4. UJI IN WTRO HIJAUAN PAKAN YANG DIWPUK PUPUK KANDANG DAN AIR BELERANG Pendahuluan
Umumnya tanaman pakan didaerah tropis seperti Indonesia, mempunyai tingkat prduksi yang rendah, begiitu pula nilai gkinya. Salah satu penyebabnya adalah karena ditanahmbuh pada tanah-tanah yang kurang subur. Konsekuensinya adalah temak yang merumput pada pastura tersebut
memperlihatkan efisiensi produksi dan reproduksi yang rendah, angka kematian yang tinggi dan laju pertumbuhan yang rendah. Peningkatan p d u k s i temak melalui perbaikan penyediaan hijauan dapat diharapkan dengan jalan pemupukan, penggunaan jenis hijauan introduksi dan mengintegrasikan
petemakan
kedalam
sistim
pengotahan
tanaman
pangadpekebunan. Usaha perbaikan tanaman pakan melalui pernberian pupuk kandang adalah salah satu upaya untuk mmgatasi kendala d i s . Pupuk
kandang mengandung unsur ham dengan tingkat yang konsentrasi bervariasi dan sangat dibutuhkan okh tanaman. Pemberian pupuk kandang dapat
meningkatkan produksi k h a n kering, tingkat pertumbuhan tanaman dan indeks
luas daun pada rumput gajah (Ako, 1997). Selain nitrogen, mineral klerang juga dibutuhhn bagi tanaman pakan. Kekahatan belerang tidak hanya menunrnkan produksi tanaman, melainkan juga kualitas hasil. Belefang diperlukan untuk
pembentukan asam amino sistin, sistein dan metionin yang merupakan asam-
asam amino utama (Beaton dan Mite, 1997). Pemupukan Merang dapat meningkatkan kadar N, K, S dan protein kasar serta asarn-asam amino sistein sistin dan metionin tanaman (Tuherkih et a!. 1998). Protein hijauan pakan akan didegradasikan dan difermentasikan menjadi amonia, asam lemak terbang, COz dan CH,, yang gilirannya akan dimanfaatkan baik oleh mikroorganisme maupun induk semang. Kandungan nitrogen dan belerang hijauan berpengaruh terhadap kecernaan, ha1 ini berkaitan dengan pertumbuhan mikroba mmen. Penelibian ini bertujuan untuk mengevaluasl secara in v h respons hijauan pakan yang dipupuk air belerang dan pupuk kandang. Materi dan Yletode
P e n e l i n ini dilaksanakan pada buhn september 2003 sampai Desember 2003 yang bertempat di Labomtorium Nutrisi Temak Daging dan Keqa,
F a k u h Petemakan, lnstitut Pertanian Bogor. Kegiatan secam in warn dengan
rnenggunakan mncartgan acak kelornpok pola faMorial2 x 5 x 2. Faktor A pupuk
kandang 2 taraf yaitu: 0 kgha dan 25 tonlha, faktor B pernupukan air bebrang 5 ~ a f i u: 0 ppm, 19.62 ppm, 39.25 ppm, 58.86 ppm dan 78.51 ppm air
belerang dan faktor C adalah 2 jenis tanaman (rumput P. maximum cv Riversdale
dan P. maximum Gatton) dan (leguminosa C. Pubesc8ns dan M atropurpureum). Sebagai kelompok adaiah tiga ekor dmba yang merupakan sumber inokulum.
Data yang dipemkh dianalisis dengan analisis sidik ragam (Steel dan Torrie, 1993). Perbedaan antar Wakuan
dihnjutkan dengan uji kontras ortogonal
(SAS, 1984). Model matematik analisis ragam adalah sebagai berikut :
Keterangan ,u = nilai pengamatan dari jenis tanaman ke-lrkelmpk ke-i yang diberi pupuk kandang taraf ke-l dan beierang taraf ke-j rataan umum dari nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-l penganrh aditif dari pemberian pupuk kandang taraf ke-i penganrh adiiif pemberian belerang taraf k e j pengaruh aditif dari penggunaanjenis tanman ke-k pengaruh interaksi antara m b e r i a n pupuk kandang taraf ke-i dengan pemberian W r a n g taraf kej penganrh interaksi antara pemberian belerang taraf ke-j dengan jenis tanaman k d c pengaruh interaksi antara pernberian belerang taraf ke-j dengan jenis tanaman ke-k pengaruh interaksi antara pemberian pupuk kandang tamf ke-i dengan prnberian belerang taraf k e j pada jenis tanaman ke-k penganrh galat dari jenis tanaman ke-k kelompok ke-l yang diberi pupuk kandang taraf ke-i dan Merang taraf k e j P M u r Pengukuran berbagai Peubah A. Kadrr NHa
Kadar NH3 ditentukan dengan tehnik Mikrodifusi Conway (Conway, 1958). Sebanyak 1ml supernatan diletakkan sehlah kiri debt conway dan 1 ml larutan
NazC0~jenuh ditempatkan pada sekat sebelah kanan. Cawan kecil dibagian tengah diisi dengan asam b r a t berindikator merah methil dan brom k m l hijau
sebanyak 1 ml. Kemudian diutup rapat ckngan tutup brvaselin lalu digoyang
b e h a p a menit sehingga supernatan bercampur dengan News.Biarkan selama 24 jam pad& suhu kamar. Amonia yang terikat dengan asam b r a t
