Peningkatan jumlah penduduk Surabaya dan perkembangan industri serta usaha jasa yang pesat mempengaruhi semua potensi sumber daya alam, seperti kebutuhan akan sumber daya air bersih, yang mana kuantitas dan kualitas air bersih dalam pembangunan akan berpengaruh terhadap semua kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan peningkatan jumlah penduduk dan pergeseran arah pembangunan tersebut, dirasakan adanya dampak negatif terhadap lingkungan, yakni meningkatnya pencemaran lingkungan di Kota Surabaya, seperti pencemaran air akibat limbah domestik (rumah sakit, hotel, dan restoran, serta mall/pertokoan, rumah tangga, pertanian dan limbah industri serta limbah dari kegiatan perbengkelan).
Air sebagai sumber kehidupan makhluk
hidup sudah tercemar, bahkan sumber air secara fisik mengalami kerusakan. Limbah yang berasal dari kegiatan industri, pertanian, rumah tangga dan perusahaan jasa angkutan mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan kuantitas dan kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah serta sumber air lainnya. Selain itu Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009 disinggung masalah tingginya tingkat pencemaran dan belum dilaksanakannya pengelolaan limbah secara terpadu dan sistematis. Meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada peningkatan pencemaran akibat limbah padat, cair maupun gas secara signifikan, yang akan berpotensi menimbulkan dampak pada sumber daya air.
3.1
GENANGAN
3.1.1
Status
3.1.1.1 Tinggi, Lama, dan Luas Genangan Perubahan
penggunaan
lahan
peruntukan
dari
pertanian
ke
permukiman
mengakibatkan perubahan fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase. Saat ini pembenahan saluran ini belum maksimal sehingga menimbulkan kawasan genangan di beberapa lokasi, meliputi : • Jl. Tambak Asri dan sekitarnya, Kel Morokrembangan, Kec. Morokrembangan • Genangan di suatu kawasan di Kel.Genting, Kec. Asemrowo • Jl. Margomulyo dan sekitarnya, Kel. Greges, Kec. Asemrowo • Jl. Manukan Kulon dan sekitarnya, Kel. Manukan Kulon, Kec. Tandes • Komplek Perumahan Babatan Pratama II, Komplek Perumahan Babatan Mukti, Perumahan Wiyung Indah Selatan (Kel. Babatan dan Kel. Wiyung), Kec. Wiyung • Jl. Raya Menganti dan sekitarnya (Kel. Wiyung dan Jajar Tunggal), Kec. Wiyung • Jl. Gayungan dan sekitarnya, Kel. Gayungan, Kec. Gayungan
Bab III- 1
• Jl. Gadung dan sekitarnya, Kel. Bendul Merisi, Kec. Wonocolo • Jl. Jemur Wonosari Gg. Lebar dan sekitarnya, Kel. Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo • Genangan di suatu kawasan di Kel Sidosermo, Kec. Wonocolo • Jl. Semolowaru Elok dan sekitarnya, Kel. Semolowaru, Kec. Sukolilo • Jl. Semolowaru Utara dan sekitarnya, Kel. Semolowaru, Kec. Sukolilo • Jl. Manyar Rejo dan sekitarnya, Kel. Menur Pumpungan, Kec. Sukolilo • Jl. Manyar Sabrangan dan sekitarnya, Kel. Manyar Sabrangan, Kec. Gubeng • Jl. Gebang Wetan dan sekitarnya, Kel. Gebang Putih, Kec. Sukolilo • Genangan di suatu kawasan di Kel. Mulyorejo, Kec. Mulyorejo • Genangan di suatu kawasan di Kel. Mojo, Kec. Gubeng • Jl. Kalijudan dan sekitarnya, Perumahan Kalijudan Indah dan sekitarnya, Komplek Perumahan Babadan Indah (Kel. Kalijudan, Kec. Tambaksari) • Jl. Setro dan sekitarnya, Jl. Karang Asem dan sekitarnya, Jl. Lebak Jaya dan sekitarnya (Kel. Gading, Kec. Tambaksari) • Jl. Tambak Rejo dan sekitarnya, Kel. Tambak Rejo dan Jl. Rangkah dan sekitarnya, (Kel. Rangkah, Kec. Tambaksari) • Jl. Bubutan dan sekitarnya, Kel. Alun-Alun Contong, Kec. Bubutan • Jl. Kapas Madya dan sekitarnya, Kel. Simokerto, Kec. Kenjeran • Genangan di suatu kawasan di Kel. Sidotopo, Kec. Kenjeran • Jl. Kartini dan sekitarnya, Kel. Sutomo, Kec. Tegalsari
Kawasan genangan terjadi selain disebabkan oleh perubahan sistem saluran juga disebabkan pasang surut air laut. Daerah Genangan di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.1
Bab III- 2
Gambar 3.1 Peta Genangan Bab III- 3
Selama kurun waktu 8 (delapan) tahun sejak (Surabaya Drainase Master Plan) hingga kini (2008), luas genangan 43.60%, lama genangan 77.17%, tinggi genangan berkurang hingga 73.08%, sedangkan target luas genangan, lama genangan dan tinggi genangan pada RPJM daerah kota Surabaya tahun 2006 – 2010 harus mencapai 2000 Ha, 1-2 jam dan 10-20 cm.
Tabel 3.1. Penurunan Genangan di Surabaya Periode 1999 – 2008
RPJM
genangan (%) 2008
2000
4382,08
3130
2471,50
5,27
1-2
1>6
2-4
1-2
7,17
127
127
98
97 26 15 103 9
Ket
RPJM SDMP
22,22
73,08
>30
>30
10-30
4
>30
0-10
Tinggi genangan (cm) 10-20
10-30
2005
0-10
1999
10-30
Lama genangan (jam)
Penurunan
Tahun
0-10
Luas genangan (ha)
Target
>30
Uraian
23 97 7 5,83
-
10-30
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pematusan Surabaya, 2008
Kondisi genangan di jalan-jalan utama dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.2a Genangan di Jl. Mayjend Sungkono Pada tahun 2005, luas genangan mencapai 5,61 ha dengan lama dan tinggi genangan 01 jam dan 10-30 menit. Luas genangan pada tahun 2006 turun menjadi 2,52 ha
Gambar 3.2b Genangan di Jl. Ciliwung Pada tahun 2005, luas genangan hanya 0,26 ha dengan lama dan tinggi genangan 0-1 jam dan 10-30 menit. Akan tetapi pada genangan pada tahun 2006 menjadi lebih luas yaitu 7,49 ha
Bab III- 4
Gambar 3.2c Genangan di Jl. Kertajaya pada Hujan Bulan Nopember tinggi genangan 1 cm
3.1.1.2 Sistem Drainase Kali Surabaya merupakan saluran penerima limpasan curah hujan utama yang terpecah menjadi dua anak sungai, yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo. Kali Mas mengalir melewati kota menuju pantai di sebelah utara, sedangkan Kali Wonokromo mengalir ke pantai timur Surabaya, dan bermuara di selat Madura. Kali Surabaya menampung masukan air dari daerah pematusan Kali Marmoyo, Kali Watudakon dan Kali Tengah (yang masuk ke hulu Dam Gunungsari) serta daerah pematusan Kali Kedurus (yang masuk melalui pematusan primer baru di hilir Dam Gunungsari). Aliran-aliran ini dibawa menuju laut melalui Dam Jagir ke Kali Wonokromo, dan dicegah supaya tidak masuk ke sistem drainase internal dengan cara mengatur pintu-pintu air di Bendung Wonokromo. Bangunan-bangunan pengatur utama ini semuanya dioperasikan oleh Perum Jasa Tirta. Selama masa kolonial Belanda, bangunan-bangunan pengatur utama dibangun di daerah Gunungsari dan Jagir untuk mengatur muka air sungai di bagian hulu untuk irigasi, dan Kali Wonokromo Seiring dengan berkembangnya kota menjadi pusat perdagangan maritim, wilayah perkotaan tumbuh ke arah barat digali sebagai saluran sudetan untuk membuang limpasan dari Kali Brantas ke Selat Madura di sebelah timur. Pintu navigasi dibangun di Dam Gunungsari untuk memberi kesempatan perahu-perahu kecil melewati hulu menuju Kali Surabaya. Saluran-saluran Kalibokor dan Gunungsari berfungsi sebagai saluran pembawa untuk irigasi sawah dan tambak di wilayah barat dan timur kota, yang memang dipusatkan di sekitar Kali Mas. Karena dekat dengan pantai, Kali Mas, Kali Wonokromo dan area pertanian kawasan rendah di sepanjang pesisir pantai, merupakan area yang sangat dipengaruhi pasang surut air laut. dan timur, dan menggeser area lahan yang sebelumnya digunakan untuk tujuan-tujuan pertanian. Saluran-saluran pematusan baru dibangun untuk membuang limpasan dari kawasan perkotaan baru menuju selat Madura di daerah timur.
Bab III- 5
Akan tetapi, jaringan saluran irigasi masih tertinggal dan disatukan dengan lahan-lahan terbangun. Pada akhir tahun 1970, bangunan pengatur dengan pintu air baru yang dioperasikan dengan listrik dibangun di daerah Gunungsari, dan sekarang dioperasikan oleh Perum Jasa Tirta. Pintu navigasi di Gunungsari dan Mlirip di Kali Surabaya sekarang sudah tidak dipakai lagi dan sungainya pun sudah tidak digunakan untuk lalu lintas pengangkutan. Sekarang ini, terminal kontainer modern sudah dibangun di pelabuhan Tanjung Perak, untuk melayani kapal-kapal besar yang berlayar dari samudra, kendati pelabuhan lama di sepanjang Kali Mas masih dipergunakan untuk pelayaran tradisional antara Surabaya dan pulau-pulau lain di kepulauan Indonesia. Dam Jagir dan Dam Wonokromo mengatur masukan air ke instalasi penjernihan air Ngagel, yang dimulai operasinya di tahun 1922. Dam Gunungsari mengatur elevasi muka air pada Kali Surabaya untuk instalasi penjernihan air Karangpilang. Sistem drainase yang ada terdiri dari 4 macam fasilitas sebagai berikut: a)
Saluran-saluran pematusan primer untuk mengalirkan banjir yang berasal dari Luar Surabaya diarahkan ke laut (Kali Surabaya dan Kali Wonokromo).
b)
Pengumpulan limpasan dari area perkotaan melalui saluran-saluran tersier, sekunder, dan primer dibantu oleh pompa-pompa drainase pada daerah yang tidak memungkinkan adanya aliran secara gravitasi.
c)
Tanggul laut dengan pintu-pintu laut untuk mencegah arus balik di saluran pematusan primer selama pasang tinggi (di daerah pantai timur)
d)
Serangkaian saluran-saluran irigasi
primer dan sekunder dari bangunan pengatur
Gunungsari dan Gubeng. Saat ini saluran-saluran ini memiliki fungsi ganda di musim hujan dengan menerima aliran dari saluran pematusan. Sistem pematusan di Surabaya memiliki fasilitas sebagai berikut: a)
Rumah Pompa Drainase Sistem drainase internal telah dikembangkan dalam beberapa tahun ini untuk melindungi kawasan perkotaan yang rendah dari banjir lokal, yaitu dengan membangun rumah-rumah pompa pematusan. Sampai sekarang ini, 21 rumah pompa telah dibangun yang melayani areal masing-masing antara 32 sampai 1500 ha.
b)
Tanggul Laut dan Pintu Laut Untuk melindungi daerah rendah di pesisir pantai dari genangan air selama pasang tinggi, dibangun tanggul laut dengan pintu laut pada saluran-saluran pematusan primer. Pintu laut yang ada hanya cocok untuk mencegah air laut yang masuk ke saluran sistem irigasi di mana air asin bisa merusak hasil panen, karena pintu-pintu tersebut
perlu perbedaan elevasi muka air, paling tidak 0,5 meter untuk bisa
dijalankan. Saluran-saluran pematusan tidak dapat beroperasi dengan kapasitas penuh dalam kondisi seperti itu, yang disebabkan tidak adanya tinggi muka air yang cukup bagi pengoperasian pintu laut.
Bab III- 6
Boezem a. Boezem Morokrembangan b. Waduk Kedurus Dukuh c.
Boezem Mini Bratang
d. Boezem Mini Kali Dami e. Boezem Wonorejo Boezem Wonorejo, selain digunakan untuk menampung air hujan juga digunakan sebagai sarana rekreasi Gambar 3.3 Boezem Wonorejo
3.1.2
Tekanan Genangan di Kota Surabaya dipicu oleh kegiatan warga kota sehingga kapasitas
saluran/boezem menjadi berkurang dikarenakan akumulasi sedimen dan sampah yang masuk ke dalam saluran/boezem. Disamping itu penyempitan aliran juga dapat menjadi penyebab selain kondisi topografi, geografi, geometri alur sungai dan juga peristiwa alam seperti curah hujan tinggi, sedimentasi dan peristiwa pasang surut. Penyebab banjir yang berhasil dihimpun di lapangan sebagai berikut: a) Tidak memadainya kapasitas saluran irigasi yang belum diubah menjadi saluran pematusan kota, terutama saluran Gunungsari; b) Tidak lengkapnya sistem drainase, dimana aliran tidak dapat mencapai saluran pematusan primer; c) Tidak selesainya proyek-proyek yang menangani drainase, disebabkan oleh masalahmasalah di seputar pembebasan tanah; d) Berkurangnya kapasitas saluran pematusan yang sudah ada dikarenakan sedimentasi yang telah terakumulasi dan sampah-sampah yang masuk ke dalam saluran; e) Berkurangnya kapasitas muara pantai timur yang disebabkan oleh perluasan tambak ikan hingga jauh ke arah timur; f)
Penyempitan aliran yang disebabkan oleh gorong-gorong yang rusak, jembatan dan jembatan pipa;
g) Pengaruh dari pasang surut laut; h) Pompa dan pintu air yang tidak beroperasi karena kerusakan yang tidak diperbaiki. Yang juga paling mendasar adalah kondisi geografis Surabaya yang berada di hulu DAS Brantas dimana aliran banjir di bagian hulu Kali Brantas Surabaya yang diatur oleh Perum Jasa Tirta melalui serangkaian waduk-waduk penyimpanan dan bangunan-bangunan pengatur. Aliran-aliran yang besar di Kali Brantas sebagian besar diteruskan melalui saluran sudetan buatan Kali Porong yang berawal di Dam Lengkong di Mojokerto dan mengalir langsung ke laut. Pembagian limpasan ke Kali Surabaya dan Kali Porong ini dibuat dengan membuka pintu air di Bendung Mlirip dan Dam Lengkong.
