4
KAJIAN RISIKO KPIH ‘Opened Hull’
KPIH ‘Opened hull’ telah digunakan sebagai moda untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek. Transportasi benih ikan dengan menggunakan KPIH ‘Opened hull’ adalah merupakan sistem transportasi terbuka. Seperti yang dilakukan oleh beberapa transportir benih ikan kerapu di Kepulauan Natuna dan Batam. Akan tetapi transportasi benih ikan kerapu bebek dengan menggunakan KPIH ‘Opened hull’ masih menghasilkan survival ratio benih ikan yang rendah yaitu sekitar 80 % atau bahkan kurang. Umumnya, transportasi benih ikan berukuran kurang dari 10 cm (TL) per ekor dilakukan dengan ‘Closed system’, yaitu benih ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah berisi air laut dan oksigen dengan komposisi tertentu. Selanjutnya kantong-kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam kotak sterofoam dan kemudian ditumpangkan pada moda transportasi umum, seperti pesawat udara untuk jarak jauh serta kapal laut dan mobil untuk jarak pendek. Desain KPIH ‘Opened hull’ yang digunakan oleh transportir di Batam dapat dilihat pada Gambar 30.
2,8 m
2,1 m
16,8 m
Skala 1 : 146 Gambar 30 Desain KPIH ‘Opened hull’ (contoh di Batam).
Pada saat KPIH ‘Opened hull’ digunakan untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek berukuran minimal 16 cm (TL), dalam perjalanan dari Batam ke Kepulauan Natuna (kurang lebih 2 jam perjalanan), kematian benih ikan sering terjadi dengan tingkat kematian berkisar antara 5 – 25 %. Sehingga timbul pertanyaan, apakah KPIH ‘Opened hull’ dapat digunakan sebagai moda untuk mengangkut benih ikan yang berukuran lebih kecil lagi dari ukuran TL= 16 cm? FishVet.Inc (2000), menyebutkan bahwa benih ikan sangat rentan terhadap penyakit, terlebih jika benih berukuran semakin kecil. Apabila benih ikan telah terinfeksi oleh virus atau bakteri, maka ketahanan hidup ikan menjadi berkurang yang pada akhirnya akan mengakibatkan kematian pada saat transportasi maupun pasca transportasi. Oleh karena itu, untuk mencegah terjangkitnya benih ikan oleh virus atau bakteri penyakit, kualitas air dimana benih ikan tersebut ditempatkan perlu dijaga. Keberadaan virus dan bakteri penyakit tersebut sangat ditentukan oleh kualitas air itu sendiri. Selain itu, benih ikan yang berukuran kecil lebih rentan terhadap perubahan fisik maupun kimia lingkungan air yang terjadi secara berfluktuasi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ apabila digunakan sebagai kapal pengangkut benih ikan yang berukuran lebih kecil dari 16 cm (TL), khususnya benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) berukuran antara 5 – 7 cm (TL). Mengapa ditujukan kepada benih ikan berukuran antara 5-7 cm (TL)?
Hal ini
disebabkan karena harga benih ikan ditentukan persentimeter panjang tubuh benih ikan, yaitu berkisar antara Rp. 1.200,- – Rp. 1.500,- per sentimeter (cm) panjang benih ikan. Sehingga harga per ekor benih ikan ukuran 7 cm sekitar Rp. 8.400,- – Rp. 10.500,-, dan harga ini lebih murah dibandingkan dengan membeli benih ikan ukuran 16 cm seharga Rp. 19.200,- – Rp. 24.000,- per ekor. Oleh karena itu, kajian risiko KPIH ‘Opened hull’ memiliki tujuan khusus yaitu: 1) Menentukan tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ terhadap survival ratio benih ikan kerapu bebek apabila KPIH tersebut digunakan sebagai moda angkutan benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm TL, 2) Menentukan sumber risiko operasional KPIH ‘Opened hull’ yang dapat menurunkan survival ratio benih ikan kerapu bebek. 3) Menentukan langkah mitigasi yang dapat disarankan untuk menurunkan tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ terhadap survival ratio benih ikan kerapu bebek.
4.1 Identifikasi Sumber Risiko Pada transportasi benih ikan, tingkat risiko kematian benih ikan adalah merupakan masalah utama yang harus dieliminir untuk mengurangi kerugian secara finansial yang akan ditanggung oleh pemilik benih ikan. Oleh karena itu, kajian risiko yang akan dilakukan pada kajian ini adalah kajian risiko operasional KPIH ‘Opened hull’ yang berhubungan dengan tingkat survival ratio benih ikan selama transportasi. Pada KPIH ‘Opened hull’, benih ikan dimasukkan ke dalam palka.
Untuk
menjaga kualitas air laut di dalam palka, maka digunakan sistem sirkulasi air laut. Sistem sirkulasi mengakibatkan masuknya air laut dari luar badan kapal ke dalam palka melalui lubang inlet selama kapal bergerak.
