSPAD Gatot Soebroto memiliki visi yakni menjadi rumah sakit berstandar internasional, sebagai rujukan tertinggi dan rumah sakit pendidikan utama serta kebanggaan prajurit dan masyarakat. Visi rumah sakit yang kedua yakni menjadi rujukan tertinggi terdapat dalam misi menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang bermutu secara menyeluruh untuk prajurit ataupun PNS TNI Angkatan Darat, keluarga serta masyarakat. Visi ketiga terdapat dalam misi mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan. Misi RSPAD yakni menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan tertinggi bagi prajurit TNI AD sebagai pendukung tugas pokok TNI AD, kelengkapan peralatan, ruangan, sarana dan prasarana penunjang yang di dukung oleh sumber daya manusia yang profesional merupakan salah satu upaya RSPAD Gatot Soebroto dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Visi menjadi rumah sakit berstandar internasional dicapai dengan menyelenggarakan pelayanan yang profesional dengan standar Joint Commision International (JCI) dengan mengupayakan 6 sasaran keselamatan pasien. RSPAD Gatot Soebroto sebagai rumah sakit pendidikan menerima mahasiswa dari seluruh institusi di Indonesia. Salah satunya mahasiswa program profesi Universitas Indonesia yang menjalani praktik Profesi Keperawatan Mata Ajar Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) Peminatan Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Mahasiswa ditempatkan di ruang Perawatan Umum lantai 6 (PU Lt.6) dan di
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
64
ruang lantai 5 perawatan bedah. Ruang perawatan lantai 5 bedah merupakan ruang perawatan kelas III dan kelas II yang memiliki 10 kamar tidur dengan kapasitas tempat tidur 2 hingga 4 tempat tidur. Ruang kamar 1 dan 10 hanya terdapat 2 tempat tidur yang digunakan bagi pasien kelas II dan ruang kamar 2 hingga 9 terdapat 4 tempat tidur yang digunakan bagi pasien kelas III, sehingga kapasitas total dari lantai 5 bedah adalah 36 tempat tidur. Pasien yang dirawat di ruang lantai 5 bedah merupakan pasien yang menderita penyakit bedah seperti bedah onkologi, THT, bedah mata, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan bedah digestif. Mahasiswa mendapat kesempatan belajar, menerapkan konsep teori ke dalam keterampilan praktik di lapangan. Mahasiswa dapat menerapkan teori asuhan keperawatan yang telah dipelajari pada saat masa perkuliahan dengan di bimbing oleh pembimbing klinik serta perawat ruangan. Ruang perawatan lantai 5 bedah di kepalai oleh ibu Ns. Merri Silaban., SKep dan memiliki 2 orang Clinical Instruction (CI) yaitu ibu Khusmanah Amd.Kep dan ibu Nina Amd.Kep yang juga berperan sebagai perawat assosiate di ruangan. Ruang perawatan lantai 5 bedah memiliki 3 ketua tim dengan keseluruhan perawat assosiate sebanyak 23 orang. 4.2 Analisis Masalah Kesehatan dengan Konsep Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan Peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah urbanisasi berdampak negatif
pada masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kepadatan penduduk serta tingginya penggunaan kendaraan bermotor menyebabkan udara yang tidak sehat dan polusi, jumlah sampah, limbah industri di perkotaan. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, sebagian orang di kota besar menginginkan kebutuhan hidup yang serba praktis karena rutinitas yang padat. Perubahan pola hidup inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat tidak memperdulikan pola hidup sehat. Mereka lebih cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang cepat saji, makanan yang banyak mengandung lemak, dan kurang memperhatikan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
65
kesehatan fisik seperti tidak berolahraga karena tuntutan pekerjaan. Hal inilah yang memicu timbulnya penyakit kanker. Kanker sampai saat ini masih dianggap penyakit yang menakutkan bagi masyarakat. Kurangnya pengetahuan masyarakat serta pola hidup yang tidak sehat menyebabkan semakin banyaknya penderita kanker di Indonesia terutama wanita. Kesadaran dan pengetahuan akan bahaya kanker payudara pada wanita masih kurang terutama untuk pemeriksaan dini. Wanita yang terdiagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang spesifik. Hal ini menunjukkan bahwa setiap wanita dianggap berisiko untuk mengalami kanker payudara dan mempunyai risiko kematian terbanyak akibat penyakit kanker. Pemerintah Indonesia melalui Yayasan Kanker Indonesia telah melakukan beberapa tindakan promotif, preventif dan kuratif dalam menurunkan angka kesakitan, kematian dan penderitaan akibat kanker. Tindakan promotif yang dilakukan yaitu melalui penyuluhan, dan pendidikan masyarakat. Tindakan preventif meliputi kegiatan penyuluhan, dan pelayanan deteksi dini yang didukung dengan kegiatan penelitian. Sedangkan kegiatan kuratif meliputi pelayanan suportif, termasuk pelayanan paliatif yang bersifat untk meringankan sakit dan tidak menyembuhkan. Kegiatan rehabilitasi pun sudah mulai dilakukan untuk meninkatkan kualitas hidup pada penderita kanker. Hanya saja berbagai upaya ini belum secara optimal dilakukan pada seluruh lapisan masyarakat sehingga seringkali penderita kanker baru mencari bantuan