Bab III- 7
Kali kedurus pematusan
Salah satu segmen saluran yang
Saluran diantara bangunan
primer-Talud tidak diperkeras
tidak diperkeras sama sekali
sehingga sulit pemeliharaannya
Saluran dipenuhi oleh
Endapan yang ditumbuhi
Saluran yang terakumulasi
endapan
vegetasi juga memperkecil aliran
sampah
Gambar 3.4 Penyebab Penyempitan Aliran Saluran
3.1.3
Respon Prinsip dari mengatasi genangan adalah bagaimana cara menurunkan luas, tinggi,
dan
lama
genangan.
Kegiatan
pengelolaan
prasarana
pematusan
dan
sarana
penanggulangan banjir dilakukan melalui 4 tahapan yaitu pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan kualitas prasarana dan melakukan pekerjaan baru. Ringkasan kegiatan utama untuk memperbaiki sistem drainase tersebut adalah : •
Pemeliharaan Pekerjaan ini terdiri dari pemeliharaan pompa dan pintu laut, serta pembersihan saluran pematusan primer dan sekunder dengan kedalaman endapan yang perlu digali berkisar antara 10-20 cm. Pemeliharaan saluran tersier diserahkan pada warga.
•
Rehabilitasi Perbaikan boezem, pintu air dan pompa yang ada, serta penggalian sediment dalam volume besar supaya dapat mencapai kapasitas yang direncanakan.
•
Peningkatan Peningkatan kapasitas rumah pompa dan pekerjaan untuk meningkatkan kapasitas saluran pematusan primer dan sekunder, seperti melebarkan dan memperdalam saluran yang sering dengan lining yang baru atau penguatan pondasi.
•
Pekerjaan baru Fasilitas baru yang diperlukan seperti saluran baru untuk melengkapi jaringan pematusan, jembatan baru, rumah baru, pintu laut baru serta peralatan mekanis baru untuk mengangkut sampah dari saluran-saluran, pemeliharaan/pembangunan waduk.
Bab III- 8
Secara rinci telah tertuang dalam Ringkasan Master Plan Drainase Surabaya 2018 Tabel 3.2. Ringkasan Surabaya Master Plan Drainase 2018 Jangka Pendek
Jangka Menengah
Jangka Panjang
2000 - 2004
2005 - 2009
2010 – 2018
A
ASPEK LEGAL
1.
Menyiapkan Perda untuk Menyiapkan Perda SDMP melalui
(lihat Rencana Tindakan
pemberdayaan
Segera).
masyarakat. 2.
Penyerahan aset-aset
Siapkan SK untuk
untuk bangunan
penyerahan aset.
pengendali banjir 3.
Persiapan untuk
Siapkan SK untuk O&P
pengembangan jaringan sistem drainase tersier. drainase tersier melalui pembinaan. B
PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN
1.
Sediakan ROW untuk
Merevisi RDTRK guna
saluran pematusan baru menunjukkan jaringan dan lahan untuk waduk- pematusan yang waduk yang
direncanakan (termasuk
direncanakan dalam
waduk-waduk).
SDMP. 2.
Mengatur penggunaan
Merevisi MPS 2000
Mengatur dengan
lahan di kawasan tinggi. untuk kawasan Kedurus. ketat perijinan baru untuk pembangunan
Mengatur dengan ketat perijinan baru untuk
di daerah pematusan pembangunan di Gunungsari dan
daerah pematusan
Kedurus.
Gunungsari dan Kedurus.
3.
Mengatur
Membuat survey
Pengawasan
Pengawasan
pengembangan di
pemilikan lahan di
penggunaan lahan di
penggunaan lahan
kawasan Pantai Timur
kawasan tanah oloran.
kawsan konservasi.
di kawsan
guna menjamin
Pematokan ROW untuk
berfungsinya bagian
saluran-saluran muara,
muara dan saluran-
lahan diperuntukkan
saluran primer.
fasilitas umum.
konservasi.
Bab III- 9
B
PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN
4.
Koordinasikan
Perencanaan SDMP
perencanaan untuk
perlu diperhatikan dalam untuk kawasan
pengembangan
rencana pengembangan Pelabuhan supaya
Pelabuhan disekitar Kali
Pelabuhan.
Mengatur reklamasi
menjamin muara-
Lamong.
muara pembuangan dari sistem Gunungsari/WLL.
C
KELEMBAGAAN
1.
Persiapan untuk
Mendirikan Kantor
peningkatan kinerja O&P. Koordinator Pengendalian Banjir serta 5 Kantor Rayon yang berdasarkan batas-batas hidrologi. Melengkapi 6 kantor
Memperbarui
Memperbarui
dengan komputer serta
informasi.
informasi.
informasi tentang sistem pematusan. 2.
Menyiapkan SDM untuk
Membentuk tim-tim
program besar
pelatihan, siapkan materi
pengembangan
pelatihan.
pematusan perkotaan.
Merekrut personil yang
Merekrut personil
berpengalaman untuk
yang
manajemen proyek, dan
berpengalaman.
pengawasan desain serta pengawasan konstruksi. Pelatihan staf. 3.
Meningkatkan pelayanan Membentuk Unit kepada masyarakat.
Pelatihan staf.
Pelatihan staf.
Memasukkan unit
Pengaduan Masyarakat di Pengaduan PU KMS.
Masyarakat didalam Dinas Pematusan Kota Surabaya.
D
ENGINEERING
1.
Pembebasan Lahan
Selesaikan
a) Persiapan untuk program pembebasan tanah
Bebaskan lahan untuk Bebaskan lahan peningkatan saluran- untuk waduk-waduk
besar perbaikan
pada saluran-saluran
saluran primer dan
baru di daerah hulu.
pematusan dan
primer yang sudah
sekunder termasuk
(5 waduk)
pengembangan sistem
dimulai perbaikannya. sistem Gunungsari
pematusan untuk
(Kedurus, K. Bokor).
kawasan baru.
dan Kedurus. (12 subsistem)
Bab III- 10
D
ENGINEERING Bebaskan lahan untuk pekerjaan prioritas seperti saluran-saluran muara, saluran-saluran diversi, saluran-saluran primer serta boezem baru untuk Wonorejo dan Kenjeran/K. Kepiting. (11 sub-sistem)
2.
Rumah Pompa Drainase a) Meningkatkan kapasitas Penggantian pompa-
Penggantian pompa- -
rumah pompa yang ada pompa lama pada
pompa yang sudah
supaya mampu
rumah pompa yang
mencapai usia tua
menangani limpasan
ada (Darmokali,
(Gunungsari I,
akibat urbanisasi yang
Dinoyo, Bratang,
Pacar Kembang, Kali
meningkat pada kawasan Pesapen, Kenari,
Dami).
yang tidak bisa memakai Flores, Gunungsari II). sistem pematusan gravitasi. b) Pemakaian kembali
Rekondisi pompa-
pompa-pompa yang
pompa merek Ebara
diganti dalam item (2a)
guna meningkatkan
untuk meningkatkan
kapasitas rumah
kapasitas pada rumah
pompa yang ada
pompa yang lain dengan (Keputran, Medokan pengeluaran biaya
Hilir, Darma Husada,
rendah.
ITS 4, Wonorejo 1).
c) Membangun rumah
Membangun 6 rumah
Membangun 7 rumah
pompa baru untuk
pompa baru untuk
pompa baru untuk
melengkapi prasarana
muara-muara dan
muara-muara dan
pematusan, khususnya
kawasan rendah
kawasan rendah
pada muara-muara dan
(Grahadi, K. Mir,
(muara Kali Kepiting,
kawasan-kawasan
Medokan Diversi, dan Tenggumung, Randu
rendah yang tidak bisa
muara-muara Kalidami, Barat, Nambangan,
memakai sistem
K. Bokor, dan
Lebak Indah, Kali
pematusan gravitasi.
Wonorejo).
Judan, Margomulyo).
Bab III- 11
3.
Waduk/Boezem Penampungan Aliran Banjir a) Mengoptimalkan kinerja Penggalian sedimen waduk/boezem yang ada. dari boezem Morokrembangan, termasuk tanah hasil galian yang disimpan dalam boezem Selatan yang direncanakan untuk reklamasi. Penggalian sedimen dari boezem Bratang dan K. Dami. b) Membangun boezem-
Membangun boezem- Membangun boezem Membangun
boezem baru serta pintu- boezem baru pada :
baru pada muara K.
boezem-boezem
pintu keluar guna
Medokan (diversi) dan Kepiting / Kenjeran
baru untuk
meningkatkan volume
muara Wonorejo/
pengmbangan
penampungan pada
Rungkut.
kawasan industri :
sistem pematusan. c) Membangun waduk-
WLL-2, WLL-5. Pemilihan lokasi/
Persiapan program
Membangun waduk-
waduk baru dikawasan
penggambaran/pemas pembebasan lahan
waduk baru untuk :
tinggi/hulu guna
angan patok untuk
dan program
Balong, Kandangan,
mengurangi puncak debit lahan waduk-waduk
konstruksi waduk-
Sememi, Benowo,
pelimpasan yang
waduk baru.
Kedurus.
baru.
mengalir ke kawasan yang lebih rendah. 4.
Jaringan Pematusan Utama a) Meningkatkan muara-
Membangun muara-
Membangun muara-
muara dimana kapasitas muara melalui tanah
muara melalui tanah
tidak sesuai dengan debit oloran (Kalidami, K.
oloran (Kenjeran, K.
limpasan maksimum,
Kepiting) termasuk
Bokor).
guna menurunkan muka Membangun muara
pintu-pintu laut baru.
air di sistem bagian hulu. dengan kapasitas lebih besar di K. Wonorejo. b) Melengkapi sistem
Tanggul laut baru
pengamanan terhadap
untuk melindungi
laut pasang di kawasan
boezem Kenjeran / K.
Timur Surabaya.
Kepiting. Pintu laut baru untuk muara Lebak Indah.
Bab III- 12
4.
Jaringan Pematusan Utama Pintu laut baru untuk Kali Kebonagung dan Perbatasan, dikoordinsaikan dengan jalan tol Lingkar Luar Timur. c) Rehabilitasi dan
Rehabilitasi saluran-
Rehabilitasi saluran-
Rahabilitasi saluran
peningkatan sistem
saluran primer di
saluran primer di
Jeblokan.
pematusan
kawasan pusat dan
kawasan timur dan
(lihat Usulan Teknis
timur kota. (12 sub-
selatan kota. (3 sub-
untuk Pengendalian
sistem).
sistem)
Banjir).
Peningkatan saluran-
Peningkatan saluran- Peningkatan saluran-
saluran primer di
saluran primer.
kawasan banjir parah di (8 sistem)
saluran primer. (4 sistem)
sebelah timur dan selatan kota. (6 sistem) Rehabilitasi dan
Rehabilitasi dan
peningkatan saluran-
peningkatan saluran- peningkatan saluran-
saluran sekunder.
saluran sekunder.
saluran sekunder.
(11 sistem)
(14 sistem)
(5 sistem)
Ruas-ruas pendek
Saluran-saluran baru Saluran-saluran baru
pematusan primer dan
saluran baru untuk
untuk
untuk
sekunder baru.
mengurangi banjir
mengembangkan
mengembangkan
dalam sistem
sistem pematusan.
sistem pematusan.
pematusan yang ada
(8 sistem).
(4 sistem).
Kawasan pusat
Semua kawasan
Semua kawasan
(8 sistem)
(5 sistem)
(20 sistem)
d) Membangun saluran
Rehabilitasi dan
(Keputran, Flores, Medokan, Margomulyo). e) Rehabilitasi dan pengembangan sistem jaringan pematusan tersier, di program setelah perbaikan pada jaringan utama. E
OPERASI & PEMELIHARAAN
1.
Meningkatkan kinerja
Siapkan anggaran
Siapkan anggaran
Siapkan anggaran
Operasi fasilitas
yang lebih besar.
yang sesuai dengan
yang sesuai dengan
kegiatan Operasi.
kegiatan Operasi.
pematusan di lapangan.
Bab III- 13
E
OPERASI & PEMELIHARAAN Siapkan prosedur
Meningkatkan kinerja Meningkatkan
Operasi dan sistem
Operasi pintu-pintu
kinerja Operasi
Pelaporan.
laut, Pompa-pompa
pintu-pintu laut,
serta boezem-
Pompa-pompa serta
boezem.
boezem-boezem.
Pelatihan staf
Pelatihan staf
Siapkan sistem peringatan dini untuk banjir pada sistem pematusan perkotaan. Merekrut dan melatih staf Operasi. 2.
3.
Meningkatkan kapasitas Siapkan anggaran yang Siapkan anggaran
Siapkan anggaran
sistem melalui program
yang sesuai dengan
yang sesuai dengan
besar penggalian lumpur Pengadaan alat-alat
kegiatan
kegiatan
dari saluran pematusan
berat dan peralatan
pemeliharaan
pemeliharaan
dan boezem-boezem.
khusus untuk
Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat
pemeliharaan.
berat.
berat.
Program prioritas
Program penggalian
Program penggalian
pertama untuk
lumpur dari saluran-
lumpur dari saluran-
penggalian lumpur.
saluran pematusan.
saluran pematusan.
Menentukan prosedur
Menentukan prosedur
Mengembangkan
Mengembangkan
untuk inspeksi rutin,
Pemeliharaan, AKNOP
prosedur
prosedur
peningkatan persiapan
serta sistem pelaporan. Pemeliharaan.
lebih besar.
Pemeliharaan.
anggaran serta
Siapkan anggaran
Siapkan anggaran
pemeliharaan rutin pada
yang sesuai untuk
yang sesuai untuk
prasarana pematusan.
Pemeliharaan rutin.
Pemeliharaan rutin.
Meningkatkan kinerja Meningkatkan Pemeliharaan rutin.
kinerja Pemeliharaan rutin.
Merekrut dan melatih
Pelatihan staf.
Pelatihan staf.
staf Pemeliharaan. 4.
Pemberdayaan
Sosialisasikan prosedur Mengembangkan
masyarakat dalam O&P pengaduan melalui Unit kinerja Kanto-kantor sistem pematusan utama.
Pengaduan Masyarakat. Rayon dalam menangani pengaduan masyarakat.
Bab III- 14
E
OPERASI & PEMELIHARAAN
5.
Pemberdayaan
Proyek percontohan
Program pengembangan Program
masyarakat dalam O&P pengembangan jaringan jaringan tersier dengan
pengembangan
sistem pematusan
tersier dengan cara
jaringan tersier
tersier.
pembinaan.
cara pembinaan.
dengan cara pembinaan.
6.