Sistem sirkulasi air yang demikian
mengakibatkan kualitas air laut yang masuk ke dalam palka sangat tergantung kepada kualitas air laut yag dilewati oleh kapal itu sendiri. Yang dimaksud dengan kualitas air laut yang sesuai adalah bukan hanya tidak tercemari oleh virus dan bakteri yang merugikan saja, akan tetapi ketersediaan oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang cukup, kondisi suhu air laut dan kadar pH yang sesuai serta kandungan amoniak terutama NH3 un-ionized yang sedikit. Penerapan sistem sirkulasi sebagai sistem untuk menjaga kualitas air laut di dalam palka mengakibatkan terdapatnya lubang di bagian bawah kasko kapal. Sehingga dikatakan kasko kapal terbuka. Kondisi inilah yang mengakibatkan KPIH dengan sistem sirkulasi disebut sebagai KPIH ‘Opened hull’. KPIH ‘Opened hull’ yang dijadikan objek kajian, saat ini digunakan untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek dari Batam menuju ke P. Natuna atau P. Tarempa. Dalam perjalanannya tersebut, kapal akan melewati Tanjung Pinang. Pada saat akan melewati Tanjung Pinang, maka lubang air di bawah kasko kapal segera ditutup untuk mencegah masuknya air laut di perairan Tanjung Pinang tersebut yang diduga memiliki kualitas air laut yang buruk. Jika aktivitas ini dilakukan saat mengangkut benih ikan yang berukuran lebih kecil lagi, yaitu berukuran antara 5 – 7 cm (TL), dikhawatirkan aktivitas menutup dan membuka lubang di bagian bawah badan kapal dapat mengakibatkan stres pada ikan. Akan tetapi, jika dibiarkan air laut dengan kualitas yang buruk masuk ke dalam palka yang berisi benih ikan, dikhawatirkan benih ikan yag terdapat di dalamnya akan terkontaminasi oleh virus atau bakteri penyakit yang terbawa oleh aliran air yang masuk ke dalam palka.
Masuk dan keluarnya air laut dari dalam badan kapal selama kapal bergerak, bukan saja mempengaruhi kualitas air laut di dalam palka. Akan tetapi juga akan mempengaruhi ketinggian air laut di dalam palka yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap ketinggian badan kapal yang terendam oleh air laut (yang disebut dengan istilah draf, d). Kecepatan kapal semakin lambat, maka jumlah air laut yang masuk ke dalam palka akan semakin banyak sehingga ‘draf (d)’ kapal akan semakin tinggi. Demikian pula yang terjadi sebaliknya, draft kapal akan berkurang apabila ketinggian air laut di dalam palka berkurang. Perubahan draf kapal akan mempengaruhi stabilitas kapal. Kestabilan kapal juga akan terganggu oleh jenis muatan di kapal yang cenderung berupa muatan liquid.
Hal ini disebabkan karena muatan berbentuk liquid mudah
berubah bentuk. Muatan liquid apabila ditempatkan pada sebuah palka dan di dalam palka tersebut tidak terisi penuh oleh liquid, maka liquid tersebut akan memiliki free surface. Keberadaan free surface ini akan mengakibatkan perubahan posisi liquid di dalam palka terlebih apabila kapal mengalami gerakan oleng. Kondisi ini akan memperburuk kualitas stabilitas kapal. Apabila kapal memiliki stabilitas yang buruk, maka peluang kapal tersebut untuk terbalik (capsize) akan bertambah.
Jika kapal
terbalik, maka kehilangan benih ikan akan semakin besar karena akan banyak ikan yang mati atau hilang disebabkan karena ikan-ikan tersebut berenang ke laut lepas. Selain pemaparan di atas, pengangkutan benih ikan kerapu bebek dengan menggunakan KPIH, saat ini sering dilakukan tanpa batasan jumlah benih ikan yang akan diangkut. Jumlah ikan yang dimasukkan ke dalam setiap palka sering dilakukan hanya berdasarkan jumlah benih ikan yang harus diangkut. Semakin banyak benih ikan yang dimasukkan ke dalam suatu volume palka, maka akan semakin tinggi densitas benih ikan di dalam palka. Apabila densitas benih ikan di dalam palka tidak sesuai dengan ketersediaan oksigen terlarut di dalam palka, maka benih-benih ikan tersebut akan mengalami kekurangan oksigen dan yang akan berdampak kepada timbulnya stres pada ikan. Selain itu, tingginya densitas benih ikan di dalam suatu volume air akan mengakibatkan ruang gerak benih ikan semakin terbatas sehingga benih ikan dapat menjadi stres. Benih ikan yang mengalami stres akan mengalami kemunduran kualitas hidup sehingga rentan terhadap penyakit. Francis and Floyd (1990) menyebutkan bahwa stres adalah suatu kondisi dimana ikan tidak dapat menjaga kondisi normalnya
yang disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhinya saat itu. Stres terjadi pada saat kondisi ikan melewati batas normal toleransi ikan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhinya, beberapa faktor di antaranya adalah rendahnya konsentrasi oksigen terlarut (chemical stressor) dan densitas yang tinggi (biological stressor). Rendahnya konsentrasi okesigen terlarut bisa disebabkan karena kurangnya asupan oksigen ke dalam air atau tingginya konsumsi oksigen oleh makhluk-makhluk hidup di dalam air. Lain halnya jika densitas benih ikan di dalam suatu palka sangat rendah, maka ketersediaan konsentrasi oksigen terlarut akan cukup. Akan tetapi akan mempengaruhi sisi finansial berupa keuntungan usaha bagi pemilik benih ikan. Oleh karena itu, perlu ditentukan densitas benih ikan yang maksimal di dalam palka sehingga ketersediaan oksigen terlarut cukup dan keuntungan secara finansial pun dapat terpenuhi. Misi KPIH adalah mengangkut muatan yang berupa ikan hidup dalam jumlah banyak.