medis
setelah
mengalami
kanker
stadium
lanjut
(www.yayasankankerindonesia.org). Berbagai upaya pencegahan dan pengobatan kanker dapat menjadi optimal dengan menggerakkan seluruh komponen masyarakat menjadi masyarakat yang sadar akan kanker sehingga kanker dapat diketahui secara dini dan pola hidup sehat dapat terwujud. Pada kasus pasien ini, peran perawat sebagai edukator dan pemberi asuhan keperawatan sangat diperlukan dalam upaya pencegahan kelemahan otot yang dialami selama perawatan dirumah sakit. Asuhan keperawatan mandiri dengan teknik mobilisasi perlu diperhatikan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
66
oleh perawat sehingga mampu mengatasi masalah keperawatan utama serta mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit kanker payudara. 4.3 Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Payudara disertai Fraktur kompresi Thorakal IX dan X Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang berbahaya di Indonesia. Di RSPAD khususnya di lantai 5 Bedah, banyak pasien yang di diagnosis menderita kanker payudara dan banyak diantaranya yang sudah memasuki stadium lanjut. Klien Ny. H yang berusia 29 tahun di diagnosis karsinoma mammae sinistra dengan fraktur kompresi thorakal IX dan X sejak bulan April 2014. Sebelum klien mendapatkan rujukan ke RSPAD, Ny. H pernah di rawat di RS Dustira Bandung. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita usia 20 59 tahun di negara-negara berpenghasilan tinggi (WHO, 2013). Selain itu juga perubahan mutasi gen BRCA-1 atau BRCA-2 dengan perubahan mutasi 50-90% dapat meningkatkan resiko kanker payudara dan memungkinkan perkembangan kanker payudara sebelum usia 50 tahun (Lewis, 2007 dalam Monika 2012). Meskipun belum ada keterkaitan pasti antara usia dengan terjadinya penyakit kanker, namun hal ini sesuai dengan usia klien yang baru berusia 29 tahun. Faktor resiko lain yang mendasari penyakit kanker payudara pada Ny. H yaitu, klien gemar makan makanan yang cepat saji, hal ini dikarenakan klien harus bangun pagi dan jarak antara rumah dan tempat yang bekerja yang cukup jauh. Wanita yang mengalami kegemukan (obesitas) dan seseorang yang mempunyai gaya hidup diet tinggi lemak mempunyai risiko 2 kali lebih besar dari yang tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan makanan cepat saji. Selain itu juga, klien kurang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga yang dapat berdampak pada meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) dan penyakit degeneratif (Khasanah, 2012) Proses menyusui (breastfeeding) dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara, terutama pada wanita yang menyusui dalam jangka waktu yang Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
67
lama yaitu lebih dari satu tahun. Selain dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara, menyusui juga dapat meningkatkan proses keterkaitan psikologis antara ibu dan bayi (www.breastcancer.org). Hal ini berkaitan dengan klien Ny. H yang pada saat menyusui anak ketiga, payudara sebelah kiri tidak mengeluarkan ASI, sehingga dapat menjadai salah satu pemicu atau faktor resiko timbulnya penyakit kanker payudara. Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan bahwa klien telah menggunakan kontrasepsi hormonal yang cukup lama. Klien menggunakan kontrasepsi hormonal agar dapat menjaga jarak kelahiran anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal pada pada wanita dapat meningkatkan risiko 2,199 kali lebih besar terkena kanker payudara (Apreliasari, 2009), sedangkan menurut Price & Wilson (2005), penggunaan kontrasepsi dapat meningkatkan risiko terjangkit kanker payudara. Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik MRI yang dilakukan pada tanggal 29 Mei 2014, didapatkan kesan adanya kompresi korpus vertebra torakal X. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut yaitu adanya metastasis pada area tulang belakang. Kondisi ini merupakan komplikasi atau penyebaran dari sel kanker ke area tulang belakang yang dapat menyebabkan fraktur dekompresi yang mempengaruhi komposisi tulang (Vincent, 2008). Sumber lain menyebutkan keberadaan fraktur kompresi pada vertebra akan berdampak pada kelemahan di ekstremitas bawah. Gangguan pada lumbal 1 dan lumbal 2 dapat menyebabkan kelemahan pada gerakan fleksi paha dan adanya parestesia. Sedangkan pada lumbal 3 dan lumbal 4 dapat menyebabkan kelemahan pada medial leg, pergerakan lutut, fleksi dan adduksi paha, fleksi dan ekstensi pada lutut dan kelemahan otot (Anthony, 2008). Pada pasien juga mengeluhkan sering merasa nyeri pada tulang belakangnya, serta kedua kaki terasa semakin lemas. Hal ini dikarenakan metastasis kanker payudara ke tulang vertebrae. Metastasis tulang merupakan penyebaran sel-
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
68