Mengurangi volume
Proyek percontohan
Diseminasi hasil proyek Semua sampah
sampah yang masuk ke penanggulangan
percontohan ke kawasan padat
saluran pematusan.
sampah pada sistem
lain. Meningkatkan
pematusan PA
persentase sampah yang untuk dibuang ke
Kupang/Dinoyo.
dikumpulkan.
dikumpulkan
TPA.
Sumber : Surabaya Master Plan Drainase
Tabel 3.3 Rancangan Pengembangan Waduk di Surabaya No
Nama
Luas (ha) Yang Rencana Ada 80.5 66.6
Catatan
1.
Boezem Morokrembangan
2.
Boezem Rungkut Industri
16.0
16.0
Dikelola oleh PT. SIER.
3.
Boezem Kedurus Dukuh Mini Boezem Bratang Mini Boezem
37.0
37.0
1.49
1.49
2.7
2.7
Perlu penyelesaian bagian hulu oleh SAPB. Rumah pompa sudah ada. Perlu penggalian sedimen. Pompa yang ada ditingkatkan kapasitasnya. Perlu penggalian sedimen. Sedimen yang masuk dikurangi dengan tembok pembatas.
4. 5.
Kalidami
Rehabilitasi 1999/2000 oleh PSAPB. Reklamasi 13.9 ha. Peningkatan Kapasitas Pintu Laut. Pemasangan Pintu Kuras. Pembangunan rumah pompa baru.
Pintu laut sudah ada. Rencana rumah pompa baru. Rencana boezem baru di tanah oloran Rencana pintu laut baru dengan pintu khusus untuk nelayan. Rencana rumah pompa baru.
6.
Boezem Kenjeran / Kepiting
-
7.5
7.
Boezem Wonorejo / Rungkut
-
20.0
Rencana boezem baru di daerah tambak. Rencana pintu laut baru dengan pintu khusus untuk nelayan. Rencana rumah pompa baru.
8.
Mini Boezem Medokan Semampir
-
2.0
Rencana boezem baru untuk rencana saluran sudetan Medokan Semampir.
Waduk Balongsari Waduk Kandangan
-
9. 10.
5.0 8.0
Rencana pintu klep baru ke Kali Wonokromo. Rencana rumah pompa baru. Rencana waduk baru di Saluran Balongsari. Rencana waduk baru di Saluran Larangan.
Bab III- 15
Luas (ha) Yang Ada Rencana 8.0
No
Nama
10.
Waduk Kandangan
11.
Waduk Sememi
-
5.0
12.
Waduk Benowo
-
3.0
13.
Waduk Kedurus
-
30.0
14.
Boezem Tandes Industri
-
Catatan Rencana waduk baru di Saluran Larangan. Rencana waduk baru di Saluran Babat Jerawat. Rencana waduk baru di Saluran Benowo. Rencana waduk baru di Kali Kedurus untuk membatasi debit pematusan yang masuk Kali Mas, bila wilayah Kedurus dikembangakan untuk pemukiman. Boezem – boezem kecil di kawasan industri, diusulkan untuk dibangun oleh developer sesuai site plan.
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pematusan
3.2
AIR PERMUKAAN
3.2.1
Status Di wilayah Kota Surabaya, selain Kali Surabaya juga mengalir Kali Kedurus, Kali
Mas dan Kali Wonokromo yang merupakan anak dari Kali Surabaya.
Di perbatasan
Surabaya dan Gresik (Karangpilang), Kali Surabaya mendapat pasokan dari Kali Tengah, dan saluran di Gunungsari mendapat pasokan dari Kali Kedurus.Di Jagir Wonokromo Kali Surabaya terpecah menjadi 2 (dua) anak sungai, yakni Kali Mas dan Kali Wonokromo. Sungai-sungai tersebut merupakan satu kesatuan sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang tidak terpisahkan peranannya satu dengan yang lain.
Bab III- 16
Gambar 3.5 Peta sungai dan saluran
Bab III- 17
3.2.1.1 Kali Surabaya – Kali Mas – Kali Wonokromo Kali Surabaya-Kali Mas-Kali Wonokromo merupakan sungai utama di Surabaya yang merupakan DAS Brantas. Di kota ini Kali Brantas terbagi menjadi dua yakni Kali Porong dan Kali Surabaya yang dimensinya lebih kecil. Di Wonokromo Kali Surabaya terpecah menjadi dua anak sungai yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo. Kali Mas mengalir ke arah pantai utara melewati tengah kota sedang Kali Wonokromo ke arah pantai timur dan bermuara di selat Madura. Secara administratif, terdapat 8 kecamatan yang dilalui oleh Kali Mas, yang meliputi Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Tegalsari, Kecamatan Gubeng, Kecamatan Genteng, Kecamatan Bubutan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kecamatan Krembangan dan Kecamatan Semampir. Wilayah Kelurahan yang dilalui oleh Kali Mas sebanyak 15 Kelurahan, yang meliputi : Kelurahan Ngagel, Darmo, Keputran, Gubeng, Pacarkeling, Genteng, Embong Kaliasin, Ketabang, Alon-alon Contong, Bongkaran, Krembangan Utara, Nyamplungan, Perak Utara, Krembangan Selatan dan Kelurahan Ujung.
3.2.1.1.1 Fungsi Kali Surabaya Kali Surabaya merupakan anak sungai Kali Brantas yang berawal dari pintu air Dam Mlirip sampai dengan pintu air Jagir, yang merupakan sungai lintas kabupaten/kota.
Kali
Surabaya disamping memperoleh pasokan dari Kali Brantas, juga memperoleh pasokan debit dari Kali Marmoyo (Mojokerto), Kali Watudakon, Kali Tengah (Gresik) dan Kali Kedurus (Surabaya) Kali Surabaya pada saat sekarang masih berfungsi sebagai berikut : a. Sebagai sumber air baku bagi PDAM Surabaya (± 7 m3/detik), kegiatan industri 3
3
(±
3
4 m /detik), kawasan perumahan (< 0,7 m /detik) dan pertanian (± < 1 m /detik). b. Pengendali banjir Kota Surabaya dan sekitarnya, dengan pengaturan debit di pintu air Mlirip dan Gunungsari untuk Kali Surabaya, pintu air Wonokromo untuk Kali Mas, pintu air Jagir untuk Kali Wonokromo, Kali Kedurus dengan Waduk Kedurusnya. c.
Pemasok air sebagai aliran dasar (base flow) sebesar ± 7,5 m3/detik yang berfungsi untuk pengenceran limbah industri dan limbah domestik dan mempertahankan ekosistem sungai, baik di Kali Surabaya sendiri maupun saluran drainase kota, seperti Saluran Banyu Urip dan Saluran Kebon Agung (SIER).
d. Sebagai sarana wisata dan olah raga air. e. Sebagai sarana transportasi air.
Bab III- 18
Sedimentasi
Ditumbuhi eceng gondok Gambar 3.6 Kondisi Kali Surabaya
Kali Mas Kali Mas mengalir ke arah Utara melalui tengah Kota Surabaya dan berakhir di Ujung-Perak (Selat Madura). Kali Mas pada saat sekarang masih berfungsi sebagai berikut : a.
Pengendali banjir Kota Surabaya dan sekitarnya, dimana saluran drainase utama Kota Surabaya bermuara ke sungai-sungai tersebut, seperti Kali Dinoyo dan Kali Darmo yang bermuara ke Kali Mas. b. Penyedia air sebagai aliran dasar (base flow) sebesar ± 3 – 4 m3/detik untuk pengenceran limbah domestik melalui saluran drainase kota, seperti Saluran Kalibokor dan Kali Jeblokan. c. Sebagai sarana wisata dan olah raga air.
Bab III- 19
d. Pemasok air irigasi bagi persawahan di Surabaya Timur melalui Saluran Kalibokor, saluran irigasi saat ini telah berubah menjadi saluran drainase sesuai dengan perkembangan kota. e. Pengatur permukaan air tanah di sekitar sungai. f.
Berperan untuk mencegah intrusi air laut.
Segmen dekat Monkasel
Sarana Wisata & Olah Raga Air
Gambar 3.7 Kondisi Kali Mas
Kali Wonokromo Walaupun Kali Wonokromo mengalir ke arah Timur pada akhirnya sungai ini juga berakhir ke Selat Madura. Kali Wonokromo pada saat sekarang masih berfungsi sebagai berikut : a. Saluran drainase kota untuk pengendalian banjir dengan membuang air Kali Surabaya pada saat debit besar ke Selat Madura jaraknya lebih pendek dibandingkan pembuangan melalui Kali Mas. b. Pemasok air tawar untuk tambak yang banyak terdapat di Surabaya Timur. c.
Pengendali banjir, dimana terdapat saluran drainase bermuara di kali Wonokromo, yaitu Saluran Bendul Merisi dan Saluran Medokan.
d. Sebagai sarana transportasi air. e. Kali Wonokromo yang dipengaruhi oleh pasang surut yang terjadi di Selat Madura, hal ini dimanfaatkan untuk pertambakan di sekitar muara Kali Wonokromo selain juga digunakan untuk lalu lintas perahu nelayan.
3.2.1.1.2
Kuantitas Sungai
Debit air sungai di Kota Surabaya dipengaruhi oleh curah hujan, Debit maksimal Kali Surabaya-Kali Mas – Kali Wonokromo sepanjang tahun 2007 terjadi pada Bulan Maret dan minimal pada Bulan Agustus sampai Oktober.
Bab III- 20
Grafik 3.1. Debit Sungai Sepanjang Tahun 2007
Debit Sungai Sepanjang Tahun 2007 50.00 40.00
3
Debit, m /detik
60.00
30.00 20.00 10.00
D E S
O K T N O P
A G T S EP
JU L
M E I JU N
A PR
P EB M A R
JA N
0.00
1 PA. GUNUNGSARI
Bulan
2 PA. JA GIR 3 PA. WONOKROM O 4 BENDUNG KA RET GUBENG
Sumber : Perum Jasa Tirta, 2007
3.2.1.1.3 •
Kualitas Sungai
Keberadaan Air Asin Pertemuan antara air sungai (tawar) dengan air laut (asin) di Kali Mas, sebenarnya berada di Kawasan Kayoon (terdapat pintu air). Namun karena daya dorong air tawar terhadap air laut di kawasan tersebut menyebabkan terjadinya kondisi seperti berikut: air Kali Mas yang tawar dapat dirasakan mulai ujung selatan (kawasan Ngagel) sampai kawasan Monkasel. Air sungai yang mulai terasa asin berada di alur antara Monkasel sampai Peneleh. Air payau terdapat mulai kawasan Peneleh sampai kawasan Jembatan Merah atau Jembatan Petekan. Sedangkan air sungai yang benar-benar berupa air laut (asin) berada di kawasan mulai Jembatan Petekan hingga ke laut.
•
Endapan atau Lumpur di Sungai Secara umum pada semua area atau alur Sungai Kali Mas terdapat lumpur. Endapan atau lumpur yang berada di Kalimas rata-rata memiliki kedalaman sekitar 1 meter. Sumber lumpur tersebut selain karena karakter fisik Sungai Kali Mas, juga berasal dari Kali Surabaya dan Saluran Drainase kota ( lewat saluran Darmo dan Saluran Dinoyo).
•
Kandungan parameter Fisika dan kimia Menurut hasil analisa Laboratorium Perum Jasa Tirta, Kualitas air Kali Surabaya di titik sampling Jembatan Sepanjang, Karang Pilang, Bendungan Gunungsari dan sebelum Pintu air Jagir/Ngagel tidak mencapai mutu air Kelas II padahal untuk Kali Surabaya yang diperuntukkan untuk baku air bersih sebaiknya berada pada mutu air kelas I.
Bab III- 21
Grafik 3.2 pH Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
pH Kali Surabaya – Kali Mas secara rata-rata masih dalam range pH 6-9 sesuai Mutu Air Kelas I dan II (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran air. Akan tetapi pada Bulan Juli 2007 terjadi penurunan pH sampai di bawah 6 di titik sampling Ngagel/Jagir. Sumber : Perum Jasa Tirta I
Bab III- 22
Grafik 3.3 DO Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
Parameter DO (dissolve Oxigen) DO pada semua titik pengambilan tidak mencapai mutu air kelas I (= 6 mg/l) hanya DO pada Juli 2003 di titik sampling Ngagel/Jagir hampir mencapai 8 mg/l disamping itu semua titik pengambilan kecuali Karang Pilang pernah hampir mencapai angka 0 mg/l (mendekati kondisi anaerobik). DO di titik sampling Ngagel/jagir cenderung mengalami penurunan dari tahun 2003 – 2007, hal tersebut terlihat Bulan Nopember 2003 tidak mencapai mutu air kelas II (= 4 mg/l). Pengambilan contoh air di Karang Pilang hanya sekitar 40 persen yang memenuhi mutu air kelas II, sedangkan untuk titik sampling yang lain lebih kecil lagi.
Sumber : Perum Jasa Tirta I
Bab III- 23
Grafik 3.4 TSS Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
TSS (Total Suspended Solid) TSS pada semua titik pengambilan pernah jauh melampui mutu air kelas I dan II (= 50 mg/l) dan hal tersebut terjadi pada periode yang sama. Sumber : Perum Jasa Tirta I
Bab III- 24
Grafik 3.5 BOD Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
BOD (Biologycal Oxigen Demand) BOD pada semua titik pengambilan hamper tidak pernah mencapai mutu air kelas II (=3 mg/l). Sumber : Perum Jasa Tirta I
Bab III- 25
Grafik 3.6 COD Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
COD (Cemical Oxigen Demand) Nilai COD dibandingkan BOD lebih kurang 2-4 kalinya untuk semua periode pengambilan dan rata - rata 50% melebihi mutu air kelas II (= 25 mg/l) Hanya pada lokasi Dam Gunungsari dan Ngagel/jagir saja yang yang pernah pencapai mutu air kelas I (=10 mg/l) dan itupun tidak mencapai 10%. Secara umum tidak terjadi perbaikan COD pada tahun 2007.
Sumber : Perum Jasa Tirta I
Bab III- 26
Grafik 3.7 Nitrit Sebagai N Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
Nitrit sebagai N Nilai nitrit mulai September 2006 – tahun 2007 terjadi peningkatan kearah negative. Hal tersebut (bersama phosphate) memicu terjadinya algae bloom.