Pengangkutan benih ikan dalam jumlah banyak dimaksudkan untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Oleh karena itu, risiko terhadap
kematian ikan selama transportasi menjadi permasalahan yang harus ditemukan solusinya. Berdasarkan definisi dari tiap tipe risiko yang telah dipaparkan di atas serta pemaparan tentang permasalahan yang dihadapi oleh KPIH ‘Opened hull’ sebagaimana telah dipaparkan pula sebelumnya, maka KPIH ‘Opened hull’ yang ada saat ini jika digunakan untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL) akan memiliki risiko murni.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk
mengeliminir tingkat risiko yang ada paling tidak menjadikan risiko murni menjadi risiko spekulatif yang berada pada tingkatan yang rendah. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dipastikan bahwa sumber risiko operasional KPIH ‘Opened hull’ terhadap tingkat survival ratio benih ikan adalah: (1) Desain palka (2) Sistem pemeliharaan kualitas air di dalam palka yang menerapkan sistem sirkulasi dengan bentuk kapal dengan sistem terbuka (opened hull) (3) Densitas benih ikan
Penggunaan sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut di dalam palka menjadikan kestabilan kualitas air laut sangat tergantung kepada kualitas air laut yang masuk ke dalam palka kapal. Desain palka yang terkait pada bentuk palka, sangat menentukan besar kecilnya efek free surface dari muatan liquid yang terdapat di dalam palka KPIH. Bentuk palka yang memungkinkan permukaan air bergerak bebas di dalam palka, akan mengakibatkan efek free surface semakin besar. Adapun densitas benih ikan, sangat terkait pada ketersediaan kebutuhan dasar makhluk hidup termasuk ikan, yaitu kebutuhan akan oksigen. Densitas ikan yang tinggi dalam suatu volume air, akan mengakibatkan tingginya tingkat pemanfaatan oksigen terlarut di dalam air. Apabila kebutuhan akan oksigen berkurang, maka akan mengakibatkan kualitas hidup ikan menurun. 4.2 Jenis dan Kriteria Dampak Risiko pada KPIH ‘Opened Hull’ Berdasarkan hasil kajian terhadap sumber risiko pada KPIH ‘Opened hull’, diperoleh tiga sumber risiko yaitu: 1) desain palka, 2) sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air di dalam palka, dan 3) densitas ikan yang akan mempengaruhi tingkat survival ratio benih ikan. Berdasarkan sumber risiko tersebut, maka dampak yang dihasilkan ada yang langsung mengakibatkan kematian benih ikan dan ada pula yang tidak langsung mengakibatkan kematian benih ikan. Penggunaan sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut di dalam palka, akan berdampak pada kestabilan kualitas air laut di dalam palka yang sesuai untuk benih ikan. Seringnya perubahan kualitas air laut di dalam palka, secara langsung akan mengakibatkan menurunnya kualitas hidup dan bahkan dapat mengakibatkan kematian benih ikan. Demikian pula halnya dengan densitas benih ikan yang tidak diatur. Apabila densitas ikan tinggi, maka akan mengakibatkan kualitas air laut di dalam palka berkurang dan secara langsung akan menurunkan kualitas hidup atau kematian benih ikan.
Lain halnya dengan desain palka, tidak secara langsung
mengakibatkan kematian benih ikan. Kematian benih ikan akan terjadi apabila kapal terbalik yang disebabkan karena efek free surface yang besar.
Berdasarkan hasil
penelitian Piniella et.al (2008) dan Suwardjo et.al (2010), disebutkan bahwa stabilitas kapal yang buruk merupakan risiko spesifik (specific risk) yang dihadapi oleh kapal perikanan terutama kapal perikanan skala kecil. Berdasarkan beberapa hasil kajian
sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka kondisi alam dan stabilitas kapal yang buruk dapat mempertinggi risiko terbaliknya kapal.