sel kanker dari kanker primernya ke tulang. Jarak antara tumor primer dan dan munculnya metastasis bervariasi dan tidak menentu, misalnya pada karsinoma mammae. Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering dijumpai pada proses metastasis ke tulang. Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur (Sjamsuhidajat & De Jong, 2004). Pada saat dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu, intensitas nyeri klien hilang timbul. Pengkajian keperawatan yang teratur tentang nyeri sangat penting dilakukan karena klien mengalami tingkat intensitas nyeri yang berbeda (Smeltzer & Bare, 2001). Klien mengatakan nyeri menyebar pada tulang belakang skala nyeri 6 (sedang), frekuensi lama, durasi lama, nyeri dirasakan terutama saat bergerak
dan berubah posisi. Klien juga
mengatakan nyeri pada payudara kiri skala nyeri 2, frekuensi hilang timbul. Klien menghilangkan rasa nyeri dengan menarik nafas dalam dan istirahat. Data objektif yang perawat dapatkan saat klien bergerak atau merubah posisi. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi terus menerus dan frekuensi terus menerus dengan skala nyeri 6. Nyeri dirasakan menjalar di tulang belakang sampai ke ekstremitas bawah. Nyeri menggunakan teknik relaksasai nafas dalam dan istirahat, saat dikaji skala nyeri 5 dan durasi lama. Klien tampak menghilangkan rasa nyeri dengan menarik nafas dalam dan tampak mengerutkan muka. Kesan foto lumbosacral dan MRI: Kompresi corpus vertebra Thorakal 10. Berdasarkan data tersebut maka perawat mengangkat masalah keperawatan nyeri kronik. Selama masa perawatan klien di ajarkan bagaimana cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Klien di motivasi untuk melakukan teknik relaksasai nafas dalam pada saat terasa nyeri terutama saat miring kanan dan miring kiri dan merubah posisi. Setelah klien dapat melakukannya secara mandiri, klien mengatakan lebih tenang dan rileks, skala nyeri berkurang dari 6 menjadi 5.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
69
Pada kasus ini, klien tampak bed rest dan menggunakan TLSO. Ekstremitas atas kanan mampu merasakan genggaman, mengencangkan genggaman, menahan tarikan dan menarik lengan pemeriksa. Ekstremitas bawah kanan klien mampu melawan gravitasi dan menahan tekanan. Ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri, klien mampu menahan gravitasi dengan mengangkat tangan dan kaki namun tidak dapat menahan tekanan. Nilai Barthel Indeks 8 (ketergantungan berat). Kesan foto lumbosacral dan MRI: Kompresi corpus vertebra Thorakal 10. Data-data tersebut mengakibatkan Ny. H mengalami bedrest dan adanya pembatasan aktivitas. Sehingga perawat mengangkat masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dan resiko trauma spinal. Latihan rentang gerak yang dilakukan pada klien bertujuan untuk mencegah ketidaknyamanan dengan mencegah kekakuan bahu, meningkatkan kekuatan otot dengan mencegah paralisis. Hasil menunjukkan bahwa setelah di berikan tindakan latihan rentang gerak, klien merasa lebih nyaman dan tidak terjadi kekakuan dan intensitas nyeri berkurang saat dilakukan latihan. Berdasarkan hasil pemeriksaan biopsi yang dilakukan kepada klien pada tanggal 22 April 2014, tampak hasil biopsi yaitu invasive ductal carcinoma grade 2 mammae sinistra, dan tidak ditemukan adanya invasi ke jaringan limfovaskuler. Tipe karsinoma duktal invasive merupakan tipe histologi kanker payudara yang banyak terjadi, frekuensi terjadinya karsinoma duktal invasive adalah sebesar 80-90%. Karakteristik masa kanker payudara yang terjadi pada klien sesuai dengan karakteristik karsinoma duktal menginfiltrasi yaitu teraba keras saat di palpasi. Infiltrasi karsinoma duktal dapat menyebar (metastasis) ke tulang, paru, hepar dan otak (Smeltzer & Bare, 2001; Doherty & Way, 2006) Pelaksaanaan tindakan keperawatan dilakukan selama seminggu kepada klien dengan beberapa rencana tindakan yang telah disusun. Beberapa tindakan tersebut adalah dengan penggunaan bantalan pada kaki untuk mencegah foot drop, serta membantu merubah posisi klien. Hal ini dilakukan untuk
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
70
mengurangi tekanan akibat keterbatasan kondisi klien sehingga tidak terjadi dekubitus (Rijwik, 2001) Selama masa perawatan di lantai 5 bedah, Ny. H mendapatkan penatalaksanaan kanker payudara dengan radiasi. Penatalaksanaan secara medis adalah melalui terapi radiasi dan kemoterapi (Smeltzer & Bare, 2002). Efek samping dari tindakan radiasi dan kemoterapi tersebut adalah adanya gangguan metabolisme sel yang sehat seperti rambut rontok, stimulasi pusat mual (timbul rasa mual dan muntah) serta adanya gangguan pembentukan sel darah merah Zhang (2008). Dalam kasus ini Ny. H sering mengeluh mual dan terkadang muntah, tidak nafsu makan serta adanya penurunan berat badan sekitar 5 kg. Berdasarkan data tersebut perawat mengangkat masalah keperawatan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Penatalaksaan medis untuk mengurangi rasa mual dan muntah tersebut adalah dengan pemberian terapi medikasi anti emetik injeksi ranitidin 2 x 1 ampul dan injeksi ondancentron 3 x 80 mg yang di berikan melalui intravena. Berdasarkan teori tersebut, gangguan pembentukan sel darah merah dialami oleh Ny. H. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 30 Mei 2014 menunjukkan hasil hemoglobin 10 g/dl dengan nilai normal 12-16 g/dl. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada klien, tampak perubahan pada bentuk payudara sebelah kiri, teraba benjolan yang keras sekitar ± 2 cm dan berbatas tegas. Klien mengatakan benjolan semakin membesar dalam beberapa bulan terakhir. Benjolan pada payudara dapat mengarah pada neoplasma melihat dari faktor risiko yang ada pada klien. Klien juga tampak mengeluh sesak nafas. Sesak yang dirasakan tidak dipengaruhi oleh aktivitas, alergi makanan ataupun penyakit pernapasan. Klien di duga bahwa kanker payudara yang di derita oleh klien kemungkinan telah mengalami metastase ke paru-paru. Kanker payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya melalui saluran limfe dan aliran darah. Pada kanker payudara metastasis yang sering terjadi adalah ke