Sumber : Perum Jasa Tirta I
Bab III- 27
Grafik 3.8 Phosphat Sebagai P Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
Phosphate sebagai P Semua titik pengambilan pernah mengalami lonjakan nilai bahkan sampai angka 1,8 mg/l sedangkan nilai Phosphate untuk mutu air kelas I dan II sebesar 0,2 mg/l. Sumber : Perum Jasa Tirta I
Bab III- 28
Untuk sajian grafik di bawah ini, sample Air Badan Air diambil pada lokasi-lokasi sebagai berikut: • S. Sby di Dam. Mlirip
• Kali Mas depan Novotel Genteng Kali
• S. Sby di Hulu PT. SAK
• Kali Mas di Jembatan Darmokali
• K. Tengah
• Kali Mas di Jembatan Keputran Selatan
• K. Sby di pertemuan kali Tengah
• Kali Mas Jemb. Keputran
• S. Sby setelah pertemuan dg kali Tengah
• Kali Mas di Dam Kayoon
• Kali Surabaya sebelum PT. Suparma
• K. Mas di Jmbtn jl. Pemuda
• S. Sby di hilir PT. Suparma
• Kali Mas belakang Grahadi
• K.Surabaya di Intake PDAM Karangpilang
• Kali Mas di Jemb. Peneleh
• K. Surabaya di Kedurus
• Kali Mas di Jembatan Kebon Rojo
• Sungai Sby di DAM Gunung Sari
• Kali Mas di jembatan kebonrojo
• Kali Surabaya di Jemb.Wonokromo
• Kali Mas di jembatan merah
• Kali Surabaya di Intake PDAM Ngagel
• Kali Mas di Jembatan petekan
• Kali Mas belakang kantor PU Pengairan Jl
• Kali Jeblokan di Jln Petojo • Kali Jeblokan di Jln Kedung Cowek
Ngagel
Hasil analisa kita dapat melihat kecenderungan kualitas air dari hulu sampai hilir an memperkirakan penyebab terjainya penurunan kualitas air. Grafik 3.9a TSS Max Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 1800.00 1600.00
T S S (m a x ), m g /lit er
1400.00 1200.00 1000.00 800.00 600.00 400.00 200.00
mutu air kelas I,II = 50.00 mg/l
0.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
2007
Baku Mutu
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Bab III- 29
Grafik 3.9b TSS Rata-rata Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 1800.00 1600.00
T SS (rata-rata), m g /liter
1400.00 1200.00 1000.00 800.00 600.00 400.00 200.00
mutu air kelas I, II = 50.00 mg/l
0.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
2007
Baku Mutu
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Grafik 3.9c TSS Min Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 1800.00 1600.00
T SS (m ax), m g /liter
1400.00 1200.00 1000.00 800.00 600.00 400.00 200.00
mutu air kelas I,II = 50.00 mg/l
0.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
2007
Baku Mutu
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Bab III- 30
Kondisi TSS Peningkatan nilai TSS terjadi setelah pertemuan Kali Surabaya dengan Kali Tengah kemudian menurun dan naik lagi mencapai 1600 mg/l pada hilir PT. Suparma Angka tersebut belum mecapai perbaikan IPAM Karang Pilang dan Dam Gunung Sari. Setelah Belakang Kantor PU Pengairan, kondisi TSS lambat laun mengalami perbaikan. Grafik 3.10a DO Max Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 8.00 7.00
D O (m ax), m g /liter
6.00
mutu air kelas I = 6 mg/l
5.00 mutu air kelas II = 4 mg/l 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
2007
Mutu Air Kls. II
Mutu Air Kls. I
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Grafik 3.10b DO Rata-rata Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 8.00 7.00
D O ( ra t a - ra t a ) , m g /lit e r
6.00
mutu air kelas I = 6mg/l
5.00
mutu air kelas II = 4 mg/l
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
2007
Mutu Air Kls. II
Mutu Air Kls. I
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Bab III- 31
B O D (m ax), m g /liter A
A
B
A
B
A
S
S .S by di .S D B B b am A A y K S di .M .S .S H lir by by ul ip u di se A A B PT te B p .S A er A la K te K A h . al m Te K i S p er ua A ng B te ur n A ah m ab ka K ay ua n li al T iS A a en B se dg ur A ga k ab b S h . S e lu a l i ay T by m a en di P di g T ah In .S h ta il i u r k PT pa A e A B P B . S rm A D A K AM up A S .S B un ar A A ur K a B ga m K A a b ra A a al iS B K ay ng iS A by al a pi ur K iM d l al di a ab iD as n iS K ay A ed ur be M a ab ur la di G us ay ka un Je A a ng u B m ng d A b ka iI .W K S n n al ar ta on i M to i ke ok r as PU ro P A D A B m de Pe A B A o M A pa ng K K N al n ai al ga iM N ra iM ge as o v o n as te Jl d iJ di l G Ng em Je e n ag m te ba ng A ba ta B n A ta n K D al K K ar al ep m i A M ut ok B as ra A al i K Je n S A al B m e A iM b . la K t as a .M K e A di pu as B A D di a m tra K n al Jm K i A M bt ay A B B as A n oo A j K l be K n .P al al la iM em iM ka as A ud as ng B a A d di G iJ K Je al e m ra h iM ad m b. ba as i A P B ta en A di n el K j K A e eh al eb m B i A ba on M K as ta al R n di iM k e o jo je as A A b m B B A A di ba on r K K oj Je ta al al o n m iJ iJ m eb e b ba t er an lo lo ah ka ka pe n n te di di ka Jl Jl n n n Pe K ed to un jo g C ow ek A
A
D O (m in ), m g /liter
Grafik 3.10c DO Min Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
mutu air kelas I = 6mg/l
4.00
mutu air kelas II = 4 mg/l
3.00
2.00
1.00
0.00
Lokasi Sampling
2.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
Mutu Air Kls. I
2007 Mutu Air Kls. II
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Kondisi DO
Secara umum kondisi DO di tiap-tiap titik pengambilan pernah mencapai angka maksimal
untuk mutu air kelas I
Grafik 3.11a BOD Max Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
mutu air kelas II = 3 mg/l
mutu air kelas I = 2 mg/l
0.00
2003
2004
2005
2006
Mutu Air Kls. I
2007
Mutu Air Kls. II
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Bab III- 32
Grafik 3.11b BOD Rata-rata Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 14.00
B O D (rata -ra ta ), m g /lit er
12.00 10.00 8.00 6.00 mutu air kelas II = 3 mg/l
4.00 2.00
mutu air kelas I = 2mg/l
0.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
2007
Mutu Air Kls. II
Mutu Air Kls. I
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Grafik 3.11c BOD Min Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007
14.00 12.00
BO D (m in ), m g /liter
10.00 8.00 6.00 mutu air kelas II = 3 mg/l
4.00 2.00
mutu air kelas I = 2mg/l
0.00
Lokasi Sampling
2003
2004
2005
2006
2007
Mutu Air Kls. II
Mutu Air Kls. I
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Bab III- 33
Kondisi BOD Secara umum kondisi BOD di tiap lokasi sampling semuanya melebihi baku mutu air kelas II. Nilai BOD tertinggi di ABA Kali Tengah sampai pertemuan Kali Tengah dengan Kali Surabaya. Angka tersebut cukup sulit mengalami perbaikan karena air tersebut memperoleh tambahan beban secara terus menerus dari limbah industri dan limbah domestik. Grafik 3.12a. COD Max Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 35 30
COD (max), mg/liter
m utu air kelas II = 25 m g/l 25 20 15 10
m utu air kelas I = 10 m g/l
5 0
Lokasi Sam pling
2003
2004
2005
2006
2007
Mutu Air Kls. II
Mutu Air Kls. I
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Grafik 3.12b. COD Rata-rata Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 30 m utu air kelas II = 25 m g/l
COD (rata-rata), mg/liter
25
20
15
10
m utu air kelas I = 10 m g/l
5
0
Lokasi Sam pling
2003
2004
2005
2006
2007
Mutu Air Kls. II
Mutu Air Kls. I
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Bab III- 34
Grafik 3.12c. COD Min Pada Kali Surabaya – Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 30 m utu air kelas II = 25 m g/l
COD (min), mg/liter
25
20
15
10
m utu air kelas I = 10 m g/l
5
0
Lokasi Sam pling
2003
2004
2005
2006
2007
Mutu Air Kls. II
Mutu Air Kls. I
Sumber : PJT I, BPLH Surabaya
Kondisi COD Secara umum kondisi COD di tiap lokasi sampling semuanya melebihi baku mutu air kelas II (pada COD maksimal dan rata-rata). Nilai maksimal tertinggi terjadi setelah pertemuan Kali tengah, Kayon, belakang Grahadi dan Jembatan Merah.
3.2.1.2 Sungai Lain di wilayah Kota Surabaya Sungai/Kali tersebut diatas berfungsi sebagai : •
Saluran drainase perkotaan (pengendali banjir).
•
Sumber air baku industri, pertanian dan lainnya, yang airnya dipasok dari Kali Surabaya, seperti Saluran Kebon agung dan Saluran Banyu Urip.
•
Penerima limbah domestik (rumah tangga, rumah makan, hotel, perkantoran dan perniagaan/kawasan pusat belanja), rumah sakit dan industri baik skala rumah tangga maupun non rumah tangga.
Bab III- 35
Tabel 3.4. Tabel Kondisi COD di Lokasi Sampling NAMA AIR BADAN AIR ABA Kali Banyu Urip
KELAS III
KESIMPULAN Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD, COD,
di Jembatan Balongsari
TSS. Zn ABA Kali Greges
IV
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas IV Untuk Paramater DO,BOD, TSS,
di Jembatan Dupak
Detergen, Zn ABA Kali Pegirian
IV
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas IV Untuk Paramater DO,BOD, TSS,
Jl. Undaan
Detergen, Zn ABA Kali dami
III
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD, TSS,
di Jembatan Kalidami
Detergen, Zn ABA Kali Bokor di Jembatan
III
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD, Detergen
Jl. Pucang
Zn ABA Kali Wonorejo
III
Untuk Paramater DO,BOD, TSS. Zn
di Jembatan Kedung Baruk
ABA Kali Kebon Agung
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III
III
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD, Detergen
di Jl. Rungkut Madya
(sedikit), Zn Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III
ABA Kali Kepiting Jl. Sutorejo
III
Untuk Paramater DO,BOD,COD, TSS. Zn
ABA Kali Jeblokan, Kedung Cowek
III
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO, BOD, COD, TSS, Zn
ABA Pegirian di jembatan Jl. Pegirian
IV
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD,TSS, Detergen,Zn
ABA Kali Jeblokan di Jl. Petojo
III
Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD,TSS, Detergen, Zn
Bab III- 36
ABA SALURAN KALI BOKOR
ABA SALURAN KALI KEPITING
Ditetapkan sebagai ABA Kelas III
Ditetapkan sebagai ABA Kelas III Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air kelas III Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air kelas untuk parameter DO,BOD. COD, Detergen Zn
III untuk parameter DO,BOD. COD,TSS. Zn
ABA KALI JEBLOKAN (KEDUNG COWEK)
ABA KALI WONOREJO
Ditetapkan sebagai ABA Kelas III
Ditetapkan sebagai ABA Kelas III
Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air kelas
Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air
III untuk parameter DO,BOD.COD,TSS Zn
kelas III untuk parameter DO, BOD,TSS, dan Zn
Gambar 3.8 Air Badan Air Kota Surabaya
Bab III- 37
Grafik 3.13 Kualitas Air Permukaan di Beberapa Sungai/Saluran
20
DO (mg/liter) BOD (mg/liter)
BOD (mg/liter)
16
DO (mg/l)
DO (mg/l) 18
18
16
20
20
20
DO (mg/liter)
18
Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l
18
BOD (mg/liter)
16
Mutu air kelas IV(DO = 6 mg/)l
16
14
Mutu aur kelas IV (BOD = 2 mg/l)
14
14
Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l
14
12
Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l)
12
12
12
10
10
10
10
8
8
8
8
6
6
6
6
4
4
2
2
4
4
2
2
Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l)
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Jan-08
Apr-08
50
40
Mar-08
Mar-08
Apr-08
50
Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l)
40
TSS (mg/liter)
COD (mg/liter)
TSS (mg/liter)
50
Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l)
Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l)
40
TSS (mg/liter)
40
Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l)
30
30
30
20
20
20
20
10
10
10
10
0
0
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
ABA Kali Banyuurip di Jembatan Balongsari
ABA KALI BANYUURIP Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya TSS yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada bulan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 56,25 %
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
ABA Kali dami di Jembatan Kalidami
ABA SALURAN KALIDAMI Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Maret mendekati 0 mg/l, Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 56,25 %
Mar-08
29 My 2008
COD (mg/liter)
50
30
0
Feb-08
ABA Kali Wonorejo di Jembatan Kedung Baruk
60
60 COD (mg/liter)
TSS (mg/liter)
Jan-08
May-08
ABA Kali Bokor di Jembatan Jl. Pucang
60
COD (mg/liter)
Feb-08
Apr-08
ABA Kali dami di Jembatan Kalidami
ABA Kali Banyuurip di Jembatan Balongsari
60
Feb-08
Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l)
0
0
0
0
BOD (mg/liter)
0
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
ABA Kali Bokor di Jembatan Jl. Pucang
ABA SALURAN KALIBOKOR Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 56,25 %
Jan-08
Feb-08
Mar-08
29 My 2008
ABA Kali Wonorejo di Jembatan Kedung Baruk
ABA KALI WONOREJO Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Pebruari dan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 40 %
Bab III- 38
20
20
20
DO (mg/l)
DO (mg/l)
DO (mg/l)
18
18
18
BOD (mg/liter)
16
Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l
16
14
Mutu aur kelas III (BOD = 2 mg/l)
14 12
12
BOD (mg/liter)
16
BOD (mg/liter)
14
Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l
Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l)
12
Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l
10
Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l)
8
10
10
8
8
6
6
2
4
4
0
2
2
6
0
0 Jan-08
Feb-08
Jan-08
Mar-08
60
Mar-08
May-08
60
160 140
50
40
TSS (mg/liter)
Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l)
50
TSS (mg/liter)
40
Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l)
Apr-08
May-08
TSS (mg/liter)
120
Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l)
100 80
30
30
Mar-08
COD (mg/liter)
COD (mg/liter)
COD (mg/liter)
Jan-08
ABA Kali Jeblokan, Kedung Cowek
ABA Kali Kepiting Jl. Sutorejo
ABA Kali Kebon Agung di Jl. Rungkut Madya
Agustus 2007
Jul-07
Jun-07
May-07
Apr-07
Mar-07
Jan-07
Feb-07
4
60 40
20
20
Feb-08
Mar-08
ABA Kali Kebon Agung di Jl. Rungkut Madya
ABA KALI KEBONAGUNG Pada periode Januari, Pebruari, Maret, 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 43,71 %
Jan-08
Mar-08
May-08
ABA Kali Kepiting Jl. Sutorejo
ABA SALURAN KALI KEPITING Pada periode Januari, Maret, Mei 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, yang memenuhi mutu air Kelas III adalah parameter COD dan TSS untuk semua periode pengambilan. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 50 %.