dititrasi dengan
0.005 N sampai warna berubah kemerabmerahan.
Kadar N-NH3dihitung dengan rumus berikut :
NH3= (mi T i s i x NHSO4x 1000) mM
6. Analisis VFA Total
Pada anareis ini digunakan metode "Steam destilation", lima rnl cairan supernatan dan dimukan ke dalam tabung destilasi. H&04 15% dbmbahkan sebanyak Iml kemudian tabung langsung ditutup dengan tutupnya sehingga kedap udara dan dihubungkan dengan labu pendingin (Leibq). Segera setelah penarnbahan H2S0415% ke dalarn supernatan, tabung bngsung dimasukkan ke
dalam labu penyuling yang berisi air mendiih (dipanaskan selarna destihsi). Uap air panas yang mendesak VFA akan terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk ditarnpung dalam Erlenmeyer yang berisi 5 ml larutan NaOH 0.5 N sampai mempai s e k i r 300 ml. Ke dalam destilat yang terlarnpung ditamhahkan indikator phenolpthabn (PP) sebanyak dua tetes hlu dititrasi
dengan HCI 0.5 N sampai tejadi perubhan warna dari inerah jambu rnenjadi tak krwams.
Produksi VFA total dihiung dengan persamaan : VFA total (mM) = (8-41)x N-HCI x 100015
Keterangan :
a = Volume titran Manko (ml) b = Volume t i n contoh (mi)
C. Kecemaan Bahan Kering dan Bahan O~ganik(In &D)
Penxrbaan ditentukan dengan metode Tifley dan Terry (1963). Sebanyak 1 gram rumput/leguminosa dimasukkan dalarn tabung fennentor ditarnbah dengan
lanrtan saliva buatan (Mc bugall) sebanyak 122 ml pada suhu 39 OC dan pH 6.56.9 dan cairan m8 ml. Kemudian diinkubasikan secara anaerob selama 24 jam dalarn shakehth. Setelah 24 jam tutup tahng fermentor dibuka dan ditambahkan lanrtan HgCI2 jenuh sebanyak 0.2 ml untuk mematikan mikroba. Tabung disentrifuse dewan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Supematan dibuang dan endapan diiambahkan larutan pepsin 0.2% dalam suasana asam. Inkubasikan dalam suasana aerob selama 24 jam. Endapan disaring dengan kerbs saring Whatman no. 41. Kadar bahan kering dan bahan -organiknya
dianalisis. Sebagai blanko digunakan cairan rumen tanpa perlakuan. Koefisien cema bahan kering dan cerna bahan organik dihiiung dengan persarnaan :
KCBK(%)
KC00 (%)
=
=
BK awal - (BK residu - BK blank)
x 100
BK awal BO awal - (BO residu - 0 0 blank) BO awal
x 100
Hasil Dan Pembahasan A. Produksi VFA Total Rumput
Pakan baik berupa konsentrat maupun hijauan (rumput dan leguminosa)
akan mengabmi proses fementasi OMmikroba rurnen. Hasil utama pencemaan karbohidrat dalam rumen adalah VFA tenitama asetat (G),propionat (
G);
butirat (C,); law dan format (Parakkasi, 1999). Produksi yang terpenting dan
potensial sebagai sumber energi k a h untuk pertumbuhan bagi mikroba rtdalah asam asetat. propionat dan butirat (Hvelplund, 1991).