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
71
paru, pleura dan tulang. Manifestasi metastasis dapat berupa nodul yang disebut “coin lesion” atau efusi pleura, (Page, 2004)
4.4 Alternatif Penyelesaian masalah Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien dapat dilakukan dengan mengajarkan latihan rentang gerak, perubahan posisi serta memberikan teknik manajemen nyeri kepada klien Ny. H. Hal ini dapat bermanfaat untuk dapat meningkatkan rentang gerak, mempertahankan tonus otot, mencegah kekakuan sendi dan melancarkan peredaran darah dan limfe (Dell, 2001). Manajemen nyeri yang dilakukan diharapkan mampu membantu klien mengurangi atau mengontrol rasa nyeri yang dialaminya. Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan mengenai latihan rentang gerak dan teknik relaksasi yang diberikan dengan penjelasan serta demonstrasi gerakan-gerakan latihan. Pemberian leaflet dapat membantu klien dan keluarga dalam mengingat gerakan yang telah diajarkan. Dukungan dan motivasi dari keluarga perlu di tingkatkan agar dapat meningkatkan semangat klien dalam menjalani perawatan dan mencapai kesembuhan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
72
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Kanker
merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang terjadi di
daerah perkotaan. Kanker payudara termasuk kedalam sel neoplasma ganas yang tumbuh secara abnormal di dalam tubuh, dapat menyebar ke jaringan disekitarnya, dapat tumbuh infiltratif, dan mempunyai progresif yang cepat. Penyakit ini merupakan penyakit terbesar ke 5 di dunia. Tingginya laju urbanisasi dan perubahan pola hidup seperti pola makan tinggi lemak, makanan cepat saji serta rendahnya serat, kurangnya aktivitas fisik berolahraga pada masyarakat perkotaan dapat memperberat risiko terjadinya kanker payudara dan tidak jarang masyarakat di rawat karena kanker. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada klien Ny. H dengan kanker payudara disertai fraktur kompresi thorakal IX dan X, masalah keperawatan yang muncul pada Ny. H adalah Nyeri kronis, gangguan mobilitas fisik, risiko cedera serta risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi klien yang mengalami fraktur kompresi thorakal IX dan X menyebabkan klien bed rest dan membatasi aktivitas fisik. Klien sulit mengangkat tangan dan kaki sebelah kiri. Selain itu juga klien merasakan nyeri pada tulang belakang dengan intensitas nyeri yang hilang timbul. Setelah di ajarkan dan memotivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam, klien mengatakan nyeri berkurang dan lebih nyaman dan tenang. Selama masa perawatan di rumah sakit, saat ini klien sedang menjalani program terapi radiasi. Efek radiasi yang timbul yaitu adanya mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Untuk mengantisipasi terjadinya muntah yang dialami oleh klien, klien hanya diberikan makanan cair seperti energen atau susu yang ditambahkan dengan biskuit regal, serta jus buah.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
73
Tirah baring yang cukup lama dapat menyebabkan risiko terjadinya dekubitus, oleh sebab itu perawat perlu melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah timbulnya resiko dekubitus. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi bantalan pada kaki untuk mencegah footdrop dan merubah posisi dan pemberian lotion untuk meminimalisir kelembababan kulit yang tertekan.
5.2 Saran Penulisan ini dapat digunakan sebagai dasar bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Perencanaan tindakan keperawatan perlu di susun sebelum melakukan asuhan keperawatan. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi biaya perawatan dan masa perawatan di rumah sakit. Dalam bidang keperawatan, penulisan laporan ini dapat digunakan dalam pengembangan ilmu keperawatan unuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang, peningkatan keterampilan dan pengetahuan perawat secara berkesinambungan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Kanker Payudara. http://www.dharmais.co.id/index.php/kankerpayudara.html. Apreliasari, H. (2009). Risiko Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian Kanker Payudara di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta Bahar A. (2008). Penyakit-Penyakit Pleura. In: Soeparman, Sukaton U, Waspadji S, Editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Bambang. (2010). Kejadian Kanker http//www.Antaranews.com. berita
Payudara
Masih
Tertinggi.