Apr-08
May-08
Mar-08
Jan-08
Jul-07
Jun-07
May-07
Agustus 2007
Jan-08
Apr-07
Jan-07
0
0
Mar-07
0
10
10
Feb-07
20
ABA Kali Jeblokan, Kedung Cowek
ABA KALI JEBLOKAN, KEDUNG COWEK Pada periode Januari – Agustus 2007 & Januari – Mei 2008 disimpulkan: Konsentrasi DO & BOD pada semua periode pengambilan tidak memenuhi mutu air kelas III. Konsentrasi DO Bulan Maret mendekati 0 mg/l. Konsentrasi COD untuk semua periode pengambilan masih memenuhi. Secara keseluruhan yg tidak memenuhi mutu air kls III hampir 56,25 %.
Bab III- 39
10
12 DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas IV(DO Mutu air kelas IV (BO 10
8
8
8
6
6
6
4
4
4
2
2
2
12
10
12
DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas IV(DO = 4 mg/)l Mutu air kelas IV (BOD = 3 mg/l)
0
0
0 Jan-08
Feb-08
Mar-08
Jan-08
A
450
COD (mg/liter) 400
TSS (mg/liter)
50
350
Mutu air kelas IV(C mg/)l Mutu air kelas IV ( mg/l)
40
Feb-08
Jan-08
Mar-08
COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas IV(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas IV (TSS = 50 mg/l)
Apr-08
May-08
ABA Pegirian di jembatan Jl. Pegirian
ABA Kali Pegirian Jl. Undaan
ABA Kali Greges di Jembatan Dupak
60
DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas IV(DO = Mutu air kelas IV (BOD
140 120
COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas IV(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas IV (TSS = 50 mg/l)
100 300 250
80
200
60
30 150
20
40 100
10
20
50
0
0
Jan-08
Feb-08
Mar-08
ABA Kali Greges di Jembatan Dupak
ABA KALI GREGES Pada periode Januari – April 2008 parameter DO, dan COD yang masih memenuhi mutu air kelas IV untuk semua periode pengambilan. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas IV hampir 56,25 %
A
0 Jan-08
Feb-08
Mar-08
ABA Kali Pegirian Jl. Undaan
ABA KALI PEGIRIKAN, UNDAAN Pada periode Januari – April 2008 parameter COD yang masih memenuhi mutu air kelas IV untuk semua periode pengambilan. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas IV hampir 56,25 %.
Jan-08
Apr-08
May-08
ABA Pegirian di jembatan Jl. Pegirian
ABA KALI PEGIRIKAN, PEGIRIKAN Pada periode Januari, April, Mei 2008 parameter COD yang masih memenuhi mutu air kelas IV untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO belum mendekati angka 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas IV hampir 58,33 %.
Sumber : BPLH Surabaya
Bab III- 40
3.2.2
Tekanan Surabaya dalam posisinya sebagai pusat pengembangan wilayah Indonesia Timur,
tentu sangat sarat dengan beragam kegiatan pembangunan. Potensi sumber daya alam pun berusaha dimanfaatkan secara optimal demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan tanpa dibarengi upaya menjaga kelestarian dan keberlanjutan tentu akan melahirkan tekanan yang melebihi kapasitas sumber daya alam itu sendiri untuk mengantisipasinya. Ancaman degradasi kualitas air berasal dari beragam sebab. Kegiatan domestik dan industri yang dalam prosesnya banyak menggunakan air tawar serta mengembalikan air tersebut ke alam dalam kualitas yang lebih buruk adalah salah satu contoh bentuk ancaman terhadap degradasi kualitas air. Kali Surabaya sebagai salah satu dari tiga sungai yang mengalir di Kota Surabaya merupakan sumber daya alam dengan potensi air tawar cukup besar. Saat ini, Kali Surabaya mulai memperlihatkan indikasi adanya tekanan yang berlebihan terhadap ekosistemnya. Tentu saja akibat pemanfaatan yang tidak mengedepankan konsep keberlanjutan. Bantaran Kali Surabaya juga telah beralih ke sejumlah fungsi lahan. Mulai dari permukiman padat, sampai ratusan industri berskala kecil sampai besar. Kali Surabaya yang mengalir dari DAM Mlirip Mojokerto sampai DAM Jagir Surabaya, sepanjang 41 km, berperan penting bagi kehidupan masyarakat, khususnya yang tinggal di Kota Surabaya. Ini disebabkan air Kali Surabaya merupakan pasokan utama sumber air baku PDAM yang melayani lebih dari tiga juta penduduk Surabaya. Tidak hanya itu, Kali Surabaya juga memberikan peranan penting bagi masyarakat yang tinggal di bantarannya, termasuk masyarakat industri yang memanfaatkan air sungai sebagai salah satu komponen dalam proses produksinya. Saat tekanan terhadap Kali Surabaya oleh keberadaan berbagai limbah kegiatan yang ada di bantaran dan hulunya makin meningkat, maka dapat dipastikan kesehatan masyarakat Surabaya sebagai pengkonsumsinya pun akan juga terancam. Disinyalir saat ini, terdapat lebih dari 250 industri pada DAS Brantas, yang
salah
satu
subnya
adalah
Kali
Surabaya.
Besarnya
jumlah
industri
ini,
mengilustrasikan betapa besar tekanan terhadap Kali Surabaya. Sementara itu, tidak banyak industri yang dilengkapi fasilitas pengolah limbah memadai, sehingga memanfaatkan Kali Surabaya sebagai tempat membuang limbahnya. Jika dilihat dari grafik 3.9. sampai 3.12 turunnya kualitas air Kali Surabaya-Kali Mas disebabkan beban pencemar yang bersumber dari: •
Kali Tengah
•
Industri di sepanjang Kali Surabaya (PT. Suparma, Kedawung Setia, Platinum, Sarimas, IPAM Karang Pilang, dan industr-industri di Wilayah Pelindo)
•
Limbah domestik di sepanjang Kali mas baik mall,pasar, dan hotel
•
Ditambah lagi beban dari limbah RT Fungsi utama Kalimas pada saat ini adalah sebagai tempat pembuangan air dari
saluran drainase yang ada di wilayah kota Surabaya, terutama yang berada di bagian tengah sudah tentu secara tidak langsung juga akan membawa polutan yang bersumber dari RT. Penggunaan air sungai sebagai sumber air baku relatif tidak besar, yaitu oleh
Bab III- 41
kegiatan industri di kawasan Ngagel (IGLAS) dan untuk kegiatan di Kawasan Perak (Pelindo). Disamping itu Lingkungan kumuh juga ikut berperan dalam menurunkan kualitas air sungai. Beberapa kawasan di sekitar atau di tepian Kalimas, yang kondisinya kumuh adalah di kawasan Dinoyo, Gemblongan, sekitar Akhmad Jais, dan di kawasan utara. Kekumuhan tersebut di samping berupa fisik bangunan rumah yang tidak permanen (seadanya), ukuran bangunan yang kecil, kepadatan bangunan yang tinggi, juga bangunan tersebut dibangun di atas badan air dengan buangan rumah tangga yang langsung ke badan air. Seluruh air permukaan yang berada di Kota Surabaya memperoleh tekanan air berbagi sumber berikut:
•
Limbah Industri Meskipun sebagian besar industri sudah mempunyai instalasi pengolah air limbah, tetapi banyak instalasi pengolah limbah yang tidak dioperasikan secara kontinyu,
bahkan
limbah hanya diolah sebagian. Limbah industri merupakan salah satu menjadi sumber utama penyebab pencemaran air permukaan di Surabaya dengan rincian beban BOD dari industri pembuatan tekstil sebesar 341 ton/tahun, agro industri sebesar 902 ton/tahun, industri pengoalahan makanan 1741 ton/tahun, industri minuman 356 ton/tahun.
•
Limbah Domestik Limbah domestik yang berasal dari aktivitas rumah tangga, hotel, restoran, rumah sakit dan sebagainya merupakan sumber dominan untuk penurunan kualitas air permukaan dimana hotel/RS/mall/ kantor menyumbang BOD sebesar 356 ton/tahun dan 2.829.486 penduduk Surabaya menyumbang 37.179 ton/tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3.14. dibawah ini.
Bab III- 42
Grafik 3.14. Prakiraan Beban Pencemar Air Limbah Yang Masuk di Air Permukaan
Beban Pencemar Air Limbah
100,000
80,000
60,000
Param eter Pencem ar
Lainnya
40,000
N M inyak
20,000
TDS SS
-
Beban (ton/tahun)
COD BOD5
Sumber
INDUSTRI PEM BUATAN TEKSTIL
AGRO-INDUSTRI
IND. PENGOLAHAN M AKANAN
INDUSTRI M INUM AN
BOD5
341
902
1,741
16
356
37,179
COD
0
0
219
0
889.9
74,359
SS
154
6,395
762
11
TDS
451
0
0
16
M inyak
0
0
2,479
0
N
0
273
79
0
80.1
5,949
Lainnya
0
0
6
1
17.8
2,231
IND. PELAPISAN LOGAM
183
HOTEL, RS, M ALL, KANTOR
RUM AH TAN
756
92,949
Sumber : Hasil Perhitungan, BPLH, Din. Perindag & PM Surabaya
3.2.3
Respon
1. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Penetapan Kelas Air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, sumber air perlu ditetapkan kelas airnya sesuai dengan peruntukkannya. Untuk memenuhi mutu air yang sesuai dengan kelas air yang ditetapkan, pemerintah setempat menetapkan mutu air, sasaran dan masterplan selama lima tahun untuk jenis sungai yang ada. Pemerintah Kota Surabaya dalam pengelolaan air telah menetapkan kelas air sungai/waduk melalui Perda No. 2 Tahun 2004 yakni tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, seperti tabel dibawah ini.
Bab III- 43
Tabel 3.5 Penetapan Kelas Air/Waduk sesuai Perda No. 2 Tahun 2004 NO
NAMA
PENETAPAN
SUNGAI/WADUK
KLASIFIKASI
NO
NAMA
PENETAPAN
SUNGAI/WADUK
KLASIFIKASI
1
Kali Lamong
Kelas IV
14
Kali Rungkut
Kelas III
2
Kali Sememi
Kelas III
15
Kali Kebon Agung
Kelas III
3
Kali Kandangan
Kelas III
16
Saluran Kalibokor
Kelas III
4
Kali Balong
Kelas IV
17
Saluran Kalidami
Kelas III
5
Kali Krembangan
Kelas IV
18
Kali Kepiting
Kelas III
6
Kali Anak
Kelas IV
19
Kali Pegirian
Kelas IV
7
Kali Greges
Kelas IV
20
Saluran Tambak Wedi
Kelas III
8
Kali Darmo
Kelas IV
21
Kali Jeblokan
Kelas III
9
Kali Dinoyo
Kelas III
22
Kali Lebak Indah
Kelas III
10
Kali Bendul Merisi
Kelas III
23
Kali Kenjeran
Kelas III
11
Kali Soma
Kelas III
24
Waduk Wonorejo
Kelas III
12
Kali Medokan
Kelas III
25
Waduk Kedurus
Kelas III
13
Kali Wonorejo
Kelas IV
26
Bozem
Kelas III
Morokrembangan Sumber : BPLH Kota Surabaya
2. Kampanye cintai air seperti yang dilakukan PDAM Surabaya PDAM KOTA SURABAYA AJAK PELAJAR CINTAI AIR
Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) kota Surabaya bekerjasama dengan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ecoton) Jawa Timur sejak bulan Juni 2008 aktif melakukan kampanye hemat air. Sudah SMA Ciputra, SMP Santa Maria Surabaya dan SMAN 1 Wringinanom, SMAN Kehidupan yang dimaksudkan untuk : Meningkatkan kesadaran akan keterkaitan antara 4 Surabaya, SMPN 16 Surabaya, SMAN 1 Driyorejo Gresik. 1. Kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial atau CSR (Corporate Social Responsibility) PDAM Kota Surabaya dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Kali Surabaya, maka PDAM dan ecoton melakukan Kegiatan Sosialisasi Cinta Air Bagi Pelajar sebagai Upaya
Bab III- 44
Penyelamatan Sungai sebagai Sumber kondisi kualitas air yang sehat dampak pencemaran air dan efeknya pada kesehatan. 2. mensosialisasikan program hemat air dan ikut serta menjaga kelestarian sumber air baku Kali Surabaya dan membentuk kelompok peduli air Kali Surabaya yang dapat menjadi Kader Hemat Air 3. Pengenalan masalah pencemaran yang terjadi di Kali Surabaya dan aktivitas penyelamatan yang dilakukan oleh masyarakat. Terbentuknya jaringan pemantau Kali Surabaya sebagai wahana bagi Guru dan Siswa untuk Ikut serta dalam pengelolaan lingkungan Kali Brantas. Sunarno, Kepala Unit Humas PDAM Kota Surabaya menyatakan bahwa kegiatan sosialisasi cinta air bagi pelajar merupakan awal dari upaya PDAM Surabaya untuk ikut meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian air dan memperlakukan air secara bijaksana. “Masyarakat harus mulai melakukan hal-hal sederhana dirumah masingmasing untuk menghemat air seperti mematikan kran pada saat sikat gigi atau pemakaian air PDAM sewajarnya untuk keperluan rumah tangga,” Ujar Sunarno yang ditemui sahabat air ditengah sosialisasi cinta Air bagi pelajar di SMP Santa Maria pertengahan Juni 2008. Lebih lanjut Sunarno menyatakan akan selalu mendukung dan mendorong kegiatan-kegiatan pelajar untuk ikut memantau kualitas sumber air baku PDAM Surabaya yang berasal dari Kali Surabaya. sumber: www.sahabatair.wordpress.com 3. Pengawasan terhadap industri-industri yang perpotensi mencemari lingkungan 4. Penegakan Hukum Lingkungan berkaitan dengan pelanggaran semua aturan yang berkaitan dengan pengelolaan air 5. Program Sanitasi perkotaan 6. Monitoring kualitas air permukaan 7. Revitalisasi Kali Mas 8. Pengendalian pencemaran air dengan Ijin pembuangan Air Limbah / Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) IPLC adalah izin pembuangan limbah cair yang ditujukan pada kegiatan usaha/industri yang menggunakan sumber-sumber air sebagai tempat pembuangan limbah cair atas kegiatan usahanya Maksud dan tujuan dari perizinan ini adalah sebagai upaya pencegahan pencemaran dari sumber pencemar, upaya penanggulangan dan atau pemulihan mutu air pada sumber-sumber air serta untuk mewujudkan kelestarian fungsi air, agar air yang ada pada sumber-sumber air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai peruntukkannya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2002 pasal 18, Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air yang lintas Kabupaten atau Kota dan menurut pasal 40 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mendapatkan izin tertulis dari
Bab III- 45
Bupati / Walikota. Jenis Usaha/ Kegiatan yang wajib Mengajukan / Memperoleh Ijin Pembuangan Limbah Cair ke sumber-sumber air adalah : o
Perindustrian dan Perdagangan.
o
Hotel / usaha akomodasi.
o
Pertanian.
o
Kehutanan dan Perkebunan.
o
Pekerjaan Umum dan Pengolahan Limbah Terpusat.
o
Rumah Sakit dan Kesehatan. Dengan banyaknya kegiatan/industri yang membuang limbah cairnya ke media
air di Kota Surabaya serta adanya beberapa sungai dan anak sungai, maka diwajibkan setiap industri harus mempunyai izin tersebut. Adapun perijinan IPLC yang dimiliki oleh industri/kegiatan usaha di Kota Surabaya adalah sebagai berikut : Tabel 3.6. Jumlah Perijinan IPLC Tahun 2004 - 2008 NO.