Gambar 25 Hubungan pwnberian air belerang terhadap pmduksi VFA total rumput (mM). Pada Gambar 25, tersaji hubungan pemberian air belerang dan jenis
tanaman terhadap produksi VFA total (mM). Hubungan pemkian air belerang dan produksi VFA total pada rumput berpola kuadratik (P41,OI) dengan
persamaan ~ = - 0 . 0 0 8 4 + ~0.9667X ~ + 108 (RZ = 0.8941) untuk Gattorr yang
dipupuk pupuk kandang 25 tonha; Y= -0.0063X2 + 0.7909X +f00.53 ( R ~= 0.8206) untuk Gatton yang dipupuk pupuk kandang 0 ton /ha; Y= 4 . 0 0 9+~ ~
1.369X + 119.24 (R2= 0.9628) untuk Riversdab yang dipupuk pupuk kandang 25
tonha; Y= -0.0t 16X2 + 1.3149X * 106.6 (RZ= 0,8349) untuk Riversdale yang dipupuk pupuk kandang 0 tonltla. Pmberian pupuk kandang 25 tonlha pada
P. maximum cv Rivwsdale menghasitkan produksi VFA tertinggi dibanding perbkuan kmbinasi yang lain. VFA total yang dihasilkan penelin ini adalah 100.8&156.85 mM (Tabel 6). Hasil ini sarna dengan peneliian Hidayat (1994) yaitu 137 mM pada P. maximum dengan umur pernotongan 4 minggu. Nilai tersebut krada pada
kisaran yang dilaporkan Bergman (1983) yakni produksi VFA total adalah
70-150 mM. Produksi VFA total pada pendiian ini bervariasi dikarenakan adanya petkdaan produksi karbohidrat dan protein dari hijauan pakan. VFA diperoleh dari hasil fermentasi karbohodrat dan protein (Mathius dan Sutrisno, 1994). VFA akan diabsorpsi melalui dinding rumen dan m u k kesistim
peredaran darah yang kemudian VFA akan dioksidasikan di dalam hati yang
selanjutnya akan mensuplai sebagian besar kebutuhan energi pada temak. Tabel 6 Pengaruh perbkuan terhadap produksi total VFA rumput (mM) Pupuk Air belerang kanbng
(%I
Rataan
SO
Rataan
R ~ P &
128,99
* 5,23
119,93efil,lf
141,44
* 3,01
An-
135,22
f4,12
*
f 3,76
122,77 4,50
110,03g*6,40
114,98&3,78
124,72
133,08 i 3,71
116,54
-
Rataan
Rataan
Gatton
Riversdale
120,63
i 4.41 -
-
f4,08
yang d i d oleh hnrf yaw m a Wak berbeda nyata pada taraf ~lji 5%
Pupuk kandang merupakan sumkr unsur hara yang mengandung k a h n ,
oksigen dan hidrogen. Ketiga unsur tersebut penting untuk pertumbuhan
tanaman sebagai penyusun karbohidrat, lemak. dan senyawa lainnya (Poerwowidodo, 1992). Menurut A r m (1989) makanan yang rnemiliki kahhidrat tinggi menghasilkan asetal dan propionat yang tinggi pula, sehingga
akan meningkatkan jumlah VFA total. Tingginya VFA total karena adanya peningkatan selulosa, dimana deh mikroha rumen akan difermentasikan menjadi
asam asetat yang merupakan komponen utama VFA total. Pernberian air belerang 50% (73.91%) path P. maximum cv Riversdale menghasilkan produksi VFA totai yang optimal dibandingkan kombinasi
perlakuan yang lain. Dari hasil sebelumnya, pemberian air Mefang sampai dengan 50% rneningkatkan produksi bahan kering dqn protein pada P. maximum
m
Riversdale. Belerang berperan di dalarn proses fotosintesis, dimana
merupakan pembawa elektron di dalam proses fotosintesis, diantaranya adalah
Peranan ferodoksin (FeS) dalam reduksi NADP menjedi NADPH. 8ila fotosintesis berjaian dengan baik maka produksi kahohidrat dalam tanaman akan meningkat sehingga bib dkema dalam rumen akan menghasilkan produksi VFA total yang
meningkat pula. Menurut France dan Siddon (1993) bahwa asam lemak atsiri (VFA) merupakan hasit akhir dari fermentasi kabhidrat dan protein pakan oleh mikroba saluran pencemaan. VFA total yang d i s i l k a n brvariasi dan
tergantung pada jenis makanan dan waktu fennentasi. VFA total mmpakan sumber energi utarna bagi ternak nrrninansia yaitu menyediakan 70-80 persen kebutuhan energi temak (Maurice, 1987). 6. Produksi NHs Rumput
Hubungan pernberian air belerang dan produksi NH3
rumput berpola
kuadratik (Gambar 26),dengan persamnnya pada Y= - 0 . 0 0 0 9 ~ +~0.093X + 5.8 183 (R2= 0.7724) untuk Riversdale yang dipupuk pupuk kandang 0 tonha; Y=
- 0 . 0 0 0 7 ~+~0.0887X + 3.3851 ( R ~ =0.792) untuk Gatton yang dipupuk pupuk
kandang 0 tonlha; Y= - 0 . 0 0 0 9 ~+~0.105X + 4.4945 (R' = 0.9281) untuk Gatton yang dipupuk pupuk kandang 25 tonlha dan Y= - 0 . 0 0 0 7 ~+~0.0781X + 6.3675
=:'?I{
0.8349) untuk Riversdale yang dipupuk pupuk kandang 25 tonlha.