Baradero.M..et al. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta : Buku kedokteran EGC Black, J. M., dan Hawks, J. H. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes. 8th Ed.USA: St. Louise, Misouri. Dennis, A. Casciato. (2009). Manual of Clinical Oncologi. 6th Ed. Lippincott Williams. Philadelphia Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Murr, A. C. (2010). Nursing care plans: Guidelines for individualizing client care across the life span. Philadelphia: F. A. Davis Company Doherty, G., & Way, L.W. (2006). Current surgical diagnosis & treatment. 12th Edition. New York : McGraw-Hill. George, D. (2008). Atlas of human functional anatomy edition. (www.enclopedia britannica.com). Jakarta Kementrian Kesehatan. (2012). Profil data kesehatan tahun 2011. Jakarta : Kemenkes RI Khasanah, F. T. (2013). Karsinoma Mammae Stadium IV Dengan Tanda-tanda Dyspnoe dan Paraplegi Ekstremitas Inferior. Medula, 1(02), 43-51. Khasanah, U. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat asupan zat gizi mahasiswa Universitas Andalas yang berdomisili di Asrama Mahasiswa. Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Newton, Susan, Margaret Hickey, & Soyce Marss. (2009). Oncology Nursing Advisor a Comprehensive Guide to Clinical Practice. St. Louis Missouri : Mosby Elseiver Nureni, Lies. (2013). Mengenal Metastasis Kanker Payudara pada Tulang. http://www.vemale.com/topik/kanker-payudara/26883-mengenalmetastasis-kanker-payudara-pada-tulang-i.html. artikel Page DL. (2004). Breast lesions, pathology and cancer risk breast Price, S, A., & Wilson, L, M., (2005). Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Process. Alih Bahasa : Brahm U Pendit. Editor bahasa indonesia : Huriawati Hartanto, Edisi 6, Jakarta : EGC Prov.
DKI Jakarta. (2013). Info http://www.jamsosindonesia.com
Jamkesda.
29
Juni
2013.
Rijwik, V. (2001). The Prevention and Treatment of Pressure Ulcer. London: Mosby Robbins. S. L, Kumar, V., & Cotran, R. S (2006). Buku Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Alih bahasa : Tjarta, A., Himawan, S., Jakarta : EGC RS Dharmais (n.d). http://www.dharmais.co.id/index.php/radiasi.html. tanggal 28 Juni 2014 Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC Simanjuntak, E. S. (2014). Efusi Pleura Kanan yang Disebabkan Oleh Carcinoma Mammae Dexstra Metastase ke Paru. Medula, 2(01), 22-29. Sjamsuhidajat R, De Jong W. (2004). Buku ajar ilmu bedah, edisi ke-2. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzane C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth. (Edisi8). Jakarta: EGC. Smeltzer. S.C. & Bare. B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Volume 2. Alih Bahasa Kuncara. H.Y., dkk. Jakarta: EGC Syamsuhidayat & De Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Vincent, J. Vigorita. (2008). Orthopaedic Pathology. Philadelphia: Lippincott Zhang, Y. (2008). Encyclopedia of global health. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications, Inc. http://www.breastcancer.org/treatment/radiation/how_works (Di unduh tanggal 26 Juni 2014)
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-treatingradiation (Di unduh tanggal 26 Juni 2014)
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
PENlLAlAN STATUS FUNGSIONAL
',1.>
',i
(BERDASARKAN PENILAlAN BARTHEL INDEX) .....
NILAI"SKOR FUNGSI
NO.
1
2
3
4
Mengendalikan rangsang berkemih (BAK)
Tak terkcndaJi I tak teratur (f.:<Jrlu pencahar)
1
Kadang- kadang tak terkendali
2 0
2
Mandiri Tak terkendali I pakai kateter Kadang-kadang tak terkendafi ' (1 x 24 jam) Mandiri
0
Butuh pertolongan orang lain
1
Mandin Tergantung pertolongan orang lain
1
Membersihkan din (cuel muka, sfsfr rambut, sikat glgi)
0
Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memaka; cefana, membersihkan, menyiram)
2
Perfu pertolongan pada bebempa kegiatan, tempi dapat mengerjakan sandin Icegiatan yang lain Mandin
0
Tidakmam~u
1
Perfu ditolong memotong makan-dn Mandin lidakmampu . Perfu banyak bantuan untuk biss duduk (2 orang)
1
Makan
2 0 6
Berubah sikap dari berbanng ke duduk
1 2 3 0
Bantuan (2 orang) Mandfri TIdak mampu Bisa (pindah) dengan kursi roda
1 7
8erplndah I berjaJan
BerjaJan dengan bantuan 1 orang Mandiri Tergantung orang lain Sebagian dibantu (misalnya; mengancing baju) Mandiri TIdakmampu Butuh pertolongan Mandiri Tergantung orang lain Mandiri
2 3 0 8
9
Memakai baju
1
1\ aik turun tangga .
2 0 1 2
10
Mandi
0 1
TOTAL SKOR
20
:
Mr~rf
12 ~ 19 : 1<1 9 - 11
~ntungan
Ringan
SAAT IMOOU I MASUK DlRS IIDiRS RS
-.oou
IINOOU .HOOU mOiRa
V
v
·V
V
..;
V
V
V
v
V
v
v
./
v'
V
v'
v
v
v
"
,,/
v
V
v v'
v
-
V
v
V vi
V
v -:;20
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT KETERANGAN
SE8ELI.NI SAKIT
0
Mengendalikan rangsang defekSi (BAB)
5
URAJAN
SKOR
(OJ:
v
v V
v
v
v
9 (j).
51
<J
fa
(~.