Adapun keberadaan air yang
terperangkap di kapal menjadi salah satu penyebab memburuknya stabilitas kapal. Hal ini disebabkan karena air memiliki permukaan bebas (free surface) yang mudah bergerak dan berpindah tempat saat media yang ditempatinya berubah posisi. Oleh karena itu, maka jenis dan definisi dari setiap jenis dampak risiko pada KPIH ‘Opened hull’ diidentifikasikan sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis dan definisi dampak pada risiko KPIH ‘Opened hull’ Jenis Dampak Finansial
Definisi Kerugian finansial yang mungkin timbul sebagai dampak dari operasional KPIH ‘Opened hull’: - biaya pembelian benih ikan sebanyak benih ikan yang mati selama trasnportasi - biaya transport per ikan - biaya upah kerja SDM dalam membesarkan ikan (dihitung per ikan)
Pencemaran air laut Kerugian yang mungkin timbul sebagai dampak dari di dalam palka operasional KPIH ‘Opened hull’ apabila terjadi pencemaran air laut di dalam palka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pelaku transportir benih ikan kerapu bebek, yang mengangkut benih ikan kerapu bebek berukuran minimal 16 cm (TL), jumlah kematian benih ikan terbanyak yang pernah terjadi adalah sebesar 25 %. Adapun jumlah kematian benih ikan kerapu bebek tersebut minimal rata-rata selama transportasi adalah sebesar 5 - 10 %. Jumlah benih ikan yang diangkut oleh KPIH ‘Opened hull’ yang dikaji adalah berkisar antara 20.000 – 30.000 ekor, dengan ongkos transportasi sebesar Rp. 2.500,- - Rp. 3.000,- per ekor dari Batam ke Kepulauan Natuna. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, harga beli benih ikan kerapu bebek berkisar antara Rp. 1.200,- – Rp. 1.500,- per cm panjang ikan. Wawancara dengan beberapa pelaku dalam pembesaran benih ikan kerapu bebek juga dilakukan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk upah pekerja dan harga jual ikan kerapu bebek ukuran ekonomis (500 – 1.000 gram per ekor). Pada umumnya, setiap KJA dikerjakan oleh 3 – 4 orang dalam satu unit KJA berukuran 9 m2 – 16 m2. Mengacu pada hasil penelitian Santoso dan Purwanta (2008), padat penebaran yang optimum
untuk ikan kerapu adalah sebesar 134 ekor/m3 untuk ikan berukuran 50 gram (TL berkisar antara 16 cm – 18 cm). Adapun upah pekerja berkisar antara Rp. 750.000,- – Rp. 1.000.000,- per orang per bulan. Untuk harga jual ikan kerapu berukuran ekonomis minimal sebesar US$ 50/kg (Rp. 450.000,-/kg). Berdasarkan informasi yang di atas, maka pada Tabel 5 disajikan hasil simulasi kerugian untuk menghitung kerugian finansial sesuai dengan definisi yang telah dipaparkan dalam Tabel 4.
Simulasi
kerugian finansial diperhitungkan dari tiga komponen pembiayaan yang tetap dikeluarkan walaupun benih ikan dalam kondisi mati di dalam perjalanan. Ketiga komponen tersebut yang terdiri dari: biaya pembelian benih ikan, biaya transportasi dan biaya upah pekerja. Dari ketiga komponen tersebut, dicoba untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dan akan tetap dikeluarkan per individu benih ikan.