0
.
0
- --
. -
.
25
.50
-
-
75
I -
100
125
Konsentrasi air belerang (%)
Gambar 26 Hubungan antara pupuk air belerang terhadap produksi NHs rumput (mM).
Pada Tabel 7, disajikan rataan pengaruh perlakuan terhadap produksi NHJ rumput. Produksi NH3 yang dihasilkan adatah 3.489.15 mM. Hadil ini m i h dalam kisaran seperti yang dihasilkan Erwanto ef at. (1993) yaitu 7-8 mM.
I
Selanjutnya Satter dan Slyter (1974) menyatakan bahwa pertumbuhan rnikroba
rumen mulai terganggu bila kadar amonia dalam rumen < 3.5 mM. Tabel 7 Pengaruh perlakuan tehadap produksi NH3 rumput (mM) Pupuk Air bekrang kandang (%)
(tonha)
Gatton
Rataan
6.96 ef + 0.36
5.88 g i 0.63
6.42 i 0.50
6.68f i0.21
5.66gk0.09
6.17i0.15
Rataan
7.18
* 0.26
5.31
* 0.28
6.24 f 0.27
Rataan
7.79
i 0.54
6.49
i 0.25
7.14 0.39
*
*
*
7.48 0.40 5.90 0.27 yang dikuli OMhurufyang sama Wak bwbeda nyata peda taraf uji 596
Rataan An*
S75 S100
Rumput Riversdak
Kemampwn rnenyediakan arnonia yang cukup untuk pertumbuhan
mikroba rumen merupakan salah saiu patokan dalam mengevaluasi protein pakan untuk ternak ruminansia. Dari hasil penelitian ini didapa*an
juga
kandungan protein kasar tanaman meningkat dengan tingginya tingkal pemupukan pupuk kandang. Protein akan didegradasi obh enrim pmteolitik yang menghasilkan bakteri peptida dan asam-asam amino. Selanjutnya asam-
asam amino mengalami deaminasi dan menghasilkan amonia. Arnonia digunakan deh bakteri untuk mengsintesis protein selnya. Oegradasi protein dalam rumen t i a k diharapkan kecuali hanya diperlukan sebagai surnber amonia dalam jumiah terbatas, yakni untuk sekedar memenuhi kebutuhan bakteri akan
nitrogen. Sebab itu degradasi protein yang tinggi dalam mmen akan rnerugikan hewan hduk semang. Menurut Shirley (1986) yang melaporkan bahwa tingkat kandungan protein kasar di atas 13% da@ meningkatkan konsentrasi NH3 caimn nwnen.
Selanjutnya Haryanto (1994) m e l a m bahwa konsentrasi .
amonia di dalam rumen ikut menentukan efisiensi sintesa protein mikroba yang pada gillrannya akan rnempengaruhi hasil femntasi bahan organik pakan. Semeytam tinggi rendahnya konsentrasi amonia ditentukan oleh n ti@&
protein
pakan yang dionsumsi, &rajat m b i l i t a s , lamanya makanan berada di dalam
nrmen dan pH rumen (Haryanto, 1994). Pengaruh pemkrhn air belerang
terhadap rneningkatnya produksi NH3 dikarenakan adanya peningkatan kadar protein tanaman. Menurut Wieno et a/. (2002)yang rnenyatakan pemberian
pupuk belerang meningkatkan kadar asam amino (metionin, sistein dan sistin).
NHs merupakan satah satu produk dari aktiuitas fermentasi dalarn rumen, yakni dari degradasi protein yang berasal dari pakan dan sumber N. NH3 juga rnerupakan surnber N yang cukup penting untuk intesis protein mikroba rumen. Konsentrasi NH3 dalam rumen merupakan suatu besaran yang sangat penting
untuk dikendalikan, karena sangat menentukan optimasi pertumbuhan rnikroba rumen. Fungsi &ma belerang adalah dalam sintesis esam amino mikroba yang
mengandung belerang (Duran dan Komischarchuck, 1988). C. Kecernam Bahan Kering Rumput
Kecemaan menrpakan ukuran tinggi rendahnya k u a l i s suatu bahan pakan karena umumnya bahan pakan dengan kandungan zat-zat makanan yang mudah dicema akan tinggi nilai gizinya. Karena ilu sering digunakan untuk meniiai kualitas k h a n makanan karena mencerminkan tingkat k e t d i a a n energi bagi temak (Van Soest, I994).
