4.1.
Faktor Perorangan 4.1.1.
Kehadiran o r w - o r a n g yang mempnyai sif at sebagai innovator di desa sangat berpengamh t e r h d a p tercigtanya kesempatan k e r j a baru untuk meninglcatkm kesempatan k e r j a yang &a.
H a l i n i t e r l i h a t pada bab 2.2,
Te-
t a p i jumlah innovator di d a l m suatu masyarakat biasanya tidak banyak s e h i n a a tingkahlakmya dapat dianggap suatu keistimewaan.
Peranan Kepala Desa dan C a m a t
b i s a dapat berpengasuh terhadap peningkatan peluang k e r j a apabila ada p a g e r t i a n yang mendasas terhadap aspek ketenagakerjaan.
D a r i h a s i l penelitian penger-
t i a n aspek ketenagakerjaan r e l a t i f KepalaDesa l e b i h baik daripada C a n a t .
Sehingga apabila ada progrvo
mengenai peningkatan peluang kerja, Kepala Desa dapat
dijadikan penggerak utama.
4.1.2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendomng semangat membangm d a r i masyarakat s d a h satu caxa i a l a b menghubungkan antara kenyataan rohaniah dan sistem perila-
ku, yang diistilahkan dengan " e t i k k e r j a t t masyarakat. Oleh Geertz (~bdullah,TauSik, 1979 h a l . 1
- 40)
etik
didefinisikan dengan : "sikap yang mendasar terhadap
diri aan dunia yang dipancaskan hidup."
Bubungan
e t i k dm pabangunan t e l a h dikemukakan oleh beberapa orang diantaranya, Jepang dengan p r i n s i p - m i n s i p e t i k a
samurai oleh Bellah ( ~ e r t h e i m ,W.F.,
- 78).
Geertz (1979 hal. 154 hal. 1
- 40).
-
e t i k a kapitalisme oleh Max Weber
111); Amerika den*
(1979 hal. 41
1979 hdl. 91
D i Indonesia oleh Clifford
- 186) dan Taufik Abdullah (1979
Namun di Indonesia peneliti-peneliti
yulg semacvn belum banyak d i l a h k a n lzgi. Basil u j i s t a t i s t *
dalam t u l i s a n ini meskipun agama Islam terhadap
tidak menunjukkan adanya pen-
kerja b i l a d i l i h a t lebih dalam t e t a p i masih belurn meyakinkan berhubung terbatasnya jumlah contoh dan metoda yang dipakai.
Idisahya lembaga "bujang" yang ber-
pengasuh terhadap peluang kerja ternyatz berasal dari
Islam.
"Bujang'." yang sering disebut "sanCri1~dulunya
t e r j a d i karena orang yang ingin belajar agama kepada seorane;
guru agama y a ? ?jzuh d a r i tempat t i n g ~ p l n y a
harus berdian d i tempat gunmya.
Untuk mengongkosi
hidupllya pelajar yang bersangkutan (dise5rl.t santri) diwajibkan mengurus usahatani rumah tan-
gnmnja.
Agakah orang yang bersangkutan bememangat kerja ting-
gi karena keterampilan yang di dapat selama k e r j a atau karena aj-
Islam yang di dapat a t a u i r e b a u a n g a
masih perlu d i t e l i t i kembali.
Sebab sebagim- besar
" b ~ j a n gyang ~ ~ sekarang adapun sebagian masih belajar agama Islam kepada majikannya.
bleskipun umunnya "bu-
j a g t 1 berasal d a r i r u m a h tangga yang miskin, t e t a p i tidak j a r a g "bujang" yang baik kerjanya di aubil se-
bagai menanh atau dikaPrinlran dengan salah satu mggot a keluazga majikan.
Hal i n i memmjukkan bahwa kera-
jinan dan keterampilan mempunyai nil&
4.1.3.
tingei.
ITilai nasehat dukun terhadap kerja, meskipun secara s t a t i s t i k juga tidak terbukti hubungannya, t e t a p i eksistensinya terasa kuat di desa dan hidup berdampin,m denga.n agama Islam.
Meskipun konsultasi ke dukun
un-
tuk pekerjaan ummnya dilakukan secara diam-dim, tet a p i nasehat untuk berada di tempat makam Sunan Gmung J a t i di Cirebm pada t i a p m a l a m Jum'at Kliwon ailaku-
kan secara beramai-ramai dasi desa.
Perlu diketahui
bahwa Desa Wargabinangun sebagim besar penduduknya terkenal sebagai penganut agama Islam yang et.
4.1.4.