Tabel 5 Perhitungan kerugian finansial pada pengoperasian KPIH ‘Opened hull’ Kerugian finansial (minimal): 1
Jumlah benih yang diangkut (ekor)
2
Jumlah kematian benih ikan saat transportasi (5%) (ekor)
3
Harga beli benih ikan (Rp/ekor)
4
Ongkos transportasi per ikan (Rp/ekor)
5
Upah pekerja (Rp/orang)
6
Jumlah pekerja (orang)
7
Waktu untuk membesarkan benih hingga ukuran minimal 500 gram/ekor (bulan)
8
Jumlah ikan per unit KJA (padat tebar= 134 ekor/m3) - 250 ekor yang mati saat transportasi (ekor)
9
Estimasi upah kerja untuk pembesaran 1 ekor benih (Rp/ekor)
10
Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih ikan sejumlah benih ikan yang mati (Rp)
11
12
Total ongkos transportasi yang telah dikeluarkan untuk benih ikan yang mati saat transportasi (Rp) Total upah pekerja yang tetap dikeluarkan untuk benih ikan yang telah mati saat transportasi (Rp) Total kerugian finansial (minimal) (Rp)
20.000 1.000 1.200,2.500,750.000,3
9 4.038
5.015,-
1.200.000,-
2.500.000,-
5.014.859,8.714.859,-
Tabel 5 (Lanjutan) Kerugian finansial (maksimal): 1
Jumlah benih yang diangkut (ekor)
2
Jumlah kematian benih ikan saat transportasi (25%) (ekor)
3
Harga beli benih ikan (Rp/ekor)
4
Ongkos transportasi per ikan (Rp/ekor)
5
Upah pekerja (Rp/orang)
6
Jumlah pekerja (orang)
7
Waktu untuk membesarkan benih hingga ukuran minimal 500 gram/ekor (bulan)
8
Jumlah ikan per unit KJA (padat tebar= 134 ekor/m3) - 1.250 ekor yang mati saat transportasi (ekor)
9
Estimasi upah kerja untuk pembesaran 1 ekor benih (Rp/ekor)
10 Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih ikan sejumlah benih ikan yang mati (Rp) 11 Total biaya yang dikeluarkan saat transportasi untuk benih ikan yang mati saat transportasi (Rp) 12 Total upah pekerja yang tetap dikeluarkan untuk benih ikan yang telah mati saat transportasi (Rp) Total kerugian finansial (maksimal) (Rp)
20.000 5.000 1.500,2.500,1.000.000 4
9 3.038
11.850,-
7.500.000,-
12.500.000,-
59.249.506,79.249.506,-
Berdasarkan tabel simulasi kerugian finansial di atas, maka terlihat bahwa kerugian finansial minimal adalah sekitar Rp. 7.700.000,- dan kerugian finansial maksimal adalah sekitar Rp. 79.000.000,-. Sistem sirkulasi yang digunakan sebagai sistem pemeliharaan kualitas air sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, memungkinkan terjadinya pencemaran air laut di dalam palka. Pencemaran ini terjadi akibat terlambatnya menutup lubang masuk air (inlet) ke dalam palka kapal saat kapal melewati perairan dengan kualitas air yang buruk. Dampak yang paling buruk akan terjadi apabila seluruh lubang inlet di setiap
palka terlambat ditutup. Adapun dampak yang terjadi akan minimal apabila seluruh lubang inlet dapat tepat waktu ditutup pada saat kapal melewati perairan dengan kualitas air yang buruk. Berdasarkan pemaparan terhadap dampak risiko KPIH ‘Opened hull’ di atas, maka kriteria dan tingkatan dampak dapat diidentifikasi sebagamana disajikan pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6 Kriteria dan tingkatan dampak finansial Kriteria
Tingkat
Kerugian yang dialami < Rp. 7.700.000,- (jumlah benih ikan yang mati selama transportasi < 5 % dari total jumlah benih ikan yang diangkut) Kerugian yang dialami berkisar antara Rp. 7.700.000,- – Rp. 79.000.000,- (jumlah benih ikan yang mati selama transportasi berkisar antara 5 % - 25 % dari total jumlah benih ikan yang diangkut) Kerugian yang dialami > Rp. 79.000.000,- (jumlah benih ikan yang mati selama transportasi ≥ 25 % dari total jumlah benih ikan yang diangkut)
1
2
3
Tabel 7 Kriteria dan tingkatan dampak pencemaran air laut di dalam palka Kriteria
Tingkat
Maksimal pencemaran air laut terjadi hanya di satu unit palka kapal Pencemaran air laut terjadi pada setengah dari jumlah palka kapal yang ada Pencemaran air laut terjadi pada semua palka kapal
1 2 3
4.3 Jenis dan Kriteria Probabilitas Risiko pada KPIH ‘Opened Hull’ Berdasarkan jenis dampak risiko yang telah teridentifikasi sebagaimana dipaparkan pada sub bab 4.2, maka jenis probabilitas yang dapat mempengaruhi tingkat risiko adalah: 1) Efek free surface 2) Penggunaan sistem pemeliharaan kualitas air 3) Densitas benih ikan dalam palka
Efek free surface adalah suatu fenomena yang disebabkan karena adanya permukaan bebas (free surface) pada benda berbentuk liquid. Keberadaan permukaan bebas mengakibatkan benda liquid tersebut mudah berubah bentuk sesuai dengan media yang ditempatinya. Jenis muatan pada KPIH adalah muatan liquid. Efek free surface akan dirasakan terutama saat kapal melakukan gerakan rolling.
Pada saat kapal
melakukan gerakan rolling, maka terjadilah pergerakan air di bagian permukaan yang mengikuti arah kemiringan kapal akibat momen yang terjadi. Jika massa air yang bergerak ke sisi kapal yang sedang oleng berlebihan, maka titik berat kapal pun akan bergeser ke arah kemiringan kapal. Apabila periode oleng kapal sangat lambat, maka kemungkinan kapal akan terbalik menjadi lebih besar. Piniella et.al (2008) dan Suwardjo et.al (2010) mengemukakan bahwa stabilitas kapal yang buruk merupakan risiko spesifik (specific risk) yang dihadapi oleh kapal perikanan terutama kapal perikanan skala kecil. Berdasarkan beberapa hasil kajian sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka kondisi alam dan stabilitas kapal yang buruk dapat mempertinggi risiko kecelakaan kapal.