Kisaran pengaruh perlakuan t h a d a p kmmman bahan kering rumput tersaji pada Tabel 8. Rataan k m a a n bahan kering adalah 41-2653.20% .
Tabel 8 Pengaruh perlakuan thadap kecemaan bahan kering rumput (%) Pupuk
Air belerang
bdns
I%) SO
Rataan
SO S25
25 (tonlha)
Rumput Rataan Riversdale Gatton 41.27 j 2.08 43.87 i i 2.68 42.70i2.38
*
50.43ed
550
57.84 a
S75
52.88 b
SlOO
51.74
Rataan
46.31
i 1,62
47.76i 1.75
47.73 & f t .24 45.99 ghi k 1,09 &.Mi 1.16
t x
k0.73 48.39ghi&0,8 48.41*0,.9
* 1.80
* l.M *
51.98 bc i 1.61 54.0Di 1.71 49.90 aie i 0.48
51.38i1.01 1.31 49.16 def i 1.56 50.45i1.43 .
-
Rataan
* 1.88
49.21
.
-
52.12
k1.32 48.68
i1.12 50.40i1.22
50.67
i 1.60 47.49
k 1.37
~yangdIutiolehnrntfyangmatld~~nyataWatarafqd%
Hasil ini jauh dibawah dari yang diperoleh Hidayat (1994) yang melaporkan kecernaan bahan kerirtg P maximum yaitu 64.2%. Hasil anhlisis sidik ragam
menunjukkan adanya interaksi nyata (Pc0.05) antara ketiga faktor (pupuk kandang, jenis tanaman dan pemberian air bebrang ) t e b d a p kecernaan bahan
kering rumput (Lampiran 13). Hubungan pemberian air belerang dan k-rnaan bahan kering rumput berpda kuadratik (P<0.01), dengan persamaan Y= 4.0032
x2 +
0.3964X + 41.423 (R* = 0.9974) untuk Riversdale yang dipupuk pupuk
kandang 25 tonha; Y = - 0 . 0 0 1 1 ~+~O.1256X
+
45.291 (R' = 0.6697) untuk
Gatton yang dipupuk 25 tonlha pupuk kandang; Y= - 0 . 0 0 0 7 ~ +~0.1 1 18X* 43.306 (R'= 0.8081) untuk Gatton yang dipupuk 0 tonlha pupuk kandang (Gainbar 27).
Konsmhsi air Werang (%)
Gambar 27 Hubungan antara pupuk air bebrang m kecernaan bahan ken'ng rumput (%).
p
Pada Gamhar 27, tertihat tingkat kecemaan pada P. maximum cv
Riversdale dengan pemberian air belerang 50% (60.93%) dan pupuk kandang 25 tonha menghasilkan kecernaan bahan kering yang optimum dibandingkan
kmbinasi perlakuan yang &in.
Kandungan NDF dan ADF pada kombinasi
perlakuan pernberian air Merang 50% dan pupuk kandang 25 tanha pada P.
maximum cv Riversdale menghasilkan kandungan yang Lebih rendah dibanding kmbinasi yang lain. Hijauan pakan di daerah tropis memiliki tingkat kandungan serat (NDF dan ADF) yang tinggi. Nutrien tersebut diketahui mewpaltan faktor
utama penyebab rendahnya kemampuan ternak untuk mengkonsumsi ransum dan dipengaruhi daya cema serta laju alir pa-
pakan dalam satursn
pencemaan. Konsekuensinya tingkat palatabifis hijauan menjadi rendah. Ksndungan NDF dan ADF secara bermakna memwngaruhi kecemaan suatu pakan.
Panditharatne (1986) melaporkan bahw kecemaan bahan kering
orchadrgrass meningkat pada pemupukan belerang 34 kglha. Selanjubrya
Hume (1982) menyatakan kandungan belerang hijauan berpengaruh terhadap kecernaan. Keunggulan P. maximum Riversdale disebabkan adahh lebih tingginya nisbah daunlbatang dibanding P. maximum cv. Gatton. Hal inilah yang menyebabkan penurunan serat kasar sehingga kecemaan k h a n kering meningkat. Kandungan NDF dan ADF kbih dari 50% alran mempengaruhi kecemaan zat-zat pakan (Van Soest, 1982). Adanya perbedaan kecernaan bahan kering antara P. maximum cv Riversdale dan P, maximum cv Gatton
dikarenakan sifat genetik yang berbeda. 0.