1. 2. 3. 4. 4.
TAHUN
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Total (sd. Nop 2008)
JUMLAH PERUSAHAAN YANG TELAH MEMILIKI/MENGAJUKAN IPLC (TIAP TAHUN) 8 21 22 13 30 94
Sumber : BPLH Kota Surabaya, Nop 2008
3.3
AIR TANAH
3.3.1
Status Air Tanah Air
tanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk
menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah. Keberadaan air tanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah dimana air mengalami perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan iklim lingkungan sekitarnya, baik secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika airtanah tersebut secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk keperluan manusia, maka formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa air atau akuifer baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya. Adapun sifat fisik air tanah dapat dilihat pada table dibawah ini
Bab III- 46
Tabel 3.7 Sifat Fisik Tanah di Surabaya Simbol
Satuan Batu lempung bersisipan, batu pasir dan batu gamping
CH
Formasi Batuan
Sifat Fisik Tanah
Warna
Plastisitas
Permeabilitas
Konus Kg/cm2
Kadar Air
Kg/cm2
Sudut Geser
Kohesi
Sonde
Keras dan padat, setempat struktur perlapisan
Coklat tua-abu kekuningan
Tinggi
Sedang
Lempung
Lidah
Konsistensi teguh-kaku
Coklat keabuan
Tinggi
Rendah kedap air
12 - 40
26.97%
0.275
12 52'
CH dan SP
Lempung pasiran dan pasir lempungan
Pucangan
Teguh-kaku
Coklat kekuningan
Sedang
Rendahsedang
20 - 60
30.30%
0.085
23 30'
CH dan MH
Lempung dan lempung lanauan
Kabuh
Lunak-teguh
Abu-abu kehitaman
Tinggi
Rendah
10 - 35
39.34%
0.05
18 4'
CH dan MH
Lempung dan lanau
Aluvial lembah
Agak padat-padat
Sedangtinggi
Rendah
12 - 35
49.93%
0.362
1 54'
CL
Lempung pasiran
Endapan sungai
lunak-agak padat
Sedang
Sedang-tinggi
20 - 40
45.27%
0.08
12 7'
CH
Lempung lanauan
3-8
80.85%
0.156
3 38'
CH dan CL
Lempung dan lempung pasiran
CL dan CH
Lempung pasiran dan lempung
Endapan rawa dan pantai Endapan kipas aluvial sungai Endapan aluvial pantai
Hitam kecoklatan Coklat kekuningankuning muda
100
Sangat lunak-lunak, setempat mengandung cangkang kerang
Abu-abu kehitaman
Sedang
Rendah
Konsistensi lunak-kaku
Abu-abu kehitaman
Rendahtinggi
Menengah
10 - 30
40.49%
0.187
9 52'
Konsistensi agak teguhteguh, setempat mengandung cangkang kerang
Coklat kehitaman
Sedangtinggi
Rendah
7 - 15
49%
0.123
5 17'
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prop. Jatim
Bab III- 47
Menurut Bappeda Prop. Jatim kondisi air tanah di Surabaya melalui Laporan Study Potensi Air Tanah sebagai berikut: Sistem Akuifer a. Akuifer Bebas Akuifer bebas/dangkal yang dijumpai di wilayah Surabaya umumnya berupa perselangselingan antara lempung, pasir lempungan, lempung lanauan dan tuf pasiran serta pada beberapa tempat berupa pasir krikilan / konglomerat, dengan penyebaran umumnya pada daerah aluvial dengan ketebalan 0 – 10 m. Kondisi air tanah dari akifer ini dapat diamati pada sumur gali atau sumur pantek penduduk. Sistem air tanah di wilayah Surabaya dan Sidoarjo mempunyai lapisan pembawa air (akuifer), secara umum merupakan gabungan akuifer-akuifer tipis yang termasuk di dalamnya lapisan setengah kedap (akuitar) seperti lempung pasiran dan lempung lanauan sebagai pemisah adalah lapisan kedap air (akuiklud). Adanya struktur perlipatan di daerah penelitian mempengaruhi bentuk dan konfigurasi akuifer airtanah karena sistem perlipatan merupakan batas bawah dari akuifer airtanah, disebabkan Formasi Lidah yang didominasi oleh lempung (kedap air) yang dapat dianggap sebagai batas bawah sistem akuifer bebas. Fenomena ini nampak pada gejala struktur perlipatan daerah Lidah, Sambikerep, Ngagel, Karangpilang, dan kemungkinan di Bangil. Ketebalan akuifer bebas ini rata-rata antara 0 – 10 meter. b. Akuifer Tertekan Akuifer ini merupakan akifer jenuh dengan batas bagian atas lapisan semi lolos air dan pada bagian bawah dibatasi oleh lapisan kedap air. Jenis akifer ini terletak pada struktur batuan formasi Pucangan, di mana materinya tersusun atas material lempung. Tipe akuifer tertekan pada daerah Surabaya terletak rata pada kedalaman lebih dari 10 meter, dengan lapisan akuifer berupa lempung pasiran, tuf pasiran dan dibeberapa tempat berupa pasir krikilan. Diperkirakan akuifer tertekan ini memiliki beberapa lapisan dengan ketebalan dan variasi kedalaman yang berbeda-beda. Sifat dari materi lempung adalah porositasnya besar atau sifat mengandung airnya cukup besar, sedangkan permeabilitasnya kecil atau sifat meloloskan airnya rendah. Pada batuan formasi pucangan akuifernya cukup tebal yaitu 27 meter, sehingga potensi air tanahnya cukup besar. Lokasi ini terletak di Surabaya Barat.
Parameter Akuifer a. Kedalaman muka air tanah Pola dan kedudukan muka air tanah bebas umumnya dikontrol oleh topografl setempat. Berdasarkan pengukuran pada sebaran titik minatan 164 sumur gali yang terdapat di wilayah Surabaya didapat kisaran kedalaman antara 0,41 – 8,8 m dari muka tanah setempat (lihat Peta Lokasi Pengamatan Titik Minatan sumur gali Surabaya pada lampiran). Pada wilayah perbukitan yang ada di wilayah Surabaya Barat kedudukannya relatif dalam dengan litologi Formasi Sonde dan Formasi Pucangan. Sebaran wilayah
Bab III- 48
kedalaman muka air tanah 0 – 3 m umumnya berada pada morfologi dataran. Sedangkan sebaran wilayah kedalaman muka air tanah > 3 m menempati morfologi perbukitan bergelombang yang ada di wilayah Surabaya barat. Laut jawa
PERENCANAAN KONSERVASI AIR TANAH DI WILAYAH SURABAYA, SIDOARJO, DAN PASURUAN
Kenjeran Semampir Pabean cantian Krembangan Simokerto Tambaksari
Asemrowo
PETA KONTUR KETINGGIAN M.A.T
9200000
9200000
Benowo
Tandes
BADAN PERENCANA PEMBANGUNGAN PROPINSI JAWA TIMUR
9205000
9205000
700000
695000
690000
685000
680000
KOTA SURABAYA N
1000 W
Bubutan
0 1000 2000M
E S
Genteng
Gubeng
4.0 Lakarsantri
3.0 3. 0
Sawahan
4.65
Wonokromo
Dukuh Pakis
KETERANGAN:
Mulyorejo
Batas Administrasi
9195000
9195000
Sukomanunggal
1.20
Kab. Gresik
Sungai Kontur ketinggian
Sukolilo
Kontur ketinggian muka air tanah dangkal
3. 0 Wiyung Tegalsari
9190000
Tenggilis mejoyo
3. 0 3.5
3.0
Rungkut
3.0
Gayungan Wonocolo
Arah aliran air tanah dangkal
9190000
Jambangan
Gununganyar
Karangpilang
9185000
9185000
Kab. Sidoarjo
TAHUN 2007
700000
695000
690000
685000
680000
SUMBER: 1. Peta RBI Bakorsurtanal skala 1:25000 2. Pengamatan Lapangan 3. Analisis Studio
Gambar 3.9 Peta Kontur Ketinggian Muka Air Tanah
b. Parameter Debit Jenis Wilayah Surabaya Hasil analisis uji pemompaan sumur-sumurgali menunjukkan akuifer bebas di wilayah Surabaya - Sidoarjo memiliki keterusan (transmissivity, T) antara 42,7 - 741,3 m2/hari. Penghitungan parameter sumur (well parameter) menunjukkan kapasitas jenis sumur (specific capacity, Qs) mencapai sekitar 3,13 liter/detik/m. Sedangkan nilai Qs antara 1,33 - 120,5 liter/detik/m. BADAN PERENCANA PEMBANGUNGAN PROPINSI JAWA TIMUR
9205000
9205000
700000
695000
690000
685000
680000
Laut jawa
PERENCANAAN KONSERVASI AIR TANAH DI WILAYAH SURABAYA, SIDOARJO, DAN PASURUAN
Kenjeran Semampir Pabean cantian
Benowo
Tandes
Simokerto Tambaksari
Asemrowo
PETA DEBIT JENIS SUMUR
9200000
9200000
PETA HIDROGEOLOGI Krembangan
KOTA SURABAYA N
1000 W
Bubutan
0 1000 2000M
E S
KETERANGAN:
Kab. Gresik
Lakarsantri
Genteng
Gubeng
Mulyorejo
Sawahan Dukuh Pakis
9195000
9195000
Sukomanunggal
Sukolilo
Struktur perlipatan
< 5 ltr/dtk
Tegalsari Tenggilis mejoyo
Gayungan Wonocolo
Rungkut
5 - 10 ltr/dtk 9190000
9190000
Jambangan
9185000
9185000
Kab. Sidoarjo
690000
Langka
Gununganyar
Karangpilang
685000
Kontur ketinggian Sungai
Wonokromo
Wiyung
680000
Batas administrasi
695000
700000
SUMBER: 1. Peta RBI Bakorsurtanal skala 1:25000 2. Peta Hidrogeologi Lembar Surabaya-Sepulu Skala 1:100000 3. Pengamatan Lapangan 4. Analisis Studio
TAHUN 2007
Gambar 3.10 Peta Hidrologi Bab III- 49
Kedalaman dan Arah Aliran Air Tanah Dari hasil analisis wilayah sebaran kedalaman muka air tanah dengan metode Thiesen yang dihasilkan dari titik – titik minatan hidrogeologi 164 sumur gali di wilayah Surabaya dibagi menjadi 4 (empat) zona wilayah kedalaman air tanah yang meliputi:
o Zona kedalaman air tanah 0 – 1 m meliputi wilayah kecamatan Sukolilo, Tegalsari, Rungkut, Gunungsari, Sukomanunggal, Sebagian Benowo bagian timur
o Zona kedalaman air tanah 1 – 2 m meliputi wilayah kecamatan Genteng, Tandes, Asemrowo, Genteng, Gubeng, Mulyorejo, Gayungan, Wonocolo
o Zona kedalaman air tanah 2 – 3 m meliputi wilayah kecamatan Kenjeran, Trenggilis Mejoyo, Sebagian Karang pilang sebelah utara
o Zona kedalaman air tanah > 3 m meliputi wilayah kecamatan Lakar santri, Wiyung, Sawahan, Dukuh Pakis Arah aliran air tanah di wilayah Surabaya umumnya mengalir kearah timur menuju kearah pantai, kecuali pada daerah Surabaya Barat umumnya arah aliran air tanah mengalir searah dengan kemiringan sayap lipatannya. Arah aliran air tanah berasal dari daerah recharge area yaitu dari perbukitan yang membentuk sistem lipatan yakni yang terdiri dari formasi – formasi tersier. Pertemuan kedua arah aliran air tanah yang berasal dari dua recharge area terdapat di daerah Lipatan tersebut di sekitar kali. Adanya pertemuan kedua arah aliran, pada formasi tersebut akan mempunyai potensi air tanah yang cukup besar. Kualitas Air Tanah Sebagian kecil penduduk Surabaya sampai saat ini masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih karena disebabkan masih terbatasnya penyediaan air bersih yang disediakan PDAM Kota Surabaya baru mencapai + 357.012 Sambungan Rumah (SR), dengan kapasitas terproduksi ± 8.145 liter/detik dengan cakupan pelayanan + 67%, sehingga air tanah merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan warga. Hal tersebut harus menjadi perhatian Pemerintah Kota karena sebagian besar kondisi air tanah di Surabaya telah tercemar baik ditinjau dari parameter mikrobiologi maupun kimia. Kondisi semacam ini tentunya tidak sejalan lagi dengan Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 yang menyebutkan bahwa air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, dimana persyaratan ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No. 416 tahun 1990 tentang SyaratSyarat dan Pengawasan Kualitas Air.Untuk mengetahui kondisi air tanah di Surabaya, Dinas Kesehatan Kota Surabaya telah melaksanakan pemantauan sebanyak 160 titik di 13 kecamatan, yaitu : 1. 2. 3. 4 5. 6. 7.
Kec. Sukomanunggal Kec. Tandes Kec. Benowo Kec. Lakarsantri Kec. Sambikerep Kec. Pakal Kec. Genteng
8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kec. Tegalsari Kec. Bubutan Kec. Simokerto Kec. Pabean Cantikan Kec. Semampir Kec. Krembangan
Bab III- 50
Dari sisi mutu, kelayakan air tanah untuk keperluan air minum didasarkan atas kandungan unsur/senyawa anorganik utama seperti besi (Fe), mangan (Mn), klorida (Cl), nitrat (NO3), nitrit (NO2), sulfat (SO4), derajat keasaman (pH), dan jumlah zat padat terlarut (TDS), menurut Standar Departemen Kesehatan.