Adapun keberadaan air yang
terperangkap di kapal menjadi salah satu penyebab memburuknya stabilitas kapal. Hal ini disebabkan karena air memiliki permukaan bebas (free surface) yang mudah bergerak dan berpindah tempat saat media yang ditempatinya berubah posisi. Penggunaan sistem pemeliharaan kualitas air yang tidak tepat akan mengakibatkan semakin besarnya peluang kematian benih ikan yang terdapat di dalamnya.
Terjadinya kematian benih ikan tersebut disebabkan karena kegagalan
sistem pemeliharaan kualitas air tersebut dalam menjaga kestabilan kualitas air laut yang sesuai dengan kebutuhan ikan yang dibawanya. Yang dimaksud dengan kualitas air laut yang sesuai adalah bukan hanya tidak tercemari oleh virus dan bakteri yang merugikan saja, akan tetapi ketersediaan oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang cukup, kondisi suhu air laut dan kadar pH yang sesuai serta kandungan amoniak terutama NH3 un-ionized yang sedikit. Whittington and Chong (2007), melakukan kajian terhadap risiko perdagangan ikan hias di Australia.
Hasil kajian tersebut
menyebutkan bahwa risiko tertinggi yang mengakibatkan ketahanan hidup ikan menurun salah satunya adalah disebabkan karena menurunnya kualitas air laut yang menyertainya sehingga mengakibatkan munculnya virus dan bakteri phatogen. Selain itu, menurunnya kualitas air laut yang menyertai ikan tersebut mengakibatkan
menurunnya ketahanan hidup ikan sehingga mudah terinfeksi virus atau bakteri phatogen tersebut. Kekhawatiran akan kualitas air laut di dalam palka yang sangat tergantung kepada kualitas air laut yang dilewati oleh kapal tersebut, maka salah seorang transportir benih ikan kerapu bebek di Kepulauan Natuna hanya berani mengangkut benih ikan kerapu berukuran minimal 50 gram per ekor.
Biasanya pada saat kapal
melaju di perairan yang dekat dengan daratan terlebih jika di daratan tersebut terdapat aktivitas industri, lubang yang terdapat di bawah badan kapal pasti segera ditutup untuk mencegah masuknya air laut dari perairan yang dikhawatirkan tercemar tersebut. Contohnya adalah, saat kapal tersebut dalam perjalanannya dari Batam menuju ke P. Natuna atau P. Tarempa dan akan melewati Tanjung Pinang, maka lubang air di bawah badan kapal segera ditutup untuk mencegah masuknya air laut di perairan Tanjung Pinang tersebut.
Jika aktivitas ini dilakukan saat mengangkut benih ikan yang
berukuran lebih kecil lagi, yaitu benih berukuran antara 5 – 7 cm (TL), dikhawatirkan aktivitas menutup dan membuka lubang di bagian bawah badan kapal dapat mengakibatkan stres pada ikan. Akan tetapi, jika dibiarkan air laut dengan kualitas yang buruk masuk ke dalam palka yang berisi benih ikan, dikhawatirkan benih ikan yang terdapat di dalamnya akan terkontaminasi oleh virus atau bakteri penyakit yang terbawa oleh aliran air yang masuk ke dalam palka. Selain itupula dikhawatirkan ikan akan mengalami ‘exhaustion’ apabila harus seringkali beradaptasi terhadap perubahan lingkungan air di sekitarnya. Pengangkutan benih ikan berukuran minimal 16 cm (TL) itupun tak luput dari adanya kematian benih ikan selama transportasi atau pasca transportasi. FishVet.Inc (2000), menyebutkan bahwa benih ikan sangat rentan terhadap penyakit. Apabila benih ikan telah terinfeksi oleh virus atau bakteri, maka ketahanan hidup ikan menjadi berkurang yang pada akhirnya akan mengakibatkan kematian pada saat transportasi maupun pasca transportasi.