Uecemaan Bahan Organik Rumput Kisaran kecemaan bahan organik penelitian ini adahh 49.18-66.47%
(Tabel 9). Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan yang dilaporkan Kaunang (1992), dimana kecernaan bahan wganik
P. maximum Riversdale
yang
mendapat pemupukan N dan perlakuan naungan yaitu 76.72- 82.00%.
Tabel 9 Pengamh perhkuan terhadap kecemaan bahan organik rumput (%) -
Pupuk Air belerang
kandang SO
Rataan
SO
(tonlha)
Rataan
Riversdale Gatlwl 49.18 h 2.69 51.28 g 2.18
*
50.23 2.44
57.58
55.18
f 1.71
56.38f 1.83
52.31 g
* 1.15
54.00
*
f 1.86
55.68 ede f 1.37
*
* 1.26
S75
62.58b
k1.36 5 9 . 9 6 ~ k0.65
62.15 b
f I.27
59.81 cd
* 0.53
61.27kl.W
SlOO
60.98 i 0.90
60.87
f1.39
57.54
fl.11
59.23
k1.67
56.36
*1.41
Rataan Rataan
Rumput
Awka yang diub oleh huruf yang m
59.20i1.25
a tidak barbeda nyata pada taraf @ 5%
lnteraksi antara pupuk kandang, jenis tanaman clan pernbwian air behang nyata (Pc0.05) terhadap kecemaan bahan organik rumput. Huhngan pemberian air belerang clan kecernaan bahan organik rumput berpola kuadratik (P<0.01)
(Gambar 28), dengan persamaan Y = -0.0016~~ + 0.2446X + 51.206
(R~= 0.7464) untuk Gaiton yang dipupuk pupuk kandang 25 tawha ;Y= - 0 . 0 1+~ ~ 0.1677X + 50.473 (R' = 0.85) untuk Gatton yang dipupuk puprrkkandang 25
tonlha; Y = - 0 . 0 0 2 ~+~0.2706X
+
54.782 ( R = ~ 0,7281) untuk Riversdale yang
dipupuk 25 tonlha dan
Y = -0.0034~ +~0.408 5X+ 48.822 ( R ~ =0.9208) untuk
Riversdale yang dipupuk 25 t W a (Gambar 28).
10
---- - - - --
t -
0
25
75
50
Kwtsenb'asiair belerang (016) I e R M a I e O m-0
-.
.-----.
1W
-
-I
125
-
--
r R W k 2 5 .G-2%
Gambar 28 Hubungan antara pupuk air belerang tehadap kecemaan bahan organik rumput (%). Pemberian pupuk kandang 25 tonlhs dan pemberian air belerang 50%
(60%) pada P. maximum cv Riversdab menunjukkan Cecemaan bahan organik mencapai nilai optimal dibandingkan kmbinasi yang lain.
Pada pemkian air Werang 50% diiuga telah mempai kebutuhan optimal klerang tanaman. Sekrnjutnya tamond et ai. (4995) wnyatakan hahwa pemupukan hlerang secam keselurwhan menaikkan p d u k s i kandungan
protein dan menurunkan #rat 'Btumegrass". Penurunan -rat
kasar juga tejadi
pada Paspalurn sp yang diberi pupuk bekrang 30 kglha (Tuherkih et
81.
1998).
Pada penelitin ini, pemberian air belerang 50% pada P maximum cv. Riversdale,
menyebabkan penurunan kandungan NDF dan ADF. Hal inlah diuga yang menyebabkan kecernaan bahan organik juga meningkat. Mc Donald et al. (1988) menya&kan bahwa kecernaan bahan organik adslah @ah satu faktw utarna yang rnenentukan nilai nutrisi dari hijauan dan dasar penentuan kecemaan hijauan adalah anatomi dari tanaman tersebut, isi sel tanaman umumnya lebih
mudah dicerna, sedangkan dinding sel, kecemaannya bervariasi tergantung
pada adanya flgnin. E. Produksi M A Total Leguminosa Hubungan anbra air bekrang secara nyata rnempenganrhi produksi VFA
total leguminosa (Gambar 29). Hubungan pemberian air belerang dan produksi VFA Mat legurnin-
berpola kuadratik
(P<0,01), dengan persamnnya
adalah Y= - 0 . 0 0 2 6 ~+~0.3855X + 111.98 (RL0.7617) untuk pupuk kandang 0
tonlha dan Y= 4 . 0 0 5 2 ~ + ~0.6506X + 2 14.31 (Rw,7920) untuk pupuk kandang
'
25 tonlha. Nilai optimum produksi VFA total terdapat pada perlakuan pupuk kandang 25 tonlha dan air belerang 50% (63.72%). Hal ini diduga bahwa pada kombinasi perlakuan t e w ketersedian energi tinggi untuk kebutuhan mikroba.