5-8
:. Keterganfungan Bernt
0-4
: t<etergantungan Total
: Ketergantllngan Sedang
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
WDI RS
SMT PULANO
1
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA NY. H DENGAN KANKER PAYUDARA DISERTAI FRAKTUR KOMPRESI THORAKAL IX–X DI LANTAI 5 BEDAH RSPAD GATOT SOEBROTO Eka Ayu Nofyani 1, Masfuri 2 1
Mahasiswa Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia 2 Dosen Kelompok Keperawatan Medikal Bedah , Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
Abstrak Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang terjadi di daerah perkotaan. Kanker payudara termasuk kedalam sel neoplasma ganas yang tumbuh secara abnormal. Pada kanker payudara metastasis yang sering terjadi adalah ke paru, pleura dan tulang. Metastase kanker payudara menimbulkan rasa nyeri dan penurunan rentang gerak yang menyebabkan ketidaknyamanan dan hambatan pada aktivitas klien. Asuhan keperawatan yang di berikan kepada klien dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan klien dengan mengajarkan teknik relaksasai nafas dalam dan meningkatkan rentang gerak yang dapat mempertahankan kekuatan otot. Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas manajemen nyeri dan latihan rentang gerak. Hasil yang ditunjukkan setelah dilakukan implementasi memperlihatkan adanya penurunan skala nyeri dan latihan rentang gerak dapat mencegah kekakuan otot. Hal ini menunjukkan pemberian intervensi yang tepat dan berkesinambungan oleh perawat dapat meningkatkan kualitas hidup klien
Abstract Breast cancer is one of the major health problems that occur in urban areas. Including breast cancer cells into malignant neoplasms that grow abnormally. In metastatic breast cancer that often occurs is to the lungs, pleura, and bone. Breast cancer metastasis causes pain and decreased range of motion that causes discomfort and drag on client activity. Nursing care that is provided to the client is done to increase the comfort of the client with the techniques taught of relaxasi deep breath and improve range of motion that can maintain muscle strength. Scientific writing is intended to identify the effectiveness of pain management and range of motion exercises. Results are shown after implementation showed a decrease in pain scale and range of motion exercises can prevent muscle stiffness. This suggests that the provision of appropriate and sustainable intervention by nurses can improve the quality of life from the clients. Keywords : Breast cancer, relaxasi deep breath, range of motion
Pendahuluan
merupakan salah satu faktor penting dalam
Peningkatan jumlah penduduk merupakan
kehidupan.
salah satu permasalahan yang muncul
Menurut
secara
dunia.
Organization’s International Agency for
Meningkatnya jumlah penduduk tersebut
Research on Cancer (IARC) dalam empat
berdampak terhadap masalah kesehatan di
tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah
dunia
kematian
global
terutama
diseluruh
di
Indonesia
yang
data
penduduk
World
di
dunia
Health
akibat
penyakit kanker yang cukup tajam. Kepala
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
2
International Agency for Research on
perinatal dan diabetes melitus (Riskesdas,
Cancer (IARC) Dr. David Forman yang
2007). Sedangkan menurut data World
dikutip dari Zeenews pada 16 Desember
Health Organization’s (WHO) tahun 2010
2013 mengatakan peningkatan jumlah
penyakit kanker merupakan penyebab
kematian tersebut terjadi dari tahun 2008
kematian nomor dua setelah penyakit
sampai tahun 2012. Angka kematian
kardiovaskuler.
global selama empat tahun terakhir akibat penyakit
kanker
payudara
terjadi
peningkatan yang cukup tajam dari 12,7 juta pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta pada
tahun
setengahnya
2012
dan
berasal
lebih dari
dari negara
berkembang. Sebanyak 1,7 juta wanita di diagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2012.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kejadian kanker payudara masih cukup tinggi. Kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia yaitu sebesar 16,85 % dengan angka kejadian 26 per 100.000 wanita. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan dokumentasi di lantai 5 bedah
Kanker merupakan salah satu penyakit
RSPAD Gatot Soebroto mengenai data 10
degeneratif (non infeksi) yang banyak
penyakit terbesar, angka kejadian kanker
terjadi di dunia terutama di perkotaan. Di
payudara selama bulan Maret hingga Mei
Indonesia kanker payudara menempati
2014 di dapatkan sebanyak 19 pasien
urutan pertama setelah kanker leher rahim.
dengan kanker payudara dan diantaranya
Perubahan gaya hidup dan kurangnya
mengalami
perawatan medis yang canggih menjadi
metastase ke area tulang belakang dengan
salah satu faktor penyebab tingginya
mengalami gangguan mobilisasi.
jumlah
kematian
penderita
kanker
payudara. Jika peningkatan tersebut tidak dikendalikan diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta orang meninggal karena kanker pada tahun 2030.
fraktur
kompresi
akibat
Peran perawat sebagai edukator dan pemberi
asuhan
diperlukan
keperawatan
dalam
upaya
sangat
pencegahan
kelemahan otot dan rasa nyeri yang dialami selama perawatan di rumah sakit.
Menurut Kemenkes RI, di Indonesia
Asuhan
prevalensi tumor atau kanker adalah 4,3
teknik relaksasi dan teknik rentang gerak
per
merupakan
perlu diperhatikan oleh perawat dan
penyebab kematian nomor tujuh (5,7 %)
diharapkan mampu mengatasi masalah
setelah stroke, TB, hipertensi, cedera,
keperawatan
1000
penduduk
dan
keperawatan
utama
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
mandiri
serta
dengan
mencegah
3
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit
dengan melihat hasil skala nyeri pasien,
kanker payudara
keluhan nyeri, durasi serta frekuensi nyeri.