Oleh karena itu, untuk mencegah
terjangkitnya benih ikan oleh virus atau bakteri penyakit, kualitas hidup benih ikan harus dijaga. Terutama harus dijaga terhadap ketersediaan oksigen terlarut yang cukup dan rendahnya konsentrasi NH3 un-ionized di lingkungan tempat hidup benih ikan. Masuk dan keluarnya air laut dari dalam badan kapal selama kapal bergerak, bukan saja mempengaruhi kualitas air laut di dalam palka. Akan tetapi juga akan
mempengaruhi volume air laut di dalam palka kapal. Kecepatan kapal semakin lambat, maka jumlah air laut yang masuk ke dalam palka akan semakin banyak sehingga akan mengakibatkan mengecilnya densitas benih ikan di dalam palka kapal. Hal ini terjadi karena jumlah benih ikan di dalam palka tetap, akan tetapi volume air laut di dalam palka bertambah. Demikian pula yang terjadi sebaliknya, densitas benih ikan akan meningkat apabila volume air di dalam palka berkurang akibat kecepatan laju kapal yang semakin cepat. Sehubungan dengan densitas benih ikan di dalam palka kapal, pengangkutan benih ikan kerapu bebek dengan menggunakan KPIH ‘Opened hull’, lebih sering dilakukan tanpa batasan jumlah benih ikan yang akan diangkut. Jumlah benih ikan yang dimasukkan ke dalam setiap palka sering dilakukan hanya berdasarkan jumlah benih ikan yang harus diangkut. Semakin banyak benih ikan yang akan dibawa, maka akan semakin tinggi densitas benih ikan di dalam palka. Apabila densitas benih ikan di dalam palka tidak sesuai dengan ketersediaan oksigen terlarut di dalam palka, maka benih-benih ikan tersebut akan mengalami kekurangan oksigen yang akan bertampak kepada timbulnya stres pada benih ikan.
Benih ikan yang menderita stres akan
mengalami kemunduran kualitas hidup sehingga rentan terhadap penyakit. Francis and Floyd (1990) menyebutkan bahwa ‘stres’ adalah suatu kondisi di mana ikan tidak dapat menjaga
kondisi
normal
fisiknya
yang
disebabkan
berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya saat itu. Stres terjadi pada saat kondisi ikan melewati batas normal toleransi ikan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhinya, beberapa faktor tersebut di antaranya adalah rendahnya konsentrasi oksigen terlarut (chemical stressor) dan densitas yang tinggi (biological stressor). Rendahnya konsentrasi okesigen terlarut bisa disebabkan karena kurangnya asupan oksigen ke dalam air atau tingginya konsumsi oksigen oleh makhluk-makhluk hidup yang berada di dalam air tersebut. Lain halnya jika densitas benih ikan di dalam suatu palka sangat rendah, maka ketersediaan konsentrasi oksigen terlarut akan cukup. Akan tetapi akan mempengaruhi sisi finansial berupa keuntungan usaha bagi pemilik benih ikan. Oleh karena itu, perlu ditentukan densitas benih ikan yang maksimal di dalam palka sehingga ketersediaan oksigen terlarut cukup dan keuntungan secara finansial pun dapat diperoleh. Misi KPIH adalah mengangkut muatan yang berupa ikan hidup dalam jumlah besar. Pengangkutan
ikan dalam jumlah besar dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang setinggitingginya. Berdasarkan pemaparan tentang probabilitas risiko pada KPIH ‘Opened hull’, disajikan kriteria dan tingkatan probabilitas risiko pada Tabel 8, 9 dan 10. Tabel 8
Kriteria dan tingkatan probabilitas risiko terhadap efek free surface Kriteria
Tingkat
Permukaan air di dalam palka tidak bergerak setiap kapal melakukan gerakan rolling
1
Permukaan air di dalam palka terkadang bergerak terkadang tidak, saat kapal melakukan gerakan rolling
2
Permukaan air di dalam palka selalu bergerak setiap kapal melakukan gerakan rolling
3
Tabel 9
Kriteria dan tingkatan probabilitas risiko terhadap efek sistem pemeliharaan kualitas air Kriteria
Tingkatan
Air laut dari luar kapal hanya masuk ke dalam salah satu palka yang ada di dalam kapal, sehingga hanya benih ikan yang terdapat di dalam palka itu saja yang beradaptasi terhadap perubahan kualitas air yang masuk ke dalam palka tersebut.
1
Air laut dari luar kapal masuk ke beberapa palka yang ada di dalam kapal, sehingga hanya benih ikan yang terdapat di dalam palka itu saja yang beradaptasi terhadap perubahan kualitas air yang masuk ke dalam palka tersebut.
2
Air laut dari luar kapal masuk ke semua palka yang ada di dalam kapal, sehingga semua benih ikan yang diangkut oleh kapal harus beradaptasi terhadap perubahan kualitas air yang masuk ke dalam palka tersebut.