9
o
j
-
.
-.
25
0
100
75
50
,
125
Konsenbasi Sulfur (%)
Gambar 29 Hubungan antara tingkat pemberian air Merang terhadap produksi VFA total leguminosa (mM). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya interaksi antara faktor jenis tanaman dan pernberian air belerang terhadap pmduksi VFA total kguminosa. Hasil uji kontras polinomial ortogonal mmunjukkan bahwa jenis tanaman dan air
belerang berpola kuadratik
(P
persamaannya adalah Y= -0.0035~'+ 0.483X + 111.49 (R2 = 0.6639) untuk
Siratro dan Y= - 0 . 0 0 4 3 ~+~0.553X
*
114.8 ( R = ~ 0.8725) untuk Cenfrtxema
(Gambar 30). i50
-
1
y=4.&+0.563X+114.8 = 0.8725
~=0.d+0.4832)(+111.49
$=om@ -If---
0
25
50
75
100
125
air be(erang (%)
Gambar 30 Hubungan tingkat pupuk air behang terhadap produksi VFA total legurnimsa (rnM).
Pemberian air klerang 50%(64.30%) pada C pubescens menghasilkan
produksi VFA total optimum dibanding kombinasi yang lain. Pada kombinasi perlakuan yang sama, produksi bahan kering dan kandungan protein kasar dari
C. pub-ns
juga mempai titik tertinggi. Hal ini diduga penyebab pmduksi VFA
meningkat. Protein kasar akan dipecah rnenjadi unsur N dan kerangka karbon. Kerangka karbon ini akan dimanfaatkan untuk membentuk VFA di dalarn tubuh temak (rumen), sehingga dengan demikiin semakin tinggi protein kasar daiam
tanaman diharapkan dapat meningkatkan pmduksi VFA total dalam rumen. Peningkatan konsentrasi VFA
mencerminkan peningkatan protein dan
karbohidrat yang mudah larut. Degradasi protein anaerd, dalam rumen tediri
dari dua tahap, yaitu (i) hidrolisa ikatan peptida okh enrim protease ban pepticlase menghasilkan peptida dan asam
amino (ii) delrarbosilasi dan atau
deaminasi dari asam-asam amino hasil akhirnya adatah VFA dan BCFA ( B r a n d Chain Fatty Acids), CO, dan NH2. Dari Gambar 29, terlihat bahwa C. pubesens yang diberi perlakuan dengan pembertan air belerang 50%
total optimal. Data tersebut sesuai yang dilaporkan Muth dan Oldfield (1970) bahwa pakan yang mengandung belerang memproduksi VFA total lebih tinggi (sampai 20%) dibndingkan pakan yang menghasilkan produksi #A
tidak mengandung belerang.
F. Produksi Amnia Legurninosa Rataan produksi NH3adalah 4.4.9.63 mM (Tabel 10). Kadar amonia yang
dihasilkan pemlitian ini masih berada di atas kebutuhan minimal yaitu 1.43 mM (Satter dan RoRler, 1981).
c.P
M.a
7.09 ebb* 0.41
5.26 jk i 0.30
kandang
S25
0
Rataan
6.18 i 0.36
*
S50
8.80 t x 5 0.14
8.00 0.38
6.91 fgh
6.40 hi i 0.22
6.66i 0.39
SlOO
6.H gh
* 0.56 * 0.46
7.21 efgi0.61
Sf5
5.87 ij i 0.59
6.26 k0.52
6.97
f 0.47
i 0.38
6.41 0.43
Rataan
5.84
*
Pada Tabel 10, terlihat C. pubescens pada pupuk kandang 25 tonlha dan
pemberian air belerang mencapai angka tertir~ggibagi produksi NH3. Hal ini dapat diartikan bahwa C. pubescens respond dengan pemberian air bekrang
level 50% dan pernberian pupuk kandang 25 todha sehingga produksi NH3
mencapai angka tertinggi. Pada kombinasi ini juga, kandungan protein
leguminosa berada pada angka tertinggi sebesar 23.89%. Peningkatan kandungan protein diharapkan juga kandungan NH3 meningkat. Amania diperlukan untuk pembentukan protein mikroba dengan VFA sebagai kerangka kabnnya. Produksi amnia yang dapat mencukupi kebutuhan dari asam lemak terbang (VFA) yang tinggi tidak akan merugikan sintesis mikroba rumen. Sebaliknya jika produksi amonia rendah dan produksi VFA tinggi akan mernpengaruhi sintesk mikroba rumen. NH3 ruminal dapat
dihasilkan dari degradasi mikroba yang cepat dari pakan protein yang tnudah larut. Protein yang dapat diserap deh usus berasal dari pratein rnikroba dan protein bahan makanan yang selamat dari degradasi oleh mikroba rumen. Protein bahan makanan di dalam rumen akan dimbak oleh mikroba menjadi NHS untuk membentuk protein tubuhnya. Shirley (1986) melaporkan bahwa
tingkat kandungan pratein kasar mnsm di atas 13% dapat meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen temak. Pada Gambar 31, pemberian pupuk
kandang 25 tonlha dan pemberian air belerang @a C-pubescensmenghasilkan produksi NHs tertinggi. Hal ini &pat diirtikan bahwa C. pubescens r e s p s i f terhadap pemberian air belerang level 50% dan pernberian pupuk kandang 25 tonlha sehingga produksi NHs mencapai angka tertinggi. Pupuk kandang m i l k i kandungan nitrogen, dan be-n
menaikkan produksi dan kadar kadar protein
hijauan pakan. Penelitian Van Nikerk el
81.