Tabel 3.8. Standar air minum Departemen Kesehatan No.
Parameter
Satuan
Batas maksimum yang diperbolehkan
I. FISIKA 1
Bau
**
-
-
2
Jumlah Zat Padat terlarut
**
mg/l
1500
3
Kekeruhan
**
skala NTU
25
4
Rasa
**
-
-
5
Suhu
**
°C
Suhu Udara ± 3°C
6
Warna
**
TCU
50
7
Daya hantar listrik (DHL)
**
µmhos/cm
-
II. KIMIA a. Kimia Anorganik 1
Air Raksa *)
mg/l
0.001
2
Arsen (As)
mg/l
0.05
3
Besi
mg/l
1
4
Fluorida
mg/l
1.5
5
Kadmium *)
mg/l
0.005
6
Kesadahan sebagai CaCO
mg/l
500
7
Khlorida
mg/l
600
8
Kromium, valensi 6*)
mg/l
0.05
9
Mangan
mg/l
0.5
10
Nitrat sebagai N
mg/l
10
11
Nitrit sebagai N
mg/l
1
12
pH
-
6.5 - 9.0
13
Selenium *)
mg/l
0.01
14
Seng
mg/l
15
15
Sianida *)
mg/l
0.1
16
Sulfat
mg/l
400
17
Timbal *)
mg/l
0.05
mg/l
10
mg/l
0.5
**
**
**
b. Kimia Organik 1 2
Zat organik (KmnO ) ** Deterjen
Bab III- 51
Berdasarkan kriteria mutu, dibedakan menjadi 3 kelas yakni :
o Baik, jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam air tanah berada di bawah nilai maksimum yang disarankan.
o Sedang, jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam air tanah berada antara nilai maksimum yang disarankan dan nilai maksimum yang diperbolehkan.
o Jelek, jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam air tanah berada di atas nilai maksimum yang diperbolehkan.
A.1. Sifat Bakteriologis Air Tanah Menurut
hasil
analisa
mikrobiologi
diperoleh
kesimpulan
bahwa
Kecamatan
Sukomanunggal, Tandes, Benowo, Lakarsantri, Sambikerep, Pakal, Genteng, Bubutan, Simokerto, Pabean Cantikan, Semampir dan Krembangan sudah tidak memenuhi baku mutu bakteorologis. Akan tetapi Kecamatan Tegalsari untuk titik uji Kelurahan Dr. Sutomo 100% masih memenuhi baku mutu. Grafik 3.15 Hasil analisa Kualitas Air Sumur Dangkal (Parameter Mikrobiologi) 12 sam pel, 8%
148 sam pel, 92%
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Gambar 3.11 Pemetaan Kualitas Air Tanah Ditinjau Dari Parameter Mikrobiologi Bab III- 52
A.2. Sifat Fisik Air tanah Menurut hasil analisa yang dilakukan oleh Bappeda Prop. Jatim terhadap 163 sampel sumur gali di wilayah Surabaya yang menunjukkan nilai TDS melebihi nilai ambang batas standar air minum umumnya berada pada kawasan pasisir dengan nilai tertinggi berada di daerah Sumberejo Kec. Pakal, sedangkan untuk parameter DHL melebihi nilai ambang menunjukan hampir secara keseluruhan wilayah surabaya kondisi air tanahnya dalam kondisi kritis. Besarnya nilai DHL mencerminkan besar-kecilnya ion-ion terlarut dalam air. Suhu air tanah di wilayah Surabaya umumnya masih normal berkisar 28 – 30 C.
A.3. Sifat Kimia Air tanah Parameter sifat kimiawi airtanah yang dianalisis sebanyak 15 parameter, yaitu kadar As, Ba, Fe, F, Ca C03, Cl, Hn, Na, NH3, N, Se, Zn, Cn, deterjen, dan COD. Berdasarkan hasil analisa 10 sampel airtanah, ternyata untuk parameter As, Ba, Fe, F, Ca C03, Cl, Hn, Na, N, Se, Zn, Cn, deterjen, dan COD umumnya masih berada di bawah nilai ambang batas standar untuk air minum, kecuali NH3, CL umumnya melebihi batas seperti sampel di wilayah Tegalsari, Lontar, Lidah Kulon, Kejambon, Keputih, Kendangsari dan Gubeng. Kadar Cl yang melebihi batas ambang seperti sampel pada Tegalsari, Lidah Kulon, Kejambon, Keputih, dan Gubeng. Tingginya nilai Cl serta didukung dari nilai DHL > 1000 mmhos dan salinitas > 1 kemungkinan disebabkan oleh adanya gejala intrusi air laut. Grafik 3.16 Hasil analisa Kualitas Air Sumur Dangkal (Parameter Kimia)
43 sampel, 27%
117 sampel, 73%
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Bab III- 53
Gambar 3.12. Pemetaan Kualitas Air Tanah Ditinjau Dari Parameter Kimia
Gambar 3.13. Pemetaan Kualitas Air Tanah Ditinjau Dari Parameter Biologi
Bab III- 54
A.4. Kadar Garam dan Intrusi Air Laut Saat ini untuk menemukan air tanah yang benar-benar tawar di surabaya cukup sulit. Air tanah di sebagian besar wilayah Surabaya telah tercemar oleh intrusi air laut. Intrusi ini bukan hanya terjadi di kawasan dekat pantai saja, tetapi sudah terjadi pula sampai jauh ke arah pedalaman.
Faktor penyebab terjadinya intrusi air laut ini adalah aktivitas manusia Kota Surabaya yang terlampau besar terutama dalam penggunaan air. Aktivitas pemompaan air, baik pada air tanah bebas maupun air tanah semi tertekan yang melebihi kemampuan optimalnya (yield) mengakibatkan akifer kosong dan diisi oleh air laut. Sebaliknya suplai air hujan ke dalam tanah semakin berkurang sebagai akibat perkembangan fisik kota yang amat cepat dan menjangkau daerah umpan air tanah (recharge area). Pada kenyataannya perkembangan keadaan ini semakin lama justru cenderung semakin memburuk.
Hasil analisis sampel air sumur penduduk menunjukkan bahwa hampir seluruh titik sampel kandungan Cl-nya sudah cukup tinggi. Bahkan, di lokasi tertentu sudah amat tinggi misalnya pada daerah Gubeng, Keputih, Lidah Kulon.
Berdasarkan hasil pemetaan kadar Cl-nya yang dilakukan oleh Dinas ESDM Propinsi Jawa Timur terlihat pada Lampiran Peta Salinitas, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Surabaya, baik di daerah pantai maupun di daerah pedalaman sudah tercemar oleh air laut. Terbukti dari pemetaan intrusi air laut bahwa kawasan yang airnya masih tawar hanya di bagian tengah kota, yang lokasinya menjalur dari tengah kota ke barat dan ke utara, serta sedikit ke arah selatan. Sementara itu, luas kawasan intrusi air laut wilayahnya justru lebih besar dibanding kawasan yang belum terintrusi. Sebagian besar wilayah barat laut, utara, timur, dan barat daya Kota Surabaya sudah mengalami intrusi air laut. Selain itu sebagian kawasan tengah dan selatan Surabaya juga sudah mengalami intrusi air laut pula. Adapun secara rinci luas kawasan yang tercemar oleh intrusi air laut sebagai berikut: Kawasan air payau (kadar Cl antara > 2000 - 5000 ppm) : 2268 Ha (7,8%) Kawasan air agak payau (kadar Cl antara > 500 - 2000 ppm) :12.789 Ha(44,03 %) Kawasan intrusi ringan (kadar Cl antara > 250 - 500 ppm) : 7.767 Ha (26,74 %) Luas wilayah yang sudah mengalami intrusi air laut adalah 22.814 Ha (78,54%), sedangkan luas wilayah yang belum terintrasi air laut (air masih tawar) seluas 6.235 hektar (21,46 %). Melihat kenyataan seperti ini dan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin pesat, maka bukan mustahil suatu saat nanti air tanah di seluruh wilayah Surabaya akan menjadi asin (terintrusi) apabila penataan ruangnya tidak diperhatikan. Padahal air tanah masih menjadi bagian terpenting dalam memenuhi kebutuhan air minum penduduk Kota Surabaya.
Bab III- 55
Dilihat dari pencemaran air tanah oleh unsur Cl seperti pada peta, maka dapat diduga bahwa proses intrusi air laut dapat terjadi melalui tiga cara: o
Pergeseran batas air laut dan air tawar (interpace) didaerah pantai. Pergeseran terjadi karena pengambilan air tanah di sekitar pantai melebihi kemampuan (yield). Pengambilan air tanah yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya penurunan muka air tanah (palung), sehingga terjadi ketidakseimbangan. Akibat dari ketidakseimbangan ini maka interface akan semakin bergeser ke arah daratan karena desakan air laut untuk mencapai keseimbangan. Sejalan dengan perkembangan kota, maka gerakan interface ini cenderung semakin jauh ke arah daratan, sehingga pencemaran air tanah oleh intrusi air laut juga cenderung semakin jauh ke arah daratan.
o
Pemompaan air tanah semi tertekan yang berlebihan di daratan. Proses ini terjadi di kawasan tengah dan barat daya Kota Surabaya. Akibat pemompaan yang berlebihan maka air tanah semi tertekan dapat terjadi ketidakseimbangan, sehingga yang tersedot pompa air bukan tawar lagi, tetapi air asin. air asin yang tersedot ini dapat menyebar dan mencemari air tanah bebas di sekitar tempat pemompaan tersebut, akibatnya air di kawasan ini memiliki kandungan Cl yang cukup tinggi.
o
Intrusi melalui muara sungai. Air sungai di sekitar muara biasanya mengandung kadar garam yang cukup tinggi, sebagai akibat intrusi air laut pada air sungai. Air sungai yang berkadar garam tinggi ini dapat bergerak dan mengisi air tanah di sekitarnya. Akibatnya air tanah di sekitar sungai juga mengandung kadar garam yang cukup tinggi pula. Proses intrusi ini juga memiliki perkembangan yang cenderung bergeser semakin jauh ke arah daratan.
o
Kondisi geologi Bila dikaji di Surabaya, secara geologi terbentuknya pantai tersebut merupakan hasil pelebaran pantai akibat akumulasi endapan sungai, endapan pantai maupun delta, akibatnya sejak awal air tanahnya sudah asin, bukan akibat pencemaran oleh air laut. Pencemaran oleh air laut dapat terjadi apabila muka air tanah berada di bawah muka permukaan air laut. Untuk air tanah bebas pada sumur gali biasanya pasang air laut dapat pula mempengaruhi walaupun hanya bersifat sementara. Dari hasil pengamatan lapangan pada sumur dangkal terlihat harga DHL di atas 1500 mikroohos/cm dan harga salinitas lebih dari 1 pada daerah-daerah seperti Semolowaru, Rungkut, Benowo, yang memiliki rasa payau/asin. Rasa payau/asin diduga karena adanya air asin yang terjebak pada saat pengendapan di daerah tersebut.
A.5. Potensi Air Tanah Berdasarkan evaluasi data air tanah bebas dan tertekan serta debit mata air maka potensi air tanah Wilayah Surabaya dapat dibedakan menjadi 5 (lima) potensi air tanah yaitu: 1. Wilayah Potensi Air Tanah Tawar Potensi Sedang. Wilayah ini terletak pada dataran alluvial, yang sebagian besar pada daerah ini merupakan kawasan industri dan sudah terintrusi oleh air laut. Daerah dengan kondisi
Bab III- 56
semacam ini terletak pada daerah perbatasan antara Kecamatan Suko Manunggal dengan Kecamatan Sawahan berada di sebelah timur jalan tol menuju Perak. Wilayah ini ini luasnya relatif kecil. Daerah ini termasuk wilayah pengambilan air tanah intensif untuk dikembangkan terbatas untuk kebutuhan air minum untuk kegiatan jasa atau pemukiman, tidak disarankan untuk dikembangkan untuk kegiatan yang memerlukan air tanah cukup besar. 2. Wilayah Potensi Air Tanah Tawar Potensi Rendah. Terletak di daerah yang debitnya kurang lebih 2800 m3/hari. Daerah dengan kondisi semacam ini dibedakan menjadi dua yaitu:
o Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah perbukitan. Daerah ini terletak di sebagian besar Kecamatan Lakasantri Bagian Utara, Sebagian daerah Kecamatan Dukuh Pakis sampai ke Perbatasan dengan Kecamatan Sawahan, sebagian dari Kecamatan Suko Manunggal (sekitar Bundaran Tol daerah Darmo), serta bagian utara dari Kecamatan Wiyung. Daerah tersebut merupakan Wilayah air tawar dengan potensi sebesar sekitar 2800 m3/hari. Apabila dilihat pada peta kontur air tanah dan peta Hidrogeologi daerah tersebut merupakan daerah recharge area (umpan air tanah) untuk Kota Surabaya, daerah tersebut tersusun atas material lempung yang bercampur dengan material gunung api yang nilai keterusannya sangat besar. Wilayah sesuai untuk daerah konservasi air tanah, sehingga pengambilan air tanah disarankan pada daerah lereng perbukitan dengan persyaratan membuat sumur resapan.
o Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah dataran. Daerah
ini
terletak di sebagian besar Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan, kecuali daerah perbatasan antara Wonokromo dan Wonocolo bagian timur sudah mengalami intrusi air laut, air berasa agak payau dan bagian selatan dari Kecamatan Gayungan, Wonocolo dan Tenggilis. Wilayah air tawar di Surabaya Timur tersebar di daerah Rungkut bagian barat, Sukolilo bagian barat, Gubeng bagian barat dan Tambaksari bagian barat. Wilayah ini mempunyai potensi sekitar 1400 1800 m3/hari. Rendahnya debit air tanah, maka disarankan pemanfaatannya untuk kebutuhan air minum rumah tangga atau sesuai untuk pengembangan pemukiman. 3. Wilayah Air Tanah Agak Payau / Agak Asin Potensi Sedang. Daerah dengan kondisi ini terletak di kawasan industri yang terletak di Kecamatan Sukomanunggal bagian utara Tandes dan sebagian Kecamatan Benowo. Air tanah pada daerah ini sudah terintrusi oleh air laut, yang disebabkan oleh pemompaan yang melebihi debit air tanah yang mengalir pada daerah tersebut. Potensi air tanah pada daerah ini kurang lebih 6000 m3/hari. Daerah ini sesuai untuk pengembangan kawasan industri karena potensinya besar dan kebutuhan air untuk industri persyaratannya lebih longgar (lihat baku mutu air golongan D untuk industri Peraturan Pemerintah no 2/MenKLH/1988) jika dibandingkan untuk air minum. Pengambilan air tanah juga perlu pengendalian, agar daerah ini tidak menjadi payau. Daerah ini termasuk pada Wilayah III. Bab III- 57
4. Wilayah Air Tanah Agak Payau/Agak Asin Potensi Rendah. Daerah ini tersebar di daerah Surabaya Barat dan sebagian besar Surabaya bagian Timur, Surabaya Utara serta sebagian kecil dari Surabaya bagian Selatan. Untuk Surabaya bagian barat, Wilayah ini terletak pada lereng perbukitan. Hal ini menunjukkan bahwa intrusi air laut sudah menyebar pada sebagian daerah recharge area, sehingga perlu adanya pengendalian pemompaan air tanah pada daerah tersebut. Daerah ini pemanfaatan air tanahnya sesuai untuk kebutuhan rumah tangga kecuali untuk air minum.