'
Xalau pada tahun 1930 Boeke (1973 hal. 36) mengemuka-
kan perbedaan ekonomi desa dan kota i a l a h d i desa keinginan mendapat laba d a l m usaha rumah tan@anyz l e bih rendah daripada kota.
Tetapi den-
munculnya
perdagangan sebagai salah satu mata pencaharian penduduk dikebanyakan desa pendapat tersebut kurang sesusi
la& den-
keadaan sekarang.
D i Desa Wargabinangun
ekonomi desa dihubungkan dengan ekonomi luar desa (kecamatan maupun kota) yang dihubungkan oleh pedagang kecil-kecil.
Yang mendapatkan kepercayaan d a r i petani-
petani k e c i l menjualkan h a s i l buminya (selain padi)
tanpa membayar l e b i h dahulu.
Kalau ha1 ini dihubungkan
dengan pendapat Boeke terdapat perbedaan keinginan mendapat laba t e t a p t i n g g i hanw d e w c a r a
r j w
berbeda.
Andaikan di kota m g k i n petani akan minta bayaran lanmg
d a r i peda-ag.
pa perdagmgw-
BIungkin i n i l a h sebabnya menga-
r e l a t i r hanya dilakukan oleh orang-orang
yang r e l a t i f t u a ( l e b i h d a r i 35 tahun) karena diperlu-
kan waktu yang lama untuk mendapatkan kepercayaan d i svnping diperlukan pembinaan hubungan yang r e l a t i f l e b i h
luas. 4.1.5.
Penguruh pendidikan ( d i ulw dengan buta huruf l a t i n ) tidak ada terhadap peluang kerja.
D a r i h a s i l penelitian
G i l l i a n H a r t (1980 hal. 2CO) di salah s a t u desa d i Jawa T e ~ g a hpengamh pendidikan berpengaruh langsung dan kuat terhaaap curaban k e r j a analr-anak.
&kin rendah tingkat
pendidikan an&-anak, mereka mencurahkan k e r j a paling baxxyak untuk "momon@' adik-adiknya sementara orang tuanya bekerja.
D a r i sebab yang sama di Desa Yiargabinanp
d i h g a s k a n seorang p o l i s i pendidikan untuk menganjurkan anak-an& bersekolah.
Idungkin h a l tersebut m e w i k a n
buat rumah tangga yang bersanghtan. mendatang pendidikan mungkin &an peluang bekerja.
Tetapi pada masa
berpenparuh terhadap
4.2.
F a l o r Lin~kunmn 4.2.1.
Dalam konsep ~ s h i k a w a(1975) n a i k turunnya t i n g k a t upah
buruh ditentukan oleh pasasan tenaga k e r j a , den@ d a l a upah minimum (lihat Lampiran 1 ) .
ken-
Atau dengan per-
kataan lain meningkatnya pendapctan golo-
miskin (bu-
ruh) dipengamhi o l e h kuat tidaknya "kekua,tan buruh"
yang oleh C a r l Cotsch d i sebut " l o c a l povrer s t r u c t m e " (1974 h a l . 141).
D e n w adanya kenaikan upah buruh
(hjpothesa 1.4.1.2
.) dan perkembangan d i l u a r p e r t m i a n
padi disimpulkan bahwa p o s i s i buruh menjadi r e l a t i f k m t dibandinglcan petani pemilik.
Menun~t Is-
h i k a w a Desa Vargabinangtm adalah "market type" di mana n a i k dan Jnrnrnnya upah buruh sangat dipengvluhi oleh pas a r a n tenaga k e r j a (penyediaan dan p e n a m m ten*
ker-
ja) d a n t i n g k a t upah berada d i a t a s upah minimal. Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa desa t e r s e b u t dalam pros e s pmbangunannya dapat menekan jumlah warganya yang berada d i bawzh garis kemiskinan.
membangun diperlukan s y a r a t yang pentine; i d a h s i k a p terhadap hidup, k e r j a dan lembaga s o s i a l .
A.T. Iviosher
(1969 hal. X) mengenukabn lina s p a t untuk meobwgun d e s a : k o t a tempat memasazkan dar membeli sarana produksi, jalan, tempat pemobaan teknik pertanian d i de-
sa, penyuluhan d m f a s i l i t a s !credit.
D a s i s y a r a t kemajuan (ombangunan) d i atas yang t e r d a p t d i desa :
1.
s i k a p terhadap k e r j a d m hidup, t e r c e r m h dengan menculnya n i l a i agama dan nasehat dukun terhadap k e r j a m e s k i p s e c a r a s t a t i s t 2 t i d a k t e r b u k t i ada hubungan-
2.
lembaga s o s i a l : adanya "leabaga kcedit" t r a d i s i o n a l yang bempa kepercayaan produsen terhadap pedagang kec i l , lembaga t o l o n g menolong dalam m e ~ g o l a htanah sawah, Bimas yang kemudian digantikan dengan k r e d i t sa-
rana produksi oleh pemilik modal, 'ljema' ah t a h l i l " yang juga berfungsi 8ebqp.t koperasi simpan pinjam.