(2002) menunjukkan adanya
peningkatan konsentrasi NH3 pada P maximum Gatton yang dipupuk N.
Pada kombinasi ini juga, kandungan protein C. pubexens hrada pada kondisi optimum, yaitu 23.89%. Peningkatan kandungan protein diharapkan juga
dapat meningkatkan kandungan NHS. Produksi amonia yang tinggi merupakan indikasi bahwa tejadi degdasi protein didaiam rumen dahm jumlah banyak, dimana ha1 ini tidak diinginkan. Sebaliknya NH3 esensial bagi bakteri untuk pertumbuhan di dalam rumen. Pencemaan pmteolitik menghasilkan diopeptida; selanjutnya pecah menjadi peptida dan asam-asam amino dan akhirnya melalui
proses d m i n a s l tejadi pembebasan mmia. DI dahm rumen proses peptidolisis tenrtama dilakuan oleh bakteri, dan protozoa berperan aktif dalam
proses dearninasi asam-asam amino.
G. Kecemaan Bahan Kering Leguminosa Hasil penelitin menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering leguminosa tertinggi m a Centocema dengan pernberian pupuk kandang 25 tonlha s e b r
55.78%, sedangkan terendah pada Siratro dengan perlakuan tanpa pupuk kandang sebesar 50,86016 (Garnbar 31).
Gambar 31 Pengaruh perlakuan pupuk kandang terhadap keaernaan bahan kering leguminosa (%).
Rataan kecemaan bahan kering leguminosa berkisar antara 42.99%61-47%. (Tabel 11). Ada kecendemngan peningkatan kecernaan bahan kering
dengan pemupukan organik. Hal ini diduga karena naiknya nisbah daunlbatang. Tabel 11 Pengamh perlakuan terhadap kecernaan bahan kering legurnifloss (%) Pupuk Air belerang kandang
(%I
S100
Rataan
Rataan
Leguminosa
CAP
57.00
k0.98
M.a
50.95
f 2 . 1 0 53.97C f1.54
55.78A*1.24
53.96Bf2.19
55.52
52.41
k 1.02
Anglla yaw diiiuti 3Leh huuf yang sama tidak
Rataan
54.87
* 2.26
nyab pada taraf uji 5%
f1.71
belerang temadap kecemaan bahan organik iegurninosa berpola kuadratik
(Pc0.01), dengan persamaan Y= -0.003~~ + 0.3465X + 54.758 (R' = 0.9018) untuk simtro dan Y= -0.0029 X' + 0.3956X + 54.648 ( R ~= 0.9686) untuk C. pubescens (Gambar 33). C.pubescens yang mendapat perlakuan pernbrian air
belerang 50% menghasilkan kecernaan bahan organik optimal diknding kombinasi yang bin.
Gambar 33 Hubungan air belerang terhadap kecemaaan bahan organik leguminosa (018).
Lebih tingginya kecemaan bahan organik pada C. pubescens dibanding siratro, kemungkinan disebabkan kandungan
ADF Jratro yang lebih tinggi
dibanding C. pubemens. Petnberian air beberang 50% diduga sudah mencapai kebutuhan belerang yang optimal. Bucman dan Brady (1982) serta Bahar et at. (1993) h h w a metapohn
C,pubescens cukup bnggap terhadap pemupukan
belerang, dan meningkatkan kandungan protein Mapi kandungan serat kasarnya menurun.
Kestmpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan produksi amonia, produksi VFA total, kecernaan k h a n kering dan kecemaan bahan organik memberikan hasil yang
optimal apabila P.meximum cv. Riversdab dan C. pubescens diberi perlakuan pemberian pupuk kandang 25 tonlha dan air bebang 509$ (39.25 ppm).