Metode
Hasil
Penelitian ini menggunaka metode studi
Hasil
kasus pada salah satu pasien kelolaan yang
melalui
dirawat di ruang perawatan lantai 5 bedah
langsung dengan pasien. Hasil intervensi
RSPAD Gatot Soebroto. Data diperoleh
menunjukkan latihan manajemen nyeri
dari rekam medis pasien, wawancara
dengan teknik relaksasi nafas dalam dapat
langsung, observasi langsung, pemeriksaan
menurunkan rasa nyeri yang dirasakan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
oleh pasien.
Diagnosa medis kanker payudara disertai
Hasil
fraktur kompresi thorakal IX-X didapatkan
penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 5 dan
dari data rekam medis dan ditunjang oleh
keluhan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
awalnya terasa sangat nyeri menjadi hilang
fisik dilakukan untuk mengkaji keluhan
timbul
gangguan rasa nyaman nyeri, immobilisasi
merasakan nyeri.
akibat fraktur kompresi sebagai salah satu
Pembahasan
intervensi
keperawatan
observasi
evaluasi
nyeri
dan
dan
dinilai
wawancara
menunjukkan
berkurang
terkadang
adanya
dari
pasien
yang
tidak
komplikasi dari penyakit kanker payudara. Peningkatan
jumlah
Setelah dilakukan pengkajian ditegakkan
meningkatnya
beberapa
berdampak
diagnosa
keperawatan
yang
penduduk
jumlah negatif
dan
urbanisasi pada
masalah
sesuai dengan keluhan pasien. Diagnosa
kesehatan
masyarakat
di
Indonesia.
utama
Kepadatan
penduduk
serta
tingginya
pada
pasien
dengan
kanker
payudara disertai fraktur kompresi adalah
penggunaan
nyeri kronik. Pada pasien dilakukan
menyebabkan udara yang tidak sehat dan
intervensi latihan manajemen nyeri dengan
polusi, jumlah sampah, limbah industri di
teknik relaksasai nafas dalam.
perkotaan. Seiring dengan pertumbuhan
Intervensi keluarga
keperawatan pasien
sebagai
kendaraan
melibatkan
penduduk
yang
pendamping
sebagian
orang
semakin di
bermotor
meningkat, kota
besar
pasien dan motivator dalam melakukan
menginginkan kebutuhan hidup yang serba
latihan. Evaluasi terhadap teknik relaksasai
praktis
nafas dalam ini dilakukan setiap hari
Perubahan
karena
rutinitas
pola
hidup
yang
padat.
inilah
yang
menyebabkan sebagian besar masyarakat
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
4
tidak memperdulikan pola hidup sehat.
diagnosis karsinoma mammae sinistra
Mereka
dengan fraktur kompresi thorakal IX dan
lebih
cenderung
untuk
mengkonsumsi makanan yang cepat saji, makanan yang banyak mengandung lemak, dan kurang memperhatikan kesehatan fisik seperti tidak berolahraga karena tuntutan pekerjaan.
Hal
inilah
yang
memicu
timbulnya penyakit kanker. Berbagai
upaya
X sejak bulan April 2014. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita usia 20 - 59 tahun di negara-negara berpenghasilan tinggi (WHO, 2013). Selain itu juga perubahan mutasi gen BRCA-1 atau
dan
BRCA-2 dengan perubahan mutasi 50-
pengobatan kanker dapat menjadi optimal
90% dapat meningkatkan resiko kanker
dengan menggerakkan seluruh komponen
payudara
masyarakat
yang
perkembangan kanker payudara sebelum
sadar akan kanker sehingga kanker dapat
usia 50 tahun (Lewis, 2007 dalam Monika
diketahui secara dini dan pola hidup sehat
2012). Meskipun belum ada keterkaitan
dapat terwujud. Pada kasus pasien ini,
pasti
peran
dan
penyakit kanker, namun hal ini sesuai
sangat
dengan usia klien yang baru berusia 29
menjadi
perawat
pemberi
pencegahan
sebagai
asuhan
diperlukan
masyarakat
edukator
keperawatan
dalam
upaya
pencegahan
antara
dan
memungkinkan
usia
dengan
terjadinya
tahun.
kelemahan otot yang dialami selama perawatan
dirumah
Asuhan
Sel kanker cenderung menyebar ke tulang
teknik
punggung, tulang pinggul, tulang rusuk,
mobilisasi perlu diperhatikan oleh perawat
tulang lengan atas, dan tulang paha.
sehingga
masalah
Tempat-tempat tersebut dipilih sel kanker
mencegah
karena memiliki persedian darah paling
keperawatan
mandiri
mampu
keperawatan
utama
sakit. dengan
mengatasi serta
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit
banyak (Nureni, 2013)
kanker payudara. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang berbahaya di Indonesia. Di RSPAD khususnya di lantai 5 Bedah, banyak pasien yang di diagnosis menderita kanker payudara dan banyak diantaranya yang sudah memasuki stadium lanjut. Klien Ny. H yang berusia 29 tahun di
Pada pasien juga mengeluhkan sering merasa nyeri pada tulang belakangnya, serta kedua kaki terasa semakin lemas. Hal ini
dikarenakan
metastasis
kanker
payudara ke tulang vertebrae. Metastasis tulang
merupakan
penyebaran
sel-sel
kanker dari kanker primernya ke tulang.
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
5
Jarak antara tumor primer dan dan
teknik relaksasai nafas dalam dan istirahat,
munculnya metastasis bervariasi dan tidak
saat dikaji skala nyeri 5 dan durasi lama.
menentu,
karsinoma
Klien tampak menghilangkan rasa nyeri
mammae. Nyeri tulang adalah gejala yang
dengan menarik nafas dalam dan tampak
paling
mengerutkan
misalnya
sering
pada
dijumpai
pada
proses
muka.