3
Tabel 10 Kriteria dan tingkatan probabilitas risiko terhadap densitas benh ikan Kriteria
Tingkat
Densitas benih ikan jarang terjadi perubahan selama transportasi
1
Densitas benih ikan terkadang berubah selama transportasi
2
Densitas benih ikan sering berubah selama transportasi
3
4.4 Penilaian Tingkat Risiko KPIH ‘Opened Hull’ KPIH ‘Opened hull’ sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya adalah merupakan kapal yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas airnya. Sistem ini mensyaratkan kapal memiliki lubang inlet dan outlet di bawah kasko kapal yang berfungsi untuk masuk dan keluarnya air laut ke dalam dan keluar dari kapal, sehingga apabila lubang-lubang tersebut terlambat ditutup pada saat melewati perairan dengan kualitas air yang buruk, maka peluang tercemarnya air laut di dalam palka menjadi semakin besar. Ketidakstabilan kualitas air laut di dalam palka akan mempertinggi tingkat kematian benih ikan yang berukuran lebih kecil lagi. Pada saat mengangkut benih ikan yang berukuran minimal 16 cm (TL), kematian benih ikan kadang terjadi hingga 25 % dari total benih ikan yang diangkut. Apabila KPIH ini digunakan untuk mengangkut benih ikan yang berukuran lebih kecil lagi dari 16 cm (TL) per ekor, maka tingkat kematian diperkirakan akan lebih besar lagi. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, harga beli benih ikan ditetap berdasarkan panjang ikan. Sehingga semakin kecil ukuran benih ikan, harga beli benih ikan akan semakin murah, dan hal inil lebih diminati oleh para pemilik KJA pembesaran benih ikan kerapu. Penggunaan sistem sirkulasi juga menyebabkan sering kali terjadi perubahan volume air laut di dalam palka seiring dengan perubahan kecepatan laju kapal. Kondisi ini menyebabkan densitas air laut sering berubah pula. Perubahan volume air laut di dalam palka kapal juga akan mempengaruhi besar kecilnya efek free surface yang akan terjadi. Pertambahan volume air di dalam palka akan mengakibatkan semakin tingginya posisi permukaan air laut di dalam palka. Semakin tingginya posisi permukaan air di
dalam palka maka efek free surface yang akan terjadi semakin besar pula, sehingga peluang menurunnya kualitas stabilitas kapal semakin besar. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tingkatan dari masing-masing jenis dampak dan probabilitas risiko KPIH ‘Opened hull’ disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Penilaian dampak dan probabilitas risiko KPIH ‘Opened hull’ Jenis Dampak Risiko
Finansial
Tingkat 3
Jenis Probabilitas Risiko
Tingkat
Efek free surface
3
Sistem pemeliharaan kualitas air
3
Pencemaran air laut di dalam palka
3
Densitas benih ikan
3
Penilaian Dampak
3
Penilaian Probabilitas
3
Penilaian dampak dan probabilitas risiko masing-masing menghasilkan nilai 3. Hal ini disebabkan karena semua jenis dampak dan probabilitas memiliki masingmasing memiliki nilai 3. Secara teoritis, risiko adalah fungsi dari kemungkinan dan dampak sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Kristiansen (2005) dan Ramli (2010). Apabila dianggap tingkat risiko adalah proporsional terhadap setiap dampak dan kemungkinannya, maka fungsi risiko pada dasarnya adalah sebuah perkalian sebagai berikut: Risiko = dampak × kemungkinan (R = D × P). Oleh karena itu, berdasarkan penilaian dampak dan probabilitas risiko, maka tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ adalah berisiko tinggi dengan nilai 9. Berdasarkan tingkat risiko yang diperoleh sebagaimana yang terlihat pada Tabel 11, maka tampilan tingkatan risiko KPIH ‘Opened hull’ disajikan pada Gambar 31.
Nilai Dampak
Nilai Probabilitas
Keterangan:
1
2
3
1
1
2
3
2
2
4
6
3
3
6
9
tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’
Gambar 31 Tingkat risiko kematian ikan pada KPIH ‘Opened hull’. Tingginya tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ apabila digunakan untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek berukuran ntara 5 – 7 cm (TL), mengakibatkan KPIH tersebut perlu dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan benih ikan yang akan dibawanya. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat risiko yang ada, maka perlu ditetapkan langkah mitigasi risiko yang bertujuan untuk mengurangi tingkat risiko, dari risiko tinggi berubah menjadi risiko rendah. Mengacu pada sumber risiko yang ada, beberapa langkah mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat risiko adalah sebagaimana yang disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Upaya mitigasi terhadap sumber risiko Sumber Risiko
Langkah Mitigasi Risiko
Desain palka
Desain palka dimodifikasi menjadi desain palka yang mampu meredam efek free surface yang akan terjadi
Sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air
Mengganti sistem sirkulasi dengan sistem resirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air
Densitas benih ikan
Menentukan dan menetapkan densitas benih ikan di dalam palka berdasarkan tingkat konsumsi benih ikan dan ketersediaan oksigen terlarut di dalam air
Ketiga saran langkah mitigasi risiko tersebut diharapkan dapat menurunkan tingkat risiko yang semula tinggi menjadi risiko rendah. Untuk lebih memperkuat rekomendasi terhadap saran mitigasi, maka perlu dilakukan kajian khusus terhadap langkah mitigasi risiko yang disarankan tersebut.