Gambar 3.14 Peta Salinitas Air Tanah
A. Kelompok Kriteria Jumlah Jumlah air tanah yang dapat dieksploitasi dinilai berdasarkan harga parameter akuifer dan parameter sumur secara areal (area values), meliputi koefisien keterusan (T), debit jenis (Qs), dan debit optimum (Qopt). Berdasarkan kriteria jumlah, dibedakan menjadi 3 kelas yakni :
o Besar, jika debit optimum setiap sumur lebih dari 10 liter/detik. o Sedang, jika debit optimum setiap sumur antara 2 – 10 liter/detik. o Kecil, jika debit optimum setiap sumur kurang dari 2 liter/detik. Pada setiap kelas di atas perlu ditentukan jarak minimum antar sumur agar debit optimum dapat tercapai. Berdasarkan data hasil uji pemompaan (pumping test) sumur bor, didapatkan nilai debit optimum yang berkisar antara 3 hingga 5 liter/detik.
B. Kelompok Kriteria Mutu Air tanah di lokasi penelitian berdasarkan hasil uji laboratorium termasuk dalam kriteria mutu Baik, dimana kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam air tanah pada sumur gali maupun sumur bor masih berada di bawah nilai maksimum yang disarankan.
Bab III- 58
Berdasarkan kriteria jumlah dan mutu, pada setiap sistem akuifer dapat dibedakan menjadi 4 wilayah potensi air tanah, yakni:
o Tinggi, jika setiap sumur yang dibuat (dengan jarak antar sumur tertentu) menghasilkan Qopt lebih dari 10 liter/detik dengan mutu air baik.
o Sedang, jika setiap sumur yang dibuat (dengan jarak antar sumur tertentu) menghasilkan Qopt antara 2 – 10 liter/detik atau lebih dari 10 liter/detik dengan mutu air baik – sedang.
o Rendah, jika setiap sumur yang dibuat (dengan jarak antar sumur tertentu) menghasilkan Qopt kurang dari 2 liter/detik dengan mutu air baik – sedang.
o Nihil, jika setiap sumur yang dibuat menghasilkan air dengan mutu jelek. Dalam suatu lapisan akuifer air tanah, dimana di dalamnya dijumpai 2 sistem akuifer, yakni sistem akuifer dangkal (bebas) dan sistem akuifer dalam (tertekan), maka tingkat potensi di lapisan tersebut diketahui dengan cara menumpang-tindihkan (overlay) antara tingkat potensi pada sistem akuifer dangkal dan sistem akuifer dalam.
C. Pemanfaatan Air Tanah C.1.
Wilayah Surabaya
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, data oleh pemegang sipa dan daftar penetapan ristribusi pengambilan air tanah oleh cabang dinas pendapatan daerah
kota Surabaya
pemanfatan air tanah di wilayah Surabaya adalah untuk industri, rumah tangga, hotel, kolam renang, rumah sakit dan lainnya. Tabel 3.9. Matriks potensi air tanah
JUMLAH \ MUTU
BAIK di bawah nilai maksimum yang disarankan
BESAR Qopt > 10 liter/detik
TINGGI (biru)
SEDANG antara nilai maksimum disarankan dan maksimum diperbolehkan
SEDANG Qopt = 2 – 10 liter/detik
SEDANG (hijau)
KECIL Qopt < 2 liter/detik
RENDAH
JELEK di atas nilai maksimum yang diperbolehkan N I H I L (oranye)
Sumber : Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, No.1451 K/10/MEM/2000
C.2.
Potensi Air Tanah Wilayah Surabaya
Potensi air tanah wilayah Surabaya dikelompokkan sebagai berikut: a. Wilayah Potensi Air tanah tawar potensi sedang. Wilayah ini terletak pada dataran alluvial, yang sebagian besar pada daerah ini merupakan kawasan industri dan sudah terintrusi oleh air laut. Daerah dengan kondisi semacam ini terletak pada daerah perbatasan antara Kecamatan Suko Manunggal dengan Kecamatan Sawahan berada di sebelah timur jalan tol menuju Perak. Wilayah Bab III- 59
ini luasnya relatif kecil. Daerah ini termasuk wilayah pengambilan air tanah intensif untuk dikembangkan terbatas untuk kebutuhan air minum untuk kegiatan jasa atau pemukiman, tidak disarankan untuk dikembangkan untuk kegiatan yang memerlukan air tanah cukup besar.
b. Wilayah Potensi Air tanah tawar potensi rendah. terletak di daerah yang debitnya kurang lebih 2800 m3/hari. Daerah dengan kondisi semacam ini dibedakan menjadi dua yaitu 1. Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah perbukitan. Daerah ini terletak di sebagian besar Kecamatan Lakasantri Bagian Utara, Sebagian daerah Kecamatan Dukuh Pakis sampai ke Perbatasan dengan Kecamatan Sawahan, sebagian dari Kecamatan Suko Manunggal (sekitar Bundaran Tol daerah Darmo), serta bagian utara dari Kecamatan Wiyung. Daerah tersebut merupakan Wilayah air tawar dengan potensi sebesar sekitar 2800 m3/hari. Apabila dilihat pada peta kontur air tanah dan peta Hidrogeologi daerah tersebut merupakan daerah recharge area (umpan air tanah) untuk Kota Surabaya, daerah tersebut tersusun atas material lempung yang bercampur dengan material gunung api yang nilai keterusannya sangat besar. Wilayah sesuai untuk daerah konservasi air tanah, sehingga pengambilan air tanah disarankan pada daerah lereng perbukitan dengan persyaratan membuat sumur resapan. 2. Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah dataran. Daerah
ini
terletak di sebagian besar Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan, kecuali daerah perbatasan antara Wonokromo dan Wonocolo bagian timur sudah mengalami intrusi air laut, air berasa agak payau dan bagian selatan dari Kecamatan Gayungan, Wonocolo dan Tenggilis. Wilayah air tawar di Surabaya Timur tersebar di daerah Rungkut bagian barat, Sukolilo bagian barat, Gubeng bagian barat dan Tambaksari bagian barat. Wilayah ini mempunyai potensi sekitar 1400-1800 m3/hari. Rendahnya debit air tanah, maka disarankan pemanfaatannya untuk kebutuhan air minum rumah tangga atau sesuai untuk pengembangan pemukiman.
c.
Wilayah air tanah agak payau/agak asin potensi sedang. Daerah dengan kondisi ini terletak di kawasan industri yang terletak di Kecamatan Sukomanunggal bagian utara, Tandes dan sebagian Kecamatan Benowo. Air tanah pada daerah ini sudah terintrusi oleh air laut, yang disebabkan oleh pemompaan yang melebihi debit air tanah yang mengalir pada daerah tersebut. Potensi air tanah pada daerah ini kurang lebih 6000 m3/hari. Daerah ini sesuai untuk pengembangan kawasan industri karena potensinya besar dan kebutuhan air untuk industri persyaratannya lebih longgar (lihat baku mutu air golongan D untuk industri Peraturan Pemerintah no 2/MenKLH/1988) jika dibandingkan untuk air minum. Pengambilan air tanah juga perlu pengendalian, agar daerah ini tidak menjadi payau. Daerah ini termasuk pada Wilayah III.
Bab III- 60
d. Wilayah air tanah agak payau/agak asin potensi rendah. Daerah ini tersebar di daerah Surabaya Barat dan sebagian besar Surabaya bagian Timur, Surabaya Utara serta sebagian kecil dari Surabaya bagian Selatan. Untuk Surabaya bagian barat, Wilayah ini terletak pada lereng perbukitan. Hal ini menunjukkan bahwa intrusi air laut sudah memyebar pada sebagian daerah recharge area, sehingga perlu adanya pengendalian pemompaan air tanah pada daerah tersebut. Daerah ini pemanfaatan air tanahnya sesuai untuk kebutuhan rumah tangga kecuali untuk air minum.
e. Wilayah air tanah payau/asin Daerah dengan kondisi semacam ini terletak pada daerah Kawasan Industri meliputi daerah perbatasan antara kecamatan Suko manunggal dengan Tandes bagian utara, di perbatasan antara Tandes dan Kecamatan Benowo, di daerah Benowo bagian barat sampai ke parbatasan dengan Kabupaten Gresik serta di daerah Rungkut bagian timur. Air tanah pada daerah tersebut berasa asin/payau, sehingga tidak layak untuk digunakan keperluan air minum. Penggunaan air tanah ini terbatas pada keperluan yang tidak memerlukan persyaratan.
3.3.2
Tekanan Pengambilan air tanah harus benar-benar seimbang dengan pemasukan melalui
proses infiltrasi air hujan. Adapun pemakaian air sebagai berikut. Grafik 3.17. Pemakaian Air Bawah Tanah Tahun 2008 3
Pemakaian Air Bawah Tanah (m )
105,178 120,000 100,000 80,000
67,683: 64.65%
60,000 40,000 20,000
37,495 : 35.65%
Industri
-
Rumah Sakit, Hotel Dan Kolam Renang Sumber ; Dinas Pajak Surabaya
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Surabaya menyebabkan letak sumur yang berdekatan dengan septick tank, sehingga umumnya sumur-sumur di Surabaya tercemar oleh rembesan dari septick tank penduduk yang kondisinya tidak memenuhi syarat, hal ini juga berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dimana air limbah rumah tangga baik black water mapun grey water dapat menjadi transmisi berbagai penyakit abdomen terutama kolera, typhus abdominalis, disentri baciler Bab III- 61
Grafik 3.18 Beban Tinja dari Septick Tank pada Beberapa Kecamatan. Beban Tinja Pada Mas ing - m as ing Kecam atan 1.59 1.55 1.51 1.47
Sam bikerep
1.45 1.42 1.38 1.35
Lakars antri
Pakal
1.14 1.11 1.08 1.05 1.32 1.28 1.24 1.20
Benowo
As em rowo
1.20 1.16 1.13 1.10 3.10 3.06 3.02 2.96
Sukom anunggal
3.00 2.95 2.90 2.85
Tandes 1.35 1.33 1.30 1.27
Jam bangan
1.43 1.41 1.38 1.36
Gayungan
2.57 2.55 2.51 2.47
Wonocolo
Wiyung
1.88 1.85 1.81 1.77
Dukuh Pakis
1.89 1.86 1.83 1.79 2.20 2.16 2.12 2.09
Karangpilang
6.00 5.96 5.92 5.85
Wonokrom o
7.16 7.07 6.99 6.91
Sawahan 2.51 2.46 2.41 2.35
Mulyorejo
3.15 3.09 3.04 2.97
Sukolilo 1.46 1.42 1.38 1.35
Gunung Anyar
1.75 1.72 1.69 1.65
Tenggilis Mejoyo
2.89 2.82 2.76 2.69
Rungkut
5.04 4.99 4.94 4.87
Gubeng
7.15 7.06 6.96 6.82
Tam baks ari
Bulak
1.10 1.08 1.05 1.03 3.67 3.55 3.46 3.35
Kenjeran
4.02 3.96 3.92 3.86
Krem bangan
6.16 6.06 5.98 5.88
Sem am pir 3.00 2.95 2.91 2.87
Pabean Cantikan
3.40 3.35 3.29 3.25
Sim okerto
3.72 3.68 3.65 3.60
Bubutan 2.22 2.19 2.15 2.13
Genteng
Tegals ari
0.00
Tahun 2007 3.83 3.79 3.75 3.71
1.00
2.00
3.00
4.00
Tahun 2006
Tahun 2005 Tahun 2004 5.00
6.00
7.00
8.00
Bab III- 62
3.3.3
Respon Untuk mengantisipasi eksploitasi air tanah yang tidak terkendali telah dikeluarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
(ESDM)
No.
1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Surat keputusan ini memuat pedoman teknis dan prosedur penyusunan peraturan daerah dalam pengelolaan air tanah di daerah. Khusus untuk Pulau Jawa dan Madura yang kondisi air tanahnya kritis, Menteri ESDM menetapkan batas horisontal cekungan air tanah menggunakan peta cekungan air tanah skala 1:250.000 melalui SK No 716.K/40/MEM/ 2003. Untuk melengkapi surat keputusan tersebut, Pemerintah saat ini sedang menyiapkan pedoman teknis, prosedur, dan kriteria pengelolaan air tanah. Sampai dengan Tahun 2005, jumlah perusahaan di Surabaya yang telah memiliki Surat Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah (SIPA) sebanyak 17 perusahaan. Dalam mengantisipasi penggunaan air tanah, Pemerintah Kota Surabaya telah menetapkan tentang pengendalian air tanah melalui Perda No. 16 Tahun 2003 yakni tentang Izin-izin Pengelolaan Air Bawah Tanah di Kota Surabaya, yang isinya antara lain o
Izin Explorasi Air Bawah Tanah.
o
Izin Pengeboran Air Bawah Tanah.
o
Izin Penurapan Mata Air.
o
Izin Pengambilan Air Bawah Tanah.
o
Izin Pengambilan Mata Air.
o
Izin Perusahaan Pengeboran Air Bawah Tanah.
o
Izin Juru Bor Air Bawah Tanah.
Mengendalikan pengambilan air tanah dengan cara : 1. Memperketat pengeluaran izin baru untuk pengambilan air tanah. 2. Melakukan pengontrolan izin pengambilan air tanah yang mencakup masa berlaku, besarnya debit, dan kedalaman sumur. 3. Menetapkan pajak/retribusi. 4. Memberi rekomendasi & saran teknis tentang kedalaman pengambilan air tanah
Bab III- 63