3.
t r a n s p o r t a s i yang mudah untuk ke Cirebon dan J a k a r t a sebagai tempt pemasaran h a s i l bumi dan pembelian saprodi
4.
.
adanya innovator yang memperkenalkan teknik-teknik
pertanian baxu &pat dianggap sebagai " k e h percoba-
an" yang d i d e s a yang juga berfungsi luh" sukarela yang e f e k t i f .
sebagal "penyu-
Disamping i t u h d i r n y a
PFL (Pmyuluh Pertanian
~ a p m g )d i
peranan yang t i d a k k e c i l
dalam pembangunan p e r t a n i -
an.
Disamping pengar&
juga ada
pengaruh
lagsung terutama k e r j a di bid-
langsung
t i d a k langsung.
sebryai
petugas
Pengaruh t i d a k
terhadap innovasi pemuda untulc be-
pertanian.
muda 62x1 dianggap
desa memberikan
Petugas PPL nmumnya masih
orang berpendiaikan oleh penduduk
desa t e t a p i mau "turunn ke sawah dalam menjalankar? kgasnya.
Keadaan ini oleh para pemuda diangipp sua-
tu contoh sehingga banyak para pemuda bersekolah ke SRU (yang berjasak
2
20 kilometer d a r i desa) den
bercita-cita bekerja sebagai
PPL.
D a l a m kehidu_oa?
nya sehari-hari karena tugas-tugas di selcolahnya berhubunw e r a t den*
w r t a n i a n para p e l a j a r SZCA
tersebut t u r u t a k t i f bekerja 6.i savrah garapan orang tuanya.
Sehingga d i kalangan pemuda yang tidak ber-
sekolah di SBM bekerja d i sawah merupalcvl pekerjaan
yang cukup terhormat.
4.2.3.
D a z i beberapa p e n e l i t i a n &us
oleh l i a s r i Singarimbun
di Desa Sriharjo pada tahun 1970, Ben White di Desa KaLilom tahun 1972 d m Ketut Sudana A s t r a di Desa Abian-
semd t a h m 1976, kedua yang pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta dan yang t e r a k h i r di Bali dengan bahasanya s e n d i r i kecetigdnya menunjukkan kecemasan akan masalah kemiskinan di desa di m a s a mendatang.
Tetapi pengarang
t e r a k h i r memperlihatkan admga tanda-tanda tarikan pekerjaan di l u a r pertaniau yang mengurangi "beban" kemis.< ,-,r, -. kinan di desa (++&,' 1976 &&asan h a l . 6). Secara
samar-samar menunjulckan suatu perkenbangan yang cerah terhadap kemislcinan.
Perlu diketahui ketiga desa pene-
l i t i a n di atas dalam jar& yang r e l a t i f dekat dengsn kota Yogyakarta dan 'Desa Kdliloro dan Sriharjo dan Den-
-.
*,,..,
<*:+p &
pasar d a r i Desa Abiansemal.
Apabila ketigz penelitian
tersebut dirangkail-an den,-
penulisan ini yang peneli-
tianzzya d i l a h k a n pads tahun 1980.
Nenunjukikan ara%
yang lebih meyakinkan yaitu kecenderungan perkembangan pemecahan masalah keniskinan yang lebih b d c d a r i tahuntahun s e b e l m y a .
4.3.
Kesimpulan yang dapat d i t a r i k d a r i seluruh t u l i s a n i n i adalah : 4.3.1.
hiekanisme penecahan masalah kerniskinan yang berhubm@n e r a t den-
peluang kerja pada dasamya dapat ditanggu-
langi oleh masyarakat setenpat apabila ada pembinaan' penmaha-pengusaha lcecil 4.3.2.
.
Pembinaan a k a lebih efektif apabila dilalsukan oleh Ijemerintah dengm kebijaksanaan tertentu.
H s a l nencip
takan suzsana yang nadukung terhadap kebsrhasilan pengusaha-pengusaha k e c i l dari pedesaan d e n e n nemperba-
iki kebijaksanaan perkreditan y n g sesuai untuk pengusaha icecil.
4.3.3. Nasalah peningkatan peluang kerja mempakan masalah antar sektoral, terutana pengaruh timbal balik aztara kegiatan dalam pertanian &an l u a r pertanian.