Kesan
foto
metastasis ke tulang. Adanya metastasis ke
lumbosacral dan MRI: Kompresi corpus
tulang dapat menyebabkan struktur tulang
vertebra Thorakal 10.
menjadi lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur (Sjamsuhidajat & De Jong, 2004).
mengangkat masalah keperawatan nyeri
Pada saat dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu, intensitas nyeri klien hilang timbul. Pengkajian keperawatan yang teratur tentang nyeri sangat penting dilakukan karena klien mengalami tingkat intensitas nyeri yang berbeda (Smeltzer & Bare, 2002). Klien mengatakan nyeri menyebar pada tulang belakang skala nyeri 6 (sedang), frekuensi lama, durasi lama, nyeri dirasakan terutama saat bergerak dan berubah posisi. Klien juga mengatakan nyeri pada payudara kiri skala nyeri 2, frekuensi
Berdasarkan data tersebut maka perawat
hilang
timbul.
Klien
menghilangkan rasa nyeri dengan menarik nafas dalam dan istirahat.
kronik. Selama masa perawatan klien di ajarkan bagaimana cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Klien di motivasi untuk melakukan teknik relaksasai nafas dalam pada saat terasa nyeri terutama saat miring kanan dan miring kiri dan merubah posisi. Setelah klien dapat melakukannya secara mandiri, klien mengatakan lebih tenang dan rileks, skala nyeri berkurang dari 6 menjadi 5. Kesimpulan Kanker
merupakan salah satu masalah
kesehatan utama yang terjadi di daerah perkotaan. Kanker payudara termasuk kedalam sel neoplasma ganas yang tumbuh secara abnormal di dalam tubuh, dapat
Data objektif yang perawat dapatkan saat klien bergerak atau merubah posisi. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi terus menerus dan frekuensi terus menerus
menyebar ke jaringan disekitarnya, dapat tumbuh progresif
infiltratif, yang
dan
cepat.
mempunyai Penyakit
ini
merupakan penyakit terbesar ke 5 di dunia
dengan skala nyeri 6. Nyeri dirasakan menjalar di tulang belakang sampai ke
Kondisi klien yang mengalami fraktur
ekstremitas bawah. Nyeri menggunakan
kompresi thorakal IX dan X menyebabkan
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
6
klien bed rest dan membatasi aktivitas fisik. Klien merasakan nyeri pada tulang belakang dengan intensitas nyeri yang hilang timbul. Setelah di ajarkan dan
Nureni, Lies. (2013). Mengenal Metastasis Kanker Payudara pada Tulang. http://www.vemale.com/topik/kanke r-payudara/26883-mengenalmetastasis-kanker-payudara-padatulang-i.html. artikel
memotivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam, klien mengatakan nyeri berkurang dan lebih nyaman dan tenang. Manajemen
nyeri
diharapkan
mampu
yang
Smeltzer. S.C. & Bare. B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Volume 2. Alih Bahasa Kuncara. H.Y., dkk. Jakarta: EGC
dilakukan
membantu
klien
mengurangi atau mengontrol rasa nyeri
Sjamsuhidajat R, De Jong W. (2004). Buku ajar ilmu bedah, edisi ke-2. Jakarta: EGC.
yang dialaminya. Perawat
perlu
melakukan
kesehatan
mengenai
relaksasi
yang
pendidikan
latihan
teknik
diberikan
dengan
penjelasan serta demonstrasi gerakan
gerakan latihan.
Dukungan dan motivasi dari keluarga perlu
di
tingkatkan
meningkatkan menjalani
semangat
perawatan
agar
dapat
klien
dalam
dan
mencapai
kesembuhan.
Daftar Referensi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta Kementrian Kesehatan. (2012). Profil data kesehatan tahun 2011. Jakarta : Kemenkes RI
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
DAFTA AR RIWAY YAT HIDU UP
A. Identiitas Nam ma Lengkap Tem mpat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alam mat Rumah
: : : :
No. Handphonee Emaail Agaama Kew warganegaraaan Goloongan Darah
: : : : :
Eka Ayu A Nofyanii Bogorr, 16 Novem mber 1987 Perem mpuan Ds. Ciinyosog RT T.01 RW.01 Pasirangin, Kec. Cileungsi, C Kab. K Bogor 16820 08180 06828906 ekaayu unofyani@y yahoo.com Islam Indoneesia O
B. Riwayyat Pendidiikan Formaal No. Naama Sekola ah 1. SD Negeri Pasiranginn 02, Cileun ngsi, Kab. Bogo or 2. SLTP Neg geri I Cileunngsi, Kab. Bogor B 3. SMA Neg geri I Cileunngsi, Kab. Bogor B 4. Akademi Keperawata K an Kimia 17 7, Poltekkess Depkes Jakarta IIII 5. Sarjana Faakultas Ilmuu Keperawaatan, Univerrsitas Indonesia 6. Profesi Keeperawatan Fakultas Ilm mu Keperaw watan, Universitaas Indonesiaa
Analisis praktik ..., Eka Ayu Nofyani, FIK UI, 2014
Tahun n 1993- 19 999 1999-20 002 2002-20 005 2005-20 008 2011-20 013 2013-20 014